Anda di halaman 1dari 29

1

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
PADA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR INTEGRAL
RAHMATULLAH SAMARINDA
Firman
NIM.837297094
Email :firman.fr18@gmail.com

ABSTRAK

Penggunaan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa


Indonesia Siswa Kelas III SD Integral Rahmatullah Samarinda. Laporan Pemantapan
Kemampuan Profesional, Supervisor 1 Eny Ratnawati, M.Pd.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan langkah
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang dilaksanakan dengan dua siklus.
Subyek penelitian ini siswa kelas III SD Integral Rahmatullah Samarinda Tahun
Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 22 siswa. Obyek penelitian ini adalah hasil belajar
pelajaran Bahasa Indonesia subtema 2 wujud benda melalui Model Pembelajaran
Demonstrasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa tes, dokumentasi dan
observasi.
Hasil belajar yang diperoleh siswa kelas III SD Integral Rahmatullah Samarinda
Tahun Pelajaran 2018/2019 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia masih rendah rata-
rata kelas hanya mencapai 61,82 sedangkan KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Hal
ini karena dalam menyampaikan pelajaran Bahasa Indonesia, guru kurang melibatkan
siswa secara aktif dalam kegiatan pelajaran. Model Pembelajaran Demonstrasi dapat
dijadikan alternatif metode pembelajaran dalam membelajarkan Bahasa Indonesia.
Model pembelajaran ini mengarahkan pemahaman siswa pada pembelajaran aktif yang
melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran agar siswa lebih mampu
memahami materi, dan belajar Bahasa Indonesia menjadi lebih menyenangkan.
Penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa kelas III SD Integral Rahmatullah
Samarinda menunjukkan hasil bahwa penggunaan Model Pembelajaran Demonstrasi
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia subtema
2 tentang wujud benda. Pada siklus 1 siswa yang tuntas sebanyak 15 siswa atau 68,18%
dan yang belum tuntas 7 siswa atau 31,82% dengan rata-rata kelas 67,73. Siklus 2 yang
tuntas sebanyak 21 siswa atau 95,45% dan yang belum tuntas 1 siswa atau 4,55%
dengan rata-rata kelasnya 75,68.

Kata kunci : hasil belajar, bahasa Indonesia di SD, metode Demonstrasi


2

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan bahasa Indonesia di sekolah dasar seharusnya membuahkan
hasil belajar berupa perubahan pengetahuan, dan keterampilan yang sejalan
dengan tujuan kelembagaan sekolah dasar. Sebagaimana dijelaskan dalam
Kurikulum 1994, bahwa penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar bertujuan:
(1) mendidik siswa agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan
Pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri serta ikut bertanggung jawab
terhadap pembangunan bangsa; (2) memberi bekal kemampuan yang diperlukan
bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi; dan (3)
memberi bekal kemampuan dasar untuk hidup di masyarakat dan
mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya
(Depdikbud, 1994).
Bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan
baik bagi perorangan, masyarakat maupun bangsa dan negara. Tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia diantaranya: 1) dapat membantu peserta didik
untuk mengenal dirinya, masyarakat dan budayanya serta mampu berkomunikasi
secara efektif, efisien dan sesuai etika yang berlaku; 2) pembelajaran bahasa
Indonesia diharapkan akan mengembangkan kemampuan peserta didik di dalam
memahami dirinya dan mampu menyatakan pikiran, perasaan, imajinasi serta
kehendaknya; 3) menumbuhkan rasa bangga terhadap bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa negara; 4) dengan menggunakan bahasa Indonesia,
peserta didik dapat mengembangkan pemahaman dan penghargaannya terhadap
masyarakat; 5) melalui pembelajaran bahasa Indonesia dapat memperluas
wawasan serta memperhalus budi pekerti dan pengetahuan berbahasa.
Dikaitkan dengan konteks pendidikan dasar sembilan tahun, maka fungsi
dan tujuan pendidikan bahasa Indonesia di sekolah dasar harus pula mendukung
pemilikan kompetensi tamatan sekolah dasar, yaitu pengetahuan, nilai, sikap, dan
kemampuan melaksanakan tugas atau mempunyai kemampuan untuk
mendekatkan dirinya dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan
budaya, dan kebutuhan daerah. Sementara itu, kondisi pendidikan bahasa
3

Indonesia di negara kita dewasa ini, lebih diwarnai oleh pendekatan yang
menitikberatkan pada model belajar konvensional seperti ceramah sehingga
kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar
mengajar (Suwarma, 1991; Jarolimek, 1967). Suasana belajar seperti itu, semakin
menjauhkan peran pendidikan bahasa Indonesia dalam upaya mempersiapkan
warga negara yang baik dan memasyarakat (Djahiri, 1993).
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk
memenuhi tuntutan tersebut adalah model metode pembelajaran demonstrasi.
Yang dimaksud metode demonstrasi adalah salah satu cara mengajar, di mana
guru melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke
kelas dan dievalusi oleh guru.
Pembelajaran yang berhasil ditunjukkan oleh lingkup penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh guru serta tinggi rendahnya
penguasaan materi pelajaran tersebut dapat dilihat dari evaluasi yang dilaksanakan
setelah proses pembelajaran. Secara umum, prestasi belajar ini tercermin dari
terserapnya materi pelajaran oleh anak. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran tersebut biasanya disebut sebagai prestasi hasil belajar siswa yang
dinyatakan dalam bentuk nilai belajar, sehinggga kegiatan pembelajaran dapat
dikatakan berhasil apabila lebih dari 70 % jumlah anak menguasai pelajaran
dengan baik.
Berangkat dari hal-hal di atas, ada beberapa hal yang menjadi catatan,
salah satu di antaranya adalah kenyataan di lapangan baik dari hasil observasi
maupun kegiatan evaluasi yang dilakukan terhadap 22 siswa / anak kelas III SD
Integral Rahmatullah pada semester I, tahun pelajaran 2018/2019 untuk mata
pelajaran bahasa Indonesia, hasil yang diperoleh sangat kurang memuaskan. Hasil
yang telah diperoleh dari kegiatan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia hanya
delapan (8) orang dari 22 siswa yang tingkat penguasaan materi pelajaran
memperoleh nilai di atas nilai KKM 65. Sedangkan sisanya rata-rata tingkat
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran di bawah 60.
4

Oleh sebab itu, penulis dibantu oleh teman sejawat melakukan perbaikan
pembelajaran ini dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas akhir dalam mata
kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) pada jenjang Program
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
Berdasarkan uraian di atas, judul yang diambil oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah Penggunaan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SD Integral Rahmatullah Samarinda.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah pada bagian pendahuluan di atas,
dapat dirumuskan masalah utama yang akan dikaji melalui penelitian tindakan
kelas ini adalah bagaimana meningkatkan hasil belajar mata pelajaran bahasa
Indonesia dengan menggunakan metode Demonstrasi pada Siswa kelas III SD
Integral Rahmatullah Samarinda?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan prestasi dari hasil belajar siswa kelas III SD Integral Rahmatullah
Samarinda pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan strategi
Metode Demonstrasi.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Hasil yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas yang diadakan adalah
sebagai berikut :
1. Bagi Siswa :
a. Meningkatkan kemampuan dan pemahaman siswa dalam
menggunakan strategi Demonstrasi;
b. Meningkatkan keberanian untuk tampil di muka kelas;
c. Meningkatkan kreativitas berpikir dan bernalar siswa;
d. Meningkatkan prestasi siswa;
e. Menghilangkan kejenuhan siswa dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia.
2. Bagi guru :
a. Dapat membantu guru dalam menerapkan/menggunakan metode
5

demonstrasi.
b. Dapat membantu guru dalam menyusun prosedur pembelajaran
Bahasa Indonesia yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pemahaman penguasaan siswa;
c. Dapat membantu guru dalam menyusun topik-topik. pembelajaran
Bahasa Indonesia yang benar-benar relevan dengan kebutuhan dan
minat siswa, yang menarik, yang memberikan wawasan dan
pengetahuan baru, serta yang menantang kreativitas berpikir siswa.
3. Bagi Sekolah :
a. Akan meningkatkan kualitas lulusan;
b. Meningkatkan kredibilitas sekolah yang bersangkutan; dan
c. Meningkatkan grade sekolah.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Keterkaitan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) dengan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu PKP merupakan pengembangan dari
Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) dengan kerangka pikir PTK. Program
PKP merupakan sebuah proses penerapan konsep PTK pada situasi nyata yang
diberi bobot studi sehingga kemampuan yang dikembangkan PKP lebih komplek.
Penelitian dalam PKP dilakukan melalui pemantapan penilaian partifipasi dalam
proses pembimbingan, penilaian unjuk kerja perbaikan pembelajaran dan
penilaian laporan perbaikan / peningkatan kwalitas pembelajaran.
A. Pengertian Bahasa
Dalam arti luas Bahasa ialah alat yang dipakai manusia untuk memberi
bentuk kepada sesuatu yang hidup di jiwanya sehingga diketahui orang. Jadi disini
termasuk juga mimiek (gerak muka) pantho mimiek (gerak anggota), dan
menggambar. Dalam arti umum : Bahasa ialah pernyataan perasaan jiwa dengan
kata yang diisikan atau ditulis.
Apakah penguasaan bahasa? Mengerti apa yang dikatakan orang lain dan
mempergunakan sendiri bahasa itu disebut menguasai bahasa. Orang yang telah
6

menguasai sesuatu bahasa dengan baik dikatakan orang itu mempunyai penguasan
bahasa yang baik.
1. Macam – macam Penguasaan Bahasa
Penguasaan bahasa itu ada dua macam, yaitu (1) penguasaan bahasa pasif :
mengerti apa yang dikatakan orang lain kepadanya, dan (2) penguasaan bahasa
aktif : dapat menyatakan isi hati sendiri kepada orang lain.
2. Perbendaharaan Bahasa dan Tujuan Pengajaran Bahasa
Tujuan terpenting ialah membentuk pengertian yang berarti mengajarkan
perkataan-perkataan baru dengan artinya sekaligus kepada anak – anak. Oleh
karena itu, pada saat anak belajar membaca permulaan, jangan mulai dari
menghafal huruf, tetapi mulai dari pola kalimat sederhana dan lembaga
kata. Biasakan anak untuk mendengar, membaca, dan menuliskan yang
mempunyai arti ganda.
Perkataan yang diketahui artinya oleh anak–anak dikatakan
perbendaharaan bahasa. Perbendaharan bahasa itu bertambah terus menerus pada
anak-anak ataupun orang dewasa. Penambahan perbendaharaan bahasa ini telah
dimulai sejak kelas I, pada saat anak telah dapat menuliskan apa yang telah
didengarnya. Contoh: Mulai dari huruf a Abu, aku, anak, asik, aci, acar, api, dan
seterusnya.
Dalam menambah perbendaharaan bahasa anak-anak ini, yang paling
penting bukanlah isi dan arti, melainkan bentuk bahasa itu. Meskipun
sesungguhnya isi dan bentuk itu sukar diceraikan, karena bentuk itu menentukan
isi. Jadi Tujuan pengajaran bahasa ialah :
a) Belajar memahami pikiran dan perasaan orang lain dengan teliti, jadi
menangkap bahasa: mendengarkan dan membaca
b) Menyatakan pikiran dan perasaan sendiri dengan teliti, atau
mempergunakan bahasa: berbicara/bercakap-cakap dan menulis
(dalam arti mengarang).
B. Faktor-Faktor Belajar
Faktor- faktor belajar adalah sebagai berikut :
7

1) Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan ; siswa yang belajar melakukan


banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar,
merasakan, berfikir, kegiatan motoris, dan sebagainya maupun kegiatan-kegiatan
lainya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan, dan
minat. Apa yang telah dipelajari perlu digunakan secara praktis dan diadakan
ulangan secara kontinyu dibawah kondisi yang serasi, sehingga penguasaan hasil
belajar menjadi mantap.
2) Belajar memerlukan latihan, dengan jalan : relearning, recalling, dan
reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat disukai kembali dan pelajaran
yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami.
3) Belajar siswa lebih berhasil, jika siswa merasakan berhasil dan
mendapatkan kepuasannya. Belajar hendaknya dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan.
4) Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam
belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan akan menimbulkan belajar
lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustasi.
5) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman
belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan,
sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.
6) Pengalaman masa lampau (bahasa apersepsi) dan pengertian-pengertian
yang dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam proses belajar. Pengalaman dan
pengertian itu menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru dan
pengertian-pengertian baru.
7) Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar dapat melakukan
kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil. Faktor kesiapan ini erat
hubunganya dengan masalah kematangan, minat, kebutuhan, dan tugas-tugas
perkembangan.
8) Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa
belajar lebih baik dari pada belajar tanpa minat. Minat timbul apabila murid
tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa
8

sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun demikian,
minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit berhasil.
9) Faktor-faktor fisiologi. Kondisi badan siswa yang belajar sangat
berpegaruh dalam proses belajar. Badan yang lemah, lelah akan menyebabkan
perhatian tak mungkin akan melakukan kegiatan belajar yang sempurna. Karena
itu faktor fisiologi sangat menentukan berhasil atau tidaknya murid yang belajar.
10) Faktor intergrasi. Murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan
belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan lebih
mudah mengingat-ingatnya. Anak yang cerdas akan lebih mudah berpikir kreatif
dan lebih cepat daripada siswa yang lamban.
C. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan ini
berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sangat
tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika berada disekolah
maupun dilingkungan rumah atau keluarga. Untuk itu hasil belajar memang sangat
diperhatikan.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, belajar
berupa:
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik
terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi
simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi,
kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip
keilmuan.
3) Strategi koqnitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
koqnitif sendiri. Kemampuan ini meliputi pengunaan konsep dan kaidah dalam
memecahkan masalah.
9

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkain gerak


jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi
dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-
nilai sebagai standar prilaku.
Menurut Bloom, hasil bealajar mencakup kemampuan koqnitif, afektif,
dan psikomotorik. Domain koqnitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), applicasion
(menerapkan) analysis (menguraikan menetukan hubungan), synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation
(menilai). Domain efektif adalah receving (sikap menerima), responding
(memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization
(karakterisasi). domain pisikomotor meliputi initatory, pre-routine,dan routinized.
Pisikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial,
manajerial, dan intelektual. sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran
meliput kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.
Jadi yang harus di ingat, hasil belajar perubahan prilaku secara keseluruan
bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja. Artinya, hasil
pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagai mana
tersebut di atas tidak dilihat secara fraqmentaris atau terpisah, melainkan
komprehensif.
Gagne (1992) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan (ferformance)
yang dapat teramati dalam diri seseorang dan disebut juga dengan kapabilitas.
Menurut Gagne, ada lima kategori kapabilitas manusia, yaitu 1) keterampilan
intelektual (intelektual skill); 2) strategi kognitif (cognitive strategy); 3) informasi
verbal (verbal information); 4) keterampilan motorik (motor skill), 5) sikap
(attitude).
Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh setelah proses pembelajaran
tersebut selesai. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan
10

tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang
tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah
aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek
tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah: 1) Pengetahuan, 2) Pengertian, 3)
Kebiasaan, 4) Keterampilan, 5) Apresiasi, 6) Emosional, 7) Hubungan sosial, 8)
Jasmani, 9) Etis atau budi pekerti, 10) Sikap.
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
hasil yang diperoleh seseorang setelah ia mengalami interaksi dengan
lingkungannya dalam proses pembelajaran, dimana saja dan kapan saja, hasil
tersebut berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan, maupun sikapnya.
D. Metode Demonstrasi
1. Pengertian Model Pembelajaran Demonstrasi
Metode Pembelajaran merupakan suatu pengetahuan tentang cara-cara
mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain
mengatakan bahwa metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang
dikuasai oleh guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa
didalam kelas, baik secara individual ataupun secara kelompok agar pelajaran itu
dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.
Menurut Roehstyah NK (2001:81) metode demostrasi adalah cara
mengajar instruktur atau guru menunjukkan atau memperlihatkan suatu proses.
Peran penggunaan metode demonstrasi mampu mengkomunikasikan sesuatu yang
ingin disampaikan oleh pemberi kepada penerima. Oleh karena itu dalam
merancang proses belajar hendaknya dipilih metode yang benar-benar efektif dan
efisien atau merancang metode sendiri sehingga dapat menyampaikan pesan
pembelajaran, yang akhirnya terbentuk kompetensi tertentu dari siswa.
Metode demonstrasi mempunyai kemampuan atau potensi mengatasi
kekurangan-kekurangan guru, metode demonstrasi mampu menyampaikan meteri
secara jelas dan mudah di pahami siswa. Dengan demikian penggunan metode
demonstrasi dapat menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
dan kemauan. Dari hal tersebut maka proses belajar akan efektif dan prestasi
belajar siswa akan meningkat.
11

Dari definisi- definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode


demonstrasi adalah cara – cara guru dalam mengajar dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, kejadian, urutan melakukan
suatu kegiatan atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk yang
sebenarnya maupun tiruan melalui penggunaan berbagai macam media yang
relevan dengan pokok bahasan untuk memudahkan siswa agar kreatif dalam
memahami materi.
Metode demonstrasi merupakan cara pencapaian tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan
dengan menggunakan media atau alat peraga yang sesuai materi yang disajikan.
Menurut Cole & Chan (1998)), a demonstrasi was defined as a physical display of
object or event. Metode demosntrasi berhubungan dengan dua komponen.
Pertama, materi pembelajaran yang meliputi, fakta, hukum, teori, generalisasi,
aturan, dan prinsip. Kedua, contoh yang digunakan oleh guru dalam
mengintegrasikan materi pembelajaran dengan contoh-contoh yang relevan.
Metode demonstrasi digunakan guru untuk memperagakan atau
menunjukkan suatu prosedur yang harus dilakukan peserta didik dikarena materi
yang disampaikan kurang dipahami mereka jika hanya dengan mendengarkan
penjelasan dari guru. Prosedur atau tindakan-tindakan yang harus dilakukan
peserta didik biasanya meliputi kegiatan proses mengatur sesuatu, proses
mengerjakan dan mempergunakannya, komponen-komponen yang membentuk
sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain dan untuk melihat kebenaran
dan pembuktian sesuatu.
2. Tujuan Metode Demonstrasi
Adapun Tujuan digunakannya metode demonstrasi ini adalah :
a) Melatih peserta didik tentang suatu proses atau prosedur yang dimiliki
atau dikuasainya;
b) Mengkongkritkan informasi atau penjelasan yang bersifat abstrak;
c) Mengembangkan kemampuan pengamatan, pendengaran dan
penglihatan peserta didik secara bersama-sama. (Wahyudin Nur
Nasution ; 2017)
12

3. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan


Bila dilaksanakan demonstrasi dengan baik dan efektif, maka perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a) guru harus mampu menyusun rumusan tujuan instruksional, agar
dapat memberi motivasi yang kuat pada siswa untuk belajar.
b) Pertimbangkanlah baik-baik apakah pilihan teknik ini sudah mampu
menjamin tercapainya tujuan yang telah dirumuskan.
c) Apakah tersedia waktu yang cukup, sehingga dapat memberi
keterangan, kalau siswa bertanya. Dan
d) Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan
pada siswa untuk mengamati dengan baik dan bertanya.
4. Kelebihan Metode Demonstrasi
Adapun Kelebihan penggunaan metode demonstrasi ini, antara lain:
a) Menjadikan bahan pelajaran menjadi jelas dan lebih kongkrit dipahami
siswa sehingga dapat menghindari pemahaman yang hanya verbalisme;
b) Memudahkan peserta didik memahami pelajaran dangan cara melihat
secara langsung dan prosedur informasi bahan ajar yang disajikan;
c) Proses pengajarannya lebih menarik dan menyenangkan;
d) Dapat merangsang dan memotivasi peserta didik untuk lebih aktif
dalam mengamati dan mendorongnya untuk dapat mencobanya sendiri;
e) Dapat menyajikan bahan ajar yang tidak dapat disajikan dengan
metode lainnya.
5. Kelemahan Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi ini memiliki keterbatasan antara lain;
a) Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru secara
lebih khusus.
b) Adanya keterbatasan sumber belajar, alat pelajaran, dan menuntut
situasi dan kondisi serta waktu yang lebih banyak serta waktu tertentu
untuk mendemokrasikannya.
13

c) Memerlukan proses perencangan dan persiapan pembelajaran yang


cukup matang dan terencana dengan cara lebih baik dari penggunaan
metode lainnya.
6. Langkah-langkah Metode Demonstrasi
Menurut Syaiful Bahri (2005), Langkah-langkah menggunakan metode
demonstrasi adalah sebagai berikut :
a) Persiapan
Menciptakan kondisi belajar siswa untuk melaksanakan demonstrasi
dengan menyediakan alat-alat demonstrasi.
b) Pelaksanaan
Mengajukan masalah kepada siswa (ceramah).
Melaksanakan demonstrasi :
 Menjelaskan dan mendemonstrasikan suatu prosedur atau proses.
 Usahakan seluruh siswa dapat mengikuti/mengamati demonstrsi
dengan baik.
 Beri penjelasan yang padat, tapi singkat hentikan demonstrasi
kemudian adakan tanya jawab.
c) Evaluasi/tindak
 Beri kesempatan kepada siswa untuk tindak lanjut mencoba
melakukan sendiri.
 Membuat kesimpulan Demonstrasi.
 Mengajukan pertanyaan kepada siswa.
Langkah-langkah metode Demonstrasi adalah sebagai berikut :
a) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
b) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.
c) Menyiapkan alat dan bahan yang akan diperlukan.
d) Menunjuk salah seorang peserta didik untuk mendemonstrasikan
sesuai skenario yang telah disiapkan.
e) Seluruh peserta didik memperhatikan demontsrasi dan menganalisnya.
f) Tiap peserta didik mengemukakan hasil analisinya.
g) Dan guru membuat kesimpulan.
14

III. METODE PENELITIAN


A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas III SD Integral Rahmatullah
Samarinda yang terdiri dari 13 putra dan 9 putri dengan total jumlah 22 siswa
pada Tahun Pembelajaran 2018/2019. Penelitian ini dibantu oleh rekan sejawat
yang bertindak sebagai supervisor 2: Ibu Siti Aminah, S.Pd.I dan Supervisor 1:
Ibu Eny Ratnawati, M.Pd.
2. Tempat Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD
Integral Rahmatullah Samarinda Jl. Sukorejo RT.39 Kelurahan Lempake
Kecamatan Samarinda Utara.
3. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian ini dilaksanakan bulan maret sampai dengan april pada
semester genap Tahun Pembelajaran 2018/2019. Peneliti memilih waktu tersebut
karena bertepatan saat memasuki pertengahan semester genap di sekolah.
Jadwal pelaksanaan penelitian pada tabel 1 sebagai berikut :
No. Hari/ Tanggal Waktu Mata Pelajaran Siklus
1. Selasa, 26 Maret 2019 3 x 35 menit Bahasa Indonesia PraSiklus
2. Selasa, 2 April 2019 3 x 35 menit Bahasa Indonesia Siklus 1
3. Selasa, 9 April 2019 3 x 35 menit Bahasa Indonesia Siklus 2
B. Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Deskripsi perbaikan pada penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan untuk
meningkatkan aktivitas pemahaman penguasaan materi dan menunjang kreatifitas
berpikir siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan studi
pendahuluan, bahwa penelitian ini menggunakan PTK. PTK merupakan suatu
rangkaian atau langkah-langkah yang berbentuk spiral dari siklus yang satu ke
siklus berikutnya (a spiral of steps). Setiap siklus terdiri dari 4 tahap kegiatan
pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Langkah pada
siklus berikutnya adalah rencana yang sudah direvisi, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi.
15

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Berhasil SIKLUS 2 Pelaksanaan

Refleksi

Laporan

Gambar 1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Proses deskripsi pelaksanaan tindakan perbaikan ini melalui empat tahap


secara berdaur ulang (dalam 2 siklus) mulai dari:
1. Tahap Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap ini adalah:
a. Menentukan materi pembelajaran bagi siswa.
b. Membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
c. Menyiapkan media pembelajaran atau alat peraga yang diperlukan
dalam proses pembelajaran.
d. Menyusun lembar kerja siswa.
e. Membuat panduan penilaian untuk memantau hasil belajar siswa.
f. Mempersiapkan lembar observasi untuk diisi oleh supervisor 2.
FOKUS
TAHAP TINDAKAN PENELITIAN
PENELITIAN
Persiapan Menyusun rencana  Merumuskan RPP dengan model
tindakan tindakan. pembelajaran berbasis demonstrasi.
 Merumuskan aspek, deskriptor, dan kriteria
pencapaian tujuan pembelajaran materi
bahasa berbasis demonstrasi .
 Menyiapkan alat pengumpul data, baik
proses maupun hasil pembelajaran materi
16

bahasa berbasis demonstrasi.


Menyamakan  Mendiskusikan langkah-langkah
pemahaman dan sikap pembelajaran melalui pembelajaran
terhadap masalah dan berbasis demonstrasi.
konsep pembelajaran.  Simulasi pembelajaran melalui
pembelajaran berbasis demontsrasi
 Simulasi pemantauan proses dan hasil
pembelajaran.
Pelaksanaan Melaksanakan  Guru melaksanakan pembelajaran sesuai
Tindakan tindakan pembelajaran. dengn RPP yang telah disusun.
 Guru melaksanakan penilaian terhadap
proses dan hasil pembelajaran melalui
pembelajaran berbasis demonstrasi
Observasi Melaksanakan  Peneliti melakukan pengamatan terhadap
Tindakan pengamatan terhadap proses pembelajaran berbasis demonstrasi,
pembelajaran materi baik yang berupa kegiatan guru maupun
bahasa Indonesia siswa.
melalui pembelajaran  Peneliti melakukan pengamatan terhadap
berbasis demonstrasi . pelaksanaan penilaian oleh guru, maupun
hasil belajar siswa.
Refleksi Berdiskusi dengan  Menganalisis pelaksanaan tindakan
Tindakan guru mitra tentang pembelajaran.
pelaksanaan tindakan  Memaknai hasil pelaksanaan tindakan
berdasarkan hasil pembelajaran.
pengamatan  Menyimpulkan hasil pelaksanaan tindakan
pembelajaran.
Tabel 2 : Rencana Tindakan Penelitian

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan


Berangkat dari permasalahan yang dihadapi pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia, maka langkah yang dihadapi pada tahap pelaksanaan tindakan adalah
sebagai berikut.
1. mengadakan apersepsi;
2. menyampaikan informasi kaitannya dengann tugas pmbelajaran yang
ingin dicapai;
3. menjelaskan atau mendeskripsikan hubungan antara benda-benda dan
bahan pembentuknya;
4. mengerjakan beberapa soal latihan dan dilanjutkan dengan tanya
jawab, dan
5. memberikan soal-soal evaluasi dan umpan balik.
Mengamati beberapa item tersebut, maka pelaksanaan tindakan yang
dilaksanakan oleh seorang guru harus melaksanakan pemantauan secara
17

komprehensif terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan instrumen


pengumpul data yang telah dibuat, sehingga metode demonstrasi berpeluang
dilaksanakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pada tahap ini peneliti
melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan.
Keberhasilan
Indikator
Tindakan
No Tindakan Guru Aktivitas Siswa
A B C D
Ya Tdk
4 3 2 1
1. Tahap Identifikasi dan Penentuan Masalah
1 A. Kegiatan Awal
1
Membuka pembelajaran Mengikuti pembukaan
1
pembelajaran
1
Menyampaian tujuan Menerima dan memahami
pembelajaran penjelasan tentang tujuan
pembelajaran
B. Kegiatan Inti
Memfasilitasi Bermain menyusun
pembentukan kelompok potongan gambar untuk
melalui permainan didemonstrasikan yang
demonstrasi telah siapkan
Memberi penjelasan Memahami penjelasan
tentang model dan model demonstrasi
prosedur pembelajaran
berbasis demonstrasi
Mengarahkan siswa Secara berkelompok
mengidentifikasi mengidentifikasi dan
permasalahan yang menentukan permasala-
terdapat dalam gambar han yang terdapat dalam
untuk keperluan gambar untuk keperluan
permainan demonstrasi.
2. Tahap Pengumpulan Informasi
B. Kegiatan Inti
Mengarahkan siswa Secara berkelompok
mendiskusikan dan mendiskusikan dan
mendata pokok-pokok mendata pokok-pokok
informasi yang terdapat informasi (apa, siapa,
dalam permainan kapan, di mana,
mengapa, dan
bagaimana) yang
terdapat dalam
permainan
Mengarahkan siswa Masing-masing kelompok
melakukan kegiatan melakukan kegiatan
wawancara dengan siswa wawancara dengan siswa
dan guru untuk dan guru untuk
melengkapi jawaban dari melengkapi jawaban dari
pokok-pokok informasi pokok-pokok informasi
dalam gambar dalam gambar
Mengarahkan siswa Setiap kelompok
mempresentasikan hasil, mempresentasikan hasil
18

sedangkan kelompok lain kerja, sedangkan


memberi tanggapan kelompok lain memberi
terhadap hasil kerja tanggapan terhadap hasil
kerja kelompok tersebut
C. Kegiatan Penutup
Menyimpulkan unsur- Masing-masing kelompok
unsur dan bagian-bagian merevisi hasil kerja
yang diperagakan. kelompok berdasarkan
masukan dari guru dan
kelompok lain.
Memberi penguatan Siswa merefleksi kegiatan
berupa penghargaan sikap pembelajaran dengan
kepada siswa terlibat megungkapkan tanggapan
secara aktif dalam mereka terhadapan
pembelajaran serta kegiatan pembelajaran:
memandu siswa bagian yang disenangi,
merefleksi kegiatan yang mudah dilakukan,
pembelajaran atau yang sulit dilakukan
dalam kegiatan
pembelajaran, dll.

Tabel 3: Panduan Pelaksanaan Pembelajaran


3. Tahap Pengamatan (Observasi)
Kegiatan dalam tahap observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti yang dibantu oleh supervisor 2 untuk mendapatkan temuan-temuan
penting selama proses pembelajaran berlangsung serta mengamati dan menilai
nilai siswa setelah kegiatan pembelajaran.
Pada tahap ini hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Menganalisis data yang didapatkan mulai dari perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan sampai kepada dilakukannya siklus demi siklus
(sesuai dengan hipotesis).
b. Menganalisis data pada tahap tindakan yang dilakukan.
c. Mengulas dan menjelaskan konsep materi yang belum jelas sesuai
dengan rencana.
d. Melakukan intervensi, pemaknaan, dan penyimpulan data yang telah
diperoleh, serta melihat hubungan antara metode dan rencana yang
telah ditetapkan.

Skor
No Aspek yang Dinilai Jumlah (%)
1 2 3 4
1. Prapembelajaran
a. Mempersiapkan siswa untuk belajar.
19

b. Melakukan kegiatan apersepsi.


c. Memberikan motivasi kepada siswa
dalam pembelajaran Model strategi
demonstrasi.
2. Kegiatan Inti Pembelajaran
a. Mampu menarik perhatian ke fokus
kegiatan pembelajaran.
b. Mengemukakan kompetensi
pembelajaran.
c. Menguasai materi pembelajaran.
d. Menyampaikan materi dengan jelas,
sesuai dengan kompetensi
pembelajaran.
3. Strategi dan Metode Pembelajaran
a. Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan kompetensi (tujuan) yang akan
dicapai dan guru menguasai kelas.
b. Melaksanakan pembelajaran dalam
urutan yang sistematis.
c. Melaksanakan pembelajaran dengan
Model strategi demonstrasi
d. Melaksanakan sesuai dengan alokasi
waktu yang direncanakan.
4. Pemanfaatan Media Pembelajaran
a. Menggunakan media secara efektif
dan efisien.
b. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan
media.
c. Menghasilkan pesan yang baik.
5. Penilaian Proses dan Hasil belajar
a. Melakukan penilaian akhir sesuai
dengan kompetensi (tujuan)
pembelajaran.
b. Memantau kemajuan belajar selama
proses belajar.
6. Penggunaan Bahasa
Menggunakan bahasa lisan secara jelas,
lantang, dan benar.
7. Penutup
a. Melakukan refleksi/membuat
rangkuman dengan melibatkan siswa.
b. Melakukan tindak lanjut (arahan,
tugas, kegiatan melibatkan siswa).
Jumlah
Tabel 4. Lembar Observasi Aktivitas Guru
Keterangan :
1 = kurang
2 = cukup
3 = baik
4 = sangat baik
20

Untuk mengetahui prosentase aktivitas guru pada tiap kegiatan sebagai


berikut:

P= x 100%

P = jumlah persentase
∑ (x) = jumlah skor perolehan
n = jumlah keseluruhan skor maksimal (76)

Skor
No Aspek yang Dinilai Jumlah (%)
1 2 3 4
1. Memperhatikan penjelasan dari guru
2. Keaktifan dalam mendiskusikan materi
bahasa Indonesia.
3. Keaktifan dalam diskusi kelas untuk
menyajikan hasil diskusi kelompoknya
maupun dalam memberikan
komentar/tanggapan terhadap hasil
pekerjaan kelompok lain.
4. Secara individu aktif dalam mengikuti
pembelajaran dengan mengamati gambar
sebagai obyek dalam pembelajaran.
5. Keaktifan dalam mempraktikkan menulis
teks berita yang utuh dengan Model
demonstrasi
6. Keaktifan dalam proses pembelajaran.
7. Keaktifan siswa dalam memperbaiki hasil
diskusi yang sudah diperbaiki oleh guru
8. Merefleksikan materi pelajaran
(menyimpulkan maupun kebermaknaan)
Jumlah
Tabel 5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Aktif artinya siswa memperhatikan, menanggapi, merespon secara positif
aktivitas pembelajaran.

P= x 100%

P = jumlah persentase
∑ (x) = jumlah skor perolehan (1-4)
n = jumlah keseluruhan skor maksimal (32)
4. Tahap Refleksi
21

Pada tahap ini peneliti dan supervisor 2 menganalisis hasil tindakan yang
telah dilaksanakan pada saat pembelajaran, kemudian dari hasil tersebut
dilakukan refleksi sehingga dapat di ketahui kelebihan atau kelemahan yang akan
menjadi fokus pada perbaikan berikutnya. Hasil analisis dan refleksi yang
dilakukan pada tahap ini akan dipergunakan sebagai bahan rekomendasi dan revisi
rencana tindakan pada siklus berikutnya.
C. Teknik Analisis Data
Jenis penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana siklus akan
dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Tetapi apabila sebelum siklus II indikator
keberhasilan sudah mencukupi atau terpenuhi maka penelitian akan di hentikan.
Analisis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang dapat
dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan rata-rata dan presentasi sebagai
berikut :
1. Rata-rata
Nilai rata-rata ini digunakan untuk mengetahui peningkatan nilai siswa
dengan menggunakan rata-rata skor nilai masing-masing siswa, dengan
menggunakan rumus :
Jumlah Seluruh Nilai siswa
Nilai rata – rata =
Jumlah Siswa

(Aqib, 2009: 40-41)


2. Persentase(%)
Persentase digunakan untuk menggambarkan peningkatan nilai siswa dari
prasiklus, siklus I, dan siklus II dengan menggunakan rumus :
Jumlah Siswa yang Tuntas
Jumlah Siswa Keseluruhan
x 100%

(Aqib, 2009: 40-41)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Hasil Prasiklus
Prasiklus berisi nilai dasar yang diambil dari data yang dimiliki guru. Nilai
dasar berfungsi untuk mengetahui peningkatan keterampilan Bahasa Indonesia
22

sebagai pembanding antara sebelum dan sesudah melaksanakan penelitian


menggunakan metode demonstrasi dengan hasil sebagai berikut:
No Nama Siswa KKM Nilai Dasar Keterangan
1 Muhammad Kholis 65 50 Tidak Tuntas
2 Rifki Maulana 65 60 Tidak Tuntas
3 Nur Rhida 65 50 Tidak Tuntas
4 Naira Azrina Q 65 70 Tuntas
5 Aqsaa Albarrintho P 65 70 Tuntas
6 Mahesa Dwi P 65 70 Tuntas
7 Hilmy Dzakwan Anjakutsa 65 60 Tidak Tuntas
8 Aulia Marcha putri 65 60 Tidak Tuntas
9 M. Zam-Zam 65 55 Tidak Tuntas
10 Latifah Cahya Aina 65 60 Tidak Tuntas
11 Muhammad Ridho 65 60 Tidak Tuntas
12 Hairunnisa Fitri 65 75 Tuntas
13 Almira Putri Wulandari S 65 75 Tuntas
14 Aldian Maulana 65 50 Tidak Tuntas
15 Mahawira Karkasa Fama Mubin 65 70 Tuntas
16 Mahasurya Karkasa Fama Mubin 65 70 Tuntas
17 Naillah salsabila 65 70 Tuntas
18 Tiara aqsariany 65 60 Tidak Tuntas
19 M. Ghiyats Dhiya Uddin 65 55 Tidak Tuntas
20 M. Akbar Revan 65 60 Tidak Tuntas
21 Putri Permata Sari 65 60 Tidak Tuntas
22 Arjuna 65 50 Tidak Tuntas
Jumlah 1360
Rata-rata 61,82
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas 8
Jumlah siswa yang tidak tuntas 14
Tabel 6. Hasil Belajar Pra Siklus
No Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase (%)
1 80 – 100 0 0
2 70 – 79,9 8 36,36
3 60 – 69,9 8 36,36
4 40 – 59,9 6 27,28
5 0 – 39,9 0 0
Jumlah 22 100
Tabel 7. Data hasil belajar siswa pada PraSiklus
2. Hasil Penelitian Siklus I
a. Observasi Guru
Hasil observasi kemampuan guru selama proses pembelajaran pada siklus
I yang di peroleh dari rata-rata skor pengamatan yang mencakup 7 aspek
23

pengamatan untuk guru dalam proses pembelajaran secara keseluruhan diperoleh


nilai 59 dengan hasil persentase 77,63 %.
b. Observasi Siswa
Hasil observasi akitivitas siswa selama pembelajaran pada siklus I yang di
peroleh dari rata-rata skor pengamatan yang mencakup delapan aspek pengamatan
untuk siswa dalam proses pembelajaran secara keseluruhan diperoleh nilai 25
dengan hasil persentase 78,13 %.
Nilai Nilai
No Nama Siswa KKM Keterangan
Dasar Akhir
1 Muhammad Kholis 65 50 55 Tidak Tuntas
2 Rifki Maulana 65 60 60 Tidak Tuntas
3 Nur Rhida 65 50 60 Tidak Tuntas
4 Naira Azrina Q 65 70 75 Tuntas
5 Aqsaa Albarrintho P 65 70 75 Tuntas
6 Mahesa Dwi P 65 70 75 Tuntas
7 Hilmy Dzakwan Anjakutsa 65 60 65 Tuntas
8 Aulia Marcha putri 65 60 65 Tuntas
9 M. Zam-Zam 65 55 60 Tidak Tuntas
10 Latifah Cahya Aina 65 60 65 Tuntas
11 Muhammad Ridho 65 60 65 Tuntas
12 Hairunnisa Fitri 65 75 80 Tuntas
13 Almira Putri Wulandari S 65 75 85 Tuntas
14 Aldian Maulana 65 50 60 Tidak Tuntas
15 Mahawira Karkasa Fama Mubin 65 70 80 Tuntas
16 Mahasurya Karkasa Fama Mubin 65 70 75 Tuntas
17 Naillah salsabila 65 70 75 Tuntas
18 Tiara aqsariany 65 60 65 Tuntas
19 M. Ghiyats Dhiya Uddin 65 55 60 Tidak Tuntas
20 M. Akbar Revan 65 60 65 Tuntas
21 Putri Permata Sari 65 60 65 Tuntas
22 Arjuna 65 50 60 Tidak Tuntas
Jumlah 1360 1490
Rata-rata 61,82 67,73
Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas 8 15
Jumlah siswa yang tidak tuntas 14 7
Persentase Ketuntasan 36.36% 68,18%
Tabel 8. Hasil Belajar Siklus I
No Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase (%)
1 80 – 100 3 13,64
2 70 – 79,9 5 22,73
3 60 – 69,9 13 59,09
4 40 – 59,9 1 4,54
5 0 – 39,9 0 0
Jumlah 22 100
24

Tabel 9. Data hasil belajar siswa pada Siklus I


Berdasarkan hasil data table 8 dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan
model pembelajaran demonstrasi diperoleh nilai rata-rata nilai siswa adalah 67,73
dan presentase ketuntasan belajar siswa mencapai 68,18% atau ada 15 Dari 22
siswa yang sudah tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus I siswa belum
tuntas belajar atau belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).Siswa
yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu dengan nilai ≥65. Hanya
sebesar 68,18%, lebih kecil dari presentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu
sebesar 75%. Hal ini disebabkan siswa masih belum serius pada saat pembelajaran
berlangsung dan kurangnya perhatian siswa pada media yang telah
didemonstrasikan oleh guru, masih ragu-ragu dalam mengajukan pertanyaan, dan
kondisi kelas yang kurang kondusif karena banyak siswa yang bermain di dalam
kelas, sehingga menyebabkan konsentrasi siswa terpecah.
Berdasarkan table 9 Analisis kriteria nilai pelaksanaan tindakan kelas
siklus I belajar Bahasa Indonesia siswa SD Integral Rahmatullah, baru ada 3 siswa
yang mendapatkan nilai baik sekali, 5 orang siswa mendapatkan kriteria baik
dengan presentase 22,73%, siswa yang mendapatkan kriteria cukup 13 orang
dengan presentase 59,09% dan 1 orang siswa mendapatkan kriteria kurang dengan
presentase 4,54% dari seluruh jumlah siswa.
3. Hasil Penelitian Siklus II
a. Observasi Guru
Hasil observasi kemampuan guru selama proses pembelajaran pada siklus
II yang di peroleh dari rata-rata skor pengamatan yang mencakup 7 aspek
pengamatan untuk guru dalam proses pembelajaran secara keseluruhan diperoleh
nilai 69 dengan hasil persentase 90,78 %.
b. Observasi Siswa
Hasil observasi akitivitas siswa selama pembelajaran pada siklus II yang di
peroleh dari rata-rata skor pengamatan yang mencakup delapan aspek pengamatan
untuk siswa dalam proses pembelajaran secara keseluruhan diperoleh nilai 29
dengan hasil persentase 90,63 %.
25

Nilai Nilai
No Nama Siswa KKM Keterangan
Dasar Akhir
1 Muhammad Kholis 65 50 60 Tidak Tuntas
2 Rifki Maulana 65 60 65 Tuntas
3 Nur Rhida 65 50 70 Tuntas
4 Naira Azrina Q 65 70 90 Tuntas
5 Aqsaa Albarrintho P 65 70 85 Tuntas
6 Mahesa Dwi P 65 70 85 Tuntas
7 Hilmy Dzakwan Anjakutsa 65 60 75 Tuntas
8 Aulia Marcha putri 65 60 70 Tuntas
9 M. Zam-Zam 65 55 65 Tuntas
10 Latifah Cahya Aina 65 60 70 Tuntas
11 Muhammad Ridho 65 60 75 Tuntas
12 Hairunnisa Fitri 65 75 90 Tuntas
13 Almira Putri Wulandari S 65 75 90 Tuntas
14 Aldian Maulana 65 50 65 Tuntas
15 Mahawira Karkasa Fama Mubin 65 70 90 Tuntas
16 Mahasurya Karkasa Fama Mubin 65 70 85 Tuntas
17 Naillah salsabila 65 70 85 Tuntas
18 Tiara aqsariany 65 60 75 Tuntas
19 M. Ghiyats Dhiya Uddin 65 55 70 Tuntas
20 M. Akbar Revan 65 60 70 Tuntas
21 Putri Permata Sari 65 60 70 Tuntas
22 Arjuna 65 50 65 Tuntas
Jumlah 1360 1665
Rata-rata 61,82 75,68
Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas 8 21
Jumlah siswa yang tidak tuntas 14 1
Persentase Ketuntasan 36.36% 95,45%
Tabel 10. Data Hasil Belajar Pada Siklus II

No Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase (%)


1 80 – 100 8 36,36
2 70 – 79,9 9 40,91
3 60 – 69,9 5 22,73
4 40 – 59,9 0 0
5 0 – 39,9 0 0
Jumlah 22 100
Tabel 11. Data hasil belajar siswa pada Siklus II

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari dua siklus yang
dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
dibuat.
26

Pembelajaran yang dilakukan menggunakan model pembelajaran


demonstrasi. Sebelum dilaksanakan tindakan pada siklus I peneliti mempunyai
nilai siswa kelas III SD Integral Rahmatullah Samarinda yang digunakan sebagai
acuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Nilai
yang diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan siswa rata-rata masih dibawah
KKM yaitu 65. Tentu hal ini mengharuskan adanya tindakan dalam pembelajaran
agar dapat meningkatkan hasil belajar pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas
tersebut.
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran
demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi
yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari prasklus, siklus I, dan
siklus II) yaitu masing-masing ketuntasan belajar prasiklus 36,36%, siklus I
68,18%, dan siklus II 95,45%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara
klasikal telah tercapai.
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode
pembelajaran demonstrasi dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini
berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami
peningkatan, yaitu nilai rata-rata hasil belajar siswa dari prasiklus 61,82
meningkat di siklus I menjadi 67,73, dan di siklus II menjadi 75,68.
Saat penelitian, peneliti menemukan beberapa temuan selama proses
pembelajaran beberapa kekurangan yang terjadi pada proses pembelajaran pada
siklus I antara lain:(1) Banyaknya siswa yang masih kurang memperhatikan
penjelasan guru, (2) Banyaknya siswa yang asik sendiri (bermain dan berbicara
dengan temannya) saat guru menjelaskan materi di depan kelas, (3) Kurangnya
ketertiban didalam kelas, (4) Kurangnya kerja sama siswa dalam latihan kerja
kelompok. (5) Rendahnya nilai siswa dalam Pelajaran Bahasa Indonesia juga
disebabkan pada saat tahap penulisan siswa mengembangkan draft atau kerangka
cerita. Siswa masih belum paham cara mengembangkan kerangka cerita dari
sebuah kalimat menjadi sebuah paragraf.
27

Berdasarkan kekurangan pada siklus I, peneliti mengambil tindakan yang


dilaksanakan pada siklus II, yaitu (1) Guru harus lebih aktif dalam membimbing
dan memberi teguran kepada semua siswa yang kurang memperhatikan, (2)
Pengelolaan kelas yang lebih baik dengan menekankan siswa agar lebih disiplin
dan bekerjasama dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (3) Diharapkan siswa
benar- benar memahami mengenai materi yang telah disampaikan agar waktu
yang yang telah di tentukan dapat teralokasi dengan baik, (4) Guru sebaiknya
sering berkeliling kelas agar dapat mengamati kerja siswa. Selama berkeliling
guru juga sambil membantu siswa bila mengalami kesulitan saat mengerjakan lks,
misalnya saat melihat ada kesalahan pada lks yang dikerjakan guru akan
membantu siswa memperbaikinya. Sesuai dengan pendapat Suprijono (2009 : 54),
guru berperan sebagai fasilitator, guru harus mengarahkan siswa. Setelah
membagi siswa dalam kelompok, guru harus menetapkan tugas yang harus
dikerjakan siswa dan menyediakan bantuan selama siswa berdiskusi. Selama
kegiatan kelompok, guru harus bisa membagi perhatian untuk tiap kelompok dan
berkeliling ke tiap kelompok. (5) Peneliti sebagai motivator bagi siswa membantu
siswa dengan cara memberikan contoh kalimat dengan melihat gambar yang telah
siswa urutkan.
Guru juga harus dapat menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan seperti pendapat Hudojo (dalam Trianto, 2012 : 6) untuk
menciptakan lingkungan menyenangkan saat belajar, berarti guru harus: (a)
menyediakan pengalaman belajar yang baru dengan mengaitkan pengalaman
belajar yang telah dimiliki siswa sebelumnya, (b) menyediakan berbagai alternatif
pengalaman belajar, (c) mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang
konkret dalam kehidupan siswa, dan (d) memanfaatkan media yang menarik.
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran bahasa Indonesia yang paling dominan adalah bekerja dengan
menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan
diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa
aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
28

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan


langah-langkah metode pembelajaran demonstrasi dengan baik. Hal ini terlihat
dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan
mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep,
menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya
jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Dari hasil analisis pembahasan masalah. Dalam penelitian ini dapat ditarik
suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran bahasa Indonesia
dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan penguasaan dan pemahaman
siswa dengan beberapa tahapan. Tahapan yang dimaksud adalah: (a)
persiapan, (b) aktivitas belajar mengajar, dan (c) tahap pelaksanaan
tindakan.
2. Setelah siswa diberi tindakan sebanyak satu kali (dua siklus) secara berdaur
ulang, kemampuannya menguasai maupun pemahamannya terhadap materi
mata pelajaran bahasa Indonesia meningkat tercatat lebih dari 75%.
Berdasarkan tabel 11 setelah siklus kedua dilaksanakan, yang memperoleh
skor 80 – 100 sebanyak 8 orang siswa (36,36%). Artinya, kemampuan
dalam penguasaan materi tergolong sangat baik. Sedangkan, siswa yang
memperoleh skor 70 – 79,9 sebayak 9 orang siswa (40,91%). Dan hanya 5
siswa yang nilainya 60 – 69,9 (22,73%).
3. Kesimpulan ini menunjukkan tingkat keberhasilan yang ditandai dengan
telah tercapainya indikator keberhasilan penelitian, yakni siswa yang
memiliki kemampuan penguasaan materi dan pemahaman sangat baik
minimal 75%. Sementara itu, berdasarkan data yang diperoleh ditunjukkan
bahwa siswa yang menguasai materi sudah di atas 70%.
B. Saran-saran
1. Agar memiliki nilai guna yang optimal, semua hasil penelitian ini harus
29

segera disosialisasikan dan ditindaklanjuti. Terutama yang berhubungan


dengan bagaimana memanfaatkan berbagai strategi pembelajaran, salah
satunya adalah dengan metode demonstrasi.
2. Guru-guru Sekolah Dasar harus terus menggiatkan pelaksanaan penelitian
tindakan semacam ini, sehingga nantinya akan diperoleh berbagai strategi
dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran, yang pada akhirnya akan
dapat meningkatkan kualitas dan kredibilitas suatu sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi bahasa Indonesia dan Remidi Salatiga:
Universitas Kristen Satya Wacana.

Dimyati dan Mudjiono, 2000. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Asdi


Mahasatya.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.

Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn
dan Bacon.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia


Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Surabaya.

Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa
niversitas Press.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa


Cipta.

Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri


Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai