Anda di halaman 1dari 5

Vol. 9, No.

2, September 2022 |ISSN : 2355-3650


|e-ISSN: 2721-3498

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 1


NISAM PADA MATERI DAUR HIDUP HEWAN MENGGUNAKAN
METODE STORYTELLING DENGAN MEDIA KOMIK

Eka Fitriani
Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Almuslim
email: eeka.fitrianii@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1
Nisam dalam pembelajaran khususya pada materi daur hidup hewan. Selain itu juga
karena kegiatan pembelajaran di kelas yang dilakukan masih menggunakan metode
pembelajaran ceramah dan pemberian tugas, sehingga motivasi siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran kurang baik. Penelitian ini menggunakan model Story Telling
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi daur hidup hewan. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan
model Story Telling pada materi daur hidup hewan di kelas IV SD Negeri 1 Nisam.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan
kelas. Hasil observasi yang dilakukan guru di kelas IV SD diperoleh nilai tes akhir
siklus I 54%, karena belum mencapai kriteria yang ditetapkan maka harus dilakukan
pengulangan siklus. Pada siklus II meningkat menjadi 91% dan telah mencapai kriteria
yang ditetapkan. Hasil Observasi siklus I terhadap aktivitas guru diperoleh persentase
83% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 92%. Sedangkan dari pihak siswa
pada siklus I yaitu 84% naik menjadi 93% pada siklus II. Respon siswa belajar dengan
model Story Telling menyatakan 90% dan siswa yang tidak senang belajar menyatakan
10%. Maka dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model
Story Telling pada materi daur hidup hewan mendapat respon yang baik dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Hasil Belajar Siswa, Model Story Telling, Daur Hidup Hewan

1. PENDAHULUAN sehingga IPA bukan hanya penguasaan


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah kumpulan pengetahuan yang bersifat fakta-
salah satu ilmu yang dipelajari di setiap jenjang fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja,
pendidikan., mulai dari sekolah dasar sampai tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
dengan perguruan tinggi. IPA didefinisikan Harapan dari pelaksanaan pembelajaran
sebagai kumpulan ilmu pengetahuan yang IPA di dalam kelas IV pada SD Negeri 1 Nisam
tersusun secara terbimbing dan terarah yang adalah guru dapat menjadi sebagai mediator dan
berhubungan dengan alam dan lingkungan fasilitator serta mengetahui cara-cara penerapan
sekitar kita. IPA merupakan salah satu bidang dan teknik dalam pelaksanaan model
studi yang mengkaji tentang Alam, lingkungan pembelajaran secara terampil dalam
sekitar kita dan hubungan alam dengan menggunakan media pembelajaran yang
manusia. digunakan dalam proses belajar mengajar.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Dengan demkian siswa akan aktif dan kreatif
Pendididikan SD (2006:484) bahwa: “IPA dalam mengikuti pembelajaran IPA khususnya
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang pada materi daur hidup hewan dan dapat
alam secara sistematis, sehingga dengan cara memberikan respon yang menyenangkan dan
mencari tahu tantang alam secara sistematis, kreatifitas siswa terhadap pembelajaran IPA.

7
Vol. 9, No. 2, September 2022 |ISSN : 2355-3650
|e-ISSN: 2721-3498

Dimana hal ini dapat tercapai dengan baik dapat membangkitkan minat siswa untuk
melalui beragam aktivitas yang dilakukan oleh melakukan kegiatan pembelajaran. Untuk
guru saat proses pembelajaran berlangsung, mengatasi permasalahan tersebut maka
diantaranya aktivitas guru yang memfasilitasi dibtuhkan penerapan metode dan media
siswanya dalam belajar baik itu melalui pembelajaran yang lebih menekankan pada
pembinaan iklim belajar yang menyenangkan di kerjasama siswa dang mengaktifkan siswa
dalam kelas maupun menyajikan materi yang dalam proses pembelajaran, serta dapat
tepat dan menarik minat siswa dengan membangkitkan minat dan motivasi siswa.
menggunakan media pembelajaran yang sesuai Metode pembelajaran yang dapat
dengan materi yang diajarkan kepada siswa. mengaktifkan peran siswa dalam pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi awal yang dan juga dapat menciptkan interaksi edukatif,
peneliti lakukan selama melakukan Praktik sehingga dengan penerapan model
Pengalaman Lapangan (PPL) dan konsultasi pembelajaran ini dapat memperbaiki hasil
dengan guru IPA pada SD Negeri 1 Nisam belajar siswa kea rah yang lebih baik dan yang
diketahui bahwa masih banyak siswa kelas IV terutama adalah dapat membimbing siswa
yang mengalami kesulitan dalam penguasaan dalam memahami dan menguasai materi yang
materi pelajaran IPA, dimana peran aktif siswa mereka pelajari. Dalam penelitian ini, peneliti
sangat rendah. Dalam mengajar guru juga msih memilih untuk menggunakan metode
berperan sebagai sumber informasi tunggal pembelajaran Storytelling dengan media komik.
dalam pelaksanaan pembelajaran serta Metode ini dipilih karena melalui metode
kurangnya media media yang digunakan oleh Storytelling guru dapat membangun interaktif
guru dalam proses belajar mengajar yang dapat diantara guru, siswa dan bahan yang ingin
menyebabkan pasifnya aktivitas yang dilakukan diajarkan. Guru yang menggunakan metode ini
oleh siswa selama proses pembelajaran harus memperhatikan schemata atau latar
berlangsung. belakang pengalaman siswa dan membantu
Dari kedua hal tersebut, terlihat juga siswa mengaktifkan schemata ini agar bahan
respon yang ditunjukkan siswa dalam belajar, pembelajaran menjadi lebih bermakna,
seperti kurang tertariknya siswa dalam sebagaimana tujuan Storytelling. Dengan
mengikuti pembelajaran yang mengakibatkan metode ini, siswa dirangsang untuk
hasil belajar yang diperoleh siswa kurang mengembangkan kemampuan berfikir dan
memuaskan, hanya 38,53% siswa yang tuntas berimajinasi. Hasil pemikiran mereka akan
dalam mata pelajaran IPA sedangkan nilai dihargai sehingga siswa merasa terdorong untuk
KKM yang ditetapkan disekolah SD Negeri 1 belajar.
Nisam adalah 65%. Berdasarkan kenyataan Pemilihan metode Storytelling dengan
yang terjadi, peneliti memperoleh beragam media komik dalam pembelajaran bercerita
permasalahan yang dihadapi oleh guru dan tidak terlepas dari kelebihan-kelebihan yang
siswa di kelas IV SD Negeri 1 Nisam dalam dimilikinya. Dengan menerapkan metode ini,
melaksanakan proses pembelajaran IPA, seperti siswa akan termotivasi dan bekerja sama untuk
masih rendahnya aktivitas guru dan siswa tampil bercerita. Dalam kelompok tersebut,
dalam proses pembelajaran dan masih mereka harus bekerja sama untuk mendapatkan
rendahnya hasil belajar siswa. nilai yang terbaik. Siswa yang memiliki
Untuk dapat meningkatkan hasil belajar kemampuan lebih dalam bercerita akan
siswa, maka dibutuhkan penerapan metode memotivasi siswa lain yang kurang terampil
pembelajaran yang tepat pada tiap materi yang berbicara didepan kelas. Terkait dengan hal
diajarkan dan penyajian pembelajaran dengan tersebut di atas, dalam penelitian Ambaryani
beragam variasi yang membangkitkan minat (2017) diperoleh kesimpulan bahwa melalui
siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran. pengembangan media komik untuk efektisitas
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dan meningkatkan hasil belajar kognitif materi
dibutuhkan penerapan metode dan media perubahan lingkungan fisik sangat memuaskan
pembelajaran dengan beragam variasi yang mencapai 90%.

8
Vol. 9, No. 2, September 2022 |ISSN : 2355-3650
|e-ISSN: 2721-3498

Dari uraian di atas, penulis ingin Hasil belajar merupakan hasil dari suatu
melakukan penelitian dengan mengembangkan interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
perangkat pembelajaran Storytelling dengan Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan
media komik sebagai salah satu alternatif dalam proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,
mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini hasil belajar merupakan berakhirnya penggal
bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan dan puncak proses belajar. Selanjutnya menurut
hasil belajar siswa melalui penerapan model Aunurrahman (2010:55) hasil belajar
Story Telling pada materi daur hidup hewan di merupakan dimensi-dimensi tingkah laku
kelas IV SD Negeri 1 Nisam. tertentu, sehingga memberi nuansa pemahaman
yang semakin luas tentang belajar. Meskipun
terdapat penekanan yang berbeda tersebut,
2. KAJIAN LITERATUR namun kesamaanya terutama adalah bahwa
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang belajar merupakan proses internal yang
diadakan oleh adanya usaha belajar. Suatu kompleks, yang melibatkan seluruh mental
penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
telah dilakukan berulang-ulang serta akan Ketiga ranah tersebut merupakan bukan bagian
tersimpan dalam waktu lama atau bahkan tidak yang terpisah, akan tetapi memiliki keterkaitan
akan hilang selama-lamanya, karena hasil satu dengan yang lain.
belajar turut serta membentuk pribadi individu Berdasarkan pendapat para ahli mengenai
yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih hasil belajar, maka peneliti menyimpulkan
baik lagi, sehingga akan mengubah cara berfikir bahwa hasil belajar merupakan sesuatu yang
serta menghasilkan prilaku kerja yang lebih diperoleh dari usaha yang dilakukan oleh siswa
baik. untuk mencapai tujuan belajar. Setelah suatu
Menurut Muri (2015:181) hasil belajar proses belajar berakhir maka siswa memperoleh
merupakan wujud pencapaian peserta didik, suatu hasil belajar. Hasil belajar memiliki
sekaligus merupakan lambang keberhasilan peranan penting dalam proses pembelajaran dan
pendidik dalam membelajarkan peserta didik. tujuan utama yang ingin dicapai dalam proses
Tes hasil belajar (Achievement test), kadang- pembelajaran adalah hasil belajar yang terdiri
kadang disebut juga tes prestasi belajar, dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
merupakan salah satu alat yang digunakan Masing-masing ranah tersebut selanjutnya
pendidik disekolah atau pendidik di lembaga dijabarkan kedalam bagian-bagian yang lebih
pendidikan tinggi, untuk memahami tingkat spesifik dalam indikator hasil belajar.
keberhasilan peserta didik dalam belajar. Tes Hasil belajar merupakan pengukuran dari
ini dapat disusun dalam berbagai bentuk, tetapi kegiatan belajar atau proses belajar. Pada
pilihlah bentuk yang tepat dan sesuai dengan dasarnya, pengungkapan hasil belajar meliputi
tujuan kegiatan pembelajaran yang telah segenap aspek psikologis, dimana aspek
ditetapkan. tersebut berangsur berubah seiring dengan
Oleh karena itu, tes hasil belajar mungki pengalaman dan proses belajar yang dijalani
saja mengukur kecepatan lari, kemampuan siswa. Akan tetapi tidak dapat semudah itu,
mengingat, pemahaman, mengaplikasikan karena terkadang untuk ranah afektif sangat
sesuatu, menilai, menciptakan sesuatu atau sulit dilihat hasil belajarnya. Hal ini disebabkan
melahirkan pemikiran secara tertulis. Seorang karena hasil belajar itu ada yang bersifat tidak
pendidik/guru, mungkin menggunakan tes bisa diraba.
objektif yang telah distandardisasikan untuk
mengukur belajar peserta didiknya, sedangkan
pendidik yang lain menggunakan tes unjuk 3. METODE PENELITIAN
kerja. Disamping itu, perlu diingat bahwa Penelitian ini menggunakan pendekatan
assemen dan evaluasi belajar merupakan kualitatif karena subjek dalam penelitian ini
evaluasi produk, bukan asesmen proses adalah siswa yang bertujuan untuk mengetahui
pendidikan. peningkatan hasil belajar siswa. Jenis penelitian

9
Vol. 9, No. 2, September 2022 |ISSN : 2355-3650
|e-ISSN: 2721-3498

ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). ketuntasan dalam belajar sebanyak 54%
Instrumen yang digunakan adalah tes lembar sedangkan 45% masih belum tuntas dan perlu
observasi dan angket. diberikan remedial pada pembelajaran siklus II.
Berdasarkan kriteria keberhasilan hasil tes jika
≥ 85% siswa mendapat skor ≥ 70, maka
4. HASIL DAN PEMBAHASAN pembelajaran pada siklus I.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1
Nisam. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan Siklus Kedua
dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua Peneliti (sebagai guru) melaksanakan
kali pertemuan. Pelaksanaan siklus pertama tindakan dengan subjek penelitian kelas IV SD
pertemuan I dengan materi metamorfosis Negeri 1 Nisam yang diamati oleh dua orang
sempurna dan pertemuan II dengan materi pengamat. Pada siklus kedua peneliti
metamorfosis tidak sempurna. Setelah melaksanakan pembelajaran dua kali pertemuan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran, kemudian dengan materi daur hidup tanpa metamorfosis
peneliti melakukan ujian siklus I. dan memelihara hewan peliharaan sesuai
Pelaksanaan siklus kedua pertemuan I dengan permasalahan yang telah dirumuskan
dengan materi daur hidup tanpa metamorfosis dengan menggunakan model pembelajaran
dan pertemuan II dengan materi memelihara Story Telling.
hewan peliharaan. Setelah pelaksanaan kegiatan Analisis tes hasil belajar siklus II pada
pembelajaran selesai, kemudian peneliti materi daur hidup tanpa metamorfosis dan
melakukan ujian siklus II dan tes angket respon. memelihara hewan peliharaan dengan
menggunakan model pembelajaran Story
Siklus Pertama Telling dapat diukur dengan menggunakan
Peneliti (sebagai guru) melaksanakan lembar soal pilihan ganda dengan jumlah 20
tindakan dengan subjek penelitian kelas IV SD soal dengan 1 soal bernilai 5 poin. Tes ini
Negeri 1 Nisam yang diamati oleh dua orang diikuti seluruh siswa kelas IV SD Negeri 1
pengamat. Pada siklus pertama peneliti Nisam dan diamati oleh dua orang guru
melaksanakan pembelajaran dua kali pertemuan pengamat dan guru.
dengan materi metamorfosis sempurna sesuai Hasil belajar siklus II diperoleh data bahwa
dengan permasalahan yang telah dirumuskan siswa yang medapatkan nilai ≥ 70 sebanyak 20
dengan menggunakan model pembelajaran orang dan siswa yang mendapatkan nilai < 70
Story Telling. sebanyak 2 orang. Setelah dihitung persentase
Analisis tes hasil belajar siklus I pada siswa yang mendapatkan nilai ≥ 70 sebanyak 20
materi metamorfosis sempurna dan orang, maka keberhasilan tes akhir siklus II
metamorfosis tidak sempurna dengan mencapai 91% dan siswa yang mendapat nilai <
menggunakan model pembelajaran Story 70 sebanyak 2 orang dengan persentase 9%.
Telling dapat diukur dengan menggunakan Dengan demikian siswa sudah mengalami
lembar soal pilihan ganda dengan jumlah 20 ketuntasan dalam belajar sebanyak 91%
soal dengan 1 soal bernilai 5 poin. Tes ini sedangkan 9% masih belum tuntas dan perlu
diikuti seluruh siswa kelas IV SD Negeri 1 diberikan remedial dengan cara dikembalikan
Nisam dan diamati oleh dua orang pengamat kepada guru kelas. Berdasarkan kriteria
hasil belajar siklus I diperoleh data bahwa siswa keberhasilan hasil tes jika ≥ 85% siswa
yang medapatkan nilai ≥ 70 sebanyak 12 orang mendapat skor ≥ 70, maka pembelajaran pada
dan siswa yang mendapatkan nilai < 70 siklus II telah tuntas dengan persentase 91%
sebanyak 10 orang. Setelah dihitung persentase terlihat bahwa 90% siswa menyatakan senang
siswa yang mendapatkan nilai ≥ 70 sebanyak 10 belajar dengan menggunakan model
orang, maka keberhasilan tes akhir siklus I pembelajaran Story Telling pada materi daur
mencapai 54% dan siswa yang mendapat nilai < hidup hewan dan 10% siswa menyatakan tidak
70 sebanyak 10 orang dengan persentase 45%. senang belajar dengan model tersebut. Dari
Dengan demikian siswa sudah mengalami analisis data siswa senang bahwa materi daur

10
Vol. 9, No. 2, September 2022 |ISSN : 2355-3650
|e-ISSN: 2721-3498

hidup hewan diajarkan dengan model meningkatkan kreativitas siswa dan daya
pembelajaran Story Telling mudah dipahami pemikiran siswa dan rasa saling membantu
oleh siswa dan dapat membuat siswa lebih aktif dalam memahami materi daur hidup
dalam KBM serta dapat membangkitkan minat hewan.
belajar siswa mengikuti materi dan dapat
meningkatkan hasil belajar yang diperoleh 6. REFERENSI
siswa dengan model pembelajaran Story Telling Rifai. A. 2010. Teknologi Pengajaran. Penerbit:
Bandung Sinar Gorro Algosindo.
5. PENUTUP Anita, L. 2010 Cooperative Learning. Jakarta:
Berdasarkan hasil penelitian dan Grasindo.
pembahasan yang telah peneliti kemukakan Saputro, A. D. 2015. Aplikasi Komik Sebagai
pada bab yang sebelumnya, maka ada beberapa Media Pembelajaran. Vol. 5 No. 1 ISSN.
kesimpulan dan saran sebagai berikut: 2088-3390.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Ambaryani, G. S. A. Pengembangan Komik
yang telah peneliti kemukakan pada bab Untuk Efektivitas Dan Meningkatkan Hasil
sebelumnya, maka ada beberapa kesimpulan Belajar Kognitif Materi Perubahan
dan saran sebagai berikut: Lingkungan Fisik. Jurnal Pendidikan Surya
1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa Edukasi. Vol. 3. No. 1.
dengan menggunakan model pembelajaran Asnawir. M dan Usman, B. Media
Story Telling pada materi daur hidup Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Prees.
hewan di kelas IV SD Negeri 1Nisam Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pendidikan Sekolah Dasar.
Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar pada Haryanto. 2008. SAINS untuk SD Kelas V.
siklus I yaitu 54% tuntas dan mengalami Jakarta: Penertbit Erlangga.
peningkatan pada siklus II yaitu 91% Krisnanto. 2010. Sains Kelas V Untuk Sekolah
tuntas, dan tergolong dalam kategori Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
sangat baik. Maidiyah, Usman. 2008. Penelitian Tindakan
2) Aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan Kelas. Darussalam Banda Aceh
pembelajaran dengan model pembelajaran Moleong, lexy J. 2010. Metodelogi Penelitian
Story Telling pada materi daur hidup Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
hewanmengalami peningkatan. Aktivitas Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang
guru pada siklus I dengan persentase Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.
83%dan mengalami peningkatan pada Subyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.
siklus II menjadi 92%, dan tergolong Penerbit: Universitas Diponegoro
dalam kategori sangat baik. Sedangkan Semarang.: CV. Widya Karya Semarang.
aktivitas siswa pada siklus I dengan Sudjana. N. 2009. Penilaian Hasil Proses
persentase 84% dan mengalami Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja
peningkatan pada siklus II menjadi 93% Rosda Karya.
dan tergolong dalam kategori sangat baik. Sudijono. 2005. Pengantar Statistik
3) Respon siswa terhadap pembelajaran Pendidikan. Jakarta: Raja Gafindo.
dengan menggunakan model pembelajaran Persada.
Story Telling sudah baik. Dimana 90% Sugiyono dkk. 2011. Penelitian Tindakan
siswa senang belajar dengan menggunakan Kelas. Bandung: Wacana Prima.
model pembelajaran Story Telling pada Suprijono. 2010. Cooperative Learning.
materi alat indera pada manusia dan 10% Pustaka pelajar. Yogyakarta
siswa menyatakan tidak senangbelajar Tugiono. 2007. Alamku Sains Kelas V Untuk
dengan menggunakan model pembelajaran Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Story Telling. Di samping itu dengan
pembelajaran Story Telling dapat

11

Anda mungkin juga menyukai