Anda di halaman 1dari 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER

UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA


KELAS IV SEMESTER II SEKOLAH DASAR NEGERI 3 KERTOSARI
KECAMATAN TANJUNGSARI TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Ewin Sanjaya Gajah, M.Pd


Prodi Tadris Bahasa Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara, Medan
Jl. Willem Iskandar, Pasar V, Medan Estate
+62-61-6615683
Email: ewinsanjayagajah@gmail.com

ABSTRAK
Latar belakang masalah penelitian ini adalah bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia pada
kelas IV SDN 3 Kertosari yaitu kurangnya minat pada diri siswa untuk mengikuti
pembelajaran. Selain itu mata pelajaran Bahasa Indonesia dianggap sebagai mata pelajaran
yang membosankan oleh sebagian besar siswa. Maka dari itu perlu diadakan penelitian untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran dengan menerapkan metode yang dapat meningkatkan
minat siswa. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara menggunakan salah satu
model yaitu Numbered Heads Together (NHT). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang bertujuan untuk menerapkan model NHT dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia dan meningkatkan minat serta hasil belajar siswa kelas IV setelah metode
diterapkan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan melakukan penelitihan di
SD N 3 Kertosari . Adapun urutan kegiatan penelitian mencakup : (1) Perencanaan,(2)
Pelaksanaan, (3) Observasi, (4) Refleksi. Hasil penelitian: (1) penerapan model NHT dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia dilakukan dalam dua siklus. (2) Penerapan model NHT pada
pembelajaran bahasa indonesia dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Hal ini
dapat dilihat dari semakin mantapnya minat, pemahaman dan hasil belajar siswa terhadap
materi yang disampaikan guru, ketuntasan belajar minimal yang diharapkan adalah 80% pada
pelaksanan yang di lakukan dalam dua siklus meningkat. masing-masing siklus I (60%), dan
Siklus II (84,9%). Simpulan melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa model NHT
dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Minat, Hasil Belajar, Model Numbered Head Together, Perpindahan Energi
Panas, IPA.

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa Indonesia merupakan Bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa Indonesia.
Untuk menjaga kelestarian dan kemurnian Bahasa Indonesia maka di perlukan berbagai
upaya. Contoh upaya untuk menjaga kemurnian Bahasa Indonesia adalah dengan menuliskan
kaidah-kaidah ejaan dan tulisan bahas Indonesia dalam sebuah buku yang disebut ejaan yang
disempurnakan (EYD). Dapat digunakan sebagai pedoman dalam berkomunikasi
menggunakan Bahasa Indonesia dengan benar, baik berkomunikasi secara langsung maupun
tidak langsung.sedangkan upaya lain yang dapat digunakan untuk melestarikan Bahasa
Indonesia adalah dengan menanamkan Bahasa Indonesia sejak dini.
Penanaman Bahasa Indonesia sejak dini adalah memberikan pelatian dan Pendidikan
tentang Bahasa Indonesia sejak masih kecil. Pelaksanaan Pendidikan Bahasa Indonesia pada
anak dapat dilakukan melalui Pendidikan informal, Pendidikan formal, dan Pendidikan
nonformal. Pendidikan informal dilakukan dirumah. Pendidikan ini dilakukan saat anak
berada dirumah Bersama dengan keluarganya. Sedangkan Pendidikan formal, gurulah yang
berperan penting dalam menanamkan pengetahuan akan Bahasa Indonesia yang baik.
Sedangkan Pendidikan nonformal dilakukan diluar jam sekolah, dapat melalui kursus
pelatian-pelatian dan lain-lain.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik
secara lisan maupun tertulis.
2. Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa persatuan
dan Bahasa negara.
3. Memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
berbagai tujuan.
4. Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta
kematangan emosional dan social.
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa.
6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia.
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen berbahasa dan
kemampuan bersastra pada satuan pendidikan SD /MI meliputi aspek- aspek sebagai
berikut:
1. Mendengarkan
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menulis

ii
1. Identifikasi masalah
Pembelajaran Bahasa indonesia di SD N 3 Kertosari khususnya di kelas IV, sering
mengalami hambatan dan kesulitan terutama dalam pencapaian hasil belajar yang diharapkan,
hal itu disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya sebagai berikut:
1. Mata pelajaran bahasa indonesia kurang diminati karena dianggap terlalu banyak
membaca, banyak menghafal, sehingga banyak siswa yang merasa jenuh dengan mata
pelajaran ini.
2. Kurangnya aktivitas pembelajaran di kelas
3. guru tidak menggunakan metode yang relevan/sesuai.
4. keterbatasan media pembelajaran membuat guru kesulitan menerangkan materi tertentu
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
5. Rendahnya hasil belajar siswa.
Pembelajaran Bahasa Indonesia disekolah dasar menyangkut aspek : membaca,
menyatukan kalimat dan ketrampilan dalam penggunaan tanda baca serta berbicara atau
berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari dalam pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV
semester II.
Indikator pembelajarannya:
1. Menyampaikan kembali isi pengumuman yang di bacakan
2. Berbalas pantun dengan lafal dan intonasi yang tepat
3. Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif
4. Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan
penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dan lain-lain)

Dan dengan tujuan pembelajarannya antara lain sebagai berikut :

1. Siswa dapat menyampaikan kembali isi pengumuman yang di bacakan


2. Siswa dapat Berbalas pantun dengan lafal dan intonasi yang tepat
3. Siswa dapat Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif
4. Siswa dapat Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan
memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dan lain-lain)

Dalam kurikulum satuan pendidikan ( KTSP ) SD N 3 kertosari di sebutkan bahwa


Kriteria Ketuntasan  Minimal (KKM)  Mapel Bahasa indonesia sebesar  : 70, artinya siswa
mencapai ketuntasan belajar apabila mendapat nilai: 70.
Berdasarkan pengamatan peneliti hasil belajar Kompetensi  Dasar (KD) ” Disiplin” kelas
IV b semester II SD N 3 kertosari  masih tergolong rendah. Hal itu terbukti dari 23 siswa
yang telah mencapai KKM baru : 9 siswa atau 40%. Padahal yang di targetkan oleh sekolah
sebanyak minimal 18 siswa atau 80% harus mencapai KKM, sehingga masih kurang 9 siswa
atau 40% lagi untuk mencapai target ketuntasan klasikal.

Terjadinya kegagalan tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran yang bersifat


transformasi dengan menggunakan metode ceramah. Apabila kenyataan pembelajaran yang

iii
demikian itu terus berlangsung tanpa adanya perbaikan jelas akan merugikan guru maupun
siswa. Kerugian bagi guru tidak tercapainya tujuan pembelajaran sedangkan siswa tidak
memahami konsep sehingga indikator pembelajaran tidak tercapai . Akibatnya pencapaian
KKM rendah.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah diatas penulis dapat merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran numbered head together (NHT) untuk
meningkatkan minat dan hasil belajar bahasa indonesia kelas 4 semester 2 sekolah
dasar Negeri 3 Kertosari kecamatan Tanjungsari tahun ajaran 2017/2018 ?

C. MANFAAT dan TUJUAN PENELITIAN


Tujuan dalam penelitian perbaikkan pembelajaran ini yaitu ingin mengetahui apakah
penggunaan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Bahasa indonesia kelas IV SD Negeri Kertosari Tanjungsari tahun ajaran
2017/2018
Mengadakan penelitian mempunyai manfaat yang cukup besar baik bagi siswa, guru
sebagai peneliti, sekolah, dan institusi pendidikkan.
1. Secara teoritis :
a. Meningkatkan motivasi belajar karena pembelajaran semakin aktif.
b. Melalui model NHT, prestasi belajar/hasil belajar semakin meningkat karena
pembelajaran semakin menarik dan dapat meningkatkan semangat.
c. Menciptakan suasana yang menyenangkan pada saat pelajaran Bahasa Indonesia,
karena pembelajaran semakin hidup dengan penggunaan model NHT ini.
d. Model pembelajaran NHT dapat menciptakan sikap kritis terhadap hasil belajar
yang ingin di capainya.
2. Secara praktis bagi guru dan sekolah:
a. Bagi siswa
a. Meningkatkan motivasi belajar
b. Meningkatkan hasil belajar siswa
c. Menumbuhkan rasa senang terhadap pelajaran Bahasa Indonesia.
d. Mudah bagi siswa dalam bersifat kritis terhadap hasil belajarnya.
a. Bagi guru :
            a. Membantu guru memperbaiki pelajaran
            b. Membantu guru berkembang secara professional
            c. Meningkatkan rasa percaya diri guru
d. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan
b. Bagi sekolah :
a. Meningkatkan kualitas Pendidikan.
b. Pengelolaan kegiatan sekolah secara keseluruhan.
c. Menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif untuk memajukan sekola.

iv
BAB II
LANDASAN TEORI

A. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (NHT)


1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif NHT
Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads) dikembangkan oleh
Spencer Kagan (1992). Tehnik ini memberikan kesempatan pada siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, tehnik ini
juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Tehnik ini bisa
digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang cukup banyak diterapkan di sekolah-
sekolah adalah Numbered Head Together atau disingkat NHT, tidak hanya itu saja, NHT juga
banyak sekali digunakan sebagai bahan penelitian tindakan kelas (PTK). Number Head
Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas
siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang
akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006).
NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah
bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan
menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil
secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas
tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru
untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan
kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan
untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya
kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa
dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran
yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan
kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam
kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada
siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan  akademik. Tipe ini
dikembangkan oleh Kagen  dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam
menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif
dengan tipe NHT yaitu:

v
1) Hasil belajar akademik stuktural: Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik.
2) Pengakuan adanya keragaman: Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya
yang mempunyai berbagai latar belakang.
3) Pengembangan keterampilan sosial: Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan
sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai
pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan
sebagainya. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam
Ibrahim (2000:29), dengan tiga langkah yaitu:
a) Pembentukan kelompok
b) Diskusi masalah
c) Tukar jawaban antar kelompok

2. Kelebihan model pembelajaran NHT


Dengan melihat sintaksnya saja, Anda pasti dapat mengira-ngira apa saja kelebihan dari
model ini,sebagaimana dijelaskan oleh Hill (1993) dalam Tryana (2008) bahwa model NHT
memiliki kelebihan diataranya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu
memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan
sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin
tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta
mengembangkan keterampilan untuk masa depan.

BAB III
METODE PENELITIAN

vi

Anda mungkin juga menyukai