Anda di halaman 1dari 26

PENERAPAN MODEL INQUIRY SEBAGAI USAHA UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM


PEMBELAJARAN IPA KELAS V SDN PRANGGONG 2 KECAMATAN
ARAHAN KABUPATEN INDRAMAYU

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

MU’IDATUSSYARIFAH
1886206035

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
NAHDLATUL ULAMA
INDRAMAYU
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Hirabbil’alaminpuji dan syukur saya panjatkan kepada

Ilahi Robbi yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, dan melimpahkan

rahmatnya, sehingga bisa terselesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model

Inquiry Sebagai Usaha untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

dalam Pembelajaran IPA Kelas V SDN Pranggong 2 Kecamatan Arahan

Kabupaten Indramayu”. Tujuan pembuatan skripsi ini adalah untuk memenuhi

salah satu syarat tugas akhir program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Nahdlatul Ulama Indramayu.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak sekali

kekurangan oleh karena itu, masih harus dilakukan pembenahan yang lebih lanjut

dalam penulisanskripsi ini. Walaupun demikian penulis berharap semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak yang membaca.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

membantu penulisan Skripsi ini. Karena tanpa berbagai pihak yang membantu

tidak mungkin skripsi ini terselesaikan.

Indramayu,
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Pendidikan menurut bahasa Yunani berasal dari kata pedagogi,

yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing.

Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni

mengajar anak (the art and science of teaching children). Sedangkan

dalam bahasa Romawi pendidikan berasal dari kata educare, yaitu

mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang

dibawa waktu dilahirkan didunia.

Sedangkan pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 2 Tahun 1989,

“Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/latihan bagi peranannya dimasa yang

akan datang”. Sedangkan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003,

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinyauntuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat”.

Menurut para ahli, definisi pendidikan adalah “ Berbagai upaya

dan usaha yang dilakukan orang dewasa untuk mendidik nalar peserta

didik dan mengatur moral mereka”. Ki Hajar Dewantara mengartikan

pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran


serta jasmani anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu

hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakat.

Paulo Freire mengatakan bahwa pendidikan merupakan jalan menuju

kebebasan yang permanen dan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama

adalah masa seseorang menyadari akan pembebasan mereka, melalui

praksis untuk mengubah keadaan. Tahap kedua dibangun atas tahap yang

pertama dan merupakan sebuah proses tindakan kultural yang

membebaskan. ( Nasir :2016, 1)

Salah satu ilmu pengetahuan yang dipelajari pada berbagai jenjang

pendidikan adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari alam dan gejala-gelajanya atas dasar unsur

sikap, proses, produk, dan aplikasi yang mana keempat unsur tersebut

merupakan satu kesatuan. Pembelajaran IPA di sekolah tidak serta merta

lepas dari masalah, terdapat beberapa masalah yang muncul dari

pelaksanaan pembelajaran IPA di sekolah. Pembelajaran IPA di sekolah

tidak serta merta lepas dari masalah, terdapat beberapa masalah yang

muncul dari pelaksanaan pembelajaran IPA di sekolah.

Salah satu ilmu pengetahuan yang dipelajari pada berbagai jenjang

pendidikan adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari alam dan gejala-gelajanya atas dasar unsur

sikap, proses, produk, dan aplikasi yang mana keempat unsur tersebut

merupakan satu kesatuan. Pembelajaran IPA di sekolah tidak serta merta

lepas dari masalah, terdapat beberapa masalah yang muncul dari


pelaksanaan pembelajaran IPA di sekolah. Pembelajaran IPA di sekolah

tidak serta merta lepas dari masalah, terdapat beberapa masalah yang

muncul dari pelaksanaan pembelajaran IPA di sekolah.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas

masalah yang muncul ketika pembelajaran IPA ialah terdapat di kelas V di

SDN Pranggong 2 Kecamatan Arahan Kabupaten Indramayu pada tahun

2022, 50% siswa kelas V yang diatas KKM. Ada beberapa masalah yang

timbul di sekolah tersebut, tampak terdapat rendahnya kemampuan

berpikir kritis siswa dan rendahnya hasil belajar. Hal ini tampak dari

keaktivan siswa dalam bertanya dan berinteraksi masih tergolong sangat

minim. Dalam pembelajarannya siswa belum diarahkan untuk belajar

melalui proses berfikir. Dalam pelaksanaannya siswa belum dilatih untuk

dapat merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data,

menguji hipotesis dan menyimpulkan, guru sering mengajar apa adanya

sehingga pembelajaran seperti teacher centris, materi yang disampaikan

guru sama dengan yang ada di buku yang dapat mereka pelajari di rumah,

dalam pembelajaran guru belum merancang kegiatan belajar yang

memungkinkan siswa melakukan kegiatan penemuan, guru belum

memberikan masukan dan motivasi pada siswa dalam pembelajaran. Guru

juga belum memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran yang

memiliki peranan penting dalam sumber belajar. Hal tersebut dapat

mengakibatkan pembelajaran IPA di kelas menjadi tidak menarik, siswa

kurang antusias, malas,ramai sendiri dan banyak siswa yang tidak


memperhatikan materi yang diajarkan oleh guru. Sehingga tujuan dari

mata pelajaran IPA belum tercapai.

Hal ini ditunjukan dengan data rata-rata ulangan harian siswa kelas

V SDN Pranggong 2 Kecamatan Arahan Kabupaten Indramayu dengan

hasil ulangan IPA menunjukkan masih belum maksimal yaitu hanya 9

siswa yang memperoleh nilai melebihi KKM dari 20 siswa. Dengan

melihat data hasil belajar dan pelaksanaan mata pelajaran

tersebutdiperlukan adanya suatu upaya untuk mengadakan perbaikan dan

meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui penelitian tindakan

kelas, agar siswa menjadi aktif dalam mengembangkan ketrampilan serta

memahami konsep-konsep IPA dengan mudah sehingga hasil belajar siswa

dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan

sekolah. Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan secara inkuiri (inquiry)

untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah

serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.

Model inkuiri ini lebih mengaitkan dengan kehidupan sekitar atau dunia

nyata.

Hal tersebut menegaskan bahwa pendidikan IPA diarahkan untuk

inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Dalam

pembelajaran IPA siswa diajarkan untuk memperoleh pengetahuan melalui

pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan komunikasi untuk


mengembangkan rasa ingin tahu dan berpikir kritis serta menghasilkan

suatu penjelasan yang dapat dipercaya.

Menurut Webster‟s Collegiate Dictionary kata inkuiri (inquiry)

berarti pertanyaan atau penyelidikan. Piaget memberikan definisi

pendekatan inquiry sebagai pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi

anak untuk melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-

pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka

ajukan. Kuslan dan Stone (Dahar dan Liliasari ; 1986 dalam Iskandar.

Srini M : 2001,70 ) mendefinisikan pendekatan inquiry sebagai pengajaran

dimana guru dan murid-murid mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah

dengan pendekan dan jiwa para ilmuwan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perlu

dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model

Inquiry Sebagai Usaha untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa dalam Pembelajaran IPA Kelas V SDN Pranggong 2

Kecamatan Arahan Kabupaten Indramayu”

Buat sesi dini, pendidikan yang sukses ditunjukkan dengan

dikuasainya modul pelajaran oleh siswa. Tingkatan penguasaaan siswa

terhadap modul pendidikan umumnya dinyatakan dengan nilai hasil

belajar. Tetapi demikian, realitas yang timbul di lapangan bersumber pada

analisis serta refeleksi hasil uji formatif modul tentang “Kalor dan

Perpindahan” pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas V SD

Negeri Pranggong 2 Kecamatan Arahan Kabupaten Indramayu


menunjukan rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi

pelajaran tersebut. Terbukti hanya 8 orang dari 23 siswa yang mencapai

tingkat penguasaan materi sebesar 35% keatas.

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kelas V SDN

Pranggong 2 kecamatan Arahan kabupaten Indramayu, masalah yang

terjadi pada pembelajaran mata pelajaran IPA yaitu :

1. Siswa tidak memiliki inisiatif untuk bertanya.

2. Model yang diginakan oleh guru masih mengacu pada model

yang bersifat konvensional, sehingga mengakibatkan

pembelajaran dikelas cepat membosankan.

3. Pola pembelajaran IPA masih bersifat teoritik semata

mengutamakan materi atau bahan ajar yang berasal dari buku.

Sumber belajar yang digunakan kurang memberi tuntutan

kepada siswa untuk bisa belajar mandiri dan menggunakan

aktifitas berpikirnya dalam menganalisis suatu masalah yang di

berikan.

4. Hasil belajar siswa yang rendah.

C. Pembatan Masalah

Dari permasalahan-permasalahan yang dikemukakan diatas, sesuai

dengan kesanggupan peneliti, maka peneliti hanya membahas tentang:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model

pembelajaran inquiry
2. Subjek penelitian tersebut adalah siswa kelas V SDN

Pranggong 2 kecamatan Arahan kabupaten Indramayu

3. Penelitian ini berfokus pada peningkatan kemampuan berpikir

kritis siswa dalam mata pelajaran IPA

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat dirumuskan

adanya permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan Model Inquiry pada siswa kelas V pada

mata pelajaran IPA di SDN Pranggong 2 kecamatan Arahan

kabupaten Indramayu?

2. Apakah pembelajaran IPA dengan model Inquiry dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SDN

Pranggong 2 kecamatan Arahan kabupaten Indramayu?

E. Tujuan Penelitian

Bertolak dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin

dicapai sehubungan dengan tindakan yang akan dilakukan adalah :

1. Untuk mengetahui penerapan model Inquiry pada siswa kelas

V dalam mata pelajaran IPA di SDN Pranggong 2 Kecamatan

Arahan Kabupaten Indramayu.

2. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam

pembelajaran IPA melalui model Inquiry pada siswa Kelas V

dalam mata pelajaran IPA di SDN Pranggong 2 Kecamatan

Arahan Kabupaten Indramayu


F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai sumber referensi bagi calon guru.

b. Berguna untuk menambah wawasan tentang pembelajaran dengan

model pembelajaran inquiry khususnya pada mata pelajaran IPA.

c. Sebagai bahan perbandingan peneliti mengembangkan penelitian

yang sejenis

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1) Untuk mengembangkan kemampuan merencanakan strategi

atau model pembelajaran yang lebih menarik.

2) Sebagai peningkatan kualitas pembelajaran IPA di kelas.

b. Bagi Siswa

1) Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil

belajar IPA di Sekolah Dasar

2) Sebagai peningkatan kualitas pembelajaran IPA di kelas

c. Bagi Sekolah

1) Meningkatkan pengetahuan baru bagi guru-guru di SD Negeri

Pranggong 2 kecamatan Arahan kabupaten Indramayu tentang

model pembelajaran Inquiry

2) Sebagai pengadaan pembaharuan model-model pembelajaran


G. Sistematik Penulisan

1. BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini ialah pendahuluan dari totalitas isi skripsi( PTK). Bab ini

meliputi latar balik kasus, identifikasi permasalahan, ruang lingkup

ataupun batas sistem yang hendak dibahas, tujuan serta khasiat, model

yang hendak digunakan serta sistematika penyusunan.

2. BAB 2 KAJIAN TEORITIS

Bab ini akan menjelaskan teori-teori pendukung yang berhubungan

dengan peningkatan hasil belajar matematika siswa.

3. BAB 3 METODOLOGI

Bab ini hendak mangulas tentang tata cara riset yang digunakan

pada bab 1 dan menunjukkan hasil analisis serta perancangan yang

hendak dirancang dalam tingkatkan hasil belajar matematika siswa.

4. BAB 4 HASIL serta PEMBAHASAN

Bab ini hendak mangulas Hasil serta Ulasan yang dibesarkan berisi

tahapan uji coba/ pendapat/ penilaian terhadap hasil rancangan, sistem,

serta produk yang sudah dihasilkan dalam bab 3.

5. BAB 5 SIMPULAN serta SARAN

Bab ini berisi simpulan secara totalitas yang diperoleh dari hasil

analisis serta perancangan sistem dan anjuran buat pelaksanaan serta

pengembangan lebih lanjut dari sistem aplikasi yang bersangkutan.


BAB II
KAJIAN TEORITIS

2.1 Konsep Teori Variabel terikat

a. Pengertian Berpikir Kritis

Terdapat berbagai pengertian berpikir kritis. Beyer (1995)

menawarkan definisi yang paling sederhana: “Berpikir kritis berarti

membuat penilaian-penilaian yang masuk akal”. Beyer memandang

berpikir kritis sebagai menggunakan criteria untuk menilai kualitas

sesuatu, dari kegiatan yang paling sederhana seperti kegiatan normal

sehari-hari sampai menyusun kesimpulan dari sebuah tulisan yang

digunakan seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pernyataan-

pernyataan, ide-ide, argumen-argumen, penelitian, dan lain-lain). Facione

(2006) menyatakan bahwa berpikir kritis sebagai pengaturan diri dalam

memutuskan (judging) sesuatu yang menghasilkan interpretasi, analisis,

evaluasi, dan inferensi, maupun pemaparan menggunakan suatu bukti,

konsep, metodologi, kriteria, atau pertimbangan kontekstual yang menjadi

dasar dibuatnya keputusan. Berpikir kritis penting sebagai alat inquiry.

Berpikir kritis merupakan suatu kekuatan serta sumber tenaga dalam

kehidupan bermasyarakat dan personal seseorang.

Secara umum nampak bahwa berpikir kritis yaitu proses intelektual

yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian

atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan

mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi,


pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan

membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan.

Terdapat berbagai rujukan yang mengemukakan indikator berpikir

kritis, yang dikemukakan berikut ini. Wade (1995) mengidentifikasi

delapan karakteristik berpikir kritis, meliputi:

1) Kegiatan merumuskan pertanyaan,

2) Membatasi permasalahan,

3) Menguji data-data,

4) Menganalisis berbagai pendapat dan bias,

5) Menghindari pertimbangan yang sangat emosional,

6) Menghindari penyederhanaan berlebihan,

7) Mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan

8) Mentoleransi ambiguitas

Beyer (1995) menjelaskan karakteristik yang berhubungan dengan

berpikir kritis berikut:

a. Watak (dispositions) Seseorang yang mempunyai keterampilan

berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka,

menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data

dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari

pandanganpandangan lain yang berbeda, dan akan berubah

sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.

b. Kriteria (criteria) Berpikir kritis harus mempunyai sebuah

kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus


menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai.

Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber

pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda.

Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah

berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta,

berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari

logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan

yang matang.

c. Argumen (argument) Argumen adalah pernyataan atau

proposisi yang dilandasi oleh data-data. Keterampilan berpikir

kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan

menyusun argumen.

d. Pertimbangan atau pemikiran (reasoning) Kemampuan ini

adalah untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa

premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan

antara beberapa pernyataan atau data.

e. Sudut pandang (point of view) Sudut pandang adalah cara

memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan

konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan

memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang

yang berbeda.

f. Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria)

Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan


prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan

permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil, dan

mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.

Berdasarkan indikator berpikir kritis menurut pendapat para

ahli tersebut, peneliti mengambil kesimpulan bahwa terdapat

beberapa kesamaan mengenai indikator-indikator yang telah

dipaparkan. Oleh sebab itu, peneliti mengambil 6 indikator sebagai

fokus penelitian yang dturunkan berdasarkan para ahli tersebut.

Indikator-indikator tersebut antara lain, (1)

b. Pembelajaran

1) Pengertian Belajar

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang sangat

kompleks sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

sendiri. Siswa adalah sebagai penentu terjadinya atau tidak terjadinya

proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu

yang ada dilingkungannya.

Beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar. Menurut

Gagne adalah interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif

siswa dengan stimulus dari lingkungan. Proses kognitif tersebut terdiri

dari informasi verbal, keterampilan, intelektual, keterampilan motorik,

sikap dan siasat kognitif (Dimyati dan Mudjiono, 1999:11). Menurut

Uzer Usman (1993:4) berpendapat belajar adalah perubahan tingkah

laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan
individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu

berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut Purwanto, N (1995:85) berpendapat belajar merupakan

perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti

perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak

dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang

terjadi pada diri seorang bayi. Belajar harus menghasilkan perubahan

tingkah laku. Hasil tersebut dapat berupa: Pengetahuan, Keterampilan,

( dari tidak dapat melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan), serta

nilai dan sikap (dari tidak dapat berlaku sopan sampai mengetahui,

memahami, menguasai, dan dapat bertingkah laku sopan), belajar

akan berlangsung dengan baik apabila perubahan-perubahan berikut

terjadi: (1) penambahan informasi, (2) mengembangkan atau

meningkatkan pengertian, (3) penerimaan sikap-sikap baru, (4)

mengerjakan sesuatu dengan apa yang telah dipelajari (Surjadi,

1983:3).

Jadi belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku menjadi

lebih baik dengan latihan atau pengalaman yang dipengaruhi oleh

keadaan interal dan lingkungan yang menghasilkan suatu hasil belajar

atau kemandirian diri.


2.2 Konsep Teori Variabel Bebas

a. Model Pembelajaran Inquiry

Menurut Dakir (1989:54), model Inquiry adalah model

pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk

menemukkan sendiri pemecahan permasalahan atas dasar pemikiran

dan pengamatannya. Lebih lanjut Syaiful Bahri Djamariah & Aswan

Zain (1996:22) menyatakan bahwa pendekatan Inquiry adalah belajar

mencari dan menemukakan sendiri. Dalam pendekatan sistem

pembelajaran ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk

yang final, tetapi peserta didik diberi peluang untuk mencari dan

menemukan sendiri dengan teknik pendekatan pemecahan masalah.

Model inquiry merupakan model pembelajaran yang berupaya

menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga

dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri,

mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa

benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru

dalam pembelajaran dengan model inquiry adalah sebagai pembimbing

dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu

disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan

juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas

guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam

rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih


diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan

masalah harus dikurangi (Sagala, 2004)

b. Karakteristik Model Pembelajaran Inquiry

Karakteristik di dalam suatu model pembelajaran adalah salah satu

hal yang harus diperhatikan karena berpengaruh terhadap model

pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, sudah

banyak para ahli yang berpendapat tentang karakteristik dalam model

pembelajaran salah satunya dalam model pembelajaran inquiry

diantaranya :

Menurut Kuhithau dan Carol (2006:76), menyatakan :

1) Siswa belajar dengan aktif dan memikirkan sesuatu

berdasarkan pengalaman.

2) Siswa belajar dengan aktif membangun apa yang telah

diketahuinya atau bimbingan pada proses belajar.

3) Perkembangan peserta didik terjadi pada serangkaian

tahap

4) Siswa melalui interkasi sosial dengan lainnya.

5) Siswa memiliki cara belajar yang berbeda satu sama

lainnya.

6) Siswa belajar melalui interaksi social dengan yang

lainnya.
Sedangan menurut Hamruni (2012:89) menyatakan sebagai

berikut:

1) Menekankan kepada aktivitas siswa untuk mencari dan

menemukan.

2) Aktivitas belajar siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari sesuatu yang

dipertanyakan sehingga dapat menumbuhkan sikap

percaya diri (self belief)

3) Mengembangkan kemampuan berfikir secara

sistematis,logis dan kritis.

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Inquiry

Langkah-langkah yang terdapat dalam setiap model pembelajaran

digunkan untuk mempermudah guru atau penggunaan model dalam

mengaplikasikannya pada saat kegiatan belajar mengajar. Pengelolaan

kelas menjadi lebih terarah apabila model pembelajaran yang kita

gunakan sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran. Sama

halnya dengan langkah- langkah model inquiry saat digunakan di dalam

kelas. Berikut beberapa langkah-langkah model pembelajaran inkuiri

terbimbing menurut para ahli :

Menurut Ngalimun (2012:35) pembelajaran inquiry adalah sebagai

berikut :

1) Penerimaan dan pendefisian masalah (perceiving and

defining a problem)
2) Pengembangan Hipotesis

3) Pengumpulan Data

4) Pengujian Hipotesis (Hipotesis Testing)

5) Penarikan Kesimpulan.

Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2007:141) menjelaskan

tahapan pembelajaran inquiry terbimbing sebagai berikut :

1) Merumuskan Masalah. Guru membimbing siswa

mengidentifikasi masalah, guru membagi siswa dalam

kelompok.

2) Mengembangkan Hipotesis. Guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk curah pendapat dalam

membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam

menentukan hipotesis yang relevan dengan

permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana

yang menjadi prioritas penyelidikan.

3) Merancang percobaan. Guru membimbing siswa

mengurutkan langkah-langkah percobaan yang sesuai

dengan hipotesis yang akan dilakukan.

4) Melakukan percobaan. Guru membimbing siswa

mendapatkan informasi melalui percobaan.

5) Mengumpulkan data dan menganalisis. Guru

memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk

menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.


6) Membuat kesimpulan. Guru membimbing siswa dan

membuat kesimpulan.

d. Kalebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inquiry

1. Kelebihan Model Pembelajaran Inquiry

Model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang

banyak dianjurkan dan digunakan di sekolah khususnya sekolah dasar.

Berikut ini adalah beberapa kelebihan pembelajaran inkuiri menurut

Suryosubroto (2009:185) mengemukakan bahwa inquiry memiliki

keunggulan :

1) Membantu peserta didik mengembangkan atau

memperbanyak persediaan dan penguasaan

keterampilan dan proses kognitif peserta didik.

2) Pengetahuan yang diperoleh bersifat sangat kukuh

dalam arti pendalaman.

3) Membangkitkan gairah belajar pada peserta didik.

4) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk bergerak

maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.

5) Menyebabkan peserta didik mengarahkan sendiri cara

belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan

termotivasi dalam belajar.

6) Membantu memperkuat pribadi peserta didik dengan

bertambahnya kepercayaan diri peserta didik.


7) Model pembelajaran ini berpusat pada peserta didik

sehingga pendidik hanya menjadi teman belajar.

Menurut Dimyati ( 2000 : 45), kelebihan dari model

pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :

1) Kemungkinan yang besar untuk membantu memperbaiki

atau memperluas persediaan dan penguasaan keterampilan

dan proses kognitif siswa.

2) Memungkinkan pengetahuan yang melekat erat pada diri

siswa.

3) Menimbulkan gairah belajar pada siswa.

4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju

berkelanjutan.

5) Menyebabkan siswa termotivasi untuk belajar.

6) Membantu memperkuat konsep diri siswa.

7) Berpusat pada siswa, berperan sebagai fasilitator dan

pendinamisator dari penemuan.

8) Membantu perkembangan siswa.

9) Tidak menjadikan guru satu-satunya sumber belajar.

2. Kelemahan Model Pembelajaran Inquiry

Semua model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan

kelemahan, begitu juga dengan model pembelajaran inquiry terbimbing.

Disamping kelebihan ada juga kekurangan dalam model pembelajaran


inquiry terbimbing, Berikut kelemahan model pembelajaran inquiry

terbimbing menurut beberapa para ahli :

Kelemahan Model Pembelajaran inquiry Terbimbing


Menurut Suryosubroto (2009:186) antara lain :
1) Diperlukan keharusan dan kesiapan mental untuk cara
belajar.
2) Kurang berhasil dikelas besar
3) lebih mengutamakan dan mementingkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan memberi kesan terlalu idealis.
4) Sulit dalam merancang pembelajaran karena terbentur
dengan kebisaan siswa dalam belajar.
5) Sulit mengontrol kegiatan siswa.
Dimyati (2000 : 46) mengemukakan kekurangan model

pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :

1) Mempersyaratkan suatu proses persiapan kemampuan berfikir

yang dapat dipercaya.

2) Kurang efektif untuk mengajar siswa dengan jumlah yang

banyak.

3) Memerlukan fasilitas yang memadai.

4) Kebebasan yang diberikan kepada peserta didik tidak

selamanya dapat dimanfaatkan secara optimal.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan, bahwa kelemahan

dari model pembelajaran inquiry terbimbing adalah memerlukan waktu

yang panjang dalam mengimplementasikannya dalam proses belajar

mengajar sehingga pendidik sering sulit menyesuaikan dengan waktu

yang telah ditentukan dlam merencanakan pembelajarannya cukup sulit


karena terhambat oleh kebiasaan peserta didik dalam belajar yang

dimana proses pembelajarannya hanya guru yang lebih mendominasi

atau gru yang lebih aktif.

Inquiry melibat komunikasi yang berarti tersedia suatu ruang,

peluang, dan tenaga bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan dan

pandangan yang logis, obyektif, dan bermakna, dan untuk melaporkan

hipotesis mereka. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk

memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan

secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.

Dengan demikian, peran utama guru dalam pembelajaran inkuiri

adalah : Motivator. Memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah

berpikir. Fasilitator. Menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan

dalam proses berpikir siswa. Penanya. Menyadarkan siswa dari

kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan pada diri

sendiri. Administrator. Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan

didalam kelas. Pengarah. Memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada

tujuan yang diharapkan. Manajer, Mengelola sumber belajar, waktu,

dan organisasi kelas. Dan Rewarder, Memberi penghargaan pada

prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat inkuiri pada

siswa.
e. Mata Pelajaran IPA

1. Hakekat IPA

Kata IPA merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam” .

kata Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata-kata

Bahasa Inggris ”Natural Science” secara singkat sering disebut

“Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau

bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi

Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) atau science itu secara harfiah dapat

disebut sebagai ilmu tentang alam ini. Ilmu yang mempelajari

peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Untuk selanjutnya kita akan

menggunakan kata IPA sebagai suatu istilah.( Iskandar. Sarini

M:2001.2 )

Sains merupakan ilmu empirik yang membahas tentang fakta dan

gejala alam maka dalam pembelajarannya harus factual, artinya tidak

hanya secara verbal sebagaimana terjadi pada pembelajaran secara

tradisional (Asyari,Muslichah:2006,22).

2. Tujuan Pembelarajan IPA

Menurut Sulistyorini,(2007: 15).

(1) Memahami alam sekitar;

(2) Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu berupa

keterampilan proses/metode ilmiah;

(3) Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitar dan

memecahkan masalah yang dihadapinya. Sikap ilmiah yang


dikembangkan meliputi: sikap ingin tahu (curiousity), ingin

mengetahui sesuatu yang baru (orginality), sikap kerjasama (co

operation), sikap tidak putus asa (perseverence), tidak

berprasangka (open mindedness), mawas diri (self criticism),

bertanggung jawab (responsibility), berpikir bebas

(independence in thinking),dan disiplin diri (self discipline);

(4) Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Menurut Khaeruddin (2007: 182-183), mata pelajaran IPA

bertujuan antara lain: Membekali peserta didik memiliki

kemampuan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman

konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap

positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling

mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat,

mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Sedang

ruang lingkup bahan kajian IPA meliputi aspek-aspek berikut : (1)

makhluk hidup dan proses kehidupan; (2) benda/materi, sifat-sifat

dan kegunaannya; (3) energi dan perubahannya; (4) bumi dan alam

semesta.

Anda mungkin juga menyukai