Anda di halaman 1dari 51

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TIPE PICTORIAL


RIDDLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(Penelitian Tindakan Kelas pada Materi Daur Air dan Peristiwa Alam
di Kelas V SDN Kareo Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka
Tahun Ajaran 2016/2017)

PROPOSAL

diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

...............................................
NPM. .........................................

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
UNIVERSITAS MAJALENGKA
2017
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TIPE PICTORIAL
RIDDLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
(Penelitian Tindakan Kelas pada Materi Daur Air dan Peristiwa Alam
di Kelas V SDN Kareo Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka
Tahun Ajaran 2016/2017)

..............................................
NPM. ........................

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi masih kurangnya hasil belajar IPA pada materi daur
air dan peristiwa alam di kelas V SDN Kareo Kecamatan Banjaran Kabupaten
Majalengka, bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran
ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Kriteria Ketuntasan Minimal 75, melalui
model inkuiri tipe pictorial riddle. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas dimana peneliti bekerjasama dengan guru kelas V SDN Kareo sebagai
observer Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Kareo sebanyak 13 siswa
terdiri dari 5 orang siswa laki-laki dan 8 orang siswa perempuan. Teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data adalah tes observasi dan dokumentasi. Data
yang diperoleh berupa hasil tes data primer dan hasil observasi serta observasi
sebagai duta sekunder. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif kuantan untuk menganalisis hasil tes akhir setiap tindakan dan analisis
deskriptif kualitatif untuk hasil observasi setiap tindakan. Penelitian dilaksanakan
dalam siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model inkuiri tipe
pictorial riddle dalam pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas V SDN Kareo, Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai dari
sebelum pemberian tindakan hingga siklus II Nilai rata-rata kelas yang diperoleh
siswa sebelum tindakan adalah 70 sedangkan persentase siswa yang mencapai
ketuntasan belajar adalah 38%. Pada siklus I nilai rata-rata kelas yang diperoleh
adalah 72 dengan persentase ketuntasan belajar adalah 54% sedangkan pada siklus
II nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah 84 sedangkan persentase jumlah
siswa yang memperoleh nilai mencapai ketuntasan belajar adalah 100%,
Kesimpulan penerapan model inkuiri tipe pictorial riddle dapat meningkatkan
hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Kareo Kecamatan Banjaran Kabupaten
Majalengka. Saran dan peneliti dalam melaksanak. pembelajaran dengan model
inkuiri tipe pictorial riddle lakukanlah persiapan yang benar-benar matang
terutama dalam mempersiapkan pictorial riddle yang akan dilakukan di kelas.

Kata Kunci: Hasil belajar IPA, model inkuiri tipe pictorial pembelajaran IPA.

i
BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan satu proses dalam membantu peserta didik untuk

mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki agar berkembang sesuai

dengan usia perkembangannya. Pendidikan diarahkan untuk mengembangkan

sumber daya manusia yang berkualitas, yang memiliki kompetensi yang

dibutuhkan untuk memasuki kehidupan masa depan. Pembelajaran

merupakan proses penting dalam pendidikan. Menurut Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan tentang Standar Proses Pendidikan dan

Menengah Nomor 22 Tahun 2016 dikemukakan sebagai berikut:

"Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakasa,

kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik'.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa proses pembelajaran sangat

penting dalam proses membantu peserta didik mengembangkan semua

potensinya melalui berbagai kegiatan belajar yang bermakna. Sekolah sebagai

lembaga pendidikan formal menyediakan proses pembelajaran bagi peserta

didik untuk melakukan proses kegiatan belajar seperti proses bimbingan,

pengajaran maupun latihan. Lingkungan tersebut disusun dalam suatu

kurikulum yang dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran.

1
2

IPA sebagai salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dasar,

merupakan mata pelajaran yang wajib diajarkan bagi siswa sekolah dasar.

Menurut Gagne (Asih dan Eka, 2015: 24) IPA harus dipandang sebagai cara

berpikir dalam pencarian tentang pengertian rahasia alam sebagai cara

penyelidikan terhadap gejala alam dan sebagai batang tubuh pengetahuan

yang dihasilkan dari inkuiri. Pembelajaran IPA tidak hanya melihat dan ranah

kognitif saja, tetapi hasil belajar juga mencakup ranah afektif dan ranah

psikomotor. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata

pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diikutsertakan pada

pelaksanaan Ujian Nasional (UN), ketika kurikulum berganti menjadi

kurikulum 2013 mata pelajaran IPA tetap menjadi mata pelajaran yang harus

selalu diajarkan kepada siswa.

Melihat begitu pentingnya mata pelajaran IPA, maka mata pelajaran IPA

perlu diajarkan kepada siswa yang dimulai dari sekolah dasar sehingga dapat

membekali siswa untuk memiliki kemampuan berpikir kritis, analitis,

sistematis, kreatif, inkuiri serta dapat memecahkan masalah dan kemampuan

bekerja sama. Dalam pembelajaran IPA, sebaiknya siswa aktif dalam proses

pembelajaran, sebab dalam belajar aktif dapat menyimpan ingatan siswa

mengenai apa yang dipelajari tersebut lebih lama dibandingkan belajar secara

pasif.

Menurut Sukarno (Asih dan Eka, 2015:23) IPA dapat diartikan sebagai

ilmu yang mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada

di alam ini. Pembelajaran IPA tidak hanya melihat dari ranah kognitif saja,
3

tetapi hasil belajar juga mencakup ranah efektif dan ranah psikomotor.

Menurut Sudjana (2009:22) hasil belajar adalah kemampuan kemampuan

yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan

yang dimiliki peserta didik bukan sekedar pengetahuan tetapi nilai sikap dan

keterampilan termasuk hasil belajar. Hasil belajar yang meningkatkan

kemampuan yang diperoleh setelah kegiatan belajar berupa aspek kognitif,

efektif dan psikomotor.

Berdasarkan hasil wawancara dan daftar nilai yang diberikan guru kelas

pada mata pelajaran IPA Kelas V SDN Kareo, hasil belajar masih jauh dari

yang diharapkan dari KKM yang telah ditentukan sekolah yaitu 75. Hanya 4

siswa yang bisa mencapai KKM dari 13 siswa yang terdiri dan 5 siswa laki-

laki dan 8 siswa perempuan. Hanya 4 orang siswa yang tuntas dengan

persentase 30% dan 9 orang siswa yang tidak tuntas 70 %. Hal ini

menunjukkan bahwa pembelajaran masih kurang efektif sehingga banyak

siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM).

Hasil belajar siswa mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah

efektif dan ranah psikomotor. Masalah yang terjadi di SDN Kareo mengenai

hasil belajar meliputi ranah kognitif yaitu pengetahuan (C1) menyebutkan,

pemahaman (C2) menjelaskan, penerapan (C3) memecahkan masalah. Ranah

efektif yaitu menerima (Al), menanggapi (A2) dan ranah psikomotor yaitu

pengamatan (P1). Siswa pada mata pelajaran IPA di SDN Kareo belum

mampu menyebutkan kegunaan air dalam kehidupan sehari-hari, menjelaskan


4

pengertian daur air dan belum mampu memecahkan masalah yang berkaitan

dengan proses daur air.

Pembelajaran pada mata pelajaran IPA masih didominasi oleh guru,

pusat pengajaran ada pada guru (teacher centered) siswa hanya:

mendengarkan guru berceramah, siswa hanya bisa menerima materi yung

disampaikan oleh guru dengan mentransfer ilmu (transfer of knowledge) dan

minimnya penggunaan alat peraga dan media sebagai penunjang pelajaran

membuat siswa semakin jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran.

Akibatnya, kegiatan siswa dalam belajar belum terlihat secara aktif sehingga

proses pembelajaran menjadi pasif, hal tersebut mengakibatkan kurang

menariknya proses pembelajaran yang menyebabkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran IPA masih rendah.

Kondisi mental belajar siswa juga tidak selalu stabil, adakalanya turun

sehingga mengurangi minat belajarnya, ditambah lagi model pembelajaran

yang tidak variatif, yang menyebabkan rendahnya kegiatan siswa dalam

belajar dan mengurangi pemahaman siswa dalam proses pembelajaran IPA.

Model pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional dan

monoton dimana yang diterapkan hanya dengan ceramah. Hal ini disebabkan

kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang ada.

Padahal penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran sangat

diperlukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar dan

meningkatkan hasil belajar siswa.


5

Dan pernyataan-pernyataan tersebut maka diperlukan suatu inovasi

dalam pembelajaran berupa model pembelajaran yang mampu membuat

siswa lebih menguasai konsep, memberikan kesempatan pada siswa untuk

membangun sendiri pengetahuannya serta mebuat siswa lebih aktif dalam

proses pembelajaran IPA. Proses belajar IPA yang baik ditandai dengan

adanya perubahan pada siswa, baik berupa sikap maupun perilaku dan

pengetahuan pola pikir. Suatu inovasi maupun solusi yang dapat dilakukan

dalam pembelajaran IPA berupa penerapan model pembelajaran yang inovatif

dan variatif. Penggunaan model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, baik ranah kognitif. ranah afektif dan ranah

psikomotor.

Setiap guru dituntut untuk memahami berbagai model pembelajaran

dengan baik, sehingga dapat memilih model yang tepat dari setiap materi

pelajaran yang disajikan. Pemilihan dan penggunaan model yang tepat untuk

setiap materi pelajaran, maka proses interaksi belajar mengajar yang terjadi

dapat meningkat, siswa juga akan memperoleh hasil belajar yang optimal dan

mendapatkan kesempatan belajar yang baik.

Memilih model pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran dan karakteristik siswa maupun kondisi kelas siswa. Menurut

Soekamto (Shoimin, 2014:16) mengemukakan model pembelajaran adalah

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar


6

tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran

dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Salah satu cara yang dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan

proses pembelajaran yaitu dengan menguasai model pembelajaran, karena

dapat mempermudah menyampaikan informasi dari guru ke siswa agar siswa

memahami materi yang disampaikan oleh guru dengan memperhatikan

kemampuan peserta didik dan materi untuk menerapkan model pembelajaran

tersebut. Model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap proses belajar

mengajar yang sedang berlangsung agar bisa mendukung pengembangan

sikap moral serta keterampilan siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai. Dampak dari kurangnya penggunaan model pembelajaran secara

bervariasi adalah terciptanya pembelajaran yang monoton dan tidak

menyenangkan sehingga pembelajaran menjadi tidak interaktif dan hasil

belajar siswa rendah.

Salah satu model pembelajaran yang inovatif dan variatif sehingga dapat

diterapkan di Sekolah Dasar untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran IPA kelas V di SDN Kareo adalah model pembelajaran inkuiri

tipe Pictorial Riddle, secara bahasa inkuiri berasal dan bahasa inggris yaitu

penyelidikan atau meminta keterangan, siswa diminta untuk mencari dan

menemukan sendiri Sebagimana yang dikemukakan oleh W Gulo (Khoirul

Anam 2016:11):
7

Pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan, untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, logis, kritis, analistis, sehingga mereka dapat

merumuskan sendiri penemuannya dengan penuhl percaya diri.

Model inkuiri dalam pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru (teacher

centered) tetapi pada keaktifan siswa dalam berpikir kritis. Model inkuiri

menjadikan proses pembelajaran lebih aktif karena siswa secara langsung

terlibat dalam proses pembelajaran dan berinteraksi dengan pembelajaran

sehingga dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru. Siswa tidak

hanya menerima tetapi memberi respon, model inkuiri menjadikan proses

pembelajaran menjadi lebih kreatif dan produktif serta siswa memiliki

pengalaman belajar dalam menemukan dan memecahkan masalah yang

diajukan dalam proses pembelajaran.

Model Inkuiri memiliki beberapa tipe salah satunya adalah tipe pictorial

riddle, pada penelitian ini akan mengguraakan inquiry tipe pictorial riddle

Menurut Haryono (2012: 109) bahwa:

"Pictorial Riddle adalah salah satu teknik atau metode untuk

mengembangkan motivasi dan minat peserta didik di dalam situasi kelompok

kecil maupun besar. Gambar, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dapat

digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif peserta didik.

Suatu riddle biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster atau

diproyeksikan, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan

riddle tersebut."
8

Model pembelajaran Pictorial Riddle menggunakan suatu riddle (teka-

teki gambar) dalam pelaksanaannya melalui gambar tersebut guru

mengajukan pertanyaan pada siswa mengenai gambar yang ditampilka.

Alasan peneliti dalam pembelajaran IPA menggunakan model pictorial riddle

sebab IPA tidak terlepas dari gambar, seperti proses peristiwa alam maupun

benda-benda.

Gambar dapat memperjelas pemahaman siswa sehingga ketika guru

menyampaikan materi suswa langsung memahami materi yang disampaikan

guru. Selain mendengarkan siswa juga dapat melihat secara langsung dan

menghubungkan materi dengan gambar. Tipe ini pas digunakan untuk

pembelajaran IPA karena dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran

melalui riddle yang ditampilkan, serta mampu mengembangkan kemampuan

berpikir siswa dalam berpikir kreatif, kritis, analitis, inkuiri, memecahkan

masalah, bekerja sama, dan mempermudah siswa megingat pembelajaran dan

menemukan sendiri konsep dalam pembelajaran serta siswa dapat

membangun sendiri pengetahuannya.

Sejalan dengan pendapat tersebut dapat dilihat pula pada penelitian yang

telah dilakukan oleh Purwanto (2013) menunjukkan bahwa penerapan

pembelajaran dengan menggunakan pictorial riddle berpengaruh terhadap

prestasi belajar siswa kognitif, efektif dan psikomotor. Selain itu,

pembelajaran yang dilaksanakan juga akan Lebih interaktif karena siswa lebih

aktif jika menggunakan model pictorial riddle, sehingga hasil pembelajaran

lebih meningkat. Penerapan model pictorial riddle diharapkan mampu


9

meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA, tidak hanya

meningkatkan hasil belajar kognitif saja akan tetapi ranah afektif dan

psikomotor.

Berdasarkan latar belakang lintas mendorong peneliti untuk melakukan

penelitian dengan judul "Penerapan Model Inquiry Tipe Pictorial Riddle

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa

permasalahan yang teridentifikasi sebagai berikut ;

1. Hasil belajar pada tanah kognitif yaitu pengetahuan (C1) menyebutkan

pemahaman (C2) menjelaskan, penerapan (C3) memecahkan masalah

Ranah afektif yaitu menerima (A1) menanggapi (A2) dan ranah

psikomotor yaitu pengamatan (P1) masih rendah.

2. Hasil Belajar siswa masih rendah terbukti dari 13 orang peserta didik

hanya 4 orang atau sekitar 30% mencapai KKM dan 9 orang lainnya atau

70% tidak mencapai KKM.

3. Pembelajaran berpusat pada guru (teaching centered) sehingga

pembelajaran cenderung didominasi oleh guru, akibatnya siswa belum

aktif dalam pembelajaran IPA.

4. Model pembelajaran tidak variatif bersifat monoton dan konvensional.


10

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan diatas maka

permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran inkuiri tipe Pictorial Riddle

pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SDN Kareo?

2. Bagaimana hasil belajar siswa pada materi daur air dan peristiwa alam

dengan model inkuiri tipe pictorial riddle di kelas V SDN Kareo?

3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar setelah diterapkannya model

Inkuiri tipe Pictorial Riddle di kelas V SDN Kareo?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian yang akan dicapai

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran inkuiri tipe

Pictorial Riddle pada mata pelajaran IPA di kelas V SDN Kareo.

2. Untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa pada materi daur air dan

peristiwa alam dengan model inkuiri tipe pictorial riddle di kelas V SDN

Kareo.

3. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar setelah diterapkannya

model Inkuiri tipe Pictorial Riddle di kelas V SDN Kareo.


11

E. Manfaat Penelitian

Peneliti mengharapkan diri hasil penelitian ini bermanfaat bagi ;

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini berguna bagi pengembangan ilmu pendidikan

sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.

b. Hasil penelitian ini bisa menjadi acuan untuk kegiatan pembelajaran

berikutnya, baik yang dilakukan oleh guru maupun calon guru atau

pihak lainnya.

c. Mendapatkan pengetahuan baru tentang upaya meningkatkan hasil

belajar siswa pada pelajaran IPA materi daur air dan peristiwa alam

kelas V di SDN Kareo.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini meberikan manfaat secara langsung

maupun tidak langsung bagi siswa, guru dan sekolah Manfaat tersebut

adalah sebagai berikut ;

a. Bagi Siswa

1) Meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif, efektif dan

psikomotor.

2) Melatih siswa untuk memecahkan masalah dengan berpikir kritis,

kreatif dan inovatif pada pembelajaran IPA.

3) Menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk lebih giat dan

bersungguh-sungguh dalam belajar.


12

4) Menumbuhkn sikap kerja sama dan saling membantu dalam kerja

kelompok.

b. Bagi Guru

1) Meningkatkan kualitas pembelajaran.

2) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses

pembelajaran yang variatif dan berkualitas dengan menggunakan

model Inkuiri tipe pictorial riddle.

3) Meningkatkan kerjasama yang baik antara guru, sekolah dan siswa.

c. Bagi Sekolah

1) Memberikan masukan alternatif dalam proses pembelajaran sehingga

pembelajaran lebih bervariatif.

2) Meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah khususnya pada mata

pelajaran IPA.

F. Sistematika Skripsi

BAB I Pendahuluan: pada bab ini membahas tentang latar belakang

penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian yang terbagi menjadi manfaat teoritis dan

manfaat praktis, dan sistematika penelitian.

BAB II Kajian Pustaka, Kerangka pemikiran dan Hipotesis Penelitian

pada bab ini membahas kajian pustaka yang terdiri dari pembelajaran IPA.

hasil belajar, model pembelajaran Inkuiri tipe Pictorial Riddle. Hasil

Penelitian yang Relevan, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian.


13

BAB III Metodologi Penelitian: Pada bab ini membahas Seting Penelitian

yang terdiri dari waktu dan tempat penelitian yang akan diteliti subjek

penelitian, sumber data, teknik dan alat pengumpulan data prosedur

penelitian, validasi data, dan analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan: pada bab ini akan dijelaskan

mengenai hasil penelitian yaitu deskripsi kondisi awal, deskripsi hasil siklus I

dengan tiga tindakan, deskripsi hasil siklus II dengan tiga tindakan

pembahasan, dan hasil tindakan.

BAB V Kesimpulan Dan Saran: Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan

yang didapat dari hasil penelitian dan berisi saran-saran yang sesuai dengan

permasalahan yang diteliti.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Konsep Pembelajaran IPA

a. Pengertian Mata Pelajaran IPA (ilmu Pengetahuan Alam)

Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam

bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam

(IPA). (Usman Samatowa, 2010: 3). IPA dapat diartikan sebagai ilmu

yang mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada

di alam ini, Sukarno (Asih dan Eka, 2015:23).

Sedangkan menurut Subiyanto (Asih dan Eka, 2015:23). Berikut

beberapa definisi IPA adalah:

1) Suatu cabang pengetahuan yang menyangkut fakta-fakta yang

tersusun secara sistematis dan menunjukkan berlakunya hukum-

hukum umum.

2) Pengetahuan yang didapatkan dengan jalan studi dan praktik.

3) Suatu cabang ilmu yang bersangkut-paut dengan observasi dan

klasifikasi fakta-fakta, terutama dengan disusunnya hukum umum

dengan induksi dan hipotesis.

14
15

Menurut Powler (Usman Samatowa, 2010: 3) pengertian IPA adalah:

IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan

kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum

yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen atau

sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem,

tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainnya berkaitan saling, saling

menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh,

sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku

atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi

yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten

Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa IPA adalah suatu

ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam baik berupa suatu

kejadian dan hubungan sebab akibat. Secara lebih lengkap lagi.

Menurut Gagne IPA harus dipandang sebagai cara berpikir dalam

pencarian tentang pengertian rahasia alam, sebagai cara penyelidikan

terhadap gejala alam dan sebagai batang tubuh pengetahuan yang

dihasilkan dari inkuiri (Asih dan Eka, 2015:24). Jadi, dapat disimpulkan

menurut beberapa ahli diatas bahwa IPA bukan hanya kumpulan

pengetahuan tentang alam atau fenomena alam tetapi menyangkut cara

berpikir cara kerja dan cara memecahkan masalah yang berhubungan

dengan alam.
16

b. Hakikat Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen

pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan

yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan (Asih dan Eka,

2015:26). Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri

ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,

bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai

aspek penting kecakapan hidup (Sulistyorini. 2007:39).

Sejalan dengan hal diatas, menurut Carin dan Sund (Asih dan Eka,

2015:24). IPA memiliki empat unsur utama, yaitu:

1) Sikap IPA menunculkan rasa ingin tahu tentang benda fenomena

alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat Persoalan IPA

dapat dipecahkan dengan menggunakan prosedur yang bersifat open

ended.

2) Proses: Proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan adanya

prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode. Metode ilmiah

meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau

percobaan, evaluasi pengukuran dan penarikan kesimpulan.

3) Produk IPA menghasilkan berupa fakta prinsip. teori, dan hukum,

4) Aplikasi Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan

sehari-hari.

Bahwa dalam proses pembelajaran IPA harus terdapat empat unsur

utama tersebut agar siswa mampu memahami fenomena dan dapat


17

memecahkan masalah serta dapat mengaplikasikan langkah metode

ilmiah dalam proses pembelajaran.

IPA sebagai mata pelajaran di sekolah dasar dan penerapannya

dalam masyarakat menjadikan IPA sebagai mata pelajaran yang penting

untuk anak-anak. Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah anak

dapat menyadari keterbatasan pengetahuan mereka memiliki rasa ingin

tahu untuk menggali berbagai pengetahuan baru, dan akhimya dapat

mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka (Usman Samatowa,

2010:10)

Pembelajaran IPA SD menekankan pada pemberian pengalaman

belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan

keterampilan proses dan sikap ilmiah (Sulistyorini, 2007: 39).

Pembelajaran seperti ini, diharapkan pendidikan IPA di sekolah

dasar dapat memberdayakan anak dengan mengembangkan potensi

yang dimiliki oleh anak, dalam prosesnya tentu saja harus

mempertimbangkan perkembangan anak.

Menurut Usman Samatowa (2010:11) beberapa aspek penting yang

dapat diperhatikan guru dalam memberdayakan anak melalui

pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah:

1) Pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan

pembelajarannya, anak telah memiliki berbagai konsepsi,

pengetahuan yang relevan dengan apa yang mereka pelajari.


18

2) Aktivitas anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi

hal utama dalam pembelajaran IPA. Aktivitas ini dapat dilakukan di

laboratorium, di kelas dengan berbagai alat bantuan belajar atau

bahkan lingkungan sekolah.

3) Dalam setiap pembelajaran IPA kegiatan bertanyalah yang menjadi

bagian yang penting, bahkan menjadi bagian yang paling utama

dalam pembelajaran.

4) Dalam pembelajaran IPA memberikan kesempatan pada anak untuk

mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu

masalah.

Setiap guru harus memahami alasan mengapa suatu pelajaran

diajarkan sekolahnya. Demikian pula dalam pelajaran IPA, sebagai guru

IPA, baik sebagai guru mata pelajaran maupun sebagai guru kelas,

seperti halnya di sekolah dasar, guru harus tahu benar manfaat atau

kegunaan yang diperoleh dari pembelajaran IPA.

c. Teori Pembelajaran IPA

Berikut dikemukakan teori belajar IPA menurut Asih dan Eka

(2014:40)

1. Teori disiplin mental, mengemukakan bahwa seorang individu

mempunyai kekuatan, kemampuan atau potensi-potensi yang

dimiliki: Menurut J.J Rousseau, seorang peserta didik memiliki

bakat yang terpendam melalui belajar. Peserta didik diberikan


19

kesempatan untuk mengembangkan potensi tersebut. Teori disiplin

mental Plato dan Aristoteles menganggap bahwa dalam belajar,

mental peserta didik didisiplinkan atau dilatih. Latihan dilaksanakan

secara bertahap dan guru harus menunggu seorang peserta didik siap

untuk menerima materi terlebih dahulu.

2. Teori perubahan konsep, seorang peserta didik dalam belajar IPA

mengalami suatu proses pembentukan konsep secara bertahap. Khun

dalam bukunya The structure of scientific Revolution, menyatakan

bahwa IPA lebih bercirikan oleh paradigma para ilmuan. Ketika

paradigma tersebut tidak mampu memecahkan masalah yang ada

maka akan terjadi suatu konflik sehingga paradigma baru akan

tersusun. Hal ini mungkin terjadi dalam perkembangan ilmu IPA.

Hal ini disebabkan konsep yang dimiliki peserta didik berbeda

dengan konsep yang sedang dipelajari. Agar terjadi proses

akomodasi dibutuhkan beberapa keadaan dan syarat sebagai berikut:

Harus ada ketidakpuasan terhadap konsep yang telah ada.

Peserta didik harus yakin bahwa konsep lama mereka sudah tidak

dapat lagi digunakan untuk fenomena baru

Konsep yang baru harus dapat dimengerti, rasional dan

memecahkan masalah atau fenomena baru, konsep yang baru harus

masuk akal, dapat memecahkan dan menjawab persoalan yang

terdahulu, dan konsisten dengan teori yang telah disusun, konsep

baru harus berdaya guna bagi perkembangan penelitian dan


20

penemuan baru. Teori ini sesuai dengan paradigma pembelajaran

IPA dan sangat berpengaruh dalam pendidikan IPA.

3. Teori Behaviorisme, peran guru dalam proses pembelajaran IPA

menurut teori behaviorisme membuat suatu stimulus yang mampu

menciptakan respons peserta didik agar tertarik dengan konsep IPA.

Stimulus yang dimaksud dapat berupa penyajian materi yang

menarik, pengembangan eksperimen-eksperimen IPA yang menarik,

aplikasi dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, dan

mengoptimalkan peserta didik agar terlibat aktif. Selain stimulus

diperlukan juga pemberian penguatan positif pada peserta didik.

Konsep-konsep IPA merupakan suatu konsep yang dianggap

sulit oleh peserta didik. Konsep yang sulit ini harus dapat ditata oleh

seorang guru IPA sesuai dengan teori behaviorisme. Hal-hal yang

perlu dipersipkan dalam menyajikan konsep IPA berdasarkan teori in

adalah: Pengaturan kelas yang mengoptimalkan penguatan positif.

memerhatikan peserta didik yang mempunyai tingkat intelektual

yang lemah dalam IPA, optimalisasi pembelajaran individual

memerhatikan karakteristik peserta didik mampu meningktkan minat

dan motivasi peserta didik untuk belajar IPA

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teori belajar

IPA menurut J. J. Rousseau, teori perubahan konsep dan teori

behaviorisme bahwa dalam belajar mental peserta didik didisiplinkan

atau dilatih Latihan dilaksanakan secara bertahap. Hal ini disebabkan


21

konsep yang dimiliki peserta didik berbeda dengan konsep yang

sedang dipelajarinya yang membuat suatu stimulus yang mampu

menciptakan respons peserta didik agar tertarik dengan konsep IPA.

d. Tujuan Pembelajaran IPA

Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu kealaman, melalui

serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah Menurut

Depdiknas (Trianto, 2015:143) tujuan pembelajaran IPA diharapkan

dapat memberikan antara lain sebagai berikut:

1. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk

meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan

konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan,

dan hubungan antara sains dan teknologi.

3. Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan

memecahkan masalah dan melakukan observasi.

4. Sikap ilmiah, antara lain skeptis kritis, sensitive, obyektif, jujur

terbuka, benar dan dapat bekerja sama.

5. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analitis induktif

dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains

untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam.

6. Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari

keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam

teknologi.
22

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

IPA menekankan pada keterampilan proses untuk itu perlu

dikembangkan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa

secara aktif didalam kelas untuk menerapkan dan menemukan

sendiri ide-idenya.

e. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


7. memahami perubahan yang 7.4 mendeskripsikan proses daur
terjadi di alam dan hubungannya
dengan sumber daya alam air dan kegiatan manusia yang

dapat mempengaruhinya

Kegunaan Air

Daur Air
23

Materi Daur Pengaruh


Air Kegiatan Manusia

Materi daur
Air dan
Peristiwa
Alam Menghemat Air

Materi
Peristiwa

Gambar 2.1 Peta Konsep

f. Materi Pembelajaran Daur Air dan Peristiwa Alam

Sesuai dengan buku Haryanto (2007: 212) bahwa daur air adalah

perubahan yang terjadi pada air secara berulang dalam suatu pola

tertentu. Air yang ada di permukaan bumi mengalami penguapan,

yaitu berubah menjadi uap air. Penguapan air terjadi karena air

terkena panas matahari. Uap air naik ketempat tinggi dan dingin.

Akibatnya, uap air mengembun hingga membentuk butiran air.

Butiran-butiran air yang jumlahnya sangat banyak ini membentuk

awan. Di tempat yang amat tinggi dan dingin, butiran air dapat

membeku. Jika butiran air atau es di awan cukup besar, butiran dapat

jatuh ke tanah sebagai hujan. Biasanya butiran es sudah berubah

menjadi air saat bersentuhan dengan udara lebih panas di bawahnya.


24

Air hujan kembali mengisi permukaan bumi sebagai sungai, laut, dan

lain-lain. Dari seni, daur air mengulangi lagi tahap yang telah

dijalaninya. Demikian seterusnya hingga bumi tidak pernah kering

Hujan asam dapat mengakibatkan kerusakan pada bangunan

tumbuhan dan hewan yang dikenainya. Persediaan air bersih

semakin berkurang karena pencemaran. Oleh karena itu, selain

mengurangi atau menghilangkan pencemaran, kita juga harus

menghemat air bersih dengan cara-cara sederhana sebagai berikut.

Tutuplah keran air setelah menggunakannya. Usahakan mencuci

pakaian setelah mencapai jumlah banyak. Gunakan air bekas

mencuci beras atau sayuran untuk menyiram tanaman. Usahakan

tidak mencuci kendaraan setiap hari.

Secara alami, alam selalu aktif melakukan aktivitas. Alam

memang mempunyai kekuatan lebih dahsyat dari pada makhluk

hidup. Peristiwa alam membawa dampak bagi kehidupan makhluk

hidup dan lingkungan. Gempa bumi mengakibatkan bangunan roboh,

tanah terbelah dan makhluk hidup menjadi korban. Gunung meletus

mengakibatkan kerusakan cukup parah. Gunung meletus sering

disertai gempa bumi. Banjir dapat disebabkan oleh berbagai hal.

Banjir diawali dengan curah hujan yang sangat besar. Seringkali

sungai tidak mampu menampung air hujan sehingga air meluap

menjadi banjir. Tanah longsor sering kali diawali dengan hujan

deras. Akibat penggundulan hutan tanah tidak sanggup menahan


25

terjangan air. Topan badan ditimbulkan oleh angin kencang yang

terjadi bersama-sama dengan hujan. Peristiwa alam tersebut tidak

dapat kita cegah, namun demikian ada peristiwa alam yang dapat

kita cegah yaitu banjir dan tanah longsor. Usaha yang dapat kita

lakukan antara lan: Selalu membuang sampah di tempatnya. Tidak

mendirikan bangunan disepanjang tepi sungai, Melakukan

penanaman pohon, khususnya di lereng bukit atau lahan miring

lainnya

g. Langkah-Langkah Pembelajaran IPA

Menurut Trianto (2015: 162) langkah pembelajaran IPA adalah:

1) Kegiatan Awal Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal yang harus

ditempuh guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan

pembelajaran. Fungsinya terutama untuk menciptakan suasana

awal pembelajaran yang efektif, yang memungkinkan peserta

didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi

Waktu dalam kegiatan awal ini perlu diperhatikan, karena waktu

yang tersedia relatif singkat yaitu antara 5-10 menit. Dengan

waktu yang relatif singkat tersebut, diharapkan guru dapat

menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik sehingga

peserta didik siap mengikut pembelajaran dengan seksama.


26

Kegiatan utama yang dilakukan dalam pendahuluan

pembelajaran ini diantaranya untuk menciptakan kondisi-kondisi

awal pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan

apersepsi dan penilaian awal, mengecek kehadiran peserta didik,

menumbuhkan kesiapan belajar, membangkitkan motivasi belajar,

dan membangkitkan perhatian peserta didik.

2) Kegiatan inti

Kegiatan inti menekankan pada proses pembentukan

pengalaman belajar peserta didik. Pengalaman belajar dapat

terjadi melalui kegiatan tatap muka yaitu berinteraksi langsung

dengan guru maupun dengan peserta didik lainnya, kegiatan

nontatap muka kegiatan pembelajaran dengan sumber lain di luar

kelas atau di luar sekolah. Kegiatan ini disesuaikan dengan

kondisi dan situasi setempat, diantaranya kegiatan yang paling

awal guru memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar yang

harus dicapai oleh peserta didik beserta materi secara garis besar

yang akan disampaikan. Alternatif kegiatan belajar yang akan

dialami peserta didik, guru menyampaikan kepada peserta didik

kegiatan belajar yang harus ditempuh peserta didik dalam

mempelajari tema atau topik yang telah ditentukan. Guru hanya

sebagai fasilitator kegiatan belajar hendaknya lebih

mengutamakan aktivitas peserta didik.


27

3) Kegiatan Akhir dan Tindak Lanjut

Kegiatan akhir tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk

menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil

belajar peserta didik dan kegiatan tindak lanjut. Secara umum

kegiatan akhir dan tindak lanjut adalah mengajak peserta didik

untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan, melaksanakan

tugas tindak lanjut pembelajaran dengan pemberian tugas atau

latihan yang dikerjakan di rumah, menjelaskan kembali bahan

yang dianggap sulit oleh peserta didik, mengemukakan topik yang

akan dibahas selanjutnya, dan memberikan evaluasi lisan atau

tertulis

2. Hasil Belajar

Belajar suatu hal yang penting dalam proses pendidikan, dengan

belajar dapat mempersiapkan diri dalam kehidupan yang penuh

persaingan. Menurut Gestalt (Syamsudin Abin 2002:160) Belajar

merupakan perubahan perilaku dan pribadi secara keseluruhan. Menurut

Hilgard (Syamudin Abin, 2009:75) Belajar adalah proses perubahan

perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman

tertentu .

Sedangkan menurut Thursam Hakim (Yana Wardhana, 2010:15)

belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia.

Perubahan tersebut diperlihatkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan


28

kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap.

kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan belajar adalah perubahan tingkah

laku dan sikap seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu secara

berkesinambungan baik dalam pengetahuan maupun pemahaman melalui

interaksi dengan lingkungan.

Kegiatan belajar salah satu unsur yang sangat mendasar dalam setiap

penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Untuk mengetahui sejauh

mana kemampuan yang dimiliki setelah proses belajar dan mengetahui

tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah

mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu yaitu dengan mengetahui

hasil belajar siswa.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajar (Sudjana, 2009:22) Sedangkan

menurut Zaenal Arifin (2014: 26). Hasil belajar merupakan gambaran

tentang apa yang harus digali, dipahami dan dikerjakan peserta didik.

Hasil belajar ini merefleksikan keluasan, kedalaman, kerumitan dan

harus digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik

penilaian tertentu. Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh

setelah kegiatan belajar, sehingga dapat merubah tingkah laku yang

dimiliki seseorang. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut

perubahan tingkah laku pada aspek kognitif, aspek afektif dan aspek

psikomotor.
29

Sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan

kulikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil

belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya

menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

psikomotor (Sudjana, 2009-22).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan yang diperoleh setelah kegiatan belajar berupa aspek kognitif,

afektif dan psikomotor. Syamsuddin Abin (2009:167) beberapa indikator

dan kemungkinan cara mengunkapkannya secara garis besar dapat

digambarkan sebagai berikut :

Tabel 2.2
Pengungkapan dan Pengukuran Hasil Belajar
No Jenis Hasil Indikator-indikator Cara
Belajar Pengukuran
1. Kognitif Tugas, tes,
a. Pengetahuan Dapat menunjukkan, observasi
Membandingkan, pertanyaan
Menghubungkan, Pertanyaan,
Menyebutkan, soalan.
Menunjukkan lagi tes, tugas.
b. Pemahaman Dapat menjelaskan Tugas persoalan
mendefinisikan dengan tes, tugas
katakata sendiri
c. Aplikasi Dapat memberikan contoh, Tugas, persoalan
menggunakan dengan tepat, Tes
memecahkan masalah
d. Analisis Dapat menguraikan Tugas,
mengklasifikasikan persoalan, tes
e. Sintesis Dapat menghubungkan Tugas, personal,
menyimpulkan tes
menggeneralisasikan
f. Evaluasi Dapat menginterpretasikan
memberikan kritik,
memberikan pertimbangan
penilaian
30

No Jenis Hasil Indikator-indikator Cara


Belajar Pengukuran
2. Afektif
a. Penerimaan Bersikap menerima Pertanyaan, tes,
menyetujui atau sebaliknya skala sikap
b. Menanggapi Bersedia terlibat, partisipasi, Tugas,
memanfaatkan atau sebaliknya. observasi, tes
c. Penanaman Memandang penting, bernilai, Skala penilaian,
nilai, berfaedah, indah, harmonis, tugas, observasi.
penghargaan kagum atau sebaliknya
d. Pengorganisa Mengakui, mempercayai, Skala sikap,
sian meyakinkan atau sebaliknya tugas ekspresif,
proyektif
e. karakterisasi Melembagakan, membiasakan, Observasi, tugas
menjelmakan dalam pribadi ekspresif,
dan perilakunya sehari-hari proyektif.
3. Psikomotorik
a. Pengamatan Mengamati proses, memberi Tugas,
perhatian pada tahap-tahap Observasi, tes,
sebuah perbuatan, memberi tindakan.
perhatian pada setiap artikulasi.
b. Peniruan Melatih, mengubah,
membongkar sebuah struktur,
membangun kembali sebuah
struktur dan menggunakan
c. Pembiasaan sebuah model
Membiasakan perilaku yang
sudah dibentuknya, mengontrol
d. Penyesuaian kebiasaan agar tetap konsisten.
Menyesuaikan model,
mengemabngkan model dan
menerapkan model.

Sumber : Syamsuddin obir (2009:167)

Menurut Zaenal Arifin (2014-27) indikator hasil belajar dapat

digunakan sebagai dasar penilaian terhadap peserta didik dalam mencapai

pembelajaran dan kinerja yang diharapkan, indikator hasil belajar


31

merupakan kemampuan yang harus di kuasai peserta didik dalam

berkomunikasi spesifik serta dapat dijadikan ukuran untuk menilai

ketercapaian hasil pembelajaran.

Karakteristik perkembangan anak perlu diperhatikan. Khususnya

perkembangan anak pada anak usia SD. Dikemukakan oleh pakar

psikologi yaitu Piaget yang mengatakan bahwa anak usia 7 sampai dengan

12 tahun (usia SD) berada pada fase operasional konkret. Anak pada fase

ini berpikir atas dasar pengalaman nyata atau konkret belum dapat berpikir

abstrak, semisal membayangkan bagaimana proses fotosintesis atau

peristiwa sirkulasi darah (Sulistyorini, 2007: 6).

Untuk usia siswa kelas V termasuk dalam fase operasional konkret

yaitu rata-rata usia 11 tahun. Untuk itu, peneliti membatasi indikator hasil

belajar yang disesuaikan dengan karakteristik siswa yakni fase operasional

konkret (7 tahun sampai 12 tahun) lebih tepatnya usia 11 tahun lebih kelas

V SD. Diantaranya pada aspek kognitif (pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analitis, sintesis, evaluasi), aspek afektif yaitu penerimaan dan

aspek psikomotor adalah pengamatan Ketiga aspek tersebut merupakan

aspek yang menjadi objek penilaian hasil belajar.

Ranah kognitif merupakan ranah yang paling banyak dinilai oleh guru,

karena berkenaan dengan penguasaan siswa dalam bahan pengajaran,

sedangkan untuk ranah afektif dan psikomotor sifatnya lebih luas lebih

sulit dipantau tetapi memiliki nilai yang sangat berarti bagi kehidupan

siswa sebab dapat secara langsung mempengaruhi perilakunya (Sudjana.


32

2009:33). Artinya, setiap ranah sangat penting untuk menentukan hasil

belajar siswa tidak hanya ranah kognitif saja, tetapi ranah psikomotor dan

afektif penting diketahui guru untuk menentukan tujuan pengajaran

maupun untuk menyusun alat penilaian.

3. Model Pembelajaran Inkuiri Tipe Pictorial Riddle

a. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Joyce dan Weil (Ruman, 2014:133) model pembelajaran

adalah suatu rencana atau pola yang dan digunakan untuk membentuk

kurikulum dan pembelajaran jangka panjang merancang bahan-bahan

pembelajaran di kelas atau filum kelas. Sedangkan menurut Soekanto

(Shoimin, 2014:16) mengemukakan maksud dan model pembelajaran

adalah:

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam

merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Jadi dapat disimpulkan model pembelajaran adalah cara yang

dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatan proses pembelajaran,

agar peserta didik memahami materi yang disampaikan oleh guru

dengan memperhatikan kemampuan peserta didik dan materi untuk

menerapkan model pembelajaran.


33

Model pembelajaran terdiri atas sintaks, sistem sosial, prinsip

reaksi dan sistem penunjang (Anas Salahudin, 2015:111). Pengertian

didik serta norma yang harus di anut. Prinsip reaksi menunjukan sikap

dan perilaku pengajar untuk merespon keaktifan peserta didik dalam

belajar. adapun sistem penunjang menunjukan unsur-unsur yang

terkondisi tepat dan sesuai untuk menunjang pelaksanaan model

pembelajaran (Anas Salahudin, 2015:111) Model pembelajaran

melibatkan banyak unsur sehingga model pembelajaran merupakan

bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode

teknik dan taktik pembelajaran.

Secara bahasa inkuiri berasal dari kata inquiry bahasa inggris yang

merupakan kata dalam bahasa inggris yaitu penyelidikan atau meminta

keterangan. Jadi, siswa diminta untuk mencari dan menemukan sendiri

(Khoirul,2016:7) Menurut Aris Sohimin (2014:85) Model pembelajaran

inkuiri merupakan salah satu model yang dapat mendorong siswa untuk

aktif dalam pembelajaran. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan

bahwa dalam pembelajaran inkuiri siswa memiliki peran penting dalam

pembelajaran yang menetukan suasana belajar, karena peserta didik di

dorong untuk aktif dalam proses pembelajaran. Halamam 32

Lebih lanjut, menurut Kunandar (Shoimin, 2014:85) pembelajaran

inkuiri adalah kegiatan pembelajaran dimana siswa di dorong untuk

belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep

dan prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki


34

pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa

menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Pembelajaran inkuiri berarti duatu rangkaian kegiatan belajar yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari

dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga

mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya

diri W.Gulo (Khoirul Anam, 2016:11).

Lebih jauh Jill L. Lane Kho (Khoirul Anam,2016:13) menegaskan

pembelajaran berbasis inkuiri memberikan kesempatan pada guru untuk

membantu siswa mempelajari isi dan konsep materi pelajaran dengan

meminta mereka mengembangkan pertanyaan serta mengembangkan

hipotesis. Oleh karenanya, metode ini memberi kesempatan lebih

banyak kepada siswa untuk merefleksikan pembelajaran mereka,

mendapat pemahaman yang lebih dalam atas konsep pembelajaran

dengan gaya yang mereka mulai dan menjadi pemikir kritis yang lebih

baik.

Jadi, pembelajaran inkuiri tidak berpusat pada guru melainkan pada

pengembangan berpikir kritis siswa atau berpusat pada siswa. Siswa

tidak hanya menerima tetapi memberi respon dan dapat memecahkan

permasalahan yang disajikan dalam pembelajaran. Berdasarkan

pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang menekankan

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga menjadi lebih


35

kreatif dan produktif dalam proses pembelajaran serta memiliki

pengalaman belajar dalam menemukan dan memecahkan masalah yang

diajukann dalam proses pembelajaran.

Teori yang mendasari model pembelajaran inkuiri adalah teori

konstruktivisme, menurut teori konstruktivisme pengetahuan tidak

dapat ditransfer begitu saja dari pikiran guru kepada pikiran siswa.

Artinya siswa harus aktif secara mental membangun struktur

pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya.

Tasker (Wardana, Yana, 2010:16) mengemukakan tiga penekanan

dalam teori belajar konstruktivisme yaitu:

Peran aktif siswa dalam mengontruksi pengetahuan secara

bermakna, pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam

pengkontruksian secara bermakna dan mengaitkan antara gagasan

dengan dengan informasi yang diterima

b. Metode Kerja Kelompok Dalam Model Pembelajaran Inkuiri

Setiap model pembelajaran tidak lepas dari metode pembelajaran

yang dilaksanakan oleh guru, begitupun dengan model pembelajaran

inkuiri yaitu metode kerja kelompok dan penelitian dengan kerja

kelompok dapat merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide atau

gagasan untuk memecahkan masalah, mengembangkan sikap dengan

menghargai pendapat orang lain, memperluas pengetahuan dan terbiasa

untuk musyawarah dalam memecahkan masalah.


36

c. Model Pembelajaran Inkuiri Dalam Pembelajaran IPA di SD

Melalui model pembelajaran inkuiri akan membantu

mengembangkan keterampilan dan sikap percaya diri dalam

memecahkan masalah yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran.

Jika model inkuiri sering digunakan secara teratur di SD maka sangat

berguna untuk membelajarkan siswa dalam menemukan masalahnya

sendiri dan memecahkannya.

Model ini menekankan pada pengembangan kemampuan Siswa

untuk memecahkan suatu masalah. Dalam menanamkan konsep

misalnya konsep gaya di kelas III SD, pembelajaran ini akan lebih

bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk melakukan dan ikut

terlibat secara aktif dalam menemukan konsep gaya yang dibimbing

oleh guru.

d. Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri

Menurut Piaget (Shoimin, 2014:85) langkah-langkah pembelajaran

inkuiri memiliki beberapa langkah, diantaranya:

1) Membina suasana yang responsif diantara siswa.

2) Mengemukakan permasalahan untuk di inkuiri (ditemukan) melalui

cerita, film, gambar dan sebagainya. Kemudian mengajukan

pertanyaan ke arah mencari, merumuskan dan memperjelas

permasalahan dari cerita dan gambar.


37

3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada siswa. Pertanyaan yang

diajukan bersifat mencari atau mengajukan informasi atas data

tentang masalah tersebut.

4) Merumuskan hipotesis atau perkiraan yang merupakan jawaban

dari pernyataan tersebut.

5) Perkiraan jawaban ini akan terlihat setidaknya setelah

pengumpulan data dan pembuktian atas data. Siswa mencoba

merumuskan hipotesis permasalahan tersebut. Guru membantu

dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan.

6) Menguji hipotesis, guru mengajukan pertanyaan yang bersifat

meminta data untuk pembuktian hipotesis.

7) Pengambilan kesimpulan dilakukan guru dan siswa.

e. Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Inkuiri

Menurut Shoimin (2014 86) menyebutkan adanya beberapa

kelebihan dan kekurangan pembelajaran inkuiri, kelebihan

pembelajaran inkuiri adalah :

1) Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada

pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara

seimbang sehingga pembelajaran dengan strategi ini dianggap lebih

bermakna.

2) Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan

gaya belajar mereka.


38

3) Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan

psikologi siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

4) Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan

psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses

perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

5) Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di

atas rata-rata.

Sedangkan, kelemahan atau kekurangan dalam pembelajaran

inkuiri menurut Shoimin (2014: 87) adalah:

1) Pembelajaran dengan inkuiri memerlukan kecerdasan siswa yang

tinggi. Bila siswa kurang cerdas hasil pembelajarannya kurang

efektif.

2) Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang

menerima informasi dari guru apa adanya..

3) Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya

sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan

pembimbing siswa dalam belajar.

4) Untuk kelas dengan jumlah siswanya banyak akan sangat

merepotkan guru.

5) Membutuhkan waktu yang lama dan hasilnya kurang efektif jika

pembelajaran ini diterapkan pada situasi kelas yang kurang

mendukung.
39

Cara meminimalisir kelemahan model pembelajaran inkuiri adalah

guru harus lebih kreatif dan up to date, guru harus mengikuti

perkembangan informasi atau berita terkini kemudian mengolahnya

untuk disampaikan kepada siswa sebagai tambahan pengetahuan, selain

itu guru harus menginspirasi dan mendapatkan ide yang menarik dan

menggugah rasa ingin tahu siswa sepanjang saat, guru harus siap

menjadi fasilitator dan mediator siswa yang selalu ingin tahu hal baru

atau hal yang ada di sekitar kehidupannya dan bisa menghubungkan

dengan pelajaran yang didapat. Guru juga harus dapat mengalihkan

perhatian siswa dengan memberikan variasi untuk mengubah suasana

belajar, belajar sumbil bermain atau dengan mengubah tata letak

komponen ruang kelas serta bisa juga dengan kegiatan outing class atau

outdoor.

f. Pictorial Riddle

Inkuiri tipe pictorial riddle menurut Haryono (2012: 109) bahwa:

"Pictorial Riddle adalah salah satu teknik atau metode untuk

mengembangkan motivasi dan minat peserta didik di dalam situasi

kelompok kecil maupun besar. Gambar, peragaan, atau situasi yang

sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis

dan kreatif peserta didik."

Suatu riddle biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster

atau diproyeksikan, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang

berkaitan dengan riddle tersebut. Menurut Sudirman (Haryono,


40

2012:109) menjelaskan bahwa model pictorial riddle merupakan salah

satu model untuk mengembangkan minat dan motivasi siswa dalam

diskusi kelompok kecil maupun besar sehingga mereka dilatih untuk

berani mengemukakan ide dan gagasan, berpikir kritis dalam

memecahkan masalah serta menghargai pendapat teman-temannya.

Jadi model pembelajaran Pictorial Riddle cocok diterapkan untuk

pembelajaran IPA di SD, disesuaikan dengan karakteristik anak SD

pada fase operasional konkret ini berpikir atas dasar pengalaman nyata

atau konkret, mereka belum dapat berpikir abstrak, salah satu untuk

mengatas hal tersebut contohnya dengan menggunakan gambar, sebagai

ciri khas dari model Pictorial Riddle dengan menggunakan gambar

yang ditampilkan guru, anak secara langsung dan konkret dapat melihat

maupun mengamati misalnya bagaimana proses siklus air dapat

digambarkan maupun diamati secara langsung oleh anak, sehingga anak

dapat menerima materi yang disampaikan oleh guru.

Alasan peneliti memilih model inkuiri tipe pictorial riddle karena

model tersebut menggunakan gambar sebagai suatu permasalahan yang

dibalut dalam suatu teka-teki dalam pembelajaran yang lebih menarik

perhatian siswa dalam belajar. Selain itu dengan riddle yang digunakan

dapat meningkatkan berpikir kreatif dan siswa dapat menemukan

sendiri suatu konsep sehingga lebih memahami materi dan mampu

memecahkan masalah dalam pembelajaran yang akan meningkatkan

hasil belajar siswa baik ranah kognitif, ranah afektif dan psikomotor.
41

Haryono (2012:109) menjelaskan lebih lanjut bahwa gambar riddle

atau gambar teka-teki dapat menjadikan proses belajar lebih menarik.

Dalam membuat rancangan suatu ridlle, guru harus mengikuti langkah-

langkah sebagai berikut ;

1. Memilih beberapa konsep atau prinsip yang akan diajarkn atau

didiskusikan.

2. Melukiskan suatu gambar, menunjukkan ilustrasi, atau menggunakan

foto (gambar) yang menunjukkan konsep proses atau ilustrasi.

3. Suatu proses bergantian adalah untuk menunjukkan sesuatu yang

tidak sewajumya, dan kemudian meminta siswa untuk mencari dan

menemukan mana yang salah dalam riddle tersebut.

4. Membuat pertanyaan-pertanyaan berbentuk devergen yang

berorientasi proses dan berkaitan dengan riddle (gambar dan

sebagainya) yang akan membantu siswa memperoleh pengertian

tentang konsep atau prinsip apakah yang terlibat di dalamnya.

Gambar adalah media yang paling umum digunakan beberapa

kelebihan gambar adalah sifatnya konkret, gambar lebih realistis yang

menunjukkan pokok masalah, gambar dapat mengatasi batasan ruang

dan waktu, tidak semua objek, benda atau peristiwa dapat dibawa ke

kelas dan anak-anak tidak selalu dapat di bawa ke objek atau peristiwa

tersebut, gambar dapat memperjelas masalah dan harganya murah serta

mudah didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus

(Anas Salahudin, 2015: 126).


42

Menurut Samsudin (Sulistiyani, 2015: 25) langkah-langkah model

pembelajaran Pictorial Riddle, yaitu sebagai berikut:

1) Disajikan permasalahan kepada siswa berupa gambar peristiwa yang

menimbulkan teka-teki. Gambar yang digunakan dapat berupa

gambar yang menunjukkan benar dan gambar yang salah.

2) Siswa mengidentifikasi masalah yang diberikan oleh guru secara

berkeiompok.

3) Siswa melakukan pengamatan berdasarkan gambar riddle vang

mengandung permasalahan.

4) Siswa merumuskan penjelasan melalui diskusi.

5) Siswa mengadakan analisis inkuiri melalui tanya jawab.

Menurut Sudirman (Sulstiyani, 2015: 25) menyebutkan adanya

beberapa kelebihan dan kekurangan pembelajaran inkuiri, kelebihan

pembelajaran inkuiri adalah

1) Strateg pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian

informasi oleh guru kepada siswa sebagai penerima informasi yang

baik tetapi proses mentalnya berkadar rendah menjadi pengajaran

yang menekankan kepada proses pengolahan informasi dimana siswa

yang aktif mencari dan mengolah sendiri informasi yang kadar

proses mentalnya lebih tinggi atau lebih banyak.

2) Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar atau ide lebih baik.

3) Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan dalam rangka

transfer kepada situasi-situasi proses belajar yang baru.


43

4) Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.

5) Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis

sumber belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-

satunya sumber belajar.

6) Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang

dipelajari sehingga retensinya tahan lama dalam ingatan menjadi

lebih baik.

Sedangkan kekurangan pembelajaran Pictorial Riddle menurut

Sudirman, (sulistiyani 2015: 25)

1) Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima

informasi dari guru apa adanya, ke arah membiasakan belajar

mandiri dan berkelompok dengan mencari dan mengolah informasi

sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi

kebiasaan yang telah bertahun-tahun dilakukan.

2) Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai

pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing

siswa dalam belajar. Ini pun bukan pekerjaan yang mudah karena

umumnya guru merasa belum puas kalau tidak banyak menyajikan

informasi (ceramah).

3) Metode ini memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi

tidak berarti menjamin bahwa siswa belajar dengan tekun, penuh

aktivitas, dan terarah.


44

4) Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang

lebih baik, Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar) dan guru

terbatas, agaknya metode ini sulit terlaksana dengan baik.

Cara meminimalisir : kekurangan atau kelemahan model inkuiri tipe

pictorial riddle dengan mempersiapkan segala sesuatu dengan baik

dengan cara memfsilitasi peserta didik menghadapi masalah, membatasi

waktu peserta didik dalam melaksanakan diskusi menyiapkan media

gambar yang ditampilkan oleh guru agar waktu yang tersedia tidak

terbuang cuma-cuma, menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan sehingga merasa nyaman dalam proses pembelajaran.

g. Relevansi Model Pembelajaran Inkuiri Tipe Pictorial Riddle dengan

Hasil Belajar

Relevansi antara model pembelajaran inkuiri tipe pictorial riddle

dengan hasil belajar sangat erat, dengan menggunakan model inkuiri

tipe pictorial riddle dapat melatih siswa untuk memecahkan masalah

dalam pembelajaran, menemukan sendiri konsep dalam pembelajaran

melatih berpikir kreatif siswa sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar yang diharapkan bukan hanya dan ranah kognitif saja atau

tingkat berpikir saja, tetapi dapat meningkatkan hasil belajar dari ranah

afektif berupa sikap dan hasil belajar dalam ranah psikomotor sehingga

dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.


45

B. Hasil Penelitian Relevan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

siswa dengan menggunakan model inkuiri tipe Pictorial Riddle pada mata

pelajaran IPA. Sebelum penelitian ini dilakukan, terlebih dahulu mengadakan

peninjauan terhadap hasil penelitian terdahulu, yang telah dilakukan oleh

beberapa peneliti di perguruan tinggi lain mengenai penggunaan model

Inkuiri tipe Pictorial Riddle dalam pembelajaran, maka peneliti menemukan

beberapa hasil penelitian terdahulu tersebut, diantaranya ;

Purwanto (2014) dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta dengan judul "Efektivitas Model Pembelajaran inkuiri tipe

Pictorial Riddle dengan Konten Integrasi Interkoneksi pada materi suhu dan

Kalor terhadap Kemampuan Berpikir kritis siswa SMA". dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran Pictorial Riddle dapat meningkatkan kemampuan

berfikir kritis siswa pada materi suhu dan kalor pada kelas X SMA Negeri 1

Piyungan Bantul Yogyakarta. Dapat dilihat dari adanya peningkatan rata-rata

siswa pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen antara pretest dan

posttest. Rata-rata skor pretest kelas eksperimen adalah 34.96 dan rata-rata

kelas eksperimen adalah 34,73. Sementara rata-rata skor posttest kelas

eksperimen 60,65 dan kelas kontrol 56,27. Nilai rata-rata kelas eksperimen

yang menggunakan Pictorial Riddle lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

Asiyah (2012) dari Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

dengan judul "Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Inquiry dengan

Pictorial Riddle terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kela VIII Materi Pokok
46

Alat Optik di MTs Maslakhul Huda Sluke Tahun Pelajaran 2011/2012",

menunjukkan bahwa dari uji dengan taraf signifikasi 5% diperoleh terhitung

5.010 sedangkan tabel 1,99, sehingga rata-rata hasil belajar siswa dalam

pembelajaran menggunakan model inkuiri dengan pictorial riddle lebih baik

daripada hasil belajar siswa dalam pembelajaran konvensional.

Laili, dkk (2014) dengan judul "Pembelajaran Fisika Menggunakan

Metode Pictorial Riddle dan Problem Solving ditinjau dari Kemampuan

berfikir kritis dan kemampuan Anilisis. Penelitian ini menggunakan metode

kuasi eksperimen. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VIII SMP Negeri 3 Natar Tahun Pelajaran 2012/2013 Sampel penelitian

ditentukan dengan teknik cluster random sampling sebanyak dua kelas.

Pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk kemampuan berpikir kritis,

kemampuan analisis, prestasi kognitif, angket dan lembar observasi untuk

prestasi afektif, serta lembar observasi untuk prestasi psikomotorik. Teknik

analisis data menggunakan anava tiga jalan, kemudian dilanjutkan dengan uji

lanjut Scheffe.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan: (1) tidak ada pengaruh

penerapan pembelajaran dengan metode pictorial riddle dan problem solving

terhadap prestasi belajar kognitif dan psikomotorik, namun berpengaruh

terhadap prestasi belajar afektif, (2) ada pengaruh kemampuan berpikir kritis

tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik,

(3) ada pengaruh kemampuan analisis tinggi dan rendah terhadap prestasi

belajar kognitif, afektif dan psikomotorik.


47

Dari beberapa hasil penelitian di atas penelitian Purwanto memiliki

persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan

menggunakan model pictorial riddle perbedaannya prosedur penelitian yang

dilakukan yaitu model eksperimen. Penelitian yang dilakukan oleh Aisyah

memiliki persamaan antar variabel yaitu model pembelajaran Inkuiri tipe

Pictorial Ridlle untuk meningkatkan hasil belajar, sedangkan penelitian Laili

penelitian untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan

analisis siswa terhadap prestasi belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil observasi awal, pembelajaran IPA di kelas V SDN

Kareo Kecamatan Banjaran mengalami beberapa masalah diantaranya nilai

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih dibawah nilai KKM yaitu

75, dari 13 orang peserta didik hanya ada 4 orang atau sekitar 25% mencapai

KKM dan 9 orang lainnya atau 75% tidak mencapai KKM.

Maka diperlukan suatu inovasi dalam pembelajaran IPA, dalam hal ini

peneliti menekankan menggunakan model pembelajaran sebagai salah satu

inovasi yang dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran. Salah satu

model yang efektif dan dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA adalah

Model pembelajaran yang peneliti rencanakan yaitu model pembelajaran

Inkuiri tipe Pictorial Riddle, menurut Haryono (2012: 109) bahwa ;

Pictorial Riddle adalah salah satu teknik atau metode untuk

mengembangkan motivasi dan minat peserta didik di dalam situasi kelompok

kecil maupun besar. Suatu riddle biasanya berupa gambar di papan tulis,
48

papan poster atau diproyeksikan, kemudian guru mengajukan pertanyaan

yang berkaitan dengan riddle tersebut dengan model Pictorial Riddle.

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pemikiran dari penelitian yang

akan dilakukan dapat disajikan pada bagian berikut:

Guru menggunakan model pembelajaran tidak


Kondisi variatif bersifat monoton dan konvensional sehingga
Awal siswa tidak aktif dan belum melaksanakan diskusi
dalam proses pembelajaran mengakibatkan siswa
kurang memahami materi dan hasil belajar rendah

Melakukan penelitian tindakan kelas dengan


Tindakan menggunakan model Inkuiri tipe Pictorial Riddle.

Kondisi Diharapkan dengan menggunakan model Inkuiri tipe


Akhir Pictorial Riddle hasil belajar IPA meningkat di atas
KKM.

Gambar 22

Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (200998) hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

pertanyaan. Hipotesis dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan

baru didasarkan pada teori. Penelitian ini direncanakan ke dalam beberapa

tahap atau siklus, setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur yaitu


49

perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan

refleksi (reflecting). Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis tindakan

sebagai berikut : Penerapan model pembelajaran inkuiri tipe Pictorial Riddle

dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V

materi daur air dan peristiwa alam di SDN Kareo Kecamatan Banjaran

Kabupaten Majalengka Tahun ajaran 2016/2017.

Anda mungkin juga menyukai