Anda di halaman 1dari 11

Pinisi: Journal of Teacher Professional

https://ojs.unm.ac.id/TPJ
Vol 1, No, 1, November 2019
p-ISSN: xxxx-xxxx dan e-ISSN: xxxx-xxxx
DOI.xxx-xxx

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE


JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA
PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV
SD NEGERI MATA KABUPATEN SUMBAWA

Anis Maghfira Astuti 1, Muh. Irfan 2, Andi Wirdayani 3


1
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Makassar
Email: anismaghfira28@gmail.com
2
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Makassar
Email: m.irfan@unm.ac.id
3
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Makassar
Email: andiwirdayanijasmin@gmail.com

Artikel info
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model
Artikel history: cooperative learning tipe jigsaw untuk meningkatkan keterampilan
Received; xx-xx-xxx berbicara pada pembelajaran tematik siswa kelas IV SD Negeri Mata
Revised:xx-xx-xxxx
Kabupaten Sumbawa. Jenis penelitian ini adalah menggunakan
Accepted;xx-xx-xxxx
penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas IV yang berjumlah 15 orang. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan analisis data deskriptif kuantitatif dan
diperoleh hasil observasi aktivitas mengajar guru pada siklus I dengan
persentase 74% dikategorkan cukup dan pada siklus II diperoleh
persentase 82% dikategorikan baik. Observasi aktivtas belajar siswa
pada siklus I diperoleh persentase 75% dikategorikan cukup dan pada
siklus II diperoleh persentase 84% dengan kategori baik. Pada siklus I
menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa memperoleh
persentase ketuntasan sebesar 46,67%, sedangkan pada siklus II
keterampilan berbicara siswa sudah meningkat dan memperoleh
persentase ketuntasan sebesar 86,67%. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa melalui penerapan model cooperative learning
tipe jigsaw dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas
IV SD Negeri Mata Kabupaten Sumbawa.

Kata Kunci: Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw, dan


Keterampilan Berbicara
Kata kunci: Coresponden author:
Model Cooperative Email: xxxx@gmail.com
Learning Tipe Jigsaw,
Keterampilan Berbicara artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi CC BY -4.0

90
PENDAHULUAN

Pendidikan yang baik sangat penting untuk menciptakan bangsa yang mandiri. Untuk
mengetahui seberapa jauh kemajuan suatu bangsa baik di masa sekarang maupun di masa
yang akan datang ditentukan melalui pendidikan. Pentingnya pendidikan menuntut agar
pendidikan selalu dikembangkan seiring dengan perkembangan zaman agar suatu bangsa
tidak menjadi bangsa yang tertinggal. Pengembangan pendidikan yang baik tentunya akan
menghasilkan output yang baik dari pendidikan itu sendiri.
Terkait dengan komponen-komponen pengembangan pembelajaran khusunya di
Sekolah Dasar, Hamruni (2012: 11) mengemukakan bahwa sebagai sebuah sistem,
pembelajaran meliputi komponen antara lain tujuan, bahan, peserta didik, guru, metode,
situasi, dan evaluasi. Setiap komponen ini mempunyai perannya masing-masing dan juga
saling berkaitan satu sama lain. Misalnya, siswa membutuhkan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran, dan sebaliknya guru membutuhkan siswa untuk dapat melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Hubungan timbal balik antara semua komponen pembelajaran ini
diperlukan dalam mewujudkan pembelajaran yang hidup, sehingga menjadi lebih aktif,
menyenangkan, dan bermakna.
Siswa sebagai salah satu komponen dalam pembelajaran memiliki tingkat kecerdasan,
pemahaman, dan karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang memiliki tingkat kecerdasan
yang rendah, sedang, dan ada pula yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Namun, jika
dilihat dari usianya, siswa sekolah dasar umumnya berada dalam tahap perkembangan
karakteristik yang aktif, senang bermain, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan suka
mencari perhatian. Melihat karakteristik umum siswa tersebut, dapat menjadi jalan bagi guru
untuk memotivasi dan mengembangkan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, salah
satunya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Melalui pembelajaran Bahasa Indonesia siswa akan belajar bagaimana cara
berkomunikasi yang baik dan benar. Komunikasi yang baik dan benar dapat berupa lisan
maupun tulisan. Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi bangsa Indonesia secara
nasional, sehingga kemampuan berkomunikasi lisan maupun tulisan dengan baik dan benar
sangat diharapkan ada pada setiap siswa. Semua siswa tidak akan mampu memahami
pelajaran-pelajaran lainnya tanpa mampu berkomunikasi dengan baik dan benar karena dalam
pelaksanaan setiap mata pelajaran dibutuhkan adanya komunikasi yang baik antara guru

91
dengan siswa maupun antar sesama siswa. Hal ini yang merupakan salah satu sebab mengapa
Bahasa Indonesia harus diajarkan karena merupakan dasar dari semua pembelajaran.
Tarigan (2013: 2) mengemukakan bahwa keterampilan berbahasa mencakup empat
aspek, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan
keterampilan menulis. Kecakapan berbahasa Indonesia yang baik dapat dimiliki dengan
melakukan pengembangan terhadap keterampilan-keterampilan di atas termasuk keterampilan
berbicara. Setiap aspek dalam berbahasa Indonesia ini saling menunjang satu sama lain. Oleh
karena itu, perlu diusahakan agar setiap siswa mampu menguasai setiap aspek ini dengan baik
agar adanya keseimbangan dalam penguasaan setiap aspek-aspek tersebut.
Setyawan Pujiono (2013: 83) menyatakan bahwa berbicara merupakan keterampilan
berbahasa yang bertujuan untuk mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan secara lisan
sebagai proses komunikasi kepada orang lain. Dengan demikian, apabila seseorang ingin
mengungkapkan ide, gagasan maupun perasaanya kepada orang lain maka seseorang ini
terlebih dahulu harus melatih dan mengembangkan keterampilan berbicaranya. Keterampilan
berbicara yang baik akan mempermudah orang lain atau penerima pesan untuk mengerti dan
memahami ide dan gagasan yang ingin disampaikan. Apabila ide dan gagasan yang kita
sampaikan telah dapat pahami oleh orang lain maka dapat dikatakan bahwa kita telah berhasil
menjalin komunikasi yang baik.
Mengingat dalam keseharian siswa, sebagian besar waktu yang dimiliki digunakan
untuk menjalin interaksi antar sesama siswa seperti halnya keterampilan berbicara merupakan
modal dasar dalam berkomunikasi untuk menjalin interaksi dengan orang disekitarnya.
Pelaksanaan pembelajaran di sekolah harus benar-benar dapat melatih dan membiasakan
siswa agar miliki keterampilan berbicara yang baik. Namun pada kenyataannya, pembelajaran
Bahasa Indonesia khusunya terkait pengembangan keterampilan berbicara masih belum
terlaksana secara optimal.
Berdasarkan hasil observasi diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran
siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini terjadi karena kurangnya motivasi
dan konsentrasi belajar pada siswa. Keadaan yang seperti ini mengakibatkan siswa cenderung
bermain sendiri dan tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru tepat waktu.
Permasalahan berikutnya adalah kurangnya minat berbicara siswa ketika mengikuti
pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas guru dan siswa dalam kelas. Siswa sering
kali mengabaikan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh guru sering kali tidak dijawab oleh siswa, sehingga guru harus mengulang

92
pertanyaan tersebut beberapa kali. Tidak sedikit juga siswa yang menjawab pertanyaan dari
guru dengan jawaban yang tidak jelas.
Siswa merasa takut ketika berbicara di depan teman-temannya ataupun di depan kelas.
Masalah ini merupakan masalah yang dialami oleh sebagian besar siswa dalam pembelajaran.
Siswa sering kali menolak apabila diminta untuk berbicara di depan teman-temannya atau di
depan kelas. Siswa lebih memilih untuk berbicara di tempat duduknya masing-masing karena
takut salah ketika berbicara di depan kelas. Hal ini terjadi karena siswa kurang berlatih untuk
berbicara di depan kelas. Siswa takut akan ditertawakan oleh teman-temannya apabila
membuat kesalahan saat berbicara di depan kelas. Kesalahan seorang siswa yang apabila
ditertawakan oleh teman-temannya akan mengurangi kepercayaan diri pada siswa. Selain itu,
siswa juga masih kesulitan dalam menyampaikan atau mengungkapkan gagasannya secara
runtut.
Mengatasi permasalahan terkait kurangnya keterampilan berbicara pada siswa tersebut,
dapat dilakukan melalui salah satu model pembelajaran, yaitu pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw. Menurut Robert E. Slavin (2005: 246) Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode
kooperatif yang paling fleksibel. Karena memiliki sifat yang fleksibel maka Jigsaw dapat
diterapkan pada berbagai materi pelajaran termasuk materi pelajaran yang terdapat dalam
pelajaran Bahasa Indonesia. Disamping itu, hal ini juga membuat model kooperatif tipe
jigsaw dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan siswa. Hal lain yang menunjukkan
fleksibilitas model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yakni dapat diterapkan dalam berbagai
jam pelajaran baik itu jam pelajaran pertama, kedua maupun ketiga dan seterusnya. Teori lain
yang mendukung penerapan model pembelajaran kooperatif tipe igsaw yakni sebagaimana
dikemukakan oleh Isjoni (2011: 77) bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Di dalam menerapkan model pembelajaran tipe Jigsaw, meskipun guru tetap
mengendalikan aturan diskusi, guru tidak lagi menjadi pusat kegiatan pembelajaran, tetapi
siswa lah yang menjadi pusat kegiatan pembelajaran. Sebagai pusat kegiatan pembelajaran di
kelas, siswa akan berdiskusi kelompok sehingga frekuensi berbicara siswa dalam kelas akan
semakin banyak. Siswa akan terus berkomunikasi satu sama lain dan diberi banyak
kesempatan untuk berbicara. Tentunya ini akan melatih keterampilan berbicara siswa
sehingga siswa mempunyai peluang untuk meningkatkan keterampilan berbicara yang sudah
mereka miliki sejak semula menjadi lebih meningkat.Berdasarkan beberapa masalah di atas,

93
maka peneliti bermaksud untuk mengatasi masalah tersebut dengan melakukan penelitian
tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Jigsaw untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Pembelajaran Tematik Siswa Kelas
IV SDN Mata Kabupaten Sumbawa”.

METODE

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan suatu
penelitian (classroom action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki maupun
meningkatkan kualitas praktik pembelajaran di kelas dengan tahapan-tahapan pelaksanaan
yang terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi.
Setting dalam penelitian ini adalah lokasi penelitian dan subjek penelitian. Lokasi penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Mata Kabupaten Sumbawa yang dilaksanakan
pada semester genap tahun ajaran 2020/2021. Sedangkan subjek pada penelitian yaitu siswa
kelas IV SD Negeri Mata Kabupaten Sumbawa yang berjumlah 15 orang terdiri dari 9 orang
siswa laki-laki dan 6 orang siswa perempuan. Prosedur penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan sebanyak II siklus dimana setiap siklus dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan
dan menggunakan sintaks model pembelajaran koperatif tipe jigsaw dalam setiap proses
pembelajaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II maka dapat diketahui bahwa
terjadi peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan model pembelajaran
cooperative learning tipe jigsaw. Hasil observasi diperoleh setelah dilaksanakan proses
pembelajaran siklus I dan siklus II masing-masing sebanyak 2 kali pertemuan. Berikut ini
adalah perbandingan hasil penelitian rindakan kelas pada siklus I dan siklus II menggunakan
model cooperative learning tipe jigsaw yang telah dilaksanakan di SD Negeri Mata
Kabupaten Sumbawa.

Tabel 1.1 Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Menggunakan Model
cooperative learning tipe jigsaw
Perbandingan Siklus I Siklus II
Skor 37 41
Presentase 74% 82%
Kategori Cukup Baik

94
Tabel 1.2 Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Menggunakan Model
cooperative learning tipe jigsaw
Perbandingan Siklus I Siklus II
Skor 447 505
Presentase 75% 84%
Kategori Cukup Baik

Tabel 1.3 Perbandingan Hasil Observasi Keterampilan Berbicara Siswa


Perbandingan Siklus
Interval Nilai Kategori Siklus I Siklus II
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
86 – 100 Sangat Baik 0 0% 6 40%
71 – 85 Baik 7 47% 7 47%
56 – 70 Cukup 7 47% 2 13%
0 – 55 Kurang 1 6% 0 0%
Jumlah 15 100% 15 100%

Tabel 1.4 Perbandingan Hasil Ketuntasan Keterampilan Berbicara Siswa


Perbandingan Siklus
Interval Nilai Kategori Siklus I Siklus II
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
71 – 100 Tuntas 7 46,67% 13 86,67%
0 – 70 Tidak Tuntas 8 53,33% 2 13,33%
Jumlah 15 100% 15 100%

Proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe


jigsaw menunjukan adanya peningkatan dari siklus I yang berada pada kategori cukup dan
pada siklus II berada pada kategori baik, sedangkan keterampilan berbicara siswa pada siklus
I memperoleh persentase ketuntasan sebesar 46,67% meningkat pada siklus II sebesar
86,67%.

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran


cooperative learning tipe Jigsaw dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Mata Kabupaten Sumbawa selama kegiatan PPL
berlangsung. Penelitian dilakukan di kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak 15 orang yang
dijadikan subjek penelitian. Tindakan dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran
cooperative learning tipe Jigsaw untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

95
Selanjutnya, dalam pelaksanaan proses pembelajaran langkah-langkah yang diterapkan yaitu
berorientasi pada langkah-langkah model pembelajaran cooperative learning tipe Jigsaw.
Model kooperatif tipe Jigsaw memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi
pada waktu yang bersamaan. Bahan yang digunakan dalam model ini berupa materi-materi
yang telah disusun guru ke dalam bahan ajar. Salah satu keunggulan model ini adalah adanya
struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi. Selain itu, siswa
memiliki banyak kesempatan untuk mengolah materi dan meningkatkan keterampilan
berkomunikasi secara efektif. Untuk menentukan keberhasilan dari penelitian tindakan kelas
ini dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek proses dimana dilakukan pengamatan terhadap
aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran dan aspek keterampilan berbicara yang diamati
selama pembelajaran berlangsung.
Observasi aktivitas mengajar guru siklus I rata-rata berada pada kategori cukup. Pada
pelaksanaan tindakan pertemuan 1 siklus I, aktivitas mengajar guru dengan menggunakan
model pembelajaran cooprative learning tipe jigsaw berada pada kategori cukup. Hal ini
disebabkan karena guru belum menguasai langkah-langkah model pembelajaran cooperative
learning tipe jigsaw dengan baik sehingga belum melaksanakan semua indikator yang telah
ditetapkan meskipun mengalami sedikit peningkatan pada pertemuan 2 siklus I. Pada
pertemuan 2 siklus I, guru telah melakukan perbaikan terhadap beberapa indikator dalam
proses pembelajaran yang belum terlaksana pada pertemuan sebelumnya sehingga dari 25
guru sudah mampu melaksanakan 19 indikator yang telah ditetapkan dan hasilnya meningkat
dibandingkan pada pertemuan 1 siklus I namun masih pada kategori cukup. Pada pertemuan 2
siklus I guru masih belum melaksanakan langkah-langkah model pembelajaran cooperative
learning tipe jigsaw dengan baik. Pada pertemuan 1 siklus II aktivitas mengajar guru
mengalami peningkatan dari siklus I dengan kategori baik. Sedangkan pada pertemuan 2
siklus II juga mengalami peningkatan dibandingkan pertemuan 1 dengan kategori baik dimana
hampir semua aspek yang direncanakan dapat terlaksana.
Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I pertemuan 1 berada pada kategori
cukup, sedangkan pada pertemuan 2 siklus I aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan
namun masih berada pada kategori cukup. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dengan
model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw. Selain itu, siswa juga belum terbiasa
untuk melakukan diskusi dalam dua kelompok secara bergantian yaitu bersama kelompok asal
dan bersama kelompok ahli. Pada siklus I pertemuan 2 meskipun mengalami peningkatan dari
pertemuan 1 namun masih ada beberapa indikator yang belum terlihat selama proses

96
pembelajaran berlangsung. Pada pertemuan 1 siklus II aktivitas belajar siswa mengalami
peningkatan dibandingkan siklus I dan dikategorikan baik. Pada pertemuan 2 siklus II dapat
dilihat bahwa aktivitas siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan pertemuan 1
dimana hampir semua indiktaor dapat terlaksana dan hasil pengamatan dikategorikan baik.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa mulai terbiasa dengan model pembelajaran cooperative
learning tipe jigsaw. Berdasarkan pada hasil observasi yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa kelas IV
SD Negeri Mata Kabupaten Sumbawa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II
melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw.
Penelitian pada keterampilan berbicara siswa kelas IV SD Negeri Mata Kabupaten
Sumbawa dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw yang
difokuskan pada peningkatan keterampilan berbicara siswa pada siklus I menunjukkan bahwa
keterampilan berbicara siswa belum meningkat dengan persentase ketuntasan sebesar
46,673%. Setelah melaksanakan siklus II keterampilan berbicara siswa mulai meningkat
sehingga hasil observasi menunjukkan peningkatan persentase ketuntasan sebesar 86,67%.
Meningkatnya keterampilan berbicara siswa tidak lepas dari peran guru dimana pada
siklus I terdapat banyak kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung, namun dengan
melakukan refleksi guru dapat memperbaiki kekurangan tersebut pada siklus II sehingga
keterampilan berbicara siswa dapat meningkat. Selain itu, meningkatnya hasil tersebut juga
karna peran dari siswa ingin berkembang meskipun masih terpengaruh dengan pola belajar
yang lama, namun siswa mampu mengikuti proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan
menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dengan baik dan mengikuti
arahan guru selama pembelajaran sehingga dapat memperoleh hasil yang baik.
Berdasarkan hasil analisis data observasi aktivitas mengajar guru, aktivitas belajar
siswa, dan ketermapilan berbicara siswa dapat disimpulkan bahwa Penerapan Model
Cooperative Learning Tipe Jigsaw dapat Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa pada
Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IV SD Negeri Mata Kabupaten Sumbawa.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasaan pada bab sebelumnya, maka hasil
penelitian ini dapat dapat disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif tipe Jigsaw pada
siswa kelas IV SD Negeri Mata Kabupaten Sumbawa dapat meningkatkan keterampilan
berbicara siswa. Selain itu, model kooperatif tipe Jigsaw ini juga mampu membuat suasana

97
proses pembelajaran dalam kelas menjadi lebih menarik dan tidak moton bagi siswa karena
yang berperan aktif dalam penerapan model tersebut bukan guru melainkan siswa.
Pada pelaksanaan siklus I diperoleh data hasil observasi aktivitas mengajar guru
berada pada kategori cukup dengan persentase sebesar 74% dan mengalami peningkatan pada
siklus II. Aktivitas mengajar guru pada siklus II berada pada kategori baik dengan persentase
sebesar 82%. Adapun hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I berada pada
kategori cukup dengan persentase sebesar 75% dan mengalami peningkatan pada siklus II.
Aktivitas belajar siswa pada siklus II berada pada kategori Baik dengan persentase sebesar
84%. Demikian pula dengan keterampilan berbicara siswa yang mengalami peningkatan
dimana pada siklus I hanya memperoleh persentase ketuntasan sebesar 46,67% meningkat
pada siklus II menjadi 86,67%. Peningkatan persentase ketuntasan sebesar 86,67% tersebut
telah sesuai dengan kriteria ketuntasan yang ditetapkan.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap aktivitas mengajar guru, aktivitas belajar siswa,
dan keterampilan berbicara siswa dengan menerapkan model pembelajaran cooperative
learning tipe jigsaw, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model cooperative learning
tipe jigsaw dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IV SD Negeri Mata
Kabupaten Sumbawa.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penelitian ini tidak hanya hasil dari
jerih payah penulis secara pribadi. Akan tetapi semua ini terwujud berkat adanya usaha dan
bantuan baik berupa moral maupun spiritual dari berbagai pihak. Penghargaan yang setinggi-
tingginya dan terima kasih juga penulis haturkan kepada.

1. Kementerian Riset, Teknologi Dan Pendidikan Tinggi, Direktorat Jenderal Pembelajaran


Dan Kemahasiswaan
2. Prof. Dr. H. Husein Syam, M.TP., selaku Rektor Universitas Negeri Makassar.
3. Dr. H. Darmawang., M.Kes. selaku Ketua Program Studi PPG Universitas Negeri
Makassar.
4. Prof. Dr. Abdul Saman, M.Si. Kons., selaku Dekan FIP Universitas Negeri Makassar.
5. Bapak Muhammad Irfan, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Universitas Negeri Makassar sekaligus selaku dosen pembimbing dalam penelitian
ini.
6. Ibu Andi Wirdayani, S.Pd. selaku guru pamong dalam pelaksanaan penelitian ini.
98
7. Bapak Drs. Latri, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala/Koordinator Asrama PPG yang dengan
sabar mendukung dan membimbing kami selama proses Pendidikan PPG Prajabatan ini.
8. Bapak Mursyid, S.Pd.SD. selaku Kepala Sekolah beserta jajarannya di SD Negeri Mata
Kabupaten Sumbawa.
9. Kedua orang tua saya yang senantiasa mendoakan dan mendukung baik secara moril
maupun materil.
10. Rekan-rekan peserta PPL PPG Prajabatan serta siswa-siswi SD Negeri Mata
Kabupaten Sumbawa atas segala bantuan dan kerjasamanya.
11. Dan semua pihak yang selalu berdoa dan mendukung keberhasilan penulis yang
tidak dapat disebutkan satupersatu, terima kasih atas semuanya.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Suprijono. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Aris, Shoimin. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Ar-Ruz Media.
Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif).
Bandung: Yrama Widya.
Burhan Nurgiyantoro. 2014. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.
Yogyakarta: BPFE.
Daryanto & Mulyo, Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.
Faturrochman, Muhammad. 2015. Model-model Pembelajaran Inovatif: Alternatif Desain
Pembelajaran yang Menyenangkan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.
Hamzah Uno dan Nurdin Mohamad. 2012. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pusat.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya
Fathurrogman, Muhammad. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif: Alternatif Desain
Pembelajaran yang Menyenangkan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Hendri Guntur Tarigan. 2013. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
CV. Angkasa.
Nana, Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

99
Pardjono, dkk. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Lembaga Penelitian
UNY.
Robert Slavin. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Saleh Abbas. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat
Ketenagaan.
Sohimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Suharsimi Arikunto, dkk. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyanto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.
Sri Hastuti. 1993. Buku Pegangan Kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: UPP
IKIP Yogyakarta.
Tadkiroatun Musfiroh. (2005). Bercerita untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Dirjen Dikti.
Tukiran Taniredja, dkk. 2013. Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung:
Alfabeta.
Trianto. 2011. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

100

Anda mungkin juga menyukai