Anda di halaman 1dari 187

KEEFEKTIFAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL)

BERMUATAN ETNOSAINS TERHADAP


KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SD

TESIS

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister


Pendidikan

Oleh
PUTRI HANDAYANI
0103517086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “Efektivitas Project Based Learning (PjBL) Bermuatan


Etnosains Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SD” karya,
Nama : Putri Handayani
NIM : 0103517086
Program Studi : Pendidikan Dasar
telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian tesis.

Semarang 2019

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si Dr. Suharto Linuwih, M.Si
NIP 196208111988032001 NIP 196807141996031005

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya


Nama : Putri Handayani
NIM : 0103517086
Program Studi : Pendidikan Dasar
Menyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis yang berjudul “Keefektifan Project
Based Learning (PjBL) Bermuatan Etnosains Terhadap Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa SD” ini benar-benar karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya
orang lain atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah. Atas pernyataan ini saya secara pribadi siap menanggung resiko/sanksi
hukum yang dijatuhkan apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya ini.

Semarang, Agustus 2019

Yang membuat pernyataan,

Putri Handayani
NIM 0103517086

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :
1. Karakteristik pembelajaran PjBL bermuatan etnosains efektif untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa di sekolah dasar.
2. Pembelajaran yang mengeksplorasi, mengimplementasikan, dan melestarikan
potensi lokal dapat membangun identitas dan karakter siswa yang berbudaya.
3. Wawasan lokalitas dengan keanekaragaman budaya dapat menciptakan
karakter persatuan dan keragaman di setiap wilayah.

Persembahan :
Almamater Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

iv
ABSTRAK

Putri Handayani. 2019. “Keefektifan Project Based Learning (PjBL) Bermuatan


Etnosains Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SD”. Tesis.
Program Studi Pendidikan Dasar. Pascasarjana. Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing I Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si
Pembimbing II Dr. Suharto Linuwih, M.Si

Kata Kunci : Project Based Learning, Etnosains, Kemampuan Berpikir Kreatif

Hasil observasi pada 27 siswa sekolah dasar menunjukkan bahwa


pembelajaran belum mendukung pengembangan kemampuan berpikir kreatif
siswa. Siswa yang mengenal keragaman budaya akan mempunyai kemampuan
berpikir kreatif yang baik. Namun, pemanfaatan budaya sebagai sumber belajar di
sekolah belum optimal, sehingga siswa kurang mengenal budaya di daerahnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran Pjbl yang
memuat aspek sains terkait budaya masyarakat (etnosains) dan peningkatan
kemampuan berpikir kreatif siswa sekolah dasar.
Desain penelitian eksperimen ini menggunakan pre-test and post-test
Design Control Group. Sampel penelitian adalah siswa kelas V SD N 2 Majasari
dan SD N 3 Majasari. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, tes
tertulis, angket, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan uji asumsi
klasik meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji Normalized Gain (N-
Gain).
Hasil temuan positif menunjukkan 1) proporsi ketuntasan kemampuan
berpikir kreatif siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih dari 75%, 2)
rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran PjBL bermuatan
etnosains lebih besar sama dengan nilai KKM individu, 3) analisis uji dua pihak
membuktikan penerapan PjBL bermuatan etnosains berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa, 4) analisis uji N-Gain kelas eksperimen dan
kelas kontrol menunjukkan peningkatan sedang yaitu 0,4 dan 0,3.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa
telah meningkat moderat dan kreatif. Temuan positif pada penelitian bahwa
pembelajaran yang mengeksplorasi, mengimplementasikan, dan melestarikan
potensi lokal dapat membangun identitas dan karakter siswa yang berbudaya.
Wawasan lokalitas dengan keanekaragaman budaya dapat menciptakan karakter
persatuan dan keragaman di setiap wilayah. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran PjBL dengan etnosains dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

v
ABSTRACT

Putri Handayani. 2019. “The Effectiveness of Project Based Learning (PjBL)


model by using Ethnoscience on the Creative Thinking Ability of
Elementary School Students”. Tesis. Program Studi Pendidikan Dasar.
Pascasarjana. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Prof. Dr. Dewi
Liesnoor Setyowati, M.Si Pembimbing II Dr. Suharto Linuwih, M.Si

Kata Kunci : Project Based Learning, Ethnoscience, Creative Thinking Ability

The observation results at 27 elementary school students indicate that the learning
process did not yet support the development of students' creative thinking abilities.
Students who recognize cultural diversity will tend to have creative thinking ability.
Unfortunately, culture utilization as a source of learning in the school was not optimal, so
students were less familiar to the culture in their area. But, creative thinking through
learning Project Based Learning (PjBL) model by using local wisdom resource will
helped students to improve their abilities. This study aims to determine the application of
PjBL with science aspects related to community culture (ethnoscience) and the creative
thinking abilities improvement of elementary school students.
This experimental research design used a pre-test and post-test design control
group. The research sample consisted of students fifth graders SD N 2 Majasari and SD N
3 Majasari. Data collection used observation techniques, written tests, questionnaires, and
documentation. Data analysis techniques using the classical assumption test include
normality test, homogeneity test, and Normalized Gain (N-Gain) test.
The positive findings show that 1) the proportion of completeness of creative
thinking ability of students in the experimental class and control class is more than 75%,
2) the average creative thinking ability of students in learning Project Based Learning
(PjBL) model by using local wisdom resource is greater than the value of individual
KKM, 3) analysis of two tests the parties prove that the application of learning Project
Based Learning (PjBL) model by using local wisdom resource has an effect on students'
creative thinking abilities, 4) the N-Gain test analysis of the experimental class and the
control class shows a moderate increase of 0.4 and 0.3.
Research findings show that students' creative thinking abilities have increased
moderate and creative. Positive findings on research that learning that explores,
implements, and preserves local potential can build the identity and character of students
who are cultured. Locality insight with cultural diversity can create unity and diversity
character in each region. This means that PjBL learning model with ethnoscience can
improve students' creative thinking abilities.

vi
PRAKATA

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat-Nya. Berkat karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tesis

yang berjudul “Keefektifan Project Based Learning (PjBL) Bermuatan Etnosains

Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SD”. Tesis ini disusun sebagai

salah satu persyaratan untuk meraih gelar Magister Pendidikan pada Program

Studi Pendidikan Dasar, Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh

karena itu peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini.

Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada para pembimbing: Prof. Dr.

Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si (Pembimbing I) dan Dr. Suharto Linuwih, M.Si

(Pembimbing II) atas bimbingan dan arahan selama proses penulisan tesis ini.

Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu selama proses penyelesaian studi, diantaranya :

1. Direktur Pascasarjana Universitas Negeri Semarang yang telah memberi

kesempatan serta arahan selama pendidikan dan penulisan tesis ini.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri

Semarang yang telah memberi kesempatan dan arahan dalam penulisan tesis

ini.

vii
3. Seluruh Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Semarang yang telah memberi

bimbingan dan ilmu selama peneliti menempuh pendidikan.

4. Kepala Sekolah SD N 2 Majasari dan SD N 3 Majasari yang telah memberikan

kesempatan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian dan mendukung

penyelesaian tesis ini.

5. Siswa kelas V SD N 2 Majasari dan SD N 3 Majasari yang telah membantu

peneliti mengadakan penelitian.

6. Pemilik rumah industri tempe di Desa Majasari Kecamatan Bukateja,

Kabupaten Purbalingga yang telah mendukung penelitian.

7. Keluarga yang telah memotivasi untuk menyelesaikan tesis ini.

Peneliti sadar bahwa dalam tesis ini masih terdapat kekurangan, baik isi

maupun tulisan. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari semua pihak. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan

merupakan konstribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Semarang, Agustus 2019

Putri Handayani

viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................................................................................ i
PENGESAHAN UJIAN TESIS ....................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................ v
ABSTRACT ................................................................................................ vi
PRAKATA ................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah................................................................................ 6
1.3 Cakupan Masalah.................................................................................... 7
1.4 Rumusan Masalah................................................................................... 7
1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR,


HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................ 10
2.1.1 Pembelajaran IPA Terpadu ........................................................... 10
2.1.2 Etnosains dan Ekologinya ............................................................. 14
2.1.3 Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) bermuatan
Etnosains ....................................................................................... 16
2.1.4 Kemampuan Berpikir Kreatif ........................................................ 22
2.1.5 Kajian Penelitian yang Relevan .................................................... 29
ix
2.2 Kajian Teoritis ........................................................................................ 33
2.2.1 Teori Vygotsky.............................................................................. 33
2.2.2 Teori Piaget ................................................................................... 34
2.2.3 Teori Edgar Gale ........................................................................... 34
2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................. 36
2.4 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ..................................................................................... 40
3.2 Prosedur Penelitian.................................................................................. 41
3.3 Variabel Penelitian .................................................................................. 44
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 47
3.5 Sumber Data dan Subjek Penelitian ........................................................ 48
3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .............................................. 48
3.7 Uji Instrumen .......................................................................................... 50
3.8 Teknik Analisis Data ............................................................................... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Bermuatan
Etnosains ................................................................................................ 64
4.2 Pemanfaatan Lingkungan dan Budaya Sebagai Sumber Belajar pada
Proses Membuat Tempe ......................................................................... 69
4.3 Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik pada Pembelajaran Project
Based Learning (PjBL) Bermuatan Etnosains ........................................ 77
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ................................................................................................ 84
5.2 Saran ................................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 86

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ........................................... 25


Tabel 2.2 Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif ............................................. 25
Tabel 2.3 Penelitian yang Relevan ................................................................... 32
Tabel 3.1 Desain Penelitian.............................................................................. 40
Tabel 3.2 Tahap-Tahap Pembelajaran PjBL bermuatan etnosains................... 42
Tabel 3.3 Indikator Keterlaksanaan Pembelajaran PjBL ................................. 45
Tabel 3.4 Kisi – Kisi Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif .......... 47
Tabel 3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ....................................... 48
Tabel 3.6 Hasil Uji Normalitas Pre Test .......................................................... 50
Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas Post Test......................................................... 51
Tabel 3.8 Hasil Uji Homogenitas Data Pre Test .............................................. 52
Tabel 3.9 Hasil Uji Homogenitas Data Post Test ............................................ 52
Tabel 3.10 Hasil Validitas Butir Soal Uji Coba ............................................... 54
Tabel 3.11 Hasil Realibilitas Soal Uji Coba .................................................... 55
Tabel 3.12 Indeks Kesukaran Soal Uji Coba ................................................... 56
Tabel 3.13 Klasifikasi Daya Beda Item ........................................................... 57
Tabel 3.14 Daya Beda Soal Uji Coba .............................................................. 58
Tabel 3.15 Kriteria Nilai Faktor g .................................................................... 61
Tabel 3.16 Kriteria Kemampuan Berpikir Kreatif ........................................... 62
Tabel 3.17 Kriteria Angket Kemampuan Berpikir Kreatif .............................. 63
Tabel 3.18 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran ............................... 63
Tabel 4.1 Perbandingan Sains Masyarakat dan Sains Ilmiah .......................... 71
Tabel 4.2 Bentuk Produk Tempe ..................................................................... 73
Tabel 4.3 Konsep Perpindahan Kalor .............................................................. 77
Tabel 4.4 Hasil Uji N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ................... 76

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sintak Pembelajaran PjBL ............................................................ 19


Gambar 2.2 Kerucut Pengalaman Edgar Gale ................................................. 35
Gambar 2.3 Skema Kerangka Berpikir ............................................................ 38
Gambar 4.1 Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran ............................................. 65
Gambar 4.2 Karakteristik Penerapan Pembelajaran PjBL Bermuatan
Etnosains ...................................................................................... 67

Gambar 4.3 Karakteristik Penerapan PBL ....................................................... 68


Gambar 4.4 Waktu Kematangan Tempe .......................................................... 72
Gambar 4.5 Proses Konduksi pada Perebusan Kedelai ................................... 74
Gambar 4.6 Proses Konveksi pada Perebusan Kedelai .................................... 74
Gambar 4.7 Contoh Radiasi pada Pembuatan Tempe ...................................... 75
Gambar 4.8 Skor Kemampuan Berpikir Kreatif .............................................. 79
Gambar 4.9 Hasil Angket Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ...................... 81

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Perangkat Pembelajaran ......................................................... 96
a. Penggalan Silabus Kelas Eksperimen ......................................................... 97
b. RPP Kelas Eksperimen ................................................................................ 103
c. Penggalan Silabus Kelas Kontrol ................................................................ 126
d. RPP Kelas Kontrol ...................................................................................... 133
Lampiran 2. Instrumen Tes .......................................................................... 144
a. Kisi–kisi Soal Pretest dan Postest Kemampuan Berpikir Kreatif ............... 145
b. Soal Pretest dan Postest Kemampuan Berpikir Kreatif .............................. 147
c. Kisi-kisi Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa .............. 163
d. Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ............................. 164
e. Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ............................... 168
f. Kisi-kisi Angket Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ................................ 170
g. Angket Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa............................................... 171
h. Kisi-kisi Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ...................................... 173
i. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ....................................... 174
Lampiran 3. Instrumen Validasi .................................................................. 179
a. Hasil Validasi Angket Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ....................... 180
b. Hasil Validasi RPP ...................................................................................... 182
Lampiran 4. Data Hasil Penelitian ............................................................... 191
a. Uji Normalitas Data Pre Test ...................................................................... 192
b. Uji Homogenitas Data Pre Test................................................................... 195
c. Uji Normalitas Data Post Test ..................................................................... 196
d. Uji Homogenitas Data Post Test ................................................................. 199
e. Uji Independent T-Test Data Post Test ....................................................... 200
f. Uji Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa .................................. 202
g. Uji Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa...................................... 203
h. Uji Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa (N-Gain) ................. 205

xiii
i. Hasil Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ......................................... 207
Lampiran 5. Surat-Surat Ijin Penelitian ...................................................... 209
a. Surat Ijin Penelitian Pascasarjana UNNES ................................................. 211
b. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian SD Negeri 2 Majasari ............... 212
c. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian SD Negeri 3 Majasari ............... 213
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian ........................................................... 215

xiv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

IPA adalah ilmu dasar yang mempunyai peran penting dalam proses

kehidupan manusia sebagai pondasi bagi perkembangan teknologi. Abad 21 dikenal

dengan masa pengetahuan (knowledge age). Kemendikbud merumuskan bahwa

paradigma pembelajaran abad 21 menekankan pada kemampuan peserta didik

dalam beberapa keterampilan yaitu kreatif, kritis, produktif, mandiri, kolaborasi,

dan komunikatif (Permendikbud, 2016).

Pembelajaran pada abad 21 menekankan pada pengembangan kreativitas

berfikir untuk meningkatkan penguasaan materi pelajaran. Amanat Undang –

Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan nasional bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, serta peradaban bangsa yang

bermartabat. Berdasarkan paradigma belajar abad 21, salah satu keterampilan yang

perlu dikuasai adalah kemampuan mencipta dan membaharui melalui

pengembangan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Keterampilan sosial semakin penting untuk menghadapi tantangan pada abad

21. Hovey (2014) menambahkan metakognisi dan berpikir tingkat tinggi

mempunyai peran penting dalam evaluasi dan keberhasilan proses pembelajaran.

Kompetensi tersebut dapat dicapai melalui pembelajaran berbasis etnosains, siswa

akan melakukan observasi langsung dengan memanfaatkan kearifan lokal dan

potensi daerah dalam pembelajaran IPA. Penelitian Puspitoroni (2014) materi IPA

1
2

Terpadu merupakan pengembangan kemampuan yang dimiliki dan dapat

membangun konsepnya. Menurut Rizal (2014) dasar pembelajaran penemuan

konsep tersebut menggunakan teori belajar konstruktivisme. Temuan penelitian

Purwanto (2005) bahwa pembelajaran yang menekankan kemampuan berpikir

tertentu dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan. Asmin (2005)

menyatakan kemampuan berpikir kreatif termasuk dalam hasil belajar kognitif.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar merupakan ilmu yang

dimaksudkan agar siswa memiliki pengetahuan, gagasan, dan konsep yang

diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Santrock (2017 :106)

menegaskan bahwa pendidikan sains perlu pengajaran konstruktivis yang

menekankan anak – anak harus membangun pengetahuan ilmiah sendiri dan

pemahaman dengan bimbingan dari guru. Arisanti (2016:83) menegaskan

pembelajaran IPA mempelajari fakta, konsep atau prinsip diperoleh dengan

menerapkan metode dan sikap ilmiah yang kemudian diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

Setiap potensi yang dimiliki anak dapat berkembang dengan baik, jika

distimulasi secara terus-menerus sejak dini. Kemampuan berpikir perlu

dikembangkan sejak dini, karena diharapkan dapat menjadi bekal dalam

menghadapi persoalan dalam kehidupan sehari - hari. Kemampuan berpikir juga

sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu agar siswa mampu

memecahkan masalah taraf tinggi (Nasution, 2008). Hasil penelitian Puspitasari et

al. (2014) bahwa siswa yang menguasai kemampuan berpikir tingkat tinggi terbukti
3

telah melampaui kemampuan berpikir tingkat dasar, termasuk kemampuan untuk

memahami dan menguasai konsep.

Berpikir kreatif merupakan salah satu tahapan berpikir tingkat tinggi yang

diperlukan dalam kehidupan masyarakat, dan manusia selalu dihadapkan pada

permasalahan sehingga diperlukan kreativitas untuk memecahkan permasalahan

tersebut. Ormrod (2008 : 407) menegaskan bahwa kreativitas merupakan perilaku

baru dan orisinil yang memberikan hasil produktif dan sesuai dengan kebudayaan.

Pemecahan masalah perlu kreativitas sebagai salah satu transfer yang melibatkan

penerapan pengetahuan dan keterampilan yang diketahui sebelumnya pada situasi

yang baru. Temuan penelitian Fauziah (2011) menerangkan bahwa pada aspek

kemampuan berpikir kreatif yang paling banyak dikembangkan dalam

pembelajaran adalah aspek kelancaran dan paling sedikit aspek originalitas.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di SD Kecamatan Bukateja

ditemukan beberapa kendala, yaitu : 1) Materi IPA yang mengandung prinsip,

konsep, dan teori abstrak sulit dipahami, 2) Kelima aspek kemampuan berpikir

kreatif belum optimal, siswa bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru, 3)

Pemanfaatan budaya sebagai sumber belajar belum optimal, 4) Kurangnya

pengetahuan peserta didik mengenai hubungan konsep IPA dengan peristiwa

kehidupan sehari – hari.

Data faktual tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif

peserta didik belum optimal. Menurut Susanto (2015 : 120), pengembangan

kemampuan berpikir kreatif melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran,

pemecahan peserta didik terhadap masalah dan rencana (proyek). Adapun dalam
4

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang

Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menegaskan untuk

mengembangkan kemampuan berpikir, kemampuan mengkonstruksi

pengetahuannya sendiri, dan kemampuan pemecahan masalah, maka disarankan

menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis

pemecahan masalah (Project Based Learning). Hal ini menjelaskan bahwa perlu

penerapan model pembelajaran berbasis masalah yang mendukung kreativitas

siswa dalam menciptakan produk nyata.

Penemuan penelitian Aikeenhead, et al (1999) menyatakan bahwa

kebudayaan di lingkungan peserta didik dapat mempengaruhi pencapaian tujuan

proses pembelajaran sains. Hasil penelitian Damayanti, dkk (2017 : 123)

menegaskan bahwa penerapan model pembelajaran IPA terintegrasi etnosains yang

memuat budaya yang ada di sekitar siswa memberikan pengalaman langsung yang

dapat diaplikasikan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penerapan

model pembelajaran proyek yang memanfaatkan latar belakang budaya peserta

didik dapat membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013

tentang Implementasi Kurikulum pedoman Pengembangan Muatan Lokal

menyatakan penerapan muatan lokal sangat penting untuk membentuk pemahaman

peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya. Hasil penelitian Sarwi,

Supriyadi,& Sudarmin (2013:144) menyatakan bahwa latar belakang budaya yang

dibawa oleh guru dan siswa di kelas (saat belajar Sains) dapat menentukan kondisi

suasana pembelajaran lebih bermakna dan sesuai dengan pengalaman nyata.


5

Kabupaten Purbalingga mempunyai ciri khas yang menjadi identitas dan jati

diri suatu bangsa. Berdasarkan sosial kultural, Kabupaten Purbalingga identik

dengan berbagai potensi interaksi sosial, bahasa, makanan khas, dan seni budaya.

Salah satu ciri khas Kabupaten Purbalingga dari segi makanan khas. Proses

pembuatan tempe secara tradisional telah berkembang menjadi budaya dan identitas

masyarakat Purbalingga. Pembuatan tempe mengandung nilai – nilai dan

pengetahuan yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran sains.

Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa apresiasi peserta didik terhadap

budaya di daerahnya tersebut belum baik. Peserta didik belum memahami proses

pembuatan tempe yang ada di Kabupaten Purbalingga. Pembelajaran secara

kontekstual atau pembelajaran etnosains belum terlaksana, sehingga membuat

kurangnya pengetahuan peserta didik mengenai hubungan konsep IPA dengan

peristiwa kehidupan sehari – hari . Keberadaan home industry tempe di sekitar

tempat tinggal peserta didik, belum dimanfaatkan dengan baik sebagai sumber

belajar dalam pembelajaran di sekolah dasar.

Kemampuan berpikir kreatif dapat dikembangkan melalui pembelajaran

proyek yang bermuatan etnosains. Peserta didik terlibat aktif untuk mengamati dan

menyusun laporan kegiatan secara ilmiah. Selain itu, siswa juga harus mempunyai

kemampuan berpikir kreatif untuk menganalisis perpindahan kalor yang berkaitan

dengan proses pembuatan tempe. Berdasarkan uraian diatas, maka diperlukan

penerapan model Project Based Learning (PjBL) bermuatan etnosains yang

bertujuan membantu siswa memahami konsep dan memudahkan guru dalam


6

mengajarkan konsep melalui pendekatan pembelajaran yang mengaitkan materi

konteks pelajaran dengan pengalaman dunia nyata.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan, maka diperlukan pembelajaran

berbasis proyek yang memanfaatkan sains yang terkait budaya masyarakat

(etnosains) pada proses pembuatan tempe sebagai sumber belajar. Pembelajaan

kontekstual dapat memacu kemampuan kreatif peserta didik melalui pengalaman

belajar yang bermakna. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian yang

berjudul “Keefektifan Project Based Learning (PjBL) Bermuatan Etnosains

Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SD”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang timbul dapat

diidentifikasi sebagai berikut :

a. Minimnya pemanfaatan budaya di lingkungan sekitar peserta didik sebagai

sumber belajar pada pembelajaran IPA Terpadu di sekolah dasar.

b. Materi IPA yang memuat prinsip, konsep, dan teori abstrak sulit dipahami.

c. Kelima aspek kemampuan berpikir kreatif belum optimal, siswa bertanya dan

menjawab pertanyaan dari guru. Pembelajaran IPA baik, namun belum

mengaitkan budaya lokal.

d. Guru mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran berbasis proyek.

e. Kemampuan siswa memahami materi masih kurang dilihat dari hasil belajar

siswa yang masih dibawah KKM.


7

1.3 Cakupan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan,

cakupan masalah yang diteliti adalah:

a. Pembelajaran yang diterapkan kurang memanfaatkan budaya lokal di

lingkungan peserta didik, sehingga minimnya kepedulian terhadap budaya lokal

di daerahnya.

b. Pengetahuan peserta didik dalam mengaitkan materi IPA dengan sains yang

terkait budaya masyarakat (etnosains) belum baik.

c. Penerapan model pembelajaran belum interaktif, sehingga kemampuan berpikir

kreatif peserta didik kurang berkembang dan kemampuan praktiknya belum

terasah dengan baik.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah sebagai

berikut :

a. Bagaimana karakeristik pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

bermuatan etnosains pada siswa kelas V SD?

b. Bagaimana pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada proses

membuat tempe?

c. Bagaimana keefektifan pembelajaran Project Based Learning (PjBL) bermuatan

etnosains terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik di kelas V SD.


8

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai pada penelitian ini, sebagai berikut :

1. Mengetahui karakteristik pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

bermuatan etnosains di kelas V SD.

2. Menganalisis pemanfaatan lingkungan dan budaya sebagai sumber belajar pada

proses membuat tempe.

3. Mengetahui keefektifan penerapan pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

bermuatan etnosains terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik di kelas

V SD.

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang

penerapan pembelajaran Project Based Learning (PjBL) bermuatan etnosains di

kelas V sekolah dasar. Penelitian dapat memberi kontribusi bagi pembaca sebagai

acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

1.6.2 Manfaat Praktis

Temuan – temuan pada penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai

masukan bagi berbagai pihak, yaitu :

1. Bagi Guru

a. Memberikan pengalaman guru dalam penerapan pembelajaran Project Based

Learning (PjBL) bermuatan etnosains di kelas V SD.

b. Menambah keterampilan guru untuk menggali budaya di daerahnya pada

pembelajaran
9

2. Bagi Peserta didik

a. Menambah pengetahuan dan rasa cinta terhadap budaya di daerahnya.

b. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik melalui penerapan

pembelajaran Project Based Learning (PjBL) bermuatan etnosains di kelas V

SD.

c. Sebagai bahan pertimbangan dan alternatif cara untuk membantu siswa

memahami konsep perubahan kalor pada kehidupan sehari – hari dan

mencapai tujuan pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

a. Sebagai acuan bagi pihak sekolah untuk menerapkan pembelajaran Project

Based Learning (PjBL) bermuatan etnosains di kelas V SD

b. Dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

IPA di SD.
10

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KAJIAN TEORITIS, KERANGKA
BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pembelajaran IPA Terpadu

Fogarty (Susanto,2015:94) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu

memberikan ilustrasi pembelajaran yang dapat mencapai beberapa target konsep

yang ada dalam beberapa mata pelajaran. Peserta didik memahami konsep melalui

pengalaman langsung dan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Konsep dapat

membantu proses mengingat. Hal ini sejalan dengan pembelajaran kontekstual yang

menggali potensi lokal dengan mengaitkan materi yang terjadi pada kehidupan

sehari-hari dapat meningkatkan pemahaman peserta didik (Juniati, & Sari,2013).

Bransford (Santrock, 2017:106) menegaskan bahwa pengajaran sains yang

efektif membantu anak – anak membedakan antara kesalahan berbuah manis dan

kesalahpahaman, dan mendeteksi gagasan jelas yang salah yang perlu diganti oleh

konsep – konsep yang lebih akurat. Berdasarkan pendapat ahli, pengajaran IPA

Terpadu efektif dalam membantu siswa memahami suatu konsep melalui

pengalaman langsung yang berkaitan dengan kehidupan sehari – hari.

Peran guru sangat penting dalam mendesain pembelajaran yang

menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik. Konsep yang dipelajari

hendaknya dikaitkan dengan peristiwa dalam kehidupan sehari – hari. Hal ini

bertujuan agar peserta didik lebih mudah memahami konsep – konsep yang
10
11

dipelajari. Menurut Susanto (2015 : 94), pembelajaran terpadu dikembangkan

sesuai landasan pemikiran, sebagai berikut.

a. Progresivisme

Aliran ini menyatakan bahwa pembelajaran yang berlangsung secara alami dan

mengakomodasi keadaan dalam dunia nyata dapat memberikan pengalaman

bermakna bagi peserta didik.

b. Konstruktivisme

Aliran ini menyatakan bahwa kunci utama belajar bermakna adalah pengetahuan

yang dikonstruksi sendiri oleh individu dan pengalaman. Pembelajaran

bermakna dapat tercapai jika peserta didik dapat memahami konsep sendiri.

c. Landasan Normatif

Prinsip ini menyatakan bahwa pembelajaran terpadu dilaksanakan sesuai tujuan

– tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

d. Landasan praktis

Prinsip penerapan pembelajaran terpadu memperhatikan situasi dan kondisi

praktis yang berpengaruh pada pencapaian hasil yang optimal.

e. Developmentally Appropriate Practice (DAP)

Prinsip yang menyatakan bahwa pembelajaran harus sesuai perkembangan usia

dan individu, meliputi perkembangan kognitif, emosi, minat, dan bakat peserta

didik.

Berdasarkan teori – teori yang melandasi pelaksanaan pembelajaran terpadu,

dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran terpadu mendukung pencapaian

tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang


12

saling berkaitan dalam satu tema perlu memperhatikan karakteristik peserta didik,

seperti minat, kebutuhan, kemampuan, dan pengetahuan awal.

Pembelajaran IPA pada Kurikulum 2013 menerapkan keterpaduan materi

melalui pembelajaran terpadu. Novitasari (2016) menyatakan bahwa pembelajaran

terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan beberapa konsep materi

intra mata pelajaran atau antar mata pelajaran. Hasil penelitian Khusniati (2014)

dan Taufik (2014) menyatakan semakin tinggi kualitas belajar siswa, semakin

tinggi sikap peduli lingkungan. Penelitian Atmojo (2015) menyatakan bahwa siswa

lebih tertarik dan antusias dalam belajar secara langsung menggunakan kearifan

lokal. Pembelajaran bermuatan kearifan lokal dapat membuat siswa dapat mengenal

lebih dekat dengan budaya daerahnya, sehingga keinginan untuk melestarikannya

semakin meningkat.

Sintaks pembelajaran IPA terpadu bersifat fleksibel, artinya sintak dalam

pembelajaran terpadu dapat diakomodasi melalui berbagai model pembelajaran.

Menurut Trianto (2011 : 63), langkah – langkah pembelajaran IPA terpadu

mengikuti tahap – tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran, meliputi:

1) Tahap Perencanaan

a) Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan

Kegiatan awal menekankan pada karakteristik mata pelajaran, contohnya

mata pelajaran sains dan matematika dapat dipadukan dengan keterampilan

berpikir (thinking skill) dan keterampilan mengorganisir (organizing skill).


13

b) Memilih kajian materi, kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator

Guru menentukan sub keterampilan dari masing – masing keterampilan yang

dapat dipadukan dalam suatu unit pembelajaran.

c) Menentukan sub keterampilan yang dipadukan

Peserta didik perlu menguasai keterampilan – keterampilan, meliputi

keterampilan berpikir (thinking skills), keterampilan sosial (social skills), dan

keterampilan mengorganisasi (organizer skills).

d) Merumuskan indikator hasil belajar

Indikator dirumuskan sesuai kompetensi dasar dan sub keterampilan yang

telah dipilih. Penyusunan indikator sesuai kaidah penulisan yaitu : audience,

behaviour, condition, dan degree.

e) Menentukan langkah – langkah pembelajaran

Guru menyusun strategi untuk memadukan setiap sub keterampilan yang

telah dipilih pada langkah – langkah pembelajaran.

2) Tahap Pelaksanaan

a) Pembelajaran berpusat pada peserta didik, sehingga mendorong peserta didik

untuk belajar mandiri.

b) Pembelajaran secara kelompok diperlukan untuk melatih tanggung jawab

individu dan kerja sama kelompok.

c) Guru mengakomodasi berbagai kemungkinan yang terjadi dalam proses

perencanaan.
14

3) Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi pada pembelajaran IPA Terpadu yaitu tahap evaluasi proses

pembelajaran dan tahap evaluasi hasil pembelajaran.

2.1.2 Etnosains dan Ekologinya

Istilah ethnoscience (etnosains) berasal dari bahasa Yunani yaitu ethnos

artinya bangsa, sedangkan scientia dari bahasa Latin artinya pengetahuan. Menurut

Fasasi (2017) menyatakann bahwa etnosains adalah pengetahuan yang berasal dari

norma dan kepercayaan masyarakat lokal tertentu yang mempengaruhi interpretasi

dan pemahaman terhadap alam. Sudarmin (2018 : 16) mendefinisikan etnosains

sebagai perangkat ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh suatu masyarakat / suku

bangsa yang diperoleh dengan menggunakan metode tertentu serta mengikuti

prosedur tertentu yang merupakan bagian dari tradisi masyarakat tertentu, dan

kebenarannya dapat diuji secara empiris.

Berdasarkan pendapat para ahli, penerapan pembelajaran IPA menggunakan

pendekatan etnosains merupakan strategi pemanfaatan lingkungan dan budaya

daerah setempat sebagai sumber belajar yang berkaitan dengan peristiwa alam

tertentu. Hasil penelitian Yuliana (2017 : 99) pembelajaran yang memanfaatkan

makanan khas gresik yaitu pudak berkaitan dengan beberapa aspek sains di

dalamnya. Pembelajaran kontekstual dapat memperkuat pandangan siswa sekolah

dasar mengenai peristiwa alam, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir

peserta didik mengenai budaya khas yang ada di daerahnya. Strategi pembelajaran
15

dengan menggali potensi lokal dapat membentuk generasi emas yang melestarikan

budaya bangsa untuk menjaga jati diri bangsa Indonesia.

Pembelajaran bermuatan etnosains memberikan beberapa manfaat bagi

siswa. Hasil penenelitian Nailiyah, et al (2016) bahwa modul IPA berbasis

etnosains efektif digunakan pada pembelajaran. Penelitian menurut Dewi, et al

(2017), & Setiawan, et al (2017) bahwa pengembangan kearifan lokal berbasis

modul sains alami dapat meningkatkan literasi sains siswa.

Sudarmin (2018 : 17) menyatakan bahwa penelitian etnosains mengkaji hal

berikut : 1) fokus penelitian pada kebudayaan sebagai the forms of things that

people have in mind, their models for perceiving, artinya model untuk

mengklasifikasi lingkungan atau situasi sosial yang dihadapi; 2) Penelitian

mengungkap struktur – struktur yang digunakan untuk mengklasifikasi lingkungan

fisik maupun sosial, yaitu cara-cara, aturan-aturan, norma-norma, nilai-nilai yang

boleh atau dilarang, dan pengembangan teknologi yang ada di masyarakat; 3)

kebudayaan sebagai a set of principles for creating dramas, for writing scripts, and

of course, for recruiting players and audiences atau seperangkat prinsip – prinsip

untuk menciptakan, membangun peristiwa, untuk mengumpulkan individu atau

orang banyak.

Hal ini sejalan dengan penelitian Abonyi.S.A, Achimugu,L, & Adibe, M.I.

(2014 : 64) menunjukkan bahwa pembelajaran bermuatan etnosains dapat

menghubungkan kesenjangan peserta didik dengan realitas. Pembelajaran etnosains

dapat membantu peserta didik untuk memahami tradisi yang berbeda dari berbagai

budaya. Penelitian lain yang dilakukan Suastra (2010 : 7) menjelaskan bahwa


16

lingkungan alamiah dan sosial budaya cocok diterapkan untuk mengembangkan

kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Penelitian Khoerunnisa (2016)

menyatakan pengembangan modul IPA berbasis etnosains dapat meningkatkan

hasil belajar dan menumbuhkan minat kewirausahaan siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, peran guru sangat penting dalam mendesain

pembelajaran yang memotivasi dan merangsang pikiran peserta didik.

Pembelajaran bermuatan etnosains melalui pemanfaatan budaya setempat

diperlukan untuk memahami konsep materi melalui pengamatan proses – proses

alamiah secara langsung.

2.1.3 Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Bermuatan Etnosains

Istilah pembelajaran berbasis proyek merupakan istilah pmbelajaran yang

diterjemahkan dari istilah dalam bahasa inggris yaitu project based learning.

Menurut Buck Institute for Education (BIE, 1999), project based learning (PjBL)

adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam kegiatan

pemecahan masalah dan memberi peluang peserta didik bekerja secara otonom

mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya

siswa bernilai dan realistik.

Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu pendekatan pendidikan yang

berfokus pada kreativitas berpikir, pemecahan masalah, dan interaksi antara peserta

didik dengan kawan sebaya mereka untuk menciptakan dan menggunakan

pengetahuan baru (Berenfeld, 1996). Model Project Based Learning (PjBL)

merupakan pembelajaran yang mendorong peserta didik mengkonstruk

pengetahuan dan keterampilan secara personal. Doppelt (2003) menyatakan bahwa


17

Project Based Learning (PjBL) merupakan strategi pembelajaran yang

dikembangkan berdasarkan paham pembelajaran konstruktivis yang menuntut

peserta didik menyusun sendiri pengetahuannya.

Jadi, Project Based Learning (PjBL) merupakan model pembelajaran yang

melibatkan peserta didik aktif dalam pembelajaran melalui penyelesaian proyek dan

guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Model pembelajaran ini menekankan

pada peserta didik untuk menyusun pengetahuannya sendiri.

Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) bersifat konstruktivis,

yaitu peserta didik membangun pengetahuannya sendiri dengan bantuan kelompok.

Model PjBL yang bermuatan keunggulan lokal dapat mengaitkan konsep IPA

dengan konteks dunia nyata, sehingga dapat membangkitkan antusiasme peserta

didik agar terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan kompetensi peserta didik.

Tahapan Project Based Learning menurut Kemendikbud (2014: 34) adalah

sebagai berikut.

1. Starts With the Essential Question (penentuan pertanyaan mendasar).

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat

memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Siswa diberikan

pertanyaan mengenai makanan daerah yang terbuat dari tempe.

2. Design a Plan for the Project (Menyusun perencanaan proyek)

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Siswa dengan

bantuan guru menyusun rencana alat dan bahan yang akan digunakan. Adapun

alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain kompor, panci, baskom, saringan,
18

dandang, sotel kayu, kacang kedelai, ragi tempe, daun pisang, plastik, dan tusuk

gigi.

3. Creates a Schedule (Menyusun jadwal)

Pada langkah ini menjelaskan tentang lamanya proyek harus diselesaikan tahap

demi tahap. Pembuatan proyek ini terdiri dari 3 pertemuan pada pembelajaran

kelas V.

4. Monitor the Students and the Progress of the Project (Memantau siswa dan

kemajuan proyek)

Pada tahap ini guru bertanggung jawab untuk memantau kegiatan siswa dalam

pelaksanaan proyek, melalui proses hingga penyelesaian proyek. Dalam

kegiatan pemantauan, guru membuat lembar pengamatan yang akan merekam

berbagai aktivitas siswa dalam menyelesaikan tugas proyek. Proyek dimulai

dengan perebusan kedelai hingga pada tahap pembuatan bentuk tempe dan

pengemasan produk.

5. Assess the Outcome (Penilaian hasil)

Pada tahap ini siswa menyusun laporan produk yang telah dibuat pada lembar

proposal kegiatan. Kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan hasil proyek tiap

kelompok, dalam hal ini menyajikan bentuk tempe, alat dan bahan yang telah

dibuat serta kesimpulan pada proyek yang telah dilaksanakan.

6. Evaluate the Experiences (Evaluasi Pengalaman)

Peserta didik diberi kesempatan untuk membawa pengalaman mereka selama

tugas pembuatan proyek secara lengkap dan runtut. Tahap ini juga dilakukan

umpan balik pada proses dan produk yang dihasilkan. Guru memberikan
19

beberapa pertanyaan bagi siswa untuk mengukur pemahaman siswa.

Pembelajaran ditutup dengan pemberian soal evaluasi.

Educational Technology Division ( 2006 : 22) menyajikan sintak model PjBL

yang ada pada Gambar 2.1

6 Evaluate
5 Assess
4 Monitor
3 Schedule
2 Plan
1 Essential Question

Gambar 2.1 Sintak Pembelajaran PjBL

Cintang, Setyowati,& Handayani (2018:7) menyatakan bahwa ada beberapa

strategi yang perlu diperhatikan pada implementasi model PjBL pada pembelajaran

di sekolah dasar, yaitu : 1) keyakinan dan komitmen guru, 2) menggabungkan

proyek dengan belajar atau menggabungkan dua pembelajaran yang saling

berhubungan menjadi satu, 3) menciptakan program semester dengan menghitung

rincian minggu efektif, 4) memodifikasi proyek yang tercantum dalam buku guru,

5) memilih proyek yang nyaman dan menyediakan waktu yang tepat untuk

kebutuhan proyek.

Salah satu aspek yang tepat untuk diintegrasikan pada proses pembelajaran IPA

berbasis proyek adalah potensi lokal yang menjadi keunggulan tiap daerah. Hal ini

sesuai dengan amanat Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa kurikulum


20

perlu mengembangkan potensi lokal untuk merespon kebutuhan tiap daerah.

Potensi lokal dalam pembelajaran dapat berkaitan dengan materi sains di Sekolah

Dasar. Hal ini sejalan dengan penelitian Wilujeng (2016), pengintegrasian potensi

daerah ke dalam pembelajaran akan memberikan wawasan kepada siswa terkait

potensi daerah dan nilai – nilai kearifan lokal.

Kabupaten Purbalingga mempunyai ciri khas yang menjadi identitas dan jati

diri suatu bangsa. Berdasarkan sosial kultural, Kabupaten Purbalingga identik

dengan berbagai potensi interaksi sosial, bahasa, makanan khas, dan seni budaya.

Salah satu ciri khas Kabupaten Purbalingga dari segi makanan khas. Mendoan

merupakan salah satu potensi lokal Purbalingga yang terbuat dari bahan baku

kedelai. Ciri khas mendoan dari Kabupaten Purbalingga berasal dari kedelai yang

dicetak menjadi lembaran tempe yang sangat tipis dan dilumuri adonan tepung yang

dicampur daun kucai. Tempe digoreng setengah matang dan dihidangkan dalam

keadaan hangat.

Proses pembuatan tempe diperoleh secara turun temurun oleh masyarakat

Purbalingga menggunakan prinsip – prinsip sains. Hal ini mengartikan bahwa

proses pembuatan tempe berkaitan dengan kegiatan pembelajaran di sekolah dasar.

Tempe mempunyai bermacam-macam jenis yang dapat dibedakan berdasarkan

bahan baku pembuatannya. Ada beberapa tahap dalam proses pembuatan tempe,

yaitu:

1. Agar benar-benar mendapatkan biji kedelai yang bagus, dilakukan penyortiran.

Caranya, tempatkan biji kedelai pada tampah, kemudian ditampi.

2. Biji kedelai dicuci dengan air yang mengalir.


21

3. Biji kedelai yang sudah bersih ke dalam panci berisi air, kemudian direbus selama

30 menit atau sampai mendekati setengah matang.

4. Kedelai yang sudah direbus direndam selama semalam hingga menghasilkan

kondisi asam.

5. Keesokan harinya, kulit arinya dikupas. Caranya, kedelai dimasukkan ke dalam

air, kemudian remas-remas sambil dikuliti hingga akhirnya didapatkan keping-

keping kedelai.

6. Keping kedelai dicuci sekali lagi, dengan cara yang sama seperti mencuci beras

yang hendak ditanak.

7. Keping kedelai dimasukkan ke dalam dandang lalu ditanak, mirip seperti

menanak nasi.

8. Setelah matang, angkat, lalu dihamparkan tipis-tipis di atas tampah. Ditunggu

sampai dingin, airnya menetes habis, dan keping kedelai mengering.

Penelitian Badan Standarisasi Nasional (2012 : 4) beberapa zat utama yang

bermanfaat yang terdapat di dalam tempe, adalah :

1. Asam Lemak

Proses fermentasi pada tempe meningkatkan derajat ketidakjenuhan terhadap

lemak. Akibat proses ini, asam lemak tidak jenuh majemuk pada tempe

meningkat jumlahnya. Asam lemak tidak jenuh ini mempunyai efek penurunan

terhadap kandungan kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif

sterol di dalam tubuh.


22

2. Vitamin

Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B kompleks)

dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K). Tempe merupakan sumber vitamin B

yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain

vitamin B1, B2, asam pantotenat, asam nikotinat, vitamin B6, dan B12.

3. Mineral

Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup.

Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink. Kapang tempe dapat menghasilkan

enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa

mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-

mineral tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih

tersedia untuk dimanfaatkan tubuh.

4. Antioksidan

Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon

yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal

bebas. Dalam kedelai terdapat tiga jenis isoflavon.

2.1.4 Kemampuan Berpikir Kreatif

2.1.4.1 Pengertian Berpikir Kreatif

Johnson (2002 : 214) menyatakan berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan

dari pikiran yang dilatih dengan memerhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi,

mengungkapkan kemungkinan – kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang

menakjubkan, dan membangkitkan ide – ide yang tidak terduga. Orang kreatif

menggunakan potensi yang dimiliki untuk memandang segala sesuatu dengan cara–
23

cara yang baru (De Porter, 2000 : 292). J.P.Guilford (Naim, 2017 : 217)

menambahkan kreativitas adalah kemampuan berpikir divergen (menyebar, tidak

searah, sebagai lawan dari konvergen, terpusat) untuk menjajaki bermacam-macam

alternatif jawaban terhadap suatu persoalan yang sama benarnya.

Rhodes dalam Munandar (2012 : 20) menyimpulkan bahwa definisi

kreativitas sebagai four P’s of creativity yaitu : 1) person artinya kreativitas dimiliki

setiap orang tetapi kadarnya berbeda-beda, 2) process adalah sesuatu yang

diperlukan untuk melihat pencapaian kemampuan berpikir kreatif, 3) press

menunjukkan bahwa lingkungan berpengaruh terhadap rangsangan agar kreativitas

dapat berkembang, 4) product merupakan hasil kreatif seseorang diharapkan dapat

dinikmati oleh lingkungan dan bermakna bagi yang bersangkutan. Keempat P ini

saling berkaitan untuk membentuk pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam

proses kreatif dengan dukungan dan dorongan (press) dari lingkungan sehingga

menghasilkan produk kreatif.

Evans (1991 : 41) menegaskan komponen berpikir kreatif yang lain yaitu

problem sensitivity adalah kemampuan kepekaan pada suatu masalah atau

mengabaikan fakta yang kurang sesuai (misleading fact), dan originality yaitu

kemampuan membangun ide yang berbeda. Berdasarkan beberapa pendapat ahli,

dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif melibatkan aktivitas mental

yang mendorong rasa ingin tahu dan bertanya terhadap suatu informasi baru untuk

menghasilkan hal baru yang berbeda dan membuat hubungan dalam penyelesaian

masalah.
24

2.1.4.2 Ciri Individu Kreatif

Setiap individu mempunyai potensi kreatif yang dapat dilatih dan

dikembangkan untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas diri. Potensi kreatif

dapat berubah dan berkembang menjadi bagian yang erat jika dikembangkan dan

diupayakan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Oleh karena itu, guru perlu

memupuk potensi kreatif setiap individu, sehingga dapat berkembang sesuai

harapan.

Sund dalam Slameto (2010 : 147) menjelaskan bahwa individu dengan potensi

kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut: 1) hasrat

keingintahuan yang cukup besar, 2) bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, 3)

panjang akal, 4) keinginan untuk menemukan dan meneliti, 5) cenderung lebih

menyukai tugas yang berat dan sulit, 6) cenderung mencari jawaban yang luas dan

memuaskan, 7) memiliki dedikasi bergairah dan aktif dalam melaksanakan tugas,

8) berpikir fleksibel, 9) menanggapi pertanyaan yang diajukan dan cenderung

memberi jawaban lebih banyak, 10) kemampuan membuat analisis dan sintesis, 11)

memiliki semangat bertanya dan meneliti, 11) memiliki daya abstraksi yang cukup

baik, 12) memiliki latar belakang membaca yang cukup luas. Adapun kemampuan

berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran dapat terlihat melalui indikator pada

Tabel 2.1.
25

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Indikator Sub Indikator


Kemampuan a. Mencetuskan banyak jawaban, gagasan, penyelesaian
berpikir lancar masalah dan pertanyaan
(fluency) b. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan
berbagai hal
c. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban
Kemampuan a. Menghasilkan gagasan, jawaban dan pertanyaan yang
berpikir luwes bervariasi
(flexibility) b. Dapat melihat suatu masalah dengan arah pemikiran yang
berbeda-beda
c. Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran
Kemampuan a. Mampu melahirkan ungkapan yang unik dan baru
berpikir orisinal b. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim
(originality) dari bagian-bagian atau unsur-unsur
Kemampuan a. Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan
berpikir b. Mampu memperinci detail-detail suatu objek sehingga
memperinci menarik
(elaboration)

Kemampuan berpikir kreatif setiap individu berbeda – beda tergantung faktor


dalam diri dan luar diri. Tingkatan seseorang dalam proses berpikir kreatif terlihat
pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif (TKBK)
TKBK Indikator
Tingkat 0 Peserta didik tidak mampu menunjukkan ketiga aspek
(Tidak Kreatif) dalam memecahkan masalah
Tingkat 1 Peserta didik hanya mampu menunjukkan kefasihan
(Kurang Kreatif) dalam memecahkan masalah
Tingkat 2 Peserta didik mampu menunjukkan kebaruan atau
(Cukup Kreatif) fleksibilitas dalam memecahkan masalah
Tingkat 3 Peserta didik mampu menunjukkan kefasihan dan
(Kreatif) kebaruan atau kefasihan dan fleksibilitas dalam
memecahkan masalah
Tingkat 4 Peserta didik mampu menunjukkan kefasihan,
(Sangat Kreatif) fleksibilitas, dan kebaruan atau kebaruan dan fleksibilitas
dalam memecahkan masalah
(Siswono, 2011 : 551)
2.1.4.3 Tahap Berpikir Kreatif

Mikarsa, dkk (2007:3.40) menegaskan bahwa perkembangan usia anak di SD

berada pada masa kritis kreativitas. Hal ini perlu diketahui, karena dapat
26

menghalangi perkembangan kreativitas anak. Tahap masa kritis kreativitas anak

usia SD, yaitu :

a) Usia 5 sampai 6 tahun

Sebelum anak siap masuk sekolah, anak belajar untuk menerima hal yang telah

ditetapkan oleh tokoh otoriter, mematuhi aturan dan keputusan orang dewasa di

lingkungan rumah. Aturan-aturan ini berkembang di lingkungan sekolah yang dapat

menghambat kreativitas anak.

b) Usia 8 sampai 10 tahun

Kebutuhan anak untuk dapat diterima sebagai anggota dalam kelompok teman

sebaya terjadi pada masa ini. Seorang anak akan menerima pola-pola yang

ditetapkan kelompoknya, agar dapat diterima dalam kelompok tersebut.

Masa kritis kreativitas seorang anak terjadi pada setiap tahapan usia, sehingga perlu

disadari bahwa faktor lingkungan tetap diperlukan untuk mengembangkan

kreativitasnya. Menurut Munandar (2012:39) menyatakan bahwa proses kreatif ada

4 tahap, yaitu:

1) Tahap Persiapan

Tahap ini ditandai pada individu yang mulai mempersiapkan diri untuk

memecahkan masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada

orang lain.

2) Tahap Inkubasi

Tahap inkubasi adalah kegiatan mencari dan menghimpun data/informasi tidak

dilanjutkan. Individu sekan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah

tersebut. Tahap ini muncul inspirasi pada pemikiran alam pra-sadar.


27

3) Tahap Iluminasi

Tahap munculnya “insight” atau “Aha-Erlebnis”, timbul inspirasi atau gagasan

baru, beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya

inspirasi/gagasan baru.

4) Tahap Verifikasi atau Evaluasi

Tahap ini ditandai adanya ide atau kreasi baru harus diuji terhadap realitas.

Proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti oleh proses konvergensi

(pemikiran kritis).

2.1.4.4 Komponen-komponen Kemampuan Berpikir Kreatif

Mikarsa,dkk (2007:3.36) mengungkapkan beberapa komponen dari

kreativitas, sebagai berikut.

1) Sumber Kognitif

Hasil karya kreatif melibatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada setiap

individu. Pemikiran divergen adalah penting dalam membuat kesimpulan dari suatu

masalah. Kreativitas perlu keseimbangan pemikiran divergen dan konvergen.

Pengetahuan merupakan sesuatu yang penting dalam kreativitas dalam segala

bidang untuk mengenal dan memahami ide-ide baru.

2) Sumber Kepribadian

Karakter kepribadian turut mengembangkan komponen kognitif dari kreativitas,

meliputi: a) gaya inovatif dari berpikir, b) sikap toleran pada ketekunan dan sesuatu

yang jamak, c) kemauan untuk mengambil resiko, d) berani terhadap pendapat.


28

3) Sumber Motivasi

Motivasi untuk kreatif lebih menekankan pada tugas daripada tujuan. Hal ini

menunjukkan pada keinginan untuk berhasil pada tingkat yang lebih tinggi, tetap

memusatkan perhatian pada masalah. Individu yang fokus pada tujuan berkaitan

dengan hadiah/penghargaan secara ekstrinsik. Faktor dari luar tidak selalu

menganggu kreativitas individu, karena dapat membangkitkan anak untuk

menghasilkan sesuatu yang bersifat inovatif.

4) Sumber Lingkungan

Lingkungan dapat menciptakan kondisi fisik maupun sosial yang membantu

sesorang untuk menghasilkan dan mengembangkan ide-ide baru. Peran orang tua

diperlukan untuk mengembangkan kreativitas anak melalui aktivitas yang

merangsang rasa ingin tahu dan menerima kekhasan anak. Menurut Mikarsa,dkk

(2008:3.37) menyatakan bahwa situasi kelas yang merangsang anak untuk

mengambil resiko, berani beragumentasi dengan guru dan memberi kesempatan

untuk mencetuskan ide-idenya tanpa dinilai, merupakan kelas yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Guru yang memberi kebebasan

siswa untuk memilih dapat membentuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir

divergen yang cukup tinggi.


29

2.1.5 Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, antara

lain:

Salah satu model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang

memenuhi kebutuhan peserta didik pada pengembangan keterampilan yang dimiliki

setiap individu. Berdasarkan kajian literatur yang dilakukan oleh Sumarni (2015:4)

menyatakan bahwa karakteristik model PjBL dapat mendukung pembelajaran yang

berpusat pada peserta didik dan meningkatkan kreativitas peserta didik.Unsur

pembeda pada penelitian adalah belum ada penerapan PjBL pada pembelajaran di

sekolah dasar, tetapi peneliti mengkaji PjBL berdasarkan kajian literatur. Hasil

penelitian tersebut mendukung peneliti untuk menerapkan pembelajaran PjBL pada

materi proses pembuatan tempe.

Penerapan model PjBL dapat terlaksana dengan baik, jika memperhatikan

beberapa hal pada pelaksanaan pembelajaran. Hasil penelitian Habok & Nagy

(2016:2) yang berjudul “In-service Teachers’ Perceptions of Project-Based

Learning” menerangkan bahwa unsur – unsur penting dalam menerapkan model

pembelajaran PjBL adalah perencanaan yang matang agar proyek berhasil, guru

berperan sebagai fasilitator, dan peserta didik terlibat dalam evaluasi pembelajaran.

Hal ini mendukung peneliti untuk melaksanakan tahap-tahap pembelajaran PjBL

dengan baik. Unsur pembeda pada penelitian yang akan dilaksanakan adalah

penerapan pembelajaran PjBL menekankan kemampuan berpikir kreatif peserta

didik untuk pemecahan masalah. Fokus penelitian pada keterlibatan peserta didik

pada pembelajaran PjBL bermuatan etnosains.


30

Pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik

melalui aktivitas belajar yang kompleks. Hasil penelitian Shofatun, Ibrahim &

Wasis (2016:1157) membuktikan pembelajaran PjBL sesuai perkembangan

kognitif menurut Piaget, yaitu belajar dari konsep materi yang mendasari

pembuatan kreativitas produk membuat siswa dapat lebih mudah mengonstruksi

pemahaman dari tingkatan berpikir kongkret menuju tingkat berpikir abstrak.

Penelitian tersebut relevan dengan permasalahan yang ditemukan peneliti mengenai

kendala pemahaman konsep materi IPA yang abstrak. Pembelajaran Pjbl dapat

meningkatkan penguasaan konsep peserta didik dan mengembangkan kreativitas

peserta didik pada pembuatan produk. Perbedaan penelitian adalah penelitian yang

akan dilaksanakan pada jenjang SD, sedangkan penelitian tersebut pada jenjang

SMP. Persamaan penelitiannya yaitu pembelajaran PjBL diterapkan pada materi

IPA, namun peneliti memfokuskan pada unsur budaya atau sains masyarakat yang

berkaitan dengan konsep sains.

Temuan pada penelitian Hosseini (2014:141) menyimpulkan bahwa kunci

keberhasilan model pembelajaran yang mengembangkan kreativitas individu

adalah memperhatikan aspek afektif, kognitif, sosial, dan fisik. Pembelajaran yang

memberikan kebebasan berpikir peserta didik melalui pertanyaan-pertanyaan

terbuka dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Pengalaman

belajar yang bermakna untuk meningkatkan kreativitas peserta didik adalah

memberikan kesempatan peserta didik untuk melakukan observasi, pengujian,

percobaan, dan melatih kepekaan melalui berbagai masalah ilmiah. Hal ini

mendukung mengatasi masalah yang ditemukan peneliti dalam meningkatkan


31

kreativitas peserta didik. Peneliti melaksanakan pembelajaran berbasis proyek pada

percobaan membuat tempe. Hal yang membedakan pada penelitian ini adalah

penelitian tidak memfokuskan pada kinerja guru saja, tetapi juga pada keterlibatan

peserta didik dalam pembelajaran PjBL bermuatan etnosains.

Temuan penelitian Subali, B & Mariyam (2016:101) menunjukkan bahwa

kemampuan kreativitas siswa kelas IV dan V SD di 5 Kabupaten/Kota DIY masih

rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu 1) guru belum mengetahui

model pembelajaran yang merangsang kreativitas siswa, 2) guru hanya fokus pada

pemahaman konsep, 3) guru jarang akan memberikan pertanyaan yang

membutuhkan jawaban yang berbeda. Hal yang membedakan pada penelitian yang

dilakukan adalah upaya peneliti untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

Penelitian yang dilakukan oleh Subali, Sopyan, & Ellianawati (2015) bahwa

pengembangan desain pembelajaran sains berbasis kearifan lokal dapat

mengembangkan karakter positif dan prestasi belajar di sekolah dasar. Unsur

pembeda pada penelitian adalah fokus penelitian pada kemampuan berpikir kreatif

siswa dan jenjang sekolah yang berbeda. Penelitian ini mendukung dalam

menerapkan pembelajaran berbasis budaya di SD.

Mengacu pada temuan-temuan penelitian tersebut, dapat disimpulkan

pembelajaran PjBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Penerapan

pembelajaran PjBL yang mengintegrasikan sains masyarakat (etnosains) melalui

karya nyata diduga dapat meningkatkan kreativitas produk sains. Beberapa

penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3.


32

Tabel 2.3 Penelitian yang Relevan

No Nama Peneliti Judul Temuan Nama Jurnal


1 Sumarni, W. The Strengths and Berdasarkan tinjauan International
(2015) Weaknesess of the literatur yang telah Journal of
Implementation of dilakukan, PBL yang Science and
Project Based diterapkan memiliki Research
Learning : A karakteristik sebagai (IJSR)
Review berikut : Pembelajaran
kooperatif, memiliki
fasilitator dengan
karakteristik dan motif
psikologis,dan memiliki
unsur-unsur lain dari
belajar sepanjang hayat,
dan pembelajaran berpusat
pada siswa.
2 Habok., A., & In-service teachers’ Pembelajaran PjBL International
Nagy., J. perceptions of memposisikan guru Journal of A
(2016) project-based sebagai fasilitator, SpringerPlus
learning keterlibatan siswa dalam
evaluasi serta metode yang
digunakan mempunyai
peranan penting.
3 Shofatun, A., Pembelajaran IPA Pembelajaran berbasis Jurnal
Ibrahim., M., Terpadu melalui proyek (PjBL) dapat Penelitian
& Wasis Project Based meningkatkan pemahaman Pendidikan
(2016) Learning dalam siswa terutama dalam Sains (JPPS)
Melatihkan mengkonstruksi
Academic dan pengetahuan,
Social Skill Siswa pengintegrasikan
SMP beberapa konsep terkait
melalui karya nyata
kreativitas produk sains.
4 Hosseini,A.,S. The Effect of Salah satu keberhasilan International
(2014) Creativity Model model pembelajaran Journal of
for Creativity adalah mempertimbangkan Information
Development in aspek afektif, kognitif, and Education
Teacher sosial, dan fisik. Model Technology
pembelajaran yang baik
adalah pembelajaran yang
mendukung pertanyaan -
pertanyaan terbuka,
sehingga meningkatkan
kemampuan berpikir
kreatif di kelas. Hal ini
menunjukkan adanya
partisipasi siswa di kelas
dan kegiatan belajar
33

No Nama Peneliti Judul Temuan Nama Jurnal


dengan motivasi yang
lebih tinggi.
5 Subali, B., Developing Local Temuan menunjukkan Jurnal
Sopyan, A., & Wisdom Based bahwa kemampuan Pendidikan
Ellianawati. Science Learning kreativitas siswa kelas IV Fisika
(2015) Design To dan V SD di 5 Indonesia
Establish Positive Kabupaten/Kota DIY
Character In masih rendah dan banyak
Elementary School nilai tes kreativitas yang
tidak ada hubungannya
dengan skor IQ.

2.2 Kajian Teoritis

2.2.1 Teori Vygotsky

Vygotsky (Semiawan, 1999:278) menegaskan bahwa perkembangan peserta

didik tidak dapat dipisahkan dari aktivitas sosial dan kultural. Teori Vygotsky

menekankan bagaimana perkembangan proses mental yang lebih tinggi, seperti

ingatan, perhatian, dan penalaran, melibatkan belajar menggunakan penemuan

masyarakat. Zone of Proximal Development (ZPD) adalah terminologi Vygotsky

untuk rentangan tugas yang terlalu sulit bagi anak untuk dikuasai sendiri (tingkat

terendah ZPD), dan tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima anak-

anak dengan bantuan instruktur yang mumpuni (tingkat tertinggi ZPD).

Implikasi utama dari teori Vygostsky dalam pembelajaran adalah peserta

didik mampu memahami atau mengkonstruk pengetahuan sendiri melalui

pengalaman belajar yang bermakna pada konteks sosial dan kultural. Pembelajaran

PjBL dapat mendorong peserta didik untuk saling berinteraksi dalam

menyelesaiakan masalah pada masing-masing Zone of Proximal Development

(ZPD). Teori Vygotsy menekankan pada penemuan konsep dan pemecahan

masalah melalui interaksi dengan teman dan guru.


34

2.2.2 Teori Piaget

Mikarsa, Taufik, & Prianto (2008:6.9) menegaskan bahwa proses kognitif

menjadi pertimbangan utama berlangsungnya proses belajar. Jean Piaget membagi

proses perkembangan kognitif sebagai berikut: 1) Periode sensorimotor (usia 0–2

tahun); 2) Periode pra operasional (usia 2–7 tahun); 3) Periode operasional konkret

(usia 7–11 tahun); 4) Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa).

Anak usia sekolah dasar secara umum pada tahap operasional konkret. Tahap ini

ditandai adanya kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-

kaidah logika meskipun masih terikat dengan objek-objek yang bersifat konkret,

dan anak mulai mengkonservasi pengetahuan tertentu.

Pembelajaran yang sesuai kebutuhan dan perkembangan kognitif anak pada

tahap operasional konkret perlu menggunakan model pembelajaran yang dapat

membuat materi yang abstrak dan sulit dipahami menjadi riil atau nyata. Salah satu

model pembelajaran yang memenuhi aspek tersebut adalah pembelajaran PjBL.

Anak dapat menghabiskan banyak waktu untuk mengerjakan kegiatan-kegiatan

yang mereka pilih sendiri dan merasa senang untuk menyelesaikan proyek (Slavin,

2011:101).

2.2.3 Teori Edgar Gale

Edgar Dale memperkenalkan istilah “Kerucut Pengalaman” pada tahun 1946

yang menunjukkan bahwa perkembangan pengalaman yang paling konkret (di

bagian bawah kerucut) sampai bagian yang paling abstrak (di bagian atas kerucut).

Kerucut pengalaman Dale menginformasikan pengalaman belajar dengan tingkat

retensi individu ada pada Gambar 2.2.


35

Lambang
Verbal
Lambang
Visual
Radio, Rekaman,
Gambar Mati
Gambar Hidup
Televisi

Pameran

Karyawisata

Demonstrasi
Dramatisasi
Pengalaman tiruan

Pengalaman Langsung dan Bertujuan

Gambar 2.2 Kerucut Pengalaman Edgar Dale


(Dale, 1969 : 82)
Berdasarkan Gambar 2.2 tentang kerucut pengalaman Edgar Dale

menunjukkan bahwa peserta didik akan lebih mudah untuk memahami materi

melalui kegiatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk melakukan dan

mengatakan (do the real thing). Salah satu model pembelajaran yang melibatkan

peserta didik dalam pembelajaran sesuai teori Edgar Dale adalah pembelajaran

Project Based Learning (PjBL). Kerangka dasar kurikulum 2013 merancang PJBL

untuk berupaya membawa pembelajaran menjadi kontekstual dengan dunia nyata.

Hasil penelitian Davis, & Summers (2015:2) menunjukkan bahwa kegiatan

pembelajaran langsung yang berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar

peserta didik, terutama materi yang berkaitan dengan peristiwa di kehidupan sehari-

hari. Oleh karena itu, teori Edgar Dale mendukung dalam penelitian ini terkait

pentingnya pembelajaran langsung dalam pemahaman konsep peserta didik.


36

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran pada kurikulum 2013 mengembangkan keterampilan,

pengetahuan, dan keahlian yang dibutuhkan siswa. Pembelajaran abad 21

menciptakan pembelajaran yang efektif melalui penerapan pembelajaran 4Cs

(creativity, critical thinking, collaboration,communication). Salah satu tujuan

pendidikan nasional tentang proses pembelajaran termuat pada UU Nomor 20

Tahun 2003 adalah mengembangkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013

tentang Implementasi Kurikulum pedoman Pengembangan Muatan Lokal

menyatakan penerapan muatan lokal sangat penting untuk membentuk pemahaman

peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya. Muatan lokal pada

pendidikan di sekolah dasar bertujuan agar : 1) peserta didik mengenal dan menjadi

lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budaya; 2) memiliki bekal

kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang

berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya; 3) memiliki

sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai / aturan – aturan yang berlaku di

daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nlai luhur budaya

setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.

Data faktual menunjukkan bahwa pembelajaran IPA terpadu di SD sudah

baik, tetapi pemanfaatan alam dan budaya sesuai Kurikulum 2013 belum optimal.

Hal ini menyebabkan kurangnya pengetahuan siswa terhadap hubungan konsep-

konsep sains dengan peristiwa kehidupan sehari - hari. Pembelajaran di sekolah

masih terfokus pada penerimaan pengetahuan, ingatan, dan penalaran.


37

Pembelajaran sudah baik, namun peserta didik belum terlibat aktif dalam

pembelajaran sehingga kemampuan berpikir kreatif belum berkembang dengan

baik. Hal ini menjelaskan bahwa perlu penerapan model pembelajaran berbasis

masalah yang mendukung kreativitas siswa dalam menciptakan produk nyata.

Pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah

(Project Based Learning) dapat melatih peserta didik untuk menyelesaikan

permasalahan lingkungan.

Penerapan pembelajaran PjBL bermuatan etnosains dapat mendorong peserta

didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif pada tahap merancang

dan membuat proyek untuk pemecahan masalah. Pembelajaran bermuatan

etnosains akan membantu siswa mengenal keunggulan lokal dari potensi daerah.

Potensi daerah merupakan potensi sumber daya spesifik yang dimiliki oleh suatu

daerah, misalnya potensi makanan tradisional dari tempe yaitu mendoan yang

dimiliki Kabupaten Purbalingga. Berdasarkan kerangka penelitian tersebut, maka

dapat digambarkan pada Gambar 2.3.


38

Masalah:
Kemampuan berpikir kreatif siswa belum baik, hasil belajar siswa
menunjukkan jawaban singkat tanpa pengembangan dari siswa.

Materi IPA yang berupa Aspek kemampuan berpikir


prinsip, konsep, dan teori kreatif belum optimal, siswa
abstrak sulit dipahami bertanya dan menjawab
pertanyaan dari guru.

Pemanfaatan budaya sebagai Indikator kemampuan berpikir


sumber belajar belum kreatif, meliputi: fluency,
optimal, contoh aspek sains flexibility, originality, dan
pada pembuatan tempe. elaboration

Sains yang terkait budaya Perlu penerapan pembelajaran


masyarakat (etnosains) pada Project Based Learning (PjBL)
proses pembuatan tempe untuk menggali kemampuan
dimanfaatkan sebagai berpikir kreatif siswa
sumber belajar

Penerapan pembelajaran PjBL bermuatan etnosains (3 pertemuan)

Keterlaksanaan Pre test dan


model PjBL efektif Post Test

Teori Vygotsky
Teori Piaget
Efektivitas PjBL terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Teori Edgar Gale

Siswa mempunyai kemampuan berpikir kreatif yang meningkat,


terutama materi perpindahan kalor bermuatan etnosains

Gambar 2.3 Skema Kerangka Berpikir


39

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian landasan teori, maka hipotesis penelitian ini sebagai

berikut :

1. Kemampuan berpikir kreatif siswa pada penerapan pembelajaran Project Based

Learning bermuatan etnosains mencapai ketuntasan klasikal.

2. Kemampuan berpikir kreatif siswa pada penerapan pembelajaran Project Based

Learning bermuatan etnosains lebih besar sama dengan nilai KKM individu.

3. Terdapat pengaruh penerapan pembelajaran Project Based Learning bermuatan

etnosains terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.


84

BAB V

PENUTUP
5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka

dapat disimpulakan sebagai berikut :

Karakteristik pembelajaran Project Based Learning (PjBL) bermuatan

etnosains adalah pembelajaran berpusat pada siswa, guru berperan sebagai

fasilitator, dan pembelajaran mendorong siswa mencari informasi yang

berhubungan dengan proyek atau permasalahan. Pembelajaran berbasis proyek

melatih siswa berpikir kreatif dan bekerja secara kolaboratif. Pembelajaran yang

menekankan pada hasil produk siswa menggunakan pengukuran berbasis unjuk

kerja (performance based assessment).

Pemanfaatan lingkungan dan budaya sebagai salah satu sumber pengetahuan

di Desa Majasari adalah keberadaan home indsutry tempe yang terletak di sekitar

SD Negeri 2 Majasari. Potensi lokal yang memuat budaya masyarakat di sekitar

siswa diintegrasikan pada proses pembelajaran materi perpindahan kalor.

Pemanfaatkan lingkungan alam dan budaya dapat memunculkan rasa cinta tanah

air pada diri siswa dan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Penerapan pembelajaran Project Based Learning (PjBL) bermuatan etnosains

efektif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada aspek fluency,

flexibility, originality, dan elaboration. Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai

sumber belajar dapat meningkatkan penguasaan ilmu siswa, dan penguasaan

bermasyarakat. Keterlibatan siswa dalam penyelesaian proyek membuat tempe

84
85

memberikan dampak positif pada pemahaman konsep perpindahan kalor. Dampak

positif lain adalah siswa dapat mengetahui konsep sains ilmiah dan sains

masyarakat yang ada di lingkungannya.

5.2 Saran

1. Guru harus mampu mengembangkan karakteristik model pembelajaran untuk

menggali potensi budaya di daerahnya dan pengembangan kreativitas siswa.

2. Perlu diadakan penelitian lain tentang penerapan pembelajaran bermuatan

etnosains pada materi pembelajaran dan kondisi siswa yang berbeda.

3. Perlu pengembangan penelitian untuk membandingkan penerapan

pembelajaram etnosains dengan pendekatan pembelajaran dan variabel terikat

yang lain.
86

DAFTAR PUSTAKA

Abonyi.S.A, Achimugu,L, & Adibe, M.I. (2014). Innovations in Science and


Technology Education: A Case for Ethnoscience Based Science Classrooms.
International Journal of Scientific & Engineering Research, 5 (1).

Aikenhead, G.S., & Jegede, O.J. (1999). Cross-cultural Science Education : a


Cognitive Explanation of a Cultural Phenomenon. Journal of Research in
Science Teaching.

Alimuddin. (2017). Menumbuh Kembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa


Melalui Tugas-Tugas Pemecahan Masalah. Prosiding Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA.

Arfianawati, S., Sudarmin, M., & Sumarni, W. (2016). Model Pembelajaran Kimia
Berbasis Etnosains Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.
Jurnal Pengajaran MIPA, 21(1), 46-51. Retrieved from
http://dx.doi.org/10.18269/jpmipa.v21i1.669

Arikunto, S. (2012). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Ariningtyas, Wardani, S.,& Widhi M. (2017). “Efektivitas Lembar Kerja Siswa


Bermuatan Etnosains Materi Hidrolisis Garam untuk Meningkatkan Literasi
Sains SiswaSMA”. Journal of Innovative Science Education, 2 (2): 186-196.
Retrieved from https://doi.org/ 10.15294/jise.v6i2

Arisanti, W.O.L. (2016). Analisis Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir


Kreatif Siswa SD melalui Project Based Learning. Jurnal Pendidikan
Dasar:EduHumaniora, 8(1): 82-95. Retrieved from :
http://dx.doi.org/10.17509/eh.v8i1.5125

Asmin.(2005). Implementasi Berpikir Lateral dalam Pembelajaran di Sekolah.


Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 11(055): 525-551.

Atmojo, S. (2012). Profil Keterampilan Proses Sains dan Apresiasi Siswa terhadap
Profesi Pengrajin Tempe dalam Pembelajaran IPA Berpendekatan Etnosains.
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia Unnes, 1(2):115-122.Retrieved from:
https://doi.org/10.15294/jpii.v1i2.2128

Atmojo, S. E. (2015). Learning Which Oriented On Local Wisdom To Grow A


Positive Appreciation Of Batik Jumputan (Ikat Celup Method). Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia Unnes, 4(1):48-55.Retrieved from:
https://doi.org/10.15294/jpii.v4i1.3501
87

Aydinli, E., Dokme, I., Ünlüa, Z. K., Öztürk, N., Demir, R., & Benli, E. (2011).
Turkish Elementary School Students’ Performance On Integrated Science
Process Skills. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 15:3469-
3475.Retrieved from: https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.04.320

Badan Standarisasi Nasional. (2012). Tempe : Persembahan Indonesia untuk Dunia.


Jakarta : BSN.

Barenfeld, B. (1996). Linking Students to the Info-sphere. Technology Horizon in


Education Journal, 23(9) : 76 - 84.

Buck Institutute for Education. (1999). Project-Based Learning. Retrieved from


http://www.bgsu.edu/organizations/etl/proj.html.

Chiang., & Lee. (2016). The Effect Of Project-Based Learning On


LearningMotivation And Problem-Solving Ability Of Vocational High
School Students. International Journal of Information and Education
Technology. 6(9) : 709-712. Retrieved from: https://doi.org/10.7763/
IJIET.2016.V6.779

Cintang.N, Liesnoor.D.S,& Handayani,S.S. (2018). The Obstacles and Strategy of


Project Based Learning Implementation in Elementary School. Journal of
Education and Learning (EduLearn), 12 (1) : 7-15. Retrieved from:
http://dx.doi.org/10.11591/edulearn.v12i1.7045

Dale, E. (1969). Audiovisual Methos in Teaching (Third Edition). New York : The
Dryden Press, Holt, Rinehart and Einston, Inc.

Damayanti,C., Rusilowati, A.,& Linuwih, S. (2017). Pengembangan Model


Pembelajaran IPA Terintegrasi Etnosains untuk Meningkatkan Hasil Belajar
dan Kemampuan Berpikir Kreatif. Journal of Innovative Science Education
6(1). Retrieved from https://doi.org/10.15294/jise.v6i1.17071

Davis,B.,& Summers,M. (2015). Applying Dale’s Cone of Experience to Increase


and Retention: A study of student learning in a foundational leadership
course. Qscience Proceedings,elc2014(6):1-7.Retrieved from: http:/doi.org
/10.5339/qproc.2015.wcee2014.6

De Porter, B. (2000). Quantum Taching and Learning. Bandung : Kaifa.

Dewi, IPM., Suryadarma., I Wilujeng, & S. Wahyuningsih. (2016). “The Effect Of


Science Learning Integrated With Local Potential Of Carving and Pottery
Towards The Junior High School Students Critical Thinking Skills”. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia,6 (1):103-109. Retrieved from:
http://doi.org/10.15294/jpe.v8i2.25688
88

Doppelt, Y. (2003). Implementation and Assessment of Project-Based Learning in


Flexible Environment. Instructional Journal of Technology and Design
Education, 13 : 255-272. Retrieved from: https://doi.org/10.1023/A:
1026125427344

Educational Technology Division. (2006). Project Based Learning Handbook


“Educating The Millennial Learner”. Malaysia : The Malaysian Smart
School.

Evans, J.R. (1991). Creative Thinking in the Decision and Management


Sciences.Cincinnati: South-Western Publishing Co.

Fasasi, R.A. (2017). Effects of ethnoscience instruction, school location, and


parental educational status on learners’ attitude towards science.
International Journal of Science Education, 39(5):548-564.Retrieved from:
http://www.tandf.co.uk/journals

Fauziah, Y.N. (2011). Analisis Kemampuan Guru dalam Mengembangkan


Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Kelas V pada
Pembelajaran IPA. Jurnal Pendidikan Ke-SD-an.Edisi khusus (2):98:106.
Retrieved from: http://jurnal.upi.edu/file/11-Yuli_Nurul-EDIT.pdf

Habok, A., & Nagy, J. (2016). In-service Teachers Perceptions of Project Based
Learning. International Journal of A SpringerPlus (5) : 83.Retrieved from:
http://doi.org/10.1186/s40064-016-1725-4

Hake, R. R. (1998). Interactive Engagment vs Traditional Methods: A Six


Tousandstudent Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics
Course. American Journal of Physics, 66(1): 1. Retrieved from:
http://doi.org/10.1119/1.18809

Hosseini,A.,S. (2014). The Effect of Creativity Model for Creativity Development


in Teacher. International Journal of Information and Education
Technology,4(2):138-142. Retrieved from:http://doi.org 10.7763/IJIET.
2014.V4.385

Hovey, A.K., & Ferguson, L.A. (2014). Teacher Perspectives and Experiences
Using Project Based Learning with Exceptional and Diverse Student.Curric
Teach Dialogue 16(1) : 77-90. Retrieved from: https://www.questia.com
/library/journal/1G1-398395620/teacher-perspectives-and-experiences-
using-project-based

Insyasiska, D., Zubaidah, S., & Susilo, H. (2015). Pengaruh Project Based Learning
Terhadap Motivasi Belajar, Kreativitas, Kemampuan Berpikir Kritis, Dan
Kemampuan Kognitif Siswa Pada Pembelajaran Biologi. Jurnal Pendidikan
Biologi, 7(1): 9- 21. Retrieved from http://dx.doi.org/10.17977/jpb.v7i1.713
89

Juniati, E.,& Sari, A.P. (2016). Integrasi Potensi Lokal pada Pembelajaran SL
terhadap Pembentukan Learner SoftSkill untuk Memecahkan Permasalahan
Lingkungan. Prosiding Symbion 27(8) : 543-550. Retrieved from:
http://symbion.pbio.uad.ac.id/prosiding/prosiding/ID_348Etika%20dan%20
Winda-revisi_Hal%20543-550.pdf

Johnson, E.B. (2002). Contextual Teaching and Learning: What it is and why it’s
here to stay. Thousand Oaks: Corwin Press,Inc.

Kamdi, W. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif. Malang: Universitas


Negeri Malang.

Kemendikbud. (2014). Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based


Learning). Jakarta : Kemendikbud.

Kemendikbud. (2013). Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar


Proses. Jakarta : Kemendikbud.

Khoerunnisa, R. F., Murbangun, N., & Sudarmin. (2016). Pengembangan Modul


IPA Terpadu Etnosains Untuk Menumbuhkan Minat Kewirausahaan. Journal
of Innovative Science Education Unnes, 5(1) : 45-53.Retrieved from:
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise/article/view/13241

Khusniati, M. (2014). Model Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan Lokal Dalam


Menumbuhkan Karakter Konservasi. Indonesian Journal of Conservation
Unnes, 3(1) : 67-74. Retrieved from
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/ijc/ article/view/3091

Lesmana, C., & Jaedun, A. (2015). Efektivitas Model Project Based Learning untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa STKIP PGRI Pontianak. Jurnal
Pendidikan Vokasi, 5(2) : 161-170. Retrieved from:http://doi.org/
10.21831/jpv.v5i2.6382

Larmer, J. and Mergendoller Jr. (2010). Seven Essentials for Project-Based


Learning. Educ. Leadership, 68(1) : 34–37. Retrieved from:
http://www.ascd.org/publications/educational_leadership/sept10/vol68/num
01/Seven_Essentials_for_Project-Based_Learning.aspx

Mendikbud. (2016). Permendikbud RI Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar


Kompetensi Lulusan. Jakarta : Depdiknas.

Mariati. (2006). Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Pertanyaan Divergen


pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, 063. Retrieved from: http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/
126306759773.pdf
90

Mikarsa, H.L., Taufik,A., & Prianto,P.J.(2008). Pendidikan Anak di SD.


Jakarta:Universitas Terbuka.

Munandar, U. (2012). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka


Cipta.

Nailiyah, M.R., Subiki, &Wahyuni, S. (2016). Pengembangan Modul IPA Tematik


Berbasis Etnosains Kabupaten Jember Pada Tema Budidaya Tanaman
Tembakau. Jurnal Pembelajaran Fisika, 5 (3): 261-269.Retrieved from:
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPF/article/view/4071

Naim, N. (2017). Dasar – Dasar Komunikasi Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz


Media.

Nasution. (2008). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta
: PT. Bumi Aksara

Novitasari, E., Masykuri, M., & Aminah, N. S. (2016). Pengembangan Modul


Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Inkuiri Terbimbing Tema Matahari
Sebagai Sumber Energi Alternatif Di Kelas VII SMP/MTs. Inkuiri FKIP
UNS, 5(1), 112-121.Retrieved from: http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php
/sains
Ormrod, J.E. (2008). Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang. Jakarta : Erlangga.

Pamungkas, A., Bambang, S., & Linuwih, S. (2017).”Implementasi Model


Pembelajaran IPA Berbasis Kearifan Lokal untuk Meningkatkan Kreativitas
dan Hasil Belajar Siswa”.Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 3 (2): 118-127.
Retrieved from https://journal.uny.ac.id/index.php/jipi/article/view/14562

Presiden RI. (2003). Undang – Undang RI Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta : Mensesneg.

Purwanto. 2005. Kreativitas Berpikir Siswa dan Prilaku Dalam Tes. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, 11(055): 508-524.

Puspitasari, D.R., Yuliati, L & Kusairi, S. (2014). Keterkaitan Pola Keterampilan


Berpikir dengan Penguasaan Konsep Siswa pada Pembelajaran Strategi dan
Metakognisi berbantuan Thinking Map. Indonesian Journal of Applied
Physics,4(2): 142-148. Retrieved from:http://dx.doi.org/10.13057/
ijap.v4i02.4978

Puspitorini, R., Prodjosantoso, A. K., Subali, B., & Jumadi, J. (2014). Penggunaan
Media Komik Dalam Pembelajaran Ipa Untuk Meningkatkan Motivasi Dan
91

Hasil Belajar Kognitif Dan Afektif. Cakrawala Pendidikan. Retrieved from


http://journal.uny.ac.id/index.php/ cp/article/view/2385.

Ridlo.(2005). Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS). Dipresentasikan pada


Seminar dan Lokakarya Pengembangan Kurikulum dan Desain Inovasi
Pembelajaran. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA UNNES

Riduwan. (2012). Dasar-Dasar Statistika. Bandung : Alfabeta.

Rizal. (2014). Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Mind Map


Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar IPA. Jurnal
Pendidikan Sains, 2(4), 159–165. Retrieved from http://journal.um.ac.id
/index.php/jps

Santrock, J.W. (2017). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Kencana


Prenada Media Group.

Sarwi, Supriyadi, & Sudarmin. (2013). Implementasi Model Pembelajaran Inovatif


untuk Mengembangkan Nilai Karakter Siswa. Jurnal Penelitian Pendidikan
30(2) : 141-150. Retrieved from https://doi.org/ 10.15294/ jpp.v30i2.5675

Satria, M., Harahap. M.B., Sani R.A. (2013). The Effect of Project Based Learning
Model with Kwl Worksheet on Student Creative Thinking Process in Physics
Problems. Journal of Education and Practice, 24(25):188-200. Retrieved from
http://dx.doi.org/10.23887 /jpi-undiksha.v7i2.13018

Sayuti. (2015). Pengaruh Bahan Kemasan dan Lama Inkubasi terhadap Kualitas
Tempe Kacang Gude sebagai Sumber Belajar IPA. Bioedukasi Jurnal
Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Metro,6 (2):148-158.
Retrieved from http://dx.doi.org/10.24127/bioedukasi.v6i2.345

Semiawan, C.R., (1999). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta :


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Setiawan, B., DK. Innatesari, WB. Sabtiawan, & Sudarmin. (2017). “The
Development Of Local Wisdom Based Natural Science Module to Improve
Science Literation Of Students”. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 6(1) : 49-
54. Retrieved from https://doi.org/10.15294/jpii.v6i1.9595

Shofatun, A., Ibrahim., M., & Wasis.(2016). Pembelajaran IPA Terpadu melalui
Project Based Learning dalam Melatihkan Academic dan Social Skill Siswa
SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan Sains (JPPS), 6(1) : 1150-1158.
Retrieved from: https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpps/article/view/532/
383
92

Shurtleff, W. & Aoyagi,A. (2001). The Book of Tempeh, 2nd edition. Pgs 48-
50, 103-113.

Siswono, T.Y.E. (2011). Level of Student’s Creative Thinking in Classroom


Mathematics. Educational Research and Review, 6(7) : 548 -553. Retrieved
from:https://www.researchgate.net/publication/288300944_Level_of_studen
t's_creative_thinking_in_classroom_mathematics

Slameto. (2010). Belajar dan Fakto-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :


Rineka Cipta.

Slavin, R.E. (2006). Educational psychology: theory and practice eighty. United
States of America: Pearson Education, Inc.

Slavin, R.E. (2011). Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Edisi Kesembilan
Jilid 2.Terjemahan Drs. Marianto Samosir, S.H. Jakarta: PT Indeks

Suastra, I. W. (2010). Model Pembelajaran Sains berbasis Budaya Lokal untuk


Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains dan Nilai Kearifan Lokal di SMP.
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran 43(2) : 8 – 16. Retrieved from:
http://dx.doi.org/10.23887/jppundiksha.v43i1.1697

Subali, B., Paidi., & Mariyam,S. (2016). Profil Kreativitas Keterampilan Proses
Sains Aspek Kehidupan Siswa SD di DIY. Prosiding Seminar Nasional LPPM
UNY.

Subali, B., & Pujiyati, S. (2011). Panduan Analisis Data Pengukuran Pendidikan
Untuk Memperoleh Bukti Empirik Kesahihan Menggunakan Program Quest.
Yogyakarta : LPPM UNY.

Subali, B., Sopyan, A., & Ellianawati. (2015).”Developing Local Wisdom Based
Sceince Learning Design To Establish Positive Character In Elementary
School”. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 11 (1): 1-7. Retrieved from
https://doi.org/10.15294/jpfi.v11i1.3998

Sudarmin & Wiwin E.R. (2015). “Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis
Etnosains Tema Energi Dalam Kehidupan Untuk Menanamkan Jiwa
Konservasi Siswa”. Unnes Science Education Journal, 4 (2) : 919-926.
Retrieved from https://doi.org/10.15294/ usej.v4i2.7943

Sudarmin. (2018). Pendidikan Karakter, Etnosains, dan Kearifan Lokal. Semarang


: FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Sudijono, A. (2001). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo


Persada.
93

Sudjana, N. (2005). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru


Algensindo.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :


Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Administratif. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sumarni,W. (2015). The Strengths and Weaknesess of the Implementation of


Project Based Learning : A Review. International Journal of Science and
Research (IJSR).4(3) : 478-484. Retrieved from: https://www.ijsr.net/archive
/v4i3/ SUB152023.pdf

Sumarwati, S., & Jailani, M.Y. (2013). Tahap Kreativiti Dalam Kalangan
Pelajar Politeknik Metro, Politeknik Premier danPoliteknik Konvensional Di
Malaysia. International Conference On Management,212-234.

Suprapti M. L. 2003. Pembuatan Tempe. Yogyakarta. Kanisius.

Susanto, A. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta :


Prenadamedia Group.

Taufiq, M., Dewi, N. R., & Widiyatmoko, A. (2014). Pengembangan Media


Pembelajaran IPA Terpadu Berkarakter Peduli Lingkungan Tema
“Konservasi” Berpendekatan Science-Edutainment. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia Unnes, 3(2), 140 – 145. Retrieved from
https://doi.org/10.15294/jpii.v3i2.3113

Trianto. (2011). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Wibowo, Y. (2007). Bentuk-Bentuk Pembelajaran Outdoor. Yogyakarta: FMIPA


UNY.

Widoyoko, E.P.S. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Wilujeng, dkk. (2018). Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA berbasis


Potensi Lokal untuk Meningkatkan Capaian Nature of Science (NOS).
Yogyakarta : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNY.

Woro, S. (2015). The Strengths and Weaknesses of the Implementation of Project


Based Learning : A Review. International Journal of Science and Research
94

(IJSR) 4(3) : 2319 - 7064. Retrieved from: https://www.ijsr.net/archive/v4i3/


SUB152023.pdf

Yuliana, I. (2017). Pembelajaran Berbasis Etnosains dalam Mewujudkan


Pendidikan Karakter Siswa Sekolah Dasar. Elementary School Education
Journal 1(2a) : 98 – 106. Retrieved from http://journal.umsurabaya.ac.id
/index.php /pgsd /article/view/1051
95

LAMPIRAN
96

LAMPIRAN 1
Perangkat Pembelajaran
97

Lampiran 1a
PENGGALAN SILABUS SD

Satuan Pendidikan : SD
Kelas/Semester : V / Genap
Tema : 7. Peristiwa Dalam Kehidupan
SubTema : 2. Peristiwa Kebangsaan Seputar Proklamasi
Pembelajaran : 2. (Bahasa Indonesia, IPA)
3. (Bahasa Indonesia, IPA)
5. (Bahasa Indonesia, IPA)
Alokasi waktu : 4 JP X35 Menit
Kompetensi Inti :

1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.


2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman, guru dan tetangga.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Kegiatan Penilaian Alokasi Sumber


Mapel dan KD Indikator Materi Pokok
Pembelajaran Bentuk waktu belajar

IPA Pertemuan 1

3.7 Menganalisis 3.7.1 Memahami Fase 1: Start with essential


pengaruh kalor perpindahan question  Penilaian
terhadap kalor pada 4 x 35 Menit BG Tema7
Sikap:
98

Kegiatan Penilaian Alokasi Sumber


Mapel dan KD Indikator Materi Pokok
Pembelajaran Bentuk waktu belajar

perubahan proses Kalor dan 1. Siswa dibagi menjadi Observasi dan BS Tema 2
suhu dan pembuatan Perpindahan kelompok kecil yang berisi 3-4 pencatatan
wujud benda tempe Kalor orang secara heterogen. sikap peserta
dalam 2. Siswa diberikan pertanyaan didik selama
kehidupan masalah: kegiatan
sehari-hari 4.7.1 Menyusun Apakah kamu mengetahui
rencana makanan tradisional khas  Penilaian
percobaan Purbalingga? Bagaimana pengetahuan:
perpindahan sejarah dan perkembangan Tes tertulis
kalor pada proses tempe?
4.7Melaporkan pembuatan 3. Siswa membaca teks tentang
hasil tempe. sejarah dan perkembangan  Penilaian
percobaan tempe (mengamati) keterampilan:
pengaruh kalor 4. Siswa menjelaskan asal usul Unjuk Kerja
pada benda. kata tempe (menalar)
5. Siswa mengerjakan LKPD 1
mengenai menulis isi teks
narasi menggunakan aspek :
apa, dimana, kapan, siapa,
B Indonesia mengapa,dan bagaimana
(mencoba)
6. Siswa menyebutkan isi teks
3.5 Menggali
narasi kata baku, dan kata tidak
informasi 3.5.1 Membuat baku pada teks
penting dari pertanyaan teks (mengkomunikasikan)
99

Kegiatan Penilaian Alokasi Sumber


Mapel dan KD Indikator Materi Pokok
Pembelajaran Bentuk waktu belajar

teks narasi narasi sejarah 7. Guru mengajukan beberapa


sejarah yang yang disajikan pertanyaan (menanya)
disajikan menggunakan 8. Siswa mengamati gambar dan
secara lisan aspek : apa, di bertanya jawab mengenai
dan tulis mana, kapan, kalor menggunakan aspek
menggunakan siapa, apa, dimana, kapan, siapa,
aspek: apa, di mengapa,dan mengapa,dan bagaimana
mana,kapan, bagaimana. (menalar)
siapa,
mengapa,dan Fase 2: design project
bagaimana. Teks “Sejarah
4.5.1 Menyebutkan 9. Siswa dibimbing guru
dan
kosakata baku menentukan proyek yang
Perkembangan
dan tidak baku akan dikerjakan
Tempe”
4.5 Memaparkan pada teks 10. Siswa diskusi kelompok
informasi “Sejarah dan tentang pembuatan tempe
penting dari Perkembangan (menalar)
teks narasi Tempe”.
sejarah Fase 3: create schedule
menggunakan 11. Siswa dengan bimbingan guru
aspek: apa, di berdiskusi tentang alat dan
mana, bahan apa saja yang akan
kapan,siapa, digunakan dalam pembuatan
mengapa, dan proyek.
bagaimana
100

Kegiatan Penilaian Alokasi Sumber


Mapel dan KD Indikator Materi Pokok
Pembelajaran Bentuk waktu belajar

serta kosakata 12. Siswa menuliskan semua


baku dan rencana/ide dari setiap anggota
kalimat efektif kelompok.
13. Siswa membuat rancangan
tugas proyek pembuatan tempe
ke dalam proposal sederhana
(LKPD 2).
14. Guru dan siswa menetapkan
hari untuk dilaksanakan
percobaan

Pertemuan 2 4 x 35 Menit BG Tema 7


1. Penilaian
IPA 3.7.2 Membuktikan Fase 4 : Monitor the Students and Sikap: BS Tema 2
3.7 Menganalisis perpindahan the Progress of the Project Observasi dan
pengaruh kalor kalor pada Video
pencatatan
terhadap percobaan sikap peserta
perubahan
101

Kegiatan Penilaian Alokasi Sumber


Mapel dan KD Indikator Materi Pokok
Pembelajaran Bentuk waktu belajar

suhu dan pembuatan 15. Siswa mengamati video didik selama


wujud benda tempe langkah – langkah membuat kegiatan
dalam tempe (mengamati)
kehidupan 16. Siswa secara berkelompok 2. Penilaian
sehari-hari 4.7.3 Menyusun merancang tahapan pengetahuan:
laporan hasil penyelesaian proyek serta alat Tes tertulis
percobaan dan bahan yang akan
4.7Melaporkan perpindahan digunakan (mencoba)
hasil percobaan kalor pada 17. Siswa konsultasi tahapan 3. Penilaian
pengaruh kalor proses penyelesaian proyek kepada keterampilan:
pada benda. pembuatan guru (menanya) Unjuk Kerja
tempe. 18. Siswa secara berkelompok
Menguraikan
menyiapkan alat dan bahan
peristiwa dari
yang akan digunakan dalam
teks fiksi
membuat tempe dan
menentukan waktu yang
dibutuhkan untuk setiap
Bahasa Indonesia langkah pembuatan tempe.
3.5 Menggali 19. Siswa secara berkelompok
informasi mulai membuat tempe
penting dari (mencoba)
teks narasi 3.5.2 Menulis isi 20. Guru mengamati aktivitas
sejarah yang teks narasi siswa dan melihat kemajuan
disajikan sejarah setiap kelompok
secara lisan
102

Kegiatan Penilaian Alokasi Sumber


Mapel dan KD Indikator Materi Pokok
Pembelajaran Bentuk waktu belajar

dan tulis menggunakan 21. Siswa menyusun laporan


menggunakan kata-kata sendiri secara berkelompok
aspek: apa, di 3.5.3 Menganalisis (mengkomunikasikan)
mana,kapan, isi teks narasi Sejarah dan
siapa, Perkembangan
mengapa,dan Tempe
bagaimana.

Bahasa Indonesia Pertemuan 3 1. Penilaian 4 x 35 Menit BG Tema 7


Menggali Sikap:
3.5 Menggali 3.5.2 Menyebutkan informasi 1. Siswa mengamati gambar Observasi dan BS Tema 2
informasi isi teks narasi berdasarkan suasana yang menunjukkan pencatatan
penting dari sejarah yang teks lingkungan yang mengalami sikap peserta
teks narasi disajikan kekeringan. didik selama
sejarah yang menggunakan 2. Siswa berkelompok sesuai kegiatan
disajikan aspek : apa, di pertemuan sebelumnya.
secara lisan mana, kapan, 3. Siswa menjawab pertanyaan 2. Penilaian
dan tulis siapa, mengapa, menganai gambar secara pengetahuan:
menggunakan dan bagaimana. berdiskusi. Tes tertulis
aspek : apa, 4. Masing-masing kelompok
dimana, kapan, mempresentasikan hasil
siapa, 4.5.1 Menjelaskan isi diskusi didepan kelas.
mengapa, dan 5. Siswa mengamati video 3. Penilaian
teks narasi keterampilan:
bagaimana. sejarah tentang kekeringan air.
Unjuk Kerja
menggunakan
103

Kegiatan Penilaian Alokasi Sumber


Mapel dan KD Indikator Materi Pokok
Pembelajaran Bentuk waktu belajar

kosakata baku 6. Siswa berdiskusi secara


dan kalimat kelompok untuk menganalisis
efektif. dampak kekeringan
4.5 Memaparkan berdasarkan LKPD yang telah
informasi dibagikan.
penting dari 3.7.1 Memahami
Laporan Hasil Fase 5 : Assess the Outcome
teks narasi perpindahan
sejarah kalor terhadap Percobaan 7. Siswa menyimak penjelasan
menggunakan benda dalam guru mengenai aturan
aspek : apa, kehidupan presentasi.
dimana, sehari-hari 8. Siswa mempresentasikan hasil
kapan, siapa, proyek yang telah di uji coba.
mengapa, dan 3.7.2 Membuktikan 9. Guru memonitor jalannya
bagaimana perpindahan presentasi.
serta kosakata kalor terhadap 10. Anggota kelompok lain
baku dan benda melalui memberikan masukan atau
kalimat percobaan tanggapan tentang presentasi
efektif. pembuatan kelompok.
tempe
Fase 6 : Evaluate the Experiences

11. Siswa mengerjakan soal


3.7.3 Menganalisis evaluasi
IPA perpindahan
kalor terhadap
104

Kegiatan Penilaian Alokasi Sumber


Mapel dan KD Indikator Materi Pokok
Pembelajaran Bentuk waktu belajar

3.7 Menganalisis benda dalam


pengaruh kalor kehidupan
terhadap sehari-hari
perubahan
suhu dan 4.7.1 Menyusun
wujud benda laporan hasil
dalam percobaan
kehidupan perpindahan
sehari-hari kalor pada
benda.

4.7.2 Menampilkan
laporan hasil
percobaan
perpindahan
4.7 Melaporkan kalor pada
hasil percobaan benda.
pengaruh kalor
pada benda.
105
106

Lampiran 1b
RPP KELAS EKSPERIMEN
Pertemuan ke -1

Satuan Pendidikan : SD N 2 Majasari


Kelas/Semester : V / Genap
Tema : 7. Peristiwa Dalam Kehidupan
SubTema : 2. Peristiwa Kebangsaan Seputar
Proklamasi
Pembelajaran : 1 (Bahasa Indonesia, IPA)
Alokasi waktu : 1 hari (4 JP X35 Menit)

A. Kompetensi Inti (KI)

KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang


dianutnya.
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca dan menanya) dan menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan
benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat
bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
peri-laku anak beriman dan berakhlak mulia.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

Mapel/Kompetensi Dasar Indikator

IPA

3.7 Menganalisis pengaruh kalor terhadap 3.7.1 Memahami perpindahan kalor pada
perubahan suhu dan wujud benda proses pembuatan tempe
dalam kehidupan sehari-hari

4.7.1 Menyusun rencana percobaan


4.7 Melaporkan hasil percobaan pengaruh perpindahan kalor pada proses
kalor pada benda. pembuatan tempe
107

Bahasa Indonesia

3.5 Menggali informasi penting dari teks 3.5.1 Menulis isi teks narasi sejarah
narasi sejarah yang disajikan secara menggunakan aspek: apa, di mana,kapan,
lisan dan tulis menggunakan aspek: siapa, mengapa,dan bagaimana.
apa, di mana,kapan, siapa,
mengapa,dan bagaimana.

4.5 Memaparkan informasi penting dari


teks narasi sejarah menggunakan 4.5.1 Menyebutkan isi teks narasi sejarah
aspek: apa, di mana, kapan,siapa, yang disajikan menggunakan kosakata
mengapa, dan bagaimana serta baku dan kalimat efektif
kosakata baku dan kalimat efektif

A. Tujuan Pembelajaran

1. Dengan mengamati media grafis “Proses pembuatan tempe”, siswa dapat


memahami perpindahan kalor terhadap benda dalam kehidupan sehari – hari
dengan benar (Pengetahuan)
2. Dengan diskusi kelompok, siswa dapat menyusun proyek tentang pengaruh
kalor terhadap benda dengan benar (Pengetahuan)
3. Dengan disajikan teks “Sejarah dan Perkembangan Tempe”, siswa dapat
menulis isi teks narasi sejarah yang disajikan menggunakan aspek : apa, di
mana, kapan, siapa, mengapa,dan bagaimana. dengan benar
(Keterampilan)
4. Dengan memahami teks “Sejarah dan Perkembangan Tempe”, siswa dapat
menyebutkan isi teks narasi sejarah yang disajikan menggunakan aspek :
apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana. dengan benar
(Keterampilan)
5. Dengan memahami teks narasi sejarah, siswa dapat menjelaskan isi teks
narasi sejarah menggunakan kosakata baku dan kalimat yang efektif secara
teliti (Keterampilan)
108

6. Dengan disajikan teks narasi sejarah, siswa dapat menyebutkan faktor –


faktor penting penyebab penjajahan bangsa Indonesia (Pengetahuan)
7. Dengan diskusi kelompok, siswa dapat mengemukakan hasil diskusi
mengenai faktor-faktor penting penyebab penjajahan bangsa Indonesia dan
upaya bangsa Indonesia dalam mempertahankan kedaulatannya
(Keterampilan)

B. Materi Pembelajaran
1. IPA
Pengaruh kalor terhadap benda (buku siswa halaman 84 - 89)
2. Bahasa Indonesia
Teks narasi sejarah (buku siswa halaman 79 - 83)

C. Model, Metode dan Pendekatan Pembelajaran


Model : Project Based Learning
Pendekatan : Scientific (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
eksperimen, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasikan)
Metode : Tanya jawab, kelompok kerja, penugasan, ceramah

D. Media, Alat, dan Sumber Belajar

1. Media :
a. Teks Sejarah dan Perkembangan Tempe
b. Power Point

2. Alat dan Bahan


a. LCD
b. Laptop
c. Alat tulis
3. Sumber belajar
109

Maryanto, dkk. 2017. Buku Guru SD/MI Kelas V Tematik Terpadu Kurikulum
2013 Tema Berbagai pekerjaan. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Maryanto, dkk. 2017. Buku Guru SD/MI Kelas V Tematik Terpadu Kurikulum
2013 Tema Berbagai pekerjaan. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar (SD). 2016. Jakarta : Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Silabus Tema 7 Sub Tema 2 Kelas V SD/MI semester II

E. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Guru memberi salam, menanyakan kabar, dan
mengecek kehadiran siswa (PPK : displin dan tertib)
2. Siswa diajak berdoa bersama-sama menurut agama
dan keyakinan masing-masing (PPK : religius)
3. Siswa diajak menyanyikan Lagu Indonesia Raya.
Guru memberikan penguatan tentang pentingnya
menanamkan semangat kebangsaan.
4. Siswa diminta memeriksa kerapian diri dan
kebersihan kelas.
5. Guru memotivasi siswa dengan tepuk PPK
6. Guru menyampaikan apersepsi
7. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang sesuai
dengan Tema 7 Peristiwa dalam Kehidupan serta
Subtema 2. Peristiwa Kebangsaan Seputar Proklamasi
Kemerdekaan pada pembelajaran 1
Inti Fase 1 :
Start with essential question
1. Siswa dibagi menjadi kelompok kecil yang berisi 3-4
orang secara heterogen.
2. Siswa diberikan pertanyaan masalah:
Apakah kamu mengetahui makanan tradisional khas
Purbalingga? Bagaimana sejarah dan
perkembangan tempe?
3. Siswa membaca teks tentang sejarah dan
perkembangan tempe (mengamati)
4. Siswa menjelaskan asal usul tempe (menalar)
110

5. Siswa mencermati teks yang disajikan dengan teliti


(mengamati)
6. Siswa mengerjakan LKPD 1 mengenai menulis isi
teks narasi menggunakan aspek : apa, dimana,
kapan, siapa, mengapa,dan bagaimana (mencoba)
7. Siswa menyebutkan isi teks narasi
(mengkomunikasikan)
8. Guru mengajukan beberapa pertanyaan (menanya)
9. Siswa mengamati gambar dan bertanya jawab
mengenai kalor menggunakan aspek apa, dimana,
kapan, siapa, mengapa,dan bagaimana (menalar)

Fase 2 :
Design project
10. Siswa dibimbing guru menentukan proyek yang
akan dikerjakan
11. Siswa diskusi kelompok tentang pembuatan tempe
(menalar)

Fase 3 :
Create schedule
12. Siswa dengan bimbingan guru berdiskusi tentang
alat dan bahan apa saja yang akan digunakan dalam
pembuatan proyek.
13. Siswa menuliskan semua rencana/ide dari setiap
anggota kelompok.
14. Siswa membuat rancangan tugas proyek pembuatan
tempe ke dalam proposal
15. Guru dan siswa menetapkan hari untuk dilaksanakan
percobaan

Penutup 16. Siswa bersama guru melakukan refleksi membuat


simpulan terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan selama satu pembelajaran
17. Guru memberikan umpan balik dan penghargaan
terhadap proses dan hasil pembelajaran
18. Siswa mengerjakan soal evaluasi
19. Guru memberikan tindak lanjut
(remidial/pengayaan)
20. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya yaitu pembelajaran 2
21. Siswa berdoa menurut agama dan keyakinan
masing-masing
111

H. PENILAIAN
1. Teknik Penilaian
Tes
Non tes
2. Jenis Penilaian
Tes : Tertulis (soal)
Non tes : Kinerja
3. Bentuk Penilaian
Tes : Uraian singkat
Nontes : Jurnal Harian, Penilaian Diri, Rubrik Kinerja Proses
4. Pembelajaran Remidial dan Pengayaan
112

RPP KELAS EKSPERIMEN


Pertemuan ke-2

Satuan Pendidikan : SD N 2 Majasari


Kelas/Semester : V / Genap
Tema : 7. Peristiwa Dalam Kehidupan
SubTema : 2. Peristiwa Kebangsaan Seputar
Proklamasi
Pembelajaran : 2 (Bahasa Indonesia, IPA)
Alokasi waktu : 1 hari (4 JP X35 Menit)

A. Kompetensi Inti (KI)


KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca dan menanya) dan menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan
benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat
bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
peri-laku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator

Mapel/Kompetensi Dasar Indikator


IPA

3.7 Menganalisis pengaruh kalor terhadap 3.7.2 Membuktikan pengaruh kalor terhadap
perubahan suhu dan wujud benda wujud benda melalui percobaan
dalam kehidupan sehari-hari pembuatan tempe

4.7 Melaporkan hasil percobaan pengaruh 4.7.3 Menyusun laporan hasil percobaan
kalor pada benda. pengaruh kalor pada benda.

Bahasa Indonesia
113

3.5 Menggali informasi penting dari teks 3.5.2 Menyebutkan isi teks narasi sejarah
narasi sejarah yang disajikan secara menggunakan aspek: apa, di mana,kapan,
lisan dan tulis menggunakan aspek: siapa, mengapa,dan bagaimana.
apa, di mana,kapan, siapa,
mengapa,dan bagaimana.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Melalui kegiatan percobaan, siswa dapat membuktikan pengaruh kalor


terhadap wujud benda melalui percobaan pembuatan tempe dengan penuh
tanggungjawab (Keterampilan)
2. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menyusun laporan hasil percobaan
pengaruh kalor pada benda dengan benar (Pengetahuan)
3. Dengan membaca teks, siswa dapat menyebutkan isi teks dengan tepat
(Pengetahuan)

D. Materi Pembelajaran
IPA
Pengaruh kalor terhadap benda (buku siswa halaman 87 - 89)
Bahasa Indonesia
Teks narasi sejarah (buku siswa halaman 90 - 93)

E. Model, Metode dan Pendekatan Pembelajaran


Model : Project Based Learning
Pendekatan : Scientific (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
eksperimen, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasikan)
Metode : Tanya jawab, kelompok kerja, penugasan, ceramah

F. Media, Alat, dan Sumber Belajar

Media :
1. Video “Proses Pembuatan Tempe”
114

2. Teks ”Sejarah dan Perkembangan Tempe”


3. Power Point

Alat dan Bahan


1. LCD
2. Laptop
3. Alat tulis
4. Panci stainless steel
5. Kompor
6. Sendok kayu besar
7. Tampah
8. Ember plastik
9. Saringan
10. Tusuk gigi
11. Lilin
12. Kedelai lokal
13. Ragi tempe (Raprima / Rama)
14. Pembungkus tempe
15. Air

Sumber belajar
Maryanto, dkk. 2017. Buku Guru SD/MI Kelas V Tematik Terpadu Kurikulum
2013 Tema Berbagai pekerjaan. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Maryanto, dkk. 2017. Buku Guru SD/MI Kelas V Tematik Terpadu Kurikulum
2013 Tema Berbagai pekerjaan. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar (SD). 2016. Jakarta : Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Silabus Tema 7 Sub Tema 2 Kelas V SD/MI semester II
115

G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Guru memberi salam, menanyakan kabar, dan
mengecek kehadiran siswa (PPK : displin dan tertib)
2. Siswa diajak berdoa bersama-sama menurut agama dan
keyakinan masing-masing (PPK : religius)
3. Guru memotivasi siswa dengan tepuk dan yel-yel
4. Guru menyampaikan apersepsi
5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang sesuai
dengan Tema 7 Peristiwa dalam Kehidupan serta
Subtema 2. Peristiwa Kebangsaan Seputar Proklamasi
Kemerdekaan pada pembelajaran 1
Inti Fase 4 :
Monitor the Students and the Progress of the Project

6. Siswa mengamati video langkah – langkah membuat


tempe (mengamati)
7. Siswa secara berkelompok merancang tahapan
penyelesaian proyek serta alat dan bahan yang akan
digunakan (mencoba)
8. Siswa konsultasi tahapan penyelesaian proyek kepada
guru (menanya)
9. Siswa secara berkelompok menyiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan dalam membuat tempe dan
menentukan waktu yang dibutuhkan untuk setiap
langkah pembuatan tempe.
10. Siswa secara berkelompok mulai membuat tempe
(mencoba)
11. Guru mengamati aktivitas siswa dan melihat
kemajuan setiap kelompok
12. Siswa menyusun laporan secara berkelompok
(mengkomunikasikan)
Penutup 13. Siswa bersama guru melakukan refleksi membuat
simpulan terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
selama satu pembelajaran
14. Guru memberikan umpan balik dan penghargaan
terhadap proses dan hasil pembelajaran
15. Siswa mengerjakan soal evaluasi
16. Guru memberikan tindak lanjut (remidial /pengayaan)
17. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya yaitu pembelajaran 3
18. Siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-
masing
116
117

RPP KELAS EKSPERIMEN


Pertemuan ke-3

Satuan Pendidikan : SD N 2 Majasari


Kelas/Semester : IV / Genap
Tema : 7. Peristiwa Dalam Kehidupan
SubTema : 2. Peristiwa Kebangsaan Seputar
Proklamasi
Pembelajaran :5 (Bahasa Indonesia, IPA)
Alokasi waktu : 1 hari (4 JP X35 Menit)

A. Kompetensi Inti (KI)


KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca dan menanya) dan menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan
benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat
bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
peri-laku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator

Mapel/Kompetensi Dasar Indikator


IPA

3.7 Menganalisis pengaruh kalor terhadap 3.7.3 Menganalisis pengaruh kalor terhadap
perubahan suhu dan wujud benda benda dalam kehidupan sehari-hari
dalam kehidupan sehari-hari

.
4.7 Melaporkan hasil percobaan pengaruh
kalor pada benda. 4.7.4 Menampilkan laporan hasil percobaan
pengaruh kalor pada benda.
118

Bahasa Indonesia

3.5 Menggali informasi penting dari teks 3.5.3 Menjelaskan isi teks narasi sejarah yang
narasi sejarah yang disajikan secara disajikan menggunakan aspek : apa, di
lisan dan tulis menggunakan aspek: mana, kapan, siapa, mengapa,dan
apa, di mana,kapan, siapa, bagaimana.
mengapa,dan bagaimana

C. Tujuan Pembelajaran

1. Melalui percobaan pembuatan tempe, siswa dapat menganalisis pengaruh


kalor terhadap benda dalam kehidupan sehari-hari dengan benar
(Pengetahuan)
2. Melalui percobaan membuat tempe secara berkelompok, siswa dapat
menampilkan laporan hasil percobaan pengaruh kalor pada benda dengan
penuh percaya diri (Keterampilan)
3. Dengan membuat laporan hasil percobaan pembuatan tempe, siswa dapat
menganalisis pengaruh kalor terhadap benda dengan benar (Pengetahuan)
4. Dengan disajikan teks narasi sejarah, siswa dapat menjelaskan isi teks narasi
sejarah yang disajikan menggunakan aspek : apa, di mana, kapan, siapa,
mengapa,dan bagaimana. dengan benar (Keterampilan)

D. Materi Pembelajaran
IPA
Pengaruh kalor terhadap benda (buku siswa halaman 84 - 89)
Bahasa Indonesia
Teks narasi sejarah (buku siswa halaman 79 - 83)

E. Model, Metode dan Pendekatan Pembelajaran


Model : Project Based Learning
Pendekatan : Scientific (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
eksperimen, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasikan)
Metode : Tanya jawab, kelompok kerja, penugasan, ceramah
119

F. Media, Alat, dan Sumber Belajar

Media :
1. Teks Proklamasi
2. PowerPoint
Alat dan Bahan
1. LCD
2. Laptop
3. Alat tulis
Sumber belajar
Maryanto, dkk. 2017. Buku Guru SD/MI Kelas V Tematik Terpadu Kurikulum
2013 Tema Berbagai pekerjaan. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Maryanto, dkk. 2017. Buku Guru SD/MI Kelas V Tematik Terpadu Kurikulum
2013 Tema Berbagai pekerjaan. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar (SD). 2016. Jakarta : Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Silabus Tema 7 Sub Tema 2 Kelas V SD/MI semester II

G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Guru memberi salam, menanyakan kabar, dan
mengecek kehadiran siswa (PPK : displin dan tertib)
2. Siswa diajak berdoa bersama-sama menurut agama
dan keyakinan masing-masing (PPK : religius)
3. Guru memotivasi siswa dengan tepuk dan yel-yel
4. Guru menyampaikan apersepsi
5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
sesuai dengan Tema 7 Peristiwa dalam Kehidupan
serta Subtema 2. Peristiwa Kebangsaan Seputar
Proklamasi Kemerdekaan pada pembelajaran 1
Inti Fase 5 :
Assess the Outcome
120

6. Siswa menyimal penjelasan guru tentang aturan


presentasi (mencoba)
7. Siswa mempresentasikan hasil kerja proyek
kelompoknya (mengkomunikasikan)
8. Guru mengamati aktivitas siswa dan melihat
kemajuan setiap kelompok

Fase 6 :
Evaluate the Experiences
9. Siswa mengerjakan soal evaluasi

Penutup 10. Siswa bersama guru melakukan refleksi membuat


simpulan terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
selama satu pembelajaran
11. Guru memberikan umpan balik dan penghargaan
terhadap proses dan hasil pembelajaran
12. Guru memberikan tindak lanjut (remidial/pengayaan)
13. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya
14. Siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-
masing

H. PENILAIAN
Teknik Penilaian
Tes
Non tes
Jenis Penilaian
Tes : Tertulis (soal)
Non tes : Kinerja
Bentuk Penilaian
Tes : Uraian singkat
Nontes : Jurnal Harian, Penilaian Diri, Rubrik Kinerja Proses
121

Materi Ajar
Sejarah dan Perkembangan Tempe

Apa itu Tempe?


Tempe adalah salah satu makanan tradisional khas Indonesia. Di tanah air,
tempe sudah lama dikenal selama berabad-abad silam. Makanan ini diproduksi dan
dikonsumsi secara turun temurun oleh masyarakat Jawa, khususnya di daerah
Purbalingga. Tempe merupakan makanan yang terbuat biji kedelai yang diproses
melalui fermentasi.

Sejarah dan Perkembangan Tempe


Banyak makanan tradisional berbahan baku kedelai berasal dari China,
misalnya tahu, kecap, dan tauco. Tidak seperti makanan itu, tempe tidak berasal
dari China. Tempe itu berasal dari Indonesia, tetapi pembuatan tempe pertama kali
belum diketahui. Sejak berabad-abad silam makanan tradisonal ini sudah dikenal
oleh masyarakat Jawa, khususnya di Purbalingga. Manuskrip Serat Centhini
ditemukan bahwa masyarakat Jawa pada abad ke-16 telah mengenal “tempe”. Kata
tempe disebutkan sebagai hidangan bernama jae santen tempe (sejenis masakan
tempe dengan santan) dan kadhele tempe srundengan.
Kata “tempe” diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada masyarakat Jawa
Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut
tumpi. Makanan bernama tumpi tersebut terlihat memiliki kesamaan dengan tempe
segar yang juga berwarna putih.

Tempe di Indonesia
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi
pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia
dijadikan untuk memproduksi tempe, 40% tahu, dan 10% dalam bentuk produk lain
(seperti tauco, kecap, dan lainlain). Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun
di Indonesia saat ini diperkirakan mencapai sekitar 6,45 kg. Umumnya, masyarakat
122

Indonesia mengkonsumsi tempe sebagai panganan pendamping nasi. Dalam


perkembangannya, tempe diolah dan disajikan sebagai aneka panganan siap saji
yang diproses dan dijual dalam kemasan. Kripik tempe, misalnya, adalah salah satu
contoh panganan populer dari tempe yang banyak dijual di pasar.

Tempe di Luar Indonesia

Penyebaran tempe telah meluas menjangkau berbagai kawasan. Masyarakat


Eropa cukup lama mengenal tempe. Yang memperkenalkan tempe kepada
masyarakat Eropa adalah imigran asal Indonesia yang menetap di Belanda. Melalui
Belanda, keberadaan tempe menyebar ke negara Eropa lain seperti Belgia dan
Jerman. Tercatat, tempe cukup populer di beberapa negara Eropa sejak tahun 1946.
Di Amerika Serikat, tempe populer sejak pertama kali dibuat oleh Yap Bwee
Hwa pada tahun 1958. Yap Bwee Hwa merupakan orang Indonesia yang pertama
kali melakukan penelitian ilmiah mengenai tempe. Di Jepang, tempe diteliti sejak
tahun 1926 dan mulai diproduksi secara komersial sekitar tahun 1983.
Sejak tahun 1984 sudah tercatat terdapat beberapa perusahaan tempe di
Eropa, di Amerika, dan di Jepang. Di beberapa negara (seperti: Selandia Baru,
India, Kanada, Australia, Meksiko, dan Afrika Selatan), tempe juga dikenal,
sekalipun di kalangan terbatas.
123

Proses Pembuatan Tempe

A. ALAT DAN BAHAN

1. LCD
2. Laptop
3. Alat tulis
4. Panci stainless steel
5. Kompor
6. Sendok kayu besar
7. Tampah
8. Ember plastik
9. Saringan
10. Tusuk gigi
11. Lilin
12. Kedelai lokal
13. Ragi tempe
(Raprima / Rama)
14. Pembungkus
tempe
15. Air

B. CARA KERJA
1. Cuci dan keringkan peralatan yang akan digunakan.

2. Bersihkan kacang kedelai dari bahan-bahan lain yang tercampur, kemudian


cuci hingga bersih.

3. Rendam kacang kedelai yang telah dicuci bersih selama 12-18 jam dengan
air bersuhu sekitar 700C.

4. Lepaskan kulit biji kedelai, kemudian cuci atau bilas dengan menggunakan
air bersih.
124

5. Kukus atau rebus biji kedelai tersebut sampai terasa empuk.

6. Setelah biji kedelai terasa empuk, letakkan biji-biji tersebut pada tampah
yang telah dibersihkan, kemudian kipasi sambil diaduk-aduk hingga biji-biji
tersebut terasa hangat.
7. Taburkan ragi tempe yang telah disiapkan sedikit demi sedikit sambil
diaduk-aduk supaya merata (1,5 gram ragi tempe untuk 2 kg kedelai).
8. Siapkan pembungkus. Bila kantong plastik yang digunakan sebagai
pembungkus, berilah lubang-lubang kecil pada kantong tersebut dengan
menggunakanjarum.
9. Masukan kedelai yang telah diberi ragi ke dalam pembungkusnya, atur
ketebalannya sesuai dengans elera.
10. Inkubasikan kacang kedelai ini pada suhu kamar selama satu atau dua hari
atau hingga seluruh permukaan kacang kedelai tertutupi jamur.

Catatan:
1. Bekerja di tempat yang bersih dan tidak banyak orang akan meningkatkan
kualitas tempe yang dihasilkan.
2. Usahakan selama pembuatan tempe tidak sambil bercakap-cakap atau sambil
makan
125

Perpindahan Kalor Pada Proses Pembuatan Tempe

Kalor dapat berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu
rendah. Kalor berpindah melalui tiga cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
Berikut ini akan diuraikan ketiga cara perpindahan kalor pada proses pembuatan
tempe :
1. Konduksi
Konduksi merupakan perpindahan kalor melalui sebuah zat tanpa disertai
perpindahan partikel-partikel zat karena adanya perbedaan (selisih) suhu. Benda
yang jenisnya berbeda memiliki kemampuan menghantarkan panas secara
konduksi (konduktivitas) yang berbeda pula. Bahan yang mampu
menghantarkan panas dengan baik disebut konduktor. Bahan yang
menghantarkan panas dengan buruk disebut isolator.

Gambar Air dipanaskan di panci untuk merebus kedelai

2. Konveksi
Ketika air dipanaskan bagian bawahnya ternyata air pada bagian atas juga
ikut panas. Berarti, terdapat perpindahan panas yang lain pada air tersebut,
yaitu konveksi. Konveksi merupakan perpindahan kalor pada suatu zat yang
disertai perpindahan partikel-partikel zat.
126

Gambar Proses konveksi pada perebusan kedelai

3. Radiasi
Kalor yang sampai ke bumi me lewati ruang hampa dimana pada ruang
ini tidak ada materi yang memindahkan kalor baik se cara konveksi maupun
konduksi. Perpindahan kalor dari matahari sampai ke bumi dengan cara radiasi.

Gambar Contoh radiasi pada pembuatan tempe menggunakan bahan


bakar kayu
Lampiran 1c 127

PENGGALAN SILABUS SD

Satuan Pendidikan : SD
Kelas/Semester : V / Genap
Tema : 7. Peristiwa Dalam Kehidupan
SubTema : 2. Peristiwa Kebangsaan Seputar Proklamasi
Pembelajaran : 2. (Bahasa Indonesia, IPA)
3. (Bahasa Indonesia, IPA)
5. (Bahasa Indonesia, IPA)
Alokasi waktu : 4 JP X35 Menit
Kompetensi Inti :

5. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.


6. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman, guru dan tetangga.
7. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
8. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Kegiatan Penilaian Alokasi Sumber


Mapel dan KD Indikator Materi Pokok
Pembelajaran Bentuk waktu belajar
IPA Pertemuan 1
3.7 Menganalisis 3.7.1 Memahami Kalor dan Fase 1 :
pengaruh kalor perpindahan Perpindahan Memberikan Orientasi  Penilaian 4 x 35 Menit BG Tema7
terhadap kalor pada Kalor Permasalahan Kepada Siswa Sikap: BS Tema 2
perubahan proses 1. Guru memberi pemahaman Observasi dan
suhu dan tentang perpindahan kalor pencatatan
128

Kegiatan Penilaian Alokasi Sumber


Mapel dan KD Indikator Materi Pokok
Pembelajaran Bentuk waktu belajar
wujud benda pembuatan 2. Guru menyajikan permasalahan sikap peserta
dalam tempe tentang makanan tradisional didik selama
kehidupan Purbalingga kegiatan
sehari-hari 3. Siswa diberikan pertanyaan
B Indonesia masalah:  Penilaian
3.5 Menggali Apakah kamu mengetahui pengetahuan:
informasi makanan tradisional khas Tes tertulis
penting dari Purbalingga? Bagaimana
teks narasi sejarah dan perkembangan  Penilaian
sejarah yang 3.5.1 Membuat tempe? keterampilan:
disajikan pertanyaan teks Unjuk Kerja
secara lisan narasi sejarah Fase 2 :
dan tulis yang disajikan Mengorganisasikan Siswa untuk
menggunakan menggunakan Penyelidikan
aspek: apa, di aspek : apa, di
mana,kapan, mana, kapan, 4. Siswa dibagi menjadi kelompok
siapa, siapa, kecil yang berisi 3-4 orang
mengapa,dan mengapa,dan Teks “Sejarah secara heterogen.
bagaimana. bagaimana. dan 5. Siswa membaca teks tentang
Perkembangan sejarah dan perkembangan
4.5 Memaparkan 4.5.1 Menyebutkan Tempe” tempe (mengamati)
informasi kosakata baku
penting dari dan tidak baku Fase 3 :
teks narasi pada teks Pelaksanaan Investigasi
sejarah “Sejarah dan
menggunakan Perkembangan 6. Siswa mengumpulkan informasi
aspek: apa, di Tempe”. pada teks yang disajikan dengan
mana, teliti (mengamati)
kapan,siapa, 7. Siswa mengerjakan LKPD 1
mengapa, dan mengenai menulis isi teks narasi
129

Kegiatan Penilaian Alokasi Sumber


Mapel dan KD Indikator Materi Pokok
Pembelajaran Bentuk waktu belajar
bagaimana menggunakan aspek : apa,
serta kosakata dimana, kapan, siapa,
baku dan mengapa,dan bagaimana
kalimat efektif (mencoba)
8. Siswa menyebutkan isi teks
narasi (mengkomunikasikan)

Fase 4 :
Mengembangkan dan
Menyajikan Hasil

9. Guru mengajukan beberapa


pertanyaan (menanya)
10. Siswa mengamati gambar dan
bertanya jawab mengenai kalor
menggunakan aspek apa,
dimana, kapan, siapa,
mengapa,dan bagaimana
(menalar)
11. Siswa diskusi kelompok
tentang perpindahan kalor pada
proses pembuatan tempe
(menalar)

Fase 5 :
Menganalisis dan Mengevaluasi
Proses Penyelidikan
12. Siswa dengan bimbingan guru
berdiskusi tentang hasil diskusi
kelompok untuk bertukar
130

Kegiatan Penilaian Alokasi Sumber


Mapel dan KD Indikator Materi Pokok
Pembelajaran Bentuk waktu belajar
informasi sesuai nomor undian
kelompok yang telah
ditentukan.
13. Siswa mengerjakan soal
evaluasi (Pre test)
Pertemuan 2 4 x 35 Menit BG Tema 7
IPA 3.7.2 Memahami Fase 1 : 4. Penilaian BS Tema 2
3.7 Menganalisis pengaruh kalor Memberikan Orientasi Sikap: Video
pengaruh kalor terhadap wujud Permasalahan kepada Siswa Observasi dan
terhadap benda 14 Siswa mengamati video pencatatan
perubahan 3.7.3 Menyusun langkah – langkah membuat sikap peserta
suhu dan laporan hasil tempe (mengamati) didik selama
wujud benda pengamatan 15 Guru memotivasi siswa untuk kegiatan
dalam perpindahan terlibat aktif.
kehidupan kalor pada 5. Penilaian
sehari-hari benda. Fase 2 : pengetahuan:
3.7.4 Menampilkan Menguraikan Mengorganisasikan Siswa untuk Tes tertulis
laporan hasil peristiwa dari Penyelidikan
pengamatan teks fiksi 6. Penilaian
perpindahan kalor 16. Ssiwa membentuk 4-5 keterampilan:
Bahasa Indonesia pada benda. orang/kelompok secara acak. Unjuk Kerja
3.5 Menggali 17. Siswa memahami lembar
informasi kegiatan tentang laporan
penting dari 3.5.2 Menulis isi pengamatan video
teks narasi teks narasi
sejarah yang sejarah Fase 3 :
disajikan menggunakan Pelaksanaan Investigasi
secara lisan kata-kata sendiri Sejarah dan
dan tulis 3.5.3 Menganalisis Perkembangan 18. Siswa secara berkelompok
menggunakan isi teks narasi Tempe membuat laporan pengamatan
131

Kegiatan Penilaian Alokasi Sumber


Mapel dan KD Indikator Materi Pokok
Pembelajaran Bentuk waktu belajar
aspek: apa, di meliputi proses pembuatan
mana,kapan, tempe dan proses perpindahan
siapa, kalor serta alat dan bahan yang
mengapa,dan akan digunakan (mencoba)
bagaimana. 19. Siswa konsultasi tahapan
penyelesaian proyek kepada
guru (menanya)

Fase 4 :
Mengembangkan dan
Menyajikan Hasil

1. Guru mengamati aktivitas


siswa dan melihat kemajuan
setiap kelompok
2. Siswa menyusun laporan
secara berkelompok
(mengkomunikasikan)

Fase 5 :
Menganalisis dan Mengevaluasi
Proses Penyelidikan
3. Siswa mempresentasikan hasil
diskusi kelompok sesuai
lembar pengamatan video
untuk proses bertukar
informasi sesuai undian
kelompok.
4. Siswa mengerjakan soal
evaluasi (post test)
132
133

Lampiran 1d

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Satuan Pendidikan : SD
Kelas/Semester : V / Genap
Tema : 7. Peristiwa Dalam Kehidupan
SubTema : 2. Peristiwa Kebangsaan Seputar
Proklamasi
Pembelajaran : 1 (Bahasa Indonesia, IPA)
Alokasi waktu : 1 hari (4 JP X35 Menit)

F. Kompetensi Inti (KI)

KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.


KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca dan menanya) dan menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan peri-laku anak beriman
dan berakhlak mulia.

G. Kompetensi Dasar dan Indikator

Mapel/Kompetensi Dasar Indikator


IPA

3.7 Menganalisis pengaruh kalor terhadap 3.7.1 Memahami perpindahan kalor pada
perubahan suhu dan wujud benda proses pembuatan tempe
dalam kehidupan sehari-hari

Bahasa Indonesia

3.5 Menggali informasi penting dari teks


narasi sejarah yang disajikan secara
134

lisan dan tulis menggunakan aspek: 3.5.1 Menulis isi teks narasi sejarah
apa, di mana,kapan, siapa, menggunakan aspek: apa, di mana,kapan,
mengapa,dan bagaimana. siapa, mengapa,dan bagaimana.

4.5Memaparkan informasi penting dari teks


narasi sejarah menggunakan aspek:
apa, di mana, kapan,siapa, mengapa, 4.5.1 Menyebutkan isi teks narasi sejarah
dan bagaimana serta kosakata baku dan yang disajikan menggunakan kosakata
kalimat efektif baku dan kalimat efektif

H. Tujuan Pembelajaran

8. Dengan mengamati media grafis “Proses pembuatan tempe”, siswa dapat


memahami perpindahan kalor terhadap benda dalam kehidupan sehari – hari
dengan benar (Pengetahuan)
9. Dengan disajikan teks “Sejarah dan Perkembangan Tempe”, siswa dapat
menulis isi teks narasi sejarah yang disajikan menggunakan aspek : apa, di
mana,kapan, siapa, mengapa,dan bagaimana. dengan benar (Keterampilan)
10. Dengan memahami teks “Sejarah dan Perkembangan Tempe”, siswa dapat
menyebutkan isi teks narasi sejarah yang disajikan menggunakan aspek : apa,
di mana,kapan, siapa, mengapa,dan bagaimana. dengan benar (Keterampilan)
11. Dengan memahami teks narasi sejarah, siswa dapat menjelaskan isi teks narasi
sejarah menggunakan kosakata baku dan kalimat yang efektif secara teliti
(Keterampilan)
12. Dengan disajikan teks narasi sejarah, siswa dapat menyebutkan faktor – faktor
penting penyebab penjajahan bangsa Indonesia (Pengetahuan)
13. Dengan diskusi kelompok, siswa dapat mengemukakan hasil diskusi mengenai
faktor-faktor penting penyebab penjajahan bangsa Indonesia dan upaya bangsa
Indonesia dalam mempertahankan kedaulatannya (Keterampilan)
135

I. Materi Pembelajaran
3. IPA
Pengaruh kalor terhadap benda (buku siswa halaman 84 - 89)
4. Bahasa Indonesia
Teks narasi sejarah (buku siswa halaman 79 - 83)

J. Model, Metode dan Pendekatan Pembelajaran


Model : Problem Based Learning
Pendekatan : Scientific
Metode : Diskusi Kelompok dan Penugasan

K. Media, Alat, dan Sumber Belajar

4. Media :
a. Teks Sejarah dan Perkembangan Tempe
b. Gambar Proses Pembuatan Tempe
5. Alat dan Bahan
d. LCD
e. Laptop
f. Alat tulis
6. Sumber belajar
Maryanto, dkk. 2017. Buku Guru SD/MI Kelas V Tematik Terpadu Kurikulum
2013 Tema Berbagai pekerjaan. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Maryanto, dkk. 2017. Buku Guru SD/MI Kelas V Tematik Terpadu Kurikulum
2013 Tema Berbagai pekerjaan. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar (SD). 2016. Jakarta : Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
136

Silabus Tema 7 Sub Tema 2 Kelas V SD/MI semester II

L. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 20. Guru memberi salam, menanyakan kabar, dan
mengecek kehadiran siswa (PPK : displin dan tertib)
21. Siswa diajak berdoa bersama-sama menurut agama
dan keyakinan masing-masing (PPK : religius)
22. Siswa diajak menyanyikan Lagu Indonesia Raya.
Guru memberikan penguatan tentang pentingnya
menanamkan semangat kebangsaan.
23. Siswa diminta memeriksa kerapian diri dan
kebersihan kelas.
24. Guru memotivasi siswa dengan tepuk PPK
25. Guru menyampaikan apersepsi
26. Gurumenyampaikan tujuan pembelajaran yang sesuai
dengan Tema 7 Peristiwa dalam Kehidupan serta
Subtema 2. Peristiwa Kebangsaan Seputar Proklamasi
Kemerdekaan pada pembelajaran 1
Inti Fase 1 :
Memberikan Orientasi Permasalahan Kepada Siswa
1. Guru memberi pemahaman tentang perpindahan
kalor
2. Guru menyajikan permasalahan tentang makanan
tradisional Purbalingga
3. Siswa diberikan pertanyaan masalah:
Apakah kamu mengetahui makanan tradisional khas
Purbalingga? Bagaimana sejarah dan
perkembangan tempe?

Fase 2 :
Mengorganisasikan Siswa untuk Penyelidikan

4. Siswa dibagi menjadi kelompok kecil yang berisi 3-4


orang secara heterogen.
5. Siswa membaca teks tentang sejarah dan
perkembangan tempe (mengamati)

Fase 3 :
137

Pelaksanaan Investigasi

6. Siswa mengumpulkan informasi pada teks yang


disajikan dengan teliti (mengamati)
7. Siswa mengerjakan LKPD 1 mengenai menulis isi
teks narasi menggunakan aspek : apa, dimana, kapan,
siapa, mengapa,dan bagaimana (mencoba)
8. Siswa menyebutkan isi teks narasi
(mengkomunikasikan)

Fase 4 :
Mengembangkan dan Menyajikan Hasil

9. Guru mengajukan beberapa pertanyaan (menanya)


10. Siswa mengamati gambar dan bertanya jawab
mengenai kalor menggunakan aspek apa, dimana,
kapan, siapa, mengapa,dan bagaimana (menalar)
11. Siswa diskusi kelompok tentang perpindahan kalor
pada proses pembuatan tempe (menalar)

Fase 5 :
Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Penyelidikan

12. Siswa dengan bimbingan guru berdiskusi tentang


hasil diskusi kelompok untuk bertukar informasi
sesuai nomor undian kelompok yang telah
ditentukan
13. Siswa mengerjakan soal evaluasi (Pre test)

Penutup 14. Siswa bersama guru melakukan refleksi membuat


simpulan terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan selama satu pembelajaran
15. Guru memberikan umpan balik dan penghargaan
terhadap proses dan hasil pembelajaran
16. Siswa mengerjakan soal evaluasi
17. Guru memberikan tindak lanjut
(remidial/pengayaan)
18. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya yaitu pembelajaran 2
19. Siswa berdoa menurut agama dan keyakinan
masing-masing
138

H. PENILAIAN
5. Teknik Penilaian
Tes
Non tes
6. Jenis Penilaian
Tes : Tertulis (soal)
Non tes : Kinerja
7. Bentuk Penilaian
Tes : Pilihan Ganda beralasan
Nontes : Rubrik Kinerja Proses
8. Pembelajaran Remidial dan Pengayaan
139

Lampiran RPP Pertemuan 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP) KELAS KONTROL

Satuan Pendidikan : SD
Kelas/Semester : V / Genap
Tema : 7. Peristiwa Dalam Kehidupan
SubTema : 2. Peristiwa Kebangsaan Seputar
Proklamasi
Pembelajaran : 2 (Bahasa Indonesia, IPA)
Alokasi waktu : 1 hari (4 JP X35 Menit)

A. Kompetensi Inti (KI)


KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca dan menanya) dan menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan peri-laku anak beriman
dan berakhlak mulia.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator

Mapel/Kompetensi Dasar Indikator


IPA

3.7 Menganalisis pengaruh kalor terhadap 3.7.2 Memahami pengaruh kalor terhadap
perubahan suhu dan wujud benda wujud benda
dalam kehidupan sehari-hari
3.7.3 Menyusun laporan hasil pengamatan
perpindahan kalor pada benda.

3.7.4 Menampilkan laporan hasil pengamatan


perpindahan kalor pada benda.
140

Bahasa Indonesia

3.5 Menggali informasi penting dari teks 3.5.2 Menyebutkan isi teks narasi sejarah
narasi sejarah yang disajikan secara menggunakan aspek: apa, di mana,kapan,
lisan dan tulis menggunakan aspek: siapa, mengapa,dan bagaimana.
apa, di mana,kapan, siapa,
mengapa,dan bagaimana.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Melalui tayangan video, siswa dapat memahami pengaruh kalor terhadap wujud
benda melalui percobaan pembuatan tempe dengan penuh tanggungjawab
(Keterampilan)
2. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menyusun laporan hasil pengamatan
pengaruh kalor pada benda dengan benar(Pengetahuan)
3. Dengan membaca teks, siswa dapat menyebutkan isi teks dengan tepat
(Pengetahuan)

D. Materi Pembelajaran
IPA
Pengaruh kalor terhadap benda (buku siswa halaman 87 - 89)
Bahasa Indonesia
Teks narasi sejarah (buku siswa halaman 90 - 93)

E. Model, Metode dan Pendekatan Pembelajaran


Model : Problem Based Learning
Pendekatan : Scientific
Metode : Diskusi kelompok dan penugasan
141

F. Media, Alat, dan Sumber Belajar

Media :
4. Video “Proses Pembuatan Tempe”
5. Teks ”Sejarah dan Perkembangan Tempe”
Alat dan Bahan
1. LCD
2. Laptop
3. Alat tulis

Sumber belajar
Maryanto, dkk. 2017. Buku Guru SD/MI Kelas V Tematik Terpadu Kurikulum
2013 Tema Berbagai pekerjaan. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Maryanto, dkk. 2017. Buku Guru SD/MI Kelas V Tematik Terpadu Kurikulum
2013 Tema Berbagai pekerjaan. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar (SD). 2016. Jakarta : Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Silabus Tema 7 Sub Tema 2 Kelas V SD/MI semester II
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Guru memberi salam, menanyakan kabar, dan
mengecek kehadiran siswa (PPK : displin dan tertib)
2. Siswa diajak berdoa bersama-sama menurut agama dan
keyakinan masing-masing (PPK : religius)
3. Guru memotivasi siswa dengan tepuk dan yel-yel
4. Guru menyampaikan apersepsi
5. Gurumenyampaikan tujuanpembelajaran yang sesuai
dengan Tema 7 Peristiwa dalam Kehidupan serta
142

Subtema 2. Peristiwa Kebangsaan Seputar Proklamasi


Kemerdekaan pada pembelajaran 1
Inti Fase 1 :
Memberikan Orientasi Permasalahan kepada Siswa

6. Siswa mengamati video langkah – langkah membuat


tempe (mengamati)
7. Guru memotivasi siswa untuk terlibat aktif.

Fase 2 :
Mengorganisasikan Siswa untuk Penyelidikan

8. Ssiwa membentuk 4-5 orang/kelompok secara acak.


9. Siswa memahami lembar kegiatan tentang laporan
pengamatan video

Fase 3 :
Pelaksanaan Investigasi

10. Siswa secara berkelompok membuat laporan


pengamatan meliputi proses pembuatan tempe dan
proses perpindahan kalor serta alat dan bahan yang
akan digunakan (mencoba)
11. Siswa konsultasi tahapan penyelesaian proyek
kepada guru (menanya)

Fase 4 :
Mengembangkan dan Menyajikan Hasil

12. Guru mengamati aktivitas siswa dan melihat


kemajuan setiap kelompok
13. Siswa menyusun laporan secara berkelompok
(mengkomunikasikan)

Fase 5 :
Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Penyelidikan
14. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok
sesuai lembar pengamatan video untuk proses
bertukar informasi sesuai undian kelompok.
15. Siswa mengerjakan soal evaluasi (post test)
143

Penutup 16. Siswa bersama guru melakukan refleksi membuat


simpulan terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
selama satu pembelajaran
17. Guru memberikan umpan balik dan penghargaan
terhadap proses dan hasil pembelajaran
18. Siswa mengerjakan soal evaluasi
19. Guru memberikan tindak lanjut (remidial/pengayaan)
20. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya yaitu pembelajaran 3
21. Siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-
masing

H. PENILAIAN
1. Teknik Penilaian
Tes
Non tes
2. Jenis Penilaian
Tes : Tertulis (soal)
Non tes : Kinerja
3. Bentuk Penilaian
Tes : Pilihan Ganda beralasan
Nontes : Rubrik Kinerja Proses
144

LAMPIRAN 2
Instrumen Tes
Lampiran 2a 145

KISI-KISI SOA L PRE TEST DAN POST TEST KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

Aspek Indikator Berpikir Kreatif Indikator Soal Nomor Kunci Jawaban Pedoman
Penilaian Soal Penskoran

1. Kelancaran a. Mencetuskan banyak jawaban, 1) Siswa mampu membedakan 5 5. Jawaban : C


Jawaban benar
(fluency) gagasan, penyelesaian masalah benda konduktor dan
Alasan : karena kayu merupakan bahan dan sesuai alasan
dan pertanyaan isolator.
yang tidak bisa menghantarkan panas, =4
b. Memberikan banyak cara atau 2) Siswa mampu memberikan
saran untuk melakukan penjelasan perpindahan kalor sehingga pegangan panci tidak terasa
berbagai hal pada kehidupan sehari-hari. panas saat perebusan kedelai.
4, 6
c. Selalu memikirkan lebih dari 3) Siswa memahami contoh- Jawaban benar
satu jawaban contoh hasil produksi dari dan kurang
kacang kedelai 4 Jawaban : C sesuai alasan
10
Alasan : karena proses konduksi terjadi
=3
ketika panci menjadi panas saat merebus
kedelai, dan konveksi adalah ketika
gerakan naik dan turun kedelai ketika
dipanaskan Jawaban benar,
alasan tidak ada
10 Jawaban : D =2
Alasan : Gula, karena gula dapat diperoleh
dari nira, tebu, atau aren bukan dari
kacang kedelai.
Jawaban salah
2. Keluwesan a. Menghasilkan gagasan, 1) Siswa mampu memahami 7 7 Jawaban : d
=1
(flexibility) jawaban dan pertanyaan yang kata baku dan kata tidak
bervariasi baku Alasan : Karena kata baku dari popular =
b. Dapat melihat suatu masalah 2) Siswa dapat memberikan populer, sedangkan kata komersil
11, 14 seharusnya komersial.
dengan arah pemikiran yang penjelasan sejarah Tidak ada
berbeda-beda perkembangan tempe di jawaban = 0
11 Jawaban : D
146

c. Mampu mengubah cara Indonesia melalui kalimat Alasan : Kalimat tanya poin D menjawab
pendekatan atau pemikiran tanya isi bacaan
3) Siswa mampu memahami 9
perpindahan kalor secara 14 Jawaban : D
radiasi pada kehidupan
Alasan : karena jawaban termuat pada
sehari-hari
kalimat di akhir paragraf,

3. Keaslian a. Mampu melahirkan ungkapan 1) Siswa mampu menjelaskan 1, 3 1. Jawaban : c


(originality) yang unik dan baru asal usul nama tempe Alasan : karena kata jae santen tempe
2) Siswa mampu menjelaskan dan kadhele tempe srundnegan adalah
b. Mampu membuat kombinasi- gagasan sendiri melalui pertama kali ditemukan kata tempe yang
kombinasi yang tidak lazim 8, 13
masalah yang disajikan termuat pada manuskrip Serat Centhini.
dari bagian-bagian atau unsur-
unsur 3 Jawaban : C
Alasan : Karena makanan tumpi
memiliki kesamaan dengan tempe segar
yang berwarna putih.

8 Jawaban : A
Alasan : Karena aluminium adalah bahan
yang dapat menghantarkan panas
dengan baik (konduktor), sehingga dapat
dimanfaatkan untuk membuat panci.

13 Jawaban : D
Alasan : agar tidak terlalu kedap udara,
karena jamur memerlukan oksigen yang
cukup untuk pertumbuhannya.
147

4. Penguraian a. Mengembangkan, menambah, 1) Siswa mampu 2 2 Jawaban : A


(elaboration) memperkaya suatu gagasan mengembangkan jawaban
b. Mampu memperinci detail- asal usul penemuan kata Alasan : Karena manuskrip serat Centhini
detail suatu objek sehingga tempe memuat kata tempe sebagai sejenis
menarik 2) Siswa mampu masakan dengan santan.
mendeskripsikan jawaban 12, 15 12 Jawaban : A
atas masalah yang kompleks
Alasan : karena kematangan tempe
ditandai dengan adanya benang-benang
putih yaitu hifa jamur.

15 Jawaban : A

Alasan : Karena jumlah kedelai lokal


melimpah dan dapat mengurangi biaya
produksi.
Lampiran 2b 148

Soal Pre Test/ Post Test


Nama :
No. Absen :

Petunjuk
1. Berdo’alah sesuai dengan kepercayaanmu.
2. Isilah identitasmu pada titik-titik di atas.
3. Bacalah tiap-tiap soal di bawah ini dengan cermat.
4. Tanyakan kepada gurumu apabila ada soal yang belum jelas.
5. Percaya diri dan kerjakan secara mandiri.
6. Selamat Mengerjakan.

B. Pilihan Ganda

1. Hidangan jae santen tempe dan kadhele tempe srundengan merupakan salah tanda
ditemukannya kata.....
a. Santan
b. Kedele
c. Tempe
d. Jahe
Alasan :
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
2. Masyarakat Jawa abad ke -16 telah mengenal tempe yang termuat pada manuskrip.....
a. Serat Centhini
b. Serat Dasanama Kawi
c. Babad Onje
d. Babad Banyumas
Alasan :
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
3. Nama tempe berasal dari bahasa Jawa Kuno yaitu.....
a. Tampi
b. Mendo
c. Tumpi
d. Kadhele
Alasan :
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
4. Perpindahan energi pada panci saat merebus kedelai adalah......
a. Konveksi
b. Konduksi
c. Konduksi dan Konveksi
d. Radiasi
149

Alasan :
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
5. Saat merebus kedelai di panci, lama kelamaan air dan panci menjadi terasa panas
sedangkan pegangan panci yang terbuat dari kayu tidak ikut panas. Hal ini membuktikan
pegangan panci dari kayu merupakan bahan.....
a. Konduktor
b. Lunak
c. Isolator
d. Penghantar panas yang baik
Alasan :
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
6. Ketika tangan kita di dekat api kompor saat merebus kedelai, maka terasa lebih hangat. Hal
ini disebabkan terjadi perpindahan panas secara......
a. Konveksi
b. Radiasi
c. Konduksi dan Konveksi
d. Konduksi
Alasan :
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
7. Ayo perhatikan kalimat di bawah ini !
Di Amerika Serikat, tempe popular sejak pertama kali dibuat oleh Yap Bwee Hwa pada
tahun 1958. Yap Bwee Hwa merupakan orang Indonesia yang pertama kali melakukan
penelitian ilmiah mengenai tempe. Di Jepang, tempe diteliti sejak tahun 1926 dan mulai
diproduksi secara komersil sekitar tahun 1983.

Kata yang termasuk contoh kata tidak baku yaitu.....


a. Ilmiah, komersil
b. Popular, diproduksi
c. Komersil, teliti
d. Popular, komersil
Alasan :
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
8. Bahan yang sering dimanfaatkan untuk membuat panci adalah......
a. Aluminium
b. Kain
c. Kayu
d. Besi
Alasan :
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
150

9. Berikut ini adalah contoh-contoh perpindahan panas secara radiasi, kecuali......


a. Panas api kompor yang terasa jika di dekatnya
b. Air panas yang mendidih saat merebus kedelai
c. Orang-orang yang merasa hangat di sekitar api unggun
d. Cahaya matahari di sekitar api unggun

Alasan :
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….

10. Berikut ini hasil produksi dari kacang kedelai, kecuali..........


a. Kecap
b. Tempe
c. Tahu
d. Gula
Alasan :
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
11. Ayo perhatikan teks di bawah ini!
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar
kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dijadikan untuk
memproduksi tempe, 40% tahu, dan 10% dalam bentuk produk lain (seperti tauco, kecap,
dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat ini
diperkirakan mencapai sekitar 6,45 kg. Masyarakat Indonesia mengkonsumsi tempe sebagai
makanan pendamping nasi. Tempe dapat diolah dan disajikan sebagai aneka makanan siap
saji yang diproses dan dijual dalam kemasan. Kripik tempe adalah salah satu contoh makanan
populer dari tempe yang banyak dijual di pasar.

Kalimat tanya yang sesuai untuk teks di atas adalah......


a. Mengapa Indonesia menjadi pasar kedelai terbesar di Asia?
b. Kapan tempe mulai dikonsumsi di Indonesia?
c. Mengapa Indonesia menjadi negara produsen tempe terbesar di dunia?
d. Bagaimana perkembangan tempe di Indonesia?
Alasan :
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
12. Pada permukaan tempe terdapat benang-benang putih. Benang-benang putih tersebut
adalah......
a. Kumpulan hifa jamur
b. Lemak yang terbuang
c. Zat sisa
d. Kumpulan bakteri
Alasan :
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
151

…………………………………………………………………………………………….
13. Kedelai yang telah diberi ragi tempe akan dikemas menggunakan plastik / daun. Jika
pembungkus plastik harus dilubangi terlebih dahulu, karena.......
a. Jamur dapat tumbuh
b. Ada kotoran yang masuk ke dalam tempe
c. Kedelai tidak busuk
d. Untuk mendukung pertumbuhan jamur tempe
Alasan :
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
Perhatikan teks berikut ini !

Tempe adalah salah satu makanan tradisional khas Purbalingga. Tempe sudah lama
dikenal selama berabad-abad silam. Makanan ini diproduksi dan dikonsumsi secara turun
temurun oleh masyarakat Jawa, khususnya di daerah Purbalingga. Tempe merupakan
makanan yang terbuat biji kedelai yang diproses melalui fermentasi.

14. Kalimat tanya yang tepat sesuai teks di atas adalah.....


a. Apa manfaat tempe?
b. Bagaimana proses pembuatan tempe?
c. Kapan tempe mulai diproduksi?
d. Apa bahan baku pembuatan tempe?
Alasan :
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
15. Kedelai lokal dpilih sebagai bahan baku membuat tempe, karena....
a. Untuk memanfaatkan hasil panen dari petani di lingkungan sekitar
b. Kedelai lokal lebih cepat matang
c. Harga kedelai lokal lebih mahal
d. Kualitas kedelai kurang bagus
Alasan :
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
152

PROPOSAL

1. Tuliskan judul dan tujuan proyek yang akan dilakukan


Judul :
....................................................................................................................
Tujuan :
....................................................................................................................
...................................................................................................................
2. Tulislah alat dan bahan yang digunakan untuk membuat rancangan dalam
proyek yang kalian buat.
Alat :
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
Bahan :
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................

3. Jelaskan langkah-langkah pembuatan produk yang akan kalian buat!


......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
153

......................................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
4. Buat kesimpulan mengapa kalian memilih bahan-bahan tersebut untuk
membuat produk kalian!
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
5. Ayo amati perubahan yang terjadi pada tempe yang kamu buat!

No Aspek yang diamati Pembungkus

Daun Plastik

1 Pertumbuhan jamur
benang (banyak/sedikit)

2 Warna dan Tekstur

3 Aroma

4 Bentuk Tempe

5 Kematangan

Hari ke-1

Hari ke-2

Hari ke-3

Hari ke-4
154

Lampiran 2c

KISI-KISI LEMBAR OBERVASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF


SISWA

No
Indikator Sub Indikator
Item

Kemampuan a. Mencetuskan banyak jawaban, gagasan, penyelesaian 1


berpikir lancar masalah dan pertanyaan
(fluency) b. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan
berbagai hal 2
c. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban
10

Kemampuan a. Menghasilkan gagasan, jawaban dan pertanyaan yang 4


berpikir luwes bervariasi
(flexibility) b. Dapat melihat suatu masalah dengan arah pemikiran yang 6
berbeda-beda
c. Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran
5

Kemampuan a. Mampu melahirkan ungkapan yang unik dan baru 3


berpikir b. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim
orisinal dari bagian-bagian atau unsur-unsur 7
(originality)

Kemampuan a. Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan 8


berpikir b. Mampu memperinci detail-detail suatu OBJEK sehingga
memperinci menarik 9
(elaboration)
155

Lembar Observasi Penilaian Kreativitas Siswa Kelas Eksperimen


A. Petunjuk Penilaian Kreativitas
 Penilaian yang diberikan merujuk pada rubrik penilaian kreativitas siswa
 Memberikan skor 1 sampai 4 pada setiap aspek sesuai dengan indikator yang nampak/dilakukan siswa

B. Penilaian Observasi Kreativitas Siswa


Kode Siswa
No Indikator Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 C5 D1 D2 D3 D4 D5 D6 E1 E2 E3 E4 E5 E6
Memberi
banyak
1. gagasan/usulan 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 2 2 2 4 4 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 2
terhadap suatu
masalah
Bebas dalam
2. menyampaikan 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 4 4 3 3 2 4 3 4 3 2 3 3 2
pendapat
Orisinil dalam
menyampaikan
3. gagasan 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 4 3 3 2 4 4 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3
penyelesaian
masalah
Memiliki
langkah
4. penyelesaian 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 4 3 2 2 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3
masalah
sendiri

Mempunyai
5. daya imajinasi 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 4 2 2 2 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3
yang tinggi
156

Kode Siswa
No Indikator Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 C5 D1 D2 D3 D4 D5 D6 E1 E2 E3 E4 E5 E6
Mampu
melihat
6. masalah dari 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3
berbagai sudut
pandang
Memiliki
keberanian
7. 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3
mengambil
resiko
Mencari dan
menganalisis
data yang
8. diketahui 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 2 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3
dalam
menyelesaikan
masalah
Membuat
9. laporan secara 2 2 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3
rinci
Mampu
menafsirkan
10 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3
suatu gambar
atau cerita
Total Skor 25 21 21 30 27 25 23 30 30 30 39 27 25 22 40 39 30 30 26 38 31 39 32 29 31 31 28
Nilai 3 2 2 3 2,7 2,5 2 3 3 3 3,9 2,7 3 2 4 3,9 3 3 2,6 3,8 3 4 3 3 3 3 3
Baik

Cukup

Cukup

Baik

Baik

Baik

Cukup

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Cukup

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik
Baik

Baik

Baik

Baik

Baik
Sangat

Sangat

Sangat

Sangat

Sangat
Kriteria
157

Kode Siswa
No Indikator Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 C5 D1 D2 D3 D4 D5 D6 E1 E2 E3 E4 E5 E6
Total Skor Tiap
Kelompok 124 138 153 194 190
158

Lembar Observasi Penilaian Kreativitas Siswa Kelas Kontrol


A. Petunjuk Penilaian Kreativitas
 Penilaian yang diberikan merujuk pada rubrik penilaian kreativitas siswa
 Memberikan skor 1 sampai 4 pada setiap aspek sesuai dengan indikator yang nampak/dilakukan siswa

B. Penilaian Observasi Kreativitas Siswa


Kode Siswa
No Indikator Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 B6 C1 C2 C3 C4 C5 C6 D1 D2 D3 D4 D5 D6 E1 E2 E3 E4 E5 E6
Memberi
banyak
1. gagasan/usulan 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2
terhadap suatu
masalah
Bebas dalam
2. menyampaikan 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2
pendapat
Orisinil dalam
menyampaikan
3. gagasan 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
penyelesaian
masalah
Memiliki
langkah
4. penyelesaian 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
masalah
sendiri
159

Kode Siswa
No Indikator Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 B6 C1 C2 C3 C4 C5 C6 D1 D2 D3 D4 D5 D6 E1 E2 E3 E4 E5 E6

Mempunyai
5. daya imajinasi 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
yang tinggi

Mampu
melihat
6. masalah dari 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
berbagai sudut
pandang
Memiliki
keberanian
7. 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
mengambil
resiko
Mencari dan
menganalisis
data yang
8. diketahui 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
dalam
menyelesaikan
masalah
Membuat
9. laporan secara 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2
rinci
160

Kode Siswa
No Indikator Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 B6 C1 C2 C3 C4 C5 C6 D1 D2 D3 D4 D5 D6 E1 E2 E3 E4 E5 E6
Mampu
menafsirkan
10 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2
suatu gambar
atau cerita

Total Skor 28 25 30 26 27 20 28 32 28 26 20 26 20 20 26 27 20 22 20 20 20 22 24 24 22 22 22 22 20
Nilai 3 3 3 2,6 2,7 2 2,8 3,2 2,8 2,6 2 2,6 2 2 2,6 2,7 2 2,2 2 2 2 2,2 2,4 2,4 2,2 2,2 2,2 2,2 2
Kriteria 109 128 112 128 132
161

Lampiran 2e

Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ( Observasi )

No Skor Deskripsi
1. 4 Menghasilkan gagasan yang relevan, memberi banyak gagasan selama kegiatan,
memiliki gagasan penyelesaian masalah buatan sendiri
3 Terdiri dari 2 komponen
2 Terdiri dari 1 komponen
1 Tidak memberikan gagasan sama sekali selama kegiatan berlangsung
2. 4 Selalu memberikan banyak gagasan selama kegiatan berlangsung, aktif dalam
berkomunikasi, selalu menghasilkan ide-ide baru
3 Terdiri dari 2 komponen
2 Terdiri dari 1 komponen
1 Pasif/tidak mengemukakan pendapat sama sekali
3. 4 Memberikan gagasan yang berbeda dengan orang lain, mengembangkan gagasan
dari gagasan orang lain, memberikan gagasan yang jarang diberikan kebanyakan
orang
3 Terdiri dari 2 komponen
2 Terdiri dari 1 komponen
1 Tidak memberikan gagasan sama sekali
4. 4 Mempunyai inisiatif untuk menyelesaikan masalah, berani mengambil resiko
dalam menyelesaikan masalah, mampu melihat masalah dari berbagai sudut
pandang
3 Terdiri dari 2 komponen
2 Terdiri dari 1 komponen
1 Tidak melakukan kegiatan diatas
5. 4 Mampu merancang/membuat dugaan, mampu mengembangkan daya imajinasi,
mampu mencari hubungan-hubungan baru dari sesuatu
3 Terdiri dari 2 komponen
2 Terdiri dari 1 komponen
1 Tidak melakukan kegiatan diatas
6. 4 Mampu mengambil keputusan yang tepat pada berbagai masalah, mampu melihat
masalah dari berbagai sudut pandang, memiliki daya imajinasi tinggi
3 Terdiri dari 2 komponen
2 Terdiri dari 1 komponen
1 Melihat pemecahan masalah hanya dari satu sudut pandang
7. 4 Mempertahankan pendapat, memberi dan menerima saran/kritik, tidak takut akan
kegagalan, berani mengakui kesalahan/kekurangan yang dimiliki
3 Terdiri dari 2 komponen
2 Terdiri dari 1 komponen
1 Tidak berani mengambil resiko selama kegiatan berlangsung
162

8. 4 Menggunakan daya imajinasi dalam menganalisis data, mampu menyelesaikan


masalah dari berbagai sudut pandang, mencari penyelesaian masalah dari berbagai
macam sumber
3 Terdiri dari 2 komponen
2 Terdiri dari 1 komponen
1 Tidak melakukan kegiatan diatas
9. 4 Mampu membuat laporan dengan menyebutkan alat, bahan, serta cara pembuatan
secara jelas dan runtut
3 Terdiri dari 2 komponen
2 Terdiri dari 1 komponen
1 Tidak melakukan kegiatan diatas
10. 4 Mampu memberikan gagasan, tanggapan serta saran/kritik terhadap suatu gambar
atau cerita yang ditayangkan oleh guru
3 Terdiri dari 2 komponen
2 Terdiri dari 1 komponen
1 Pasif dalam kegiatan pembelajaran

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
Nilai = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 4

Keterangan nilai :
0, 00 < x < 1, 33 = Kurang
1, 33 < x < 2, 33 = Cukup
2, 33 < x < 3, 33 = Baik
3, 33 < x < 4, 00 = Sangat Baik
163

Lampiran 2f
Kisi-kisi Angket Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Jumlah
Indikator Sub Indikator No Item
Item
Kemampuan berpikir a. Mencetuskan banyak jawaban, gagasan, penyelesaian masalah dan 2 1,19
lancar (fluency) pertanyaan
b. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal
c. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban 3 5, 12,21
1 3,6

Kemampuan berpikir a. Menghasilkan gagasan, jawaban dan pertanyaan yang bervariasi 3 4,10,13
luwes (flexibility) b. Dapat melihat suatu masalah dengan arah pemikiran yang berbeda- 3 9, 16,25
beda
c. Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran 3 11,14,22
Kemampuan berpikir a. Mampu melahirkan ungkapan yang unik dan baru 2 7,20
orisinal (originality) b. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian- 2 8,24
bagian atau unsur-unsur
Kemampuan berpikir a. Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan 2 2, 15
memperinci b. Mampu memperinci detail-detail suatu objek sehingga menarik 4 17,18,23
(elaboration)
164

Lampiran 2g

Angket Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa

Nama Siswa :
Kelas :
Petunjuk Pengisian Angket
1. Masukkan tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia untuk setiap
pertanyaan yang diberikan sesuai dengan pilihan anda.
2. Keterangan:
Sering = Jika kalian 3 kali atau lebih melakukannya saat
pembelajaran
Kadang-kadang = Jika kalian 2 kali melakukannya saat pembelajaran
Tidak pernah = Jika kalian tidak melakukannya saat pembelajaran
Sering Kadang- Tidak
No Pernyataan kadang Pernah
(3) (2) (1)
1 Saya mengusulkan pendapat saat
pembelajaran.
2 Saya segera bertanya hal yang ingin saya
ketahui dan belum dimengerti
3 Jika ada pertanyaan dari guru saya berusaha
untuk menjawabnya.
4 Saya menjawab pertanyaan dari guru dengan
lebih dari satu jawaban.
5 Saat pembelajaran ini, saya selalu
mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.
6 Saya menjawab pertanyaan dengan berbagai
jawaban yang rinci.
7 Saya tidak hanya mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru saja. Saya juga
mengerjakan soal yang tidak diberikan oleh
guru sebagai tambahan.
8 Saya berlomba-lomba dengan teman dalam
menjawab soal agar selesai lebih awal
9 Saya memberi tanggapan jika guru
menampilkan gambar atau bercerita.
10 Saya selalu memberikan contoh yang berbeda
dengan contoh yang diberikan guru.
11 Saya memberikan contoh kejadian dalam
kehidupan sehari-hari yang berbeda dari
contoh yang diberikan guru.
165

12 Saya membantu teman saya yang kesulitan


dalam mengerjakan soal.
13 Saat diskusi saya memiliki pendapat yang
berbeda dengan pendapat teman yang lain.
14 Saya menanggapi masalah yang diberikan
guru dengan cara yang berbeda-beda.
15 Dalam pembelajaran saya senang mengajukan
contoh kejadian yang aneh tentang materi
yang sedang dipelajari.
16 Saya mengerjakan soal dengan cara yang
berbeda agar lebih singkat dan mudah.
17 Saya mengerjakan soal dengan langkah-
langkah rinci dan teliti untuk memahaminya.
18 Dalam menjawab pertanyaan saya berusaha
memberikan jawaban beserta alasannya.
19 Saya menyelesaikan masalah perpindahan
kalor dengan mencari informasi berbagai
sumber
20 Saat diskusi, saya senang menambahkan ide
yang diajukan teman.
21 Saya membantu teman yang kesulitan saat
mengerjakan soal
22 Saya mengajukan ide baru dalam
menyelesaikan soal dengan cara yang lebih
mudah
23 Saat menyampaikan pendapat, saya
memberikan alasan yang menguatkan jawaban
saya.
24 Saya merangkum materi pelajaran untuk
membantu anggota kelompok memahami
materi
25 Ketika kelompok lain belum paham, saya
mengulangi penjelasan agar mereka paham.

Terima kasih
166

Hasil Angket Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa


Kelas Eksperimen

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4


No Siswa Jumlah x Kriteria
1 3 5 6 12 19 21 4 9 10 11 13 14 16 22 25 7 8 20 24 2 15 17 18 23
1 S1 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 3 2 3 3 3 3 3 60 2,4 Baik
2 S2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 59 2,36 Baik
3 S3 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 42 1,68 Kurang Baik
4 S4 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 60 2,4 Baik
5 S5 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 60 2,4 Baik
6 S6 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 60 2,4 Baik
7 S7 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 42 1,68 Kurang Baik
8 S8 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 60 2,4 Baik
9 S9 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 60 2,4 Baik
10 S10 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 60 2,4 Baik
11 S11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 73 2,92 Sangat Baik
12 S12 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 67 2,68 Sangat Baik
13 S13 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 65 2,6 Sangat Baik
14 S14 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 3 3 3 3 2 2 2 1 2 57 2,28 Baik
15 S15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 74 2,96 Sangat Baik
16 S16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 74 2,96 Sangat Baik
17 S17 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 60 2,4 Baik
18 S18 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 60 2,4 Baik
19 S19 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 59 2,36 Baik
167

20 S20 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 71 2,84 Sangat Baik


21 S21 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 60 2,4 Baik
22 S22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 74 2,96 Sangat Baik
23 S23 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 60 2,4 Baik
24 S24 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 60 2,4 Baik
25 S25 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 67 2,68 Sangat Baik
26 S26 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 60 2,4 Baik
27 S27 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 60 2,4 Baik
Jumlah 74 72 72 68 64 64 61 64 58 65 61 64 62 60 58 68 70 77 71 71 68 67 71 64 70
Total 475 560 289 340
Persentase 70,37037037 82,96296296 42,81481481 50,37037037
Sangat Baik = 29,6
Baik = 7,4
Kriteria (%) Kurang Baik = 62,9
168

Hasil Angket Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa


Kelas Kontrol

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4


Jumlah x Kriteria
No Siswa 1 3 5 6 12 19 21 4 9 10 11 13 14 16 22 25 7 8 20 24 2 15 17 18 23
1 S1 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 53 2,12 Baik
2 S2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 51 2,04 Baik
3 S3 3 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 40 1,6 Kurang Baik
4 S4 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 46 1,84 Baik
5 S5 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 46 1,84 Baik
6 S6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 50 2 Baik
7 S7 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 47 1,88 Baik
8 S8 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 49 1,96 Baik
9 S9 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 52 2,08 Baik
10 S10 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 53 2,12 Baik
11 S11 3 3 3 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 41 1,64 Kurang Baik
12 S12 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 46 1,84 Baik
13 S13 1 3 3 2 2 2 1 3 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 42 1,68 Kurang Baik
14 S14 1 2 3 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 41 1,64 Kurang Baik
15 S15 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 54 2,16 Baik
16 S16 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 56 2,24 Baik
17 S17 1 1 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 42 1,68 Kurang Baik
18 S18 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 57 2,28 Baik
19 S19 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 59 2,36 Baik
169

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4


Jumlah x Kriteria
No Siswa 1 3 5 6 12 19 21 4 9 10 11 13 14 16 22 25 7 8 20 24 2 15 17 18 23
20 S20 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 58 2,32 Baik
21 S21 3 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 42 1,68 Kurang Baik
22 S22 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 58 2,32 Baik
23 S23 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 60 2,4 Baik
24 S24 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 54 2,16 Baik
25 S25 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 55 2,2 Baik
26 S26 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 56 2,24 Baik
27 S27 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 55 2,2 Baik
28 S28 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 57 2,28 Baik
29 S29 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 42 1,68 Kurang Baik
Jumlah 66 69 70 57 52 51 50 55 52 54 51 50 52 54 50 50 49 56 52 51 60 53 52 53 54
Total 415 468 208 272
Presentase 61,48148148 69,33333333 30,81481481 40,2962963
Sangat Baik = -
Baik = 75,9
Kriteria (%) Kurang Baik = 24,1
170

Lampiran 2h

Kisi-Kisi Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

No Tahap Pembelajaran Jumlah item Skor/item Total


Skor
Scientific approach PjBL Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1 Mengamati dan Menanya Penentuan 1 1 1 2


pertanyaan mendasar

2 Mengumpulkan Menyusun jadwal 1 1 1 2


informasi pelaksanaan proyek

3 Eksperimen Penyelesaian proyek 1 1 1 2


dengan fasilitasi dan
monitoring guru

4 Menalar Penyusunan laporan 1 1 1 2


dan presentasi hasil
proyek

5 Mengkomunikasikan Evaluasi proses dan 1 1 1 2


hasil proyek
171

Lampiran 2i

Lembar Observasi Keterlaksanaan Project Based Learning (PjBL)

Tema : 7. Peristiwa dalam Kehidupan


Subtema : 2.Peristiwa Kebangsaan Seputar Proklamasi
Kelas/Semester : V / Genap
Judul Penelitian : Keefektifan Project Based Learning (PjBL) Bermuatan Etnosains Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SD
Penyusun : Putri Handayani
Observer : Murliah, S.Pd
A. Petunjuk
Berilah tanda ceklis ( √ ) pada setiap tahap pembelajaran yang dilakukan guru dan peserta didik, dengan ketentuan sebagai berikut:
Ya : jika guru /peserta didik melakukan aspek kegiatan pembelajaran yang diamati
Tidak : jika guru/peserta didik tidak atau belum melakukan aspek kegiatan pembelajaran yang diamat
172

Tahap Pembelajaran Aspek Penilaian Guru Aspek Penilaian Siswa


Scientific approach PjBL Kegiatan Guru Keterlaksanaan Kegiatan Siswa Keterlaksanaan
Ya Tidak Ya Tidak
Mengamati dan Penentuan Membimbing Siswa
Menanya pertanyaan peserta didik memahami isi
mendasar mencermati teks teks narasi
proklamasi. sejarah dan
Guru mengajukan menjawab
beberapa pertanyaan beberapa
guna memancing pertanyaan guru
minat siswa untuk mengenai upaya
melakukan apresiasi – upaya bangsa
pada upaya bangsa Indonesia dalam
Indonesia dalam mempertahankan
mempertahankan kedaulatan
kedaulatan
Mengumpulkan Menyusun Membimbing siswa Siswa
Informasi jadwal menentukan proyek menentukan
pelaksanaan dan mengumpulkan proyek yang
proyek informasi proses akan dibuat
pembuatan tempe berdasarkan
informasi yang
telah didapat dan
173

menyusun
jadwal proyek
membuat tempe
secara
berkelompok
Eksperimen Penyelesaian Memberikan rubrik Memahami
proyek penilaian proyek. rubrik penilaian
dengan Membimbing proyek.
fasilitasi dan peserta didik Peserta didik
monitoring mengamati video merancang
guru langkah – langkah tahapan
menyelesaikan penyelesaian
proyek dan proyek, serta
melakukan alat dan bahan
percobaan membuat yang akan
tempe secara digunakan
berkelompok
Menalar Penyusunan Guru mengamati Siswa
laporan dan aktivitas siswa saat melakukan
presentasi melakukan percobaan dan
hasil proyek percobaan dan menyusun
membimbing laporan
menyusun laporan percobaan pada
LKPD
174

percobaan pada
LKPD
Mengkomunikasikan Evaluasi Mengarahkan setiap Satu perwakilan
proses dan kelompok setiap kelompok
hasil proyek mengkomunikasikan menjelaskan
hasil percobaan secara singkat
pembuatan tempe hasil percobaan
dan membimbing pembuatan
peserta didik tempt. Peserta
mengerjakan soal didik secara
soal post test. individu
mengerjakan
soal post test
175

Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran PjBL bermuatan etnosains

No Tahap Pembelajaran Skor

Scientific approach PjBL

1 Mengamati dan Menanya Penentuan pertanyaan 2


mendasar

2 Mengumpulkan Informasi Menyusun jadwal 1


pelaksanaan proyek

3 Eksperimen Penyelesaian proyek dengan 2


fasilitasi dan monitoring
guru

4 Menalar Penyusunan laporan dan 2


presentasi hasil proyek

5 Mengkomunikasikan Evaluasi proses dan hasil 2


proyek

Total Skor 9

Presentase keterlaksanaan pembelajaran 90 %

Sangat
Kategori
Baik
176

Lembar Keterlaksanaan Problem Based Learning (PBL)

Tema : 7. Peristiwa dalam Kehidupan


Subtema : 2.Peristiwa Kebangsaan Seputar Proklamasi
Kelas/Semester : V / Genap
Judul Penelitian : Keefektifan Project Based Learning (PjBL) Bermuatan Etnosains Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa SD
Penyusun : Putri Handayani
Observer : Novita Dewi Lestari, S.Pd
B. Petunjuk
Berilah tanda ceklis ( √ ) pada setiap tahap pembelajaran yang dilakukan guru dan peserta didik, dengan ketentuan sebagai berikut:
Ya : jika guru /peserta didik melakukan aspek kegiatan pembelajaran yang diamati
Tidak : jika guru/peserta didik tidak atau belum melakukan aspek kegiatan pembelajaran yang diamati
177

Tahap Pembelajaran Aspek Penilaian Guru Aspek Penilaian Siswa


Scientific approach PBL Kegiatan Guru Keterlaksanaan Kegiatan Siswa Keterlaksanaan
Ya Tidak Ya Tidak
Mengamati dan Memberikan Membimbing Siswa
Menanya orientasi peserta didik memahami isi
permasalahan mencermati teks teks narasi
kepada siswa proklamasi. sejarah dan
Guru mengajukan menjawab
beberapa pertanyaan beberapa
guna memancing pertanyaan guru
minat siswa untuk mengenai upaya
melakukan apresiasi – upaya bangsa
pada upaya bangsa Indonesia dalam
Indonesia dalam mempertahankan
mempertahankan kedaulatan
kedaulatan
178

Mengumpulkan Mengorganisasikan Membimbing siswa Siswa


Informasi siswa untuk mengumpulkan memahami teks
penyelidikan informasi secara
berkelompok
Eksperimen Pelaksanaan Membimbing siswa Siswa
investigasi menganalisis teks mengumpulkan
secara berkelompok informasi dan
menganalisis
teks secara
berkelompok
Menalar Mengembangkan Guru mengamati Siswa
dan menyajikan aktivitas siswa saat melakukan
hasil melakukan percobaan dan
investigasi dan menyusun
membimbing laporan diskusi
menyusun laporan
diskusi
Mengkomunikasikan Evaluasi proses Mengarahkan setiap Satu perwakilan
dan hasil proyek kelompok setiap kelompok
179

mengkomunikasikan menjelaskan
hasil diskusi secara singkat
pembuatan tempe hasil diskusi
dan membimbing pembuatan
siswa mengerjakan tempe. Siswa
soal post test. secara individu
mengerjakan
soal post test
180

Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)


Kelas Kontrol

No Tahap Pembelajaran Skor

Scientific approach PBL

1 Mengamati dan Menanya Memberikan orientasi 2


permasalahan kepada siswa

2 Mengumpulkan Informasi Mengorganisasikan siswa untuk 1


penyelidikan

3 Eksperimen Pelaksanaan investigasi 2

4 Menalar Mengembangkan dan menyajikan 2


hasil

5 Mengkomunikasikan Menganalisis dan mengevaluasi 1


proses penyelidikan

Total Skor 8

Presentase keterlaksanaan pembelajaran 80 %

Kategori Baik
181

LAMPIRAN 3
Instrumen Validasi
182
183
184
185

VALIDASI SOAL PILIHAN GANDA

(PRETEST dan POSTTEST )

PETUNJUK:

1. Bapak/ Ibu dimohon memberikan penilaian dan saran dengan cara memberi tandacheklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai
dengan keadaan yang ditentukan.
2. Jika Bapak/Ibumerasa perlu memberikan catatan khusus demi perbaikan item dalam soal ini, mohon ditulis langsung pada
naskah soal.
3. Setiap butir soal, berikan skor 1, 2, 3 atau 4. Skor 4 berarti kriteria penulisan soal telah dipenuhi dengan sempurna, dan skor 1
jika kriteria tersebut tidak dipenuhi.

KRITERIA PENULISAN SOAL NOMOR BUTIR SOAL


NO
PILIHAN GANDA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
SYARAT SUBSTANSI
1 Sesuai dengan indikator dalam kisi-
kisi penyusunan soal
2 Indikator yang diujikan sudah dipilih
sesuai dengan relevansi
SYARAT KONSTRUKSI
3 Pengecoh berfungsi (ada beberapa
option yang hampir benar)
186

KRITERIA PENULISAN SOAL NOMOR BUTIR SOAL


NO
PILIHAN GANDA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
4 Hanya ada satu jawaban yang benar
5 Pokok soal dirumuskan dengan jelas
dan tegas
6 Pokok soal TIDAK mengarah ke
jawaban yang benar
7 Pokok soal TIDAK mengandung
pernyataan negatif-ganda
8 Option homogen dan logis ditinjau
dari segi materi
9 Panjang rumusan option relatif sama.
Jika option tidak sama panjang, telah
diurutkan dari yang terpendek ke yang
terpanjang atau sebaliknya
10 Option tidak mengandung pernyataan
“Semua jawaban benar/salah”

11 Butir soal tidak bergantung kepada


jawaban soal sebelumnya
SYARAT BAHASA
12 Menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar
13 Bahasa komunikatif
14 Rumusan pokok soal tidak
mengandung ungkapan yang
bermakna tidak pasti, misal
187

KRITERIA PENULISAN SOAL NOMOR BUTIR SOAL


NO
PILIHAN GANDA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
sebaiknya, pada umumnya, kadang-
kadang
SKOR TIAP ITEM

Skor maksimal = Jumlah indikator x skor maksimal setiap indikator

= 20 x 4 = 80

Skor Nilai Simpulan Semarang, ............................................

20 1 (tidak baik) Item soal tidak dapat digunakan Validator,

21-40 2 (kurang baik) Item soal dapat digunakan dengan revisi besar

41-60 3 (baik) Item soal dapat digunakan dengan revisi kecil

61-80 4 (sangat baik) Item soal dapat digunakan

REKOMENDASI : ....................................................
188

LAMPIRAN 4
Perangkat Pembelajaran
189

Lampiran 4a

Uji Normalitas Data Pre Test

EXAMINE VARIABLES=Nilai_Pretest BY Kelas


/PLOT BOXPLOT STEMLEAF HISTOGRAM NPPLOT
/COMPARE GROUP
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.

[DataSet1]
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
Kelas N Percent N Percent N Percent
Nilai Pretest KBK Kelas Eksperimen 27 100.0% 0 .0% 27 100.0%
Kelas Kontrol 29 100.0% 0 .0% 29 100.0%
Descriptives
Std.
Kelas Statistic
190 Error
Nilai Pretest KBK Kelas Eksperimen Mean 62.93 2.229
95% Confidence Interval for Lower Bound 58.34
Mean Upper Bound 67.51
5% Trimmed Mean 63.21
Median 64.00
Variance 134.148
Std. Deviation 11.582
Minimum 38
Maximum 83
Range 45
Interquartile Range 14
Skewness -.513 .448
Kurtosis -.147 .872
Kelas Kontrol Mean 58.38 2.171
95% Confidence Interval for Lower Bound 53.93
Mean Upper Bound 62.83
5% Trimmed Mean 58.33
Median 56.00
Variance 136.744
Std. Deviation 11.694
Minimum 38
Maximum 80
Range 42
Interquartile Range 18
Skewness .341 .434
Kurtosis -.790 .845

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Nilai Pretest KBK Kelas Eksperimen .113 27 .200 .963 27 .441
Kelas Kontrol .135 29 .192 .944 29 .125
191
192

Kesimpulan :

Hasil output uji normalitas data pre test menggunakan Uji Shapiro-Wilk

menunjukkan bahwa nilai signifikansi kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu

0,441 dan 0,125. Nilai signifikansi kedua kelas tersebut lebih besar dari α = 0,05

artinya data pre test berdistribusi normal.


193

Lampiran 4b

Uji Homogenitas Data Pre Test

ONEWAY Nilai_Pretest BY Kelas


/STATISTICS DESCRIPTIVES HOMOGENEITY
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=LSD T2 ALPHA(0.05).
[DataSet1]

Descriptives
Nilai Pretest KBK
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Lower Upper
N Mean Deviation Std. Error Bound Bound Minimum Maximum
Kelas Eksperimen 27 62.93 11.582 2.229 58.34 67.51 38 83
Kelas Kontrol 29 58.38 11.694 2.171 53.93 62.83 38 80
Total 56 60.57 11.759 1.571 57.42 63.72 38 83

Test of Homogeneity of Variances


Nilai Pretest KBK
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.064 1 54 .802

Kesimpulan :

Hasil output uji homogenitas data pre test menggunakan uji Levene diperoleh

nilai signifikansi 0,802 lebih besar dari 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

data pre test kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang

mempunyai varians sama atau kedua kelas homogen.


194

Lampiran 4c

Uji Normalitas Data Post Test

EXAMINE VARIABLES=Nilai_Posttest BY Kelas


/PLOT BOXPLOT STEMLEAF HISTOGRAM NPPLOT
/COMPARE GROUP
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
[DataSet1] D:\PPS SUKSES\4\Bismillah, Target SUKSES\ANALISIS DATA\NILAI P
OSTTEST KBK.sav

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
Kelas N Percent N Percent N Percent
Nilai Posttest KBK eksperimen 27 100.0% 0 .0% 27 100.0%
kontrol 29 100.0% 0 .0% 29 100.0%
195

Descriptives
Kelas Statistic Std. Error
Nilai Posttest KBK eksperimen Mean 78.56 1.683
95% Lower Bound 75.10
Confidence Upper Bound
Interval for 82.02
Mean
5% Trimmed Mean 79.03
Median 80.00
Variance 76.487
Std. Deviation 8.746
Minimum 55
Maximum 92
Range 37
Interquartile Range 10
Skewness -.814 .448
Kurtosis .759 .872
kontrol Mean 72.62 1.423
95% Lower Bound 69.71
Confidenc Upper Bound
e Interval 75.54
for Mean
5% Trimmed Mean 72.47
Median 71.00
Variance 58.744
Std. Deviation 7.664
Minimum 58
Maximum 90
Range 32
Interquartile Range 10
Skewness .320 .434
Kurtosis .174 .845
196

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai Posttest KBK eksperimen .141 27 .178 .954 27 .270
*
kontrol .103 29 .200 .975 29 .694
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
197

Kesimpulan:

Hasil output uji normalitas data post test menggunakan Uji Shapiro-Wilk

menunjukkan bahwa nilai signifikansi kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu

0,270 dan 0,694. Nilai signifikansi kedua kelas tersebut lebih besar dari α = 0,05

artinya data post test berdistribusi normal.


198

Lampiran 4d

Uji Homogenitas Data Post Test

ONEWAY Nilai_Posttest BY Kelas


/STATISTICS DESCRIPTIVES HOMOGENEITY
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=LSD T2 ALPHA(0.05).
[DataSet1] D:\PPS SUKSES\4\Bismillah, Target SUKSES\ANALISIS DATA\NILAI P
OSTTEST KBK.sav

Descriptives
Nilai Posttest
KBK
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Lower Upper
N Mean Deviation Std. Error Bound Bound Minimum Maximum
eksperimen 27 78.56 8.746 1.683 75.10 82.02 55 92
kontrol 29 72.62 7.664 1.423 69.71 75.54 58 90
Total 56 75.48 8.661 1.157 73.16 77.80 55 92

Test of Homogeneity of Variances


Nilai Posttest KBK
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.228 1 54 .635

Kesimpulan:

Hasil output uji homogenitas data post test menggunakan uji Levene diperoleh
nilai signifikansi 0,635 lebih besar dari 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
data post test kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang
mempunyai varians sama atau kedua kelas homogen.
199

Lampiran 4e

Uji Independent T-Test Data Pre Test

T-TEST GROUPS=Kelas(1 2)
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=Nilai_Posttest

/CRITERIA=CI(.9500).

[DataSet1] D:\PPS SUKSES\4\Bismillah, Target SUKSES\ANALISIS DATA\NILAI P

OSTTEST KBK.sav

Group Statistics
Std. Error
Kelas N Mean Std. Deviation Mean
Nilai Posttest KBK eksperimen 27 78.56 8.746 1.683
kontrol 29 72.62 7.664 1.423

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error
Difference
F Sig. t Df tailed) Difference Difference Lower Upper
Nilai Equal variances
.228 .635 2.705 54 .009 5.935 2.194 1.537 10.333
Posttest assumed
KBK Equal variances
2.693 51.856 .000 5.935 2.204 1.512 10.358
not assumed

Kesimpulan:

Berdasarkan uji dua pihak, diperoleh nilai sig. (2-tailed) 0,009 lebih kecil dari

0,05 sehingga Ho ditolak, artinya pembelajaran PjBL bermuatan etnosains

berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa di kelas V SD.


200

Lampiran 4f

Uji Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol

Hipotesis
H0 : π ≤ 75 % (Proporsi siswa mendapat nilai KBK ≥ 65 belum mencapai
75%)
H1 : π > 75 %(Proporsi siswa mendapat nilai KBK ≥ 65 telah mencapai
75%)

Uji Statistik
Pengujiannya menggunakan statistik z yang rumusnya sebagai
berikut(Sudjana,2005).
x
0
z n
 0 (1   0 )
n
dimana,
z = nilai t yang dihitung
𝑥 =banyak siswa yang tuntas kelas kontrol
𝑛 = banyaknya seluruh siswa kelas kontrol
𝜋0 =proporsi yang diharapkan

Kriteria Pengujian Hipotesis


Kriteria pengujainnya adalah Ho ditolak jika z hitung ≥ z 0,5- α dengan taraf
signifikan 5 % dan z (0,5- α) didapat dario daftar distribusi normal baku
dengan peluang (0,5-α) .

Perhitungan dan Interpretasi Hasil

24
 0,75
z 29
0,75(1  0,75)
29
201

z= 1,038

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai z = 1,038 sedangkan z


hitung
tabel = 0,349, karena z hitung ≥ z tabel maka Ho ditolak. Hasil ini menunjukkan
bahwa proporsi ketuntasan siswa pada kelas kontrol lebih dari 75%.
202

Lampiran 4f

Uji Ketuntasan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas


Eksperimen
Hipotesis
H0 : π ≤ 75 % (Proporsi siswa mendapat nilai KBK ≥ 69 belum mencapai
75%)
H1 : π > 75 %(Proporsi siswa mendapat nilai KBK ≥ 69 telah mencapai
75%)

Uji Statistik
Pengujiannya menggunakan statistik z yang rumusnya sebagai
berikut(Sudjana,2005).
x
 0
z n
 0 (1   0 )
n
dimana,
z = nilai t yang dihitung
𝑥 =banyak siswa yang tuntas kelas kontrol
𝑛 = banyaknya seluruh siswa kelas kontrol
𝜋0 =proporsi yang diharapkan

Kriteria pengujian hipotesis


Kriteria pengujainnya adalah Ho ditolak jika z hitung ≥ z 0,5- α dengan taraf
signifikan 5 % dan z (0,5- α) didapat dario daftar distribusi normal baku
dengan peluang (0,5-α) .

Perhitungan dan Interpretasi Hasil

24
 0,75
z 27
0,75(1  0,75)
27
203

z= 1,663

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai z hitung = 1,663 sedangkan z
tabel = 0,452. Hasil perhitungan menunjukkan z hitung ≥ z tabel maka Ho
ditolak, artinya menunjukkan bahwa proporsi ketuntasan siswa pada kelas
eksperimen lebih dari 75%.
204

Lampiran 4g

Uji Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Eksperimen

One-Sample Test
Test Value = 69
95% Confidence Interval of
the Difference
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper
NILAI POSTTEST
5.677 26 .000 9.556 6.10 13.02
KBK

1. Merumuskan hipotesis
Ho: Rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen tidak
berbeda dengan rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas kontrol
Ha: Rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen berbeda
dengan rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas kontrol
2. Menentukan taraf nyata
Tingkat signifikansi adalah 5 % (α=0,05) dan derajat kebebasan (df)= n-1 =
27-1=26, sehingga t (0,05;26) pada t tabel diperoleh 2,055.
3. Menentukan t hitung
Berdasarkan tabel diperoleh t hitung 5,677
4. Kaidah dan pengambilan keputusan
Kaidah keputusan:

𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka Ho ditolak dan Ha diterima

𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka Ho diterima dan Ha ditolak

Pengambilan Keputusan:

Karena t hitung (5,677) ≥ t tabel (2,055), maka H0 ditolak artinya rata-rata


kemampuan berpikir kreatif pada kelas eksperimen yang menerapkan
205

pembelajaran PjBL bermuatan etnosains lebih besar dari 69, sehingga PjBL
bermuatan etnosains efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif siswa SD.
206

Uji Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelas Kontrol

One-Sample Test
Test Value = 65
95% Confidence Interval of
the Difference
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper
Nilai Posttest
5.354 28 .000 7.621 4.71 10.54
KBK

1. Merumuskan hipotesis
Ho: Rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas kontrol tidak berbeda
dengan rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen
Ha: Rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas kontrol berbeda dengan
rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen
2. Menentukan taraf nyata
Tingkat signifikansi adalah 5 % (α=0,05) dan derajat kebebasan (df)= n-1 =
29-1=28, sehingga t (0,05;28) pada t tabel diperoleh 2,048.
3. Menentukan t hitung
Berdasarkan tabel diperoleh t hitung 5,354
4. Kaidah dan pengambilan keputusan
Kaidah keputusan:

𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka Ho ditolak dan Ha diterima

𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka Ho diterima dan Ha ditolak

Pengambilan Keputusan:

Karena t hitung (5,354) ≥ t tabel (2,048), maka H0 ditolak artinya rata-rata


kemampuan berpikir kreatif pada kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran
PBL lebih besar dari 65, sehingga pembelajaran PBL efektif ditinjau dari
kemampuan berpikir kreatif siswa SD.
207

Lampiran 4h

Uji Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa (N-Gain)


Kelas Eksperimen

No Nama Pre Test Post N-Gain Kriteria


Test
1 Eko Priyatno 58 70 0,29 Sedang
2 Malsi Gandi Salsi 38 55 0,27 Sedang
3 Dani Fadilah R 70 75 0,17 Rendah
4 Lina Septiana 72 88 0,57 Sedang
5 Andika R.T.P 62 78 0,42 Sedang
6 Ikbal Ramadhani 40 65 0,42 Sedang
7 Aditya Nanda Pratama 64 70 0,17 Rendah
8 Adi Kurniawan 60 80 0,50 Sedang
9 Fathul Ramadhani 50 75 0,50 Sedang
10 Sahri Romadoni 55 78 0,51 Sedang
11 Wahda Rozan Tafdila 72 90 0,74 Tinggi
12 Azhar Rizki Saputra 71 80 0,31 Sedang
13 Devina Felda 70 84 0,47 Sedang
14 Arif Safarianto 45 63 0,33 Sedang
15 Fadhil Barana 83 92 0,73 Tinggi
16 Vania Nazwa. A 58 86 0,77 Tinggi
17 Joko Setya Budi 65 78 0,37 Sedang
18 Aulia Dwi. R 80 87 0,35 Sedang
19 Fendi Faozan 61 80 0,49 Sedang
20 Restu Bayu M.P 47 78 0,78 Tinggi
21 Aisna Zaita. A 64 75 0,31 Sedang
22 Silvia Yuliana 77 90 0,77 Tinggi
23 Khalif Refky R 75 82 0,28 Sedang
24 Fitri Ayudina 72 85 0,46 Sedang
25 Febrian Lanang 65 83 0,51 Sedang
26 Halilintar Gazada 65 82 0,49 Sedang
27 Reyzio R 60 72 0,30 Sedang
208

Uji Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa (N-Gain)

Kelas Kontrol

No Nama Pre Test Post Test N- Kriteria


Gain
1 Galih Pratama 53 78 0,53 Sedang
2 Achmad Saljul Afkar 43 73 0,53 Sedang
3 Aditya Maulana 77 80 0,13 Rendah
4 Afrisa Wahyuningsih 38 58 0,32 Sedang
5 Ardhan Alana Putra 40 60 0,33 Sedang
6 Bangkit Bagus 60 68 0,20 Rendah
Santosa
7 Dava Angga Putra 50 68 0,36 Sedang
8 Defina Kumala Sari 74 85 0,42 Sedang
9 Dheztina Muzayanah 52 68 0,33 Sedang
10 Fadlul Izzi Ramadhan 80 88 0,40 Sedang
11 Fadhil Mukhammad. 57 63 0,14 Rendah
A
12 Faiq Nur Fitriyadi 72 90 0,55 Sedang
13 Fandyasa Dwi.R 50 62 0,24 Rendah
14 Fauzi Suprayogi 55 65 0,22 Rendah
15 Ibnu Azis Ramadhani 58 70 0,29 Sedang
16 Kharisma Dwi Putri 47 71 0,45 Sedang
17 Kukuh Dwi Hantoro 75 77 0,08 Rendah
18 Mackayla 53 73 0.43 Sedang
Queentara.P
19 Mochamad Budi 65 75 0,29 Sedang
Insani
20 Riko Firmansyah 65 77 0,34 Sedang
21 Rizal Naufal Al 75 78 0,12 Rendah
Farros
22 Rizki Ramadhan. S 52 71 0,40 Sedang
23 Shafa Nafita Azalia 50 70 0,40 Sedang
24 Tegar Ramadani.Y 55 75 0,44 Sedang
25 Wildatun Na’imah 60 76 0,40 Sedang
26 Erfan Setyadi 47 70 0,43 Sedang
27 Aisyah Nur Fadhillah 56 68 0,27 Sedang
28 Dipta Pratama Putra 58 71 0,31 Sedang
29 Indah Ismiyatun 76 78 0,08 Rendah
209

Lampiran 4i

Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa


Kelas Eksperimen
Kelompok No Fluency Flexibility Originality Elaboration Jumlah
1 2 10 4 6 5 3 7 8 9
1 A1 3 2 4 3 2 2 3 2 2 2 25
A2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 21
A3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 21
A4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 30
A5 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 27
2 B1 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 25
B2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 23
B3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
B4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
B5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
3 C1 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 39
C2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 27
C3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 25
C4 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 22
C5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
4 D1 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 39
D2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
D3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
D4 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 26
D5 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 38
D6 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 31
5 E1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
E2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 32
E3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 29
E4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 31
E5 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 31
E6 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 28
Jumlah Skor 73 80 90 80 76 75 80 82 80 83 799
Rata – rata (%) 81 77 81 81,5 80,1
Kriteria Sangat Kreatif Kreatif Sangat Kreatif Sangat Kreatif Kreatif
210

Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa


Kelas Kontrol
Kelompok No Fluency Flexibility Originality Elaboration Jumlah
1 2 10 4 6 5 3 7 8 9
1 A1 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 28
A2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 25
A3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
A4 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 26
A5 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 27
2 B1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
B2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 28
B3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 32
B4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 28
B5 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 26
B6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
3 C1 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 24
C2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 21
C3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 21
C4 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 25
C5 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 25
C6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
4 D1 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 22
D2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
D3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 21
D4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 21
D5 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 22
D6 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 24
5 E1 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 24
E2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 22
E3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 22
E4 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 22
E5 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 22
E6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
Jumlah 64 66 78 69 65 64 67 70 69 77 688
Rata-rata (%) 69,3 66 68,5 73 69,2
Kriteria Kreatif Kreatif Kreatif Kreatif Kreatif
211

Dokumentasi Penelitian Kelas Eksperimen

Foto 1. Pembagaian Kelompok Oleh Guru


212

Foto 2. Siswa Berkunjung ke Rumah Produksi Tempe

Foto 3. Siswa Membuat Produk Tempe


213

Foto 4. Siswa Menyajikan Hasil Pembuatan Proyek Pembuatan Tempe

Foto 5. Siswa Melakukan Diskusi


214

Foto 6. Siswa Mengerjakan Post Test

Dokumentasi Penelitian Kelas Kontrol

Foto 1. Pembagaian Kelompok Oleh Guru


215

Foto 2. Siswa Memahami Teks Sejarah dan Perkembangan Tempe

Foto 3. Siswa Melakukan Diskusi Kelas


216

Foto 4. Siswa Mengerjakan Soal Post Test

Anda mungkin juga menyukai