Anda di halaman 1dari 29

REVIEW JURNAL

TENTANG INOVASI PENDIDIKAN/PEMBELAJARAN


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH DIFUSI INOVASI

DISUSUN OLEH :

DENOK SETYOWATI
NIM 202141960009

POGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DR. SOETOMO
2021
JURNAL 1
Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/jipi

Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 3 (2), 2017, 118-127

Implementasi Model Pembelajaran IPA Berbasis Kearifan Lokal untuk


Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa
Aji Pamungkas 1 *, Bambang Subali 1, Suharto Lunuwih 1
1
Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Semarang. Kampus Sekaran, Gunungpati
Semarang 50229, Indonesia
* Corresponding Author. E-mail: ajipamungkas07@gmail.com, Telp: +6285642521206
Received: 21 June 2017; Revised:30 August 2017; Accepted: 9 October 2017

Abstrak
Penelitian ini mengangkat nilai kearifan lokal kalender pranata mangsa yang sudah tertanam di
masyarakat Jawa khususnya daerah Gunungpati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh dan peningkatan dari implementasi model pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal terhadap
kreativitas dan hasil belajar siswa. Metode penelitian ini menggunakan quasi eksperimen. Sampel
penelitian ini adalah kelas VII F sebagai kelas eksperimen dan VII B sebagai kelas kontrol di SMP
Negeri 22 Semarang. Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Aspek kreativitas
yang diteliti terdiri atas kelancaran, keaslian, kesadaran dan ingatan yang diukur dengan lembar
observasi. Hasil belajar siswa diukur dengan pretest dan posttest. Hasil Teknik analisis data
menggunakan uji independent sample t-test didapatkan signifikansi data hasil belajar siswa sebesar
0,000 < 0,05. Artinya ada perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Besar peningkatan hasil belajar siswa pada kelas kontrol sebesar 0,56 kategori sedang,
sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 0,70 kategori sedang. Besar peningkatan kreativitas siswa
pada kelas kontrol sebesar 0,32 kategori sedang, sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 0,46 kategori
sedang. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dengan model pembelajaran IPA berbasis kearifan
lokal dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: model pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal, kalender pranata mangsa, kreativitas,
hasil belajar

Implementation of Science Learning Model Based on Local Wisdom to Improve


Creativity and Student Learning Outcomes
Abstract
The aim of this study is to reveal the effect of the implementation of science learning model based
on local wisdom to improve creativity and student learning outcomes, as well as knowing the magnitude
of improvement. This research method uses quasi-experiment. The sample of this research is class VII
F as an experimental class and VII B as control class in SMP Negeri 22 Semarang. Sample selection
using purposive sampling technique. The aspects of creativity were constructing fluency, originality,
awareness, and memory. Data were analyzed using independent sample t-test test the significance of the
data obtained in student learning outcomes of 0.003 <0.05 and the significance of the observation data
from the creativity of 0.003 <0.05. This means that there are differences in creativity and student
learning outcomes significantly between the experimental class and control class. Great improvement
of student learning outcomes in the control class of 0.56 which are medium category, while in the
experimental class of 0.68 which are medium category. Great improvement of students' creativity in the
control class of 0.55 which are medium category, while in the experimental class of 0.71 which are high
category. The results of this study prove that the science learning model based on local wisdom can
improve creativity and student learning outcomes. This study the value of local wisdom that is Calendar
Pranata Mangsa already embedded in the Java community.
Keywords: science learning model based on local wisdom, pranata mangsa calendar, creativity,
learning outcomes.

How to Cite: Pamungkas, A., Subali, B., & Linuwih, S. (2017). Implementasi model pembelajaran IPA berbasis
kearifan lokal untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 3(2), 118-
127. doi:http://dx.doi.org/10.21831/jipi.v3i2.14562

Copyright © 2017, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


ISSN 2406-9205 (print), ISSN 2477-4820 (online)
J u r n a l I n o v a s i P e n d id ik a n I P A , 3 ( 2 ) , 2 0 1 7 - 1 1 9
Aji Pamungkas, Bambang Subali, Suharto Lunuwih

pembelajaran sains/IPA di sekolah. Upaya


PENDAHULUAN
penelitian yang dilakukan oleh Laurent et al.,
Pendidikan ilmu pengetahuan alam (IPA) (2014, p. 575) menyatakan dalam merencanakan
adalah suatu upaya atau proses membelajarkan pembelajaran yang berbasis kearifan lokal mela-
siswa agar memahami hakikat IPA yang meli- lui implementasi model pembelajaran dengan
puti: produk, proses, dan mengembangkan sikap pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik meru-
ilmiah serta sadar akan nilai-nilai yang ada dalam pakan pendekatan dalam model pembelajaran
masyarakat untuk pengembangan sikap dan IPA yang menuntun siswa berpikir sistematis
tindakan berupa aplikasi IPA yang positif. Tujuan sebagaimana para saintis (ilmuwan) dimulai dari
dari pendidikan sains/IPA meliputi: Pengetahuan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan
dan pemahaman, penggalian dan penemuan, mengomunikasikan (Wibowo & Gunawan, 2015,
imajinasi dan kreativitas, sikap dan ilmiah, dan p. 128).
penerapan (Mariana & Praginda, 2009, p. 27). Hasil penelitian Suastra, Tika, & Kariasa
Model pembelajaran IPA dalam menyampaikan (2011, p. 11) dalam mendesain model pembel-
materi IPA memiliki karakter- istik khusus ajaran sains berbasis budaya lokal memiliki 5
(Wisudawati & Sulistyowati, 2014, tahapan yaitu kegiatan awal, eksplorasi, elabo-
p. 49). Karakteristik khusus dalam materi IPA rasi, konfirmasi, dan kegiatan akhir. Penelitian
yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual Suastra, Tika, & Kariasa, (2011) juga menunjuk-
(factual), baik berupa kenyataan (reality), atau kan adanya peningkatan prestasi belajar dan
kejadian (events) dan hubungan sebab-akibat kinerja ilmiah siswa SMP di Bali yang dilaku-
(Wisudawati & Sulistyowati, 2014, p. 30). kan dengan membandingkan kelas eksperimen
Model pembelajaran IPA yang disesuai- dan kelas kontrol. Menurut Setiawan (2014, p.
kan dengan kurikulum 2013 terdiri atas bebe- 1) Pembelajaran Sains tidak hanya teoritis saja,
rapa model pembelajaran seperti model pembel- tetapi juga mengaitkan dengan keadaan perma-
ajaran inquiry, problem based learning dsb. salahan nyata yang terjadi di kehidupan nyata.
Setiap model pembelajaran tersebut memberikan Pesatnya perkembangan IPA dalam berbagai
efek pembelajaran dan efek pengiring (Trianto, bidang kehidupan masyarakat, menuntut cara
2007, p. 29). Efek pembelajaran dan efek pengi- pembelajaran yang dapat menyiapkan siswa
ring merupakan komponen dari model pembel- untuk memahami IPA, yang mampu berpikir
ajaran IPA (Hamid, 2011). Efek pembelajaran logis, kreatif, serta beragumentasi yang benar.
adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah Upaya yang dilakukan oleh Subali,
melalui proses pembelajaran, sedangkan efek Sopyan, & Ellianawati (2015, p. 4) dalam
pengiring adalah nilai karakter yang diharapkan mendesain pembelajaran sains berbasis kearifan
muncul setelah melalui proses pembelajaran. lokal (local wisdom) menunjukan adanya
Model pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal peningkatan 11 karakter positif siswa, dengan
adalah salah satu model pembelajaran IPA yang karakter positif yang paling signifikan adalah
berorientasi pada integrasi nilai-nilai kearifan karakter jujur, disiplin, teliti, rajin, hati-hati,
lokal (local wisdom) suatu masyarakat ke dalam tanggung jawab, dan peduli lingkungan. Krea-
materi pembelajaran IPA. Menurut Wibowo & tivitas atau imajinasi adalah salah satu dimensi
Gunawan (2015, p. 125) kearifan budaya lokal dari pendidikan sains dewasa ini. Kreativitas
sangat tepat untuk membangun nilai karakter berhubungan dengan kemampuan memvisual-
siswa yang merupakan efek pengiring dalam isasikan atau menghasilkan gambaran objek dan
suatu pembelajaran di sekolah. gagasan dengan cara-cara baru, memecahkan
Kearifan lokal merupakan buah atau hasil masalah dan teka-teki, menghasilkan ide atau
dari masyarakat/etnis tertentu melalui penga- gagasan yang tidak biasa atau unik (Mariana &
laman mereka dan belum tentu dialami oleh Praginda, 2009, p. 28).
masyarakat lain. Kearifan lokal melekat sangat Upaya penelitian yang dilakukan oleh Lee
kuat pada masyarakat/etnis tertentu, karena nilai & Erdogan (2007) tentang pengaruh pendekatan
kearifan lokal teruji dan melalui proses panjang, STS (Sains, Technology, Society) pada sikap
bahkan usianya hampir menyamai keberadaan siswa terhadap ilmu dan kreativitasnya, pening-
sebuah masyarakat atau etnis tertentu (Wibowo katannya masih kurang signifikan dari 3 aspek
& Gunawan, 2015, p. 17). penilaian kreativitas yaitu pertanyaan, penalar-
Suastra, Tika, & Kariasa (2011) menyata- an, dan memprediksi solusi. Menurut Hu et al.
kan bahwa nilai-nilai kearifan lokal saat ini (2013, p. 4) komponen utama dalam kreativitas
diabaikan dalam pembelajaran khususnya siswa adalah ilmu pengetahuan dan keterampil-

Copyright © 2017, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


ISSN 2406-9205 (print), ISSN 2477-4820 (online)
J u r n a l I n o v a s i P e n d id ik a n I P A , 3 ( 2 ) , 2 0 1 7 - 1 2 0
Aji Pamungkas, Bambang Subali, Suharto Lunuwih

annya. Peningkatan Kreativitas siswa dipenga- digunakan dalam penelitian ini yaitu: kelas
ruhi oleh pembelajaran yang dilaksanakan. eksperimen dan kelas kontrol. Penggunaan
Menurut (Hu & Adey, 2002) merangsang ber- metode ini bertujuan untuk mengetahui penga-
pikir kreatif siswa dengan cara pembelajaran ruh sebuah perlakuan terhadap objek yang diteliti
yang bebas, tebuka, dan positif. Kreativitas siswa (Sugiyono, 2015, pp. 74–75). Rancangan ini
yang merupakan dimensi dari pendidikan IPA terdiri atas dua uji yaitu pretest dan posttest,
saat ini perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, perlu pretest yang dilakukan sebelum perlakuan dibe-
adanya model pembelajaran yang mampu rikan dan postest setelah perlakuan diberikan.
mengakomodasi kreativitas siswa tersebut. Selain Desain dapat digambarkan pada Tabel 1.
dimensi kreativitas yang berpengaruh Tabel 1. Desain Penelitian

dalam pendidikan IPA, hasil belajar yang


merupakan ranah kognitif adalah tujuan utama Kelas Pre-Test Perlakuan Post-Test
dari pendidikan IPA yang digunakan sebagai Eksperimen O1 X1 O2
instrumen evaluasi pengetahuan siswa. Hasil Kontrol O3 X2 O4
belajar adalah kemampuan anak yang diperoleh Pengaruh perlakuan adalah: (O2-O1)-(O4-O3)
anak setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Keterangan:
Berdasarkan hasil observasi di SMP N 22 X1: perlakuan yang diberikan kepada kelas
Semarang, ketuntasan siswa setelah melalui eksperimen adalah pembelajaran dengan
proses pembelajaran berdasarkan nilai UTS model pembelajaran IPA berbasis kearifan
masih tergolong rendah. Dari 36 siswa pada kelas lokal
VII F hanya 15 siswa yang lulus KKN dengan X2: perlakuan yang diberikan kepada kelas
persentase 41,67. Hal ini menunjukkan kontrol adalah pembelajaran dengan
ketuntasan siswa yang masih rendah di sekolah menggunakan pembelajaran IPA dengan
tersebut terhadap hasil belajar IPA. Berdasarkan pendekatan saintifik.
hasil penelitian sebelumnya dan penjelasan di O1 : tes awal (pretest) yang diberikan kepada
atas mendorong peneliti untuk melakukan kelas eksperimen
penelitian dengan judul “Implementasi Model O2 : tes akhir (posttest) yang diberikan kepada
Pembelajaran IPA berbasis Kearifan Lokal pada kelas eksperimen
Siswa SMP untuk Meningkatkan Kreativitas dan O3 : tes awal (pretest) yang diberikan kepada
Hasil Belajar Siswa”. kelas kontrol
Berdasarkan latar belakang masalah terse- O4 : tes akhir (posttest) yang diberikan kepada
but, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah kelas kontrol
(1) bagaimana pengaruh implementasi model Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan
pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal April-Mei 2017 Semester Genap Tahun Pelajar-
terhadap kreativitas dan hasil belajar siswa, (2) an 2016/2017. Teknik pengambilan sampel pada
Berapa besar peningkatan kreativitas dan hasil penelitian ini menggunakan teknik sampling
belajar siswa setelah diterapkan model pembel- purposive. Sampel penelitian ini adalah siswa
ajaran IPA berbasis kearifan lokal, Berkaitan kelas VII di SMP Negeri 22 Semarang. Prosedur
dengan masalah ini, maka dipandang perlu untuk penelitian meliputi studi pendahuluan di SMP
menimplementasikan model pembelajaran IPA Negeri 22 Semarang, pembuatan perangkat dan
berbasis kearifan lokal dalam upaya instrumen penelitian, tahap implementasi serta
meningkatkan kreativitas siswa. analisis data dan pembahasan.
Model pembelajaran IPA berbasis kearif- Data yang dikumpulkan dalam penelitian
an lokal dalam penelitian ini memiliki sintaks ini meliputi nilai pretest dan nilai observasi ob-
pembelajaran yaitu (1) Review (penjajakan) (2) servasi siswa, dan nilai posttest Data penelitian
Task (penugasan) (3) Solution (pemecahan ini dikumpulkan melalui tes dan observasi.
masalah) (4) Reflection (refleksi), (5) Evaluation Teknik pengolahan data terdiri atas uji
(evaluasi) (Subali et al., 2015). Sintaks pembel- homogenitas, uji normalitas nilai pretest dan
ajaran ini dikembangkan agar kreativitas dan posttest. Uji t-test untuk mengetahui adanya
hasil belajar siswa meningkat. pengaruh model pembelajaran terhadap hasil
belajar siswa. Uji lembar observasi untuk
METODE mengetahui peningkatan kreativitas siswa.dan uji
Penelitian ini menggunakan jenis peneliti- N-Gain untuk mengetahui besar peningkatan
an Quasi Experimental dengan Nonequivalent kreativitas siswa. Instrumen penelitian terdiri
Control Group Desain. Terdapat dua kelas yang
Copyright © 2017, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA
ISSN 2406-9205 (print), ISSN 2477-4820 (online)
J u r n a l I n o v a s i P e n d id ik a n I P A , 3 ( 2 ) , 2 0 1 7 - 1 2 1
Aji Pamungkas, Bambang Subali, Suharto Lunuwih

atas rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar Analisis data tahap akhir meliputi uji t-
kerja siswa, lembar soal dan lembar observasi. test, uji lembar observasi dan uji gain ter-
normalisasi. Analisis data hasil kreativitas dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
belajar siswa menggunakan uji t-test. Hasil
Hasil belajar siswa adalah nilai posttest kedua kelas
Hasil penelitian ini adalah data kuantitatif sampel dan hasil kreativitas siswa adalah nilai
yang dianalisis terdiri atas tahap awal dan tahap observasi. Uji t-test digunakan untuk mengeta-
akhir. Tahap awal terdiri atas uji normalitas dan hui adanya pengaruh model pembelajaran IPA
uji homogenitas, sedangkan tahap akhir terdiri berbasis kearifan lokal terhadap peningkatan
atas uji t-test, uji lembar observasi dan uji gain hasil belajar siswa. Hipotesis yang diuji adalah
ternormalisasi. sebagai berikut.
Analisis data tahap awal penelitian ini Ho = Model pembelajaran IPA berbasis kearifan
adalah untuk menguji homogenitas dan uji lokal tidak dapat meningkatkan hasil belajar
normalitas data. Berdasarkan analisis data siswa.
menggunakan IBM SPSS Statistic 22 diperoleh Ha = Model pembelajaran IPA berbasis kearifan
hasil uji homogenitas pada Tabel 2. lokal dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Tabel 2. Output SPSS Uji Homogenitas Uji hipotesis dilakukan untuk melihat
Nilai perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eks-
Data Kriteria perimen dan kelas kontrol. Data yang digunakan
Signifikansi
Nilai Pretest Siswa Kelas 0,237 Homogen pada uji t-test adalah nilai posttest siswa kedua

Eksperimen sampel, uji t-test menggunakan uji independent

Nilai Pretest Siswa Kelas 0,668 Homogen sample t-test dengan bantuan aplikasi IBM

Kontrol SPSS Statistics 22. Data berdistribusi normal


Tabel 2 memberikan informasi apakah maka uji independent samples t-test bisa lang-
varians dari kelompok yang dibandingkan adalah sung dilakukan. Hasil perhitungan dapat dilihat
sama. Syaratnya adalah nilai signifikansi harus pada Tabel 7 dan Tabel 8.
lebih dari 0,05. Tabel 2 menunjukkan nilai Tabel 4. Output SPSS Independent Samples Test

signifikansi nilai pretest didapatkan sebesar


0,237 > 0,05 dan signifikansi nilai posttest sebe- Mean
Data Sig Sig. 2-tailed
sar 0,668. Artinya, data penelitian ini bisa Differences
dikatakan homogen (seragam) antara kelas Hasil Belajar 0,102 0,000 9,5
eksperimen (VII F) dan kelas kontrol (VII B). Tabel. 5 Output SPSS Hasil Deskripsi Statistik

Kemudian pada tahap awal ini dilakukan uji


normalitas nilai pretest dan posttest mengguna- posttest kedua kelas nilai signifikansi (p) sebesar
kan uji Kolmogorov-Smirnov dengan banguan 0,200 dan 0,148. Nilai signifikansi (p) data kedua
aplikasi IBM SPSS Statistics 22. Hasil perhi- kelas menunjukkan > 0,05, Maka dapat
tungan uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 3. disimpulkan, data sampel kedua kelas berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
Tabel 3. Output SPSS Uji Normalitas
Kelas Data Nilai Signifikansi
Eksperimen 0,097
Pretest
Kontrol 0,077
Eksperimen 0,200
Posttest
Kontrol 0,148
Tabel 3 memberikan informasi data ber-
distribusi normal dengan memperhatikan nilai
signifikansi data (p). Tabel 3 menunjukkan angka
signifikansi data. (p) kedua kelas untuk data
pretest sebesar 0,097 dan 0,077, dan untuk data
Copyright © 2017, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA
ISSN 2406-9205 (print), ISSN 2477-4820 (online)
dilakukan oleh observer. Observer adalah maha- aspek kreativitas siswa pada kelas eksperimen
siswa berjumlah enam orang. Pengamatan selama mengalami peningkatan sebesar 0,46 dengan
tiga kali pertemuan dilakukan ketika sis- wa kategori sedang. Pada kelas kontrol mengalami
sedang berdiskusi dan menjawab pertanyaan dari peningkatan sebesar 0,32 dengan kategori se-
diskusi. Pertanyaan diskusi tersebut memuat dang. Hal ini menunjukkan bahwa model
aspek kreativitas yang diteliti. Perbandingan rata- pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal yang
rata nilai kreativitas siswa kelas eksperimen dan diterapkan pada kelas eksperimen dapat mening-
kelas kontrol disajikan pada Gambar 1. katkan kreativitas siswa yang lebih tinggi dari-
100,0 pada model pembelajaran saintifik yang diterap-
74,7 77,5 76,2
Persentase (%)

80,0 72,2 71,9 72,5 69, 7 69, 4


6 4,1 6 2,3
kan pada kelas kontrol.
60,0
Analisis data selanjutnya yaitu besar
40,0
peningkatan hasil belajar siswa pada kelas
20,0
eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji gain
ternormalisasi untuk hasil belajar siswa pada
0,0
kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Uji N Gain Hasil Belajar
Aspek Kreativitas Pre- Post-
Eksperimen Kontrol Kelas <g> Kategori
Test Test

Eksperimen 27,00 78,42 0,70 Sedang


Gambar 1. Perbandingan Rata-rata Nilai
Kontrol 29,63 68,93 0,56 Sedang
Kreativitas Siswa Antara Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol Pembahasan
Analisis data selanjutnya yaitu uji gain Salah satu pokok bahasan mata pelajaran
ternormalisasi untuk mengetahui besarnya IPA kelas VII SMP Kurikulum 2013 adalah
peningkatan kreativitas siswa pada kelas eks- materi tata surya. Materi tata surta memiliki
perimen dan kelas kontrol. Data yang digunakan beberapa kompetensi dasar. Pada penelitian ini
adalah nilai lembar observasi siswa di kedua membahas materi tata surya sub materi gerak
kelas. Hasil uji gain untuk aspek kreativitas kelas rotasi dan revolusi Bumi. Jenis percobaan yang
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada terdapat pada materi tata surya dalam penelitian
Tabel 6 dan 7. ini adalah (1) rotasi bumi, (2) pemodelan orbit
planet, (3) revolusi bumi.
Tabel 6. Hasil Uji N Gain Aspek Kreativitas
Model pembelajaran IPA berbasis kearif-
Kelas Eksperimen
an lokal juga berpengaruh terhadap siswa pada
Aspek 〈〉 kelas eksperimen dengan nilai rata-rata kreati-
P ertem u an k e-
Kreativitas 1&2 2&3 1&3 Rata-rata vitas siswa lebih tinggi daripada nilai rata-rata

Kelancaran 0,40 0,62 0,78 0,60 kreativitas siswa pada kelas kontrol, maka akan
Keluwesan 0,35 0,58 0,73 0,55 dilakukan pembahasan mengenai hal tersebut
Kesadaran 0,26 0,46 0,60 0,44 serta pembahasan berapa besar peningkatan
Ingatan 0,32 0,31 0,53 0,38 kreativitas dan hasil belajar siswa.
Keaslian 0,33 0,20 0,47 0,33 Pembelajaran yang telah diretapkan pada
Rata-rata 0,33 0,43 0,62 0,46 kelas eksperimen memberikan pengaruh terha-
Tabel 7. Hasil Uji N Gain Aspek Kreativitas dap kreativitas dan hasil belajar siswa. Upaya
Kelas Kontrol untuk mengukur pengaruhnya, sebelum mem-

berikan perlakuan peneliti memberikan pretest


Aspek 〈〉 pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
P ertem u an k e-
mengukur keadaan awal kelas. Kemudian pada
akhir pertemuan diuji dengan lembar posttest
untuk mengetahui keadaan akhir kelas. Hasil
pretest yang telah dilaksanakan memiliki rata-
rata 27,0 pada kelas eksperimen dan 29,6 pada
Pengaruh model pembelajaran IPA ber- lebih mampu memecahkan masalah ketika
basis kearifan lokal terhadap hasil belajar siswa mengerjakan soal tersebut. Dapat dilihat dari
diukur dengan uji t-test data nilai posttest Ber- indikator hasil belajar yaitu memiliki sikap yang
dasarkan perhitungan uji independent samples t- mampu memecahkan permasalahan yang disaji-
test menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistics kan dalam soal tersebut. Hal ini sependapat
22 mendapatkan signifikansi data nilai posttest dengan Mungmachon (2012) melalui kearifan
sebesar 0,000 < 0,05. Jadi dapat disimpulkan dan pengetahuan lokal yang terintegrasi dalam
bahwa model pembelajaran IPA berbasis kearifan ilmu pengetahuan alam mampu memecahkan
lokal dapat hasil belajar siswa. suatu permasalahan.
Berdasarkan hasil t-test diketahui bahwa Pengaruh model pembelajaran yang
implementasi model pembelajaran IPA berbasis menggunakan metode percobaan dan eksperi-
kearifan lokal berpengaruh terhadap hasil belajar men pada kedua kelas juga menunjukkan
siswa. Hasil t-test dapat dilihat pada Tabel 4 peningkatan pada hasil belajar siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat signifikan antara sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
model pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal Subekti & Ariswan (2016) melalui pembelajaran
dengan model pembelajaran pendekatan sain- fisika menggunakan metode eksperimen mampu
tifik terhadap hasil belajar siswa. Signifikansi meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
disini berarti terdapat perbedaan aktivitas siswa Pengaruh model pembelajaran IPA ber-
sebelum dan sesudah diberi perlakuan yaitu basis kearifan lokal terhadap kreativitas siswa
implementasi model pembelajaran IPA berbasis dapat dilihat dari hasil observasi ketika pembel-
kearifan lokal dalam pembelajaran. ajaran. Kreativitas siswa ketika pembelajaran
Pengaruh implementasi model pembel- diteliti ketika siswa berdiskusi dan menjawab
ajaran IPA berbasis kearifan lokal terhadap pertanyaan diskusi yang disajikan di lembar
kreativitas yang pertama dari hasil posttest. Tes kegiatan siswa. Observasi kreativitas siswa tidak
dalam bentuk soal uraian yang membuat siswa hanya dilakukan pada satu kali pertemuan
berpikir divergen atau meluas untuk meng- melainkan dilakukan setiap pertemuan. Hal ter-
gabungkan beberapa ide terkait pemahaman sebut dilakukan untuk mengetahui peningkatan
konsep materi pembelajaran dengan kearifan kreativitas siswa dari pertemuan ke pertemuan.
lokal kalender pranata mangsa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kreativitas siswa pada kelas eksperimen lebih
posttest pada kelas eksperimen lebih tinggi tinggi dibandingkan pada kelas kontrol. Hasil
dibandingkan pada kelas kontrol. Perbedaan nilai analisis data menunjukkkan rata-rata hasil
rata-rata posttest yang signifikan pada kelas observasi aspek kreativitas siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol diakibatkan dari eksperimen sebesar 73,5 sedangkan pada kelas
pengaruh dari proses pembelajaran siswa di kelas kontrol sebesar 68,6.
eksperimen. Pembelajaran pada kelas eks- Implementasi model pembelajaran IPA
perimen yang menggabungkan materi pembel- berbasis kearifan lokal memberikan kesempatan
ajaran dengan kearifan lokal dapat memberikan kepada siswa untuk mengembangkan kreati-
pengalaman kepada siswa yang lebih luas, vitasnya. Siswa menjadi aktif dalam proses
dibandingkan dengan model pembelajaran pen- pembelajaran dengan diterapkannya model
dekatan saintifik. Hal ini sesuai dengan pendapat pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal melalui
dari Canadian Council on Learning (2008) diskusi dan melakukan percobaan. Diskusi
pengalaman yang luas dapat membantu siswa memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mendapatkan keterampilan berpendapat dan memberikan ide/gagasannya serta men- dorong
kedewasaan. Pada kelas eksperimen jawaban untuk lebih aktif sehingga kreativitas berpikir
siswa yang lebih luas dan perspektif terhadap siswa menjadi berkembang. Hal ini sejalan
objek permasalahan materi rotasi dan revolusi dengan hasil penelitian Utami, Noviar, &
Bumi dalam sudut pandang ilmu sebagai hasil Agustina (2012) yang menunjukkan bahwa
pengetahuan sains dan sebagai hasil pengetahu- penerapan model pembelajaran sains berbasis
an masyarakat. kearifan lokal dengan teknik klarifikasi nilai
Perbedaan nilai rata-rata posttest yang dapat meningkatkan kreativitas berpikir siswa.
signifikan antara kelas eksperimen dan kelas Hasil analisis data menunjukkan untuk
kontrol juga menunjukkan dengan model pem- setiap indikator aspek kreativitas siswa kelas
belajaran IPA berbasis kearifan lokal dapat eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas
meningkatkan hasil belajar siswa dimana siswa kontrol. Peningkatan kreativitas siswa juga
terlihat semakin meningkat dari pertemuan ke nakan kebiasaan siswa dalam pembelajaran yang
pertemuan. Hal ini disebabkan karena pada masih berpedoman pada guru dan jarang
pertemuan pertama siswa masih menyesuaikan melakukan praktikum, sehingga kemampuan
dengan model pembelajaran IPA berbasis kreativitas aspek keaslian yang diteliti ketika
kearifan lokal yang diterapkan, namun pada menyimpulkan hasil percobaan membuat siswa
pertemuan kedua dan ketiga siswa telah mampu kesulitan karena belum terbiasa dengan
mengikuti dengan baik sehingga hasil kreativitas pembelajaran yang melakukan percobaan dan
siswa menunjukkan peningkatan. Kegiatan diskusi serta menyimpulkan hasil pembelajaran.
diskusi yang dilakukan dalam pembelajaran Pedoman siswa yang memperoleh informasi
memberikan kesempatan yang lebih banyak pembelajaran dari guru karena metode yang
kepada siswa untuk mengembangkan kreativitas digunakan di sekolah tersebut yang masih kon-
berpikir. Hal ini serupa dengan penelitian vensional (ceramah) menghambat siswa dalam
Subagia & Wiratma (2008) aktivitas dan krea- memunculkan aspek kreativitasnya terutama
tivitas siswa akan lebih tinggi ketika siswa keaslian/originality.Sejalan dengan penelitian
melakukan diskusi atau percobaan dalam kelom- Argarini, Budiyono, & Sujadi (2014) Keter-
pok daripada ketika siswa hanya menerima batasan siswa dalam mengembangkan diri dan
informasi dari guru (metode ceramah). kreativitasnya dikarenakan ketergantungan ter-
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hadap pedoman yang diberikan.
observasi kreativitas yang mencakup indikator Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
aspek kreativitas yang meliputi aspek kelancar- yang sama-sama menggunakan metode eksperi-
an, keaslian, keluwesan, kesadaran dan ingatan men dan penemuan konsep secara mandiri dari
meningkat secara signifikan pada kelas eksperi- siswa dapat mengukur kreativitas siswa di kedua
men. Peningkatan paling signifikan yang diper- kelas, hal ini sejalan dengan penelitian yang
oleh oleh siswa adalah pada pertemuan ke tiga dilakukan oleh Santofani & Rosana (2016)
yaitu ketika membahas materi revolusi Bumi. melalui pembelajaran dengan pendekatan inquiry
Persentase rata-rata aspek kreativitas siswa pada dapat meningkatkan kreativitas siswa dengan tes.
kelas eksperimen mengalami peningkatan Penelitian ini menunjukkan model pem-
sebesar 85,1. Sedangkan pada kelas kontrol belajaran IPA berbasis kearifan lokal terbukti
peningkatan sebesar 76,6. Persentase rata-rata berpengaruh terhadap kreativitas dan hasil belajar
aspek kreativitas siswa pada kelas eksperimen siswa. Dapat dilihat dari uji t-test data posttest
yang lebih tinggi menunjukkan impelementasi kedua kelas menghasilkan taraf signifikansi
model pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal 0,000. Dapat ditarik kesimpulan bahwa
dapat meningkatkan kreativitas siswa. Hal ini implementasi model pembelajaran IPA berbasis
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh kearifan lokal dapat mempengaruhi kreativitas
Suastra & Yasmini (2013) melalui implementasi siswa. Sejalan dengan penelitian Suastra, Tika, &
model pembelajaran sains berbasis kearifan lokal Kariasa (2011) melalui imple- mentasi model
dapat mengembangkan kreativitas berpikir siswa pembelajaran sains berbasis budaya lokal
dan karakter bangsa. Penelitian yang dila- kukan berpengaruh terhadap kompetensi dasar siswa
Suastra & Yasmini (2013) aspek kreati- vitas yang diukur dengan uji ANAVA dan
yang dapat dikembangkan dalam imple- mentasi menghasilkan taraf signifikansi 0,000 yang dapat
model pembelajaran sains berbasis kearifan lokal ditarik interprestasi model pembelajaran sains
adalah aspek kelancaran, kelu- wesan dan berbasis budaya lokal dapat mempengaruhi
keaslian. kompetensi dasar siswa. Kompetensi dasar sains
Perbedaan rata-rata hasil observasi yang pada penelitian ini diukur dengan tes hasil belajar
cukup signifikan pada kedua kelas dikarenakan siswa yang memuat materi hasil pembelajaran.
beberapa aspek kreativitas siswa yang diteliti Pengaruh yang kedua dilihat dari data
memiliki rata-rata yang signifikan sekali yaitu lembar observasi ketika pembelajaran. Hasil
aspek kelancaran, kesadaran. Hal ini dikarena- analisis data lembar observasi menunjukkan
kan penggunaan kalender pranata mangsa yang melalui model pembelajaran IPA berbasis
digunakan pada kelas eksperimen membuat siswa kearifan lokal dapat meningkatkan kreativitas
lebih lancar dalam memprediksi per- ubahan siswa ketika pembelajaran yang terdiri dari 3
musim, dan membuat sikap peduli lingkungan pertemuan. Sejalan dengan penelitian yang
lebih tinggi dari kelas kontrol. Akan tetapi aspek dilakukan oleh Utami, Noviar, & Agustina
keaslian pada kedua kelas menun- jukkan hasil
yang paling rendah, hal ini dikare-
(2012) model pembelajaran sains berbasis kontrol rata-rata nilai pretest 29,6 dan rata-rata
kearifan lokal dengan teknik klarifikasi nilai yang nilai posttest 68,9.
terdiri dari 2 siklus dapat mempengaruhi Berdasarkan data tersebut pada kedua
kreativitas siswa. Peningkatan kreativitas pada kelas dilakukan uji gain ternormalisasi untuk
penelitian tersebut menghasilkan nilai N gain mengetahui besarnya peningkatan hasil belajar
sebesar 0,15 kategori rendah. siswa setelah diberi perlakuan. Hasil belajar
Pada penelitian ini peningkatan kreativitas siswa pada kelas eksperimen meningkat sebesar
siswa yang dilihat dari hasil tes menunjukkan N 0,70 dengan kategori sedang dan pada kelas
gain nilai pretest dan posttest sebesar 0,46 kontrol hasil belajar siswa meningkat sebesar
berkategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa 0,56 dengan kategori sedang.
penelitian yang telah dilakukan mendapatkan Kedua kelas mengalami peningkatan
hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Berda- dengan kategori sedang yang menunjukkan
sarkan penelitian yang diperoleh dapat disim- bahwa hasil belajar siswa meningkat di kedua
pulkan bahwa implementasi model pembel- kelas. Kedua kelas menggunakan model pem-
ajaran IPA berbasis kearifan lokal dapat belajaran yang berbeda pada kelas eksperimen
meningkatkan kreativitas siswa. Sejalan dengan menggunakan model pembelajaran IPA berbasis
hasil penelitian Suatra & Yasmini (2013) kearifan lokal sedangkan pada kelas kontrol
kreativitas berpikir siswa dapat dikembangkan menggunakan model pembelajaran pendekatan
melalui implementasi model pembelajaran saintifik.
berbasis kearifan lokal yang menggali karakter Meskipun sama-sama berkategori sedang,
bangsa. tetapi hasil N-gain hasil belajar siswa pada kelas
Pada penelitian ini menunjukkan kreati- eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
vitas siswa yang merupakan karakter positif yang Hal ini dikarenakan model pembelajaran yang
harus ada dalam pendidikan sains perlu dilakukan pada kedua kelas berbeda. Melalui
dikembangkan dengan kebutuhan berkembang- pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal yang
nya sikap kreatif ilmiah siswa dalam mengha- diterapkan pada kelas eksperimen dapat
dapi arus global yang sudah maju. Serupa dengan meningkatkan kreativitas siswa aspek keluwesan.
penelitian yang dilakukan oleh Subali, Sopyan, & Soal posttest meneliti kemampuan siswa
Ellianawati (2015) melalui desain model dalam memecahkan permasalahan terkait materi
pembelajaran sains berbasis local wisdom dapat yang telah dipelajari siswa setelah proses pem-
meningkatkan karakter positif siswa. Penelitian belajaran siswa dalam memecahkan soal yang
Subali, Sopyan, & Ellianawati (2015) tidak disajikan. Jawaban siswa pada kelas eksperimen
memfokuskan pengembangan karakter kreatif lebih luas dan perspektif terhadap objek per-
sedangkan pada penelitian ini mem- fokuskan masalahan materi pembelajaran dalam sudut
pada karakter kreativitas beserta aspek-aspek pandang ilmu sebagai hasil pengetahuan sains
kreativitasnya. dan sebagai hasil pengetahuan masyarakat dalam
Keseluruhan aspek kreativitas yang meli- bentuk kearifan lokal. Hal ini menun- jukkan
puti aspek kelancaran, keaslian, keluwesan, bahwa implementasi model pembelajar- an IPA
kesadaran dan ingatan yang diteliti menunjuk- berbasis kearifan lokal dapat meningkat- kan
kan hasil yang meningkat. Hal ini serupa dengan hasil belajar siswa dalam memecahan
penelitian Suastra & Yasmini (2013) terdapat permasalahan yang disajikan dalam soal. Sejalan
beberapa aspek kreativitas siswa seperti kelan- dengan penelitian Mungmachon (2012) melalui
caran, keaslian dan ingatan yang dapat dikem- kearifan dan pengetahuan lokal yang terintegrasi
bangkan melalui pembelajaran sains berbasis dalam ilmu pengetahuan alam mampu meme-
kearifan lokal. Pada penelitian ini aspek kreati- cahkan suatu permasalahan yang disajikan.
vitas yang dikembangkan adalah aspek kelan- Besar peningkatan kreativitas siswa diteliti
caran, keluwesan, keaslian, kesadaran dan dari tiga kali pertemuan dengan uji gain
ingatan. ternormalisasi seperti yang ditunjukkan pada
Besar peningkatan hasil belajar siswa Tabel 6 dan 7. Berdasarkan Tabel 6 dan 7
setelah diimplementasikan model pembelajaran menunjukkan indikator aspek kreativitas siswa
IPA berbasis kearifan lokal dapat dilihat dari data pada kelas eksperimen yang meliputi aspek
pretest dan posttest. Pada kelas eksperimen rata- keluwesan, kelancaran, keaslian, kesadaran dan
rata nilai pretest sebesar 27,0 dan rata-rata nilai ingatan dengan kategori sedang sedangkan pada
posttest sebesar 78,4 Sedangkan pada kelas kelas kontrol indikator aspek kreativitas kelan-
caran dan keluwesan yang mengalami pening- (originality), ingatan (memory), dan kesadaran
katan dengan kategori sedang, sedangkan (awarness) pada kelas eksperimen sebesar 0,46
indikator aspek kreativitas aspek keaslian, dengan kategori sedang. Sedangkan pada kelas
ingatan dan kesadaran mengalami peningkatan kontrol besar peningkatan kreativitas siswa
dengan kategori rendah. sebesar 0,32 dengan kategori sedang, sedangkan
Meskipun peningatan kreativitas siswa besar peningkatan hasil belajar siswa pada kelas
pada kelas kontrol lebih rendah, namun pada eksperimen sebesar 0,70 dalam kategori sedang
kelas kontrol mengalami peningkatan kreativitas dan pada kelas kontrol sebesar 0,56 dalam
dari sebelum dan sesudah pembelajaran. Kelas kategori sedang.
kontrol yang menggunakan model pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian saran yang
pendekatan saintifik yang terdiri atas tahapan peneliti berikan adalah sebagai berikut: Pertama,
mengamati, menanya, mencoba, mengolah dan model pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal
mengomunikasikan dirancang dalam pembel- pada siswa SMP disarankan untuk dapat diim-
ajaran diskusi dan melakukan percobaan meng- plementasikan di daerah yang memiliki potensi
alami peningkatan kreativitas siswa. kearifan lokal yang dapat dimasukan sebagai
Peningkatan kreativitas siswa pada kelas bahan pembelajaran IPA khususnya daerah
eksperimen yang lebih tinggi menunjukkan seperti gunungpati dan sekitarnya yang masih
bahwa melalui implementasi model pembel- dominan memegang prinsip kearifan lokal. Ke-
ajaran IPA berbasis kearifan lokal mampu dua, alokasi waktu dipersingkat dalam pembuat-
meningkatkan kreativitas siswa yang lebih baik an karya agar pembelajaran bisa berlangsung
dari kelas kontrol. Pembelajaran pada kelas lebih lama dan mendalam serta alangkah lebih
kontrol dengan model pembelajaran pendekatan baik siswa juga diberi penugasan di rumah untuk
saintifik hanya berfokus pada materi pembel- mengembangkan kreativitasnya selain di dalam
ajaran saja, berbeda dengan kelas eksperimen kelas. Ketiga, guru yang akan membentuk krea-
yang lebih luas karena mengaitkan kearifan lokal tivitas siswa hendaknya tidak hanya melihat
masyarakat dalam bentuk tabel kalender pranata aspek kreativitas kelancaran, keluwesan, keasli-
mangsa. Hal ini sejalan dengan peneliti- an an, kesadaran dan ingatan saja. Akan tetapi juga
Suastra, Tika, & Kariasa (2011) pembelajar- an hasus melihat aspek lainnya seperti mengela-
berbasis budaya lokal mampu menjembatani borasi, evaluasi dan percaya diri.
sains asli yang dimiliki oleh siswa dengan sains
DAFTAR PUSTAKA
yang diperoleh di sekolah.
Peningkatan kreativitas pada kelas eks- Argarini, D. F., Budiyono, B., & Sujadi, I. (2014).
perimen dan kelas kontrol yang tidak terlalu Karakteristik berpikir kreatif siswa kelas
signifikan di karenakan kedua kelas mengguna- VII SMP N 1 Kragan dalam memecahkan
kan pembelajaran yang memiliki tujuan dan dan mengajukan masalah matematika
tahapan yang hampir mirip yaitu memfokuskan materi perbandingan ditinjau dari gaya
pada siswa sebagai subjek belajar dan meng- kognitif. Journal on Mathematics and
arahkan siswa untuk memperoleh pengetahuan Mathematics Education, 4(2).
berdasarkan percobaan. Kemiripan juga terdapat Retrieved from
pada lembar kegiatan siswa, hanya saja lembar http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/jmm
kegiatan siswa pada kelas eksperimen dibantu e/article/view/5301
dengan nilai-nilai kearifan lokal yang ada di Canadian Council on Learning. (2008). Lessons
masyarakat dan kalender pranata mangsa. and learning. Retrieved from
SIMPULAN http://en.copian.ca/library/research/ccl/be
nefits_learning/benefitslearning.pdf
Model pembelajaran IPA berbasis kearif-
Hamid, A. A. (2011). Pembelajaran fisika di
an lokal memberikan pengaruh terhadap
sekolah: Apa dan bagaimana pendekatan
kreativitas dan hasil belajar siswa dilihat dari
generik dan metode iqra dilaksanakan
perbedaan yang signifikan hasil rata-rata
dalam pembelajaran fisika. Yogyakarta.
kreativitas dan hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang diteliti dengan Hu, W., & Adey, P. (2002). A scientific creativity
lembar observasi dan tes. test for secondary school students.
Secara keseluruhan besar peningkatan International Journal of Science
kreativitas siswa yang terdiri atas aspek kelan- Education, 24(4), 389–403.
caran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian https://doi.org/10.1080/095006901100989
12 karakter bangsa berbasis kearifan lokal
Hu, W., Wu, B., Jia, X., Yi, X., Duan, C., Bali. JPI (Jurnal Pendidikan Indonesia),
Meyer, W., & Kaufman, J. C. (2013). 2(2), 221–235.
Increasing students’ scientific creativity: https://doi.org/10.23887/jpi-
The “Learn to think” intervention program. undiksha.v2i2.2166
The Journal of Creative Behavior, Subagia, I. W., & Wiratma, I. G. L. (2008).
47(1), 3–21. Penerapan model siklus belajar berbasis tri
https://doi.org/10.1002/jocb.20 pramana pada pembelajaran sains di
Lee, M., & Erdogan, I. (2007). The effect of sekolah. Jurnal Pendidikan Dan
science-technology–society teaching on Pengajaran Undiksha, 41(2).
students’ attitudes toward science and Subali, B., Sopyan, A., & Ellianawati, E. (2015).
certain aspects of creativity. International Developing local wisdom based science
Journal of Science Education, 29(11), learning design to establish positive
1315–1327. character in elementary school. Jurnal
https://doi.org/10.1080/095006906009729 Pendidikan Fisika Indonesia, 11(1), 1–7.
74 https://doi.org/10.15294/jpfi.v11i1.3998
Mariana, I. M. A., & Praginda, W. (2009). Subekti, Y., & Ariswan, A. (2016). Pembelajaran
Hakikat IPA dan pendidikan IPA. fisika dengan metode eksperimen untuk
Bandung: Pusat Pengembangan dan meningkatkan hasil belajar kognitif dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga keterampilan proses sains. Jurnal Inovasi
Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Pendidikan IPA, 2(2), 252.
Mungmachon, M. R. (2012). Knowledge and https://doi.org/10.21831/jipi.v2i2.6278
local wisdom: Community treasure. Sufren, S., & Natanael, Y. (2014). Belajar
International Journal of Humanities and otodidak SPSS pasti bisa (Indonesian
Social Science, 2(13), 174–181. Retrieved Edition). Jakarta: Elex Media
from Komputindo.
http://www.ijhssnet.com/journals/Vol_2_ Sugiyono. (2015). Metode penelitian pendidikan:
No_13_July_2012/18.pdf Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R &
Santofani, A., & Rosana, D. (2016). D. Bandung: Alfabeta.
Pengembangan tes kreativitas pada Trianto, T. (2007). Model-model pembelajaran
pembelajaran fisika dengan pendekatan inovatif berorientasi Konstruktivistik.
inkuiri pada materi teori kinetik gas. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2(2), 134.
Utami, R. P., Noviar, D., & Agustina, E. H.
https://doi.org/10.21831/jipi.v2i2.6373
(2012). Aplikasi model VCT (Value
Setiawan, A. (2014, June 13). Pengembangan Clarification Technique) berbasis local
modul ipa terpadu berbasis sains- wisdom sebagai upaya internalisasi
teknologi-masyarakat dengan tema pendidikan karakter untuk meningkatkan
pembuatan kompos sebagai sarana kreativitas berpikir dan hasil belajar
berpikir kreatif siswa SMP/MTs. UIN biologi siswa. Prosiding Seminar Biologi,
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Retrieved 9(1). Retrieved from
from http://digilib.uin-suka.ac.id/13212/ http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pros
Suastra, I. W., Tika, K., & Kariasa, N. (2011). bio/article/view/1030
Efektivitas model pembelajaran sains Wibowo, A., & Gunawan. (2015). Pendidikan
berbasis budaya lokal untuk karakter berbasis kearifan lokal di sekolah
mengembangkan kompetensi dasar sains (konsep, strategi, dan implementasi).
dan nilai kearifan lokal di SMP. JPPP Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lemlit, 5(3), 258–273. Retrieved from
Wisudawati, A. W., & Sulistyowati, E. (2014).
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/J
Metodologi pembelajaran IPA. Jakarta:
JL/article/view/144
Bumi Aksara.
Suastra, I. W., & Yasmini, L. P. B. (2013). Model
pembelajaran fisika untuk
mengembangkan kreativitas berpikir dan
Hasil Review

Susunan Review Hasil Review


Judul Implementasi Model Pembelajaran IPA Berbasis Kearifan
Lokal untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar
Siswa
Penulis Aji Pamungkas, Bambang Subali, & Suharto Linuwih.
Identitas Jurnal Jurnal Inovasi Pendidikan IPA
3 (2), 2017, 118-127
Latar Belakang Masalah Model pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal adalah
salah satu model pembelajaran IPA yang berorientasi pada
integrasi nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) suatu
masyarakat ke dalam materi pembelajaran IPA yang
menunjukan adanya peningkatan 11 karakter positif siswa,
seperti karakter jujur, disiplin, teliti, rajin, hati-hati,
tanggung jawab, dan peduli lingkungan .
Tujuan Untuk mengetahui pengaruh dan peningkatan dari
implementasi model pembelajaran IPA berbasis kearifan
lokal terhadap kreativitas dan hasil belajar siswa.
Kajian Teori Hasil penelitian Suastra, Tika, & Kariasa (2011, p. 11)
dalam mendesain model pembel- ajaran sains berbasis
budaya lokal memiliki 5 tahapan yaitu kegiatan awal,
eksplorasi, elabo- rasi, konfirmasi, dan kegiatan akhir.
Upaya penelitian yang dilakukan oleh Lee & Erdogan
(2007) tentang pengaruh pendekatan STS (Sains,
Technology, Society) pada sikap siswa terhadap ilmu dan
kreativitasnya, pening- katannya masih kurang signifikan
dari 3 aspek penilaian kreativitas yaitu pertanyaan, penalar-
an, dan memprediksi solusi. Menurut Hu et al. (2013, p. 4)
komponen utama dalam kreativitas siswa adalah ilmu
pengetahuan dan keterampilannya. Peningkatan Kreativitas
siswa dipenga- ruhi oleh pembelajaran yang dilaksanakan.
Menurut (Hu & Adey, 2002) merangsang ber- pikir kreatif
siswa dengan cara pembelajaran yang bebas, tebuka, dan
positif.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Quasi
Experimental dengan Nonequivalent Control Group Desain.
Hasil dan Pembahasan Penelitian ini menunjukkan model pembelajaran IPA
berbasis kearifan lokal terbukti berpengaruh terhadap
kreativitas dan hasil belajar siswa. Dapat dilihat dari uji t-
test data posttest kedua kelas menghasilkan taraf signifikansi
0,000. Dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi model
pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal dapat
mempengaruhi kreativitas siswa. Sejalan dengan penelitian
Suastra, Tika, & Kariasa (2011) melalui imple- mentasi
model pembelajaran sains berbasis budaya lokal
berpengaruh terhadap kompetensi dasar siswa yang diukur
dengan uji ANAVA dan menghasilkan taraf signifikansi
0,000 yang dapat ditarik interprestasi model pembelajaran
sains berbasis budaya lokal dapat mempengaruhi
kompetensi dasar siswa. Kompetensi dasar sains pada
penelitian ini diukur dengan tes hasil belajar siswa yang
memuat materi hasil pembelajaran.
Simpulan Model pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal
memberikan pengaruh terhadap kreativitas dan hasil belajar
siswa dilihat dari perbedaan yang signifikan hasil rata-rata
kreativitas dan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol yang diteliti dengan lembar observasi dan
tes.
Kekurangan/Keterbatasan Jurnal ini belum menjelaskan secara detail unsur-unsur
kearifan lokal pada implementasinya secara langsung dalam
proses pembelajaran.
JURNAL 2

JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran), http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jinop


Volume 6, Nomor 1, Mei 2020 Hal. 50-61 DOI: https://doi.org/10.22219/jinop.v6i1.11791
P-ISSN 2443-1591 E-ISSN 2460-0873

COVID-19 DAN E-LEARNING: PERUBAHAN STRATEGI


PEMBELAJARAN SAINS DAN LINGKUNGAN DI SMP
Ilmi Zajuli Ichsan1, 2*, Henita Rahmayanti1, Agung Purwanto1,
Diana Vivanti Sigit2, Edi Kurniawan3, Aryani Kadarwati Dewi4, Nina Wirdianti5,
Farah Muthi Hermawati6, Giry Marhento7
1
Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Universitas Negeri Jakarta, Indonesia
2
Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Jakarta, Indonesia
3
Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
4
Guru Mata Pelajaran IPA, SMP Negeri 1 Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat, Indonesia
5
Guru Mata Pelajaran IPA, SMP Negeri 51 Bandung, Bandung, Jawa Barat, Indonesia
6
Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Jakarta, Indonesia
7Pendidikan Biologi, Universitas Indraprasta PGRI, Indonesia

*Email: ilmizajuli95@gmail.com/ ilmi.zajuli@outlook.co.id


*Corresponden Author

ABSTRAK
Corona Virus Diseases (COVID-19) sudah menjadi wabah di Indonesia, bahkan sudah
menjadi pandemik global di tahun 2020. Berbagai dampak dari COVID-19 ini salah satunya
terjadi perubahan pada dunia pendidikan. Salah satunya adalah perubahan dari pembelajaran
konvensional menjadi pembelajaran dengan berbasis internet atau electronic learning (e-
learning). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keadaan e-learning pada
pembelajaran sains dan lingkungan saat wabah COVID-19. Metode penelitian yang digunakan
adalah dengan metode deskriptif dan teknik pengambilan data menggunakan survey melalui
google form. Penelitian dilaksanakan selama Maret 2020 saat wabah COVID-19 mulai mewabah
di wilayah Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa banyak kendala yang dihadapi
siswa. Salah satu temuan menunjukkan bahwa Whatsapp menjadi media e-learning yang tertinggi
(65.54%). Terkait kendala terbesar adalah kuota internet yang habis (27.03%). Kemudian siswa
berpendapat bahwa video (35.14%) merupakan jenis file yang tepat untuk dibagikan saat e-
learning. Kemudian mayoritas siswa (54.73%) berpendapat bahwa durasi yang paling efektif
untuk e-learning adalah 2-3 jam/hari. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa e-learning belum
berjalan sempurna dan perlu ditingkatkan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa kendala
saat e-learning yang dilakukan perlu diatasi dan perlu dilakukan inovasi oleh guru berupa
pengembangan bahan ajar, media pembelajaran dan juga lembar kerja siswa.

Kata Kunci: COVID-19; E-Learning; Pembelajaran Sains dan Lingkungan.

ABSTRACT
Corona Virus Diseases (COVID-19) has become a pandemic in Indonesia, and even has
become a global pandemic in 2020. Various impacts of COVID-19 is one of them changes
learning strategy. One of them is the change from conventional learning to internet-based learning
or electronic learning (e-learning). The purpose of this study was to describe the e-learning in
natural science and environmental learning during the COVID-19 outbreak. The research method
used descriptive method and data collection techniques using a survey through Google Form. The
study was conducted during March 2020 in Bekasi city and Bandung city, when the COVID-19
outbreak began in Indonesia. The results of this study indicate that there are many problem for e-
learning. Finding showed that Whatsapp was the highest e-learning media (65.54%). Related to
the biggest problem is about internet quota in cellular phone (27.03%). Then students opinion
about video (35.14%) was the best type of file to be shared in e-learning. Then the majority of
students (54.73%) thought that the most effective duration for e-learning was 2-3 hours/day. The
conclusion of this study was e-learning need to be improved and need innovation for developing
teaching materials, learning media, and students worksheet.

Keywords: COVID-19; E-Learning; Science And Environmental Learning.


Copyright (c) 2020 Ichsan et al
This is an open access article under the CC–BY license

How to cite: Ichsan, I., Rahmayanti, H., Purwanto, A., Sigit, D., Kurniawan, E., Dewi, A., Wirdianti, N., Hermawati, F., &
Marhento, G. (2020). Covid-19 dan E-Learning: Perubahan Strategi Pembelajaran Sains dan Lingkungan di SMP.
JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran), 6(1). doi: https://doi.org/10.22219/jinop.v6i1.11791

PENDAHULUAN
Wabah Corona Viruses Diseases (COVID-19) merupakan sebuah pandemik global
yang menyerang banyak negara di dunia pada tahun 2020 (Ahorsu et al., 2020;
Bandyopadhyay, 2020; Pan, 2020; Salzberger et al., 2020). Wabah ini terjadi dikarenakan
infeksi virus corona jenis baru yang diawali di Negara China, tepatnya di Wuhan (Tian et
al., 2020; Zhou et al., 2020). Saat ini COVID-19 sudah menyebar ke berbagai wilayah,
termasuk berbagai kota di wilayah Indonesia. Adanya COVID-19 ini mengakibatkan
berbagai situasi ekonomi dan sosial terganggu. Contohnya aktivitas di pusat-pusat
perekonomian menjadi sepi pengunjung dikarenakan kebijakan pemerintah Indonesia
yang berisi himbauan kepada masyarakat untuk melakukan Physical Distancing (menjaga
jarak antar individu). Hal ini mengakibatkan semua kegiatan menjadi berubah, sehingga
beberapa instansi meliburkan kegiatannya. Dampak yang ditimbulkan adalah semua
pekerjaan dilakukan secara dalam jaringan (online) dari rumah masing-masing atau
disebut Work From Home (WFH), termasuk dalam kaitannya dengan kegiatan belajar dan
mengajar di sekolah.
Adanya wabah COVID-19 ini mengakibatkan kegiatan belajar di beberapa kota
besar seperti Jakarta, Bekasi, Tangerang, Depok, Bogor, Bandung dan kota lainnya
menjadi terganggu. Siswa akhirnya tidak bisa belajar di sekolah karena semua sekolah
ditutup mulai dari jenjang sekolah dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Kegiatan
belajar pun berubah menjadi pembelajaran berbasis online atau disebut electronic
learning (e-learning). Strategi pembelajaran e-learning ini dilakukan dengan berbagai
cara mulai dari menggunakan website, media sosial, hingga teleconference (Alhawiti &
Abdelhamid, 2017; Elleithy & Sobh, 2015; Golitsyna, 2017). Perkembangan e-learning
dalam pembelajaran juga sudah banyak dikembangkan sebelumnya. Sebagai sebuah
strategi pembelajaran yang relatif baru, e-learning harus terus dikembangkan lebih lanjut.
Penelitian terdahulu sudah banyak dilakukan pengembangan e-learning.
Pembelajaran dengan e-learning banyak menggunakan media sosial yang sudah ada
(Blaschke, 2014; Boholano, 2017; Reyna et al., 2018). Beberapa penelitian menunjukan
bahwa belajar dengan media sosial ternyata cukup ampuh untuk meningkatkan
kemampuan siswa (Brown, 2017; Caird & Hallett, 2019; Runhaar et al., 2019; Sahronih
et al., 2019; Sutter & Smith, 2017). Selain itu, siswa juga dapat beradaptasi dengan
kemajuan teknologi. Selain penggunaan media sosial, banyak penelitian menunjukan
penggunaan website dan multimedia lain ternyata masih diminati oleh siswa (Fatih, 2016;
Nugraini et al., 2013). Hal ini menandakan penggunaan teknologi dalam pembelajaran
masih dimungkinkan. Khususnya dalam pembelajaran sains (Ilmu Pengetahuan Alam)
dan lingkungan, penggunaan e-learning sangat dimungkinkan.
Permasalahan yang muncul adalah banyak siswa yang belum terbiasa menggunakan
e-learning. Adanya wabah COVID-19 ini membuat siswa harus bisa belajar
menggunakan e-learning. Hal itu menyebabkan siswa yang belum terbiasa harus
beradaptasi terlebih dahulu, khususnya siswa pada jenjang sekolah menengah pertama
(SMP). Siswa harus dapat melakukan adaptasi dalam pembelajaran sains dan lingkungan
dengan e-learning. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan sebuah deskripsi
untuk mengetahui respon siswa dalam menggunakan e-learning pada saat wabah
COVID-19 secara umum, khususnya pada saat mempelajari sains dan lingkungan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keadaan e-learning pada pembelajaran sains
(Ilmu Pengetahuan Alam/IPA) dan lingkungan saat wabah COVID-19, sebagai sebuah
novelty dalam penelitian pendidikan disaat COVID-19.

METODE
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2020 bertepatan dengan mewabahnya
Corona Virus Diseases (COVID-19) di wilayah Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan
dengan metode deskriptif menggunakan teknik pengambilan data yaitu survey. Sampel
yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di
wilayah Bekasi dan Bandung. Sampel dipilih secara acak dan terpilih 148 siswa SMP
sebagai sampel yang sudah menggunakan strategi pembelajaran berupa e-learning.
Instrumen yang dibuat adalah berupa angket yang berisi pertanyaan mengenai berbagai
pendapat siswa mengenai e-learning akibat adanya wabah COVID-19. Instrumen disebar
melalui media sosial. Instrumen yang dibuat dalam bentuk angket yang dapat diisi siswa
pada Google form. Instrumen terdiri dari 3 bagian yaitu (1) Respon siswa terkait
penggunaan e-learning (2) Respon siswa terkait efektivitas penggunaan e-learning (3)
detail penggunaan e-learning saat wabah COVID-19 dalam pembelajaran sains.
Instrumen pertama terkait dengan respon siswa dalam penggunaan e-learning
memiliki opsi pilihan jawaban sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat
tidak setuju. Seluruh butir instrument merupakan pernyataan positif. Adapun instrumen
kedua merupakan sebuah instrumen berupa respon siswa terkait efektivitas penggunaan
e-learning. Opsi jawaban yang disediakan adalah mulai dari sangat sangat efektif, efektif,
cukup efektif, tidak efektif, dan sangat tidak efektif. Sementara itu, untuk instrumen
ketiga merupakan pertanyaan dengan jawaban yang beraneka ragam terkait dengan detail
menggunakan e-learning. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan cara mendeskripsikan berbagai hasil penelitian tersebut dalam bentuk persentase.
Hal ini untuk melihat persentase dari penggunaan e-learning ini dalam pembelajaran sains
dan lingkungan. Hasil analisis data terkait dengan media pembelajaran dan bahan ajar
yang digunakan dalam e-learning ini disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Tujuannya
untuk memudahkan melihat persentase yang terbesar dan terkecil dari jawaban siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum siswa setuju dengan
digunakannya e-learning saat pandemik COVID-19 dalam pembelajaran sains dan
lingkungan. Namun ada beberapa catatan yang menarik yaitu terkait dengan kemudahan
dalam memahami topik bahasan atau materi pembelajaran yang disampaikan melalui e-
learning. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 40.54% siswa menjawab ragu-
ragu. Sementara itu sebanyak 10.81% siswa menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukan
bahwa sebagian besar siswa masih merasa topik yang diajarkan melalui e-learning tidak
mudah dipahami. Selengkapnya data lebih detail dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase respon siswa terkait e-learning saat wabah COVID-19


No Pernyataan Sangat Setuju Ragu- Tidak Sangat
Setuju ragu Setuju Tidak
Setuju
1 E-learning membantu dalam 21.62 58.78 14.19 5.41 0.00
pembelajaran saat wabah COVID-19
2 E-learning dapat membuat saya 10.14 50.00 31.08 6.76 2.03
semakin mandiri dalam belajar
3 Materi yang dibagikan melalui media 6.08 40.54 40.54 10.81 2.03
saat E-learning dapat saya pelajari
sendiri dan saya mudah
memahaminya
4 Pada saat ada E-learning akibat 17.57 64.19 14.86 2.70 0.68
wabah COVID-19, terjadi diskusi
tanya jawab di media E-learning
antara sesama teman dengan guru
5 Saat wabah COVID-19, sebagian 14.86 70.27 11.49 3.38 0.00
besar siswa akan aktif
berkomentar/menanggapi saat terjadi
sesi diskusi di media E-learning pada
saat ada tugas pelajaran

Setelah dilakukan pengukuran respon siswa terhadap adanya e-learning, data


berikutnya disajikan dalam Tabel 2 adalah terkait dengan respon siswa terhadap
efektivitas dari e-learning. Hasilnya menunjukan bahwa hanya 7.43% siswa yang
berpendapat bahwa e-learning tidak efektif dan 1.35% siswa berpendapat bahwa e-
learning sangat tidak efektif digunakan saat wabah COVID-19. Haisl lebih jelas dapat
dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase respon siswa efektivitas e-learning saat COVID-19


Sangat Cukup Tidak Sangat

No Pernyataan Efektif tidak


efektif efektif efektif
efektif
1 Menurut anda, secara umum apakah 10.81 40.54 39.86 7.43 1.35
pembelajaran dengan E-learning
efektif digunakan dalam pembelajaran
saat wabah COVID-19?
2 Menurut anda, penilaian/ujian/tes 9.46 26.35 38.51 20.95 4.73
melalui E-learning apakah efektif
Berikutnya adalah hasil penelitian terkait dengan jenis media yang paling
sesuai/cocok yang digunakan dalam e-learning, dapat dilihat pada Gambar 1. Hasilnya
menunjukan bahwa penggunaan Whatsapp menjadi yang tertinggi (65.54%). Semantara
penggunaan website menjadi urutan terbanyak kedua setelah whatsapp. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa siswa SMP dan guru sains mayoritas menggunakan whatsapp
sebagai media e-learning saat wabah COVID-19.
65,54

15,54

2,7 4,05 2,7 4,05 2,7 2,7

Gambar 1. Persentase media e-learning yang paling sesuai menurut siswa

Berikutnya adalah terkait jenis file yang dirasa paling sesuai untuk dibagikan
(sharing) di media e-learning. Pilihan jawabannya tersedia mulai dari powerpoint,
gambar (jpg/png), video, dokumen word, dan dokumen pdf. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa berpendapat bahwa video (35.14%) sebagai jenis file yang
paling cocok untuk dibagikan saat proses e-learning. Hasil penelitian selengkapnya dapat
dilihat pada Gambar 2.
35,14

22,3
18,92
11,49 12,16

Power Point Gambar Video Dokumen Dokumen Pdf


Word
Selain penggunaan media dan jenis file, siswa juga dimintai pendapat mengenai
durasi efektif dalam penggunaan e-learning. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
mayoritas (54.73%) berpendapat bahwa durasi yang paling efektif adalah 2-3 jam dalam
satu hari. Sedangkan persentase terbesar kedua (26.35%) berpendapat bahwa durasi 4-6
jam dalam satu hari adalah yang efektif. Hasil lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.

54,73

26,35
16,22

2,7

Maksimal 1 2-3 Jam/Hari 4-6 Jam/Hari > 6 Jam/Hari


jam/hari

Gambar 3. Persentase lama durasi e-learning yang efektif menurut siswa

Sementara itu hasil menunjukan bahwa kendala yang dialami siswa dengan
persentase terbesar adalah terkait kuota internet yang habis (27.03%). Sementara urutan
kedua adalah terkait dengan sinyal seluler yang terganggu (22.97%), serta urutan ketiga
yaitu wifi terganggu (21.62%). Hasil lengkap dari penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 4.

27,03
22,97 21,62
16,89
11,49

Kuota habis Sinyal seluler Smartphone Wifi terganggu Lainnya


terganggu mengalami
loading terlalu
lama
untuk siswa yang menggunakan koneksi wifi di rumah atau memiliki koneksi wifi pribadi
dirumah belum terlalu dominan (43.24%).
56,76
43,24

Koneksi Wifi Paket Data Selular


Gambar 5. Persentase Jenis koneksi siswa di rumah dalam e-learning

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diperoleh hasil bahwa penggunaan strategi
pembelajaran menggunakan e-learning dalam pembelajaran sains dan lingkungan saat
wabah COVID-19 belum berjalan optimal. Inovasi telah dilakukan oleh guru dengan cara
mengubah kelas tatap muka menjadi bentuk e-learning. Selain itu, guru sudah melakukan
inovasi dalam hal media pembelajaran dan bahan ajar yang bersifat digital. Inovasi yang
dilakukan guru membantu dalam pelaksanaan e-learning di dunia pendidikan yang akan
membantu pembelajaran disaat pandemik COVID-19, khususnya pada jenjang sekolah
menengah pertama. Inovasi lain yang dapat dilakukan guru adalah dengan
mengembangkan alat evaluasi yang bersifat online. Walaupun begitu, masih terdapat
siswa yang mengalami berbagai kendala dalam pembelajaran. Berbagai persiapan
seharusnya bisa dilakukan dengan lebih matang. Mulai dari persiapan sarana dan
prasarana hingga kesiapan fisik dan mental dari siswa. Hal itu dikarenakan selain
memerlukan alat berupa teknologi dan internet, perlu juga tubuh yang sehat saat
mengikuti e-learning dengan durasi yang cukup lama. Strategi e-learning ini akan efektif
jika seluruh sarana dan kesiapan siswa sudah terpenuhi semuanya, sehingga siswa akan
bisa lebih aktif dalam belajar (Acharya, 2019; Hamouda & Tarlochan, 2015; Hidayati &
Wuryandari, 2012; Kew et al., 2018; Mirabolghasemi et al., 2019; So et al., 2019; Uzun,
2012).
Berbagai kekurangan dan kendala yang terjadi selama penggunaan strategi
pembelajaran menggunakan e-learning memang membuat pembelajaran sains dan
lingkungan menjadi sedikit terhambat. Meskipun begitu, e-learning ini merupakan salah
satu solusi agar pembelajaran bisa terus berlangsung saat ada wabah COVID-19. Peran
serta siswa dalam e-learning yang paling menentukan kesuksesan dari dilaksanakannya
e-learning ini. Siswa yang aktif berpartisipasi dan memberikan komentar saat pelajaran
berlansung dengan e-learning, akan membuat pemahaman siswa tersebut semakin
memahami ilmu yang dipelajari (Al-araibi et al., 2019; Back et al., 2015; Ichsan, Sigit, et
al., 2020; Kew et al., 2018; Mhouti et al., 2017; Nwagwu, 2020; Pham et al., 2019).
Sebagai sebuah strategi pembelajaran, e-learning merupakan pilihan yang paling ideal
saat terjadi wabah COVID-19. Hal itu dikarenakan pertemuan dengan tatap muka sangat
sulit dilakukan dan tidak memungkinkan karena perlunya physical distancing (menjaga
jarak antar individu) untuk menghindari tersebarnya COVID-19.
Pembelajaran sains dan lingkungan menggunakan strategi pembelajaran e-learning
ini bukan suatu hal yang benar-benar baru. Sudah banyak sebelumnya diperkenalkan
berbagai perangkat teknologi dan berbagai program software yang dibuat untuk
menunjang e-learning. Permasalahan yang muncul adalah wabah COVID-19 ini begitu
cepat merubah pola yang sudah ada. Pola sebelumnya adalah pembelajaran sains dan
lingkungan di jenjang SMP secara umum masih didominasi dengan tatap muka di kelas.
Setelah wabah COVID-19 ini terjadi maka persiapan sarana dan sistem yang tersedia
belum disiapkan dengan matang sebelumnya. Hal itu mengakibatkan munculnya berbagai
kendala dari pelaksanaan e-learning ini. Sebaiknya sebelum dilakukan e-learning, maka
kesiapan sarana dan pra-sarana harus dilakukan dengan agar semua kegiatan e-learning
berjalan dengan baik (Rahmayanti, Ichsan, Oktaviani, et al., 2020; So et al., 2019; Teo et
al., 2018).
Sistem e-learning yang baik seharusnya didesain oleh pihak terkait yaitu dinas
pendidikan dan sekolah. Seharusnya setiap sekolah memiliki sistem e-learning masing-
masing yang bisa diakses kapan saja, bukan hanya saat wabah COVID-19. Sehingga
apapun yang terjadi kesiapan infrastrutur dari e-learning ini sudah terpenuhi untuk
sewaktu-waktu digunakan. Hal ini dapat meminimalisir berbagai kendala yang terjadi saat
terjadi wabah seperti COVID-19 ini. Problem lain yang muncul dari dilaksanakannya e-
learning ini adalah terkadang banyak tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa. Hal ini
sebenarnya bisa diantisipasi dengan cara membatasi jumlah tugas yang diberikan setiap
harinya. Kepala sekolah memiliki wewenang untuk memberikan teguran kepada guru
yang memberikan tugas terlalu banyak. Selain itu, e-learning juga bisa diganti dilakukan
inovasi dengan berbagai permainan dan media pembelajaran (Ichsan, 2019; Inchamnan,
2016; Lay & Osman, 2018; Lee, 2016; Rahmayanti, Oktaviani, et al., 2020; Sandberg &
Ohman, 2011).
Saat melaksanakan e-learning dalam pembelajaran sains dan lingkungan seperti
saat wabah COVID-19, sebaiknya siswa diajak untuk menjelajahi berbagai video terkait
topik yang dipelajari. Sesuai dengan hasil temuan dari penelitian ini bahwa video
merupakan salah satu jenis media yang paling diminati oleh siswa. Guru tidak harus
membuat sendiri video pembelajaran, melainkan bisa mengambil dari berbagai sumber
yang valid. Media ini akan sangat membantu siswa dalam memahami berbagai materi,
ketimbang harus membaca teks yang berisi banyak tulisan. Kecanggihan teknologi
multimedia sangat membantu mendukung pembelajaran sains dan lingkungan dengan e-
learning (Gündüz et al., 2016; Ichsan, Rahmayanti, et al., 2020; Rahmayanti, Ichsan,
Azwar, et al., 2020; Said & Syarif, 2016; Tyabaev et al., 2015). Pembelajaran
menggunakan e-learning untuk kedepannya harus terus dilakukan pembenahan lebih
lanjut untuk bisa memperbaiki kualitas pendidikan saat ini. Adanya pandemik COVID-
19 seharusnya menjadi momentum untuk melakukan pembenahan pendidikan, terutama
agar siswa mulai terbiasa menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa keadaan
pelaksanaan e-learning dalam pembelajaran sains dan lingkungan di saat COVID-19
sudah berjalan dengan baik. Adapun kendala pelaksanaan e-learning saat wabah COVID-
19 masih perlu diatasi. Kendala seperti koneksi internet yang tidak lancar dan materi yang
dibagikan guru terasa sulit dipahami siswa, serta kendala lainnya. Kendala ini bisa diatasi
seandainya persiapan yang dilakukan lebih matang. Selain itu guru juga bisa melakukan
sebuah inovasi dengan memberikan konten-konten yang menarik terkait topik
pembelajaran sains dan lingkungan yang dipelajari. Rekomendasi dari penelitian ini
adalah dapat dilakukan sebuah penelitian lanjutan mengenai pengetahuan siswa mengenai
COVID-19 dan upaya pencegahan yang telah dilakukan terkait COVID-19 dalam
kaitanya dalam pembelajaran sains dan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Acharya, S. (2019). Beyond Learning Outcomes: Impact of Organizational Flexibility on


Strategic Performance Measures of Commercial E-Learning Providers. Global
Journal of Flexible Systems Management, 20(1), 31–41.
https://doi.org/10.1007/s40171-018-0199-3
Ahorsu, D. K., Lin, C.-Y., Imani, V., Saffari, M., Griffiths, M. D., & Pakpour, A. H.
(2020). The Fear of COVID-19 Scale: Development and Initial Validation.
International Journal of Mental Health and Addiction, 1–9.
https://doi.org/10.1007/s11469-020-00270-8
Al-araibi, A. A. M., Mahrin, M. N. bin, & Yusoff, R. C. M. (2019). Technological aspect
factors of E-learning readiness in higher education institutions: Delphi technique.
Education and Information Technologies, 24(1), 567–590.
https://doi.org/10.1007/s10639-018-9780-9
Alhawiti, M. M., & Abdelhamid, Y. (2017). A Personalized e-Learning Framework.
Journal of Education and E-Learning Research, 4(1), 15–21.
https://doi.org/10.20448/journal.509.2017.41.15.21
Back, D. A., Behringer, F., Harms, T., Plener, J., Sostmann, K., & Peters, H. (2015).
Survey of e-learning implementation and faculty support strategies in a cluster of
mid-European medical schools. BMC Medical Education, 15(1), 1–9.
https://doi.org/10.1186/s12909-015-0420-4
Bandyopadhyay, S. (2020). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): we shall overcome.
Clean Technologies and Environmental Policy. https://doi.org/10.1007/s10098-020-
01843-w
Blaschke, L. M. (2014). Using Social Media to Engage and Develop The Online Learner
in Self-Determined Learning. Research in Learning Technology, 22(1), 1–23.
https://doi.org/10.3402/rlt.v22.21635
Boholano, H. B. (2017). Smart Social Networking: 21st Century Teaching And Learning
Skills. Research in Pedagogy, 7(1), 21–29. https://doi.org/10.17810/2015.45
Brown, N. (2017). Updating assessment styles: Website development rather than report
writing for project based learning courses. Advances in Engineering Education, 6(2),
1–16.
Caird, S. P., & Hallett, S. H. (2019). Towards evaluation design for smart city
development. Journal of Urban Design, 24(2), 188–209.
https://doi.org/10.1080/13574809.2018.1469402
Elleithy, K., & Sobh, T. (2015). New Trends in Networking, Computing, E-learning,
Systems Sciences, and Engineering. In K. Elleithy & T. Sobh (Eds.), Lecture Notes
in Electrical Engineering (Vol. 312). Springer International Publishing.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-06764-3
Fatih, M. T. uuml rker. (2016). Design process for online websites created for teaching
Turkish as a foreign language in web based environments. Educational Research
and Reviews, 11(8), 642–655. https://doi.org/10.5897/ERR2015.2511
Golitsyna, I. (2017). Educational Process in Electronic Information-educational
Environment. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 237, 939–944.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2017.02.132
Gündüz, A. Y., Alemdağ, E., Yaşar, S., & Erdem, M. (2016). Design of a problem-based
online learning environment and evaluation of its effectiveness. The Turkish Online
Journal of Educational Technology, 15(3), 49–57.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Hamouda, A. M. S., & Tarlochan, F. (2015). Engaging engineering students in active
learning and critical thinking through class debates. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 191, 990–995. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.04.379
Hidayati, N., & Wuryandari, A. I. (2012). Media Design for Learning Indonesian in
Junior High School Level. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 67, 490–499.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.11.354
Ichsan, I. Z. (2019). ILMIZI: Innovation Learning Model for Natural Science and
Environmental Learning based on HOTS. International Journal for Educational and
Vocational Studies, 1(6), 578–584. https://doi.org/10.29103/ijevs.v1i6.1640
Ichsan, I. Z., Rahmayanti, H., Purwanto, A., Sigit, D. V., & Rahman, M. M. (2020). PEB-
COVID-19: Analysis of Students Behavior and ILMIZI Model in Environmental
Learning. Jurnal Iqra’: Kajian Ilmu Pendidikan, 5(1), 1–11.
https://doi.org/10.25217/ji.v5i1.901
Ichsan, I. Z., Sigit, D. V., Rahmayanti, H., Purwanto, A., Rosyid, A., Suwandi, T., Ali,
A., & Hermawati, F. M. (2020). Implementasi model pembelajaran ILMIZI dan
peningkatan HOTS siswa SD berdasarkan gender pada pembelajaran lingkungan.
JIPVA (Jurnal Pendidikan IPA Veteran), 4(1), 11–24.
https://doi.org/10.31331/jipva.v4i1.1076
Inchamnan, W. (2016). An Analysis of Creative Process Learning in Computer Game
Activities Through Player Experiences. IAFOR Journal of Education, 4(2), 119–
139.
Kew, S. N., Petsangsri, S., Ratanaolarn, T., & Tasir, Z. (2018). Examining the motivation
level of students in e-learning in higher education institution in Thailand: A case
study. Education and Information Technologies, 23(6), 2947–2967.
https://doi.org/10.1007/s10639-018-9753-z
Lay, A. N., & Osman, K. (2018). Developing 21st Century Chemistry Learning through
Designing Digital Games. Journal of Education in Science, Environment and
Health, 4(1), 81–92. https://doi.org/10.21891/jeseh.387499
Lee, A. Y. L. (2016). Media education in the School 2.0 era: Teaching media literacy
through laptop computers and iPads. Global Media and China.
https://doi.org/10.1177/2059436416667129
Mhouti, A. El, Nasseh, A., Erradi, M., & Vasquèz, J. M. (2017). Enhancing collaborative
learning in Web 2.0-based e-learning systems: A design framework for building
collaborative e-learning contents. Education and Information Technologies, 22(5),
2351–2364. https://doi.org/10.1007/s10639-016-9545-2
Mirabolghasemi, M., Choshaly, S. H., & Iahad, N. A. (2019). Using the HOT-fit model
to predict the determinants of E-learning readiness in higher education: a developing
Country’s perspective. Education and Information Technologies, 24(6), 3555–3576.
https://doi.org/10.1007/s10639-019-09945-9
Nugraini, S. H., Choo, K. A., Hin, H. S., & Hoon, T. S. (2013). Impact of E-Av Biology
Website for Learning About Renewable Energy. TOJET: The Turkish Online
Journal of Educational Technology, 12(2), 376–386.
Nwagwu, W. E. (2020). E-learning readiness of universities in Nigeria- what are the
opinions of the academic staff of Nigeria’s premier university? Education and
Information Technologies, 25(2), 1343–1370. https://doi.org/10.1007/s10639-019-
10026-0
Pan, X. B. (2020). Application of personal-oriented digital technology in preventing
transmission of COVID-19, China. Irish Journal of Medical Science, 1–2.
https://doi.org/10.1007/s11845-020-02215-5
Pham, L., Limbu, Y. B., Bui, T. K., Nguyen, H. T., & Pham, H. T. (2019). Does e-learning
service quality influence e-learning student satisfaction and loyalty? Evidence from
Vietnam. International Journal of Educational Technology in Higher Education,
16(7), 1–26. https://doi.org/10.1186/s41239-019-0136-3
Rahmayanti, H., Ichsan, I. Z., Azwar, S. A., Kurniawan, E., Irawan, B., & Titin, T. (2020).
Indonesian Student Environmental Attitude of flood during COVID-19: DIFMOL
Education Model in 21st Technology. International Journal of Advanced Science
and Technology, 29(5), 6245–6253.
Rahmayanti, H., Ichsan, I. Z., Oktaviani, V., Syani, Y., Hadi, W., & Marhento, G. (2020).
Environmental Attitude for Smart City Technology: Need Assessment to Develop
Smart Trash in Environmental Education. International Journal of Advanced
Science and Technology, 29(3), 8374–8383.
Rahmayanti, H., Oktaviani, V., & Syani, Y. (2020). Development of sorting waste game
android based for early childhood in environmental education. Journal of Physics:
Conference Series, 1434(1), 12029. https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1434/1/012029
Reyna, J., Hanham, J., & Meier, P. (2018). The Internet explosion, digital media
principles and implications to communicate effectively in the digital space. E-
Learning and Digital Media, 15(1), 36–52.
https://doi.org/10.1177/2042753018754361
Runhaar, P., Wagenaar, K., Wesselink, R., & Runhaar, H. (2019). Encouraging Students’
Pro-environmental Behaviour: Examining the Interplay Between Student
Characteristics and the Situational Strength of Schools. Journal of Education for
Sustainable Development, 13(1), 45–66.
https://doi.org/10.1177/0973408219840544
Sahronih, S., Purwanto, A., & Sumantri, M. S. (2019). The effect of interactive learning
media on students’ science learning outcomes. ACM International Conference
Proceeding Series, 20–24. https://doi.org/10.1145/3323771.3323797
Said, A., & Syarif, E. (2016). The Development of Online Tutorial Program Design Using
Problem-Based Learning in Open Distance Learning System. Journal of Education
and Practice, 7(18), 222–229.
Salzberger, B., Glück, T., & Ehrenstein, B. (2020). Successful containment of COVID-
19: the WHO-Report on the COVID-19 outbreak in China. Infection, 48, 151–153.
https://doi.org/10.1007/s15010-020-01409-4
Sandberg, K. W., & Ohman, G. (2011). Learning in innovation development. Procedia -
Social and Behavioral Sciences, 28, 379–383.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.11.072
So, W. W. M., Chen, Y., & Wan, Z. H. (2019). Multimedia e-Learning and Self-
Regulated Science Learning: a Study of Primary School Learners’ Experiences and
Perceptions. Journal of Science Education and Technology, 28(5), 508–522.
https://doi.org/10.1007/s10956-019-09782-y
Sutter, D., & Smith, D. J. (2017). Coordination in disaster: Nonprice learning and the
allocation of resources after natural disasters. Review of Austrian Economics, 30(4),
469–492. https://doi.org/10.1007/s11138-016-0369-5
Teo, T. S. H., Kim, S. L., & Jiang, L. (2018). E-Learning Implementation in South Korea:
Integrating Effectiveness and Legitimacy Perspectives. Information Systems
Frontiers. https://doi.org/10.1007/s10796-018-9874-3
Tian, S., Hu, N., Lou, J., Chen, K., Kang, X., Xiang, Z., Chen, H., Wang, D., Liu, N., Liu,
D., Chen, G., Zhang, Y., Li, D., Li, J., Lian, H., Niu, S., Zhang, L., & Zhang, J.
(2020). Characteristics of COVID-19 infection in Beijing. Journal of Infection,
80(4), 401–406. https://doi.org/10.1016/j.jinf.2020.02.018
Tyabaev, A. E., Sedelnikova, S. F., & Voytovich, A. V. (2015). Student-Centered
Learning: The Experience of Teaching International Students in Russian
Universities. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 215(June), 84–89.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.578
Uzun, N. (2012). A Sample of Active Learning Application in Science Education: The
Thema “Cell” with Educational Games. Procedia - Social and Behavioral Sciences,
46, 2932–2936. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.05.592
Zhou, G., Chen, S., & Chen, Z. (2020). Back to the spring of Wuhan: facts and hope of
COVID-19 outbreak. Frontiers of Medicine, 1–4. https://doi.org/10.1007/s11684-
020-0758-9
Hasil Review

Susunan Review Hasil Review


Judul COVID-19 DAN E-LEARNING: PERUBAHAN
STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS DAN
LINGKUNGAN DI SMP

Penulis Ilmi Zajuli Ichsan, Henita Rahmayanti, Agung Purwanto,


Diana Vivanti Sigit, Edi Kurniawan, Aryani Kadarwati
Dewi, Nina Wirdianti, Farah Muthi Hermawati, Giry
Marhento
Identitas Jurnal JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran),
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jinop Volume 6, Nomor
1, Mei 2020 Hal. 50-61 DOI:
https://doi.org/10.22219/jinop.v6i1.11791
P-ISSN 2443-1591 E-ISSN 2460-0873
Latar Belakang Masalah Adanya wabah COVID-19 ini mengakibatkan kegiatan
belajar di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bekasi,
Tangerang, Depok, Bogor, Bandung dan kota lainnya
menjadi terganggu. Siswa akhirnya tidak bisa belajar di
sekolah karena semua sekolah ditutup mulai dari jenjang
sekolah dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Kegiatan
belajar pun berubah menjadi pembelajaran berbasis online
atau disebut electronic learning (e-learning). Strategi
pembelajaran e-learning ini dilakukan dengan berbagai cara
mulai dari menggunakan website, media sosial, hingga
teleconference (Alhawiti & Abdelhamid, 2017; Elleithy &
Sobh, 2015; Golitsyna, 2017). Perkembangan e-learning
dalam pembelajaran juga sudah banyak dikembangkan
sebelumnya. Sebagai sebuah strategi pembelajaran yang
relatif baru, e-learning harus terus dikembangkan lebih
lanjut. Adanya wabah COVID-19 ini membuat siswa harus
bisa belajar menggunakan e-learning. Hal itu menyebabkan
siswa yang belum terbiasa harus beradaptasi terlebih dahulu,
khususnya siswa pada jenjang sekolah menengah pertama
(SMP). Siswa harus dapat melakukan adaptasi dalam
pembelajaran sains dan lingkungan dengan e-learning.
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keadaan
e-learning pada pembelajaran sains (Ilmu Pengetahuan
Alam/IPA) dan lingkungan saat wabah COVID-19, sebagai
sebuah novelty dalam penelitian pendidikan disaat COVID-
19.
Kajian Teori Penelitian terdahulu sudah banyak dilakukan
pengembangan e-learning. Pembelajaran dengan e-
learning banyak menggunakan media sosial yang sudah ada
(Blaschke, 2014; Boholano, 2017; Reyna et al., 2018).
Beberapa penelitian menunjukan bahwa belajar dengan
media sosial ternyata cukup ampuh untuk meningkatkan
kemampuan siswa (Brown, 2017; Caird & Hallett, 2019;
Runhaar et al., 2019; Sahronih et al., 2019; Sutter & Smith,
2017). Selain itu, siswa juga dapat beradaptasi dengan
kemajuan teknologi. Selain penggunaan media sosial,
banyak penelitian menunjukan penggunaan website dan
multimedia lain ternyata masih diminati oleh siswa (Fatih,
2016; Nugraini et al., 2013). Hal ini menandakan
penggunaan teknologi dalam pembelajaran masih
dimungkinkan. Khususnya dalam pembelajaran sains (Ilmu
Pengetahuan Alam) dan lingkungan, penggunaan e-learning
sangat dimungkinkan.
Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif
menggunakan teknik pengambilan data yaitu survey
Hasil dan Pembahasan Penggunaan strategi pembelajaran menggunakan e-learning
dalam pembelajaran sains dan lingkungan saat wabah
COVID-19 belum berjalan optimal. Inovasi telah dilakukan
oleh guru dengan cara mengubah kelas tatap muka menjadi
bentuk e-learning. Selain itu, guru sudah melakukan inovasi
dalam hal media pembelajaran dan bahan ajar yang bersifat
digital. Inovasi yang dilakukan guru membantu dalam
pelaksanaan e-learning di dunia pendidikan yang akan
membantu pembelajaran disaat pandemik COVID-19,
khususnya pada jenjang sekolah menengah pertama. Inovasi
lain yang dapat dilakukan guru adalah dengan
mengembangkan alat evaluasi yang bersifat online.
Walaupun begitu, masih terdapat siswa yang mengalami
berbagai kendala dalam pembelajaran. Berbagai persiapan
seharusnya bisa dilakukan dengan lebih matang. Mulai dari
persiapan sarana dan prasarana hingga kesiapan fisik dan
mental dari siswa. Hal itu dikarenakan selain memerlukan
alat berupa teknologi dan internet, perlu juga tubuh yang
sehat saat mengikuti e-learning dengan durasi yang cukup
lama.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
menunjukan bahwa keadaan pelaksanaan e-learning dalam
pembelajaran sains dan lingkungan di saat COVID-19 sudah
berjalan dengan baik. Adapun kendala pelaksanaan e-
learning saat wabah COVID- 19 masih perlu diatasi.
Kendala seperti koneksi internet yang tidak lancar dan
materi yang dibagikan guru terasa sulit dipahami siswa,
serta kendala lainnya. Kendala ini bisa diatasi seandainya
persiapan yang dilakukan lebih matang. Selain itu guru juga
bisa melakukan sebuah inovasi dengan memberikan konten-
konten yang menarik terkait topik pembelajaran sains dan
lingkungan yang dipelajari. Rekomendasi dari penelitian ini
adalah dapat dilakukan sebuah penelitian lanjutan mengenai
pengetahuan siswa mengenai COVID-19 dan upaya
pencegahan yang telah dilakukan terkait COVID-19 dalam
kaitanya dalam pembelajaran sains dan lingkungan.

Kekurangan/Keterbatasan Perlu dilakukan pembatasan subjek penelitian, karena


tingkat kesulitan materi pembelajaran juga mempengaruhi
efektifitas penggunaan e-learning.

Anda mungkin juga menyukai