ABSTRAK
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan bahasa Indonesia di sekolah dasar seharusnya membuahkan
hasil belajar berupa perubahan pengetahuan, dan keterampilan yang sejalan
dengan tujuan kelembagaan sekolah dasar. Sebagaimana dijelaskan dalam
Kurikulum 1994, bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar bertujuan:
(1) mendidik siswa agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan
Pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri serta ikut bertanggung jawab
terhadap pembangunan bangsa; (2) memberi bekal kemampuan yang diperlukan
bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi; dan (3)
memberi bekal kemampuan dasar untuk hidup di masyarakat dan
mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya
(Depdikbud, 1994).
Bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan
baik bagi perorangan, masyarakat maupun bangsa dan negara. Tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia diantaranya: 1) dapat membantu peserta didik
untuk mengenal dirinya, masyarakat dan budayanya serta mampu berkomunikasi
secara efektif, efisien dan sesuai etika yang berlaku; 2) pembelajaran bahasa
Indonesia diharapkan akan mengembangkan kemampuan peserta didik di dalam
memahami dirinya dan mampu menyatakan pikiran, perasaan, imajinasi serta
kehendaknya; 3) menumbuhkan rasa bangga terhadap bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa negara; 4) dengan menggunakan bahasa Indonesia,
peserta didik dapat mengembangkan pemahaman dan penghargaannya terhadap
masyarakat; 5) melalui pembelajaran bahasa Indonesia dapat memperluas
wawasan serta memperhalus budi pekerti dan pengetahuan berbahasa.
Dikaitkan dengan konteks pendidikan dasar sembilan tahun, maka fungsi
dan tujuan pendidikan bahasa Indonesia di sekolah dasar harus pula mendukung
pemilikan kompetensi tamatan sekolah dasar, yaitu pengetahuan, nilai, sikap, dan
kemampuan melaksanakan tugas atau mempunyai kemampuan untuk
mendekatkan dirinya dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan
budaya, dan kebutuhan daerah. Sementara itu, kondisi pendidikan bahasa
3
Indonesia di negara kita dewasa ini, lebih diwarnai oleh pendekatan yang
menitikberatkan pada model belajar konvensional seperti ceramah sehingga
kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar
mengajar (Suwarma, 1991; Jarolimek, 1967). Suasana belajar seperti itu, semakin
menjauhkan peran pendidikan bahasa Indonesia dalam upaya mempersiapkan
warga negara yang baik dan memasyarakat (Djahiri, 1993).
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk
memenuhi tuntutan tersebut adalah model metode pembelajaran demonstrasi.
Yang dimaksud metode demonstrasi adalah salah satu cara mengajar, di mana
guru melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke
kelas dan dievalusi oleh guru.
Pembelajaran yang berhasil ditunjukkan oleh lingkup penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh guru serta tinggi rendahnya
penguasaan materi pelajaran tersebut dapat dilihat dari evaluasi yang dilaksanakan
setelah proses pembelajaran. Secara umum, prestasi belajar ini tercermin dari
terserapnya materi pelajaran oleh anak. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran tersebut biasanya disebut sebagai prestasi hasil belajar siswa yang
dinyatakan dalam bentuk nilai belajar, sehinggga kegiatan pembelajaran dapat
dikatakan berhasil apabila lebih dari 70 % jumlah anak menguasai pelajaran
dengan baik.
Berangkat dari hal-hal di atas, ada beberapa hal yang menjadi catatan,
salah satu di antaranya adalah kenyataan di lapangan baik dari hasil observasi
maupun kegiatan evaluasi yang dilakukan terhadap 22 siswa / anak kelas III SD
Integral Rahmatullah pada semester I, tahun pelajaran 2018/2019 untuk mata
pelajaran bahasa Indonesia, hasil yang diperoleh sangat kurang memuaskan. Hasil
yang telah diperoleh dari kegiatan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia hanya
delapan (8) orang dari 22 siswa yang tingkat penguasaan materi pelajaran
memperoleh nilai di atas nilai KKM 65. Sedangkan sisanya rata-rata tingkat
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran di bawah 60.
4
Oleh sebab itu, penulis dibantu oleh teman sejawat melakukan perbaikan
pembelajaran ini dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas akhir dalam mata
kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) pada jenjang Program
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
Berdasarkan uraian di atas, judul yang diambil oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah Penggunaan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SD Integral Rahmatullah Samarinda.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah pada bagian pendahuluan di atas,
dapat dirumuskan masalah utama yang akan dikaji melalui penelitian tindakan
kelas ini adalah bagaimana meningkatkan hasil belajar mata pelajaran bahasa
Indonesia dengan menggunakan metode Demonstrasi pada Siswa kelas III SD
Integral Rahmatullah Samarinda?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan prestasi dari hasil belajar siswa kelas III SD Integral Rahmatullah
Samarinda pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan strategi
Metode Demonstrasi.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Hasil yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas yang diadakan adalah
sebagai berikut :
1. Bagi Siswa :
a. Meningkatkan kemampuan dan pemahaman siswa dalam
menggunakan strategi Demonstrasi;
b. Meningkatkan keberanian untuk tampil di muka kelas;
c. Meningkatkan kreativitas berpikir dan bernalar siswa;
d. Meningkatkan prestasi siswa;
e. Menghilangkan kejenuhan siswa dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia.
2. Bagi guru :
a. Dapat membantu guru dalam menerapkan/menggunakan metode
5
demonstrasi.
b. Dapat membantu guru dalam menyusun prosedur pembelajaran
Bahasa Indonesia yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pemahaman penguasaan siswa;
c. Dapat membantu guru dalam menyusun topik-topik. pembelajaran
Bahasa Indonesia yang benar-benar relevan dengan kebutuhan dan
minat siswa, yang menarik, yang memberikan wawasan dan
pengetahuan baru, serta yang menantang kreativitas berpikir siswa.
3. Bagi Sekolah :
a. Akan meningkatkan kualitas lulusan;
b. Meningkatkan kredibilitas sekolah yang bersangkutan; dan
c. Meningkatkan grade sekolah.
menguasai sesuatu bahasa dengan baik dikatakan orang itu mempunyai penguasan
bahasa yang baik.
1. Macam – macam Penguasaan Bahasa
Penguasaan bahasa itu ada dua macam, yaitu (1) penguasaan bahasa pasif :
mengerti apa yang dikatakan orang lain kepadanya, dan (2) penguasaan bahasa
aktif : dapat menyatakan isi hati sendiri kepada orang lain.
2. Perbendaharaan Bahasa dan Tujuan Pengajaran Bahasa
Tujuan terpenting ialah membentuk pengertian yang berarti mengajarkan
perkataan-perkataan baru dengan artinya sekaligus kepada anak – anak. Oleh
karena itu, pada saat anak belajar membaca permulaan, jangan mulai dari
menghafal huruf, tetapi mulai dari pola kalimat sederhana dan lembaga
kata. Biasakan anak untuk mendengar, membaca, dan menuliskan yang
mempunyai arti ganda.
Perkataan yang diketahui artinya oleh anak–anak dikatakan
perbendaharaan bahasa. Perbendaharan bahasa itu bertambah terus menerus pada
anak-anak ataupun orang dewasa. Penambahan perbendaharaan bahasa ini telah
dimulai sejak kelas I, pada saat anak telah dapat menuliskan apa yang telah
didengarnya. Contoh: Mulai dari huruf a Abu, aku, anak, asik, aci, acar, api, dan
seterusnya.
Dalam menambah perbendaharaan bahasa anak-anak ini, yang paling
penting bukanlah isi dan arti, melainkan bentuk bahasa itu. Meskipun
sesungguhnya isi dan bentuk itu sukar diceraikan, karena bentuk itu menentukan
isi. Jadi Tujuan pengajaran bahasa ialah :
a) Belajar memahami pikiran dan perasaan orang lain dengan teliti, jadi
menangkap bahasa: mendengarkan dan membaca
b) Menyatakan pikiran dan perasaan sendiri dengan teliti, atau
mempergunakan bahasa: berbicara/bercakap-cakap dan menulis
(dalam arti mengarang).
B. Faktor-Faktor Belajar
Faktor- faktor belajar adalah sebagai berikut :
7
sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun demikian,
minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit berhasil.
9) Faktor-faktor fisiologi. Kondisi badan siswa yang belajar sangat
berpegaruh dalam proses belajar. Badan yang lemah, lelah akan menyebabkan
perhatian tak mungkin akan melakukan kegiatan belajar yang sempurna. Karena
itu faktor fisiologi sangat menentukan berhasil atau tidaknya murid yang belajar.
10) Faktor intergrasi. Murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan
belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan lebih
mudah mengingat-ingatnya. Anak yang cerdas akan lebih mudah berpikir kreatif
dan lebih cepat daripada siswa yang lamban.
C. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan ini
berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sangat
tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika berada disekolah
maupun dilingkungan rumah atau keluarga. Untuk itu hasil belajar memang sangat
diperhatikan.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, belajar
berupa:
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik
terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi
simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi,
kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip
keilmuan.
3) Strategi koqnitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
koqnitif sendiri. Kemampuan ini meliputi pengunaan konsep dan kaidah dalam
memecahkan masalah.
9
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang
tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah
aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek
tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah: 1) Pengetahuan, 2) Pengertian, 3)
Kebiasaan, 4) Keterampilan, 5) Apresiasi, 6) Emosional, 7) Hubungan sosial, 8)
Jasmani, 9) Etis atau budi pekerti, 10) Sikap.
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
hasil yang diperoleh seseorang setelah ia mengalami interaksi dengan
lingkungannya dalam proses pembelajaran, dimana saja dan kapan saja, hasil
tersebut berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan, maupun sikapnya.
D. Metode Demonstrasi
1. Pengertian Model Pembelajaran Demonstrasi
Metode Pembelajaran merupakan suatu pengetahuan tentang cara-cara
mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain
mengatakan bahwa metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang
dikuasai oleh guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa
didalam kelas, baik secara individual ataupun secara kelompok agar pelajaran itu
dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.
Menurut Roehstyah NK (2001:81) metode demostrasi adalah cara
mengajar instruktur atau guru menunjukkan atau memperlihatkan suatu proses.
Peran penggunaan metode demonstrasi mampu mengkomunikasikan sesuatu yang
ingin disampaikan oleh pemberi kepada penerima. Oleh karena itu dalam
merancang proses belajar hendaknya dipilih metode yang benar-benar efektif dan
efisien atau merancang metode sendiri sehingga dapat menyampaikan pesan
pembelajaran, yang akhirnya terbentuk kompetensi tertentu dari siswa.
Metode demonstrasi mempunyai kemampuan atau potensi mengatasi
kekurangan-kekurangan guru, metode demonstrasi mampu menyampaikan meteri
secara jelas dan mudah di pahami siswa. Dengan demikian penggunan metode
demonstrasi dapat menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
dan kemauan. Dari hal tersebut maka proses belajar akan efektif dan prestasi
belajar siswa akan meningkat.
11
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Laporan
Skor
No Aspek yang Dinilai Jumlah (%)
1 2 3 4
1. Prapembelajaran
a. Mempersiapkan siswa untuk belajar.
19
P= x 100%
P = jumlah persentase
∑ (x) = jumlah skor perolehan
n = jumlah keseluruhan skor maksimal (76)
Skor
No Aspek yang Dinilai Jumlah (%)
1 2 3 4
1. Memperhatikan penjelasan dari guru
2. Keaktifan dalam mendiskusikan materi
bahasa Indonesia.
3. Keaktifan dalam diskusi kelas untuk
menyajikan hasil diskusi kelompoknya
maupun dalam memberikan
komentar/tanggapan terhadap hasil
pekerjaan kelompok lain.
4. Secara individu aktif dalam mengikuti
pembelajaran dengan mengamati gambar
sebagai obyek dalam pembelajaran.
5. Keaktifan dalam mempraktikkan menulis
teks berita yang utuh dengan Model
demonstrasi
6. Keaktifan dalam proses pembelajaran.
7. Keaktifan siswa dalam memperbaiki hasil
diskusi yang sudah diperbaiki oleh guru
8. Merefleksikan materi pelajaran
(menyimpulkan maupun kebermaknaan)
Jumlah
Tabel 5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Aktif artinya siswa memperhatikan, menanggapi, merespon secara positif
aktivitas pembelajaran.
P= x 100%
P = jumlah persentase
∑ (x) = jumlah skor perolehan (1-4)
n = jumlah keseluruhan skor maksimal (32)
4. Tahap Refleksi
21
Pada tahap ini peneliti dan supervisor 2 menganalisis hasil tindakan yang
telah dilaksanakan pada saat pembelajaran, kemudian dari hasil tersebut
dilakukan refleksi sehingga dapat di ketahui kelebihan atau kelemahan yang akan
menjadi fokus pada perbaikan berikutnya. Hasil analisis dan refleksi yang
dilakukan pada tahap ini akan dipergunakan sebagai bahan rekomendasi dan revisi
rencana tindakan pada siklus berikutnya.
C. Teknik Analisis Data
Jenis penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana siklus akan
dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Tetapi apabila sebelum siklus II indikator
keberhasilan sudah mencukupi atau terpenuhi maka penelitian akan di hentikan.
Analisis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang dapat
dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan rata-rata dan presentasi sebagai
berikut :
1. Rata-rata
Nilai rata-rata ini digunakan untuk mengetahui peningkatan nilai siswa
dengan menggunakan rata-rata skor nilai masing-masing siswa, dengan
menggunakan rumus :
Jumlah Seluruh Nilai siswa
Nilai rata – rata =
Jumlah Siswa
Nilai Nilai
No Nama Siswa KKM Keterangan
Dasar Akhir
1 Muhammad Kholis 65 50 60 Tidak Tuntas
2 Rifki Maulana 65 60 65 Tuntas
3 Nur Rhida 65 50 70 Tuntas
4 Naira Azrina Q 65 70 90 Tuntas
5 Aqsaa Albarrintho P 65 70 85 Tuntas
6 Mahesa Dwi P 65 70 85 Tuntas
7 Hilmy Dzakwan Anjakutsa 65 60 75 Tuntas
8 Aulia Marcha putri 65 60 70 Tuntas
9 M. Zam-Zam 65 55 65 Tuntas
10 Latifah Cahya Aina 65 60 70 Tuntas
11 Muhammad Ridho 65 60 75 Tuntas
12 Hairunnisa Fitri 65 75 90 Tuntas
13 Almira Putri Wulandari S 65 75 90 Tuntas
14 Aldian Maulana 65 50 65 Tuntas
15 Mahawira Karkasa Fama Mubin 65 70 90 Tuntas
16 Mahasurya Karkasa Fama Mubin 65 70 85 Tuntas
17 Naillah salsabila 65 70 85 Tuntas
18 Tiara aqsariany 65 60 75 Tuntas
19 M. Ghiyats Dhiya Uddin 65 55 70 Tuntas
20 M. Akbar Revan 65 60 70 Tuntas
21 Putri Permata Sari 65 60 70 Tuntas
22 Arjuna 65 50 65 Tuntas
Jumlah 1360 1665
Rata-rata 61,82 75,68
Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas 8 21
Jumlah siswa yang tidak tuntas 14 1
Persentase Ketuntasan 36.36% 95,45%
Tabel 10. Data Hasil Belajar Pada Siklus II
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi bahasa Indonesia dan Remidi Salatiga:
Universitas Kristen Satya Wacana.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn
dan Bacon.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Surabaya.
Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa
niversitas Press.