Anda di halaman 1dari 22

.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGANALISA UNSUR UNSUR


CERPEN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP
INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IX B MTs NEGERI 4 DEMAK
SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Oleh:Wiji Raharti
MTs Negeri 4 Demak, Jawa tengah

ABSTRAK
Permasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah rendahnya hasil
belajar siswa kelas IX B MTs Negeri 4 Demak Semester 1 Tahun Pelajaran
2018/2019 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi menganalisis
unsur-unsur cerpen. Hal tersebut disebabkan karena metode mengajar guru yang
masih konvensional. Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti melakukan
Penelitian Tindakan Kelas selama dua siklus yang setiap siklusnya dilakukan
dalam tiga kali pertemuan dengan menerapkan model pembelajaran group
investigation. Dari hasil pengamatan pada siklus I selama proses pembelajaran
menunjukkan bahwa siswa mulai terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut
berdampak pada hasil belajar menganalisis unsur-unsur cerpen, yaitu dari 35
siswa diperolah ketuntasan klasikal sebesar 66 %. Dengan adanya refleksi pada
siklus I kemudian dilakukan perbaikan dan penyempurnaan maka proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran group ivestigation
semakin baik. Siswa semakin antusias dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
berdampak pada hasil belajar pada siklus II. Dari 35 siswa diperoleh ketuntasan
klasikal sebesar 91 %. Berdasarkan hasil penelitin tersebut diperoleh kesimpulan
bahwa melalui model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan
hasil belajar menganalisis unsur-unsur cerpen pada siswa kelas IX B MTs Negeri 4
Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.
Katakunci: Hasil belajar menganalisi unsur-unsur cerpen, model pembelajaran
group investigation.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia bahwa aspek
pembelajaran bahasa Indonesia terbagai dalam empat aspek, yaitu mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Khususnya pada aspek membaca siswa lulusan
.
2

Sekolah Menengah Pertama hendaknya mampu menggunakan berbagai jenis


membaca untuk memahami berbagai bentuk wacana tulis, dan berbagai karya
sastra berbentuk puisi, cerita pendek, drama, novel ramaja, antologi puisi, novel
dari berbagai angkatan.
Dari standar kompetensi lulusan tersebut dapat diketahui bahwa salah satu
kompetensi yang harus dimiliki siswa adalah mampu menggunakan berbagai jenis
membaca untuk membaca berbagai karya sastra berbentuk prosa cerpen. Salah
satu kegiatan membaca berbagai bentuk karya sastra prosa adalah berupa
kegiatan mengapresiasi.
Kegiatan apresiasi terhadap prosa, dapat memberikan banyak manfaat
kepada seseorang. Melalui karya sastra berupa prosa, seseorang dapat menambah
pengetahuan tentang kosa kata suatu bahasa, tentang pola hidup, dan budaya suatu
masyarakat. Mereka yang menjadi guru dapat menggunakan hasil apresiasinya
sebagai bahan pembelajaran. Orang tua dapat memanfaatkan hasil apresiasinya
sebagai bahan cerita untuk putra-putrinya. Bagi para pelajar dengan mengapresiasi
prosa dapat menambah pengetahuan pembendaharaan kata, serta pembentukan
kepribadian yang baik. Jadi, apresiasi terhadap karya sastra berupa prosa
memberikan banyak manfaat.
Kegiatan mengapresiasi karya sastra cerpen tidak lepas dengan memahami
unsur-unsur instrinsik cerpen tersebut. Hal ini sudah sesuai antara Standar
Kompetensi Lulusan dengan apa yang tertuang dalam silabus mata pelajaran
bahasa Indonesia kelas IX.Sebagaimana tertuang dalam KD 3.5 adalah siswa
mampu mengidentifikasi unsur pembangun karya sastra dalam teks cerita pendek
yang dibaca atau didengar. Sedangkan pada KD 4.5 adalah siswa mampu
menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang
mendukung dari cerita pendek yang dibaca atau didengar. Namun, pada
kenyataannya siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami unsur-unsur
cerpen tersebut.
Berdasarkan pengamatan peneliti selama proses pembelajaran menganalisis
unsur-unsur,bahwa keterlibatan siswa kelas IX B MTs Negeri 4 Demak Semester
1 Tahun Pelajaran 2018/2019 dalam proses pembelajaran masih sangat rendah.
.
3

Siswa cenderung kurang serius dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal


tersebut berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa, yaitu hasil  belajar siswa
kelas IXB   yang memperoleh  nilai tuntas belajar hanya13 siswa atau 37% dari
35 siswa,  sedangkan  siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM sebanyak 22
siswa atau 63 % dari 35 siswa.
Beberapa faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa tersebut adalah
metode megajar guru yang masih konvesional seperti ceramah, sehingga
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih kurang. Pembelajaran seperti
ini berkesan guru masih mendominasi pembelajaran sehingga interakasi hanya
berlangsung satu arah. Selain itu, guru belum memanfaatkan media pembelajaran
yang optimal. Kondisi tersebut berdampak pada rendahnya kemampuan siswa
dalam memahami materi dan menganalisis unsur-unsur cerpen, akibatnya hasil
belajar menganalisis unsur-unsur cerpen juga rendah.
Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar  menganalisis unsur -unsur
cerpen pada siswakelas IXB MTs Negeri 4 DemakSemester 1 Tahun Pelajaran
2018/2019yaitu melalui  pembelajaran dengan model group investigation. Secara
konseptual model pembelajaran group investigationmemilikibeberapa tahapan
pembelajaran, yaitu tahap pengelompokkan (grouping), tahap perencanaan
kooperatif (planning), tahap penyelidikan (investigation), tahap pengorganisasian
(organizing), tahap presentasi hasil final (presenting), dan tahap evaluasi
(evaluating). Dengan pemilihan model pembelajaran group investigation
harapannya pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya kemampuan menganalisis
unsur -unsur  cerpen, akan menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan. Selain itu, juga diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan
siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam 
menganalisis unsur-unsur cerpen.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang muncul
sebagai berikut: 1. Apakah melalui model pembelajaran group investigation dapat
meningkatkan hasil belajar menganalisis unsur-unsur cerpen pada siswa kelas
IXB MTs Negeri 4 Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019? 2.
.
4

Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran group investigation dilakukan


sebagai upaya dapat meningkatkan hasil belajar menganalisis unsur-unsur cerpen
pada siswa kelas IXB MTs Negeri 4 DemakSemester 1 Tahun Pelajaran
2018/2019?
Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian tindakan kelas ini diantaranya adalah: 1.
Meningkatkan hasil belajar menganalisis unsur-unsur cerpen melalui model
pembelajaran group investigation pada siswa kelas IX BMTs Negeri 4
DemakSemester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019. 2. Memperoleh gambaranproses
pelaksanaan model pembelajaran group investigationsebagai upaya
meningkatkan hasil belajar menganalisis unsur-unsur cerpen pada siswa kelas
IXB MTs Negeri 4 Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat terhadap
perbaikan kualitas pendidikan dan pembelajaran di antaranya,
1. Bagi siswa
a. Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, dan ketertarikan
siswa dalam proses pembelajaran di kelas sehingga hasil belajar
menganalisis unsur-unsur cerpen pun meningkat.
b. Memberikan bekal kecakapan berfikir ilmiah melalui keterlibatan siswa
dalam kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru
2. Bagi guru
a. Meningkatkan kemampuan guru dalam merancang model pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran group ivestigation sehingga
pembelajaran akan lebih aktif, kreaktif, efektif , dan menyenangkan.
b. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi
masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas.
3. Bagi sekolah
a. Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan masukan positif
dan menjadi alternatif model pembelajaran bahasa Indonesia sehingga
.
5

mampu meningkatkan kualitas sekolah sebagai lembaga pendidikan di


masyarakat.
b. Menumbuhkembangkan budaya ilmiah di lingkungan sekolah untuk
proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan atau
pembelajaran secara berkelanjutan.
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Teori
1. Hakikat Belajar
Belajar merupakan proses yang aktif untuk memahami hal-hal baru dengan
pengetahuan yang kita miliki. Di sini terjadi penyesuaian dari pengetahuan yang
sudah kita miliki dengan pengetahuan baru. Dengan kata lain, ada tahap evaluasi
terhadap informasi yang didapat, apakah pengetahuan yang kita miliki masih
relevan atau kita harus memperbarui pengetahuan kita sesuai dengan
perkembangan zaman.
Sebagaimana dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses
perubahan manusia. Oemar Hamalik (2002:37), menyatakan bahwa belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman
dan latihan. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antar individu dan
lingkungannya, baik lingkungan alamiah maupun lingkungan sosialnya.
Dalam pengertian tersebut belajar dapat berupa perubahan tingkah laku
yang terjadi baik lingkungan alamiah maupun lingkungan sosialnya. Proses
belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang
terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi
ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Dengan demikian, belajar
adalah aktivitas yang berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui
tahapan-tahapan tertentu.
Menurut Slameto (2003:2), definisi belajar adalah Suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Kesimpulan yang bisa diambil dari pengertian di atas, bahwa pada
prinsipnya belajar adalah perubahan diri seseorang. Belajar diharapkan dapat
.
6

mempengaruhi daya pikir seseorang yang bertujuan pada perubahan tingkah


laku.Untuk menetapkan penguasaan konsep sesuatu materi perlu alat atau sarana
belajar yang memadai, diantaranya adalah buku penunjang yang relevan, baik dari
buku paket maupun buku penunjang lain.
Menurut Thursan Hakim (2000:1) bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut yang ditampakkan
dalam bentuk kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman keterampilan, daya pikir, dan lain-
lain.
Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas
kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila
seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas
kemampuan, maka orang tesebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau
dengan kata lain ia mengalami kegagalan dalam proses belajar. Dari beberapa
pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu
proses memahami segala bentuk pembelajaran dalam rangka untuk
perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari pengalamannya sendiri
sebagai interaksi dengan lingkungannya.
2. Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana dalam Edutaka.blogspot.co.id, hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Jadi,
hasil belajar merupakan salah satu ukuran penguasaan siswa mendapatkan
pelajaran di sekolah. Untuk mengukur kemampuan siswa tersebut dilakukan
evaluasi. Evaluasi hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
pengumpulan data mengenai kemampuan belajar siswa untuk menentukan apakah
kompetensi dasar dan indikator hasil belajar tercapai seperti apa yang diharapkan.
Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah
mengalami suatu proses pembelajaran. Dikutip dari sumber yang sama,
Depdiknas mengemukakan bahwa belajar adalah penguasaan dan keterampilan
.
7

yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditujukan dari nilai tes atau
nilai yang diberikan oleh guru.
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar merupakan
hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut melakukan proses belajar yang
melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang diwujudkan dalam
bentuk skor atau angka setelah mengikuti tes. Dalam penelitian ini penilaian hasil
belajar siswa menggunakan teknik tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam
menganalisis unsur-unsur cerpen.
3. Unsur-Unsur Cerpen
Cerpen adalah cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek.
Ukuran panjang-pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada umumnya
cerpen merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah
jam. Jumlah katanya sekitar 500-5000 kata. Oleh karena itu, cerita pendek sering
diungkapkan sebagai cerita yang dibaca dalam sekali duduk.
Cerita pendek pada umumnya bertema sederhana. Jumlah tokohnya
terbatas. Jalan ceritanya sederhana dan latarnya meliputi ruang lingkup yang
terbatas. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa cerpen memiliki
ciri-ciri sebagai berikut: a)Alur lebih sederhana. b)Tokoh yang dimunculkan
hanya beberapa orang. c)Latar yang dilukiskan hanya sesaat dan dalam
lingkungan yang relatif terbatas. d) Tema dan nilai-nilai kehidupan yang
disampaikan relatif sederhana.(E. Kosasih, 2008 : 53-54)
Cerpen sebagai karya sastra prosa memiliki unsur-unsur dalam (instrinsik)
dan unsur luar (ekstrinsik) yang membangunnya. Hal yang perlu diperhatikan
adalah unsur-unsur tersebut membentuk kesatuan yang utuh. Dalam hal ini, satu
unsur akan mempengaruhi unsur yang lain. Untuk lebih jelasnya, berikut ini
unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen sebagimana yang dijelaskan oleh E.
Kosasih.
a. Tema
Tema yaitu gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema cerita
menyangkut segala persoalan, yaitu persoalan kemanusiaan, kekuasaan, kasih
sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Untuk mengatahui suatu cerita, diperlukan
.
8

apresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan.Bisa saja tema


“dititipkan” dalam unsur penokohan, alut, atau latar.
Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat
merumuskan tema cerita fiksi, seorang pembaca harus mengenali unsur-unsur
instrinsik yang dipakai oleh pengarang untuk mengembangkan cerita fiksinya.
Ada empat unsur instrinsik yang digunakan oleh pengarang untuk
menyalurkan tema ceritanya yaitu alur, penokohan, bahasa, dan simbol-simbol
yang dipakai oleh pengarang.
b. Alur
Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan
sebab-akibat. Secara umum jalan cerita terbentuk atas bagian-bagian berikut ini.
1. Pengenalan situasi cerita (exposition)
Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan para tokoh serta
menata adegan dan hubungan antartokoh.
2. Pengungkapan peristiwa (complication)
Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan
berbagai masalah, pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi
para tokohnya.
3. Menuju pada adanya konflik (rising action)
Terjadi penigkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun
keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya
kesukaran tokoh.
4. Puncak konflik (turning point)
Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang
paling besar dan mendebarkan. Pada bagian ini pula ditentukannya
perubahan nasib beberapa tokohnya, misalnya berhasil tidaknya
menyelesaikan masalah.
5. Penyelesaian (ending)
Sebagai akhir cerita, bagian ini berisi penjelasan tentang nasib-nasib
yang dialami oleh tokoh setelah mengalami peristiwa puncak. Namun,
ada juga cerita yang penyelesaian akhir ceritanya diserahkan kepada
.
9

imajinasi pembaca. Jadi, akhir cerita dibiarkan menggantung, tanpa


ada penyelesaian.
c. Latar
Latar termasuk unsur instrinsik karya sastra. Latar meliputi latar tempat
dan latar waktu. Selain itu, juga ada latar suasana dan latar sosial.
1) Tempat :  umpamanya di rumah sakit, daerah wisata, di daerah
transmigran, di kantor, di kamar tidur, di halaman dan lain sebagainya.
2) Waktu :  tahun, musim, masa perang, suatu upacara, masa panen,
periode sejarah, dan sebagainya.
3)  Suasana:  aman, damai, gawat, bergembira, berduka/ berkabung, kacau,
galau, dan sebagainya.
4) Sosial : berkaitan dengan latar belakang ekonomi, kelas bawah atau
kelas atas.
d. Tokoh dan Penokohan
Tokoh yaitu pelaku di dalam cerita dan mengambil peranan dalam setiap
insiden-insiden. Tokoh terdiri atas sebagai berikut.
a) Tokoh Protagonis (Tokoh Utama/Tokoh Sentral), yaitu tokoh yang
paling berperan dalam cerita dan umumnya bersifat baik.
b) Tokoh Antagonis (Lawan Peran Utama), yaitu tokoh yang menentang
tokoh protagonis, umumnya memiliki sifat yang jahat.
c) Tokoh Komplementer (Pembantu), yaitu tokoh sampingan yang
berperan sebagai pembantu tokoh protagonis dan antagonis.
Penokohan adalah cara pengarang dalam menggambarkan dan
mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Untuk menggambarkan
karakter tokoh, pengarang menggunakan teknik berikut.
1) Metode analitik, yaitu pemaparan secara langsung (eksplisit) watak
atau karakter para tokoh dalam cerita, seperti; penyayang, penyabar,
keras kepala, baik hati, pemarah, dan lain sebagainya.
2) Metode dramatik, yaitu metode penokohan yang dipergunakan
pencerita dengan membiarkan para tokohnya untuk menyatakan diri
melalui. penggambaran fisik atau perilaku tokoh, tata kebahasaan
.
10

tokoh, pengungkapan jalan pikiran tokoh, dan penggambaran oleh


tokoh lain.
3) Metode kontekstual, yaitu cara menyatakan watak tokoh melalui
konteks verbal yang mengelilinginya. Jelasnya, melukiskan watak
tokoh dengan jalan memberikan lingkungan yang mengelilingi tokoh,
misalnya: kamarnya, rumahnya, tempat kerjanya, atau tempat di mana
tokoh berada.
e. Point of Fiew atau Sudut Pandang
Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita.
Posisi pengarang terdiri atas dua macam, yaitu berperan langsung sebagai oreng
pertama dan hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat.
f.Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak
disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Tidak jauh
berbeda dengan bentuk cerita lainnya, amanat dalam cerpen akan disimpan rapi
dan disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan cerita. Oleh karena itu,
untuk menemukannya, tidak cukup dangan membaca dua atau tiga paragraf,
melainkan harus menghabiskan sampai tuntas.
g. Gaya Bahasa
Penggunaan gaya bahasa berfungsi untuk mencipta nada atau suasana
persuasif dan merumsukan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan
interaaksi antartokoh. Kemampuan sang penulis dalam menggunakan bahasa
secara cermat dapat menjelmakan suasana yang berterus terang atau satiris,
simpatik atau menjengkelkan, dan objektif atau emosional. bahasa dapat
menimbulkan suasana yang tepat guna bagi adegan yang seram, adegan cinta,
peperangan, keputusasaan, atau harapan.
h. Nilai- Nilai dalam Cerpen
Bila dicermati, tokoh-tokoh di dalam cerpen mempunyai sifat dan
melakukan aktivitas seperti kehidupan manusia sesungguhnya. Dengan kata lain,
cerpen mengandung nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dari peran masing-
masing tokoh dalam isi cerpen tersebut. Di dalam setiap karya sastra (termasuk
.
11

cerpen) terkandung beberapa nilai yang dapat diteladani atau dipetik hikmahnya.
Nilai-nilai kehidupan yang ada di dalam cerpen, antara lain:
1. Nilai moral atau keagamaan yaitu nilai yang berkenaan dengan Tuhan
dan agama;
2. Nilai kemanusiaan atau sosial yaitu nilai yang berkenaan dengan
masyarakat;
3. Nilai etika atau susila atau norma yaitu nilai yang berkenaan dengan budi
bahasa, sopan santun; dan
4. Nilai estetika atau keindahan yaitu nilai yang berkenaan dengan seni dan
kehidupan.(Atikah Anindyarini, 2008:6)
Sesuai dengan KD 7.1 yaitu siswa mampu menemukan tema, latar,
penokohan pada cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen. Sedangkan pada KD
7.2 adalah siswa mampu menganalisis nilai-nilai kehidupan dalam cerpen dalam
satu buku kumpulan cerpen. Maka pada penelitian tindakan kelas ini,unsur-unsur
cerpen yang akan dianalisis dalam proses pembelajaran meliputi unsur tema,
latar, penokohan, dan nilai-nilai kehidupan dalam cerpen.
4. Model Pembelajaran Group Investigation
Group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan
mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini menuntut siswa untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
keterampilan proses kelompok (group process skills). Hasil akhir dari kelompok
adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang
notabene lebih mengasah kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar
secara individual(http://www.kajianpustaka).
Diambil dari sumber yang sama Eggen & Kauchak mengemukakan
bahwa group investigation adalah strategi belajar kooperatif yeng menempatkan
siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode group
investigationmempunyai fokus utama untuk melakukan investigasi terhadap suatu
topik atau objek khusus.
.
12

Metode group investigation paling sedikit memiliki tiga tujuan yang saling
terkait:
1. Group investigasi membantu siswa untuk melakukan investigasi terhadap
suatu topik secara sistematis dan analitik. Hal ini mempunyai implikasi
yang positif terhadap pengembangan keterampilan penemuan dan
membentu mencapai tujuan. 
2. Pemahaman secara mendalam terhadap suatu topik yang dilakukan melaui
investigasi.
3. Group Investigasi melatih siswa untuk bekerja secara kooperatif dalam
memecahkan suatu masalah. Dengan adanya kegiatan tersebut, siswa
dibekali keterampilan hidup (life skill) yang berharga dalam kehidupan
bermasyarakat. Jadi guru menerapkan model pembelajarangroup
investigation dapat mencapai tiga hal, yaitu dapat belajar dengan penemuan,
belajar isi dan belajar untuk bekerjas secara kooperatif.
Suatu model pembelajaran pasti memilki kelabihan dan kekurangan, begitu
juga dengan model pembelajaran group investigation.Menurut Eggen dan Kaucha,
kelebihan model pembelajarn group investigation adalah sebagai berikut.
1. Memungkinkan siswa untuk secara aktif melakukan investigasi terhadap
suatu topik, sebab group investigation memfokuskan pada investigasi
terhadap suatu topik atau konsep.
2. Group investigation menyediakan kesempatan kepada siswa untuk
membentuk atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan bermakna.
3. Group investigation efektif dalam membentuk siswa untuk bekerjasama
dalam kelompok dengan latar belakang berbeda (misalnya kemampuan,
gender, dan etnis).
4. Group investigation menyediakan konteks sehingga siswa dapat belajar
mengenai dirinya dan orang lain.
Sementara itu, kekurangan group investigation adalah setiap kelompok
menerima materi yang berbeda-beda sehingga dapat terjadi kemungkinan setiap
kelompok hanya memahami materi yang sudah diterimanya.
Kerangka Berfikir
.
13

Rendahnya kemampuan menganalisis unsur-unsur cerpen pada siswa


kelas IXB MTs Negeri 4 DemakSemester 1 Tahun Pelajaran
2018/2019disebabkan oleh model pembelajaran yang digunakan guru masih
konvesional seperti ceramah, sehingga keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran masih kurang. Pembelajaran seperti ini berkesan guru masih
mendominasi pembelajaran sehingga interakasi hanya berlangsung satu arah.
Selain itu, guru belum memanfaatkan media pembelajaran yang optimal.
Kondisi tersebut berdampak pada rendahnya kemampuan siswa dalam
memahami materi dan menganalisis unsur-unsur cerpen, akibatnya hasil belajar
menganalisis unsur-unsur cerpen juga berkurang atau rendah. Salah satu cara
yang dapat ditempuh peneliti sebagai guru harus mampu memilih strategi
pembelajaran yang inovatif. Salah satu metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan menganalisis unsur-unsur cerpen
adalah model pembelajaran group investigation.
Model pembelajaran group investigationdipilih sebagai salah satu
alternatif yang digunakan oleh peneliti dalam pembelajaran menganalisis unsur-
unsur cerpen karena model pembelajaran ini memiliki beberapa kelebihan yaitu
membantu guru dalam mengatur proses pembelajaran serta penggunaan waktu di
kelas dengan bijak. Selain itu, model pembelajaran ini akan mempengaruhi
keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran group
invesstigation dalam pembelajaran menganalisis unsur-unsur cerpen tentunya
sangat menarik bagi siswa karena siswa dituntut aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Keakttifan siswa ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam menganalisiss unsur-unsur cerpen. Peneliti menuangkan kerangka
berpikir tersebut dalam gambar bagan berikut.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah : Melalui model pembelajaran group investigation dapat
meningkatkan hasil belajar menganalisis unsur-unsur cerpen pada siswa kelas
IXBMTs Negeri 4 DemakSemester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.
.
14

METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri 4 DemakSemester 1 Tahun
Pelajaran 2018/2019 Kabupaten Demak, semester 1 tahun pelajaran
2018/2019.Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti berkolaborator dengan teman
sejawat, yaitu Ibu Tumini, S.Pd. selaku guru Bahasa Indonesia. Teman sejawat ini
akan membantu peneliti mengamati proses jalannya pembelajaran dan merefleksi
segala kegiatan yang telah dilakukan selama pembelajaran.
Penelitian ini akan dilaksanakan selama enam bulan yaitu bulan Juli,
Agustus, September, Oktober, November, dan Desember. Penelitian tindakan
kelas ini dilaksankan pada semester 1.
Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas IX B MTs Negeri 4 Demak Semester
1 Tahun Pelajaran 2018/2019 sebanyak 35 siswa yang terdiri atas 19 siswa putra
dan 16 siswa putri. Karakteristik siswa kelas IXB dalam mengikuti
pembelajaranmenganalisis unsur-unsur cerpen adalah siswa cenderung kurang
serius dalam mengikuti proses pembelajaran.
Hal tersebut berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa, yaitu hasil 
belajar siswa di kelas IXB   yang memperoleh  nilai tuntas baru 13 siswa atau 37
% dari 35siswa,  sedangkan  siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM
sebanyak 22 siswa atau 63 % dari 35 siswa. Padahal ketuntasan klasikal adalah
jika jumlah siswa yang mencapai KKM sudah ≥ 85 %.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes dan
nontes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menganalisis unsur-unsur cerpen. Sedangkan teknik nontesnya yaitu teknik
observasi dan dokumentasi.
1. Teknik Tes
Tes adalah serentetan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, sikap, intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Yatim Riyanto,
.
15

2010 :103).Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes
tertulis yaitu untuk mengukur hasil belajar menganalisis unsur –unsur
cerpen. Soal tes yang akan diujikan pada siswa berbentuk tes pilihan ganda
dengan jumlah 20 butir. Adapun norma penilaiannya adalah setiap nomor
soal dijawab benar skor = 1, tetapi jika dijawab salah skor = 0. Jika 20
butir soal dijawab dengan betul semua maka skor 20 dengan nilai 100.
Artinya setiap nomor soal berbobot nilai 5.
Nilai hasil belajar siswa dalam menganalisis unsur-unsur cerpen
dikategorikan dalam tabel berikut.
Tabel 3.2
Pedoman Penilaian
NO Rentang Nilai Kategori
1 85 -100 Sangat baik
2 75 -84 baik
3 60 - 74 cukup
4 0 - 59 kurang

2. Teknik Nontes
a. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang manggunakan
pengamatan terhadap obyek penelitian (Yatim Riyanto, 2010:96).
Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mengamati jalannya
proses pembelajaran menganalisis unsur-unsur cerpen dengan
menggunakan model pembelajaran group investigation.
b. Dokumentasi
Guba dan Lincoln dalam Yatim Riyanto (2010: 103) mengatakan
bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis maupun film yang sering
digunakan untuk keperluan penelitian. Dalam penelitian ini
dokumentasi digunakan dengan tujuan untuk memperoleh data nontes
berupa gambar-gambar atau foto yang diambil pada saat proses
pembelajaran. Selain itu,teknik dokumentasi dalam penelitian ini juga
.
16

digunakan untuk memperoleh gambaran berupa contoh hasil pekerjaan


siswa dan nilai hasil belajar siswa dalam menganalisis unsur-unsur
cerpen.
Analisis Data
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
deskriptif komparatif yaitu dengan membandingkan hasil deskriptif siswa pada
kondisi awal dengan hasil deskriptif siswa pada siklus I dan siklus II. Adapun
teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
1. Teknik Kuantitatif
Teknik kuantitatif ini digunakan dalam analisis data kuantitatif. Data
diperoleh dari hasil tes belajar siswa pada siklus I maupun siklus II. Tes
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa, jenis yang digunakan
adalah tes tertulis dengan bentuk tes pilihan ganda. Hasil tes dianalisis
dengan menentukan nilai terendah, tertinggi dan nilai rata-rata
2. Teknik kualitatif
Sebagai data pendukung yang akan memperkuat data hasil penelitian
tindakan kelas ini akan dilakukan pengamatan selama proses
pembelajaran menganalisis unsur-unsur cerpen dengan menggunakan
model pembelajaran group investigationterutama pada ketarlibatan siswa
dalam proses pembelajaran. Pengamatan ini dilakukan oleh peneliti
bersama kolaborator selama proses pembelajaran baik pada siklus I
maupun siklus II. Data yang diperolehdigunakan untuk mengetahui
proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran sebelum diberi tindakan
dan sesudah diterapkannya tindakan dengan model pembelajaran group
investigation. Dengan demikian, akan diketahuiketerlibatan siswa dalam
proses pembelajaran yang berkorelasi terhadap hasil belajar siswa
setelah diterapkannya model pembelajarangroup invetsigation.
Validitas Data
Validitas data berupa proses pembelajaran dan nilai siswa yang dianalisis
berdasarkan hasil pra siklus, siklus 1 dan siklus 2. Kemudian Perolehan tiap siklus
.
17

tersebut dibandingkan untuk menentukan seberapa jauh peningkatan yang dicapai


setelah proses pembelajaran menganalisis unsur-unsur cerpen melalui model
pembelajaran group investigation.
Validitas data untuk mengetahui keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran dan sejauh mana peningkatan kemampuan menganalisis unsur-
unsur cerpen dianalisis secara kualitatif melalui triangulasi. Triangulasi
merupakan pemeriksaan keabsahan data yang paling umum digunakan dengan
cara memanfaatkan sesuatu di luar data utntuk pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
triangulasi sumber yaiut dari peneliti dan kolaborator.
Indikator Keberhasilan Penelitian
Ukuran keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
meningkatnya hasil belajar bahasa Indonesia pada materi unsur-unsur cerpen
dengan indikator mampu menyelesaikan soal-soal yang dievaluasikan secara
mandiri dengan perolehan nilai minimal sama dengan KKM bahasa Indonesia
yang telah ditetapkan yaitu ≥ 75 untuk indikator individual, sedangkan untuk
indikator klasikal ≥ 85% dari seluruh subyek penelitian mampu memperoleh nilai
≥ KKM.
Prosedur Penelitian
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini adalah untuk memperbaiki cara
mengajar di kelas terhadap permasalahan yang dihadapi di kelas. Perbaikan
pembelajaran yang menerapkan prosedur PTK ini diawali dengan proses awal
kesadaran peneliti adanya masalah yang terjadi dalam pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Kemudian barulah merencanakan suatu perbaikan melalui PTK
yang direncanakan dengan dua siklus, dimana tiap siklus terdiri dari empat tahap
yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observasi), dan
refleksi (reflecting). Keempat tahap tersebut digambarkan oleh Kemmis dan
Taggart yang dikutip oleh Supardi dalam Suharsimi Arikunto (2004 : 214) sebagai
daur berulang atau spiral yang saling terkait.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembahasan Antar siklus
.
18

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti sebagaimana yang


telah dilakukan pada awal siklus sampai dengan siklus II maka dapat
dideskripsikan perbandingan hasil penelitian antarsiklus sebagai berikut.
1. Nilai Hasil Belajar Siswa
Nilai hasil belajarmenganalisis unsur-unsur cerpen diukur melalui tes
tertulis yang dilakukan secara mandiri. Masing-masing siswa mengerjakan soal
berbentuk soal pilihan ganda yang berjumlah 20 butir soal.Adapun norma
penilaiannya adalah setiap nomor soal dijawab benar skor = 1, tetapi jika dijawab
salah skor = 0. Jika 20 butir soal dijawab dengan betul semua maka skor 20
dengan nilai 100. Artinya setiap nomor soal berbobot nilai 5.
Dari hasil belajar yang diperoleh siswa menunjukkan bahwa pada setiap
siklusnya mengalami peningkatan yang signifikan. Kenaikan ini terutama pada
jumlah nilai, nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah dan jumlah ketuntasan.
Sementara itu, jumlah siswa yang tidak tuntas belajar pada setiap siklusnya
mengalami penurunan.Perbandingan hasil belajar menganalisis unsur-unsur
cerpen dari prasiklus, siklus I, dan siklus II ini tertuang dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.4
Perbandingan Hasil Belajar Antarsiklus
N
o Kriteria   Nilai  
    Prasiklus Siklus I Siklus II
1 Jumlah nilai 2415 2626 2970
2 Nilai tertinggi 85 90 100
3 Nilai terendah 50 55 65
4 Rata-rata 69 75 85
5 Tuntas 13 siswa (37%) 23 siswa(66%) 32 siswa (91%)
6 Tidak tuntas 22 siswa (63%) 12 siswa (34%) 3 siswa (9%)

Menurut tabel tersebut dapat diketahui bahwa secara klasikal siswa


yang tuntas belajar pada kondisi awal adalah 13 siswa atau 37 %, pada siklus I
adalah 23 siswa atau 66 %, dan pada siklus II sebanyak 32 siswa atau 91 %. Dari
.
19

data tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa yang tuntas belajar pada setiap
siklus penelitian tindakan ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jika
dibandingkan antara kondisi awal dengan siklus I berarti siswa yang tuntas belajar
meningkat sebesar 29 % dan siklus I jika dibandingkan dengan siklus II maka
terdapat peningkatan sebesar 25 %.
Sebaliknya secara klasikal siswa yang belum tuntas belajar mengalami
penurunan. Pada kondisi awal siswa yang belum tuntas belajar adalah 22 siswa
atau 63 %, pada siklus I adalah 12 siswa atau 34 % dan pada siklus II adalah 3
siswa atau 9%. Jika dibandingkan antara kondisi awal dengan siklus I berarti
siswa yang belum tuntas belajar menurun sebesar 29 % dan siklus I jika
dibandingkan dengan siklus II maka terdapat penurunan sebesar 25 %.
Secara lebih jelas peningkatan persentase tuntas belajar siswa secara
klasikal antarsiklus dan penurunan persentase belum tuntas belajar siswa secara
klasikal antarsiklus pada penelitian tindakan ini dapat ditunjukkan seperti pada
grafik berikut ini..
Grafik 4.7
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Antarsiklus

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana di uraikan pada pembahasan di


atas, dapat di simpulkan bahwa hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas
ini yaitu melalui model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan
hasil belajar menganalisis unsur-unsur cerpen pada siswa kelas IXB MTs Negeri
4 DemakSemester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019dapat diterima.
.
20

2. Proses Pembelajaran dengan Model Group Investigation


Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan
menerapkan model pembelajaran group invstigationdengan tahapan sintaknya
adalah sebagi berikut.
1) Guru  membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
2) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus
dikerjakan.
3) Guru  memanggil ketua-ketua kelompok untuk satu  materi sehingga satu
kelompok mendapat materi atau tugas yang berbeda dari kelompok lain.
4) Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara  kooperatif
dalam kelompoknya.
5) Setelah selesai, masing-masing  kelompok yang diwakili ketua kelompok
atau salah  satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya.
6) Kelompok lain  dapat memberikan tanggapan  terhadap hasil
pembahasannya.
7) Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila  terjadi kesalahan
konsep dan memberikan kesimpulan.
8) Evaluasi.
Sintak tersebut dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada
siklus I dan siklus II. Tiap Rencana Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam
tiga pertemuan. Masing-masing pertemuan melalui tahapan kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan penutup.
Dari langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I ini
setelah dlakukan refleksi dengan teman sejawat ditemukan beberpa kelebihan dan
kekurangan.Kelebihan yang ditemukan pada siklus I ini tetap dipertahankan
sementara kekurangannya dijadikan sebagai bahan untuk perbaikan pada siklus II.
Dengan beberapa perbaikan dan penyempurnaan yang dilakukan oleh peniliti
maka secara garis besar dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran group investigation dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran. Siswa lebih serius dalam mengikuti pembelajaran. Dalam
mengerjakan tugas kelompok masing-masing siswa tampak terlibat aktif
.
21

berpendapat. Siswa juga antusias dalam menyelesaikan tugas kelompok.


Meningkatnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran menganalisis unsur-
unsur cerpen ini berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal.
PENUTUP
Simpulan
1. Proses pembelajaran menganalisis unsur-unsur cerpen dengan
menngunakan model pembelajaran group investigation dapat
meningkatkan hasil belajar siswa secera signifikan. Siswa yang tuntas
belajar pada kondisi awal adalah 13 siswa atau 37 %, pada siklus I adalah
23 siswa atau 66 %, dan pada siklus II sebanyak 32 siswa atau 91 % dari
35 siswa. Sebaliknya secara klasikal siswa yang belum tuntas belajar
mengalami penurunan. Pada kondisi awal siswa yang belum tuntas belajar
adalah 22 siswa atau 63 %, pada siklus I adalah 12 siswa atau 34 % dan
pada siklus II adalah 3 siswa atau 9% dari 35 siswa.
2. Model pembelajaran group investigation yang diterapkan dalam proses
pembelajaran menganalisis unsur-unsur cerpen berdampak pada
antusiasnya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa terlibat
aktif selama proses pembelajaran. Meningkatnya keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran ini berdampak pada hasil belajar siswa.
Saran
1. Guru lain perlu menerapkan model pembelajaran group investigation
sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran menganalisis unsur-unsur
cerpenkarena cukup efektif untuk meningkatkankeaktifan siswa dan hasil
belajar siswa.
2. Kepala sekolah hendaknya lebih memotivasi guru agar lebih kreatif dalam
kegiatan belajar mengajar sehingga guru dapat menciptakan proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anindyarini, Atikah, Yuwono, dan Suhartanto. 2008. Bahasa Indonesia untuk
SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
.
22

Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. 2006. Permendiknas RI.


Nomor 23 Tahun 2006 SKL untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah: Jakarta. Depdiknas.
Edutaka. blogspot. co. id. Diakses 24 Agustus 2016.
Hakim, Thursan. 2000. Belajar Secara Efektif. Semarang: Sindur Pres.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Error! Hyperlink reference not valid.Diaksestanggal 24 Agustus 2016.
http://www.mikirbae.com.Diaksestanggal 24 Agustus 2016.
Kosasih, E. 2008. Apresiasai Sastra Indonesia. Jakarta: Nobel Endumania.
Riyanto, Yatim. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Penerbit SIC
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.  

Penulis:Wiji Raharti, S.Pd


Guru MTs Negeri 4 Demak, Jawa tengah
NIP : 197601012005012004

Anda mungkin juga menyukai