Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata pelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013 didasarkan pada

teks. Pembelajaran bahasa yang berbasis teks merupakan pembelajaran yang

memberikan pemahaman kepada siswa agar dapat menguasai dan menggunakan

jenis-jenis teks tersebut di masyarakat. Salah satu teks yang perlu dikuasai oleh

siswa adalah teks caramah. Teks ceramah adalah teks yang berisi pembicaraan di

depan umum berupa penyampaian suatu informasi, pengetahuan, dan sebagainya.

Teks ceramah disampaikan oleh orang-orang yang menguasai di bidangnya dan

yang mendengarkan biasanya melibatkan banyak orang. Medianya bisa langsung

ataupun melalui sarana komunikasi, seperti televisi, radio, dan media lainnya.

(Kemendikbud, 2017:84).

Keterampilan menulis teks ceramah pada Kurikulum 2013 menghendaki

siswa untuk menulis dan mengembangkan kerangka berdasarkan struktur teks

sehingga menjadi sebuah teks ceramah yang runtut dan padu. Hal ini disebabkan

menulis merupakan kegiatan yang kompleks dan memerlukan berbagai unsur

kebahasaan dan di luar bahasa. Menulis teks ceramah juga dapat melatih siswa

dalam mengembangkan kemampuan menulis kalimat yang runtut dan logis,

melatih siswa dalam membuat kalimat informasi yang menarik untuk dibaca dan

dapat mengasah kemampuan penggunaan bahasa yang baik dan benar.

1
Berdasarkan hasil observasi awal di SMK Negeri 2 Kudus, motivasi siswa

untuk menulis masih rendah karena pembelajaran menulis menekankan pada hasil

saja tanpa memperhatikan penggunaan media pembelajaran yang sesuai. Di

samping itu, proses penulisan sering diabaikan dan pembahasan hasil tulisan juga

jarang dilakukan oleh guru sehingga membuat siswa siswa kurang berminat untuk

menulis. Hal ini mengakibatkan motivasi belajar siswa rendah dan berdampak

nilai hasil keterampilan menulis juga rendah. Mayoritas siswa belum mencapai

ketuntasan belajar.

Rendahnya keterampilan menulis teks disebabkan oleh:

1. Guru menggunakan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran

konvensional tanpa menggunakan media pembelajaran

2. Siswa merasa kesulitan dalam menuangkan ide atau gagasan ke dalam

tulisan

3. Siswa belum mengetahui peran keterampilan menulis bagi kelanjutan studi

sehingga jarang meluangkan waktu untuk berlatih menulis.

Keterampilan menulis teks ceramah perlu ditingkatkan karena keterampilan

menulis memiliki peran yang penting bagi pendidikan siswa. Menulis merupakan

satu dari empat keterampilan berbahasa. Keterampilan menulis juga memiliki

peran yang penting dalam komunikasi secara tertulis. Pembelajaran menulis

sangat efektif untuk menggali potensi yang ada dalam diri siswa. Melalui

keterampilan menulis, siswa dapa berlatih berpikir kritis, memecahkan masalah,

memperdalam daya tanggap, dan menyusun pengalaman secara urut dan logis.

Hal ini dikarenakan dalam keterampilan menulis, siswa dituntut untuk terampil

2
dalam menentukan topik dan judul tulisannya, memahami struktur kebahasaan

dan pilihan kata. Oleh karena itu, keterampilan menulis tidak dapat diperoleh

secara instan, namun perlu banyak berlatih secara teratur untuk menguasainya.

Keterampilan menulis teks ceramah penting dikuasai oleh siswa dengan

sebaik-baiknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan

pembelajaran menulis teks ceramah dalam konteks bermasyarakat secara teratur

dan intensif. Agar pembelajaran keterampilan menulis teks ceramah dapat

berhasil, perlu adanya kegiatan yang menarik bagi siswa. Penerapan model

pembelajaran yang tepat dipadukan dengan penggunaan media pembelajaran yang

sesuai akan membuat siswa tertarik untuk belajar menulis teks ceramah.

Dalam menulis teks ceramah dibutuhkan model pembelajaran yang tepat

sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa. Sejalan dengan

berkembangnya penelitian di bidang pendidikan, banyak ditemukan model-model

pembelajaran baru yang dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa. Guru perlu

akan menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran menulis

teks ceramah dengan berbagai pertimbangan. Salah satu pertimbangannya adalah

pembelajaran menulis teks ceramah harus disampaikan dengan model

pembelajaran yang membantu siswa dalam memperoleh pemahaman yang

mendalam mengenai informasi yang disampaikan maupun hakikat teks ceramah.

Hal-hal pokok yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini terdiri atas:

1. Pembelajaran menulis teks ceramah tanpa menggunakan media

pembelajaran kurang menarik motivasi dan perhatian siswa.

3
2. Siswa mendapatkan nilai rendah ketika pembelajaran menulis teks

ceramah karena tidak termotivasi untuk menulis.

3. Perlu penerapan model pembelajaran pada keterampilan menulis

teks ceramah yang dapat menumbuhkan motivasi untuk menulis.

4. Respon yang diberikan siswa pada saat pembelajaran menulis teks

ceramah di kelas terdapat beberapa siswa yang cerdas, namun juga

terdapat siswa yang sangat lambat dalam mengikuti proses belajar.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti memandang perlu

menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dengan media poster

persuasif untuk meningkatkan motivasi dan keterampilan menulis teks ceramah

pada siswa kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2 Kudus yang berjumlah 36 siswa.

Model pembelajaran Problem Based Learning menggunakan media poster

persuasif merupakan model pembelajaran yang memuat tahapan-tahapan belajar

yang sangat diperlukan dalam peningkat motivas dan keterampilan menulis teks

ceramah pada siswa kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2 Kudus. Namun demikian,

implementasi dan praktik dalam pembelajaran model Problem Based Learning

tentunya memerlukan penjajakan dan pembuktian melalui tindakan nyata.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Bahasa Indonesia kurang variatif sehingga siswa kurang

termotivasi untuk meningkatkan hasil belajarnya.

2. Pemanfaat media pembelajaran untuk keterampilan menulis teks ceramah

kurang optimal.

4
3. Kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga

pembelajaran kurang tuntas.

4. Sikap individualisme siswa kurang menjadi pehatian guru sehingga siswa

susah melakukan kerja sama.

5. Belum diterapkan model Problem Based Learning dalam menyikapi

heterogenitas siswa.

C. Pembatasan Masalah

Variabel yang diteliti pada penelitian ini meliputi: motivasi belajar, hasil

belajar Bahasa Indonesia, dan satu varia variabel tindakan yaitu pembelajaran

menulis teks ceramah menggunakan model Problem Based Learning dengan

media poster persuasif.

Motivasi belajar pada penelitian ini yaitu motivasi belajar pada pelajaran

Bahasa Indonesia materi menulis teks ceramah pada kelas XI TKJ 3 SMK Negeri

2 Kudus semester gasal tahun pelajaran 2021/2022. Motivasi belajar Bahasa

Indonesia akan terlihat pada lembar angket motivasi yang meliputi aspek

perhatian, minat, ketekunan, kerja sama, dan keaktifan.

Hasil belajar Bahasa Indonesia pada penelitian ini yaitu hasil belajar pada

pelajaran bahasa Indonesia materi menulis teks ceramah pada kelas XI TKJ 3

SMK Negeri 2 Kudus semester gasal tahun pelajaran 2021/2022. Hasil belajar

Bahasa Indonesia akan terlihat pada hasil tes yang diberikan.

5
D. Rumusan Masalah

Alternatif pemecahan masalah yang dipilih pada bagian latar belakang

adalah pembelajaran keterampilan menulis teks ceramah dengan model Problem

Based Learning menggunakan media poster persuasif. Pembelajaran

menggunakan model Problem Based Learning melalui media poster persuasif

tampak dapat memecahkan permasalahan karena mengembangkan teks ceramah

yang berasal dari poin-poin yang terdapat pada poster persuasif. Namun model

pembelajaran ini tentunya masih memerlukan penjajakan dan pembuktian dalam

praktik, serta memungkinkan penyempurnaan model yang pembelajaran yang

sesuai dengan kondisi siswa kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2 Kudus. Oleh sebab

itu, diperlukan hasil dari suatu penelitian berbentuk tindakan skenario

pembelajaran model Problem Based Learning dengan media poster persuasif.

Permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning

melalui Poster Persuasif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam

materi keterampilan menulis teks ceramah pada siswa kelas XI TKJ 3 SMK

Negeri 2 Kudus tahun pelajaran 2021/2022?

2. Apakah pembelajaran menggunakan Model Problem Based Learning

melalui Poster Persuasif dapat meningkatkan keterampilan menulis teks

ceramah pada siswa kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2 Kudus tahun pelajaran

2021/2022?

6
E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang ada dan telah dirumuskan pada bagian

sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2 Kudus

dalam materi keterampilan menulis teks ceramah melalui media Poster

Persuasif dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning.

2. Meningkatkan keterampilan menulis teks ceramah pada siswa kelas XI TKJ

3 SMK Negeri 2 Kudus melalui media Poster Persuasif menggunakan

model pembelajaran Problem Based Learning.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini meliputi input, proses, dan output

pendidikan di depan kelas yang berupa pengelolaan pembelajaran oleh guru

dengan model Problem Based Learning dan tujuan meningkatkan motivasi dan

keterampilan menulis teks ceramah pada siswa kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2

Kudus.

G. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan mendapatkan beberapa manfaat, diantaranya:

1. Manfaat Teoretis

a. Tersosialisasikannya model pembelajaran Problem Based Learning

untuk keterampilan menulis teks ceramah dengan media poster

persuasif .

7
b. Bertambahnya pengetahuan serta teori tentang model pembelajaran

yang dikembangkan berdasarkan pengalaman guru sebagai dasar

tindakan berikutnya.

2. Manfaat Teoretis

a. Bagi siswa:

1) Bertumbuhnya motivasi siswa dalam pembelajaran keterampilan

menulis teks ceramah melalui media poster persuasif yang telah

disiapkan oleh guru;

2) Meningkatnya hasil belajar keterampilan menulis teks ceramah

melalui poster persuasif yang disiapkan oleh guru;

3) Meningkatnya sikap, perhatian, minat, dan keaktifan siswa dalam

pembelajaran menulis teks ceramah;

4) Berkembangkang semangat bekerja sama dan solidaritas antarsiswa

melalui aktivitas dalam diskusi kelompok;

5) Terciptanya suasana pembelajaran yang lebih bermakna,

menyenangkan, dan kondusif;

b. Bagi guru:

1) Memberikan alternatif pemilihan model pembelajaran untuk

keterampilan menulis teks ceramah;

2) Meningkatnya kinerja guru sehingga terjadi peningkatan layanan

pendidikan;

3) Berkembangannya kemandirian guru yang ditopang rasa percaya diri

untuk berinovasi dalam pembelajaran.

8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pengertian Model Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidikan dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan

bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan

pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk

membantu siswa agar dapat belajar dengan baik.

Menurut Joyce, Weil, dan Calhoun (dalam Warsono dan Haryanto,

2013:172) model pembelajaran adalah suatu deskripsi dari lingkungan

pembelajaran, termasuk perilaku guru menerapkan dalam pembelajaran.

Model pembelajaran banyak kegunaannya mulai dari perencanaan

pembelajaran dan perencanaan kurikulum sampai perancangan bahan-bahan

pembelajaran, termasuk program-program multimedia.

Menurut Trianto (2013:15) model pembelajaran adalah sutu

perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Model

pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,

termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan

pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Jadi model

9
pembelajaran adalah prosedur atau pola sistematis yang digunakan sebagai

pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran di dalamnya terdapat strategi,

teknik, metode, media dan alat.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model Problem Based

Learning untuk meningkatkan keterampilan menulis teks ceramah.

2. Hakikat Motivasi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia motivasi adalah dorongan

yang timbul pada diri sesorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan

sutu tindakan dengan tujuan tertentu.

Wina Sanjaya (2010:249) mengatakan bahwa proses pembelajaran

motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering

terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya

yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar

sehingga ia tidak berusaha untuk mengarahkan segala kemampuannya. Dalam

proses pembelajaran tradisional yang menggunakan pendekatan ekspositori

kadang-kadang unsur motivasi terlupakan oleh guru. Guru seakan-akan

memaksakan siswa menerima materi yang disampaikannya. Keadaan ini tidak

menguntungkan karena siswa tidak dapat belajar secara optimal yang

tentunya pencapaian hasil belajar juga tidak optimal. Pandangan moderen

tentang proses pembelajaran menempatkan motivasi sebagai salah satu aspek

penting dalam membangkitkan motivasi belajar siswa.

Motivasi berasal dari kata motif yakni kondisi dalam diri individu yang

mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu baik disadari maupun

10
tidak untuk mencapai tujuan tertentu (Winarni, Anjariah, & Romas, 2016).

Motivasi belajar dapat diartikan sebagai daya pendorong untuk melakukan

aktivitas belajar tertentu yang berasal dari dalam diri dan juga dari luar

individu sehingga menumbuhkan semangat dalam belajar (Monika & Adman,

2017).

Motivasi terbagi menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan

motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif

atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena setiap individu

sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. motivasi ekstrinsik adalah

motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

Motivasi ekstrinsik diperlukan agar siswa mau belajar.

Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dalam kegiatan belajar di

sekolah, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh guru diungkapkan

Sardiman (2005:92), yaitu:

a. Memberi Angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan

belajarnya.Banyak siswa yang justru untuk mencapai angka/nilai yang

baik.Sehingga yang dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport

yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan

motivasi yang sangat kuat.Yang perlu diingat oleh guru, bahwa

pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan hasil belajar yang

sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan

dengan nilai afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.

11
b. Hadiah

Dapat menjadi motivasi yang kuat, dimana siswa tertarik pada bidang

tertentu yang akan diberikan hadiah. Tidak demikian jika hadiah

diberikan untuk suatu pekerjaan yang tidak menarik menurut siswa.

c. Kompetisi

Persaingan, baik yang individu atau kelompok, dapat menjadi sarana

untuk meningkatkan motivasi belajar. Karena terkadang jika ada

saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil

yang terbaik.

d. Ego-Involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya

tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras

adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Bentuk

kerja keras siswa dapat terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari

cara untuk dapat meningkatkan motivasi.

e. Memberi Ulangan

Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan diadakan ulangan.

Tetapi ulangan jangan terlalu sering dilakukan karena akan

membosankan dan akan jadi rutinitas belaka.

f. Mengetahui Hasil

Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan

mengetahui hasil belajarnya, siswa akan terdorong untuk belajar lebih

giat. Apalagi jika hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa pasti

12
akan berusaha mempertahankannya atau bahkan termotivasi untuk

dapat meningkatkannya.

g. Pujian

Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik,

maka perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang

positif dan memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya

juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana

yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi belajar serta

sekaligus akan membangkitkan harga diri.

h. Hukuman

Hukuman adalah bentuk reinforcement yang negatif, tetapi jika

diberikan secara tepat dan bijaksana, bisa menjadi alat motivasi. Oleh

karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman

tersebut.

Selain beberapa pendapat di atas menurut Sanjaya, (2009) ada

beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa, yaitu sebagai berikut:

a. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai

Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana ia ingin

dibawa. Pemahaman siswa terhadap tujuan pembelajaran dapat

menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat

meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang

ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar siswa

(Sanjaya, 2009:29).

13
b. Membangkitkan motivasi siswa

Siswa akan terdorong untuk belajar apabila mereka memiliki minat

untuk belajar. Oleh karena itu, mengembangkan minat belajar siswa

merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar

(Sanjaya, 2009:29).

c. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar

Siswa hanya mungkin dapat belajar baik apabila ada dalam suasana

yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari takut. Usahakan agar

kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa

tegang. Untuk itu guru sekali-kali dapat melakukan hal-hal yang lucu.

d. Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik

Guru harus mampu menyajikan informasi dengan menarik, dan asing

bagi siswa-siswa. Sesuatu informasi yang disampaikan dengan teknik

yang baru, dengan kemasan yang bagus didukung oleh alat-alat

berupa sarana atau media yang belum pernah dikenal oleh siswa

sebelumnya sehingga menarik perhatian bagi mereka untuk belajar.

e. Berilah pujian yang wajar setiap keberhasilan siswa

Motivasi akan tumbuh apabila siswa merasa dihargai. Dalam

pembelajaran, pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi.

Karena anak didik juga manusia, maka dia juga senang dipuji. Karena

pujian menimbulkan rasa puas dan senang (Sanjaya, 2009:30).

f. Berikan penilaian

Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus.

Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat

14
menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian

harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin

mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif

sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing (Sanjaya, 2009:31).

g. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa

Penghargaan bisa dilakukan dengan mmemberikan komentar yang

positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya

berikan komentar secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan “

bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar

yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa (Sanjaya,

2009:21).

Dari uraian di atas, motivasi belajar adalah dorongan yang

mengarahkan perhatian dan aktivitas siswa ketika belajar untuk mengadakan

perubahan tingkah laku sehingga mampu menyelesaikan tujuan

pembelajaran.

3. Hakikat Keterampilan Menulis Teks Ceramah

Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu:

keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking

skills), keterampilan membaca (reading skills), keterampilan menulis

(writing skills) (Tarigan, 1981:1). Namun, selama ini siswa masih

menganggap pembelajaran menulis merupakan suatu pembelajaran yang

membosankan dan sulit dilakukan. Rasa membosankan dan kesulitan yang

muncul dari diri siswa tidak hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri, tetapi

15
disebabkan oleh guru yang belum berhasil membuat siswa tertarik terhadap

pembelajaran bahasa Indonesia terutama pembelajaran menulis.

Pada kurikulum 2013 kelas XI pelajaran bahasa Indonesia, terdapat

berbagai macam teks dan kompetensi yang harus dimiliki siswa. Salah satu

kompetensi yang harus dimiliki siswa adalah kompetensi menulis teks

ceramah. Siswa harus menguasai kompetensi ini, namun pada kenyataan

keterampilan menulis teks ceramah pada siswa masih rendah, hal ini

disebabkan: 1) keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis

teks ceramah masih rendah, 2) siswa tidak berantusias pada saat

pembelajaran menulis teks ceramah, 3) kurangnya kebiasaan menulis.

Kurangnya kebiasaan menulis pada siswa.

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik

yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga

orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau

mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan, 2013:22).

Selain itu, Morsey dalam Tarigan (2013:4) juga berpendapat bahwa menulis

dipergunakan untuk melaporkan/memberitahukan, serta memengaruhi

maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-

orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas,

kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan

struktur kalimat.

Ceramah adalah pembicaraan di depan umum yang berisi

penyampaian suatu informasi, pengetahuan, dan sebagainya. Pihak yang

menyampaikan adalah orang-orang yang menguasai di bidangnya dan yang

16
mendengarkan biasanya melibatkan banyak orang (Priyanto, 2013:29).

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Kosasih (2017:75) menyatakan

bahwa ceramah adalah jenis komunikasi di depan umum yang berisi

penyampaian suatu informasi, dan sebagainya. Penyampaiannya adalah

orang-orang yang menguasai bidang tertentu dan pendengarnya bisa

melibatkan banyak orang.

4. Media Pembelajaran Menulis dengan Media Poster Persuasif

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyampaikan informasi pelajaran kepada peserta didik dan dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga

dapat mendorong terjadinya proses belajar. Hal ini didukung dengan

menurut Arsyad (2015:10), Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dalam proses belajar

mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam

belajar.

Media memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan

sebagai suatu sarana atau perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau

saluran dalam suatu proses komunikasi antara komunikator dan komunikan.

Di mana media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar,

gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga

membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup,

tidak monoton dan tidak membosankan.

17
Media pembelajaran dapat dikatakan sebagai alat bantu

pembelajaran, yaitu segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan

peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan

ini masih cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber,

lingkungan, manusia dan metode yang digunakan untuk tujuan

pembelajaran.

Gagne dan Briggs (1975) dalam Arsyad (2015:4) mengemukakan

bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk

menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape

recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai),

foto gambar, grafik, televisi, dan komputer. Media pembelajaran adalah

semua alat (bantu) atau benda yang digunakan dalam pembelajaran, dengan

maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber

(pendidik maupun sumber lain) kepada penerima (peserta didik). Secara

umum media pembelajaran memiliki peran sebagai berikut:

a. Memperjelas penyajian pesan pembelajaran agar tidak terlalu

bersifat verbal.

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra.

c. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat

mengatasi sikap pasif peserta didik.

d. Menjadikan pengalaman manusia dari abstrak menjadi konkret.

e. Memberikan stimulus dan rangsangan kepada peserta didik untuk

belajar secara aktif.

18
f. Dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat

meningkatkan prestasi belajar.

Ada banyak pengelompokkan jenis media pembelajaran antar lain

yang dilakukan oleh Anderson (Rahadi, 2003:21) berikut ini:

NO GOLONGAN MEDIA CONTOH PADA PEMBELAJARAN

1 Audio Kaset Tape Recorder, CD Audio, Siaran

Radio, Telepon, atau Telewicara

2 Cetak Gambar, Buku Pelajaran, Modul, Brosur,

Leaflet, dan Makalah

3 Audio Cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis

4 Proyeksi Visual Diam Overheat Transparansi dan Film Bingkai

(Slide)

5 Proyeksi Audio Visual Diam Film Bingkai Bersuara

6 Visual Gerak Film Bisu

7 Audio Visul Gerak Film Gerak Bersuara, VCD, Televisi

8 Objek Fisik Model, Specimen, Benda Nyata

9 Manusia dan Lingkungan Guru, Budayawan, Ekonom, Pustakawan,

Laboratorium, Kebun Binatang, Cagar Alam,

Sungai Hutan, Sawah, dan Lautan

10 Komputer CAI (Pembelajaran Berbantuan Komputer)

dan CBI (Pembelajaran Berbasis Komputer)

19
Dalam penelitian ini, peneliti meyakini bahwa dengan menggunakan

media pembelajaran jenis cetak yang berupa gambar memiliki kelebihan

diantaranya, dapat menyampaikan pesan secara tepat, melibatkan

rangsangan penglihatan siswa, mudah dalam mendapatkan dan

mendapatkannya, memperjelas suatu sehingga diyakini dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2 Kudus.

5. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model

pembelajaran yang dapat menolong peserta didik untuk meningkatkan

keterampilan yang dibutuhkan pada pada era globalisasi saat ini. Problem

Based Learning (PBL) dikembangkan untuk pertama kali oleh Prof. Howard

Barrows sekitar tahun 1970-an dalam pembelajaran ilmu medis di

McMaster University Canada (Amir, 2009). Model pembelajaran ini

menyajikan suatu masalah yang nyata bagi peserta didik sebagai awal

pembelajaran kemudian diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan

dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.

Pada dasarnya Problem Based Learning diawali dengan aktivitas

peserta didik untuk menyelesaikan masalah nyata yang didtentukan atau

disepakati. Proses penyelesaian masalah tersebut berimplikasi pada

terbentuknya keterampilan siswa dalam menyelesaikan masalah dalam

berpikir kritis serta sekaligus membentuk pengetahuan baru proses tersebut

dilakukan dalam tahapan-tahapan atau sintaks pembelajaran yang disajikan

pada tabel 1.1 dapat dilihat pada tabel berikut ini

20
Tabel 2.1 Sintaks Model Problem Based Learning

No Tahap Aktivitas Guru dan Siswa

1 Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan

Mengorientasi siswa pembelajaran, menjelaskan logistik

terhadap masalah yang dibutuhkan, mengajukan

demonstrasi atau fenomena atau cerita

unrtuk memunculkan masalah dan

Memotivasi siswa agar dapat terlibat

dalam kegiatan mengatasi masalah

yang dipilih atau ditentukan.

2 Tahap 2 Guru membantu siswa mendefinisikan

Mengorganisasikan siswa dan mengorganisasikan tugas-tugas

untuk belajar belajar yang terkait dengan

permasalahan yang dihadapi

sebelumnya.

3 Tahap 3 Guru membantu siswa untuk

Membimbing penyelidikan mengumpulkan informasi yang sesuai,

individual maupun melaksanakan eksperimen untuk

kelompok mendapatkan kejelasan yang

diperlukan untuk menyelesaikan

masalah.

4 Tahap 4 Guru membantu siswa untuk berbagi

Mengembangkan dan tugas dan merencanakan atau

menyajikan hasil karya menyiapkan karya yang sesuai sebagai

21
hasil pemecahan masalah dalam

bentuk laporan, video, atau model.

5 Tahap 5 Guru membatu siswa untuk

Menganalisis dan melakukan refleksi atau evaluasi

mengevaluasi proses- terhadap proses pemecahan masalah

proses dalam pemecahan yang dilakukan.

masalah.

B. Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal yaitu sebelum dilakukan penelitian, guru belum

menggunakan media pembelajaran dan model pembelajaran Problem Based

Learning, motivasi siswa untuk menulis kurang dan hasil belajar pada

koterampilan menulis teks ceramah kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2 Kudus

masih rendah. Agar motivas dan hasil belajar meningkat, maka perlu adanya

penelitian tindakan menggunakan media poster persuasif dan model Problem

Based Learning.

Pada siklus I diterapkan pembelajaran keterampilan menulis teks

ceramah menggunakan media poster persuasif dan model Problem Based

Learning tanpa bimbingan intensif dengan dibentuk kelompok, yaitu kelas

dibagi 7 kelompok terdiri atas 5 siswa.

Pada siklus II terapkan pembelajaran keterampilan menulis teks

ceramah dengan menggunakan media poster persuasif dan model Problem

Based Learning secara intensif dengan dibentuk kelompok, yaitu kelas dibagi

7 kelompok terdiri atas 5 siswa.

22
Dalam penelitian ini banyaknya siklus dilakukan dua kali, maka setelah

dilakukan tindakan pada siklus ke dua diduga bahwa:

1. Melalui media poster persuasif dan model Problem Based Learning

dapat meningkatkan motivasi belajar pada materi keterampilan menulis

teks ceramah bagi siswa kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2 Kudus semester

gasal tahun pelajaran 2021/2022.

2. Melalui media poster persuasif dan model Problem Based Learning

dapat meningkatkan hasil belajar pada materi keterampilan menulis teks

ceramah bagi siswa kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2 Kudus semester

gasal tahun pelajaran 2021/2022.

3. Melalui media poster persuasif dan model Problem Based Learning

dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada materi

keterampilan menulis teks ceramah bagi siswa kelas XI TKJ 3 SMK

Negeri 2 Kudus semester gasal tahun pelajaran 2021/2022.

23
Jika digambarkan diagram Siklus I dan Siklus II sebagai berikut.

GURU SISWA
❖ Belum menggunakan ❖ Minat untuk menulis
media pembelajaran kurang
KONDISI dalam menulis teks ❖ Keterampilan
AWAL ceramah menulis rendah
❖ Belum menggunakan
Model Pembelajaran
Problem Based SIKLUS I
Learning ❖ Menggunakan media
pembelajaran berupa
poster persuasif pada
keterampilan
GURU
menulis teks
❖ Menggunakan media ceramah tanpa
TINDAKAN pembelajaran menulis bimbingan intensif
teks ceramah ❖ Menggunakan
❖ Menggunakan Model Model Pembelajaran
Pembelajaran Problem Problem Based
Based Learning Learning

SIKLUS II
Penggunaan Model
Pembelajaran Problem ❖ Menggunakan media
Based Learning dengan pembelajaran berupa
media Poster Persuasif Poster Persuasif
terbukti meningkatkan pada keterampilan
KONDISI
motivasi dan keterampilan menulis teks
AKHIR
menulis teks ceramah bagi ceramah dengan
siswa kelas XI TKJ 3 SMK bimbingan intensif
Negeri 2 Kudus ❖ Menggunakan
Model Pembelajaran
Problem Based
Learning

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

24
C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka beberapa hipotesis tindakan yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Melalui media pembelajaran berupa Poster Persuasif dengan model

Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

materi keterampilan menulis teks ceramah pada siswa kelas XI TKJ 3

SMK Negeri 2 Kudus tahun pelajaran 2021/2022.

2. Melalui media pembelajaran berupa Poster Persuasif dengan model

Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan menulis

teks ceramah pada siswa kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2 Kudus tahun

pelajaran 2021/2022.

25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Waktu dan tempat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, yaitu mulai bulan

September 2021 sampai dengan bulan Oktober 2021. Pada bulan

September adalah pelaksanaan identifikasi masalah/kajian, penyusunan

proposal PTK, dan penyusunan instrumen penelitian. Pada bulan Oktober

2021 dilaksanakan pengumpulan data Siklus I dan Siklus II kemudian

dilakukan analisis data, pembahasan/diskusi dan pelaksanaan laporan hasil

PTK.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2 Kudus

tahun pelajaran 2021/2022. Pemelihan kelas ini didasarkan hasil ulangan

harian dan hasil pengamatan kondisi awal dan diperoleh data bahwa

motivasi dan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia masih rendah.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI TKJ 3 semester gasal SMK

Negeri 2 Kudus yang berjumlah 36 siswa.

26
Objek penelitian ini terdiri atas dua variabel masalah dan sebuah variabel

tindakan. Variabel masalah “motivasi belajar” pada materi “keterampilan

menulis teks ceramah semester gasal kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2 Kudus

tahun pelajaran 2021/2022” dan “hasil belajar” mata pelajaran Bahasa Indonesia

“keterampilan menulis teks ceramah semester gasal siswa kelas XI TKJ 3 SMK

Negeri 2 Kudus tahun pelajaran 2021/2022”, sedangkan variabel tindakan pada

penelitian ini adalah “penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning

bagi siswa kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2 Kudus tahun pelajaran semester gasal

tahun pelajaran 2021/2022”. Pada PTK ini dirancang per kelompok yang

beranggotakan lima siswa. Dari empat kelas paralel di SMK Negeri 2 Kudus,

siswa kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2 Kudus berjumlah 36 orang sehingga dibagi

menjadi 7 kelompok, sehingga setiap kelompok beranggotakan lima siswa dan

satu kelompok beranggotakan enam siswa. Pemilihan subjek penelitian siswa

kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2 Kudus berdasarkan pemikiran bahwa peneliti

adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas tersebut.

C. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini meliputi sumber data primer dan sumber

data sekunder. Sumber data primer meliputi: data hasil observasi motivasi siswa

dalam pembelajaran pada Siklus I, data hasil observasi motivasi siswa pada

Siklus II, data hasil ulangan harian siswa pada Siklus II, dan data hasil ulangan

harian siswa pada Siklus II, data angket motivasi siswa kondisi awal dan data

angket motivasi siswa pada kondisi akhir. Sedangkan data sekunder meliputi:

27
data catatan personal siswa pada kondisi awal, daftar nilai ulangan harian pada

kondisi awal.

Data yang diteliti pada penelitian ini berbentuk kualitatif dan kuantitatif.

Data kualitatif berupa data catatan personal siswa pada kondisi awal, data angket

motivasi siswa kondisi awal, data hasil observasi motivasi siswa pada siklus I,

data hasil observasi motivasi siswa pada siklus II dan data angket motivasi siswa

kondisi akhir. Sedangkan data kuantitatif meliputi daftar nilai ulangan harian

pada kondisi awal, daftar nilai ulangan harian pada Siklus I, dan daftar nilai

ulangan harian pada siklus II.

Data pada penelitian ini berjumlah 8 dengan rincian sebagai berikut:

1. Pada kondisi awal, yaitu data catatan personal siswa, data angket motivasi

kondisi awal, dan data nilai ulangan harian pada ulangan harian pada

kondisi awal

2. Pada siklus I, yaitu data hasil observasi motivasi siswa (oleh guru dan

kolaborator), dan data nilai ulangan harian pada Siklus I.

3. Pada siklus II, yaitu data hasil observasi motivasi siswa (oleh guru dan

kolaborator), data angket motivasi kondisi akhir, dan data nilai ulangan

harian pada Siklus II.

D. Validasi Data

Pada penelitian ini data yang divalidasi adalah data motivasi siswa kondisi

awal, data motivasi siswa pada Siklus I, data hasil belajar siswa siklus I, data

28
motivasi siswa siklus II, data hasil belajar siswa Siklus II, dan data motivasi siswa

kondisi akhir, dengan rincian sebagai berikut:

1. Data motivasi siswa pada kondisi awal divalidasi dengan Triangulasi

sumber yaitu melibatkan kolaborator dalam memasukkan data pada lembar

angket motivasi siswa pada kondisi awal.

2. Data motivasi siswa pada Siklus I divalidasi dengan triangulasi sumber,

yaitu melibatkan kolaborator dalam pemasukan data pada lembar observasi

motivasi siswa pada siklus I.

3. Data hasil belajar siswa pada Siklus 1 divalidasi dengan kisi-kisi soal tes

akhir Siklus I.

4. Data motivasi siswa pada siklus II divalidasi dengan triangulasi sumber,

yaitu melibatkan kolaborator dalam pemasukan data pada lembar observasi

motivasi siswa pada siklus II.

5. Data hasil belajar siswa pada siklus I divalidasi dengan kisi-kisi soal tes

akhir Siklus 2.

6. Data motivasi siswa pada kondisi akhir divalidasi dengan triangulasi

sumber, yaitu melibatkan kolaborator dalam pemasukan data pada lembar

angket motivasi siswa pada kondisi akhir.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data

motivasi dan hasil belajar siswa pada kondisi awal

29
b. Teknik Observasi

Teknik observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data motivasi

belajar siswa pada Siklus I dan Siklus II yang meliputi perhatian,

minat, tekun, kerjasama dan aktif. Ketika melaksanakan observasi ini

peneliti dibantu kolaborator untuk mengamati jalannya pembelajaran

berdasarkan lembar observasi. Lembar observasi ini sekaligus untuk

mengukur tingkat yaitu menunjukkan perhatian minat, tekun, kerja

sama dan keaktifan siswa dalam kegiatan kerja kelompok maupun

kegiatan mandiri yang terdiri dari 10 aspek. Setiap aspek diberi skor

sesuai dengan banyaknya siswa yang melaksanakan aspek tersebut

dengan rumus berikut.

Tingkat Motivasi = F ( Jumlah Skor yang Diperoleh ) x 100 %


N ( Jumlah Skor Maksimum)

c. Angket

Angket ini digunakan untuk mengumpulkan data motivasi belajar

siswa pada kondisi awal dan kondisi akhir sekaligus memperkuat data

observasi. Angket motivasi belajar ini terdiri atas 10 butir pernyataan

dalam bentuk pernyataan positif dan pernyataan negatif. Adapun

pedoman penskoran angket ini adalah sebagai berikut:

30
Tabel 2.2 Pedoman Penskoran Butir Angket Motivasi Belajar Siswa

Alternatif Sangat Tidak Ragu- Setuju Sangat

Jawaban Tidak Setuju Ragu Setuju

Setuju

Penyataan 1 2 3 4 5

Positif

Pernyataan 5 4 3 2 1

Negatif

d. Teknik Tes Tertulis

Tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa pada

Siklus I dan Siklus II.

2. Alat Pengumpulan Data

a. Data motivasi belajar siswa pada kondisi awal menggunakan dokumen

observasi klasikal dan lembar angket pada kondisi awal.

b. Data hasil belajar pada kondisi awal menggunakan dokumen daftar

nilai ulangan harian siswa pada kondisi awal.

c. Data motivasi belajar siswa pada Siklus I menggunakan lembar

observasi motivasi siswa pada Siklus I

d. Data hasil belajar pada siklus I menggunakan butir soal ulangan harian

pada akhir Siklus I.

e. Data motivasi belajar siswa pada Siklus II menggunakan lembar

observasi motivasi siswa pada Siklus II.

31
f. Data hasil belajar pada Siklus II menggunakan butir soal ulangan

harian pada akhir Siklus II.

g. Data motivasi belajar siswa pada kondisi akhir menggunakan angket

motivasi setelah pelaksanaan tindakan.

F. Analisis Data

1. Analisis Data Hasil Observasi

Data hasil observasi digunakan untuk mengukur tingkat motivasi belajar

siswa yang meliputi aspek menunjukkan perhatian, minat, tekun, kerja sama

dan aktif. Data dikelompokkan sesuai dengan pedoman penskoran dengan

menggunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 2.3 Pedoman Penentuan Hasil Observasi Tingkat Motivasi Belajar Siswa

secara Klasikal

No Jumlah Skor Persentase Kriteria

1 ≥ 41 ≥ 82 % Sangat Tinggi

2 36 – 40 72 – 80 % Tinggi

3 31 – 35 62 – 70 % Cukup

4 26 – 30 52 – 60 % Rendah

5 ≤ 25 ≤ 50 % Sangat Rendah

2. Analisis Data Hasil Angket

Data hasil observasi digunakan untuk mengukur tingkat motivasi belajar

siswa yang meliputi aspek yang menunjukkan perhatian, minat, tekun,

32
kerjasama, dan aktif. Data dikelompokkan sesuai dengan pedoman penskoran

dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 2.4 Pedoman Penskoran Hasil Angkat Tingkat Motivasi Belajar

Siswa secara Klasikal

No Jumlah Skor Persentase Kriteria

1 ≥ 41 ≥ 82 % Sangat Tinggi

2 36 – 40 72 – 80 % Tinggi

3 31 – 35 62 – 70 % Cukup

4 26 – 30 52 – 60 % Rendah

5 ≤ 25 ≤ 50 % Sangat Rendah

3. Analisis Hasil Tes

Hasil tes dianalisis untuk membandingkan hasil belajar siswa pada kondisi

awal hasil belajar setelah siklus I dan hasil belajar siswa siklus II. Siswa

dikatakan berhasil jika memperoleh nilai ulangan harian lebih dari atau sama

dengan KKM (Kriteria Ketentuan Minimal). KKM mata pelajaran Bahasa

Indonesia kelas XI adalah 75. Sedangkan kriteria penulisan teks ceramah

diperjelas dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.5 Kriteria penilaian untuk menulis teks ceramah sebagai berikut:

Aspek/Indikator Unsur

Isi Selaras dengan tema/topik, pesan aktual, utuh dan tuntas

Penggunaan Orisinal, kreatif, mencerminkan wawasan pendidikan

Bahasa

Penggunaan Diksi Mencerminkan perbendaharaan kata yang bervariatif,

yang Tepat kesalahan penulisan

33
Keterangan:

Jika nilai akhir siswa sama atau lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimal, maka

siswa dikatakan lulus/berhasil.

G. Indikator Kinerja

Indikator kinerja yang digunakan adalah adanya peningkatan motivasi

belajar siswa atau bersemangat dalam pembelajaran dan meningkatnya banyak

siswa yang mencapai KKM dari kondisi awal siklus 1, dan siklus II. Dalam

penelitian ini peneliti mengambil parameter penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning dikatakan berhasil jika motivasi belajar siswa termasuk

dalam kriteria tinggi yaitu 72 - 80 secara klasikal.

Adapun aspek yang diteliti pada observasi motivasi belajar siswa adalah

sebagai berikut:

a. Kesiapan sebelum Pelajaran dimulai.

b. Mendengarkan penjelasan guru atau penjelasan ketua kelompok.

c. Antusias dalam pembelajaran.

d. Bertanya pada guru atau teman mengenai materi yang belum dipahami.

e. Aktif menjawab pertanyaan guru atau teman.

f. Menunjukkan solusi.

g. Keaktifan menolak/mengkritik/melengkapi/merevisi jawaban.

h. Mempertahankan pendapat/jawaban.

i. Aktif mencatat hal-hal penting hasil pembahasan/rangkuman.

j. Mengumpulkan tugas tepat waktu.

34
Aspek motivasi belajar siswa yang diukur dalam angket meliputi 10 aspek

yang merupakan penjabaran dari indikator motivasi belajar. Sedangkan hasil

belajar dikatakan meningkat jika rata-rata nilai ulangan siswa telah mencapai

KKM.

H. Prosedur Tindakan

Pemecahan masalah pada penelitian ini dilakukan melalui penelitian

tindakan kelas, menerapkan model Problem Based Learning melalui poster

persuasif. Rancangan penelitian tindakan kelas yang dikembangkan, dan

prosedur pelaksanaan tindakan yang digunakan mengkuti model Kemmis dan

McTaggart (Kemmis and McTaggart: 1988, 11-14), yaitu alur penelitian

ditmpuh dalam beberapa putaran, dan masing-masing putaran melalui empat

tahapan pelaksanaan. Keempat tahapan berturut-turut adalah perencanaan

pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Secara rinci prosedur tindakan yang akan dilakukan pada putaran

pertama dan secara analogi untuk putaran selanjutnya adalah sebagai berikut.

1. Perencanaan

Untuk upaya memecahkan masalah yang telah diidentifikasi dalam

penelitian ini, yaitu meningkatkan motivasi dan keterampilan menulis teks

ceramah ditempuh dengan pembelajaran model Problem Based Learning

melalui media poster persuasif pada siswa kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2 Kudus.

Langkah-langkah pelaksanaanya sebagai berikut:

1) Siswa mengamati LKPD 1 yang dibagikan oleh guru untuk mengamati

video ceramah.

35
2) Siswa mengamati video ceramah persuasif yang ditayangkan oleh guru

di depan kelas.

3) Siswa mengomunikasikan hasil diskusi LKPD 1 tentang pengamatan

video ceramah.

4) Siswa mengajukan pertanyaan tahapan memproduksi teks ceramah

persuasif.

5) Siswa mengamati poster persuasif yang ditampilkan oleh guru sesuai

kelompok masing-masing.

6) Siswa berdiskusi untuk menentukan tujuan ceramah yang akan ditulis,

membagi tugas untuk mencari informasi pendukung dari berbagai

sumber untuk memproduksi teks ceramah persuasif.

7) Siswa menuliskan tujuan dan kerangka teks ceramah dengan

menggunakan ejaan dan tanda baca yang benar dalam LKPD 2.

8) Siswa mengembangkan kerangka ceramah persuasif sesuai struktur teks

dengan menggunakan ejaan dan tanda baca yang benar menjadi teks

ceramah yang utuh dalam LKPD 2.

9) Siswa mengunggah pindaian LKPD 2 hasil diskusi melalui tautan

Google Classroom yang telah disiapkan guru.

10) Siswa secara bergantian mengomunikasikan hasil diskusi memproduksi

teks ceramah persuasif dengan bantuan tampilan LKPD 2 di depan

kelas.

11) Siswa pada kelompok lain memberikan penilaian terhadap hasil

memproduksi teks ceramah persuasif dengan memperhatikan

kesesuaian isi teks dengan tujuan ceramah, kelengkapan struktur,

36
komunikatif, kepaduan antar paragraf, ketepatan penggunaan ejaan dan

tanda baca.

12) Siswa memberikan penghargaan kepada 3 teks ceramah persuasif

terbaik yang ditampilkan di depan kelas.

13) Siswa bersama guru menyimpulkan tahapan memproduksi teks ceramah

menggunakan poster persuasif.

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah persiapan tindakan dan

melakukan tindakan. Persiapan tindakan meliputi pembuatan rencana

pembelajaran, dan membuat kesepakatan tim, observator dengan guru tentang

komponen-komponen yang perlu dan utama diobservasi. Tindakan yang

dilakukan berupa melaksanakan skenario model Problem Based Learning yang

telah direncanakan. Pelaku utama pelaksanaan tindakan di kelas adalah guru.

Kemudian didampingi atau bekerja sama sebaik-baiknya dengan peneliti untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dilakukan 2 siklus.

Siklus I

a. Merencanakan Tindakan

1) Menentukan Tujuan Pembelajaran

Setelah berdiskusi membahas kompetensi menulis teks ceramah dengan

memperhatian kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat, siswa dapat:

a) Menentukan tema dan topik;

b) Menentukan tujuan teks ceramah;

c) Menyusun kerangka teks ceramah sesuai dengan topik yang

dipilih;

37
d) Mengembangkan kerangka menjadi teks ceramah yang utuh

2) Menentukan Materi Pembelajaran

Materi pokok;

a) Contoh teks ceramah persuasif

b) Poster sebagai media pembelajaran pada penelitian ini

3) Menentukan Motode Pembelajaran

Metode yang digunakan:

a) Tanya jawab

b) Demontrasi

c) Diskusi

d) Penugasan

4) Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar:

a) Suherli, dkk. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas XI Revisi

Tahun 2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,

Kemendikbud.

b) Suherli, dkk. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas XI Revisi Tahun

2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,

Kemendikbud.

5) Menentukan alat penilaian hasil belajar

a) Jenis Tagihan:

Tugas individu

Praktik mengarang

b) Bentuk instrumen:

38
Nontes

Ter tertulis

c) Instrumen:

Soal mengarang

6) Membuat lembar observasi

7) Membuat lembar angket

b. Melaksanakan Tindakan

Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan

pembelajaran berdasarkan langkah-langkah kegiatan yang tersusun dalam RPP.

Berikut langkah-langkah kegiatan pembelajaran.

1) Siswa mengamati LKPD 1 yang dibagikan oleh guru untuk mengamati

video ceramah.

2) Siswa mengamati video ceramah persuasif yang ditayangkan oleh guru

di depan kelas.

3) Siswa mengomunikasikan hasil diskusi LKPD 1 tentang pengamatan

video ceramah.

4) Siswa mengajukan pertanyaan tahapan memproduksi teks ceramah

persuasif.

5) Siswa mengamati poster persuasif yang ditampilkan oleh guru sesuai

kelompok masing-masing.

6) Siswa berdiskusi untuk menentukan tujuan ceramah yang akan ditulis,

membagi tugas untuk mencari informasi pendukung dari berbagai

sumber untuk memproduksi teks ceramah persuasif.

39
7) Siswa menuliskan tujuan dan kerangka teks ceramah dengan

menggunakan ejaan dan tanda baca yang benar dalam LKPD 2.

8) Siswa mengembangkan kerangka ceramah persuasif sesuai struktur teks

dengan menggunakan ejaan dan tanda baca yang benar menjadi teks

ceramah yang utuh dalam LKPD 2.

9) Siswa mengunggah pindaian LKPD 2 hasil diskusi melalui tautan

Google Classroom yang telah disiapkan guru.

10) Siswa secara bergantian mengomunikasikan hasil diskusi memproduksi

teks ceramah persuasif dengan bantuan tampilan LKPD 2 di depan

kelas.

11) Siswa pada kelompok lain memberikan penilaian terhadap hasil

memproduksi teks ceramah persuasif dengan memperhatikan

kesesuaian isi teks dengan tujuan ceramah, kelengkapan struktur,

komunikatif, kepaduan antar paragraf, ketepatan penggunaan ejaan dan

tanda baca.

12) Siswa memberikan penghargaan kepada 3 teks ceramah persuasif

terbaik yang ditampilkan di depan kelas.

13) Siswa bersama guru menyimpulkan tahapan memproduksi teks ceramah

menggunakan poster persuasif.

Temuan masalah yang berkaitan dengan hasil analisis data dari proses dan

hasil belajar pada siklus I dijadikan acuan menyusun rencana pembelajaran pada

siklus II. Pada siklus I ditemukan:

1) Siswa yang akti dan siswa yang pasif dalam pembelajaran.

40
2) Perhatian, minat, ketekunan, kerja sama dan keaktifan siswa dalam

pembelajaran.

3) Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok.

4) Kelemahan model pembelajaran Problem Based Learning dengan Media

Poster Persuasif yaitu penyesuaian awal ketika membentuk kelompok,

kegaduhan ketika diskusi kelompok.

Siklus II

a. Merencanakan Tindakan

Perencanaan siklus II mengacu pada hasil refleksi siklus I. berikut ini

rincian selengkapnya.

1) Menentukan Tujuan Pembelajaran

Siswa dapat menulis teks ceramah berdasarkan:

a) Buku yang telah diringkas isinya

b) Contoh teks ceramah yang sudah ditampilkan oleh guru

c) Poster persuasif yang telah disiapkan oleh guru sebagai media

pembelajaran

2) Menentukan Materi Pembelajaran

Materi pokok;

a) Contoh teks ceramah persuasif

b) Poster sebagai media pembelajaran pada penelitian ini

3) Menentukan Motode Pembelajaran

Metode yang digunakan:

a) Tanya jawab

b) Demontrasi

41
c) Diskusi

d) Penugasan

4) Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar:

a) Suherli, dkk. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas XI Revisi

Tahun 2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,

Kemendikbud.

b) Suherli, dkk. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas XI Revisi Tahun

2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,

Kemendikbud.

5) Menentukan alat penilaian hasil belajar

a) Jenis Tagihan:

Tugas individu

Praktik mengarang

b) Bentuk instrumen:

Nontes

Ter tertulis

c) Instrumen:

Soal mengarang

6) Membuat lembar observasi

7) Membuat lembar angket

b. Melaksanakan Tindakan

42
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran

berdasarkan langkah-langkah kegiatan yang tersusun dalam RPP. Berikut

langkah-langkah kegiatan pembelajaran.

1) Siswa mengamati teks ceramah persuasif yang telah dibuat secara

berkelompok pada pertemuan sebelumnya.

2) Siswa mengajukan pertanyaan tahapan memproduksi teks ceramah

persuasif secara individu.

3) Siswa mengamati LKPD 3 untuk memproduksi teks ceramah secara

individu.

4) Siswa mencari poster persuasif dari internet sesuai dengan minatnya

masing-masing.

5) Siswa berdiskusi dengan siswa lain untuk menentukan tujuan ceramah

yang akan ditulis, mencari informasi pendukung dari berbagai sumber

untuk menuliskan kerangka teks (teman sebangku).

6) Siswa menuliskan tujuan dan kerangka teks ceramah dengan

menggunakan ejaan dan tanda baca yang benar.

7) Siswa mengembangkan kerangka ceramah persuasif menjadi teks utuh

sesuai struktur teks, menggunakan ejaan dan tanda baca yang benar.

8) Siswa mengunggah foto LKPD 3 yang berisi teks ceramah persuasif yang

telah dibuat pada media sosial Instagram masing-masing dengan

menyertakan tagar #mudaberceramah.

9) Siswa saling berbagi tautan postingan berisi ceramah persuasif yang telah

diunggah pada Instagram.

43
10) Siswa saling memberi like dan komentar pada postingan siswa lain

dengan memperhatikan kesesuaian isi teks dengan tujuan ceramah,

kelengkapan struktur, komunikatif, kepaduan antar paragraf, ketepatan

penggunaan ejaan dan tanda baca.

11) Siswa memberikan penghargaan kepada 3 teks ceramah persuasif terbaik

dengan membacakannya di depan kelas.

12) Siswa bersama guru menyimpulkan tahapan memproduksi teks ceramah

menggunakan poster persuasif secara individu.

c. Melakukan observasi

Ketika pembelajaran berlangsung, observer bersama peneliti mengamati

siswa dalam hal:

a) Kesiapan sebelum pembelajarn dimulai

b) Mendengarkan penjelasan guru atau ketua kelompok

c) Antusias dalam pembelajaran

d) Bertanya pada guru atau teman mengenai materi yang belum dipahami

e) Aktif menjawab pertanyaan guru atau teman

f) Menunjukkan solusi

g) Mengumpulkan tugas tepat waktu

Sambil mengamati keaktifan siswa per kelompok, observer dan peniliti

beruapaya membenahi kekurangan pada siklus I dengan cara:

1) Mengubah formasi tempat duduk per kelompok untuk mengatasi keributan

pada waktu diskusi

2) Berdialog dengan tiap kelompok untuk menumbuhkan keberanian berbicara

bagi semua anggota kelompok. dengan cara ini tidak ada lagi siswa yang

44
diam saja, tetapi juga tidak ada siswa yang mendominasi pembicaraan.

Dampak dari upaya tersebut adalah siswa lebih serius dalam mengerjakan

tugas, siswa menjadi lebih aktif dan lebih antusias dalam pembelajaran.

d. Melakukan refleksi

Refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir. Hasil observasi

dianalisis untuk mendapatkan data tentang kompetensi siswa. Berikut ini hasil

refleksi siklus II.

1) Terjadi peningkatan perhatian, minat, ketekunan, kerja sama dan keaktifan

siswa dalam pembelajaran dari awal hingga akhir

2) Suasana kelas lebih kondusif dan menyenangkan

3) Kerja sama siswa dalam kelompok meningkat

4) Kaktifan ketika berdiskusi meningkat

5) Nilai hasil belajar siswa meningkat

Hasil refleksi II menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran

berupa poster persuasif dengan model Problem Based Learning melalui

bimbingan secara intensif terbukti dapat meningkatkan keterampilan menulis teks

ceramah dengan memerhatikan kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat pada

siswa kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2 Kudus.

45
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian peningkatan kualitas pembelajaran ini dilaksanakan dalam

dua siklus. Sebelum siklus dilaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah

dan tanya jawab. Pembelajaran menulis teks ceramah, siswa diberi penjelasan

mengenai model pembelajaran Problem Based Learning dengan media poster

persuasif. Siswa membentuk kelompok dan tiap kelompok diberikan poster

persuasif untuk didiskusikan. Hasil kerja kelompok dipresentasikan di depan kelas

dan siswa lain memberikan tanggapan.

Hasil penelitian pra siklus sampai dengan siklus kedua sebagai berikut:

1. Hasil Penelitian Prasiklus

Pada kondisi awal pembelajaran menulis yaitu sebelum guru melakukan

penelitian, guru belum menggunakan media pembelajaran ketika pembelajaran

keterampilan menulis teks ceramah. Pembelajaran menulis dilaksanakan dengan

metode ceramah dan penekanan pada hasil saja. Guru belum menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning sehingga perhatian dan minat siswa dalam

pembelajaran menulis kurang. Siswa tidak termotivasi untuk menulis sehingga

kompetensi menulisnya rendah.

Hasil pada keterampilan menulis teks ceramah siswa kelas XI TKJ 3 SMK

Negeri 2 Kudus masih rendah. Dari siswa yang berjumlah 36 orang, baru 24 siswa

46
yakni 66,6 % siswa yang berhasil mencapai ketuntasan belajar. Data ini

menunjukkan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai.

Berdasarkan data hasil observasi di kelas, guru menemukan informasi

bahwa kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran menulis, antusias dalam

pembelajaran, perhatian siswa, keaktifan siswa untuk bertanya, saling memberi

tanggapan, suasana dan konsentrasi di kelas XI TKJ 3 belum terlihat pada

pertemuan ini. Pada pertemuan ini guru hanya menggunakan metode ceramah dan

hanya menggunakan media papan tulis.

Deskripsi motivasi belajar siswa berdasarkan angket motivasi pada kondisi

awal dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Deskripsi Motivasi Belajar pada Kondisi Prasiklus

Interval Skor Kriteria Frekuensi Presentase

≥ 41 Sangat Tinggi 0 0%

36 - 40 Tinggi 10 27,7 %

31 – 35 Cukup 20 55,5 %

26 – 30 Rendah 6 16,8 %

0 – 25 Sangat Rendah 0 0%

Jumlah Siswa 36 100 %

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa kondisi awal pembelajaran tanpa

menggunakan media pembelajaran dan model pembelajaran Problem Based

Learning, terdapat 6 siswa (16,8 %) dengan kategori rendah, 20 siswa (55,5 %)

dengan kategori cukup, 10 (27,7 %) dengan kategori motivasi belajar tinggi.

47
2. Hasil Penelitian Siklus I

a. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran menulis teks ceramah siklus I dilaksanakan

sesuai skenario yang ada pada rencana pembelajaran yang telah dibuat.

Tindakan berbeda dan merupakan pengembangan pembelajaran dari kondisi

awal dilakukan peneliti pada siklus I ini adalah dengan mengembangkan model

pembelajaran Problem Based Learning dengan media poster persuasif. Pada

siklus ini siswa membentuk kelompok belajar, melaksanakan kegiatan belajar

mengajar, melaksanakan diskusi kelompok, menyajikan hasil karya dan

mengerjakan uji kompetensi.

Pada siklus I, Tindakan pembaharuan yang diberikan adalah guru

mengajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning dengan media

poster persuasif. Pelaksanaan tindakan pada siklus I terealisasi sesuai dengan

rencana yang disusun.

b. Pengamatan dan Evaluasi

Dalam pembelajaran keterampilan menulis teks ceramah, guru

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dengan media

poster persuasif yang diperoleh guru melalui internet. Guru juga menggunakan

lembar observasi untuk penilaian proses pembelajaran. Setiap siswa

mempersiapkan materi pembelajaran keterampilan menulis teks ceramah dan

guru telah menyiapkan media poster persuasif yang diperoleh dari internet agar

pembelajaran lebih menarik.

Hasil pemantauan pada siklus I dapat dilaporkan bahwa ketika

pembelajaran berlangsung, siswa berusaha menyimak penjelasan guru untuk

48
memahami konsep materi menulis teks ceramah. Siswa tampak antusias

mengerjakan tugas menulis teks ceramah. Akan tetapi, dalam kegiatan

kelompok hanya sebagian siswa yang aktif bertanya jawab, baik kepada

sesama teman maupun guru.

Gambar 4.1 Model pembelajaran Problem Based Learning dengan media

poster persuasif

Keaktifan siswa belum merata karena masih terdapat siswa yang pasif

dan belum dapat berkomunikasi dengan baik. Perolehan nilai sikap, perhatian,

dan minat siswa secara klasikal 70 (tujuh puluh). Dengan perolehan nilai ini,

kualifikasi nilai pada siklus I termasuk Cukup.

Perlahan nilai belajar menulis teks ceramah menggunakan media poster

persuasif pada siklus I, siswa kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2 Kudus yang

mencapai ketuntasan belajar sebanyak 29 orang. Nilai tertinggi 85 dan nilai

terendah 65. Nilai rata-rata kelas 77,31. Presentase ketuntasan secara klasikal

49
sebanyak 29 siswa yakni 80,5 %. Hasil belajar ini menunjukkan bahwa

ketuntasan belajar secara klasikal sudah tercapai dengan baik.

c. Analisis dan Refleksi

Hasil pengamatan siklus I, hasil belajar pada pembelajaran menulis teks

ceramah model Problem Based Learning dengan media poster persuasif dapat

ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Belajar pada Siklus I

No Objek Penelitian Hasil Belajar

1 Jumlah siswa yang tuntas 29

2 Nilai tertiggi 85

3 Nilai terendah 65

4 Nilai rata-rata kelas 77,31

5 Persentase Ketuntasan Klasimal 80,5 %

Berdasarkan hasil refleksi proses pembelajaran pada siklus I ditemukan

beberapa kekurangan yang perlu penanganan pada siklus II. Temuan tersebut

sebagai berikut:

a. Siswa belum terbiasa bekerja kelompok sehingga arus pembicaraan pada

waktu berdiskusi belum lancar. Ada siswa yang mendominasi

pembelajaran pembicaraan, sementara siswa yang lain ada yang pasif.

b. Siswa belum terbiasa melaksanakan pembelajaran secara berkelompok

atau berdiskusi sehingga sedikit siswa yang dapat saling bertukar pikiran

dengan anggota kelompok lainnya. Bahkan masih ada siswa yang masih

mencari teman sebangkunya dalam menyelesaikan tugas walaupun tidak

50
satu kelompok dengannya. Perbaikan pembelajaran pada siklus I masih

harus ditingkatkan sehingga motivasi dan hasil belajar siswa dapat

meningkat.

c. Siswa belum terbiasa menulis dengan media pembelajaran berupa poster

yang diperoleh dari internet sehingga pada awal kegiatan ada beberapa

siswa terlihat gugup ketika guru membagikan poster kepada seluruh

siswa. Biasanya pelajaran mengarang diawali dengan ceramah guru

tentang teori menulis.

3. Hasil Penelitian Siklus II

a. Pelaksanaan Tindakan

Proses pembelajaran pada siklus ini pada prinsipnya sama dengan siklus

I. semua kelemahan pembelajaran pada siklus I diperbaiki pada siklus II.

Perbaikan ditujukan untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar, melaksanakan diskusi kelompok, mengerjakan

LKPD, mengerjakan uji kompetensi, dan mempresentasikan hasil kerja.

Tindakan yang dilakukan guru pada siklus II adalah mengembangkan

model Problem Based Learning dengan media poster persuasif secara melalui

bimbingan intensif secara individu. Setelah penulisan teks selesai, siswa

membacakan hasil teks ceramah yang sudah dibuat di depan kelas. Guru

mengamati dan menilai keaktifan siswa dalam melaksanakan kegiatan. Jika

masih ada siswa yang kesulitan dalam menulis teks ceramah, guru

membimbing dan memotivasi siswa agar mampu menulis teks ceramah.

51
b. Pengamatan dan Evaluasi

Dari hasil refleksi siklus II dapat dilihat bahwa mayoritas siswa sudah

memiliki pemahaman lebih baik mengenai model Problem Based Learning

dengan media poster persuasif yang diperoleh dari internet. Siswa merasa

senang dan sangat antusias dalam belajar karena mereka dapat saling bertukar

pikiran dengan teman serta mendapatkan bimbingan intensif dari guru untuk

menulis teks ceramah.

Gambar 4.2 Model pembelajaran Problem Based Learning dengan media

poster persuasif

Temuan kekurangan pada siklus I yang menjadi perhatian utama dalam

perencanaan siklus II sudah berhasil diatasi dengan pemahaman terhadap

model pembelajaran Problem Based Learning melalui media poster persuasif

yang diperoleh dari internet. Secara klasikal, siswa memperoleh nilai sikap,

perhatian, keaktifan dan minat sebeser 80 (delapan puluh). Dengan perolehan

ini, kualifikasi nilai pada siklus II termasuk kategori tinggi.

52
Perlolehan nilai pada siklus ini sebagai dampak terjadinya perubahan

cara pandang siswa mengenai pembelajaran menulis. Siswa yang awalnya

tidak tertarik dengan pembelajaran menulis menjadi tertarik dan senang

dengan pembelajaran menulis.

Dari nilai hasil belajar siswa kelas XI TKJ 3 pada siklus II dapat dilihat

bahwa siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 32 orang. Nilai

tertinggi 90, terendah 70. Nilai rata-rata kelas 82,14. Presentasi ketuntasan

secara klasikal 88,8 %. Hasil belajar ini menunjukkan bahwa ketuntasan

belajar secara klasikal sudah tercapai dengan maksimal.

c. Analisis dan Refleksi

Perolehan hasil belajar pada pembelajaran menulis teks ceramah

menggunakan model Problem Based Learning dengan media poster persuasif

melalui bimbingan guru secara intensif dapat ditampilkan dalam bentuk tabel

sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Belajar pada Siklus II

No Objek Penelitian Hasil Belajar

1 Jumlah siswa yang tuntas 32

2 Nilai tertiggi 90

3 Nilai terendah 70

4 Nilai rata-rata kelas 82,14

5 Persentase Ketuntasan Klasikal 88,8 %

Berdasarkan tindakan pembelajaran pada siklus II yang telah berhasil

memperbaiki kekurangan pada siklus I. telah diperoleh hal-hal sebagai berikut:

53
a. Keberhasilan guru dalam melatih keberanian siswa untuk berbicara dengan

cara memberikan pertanyaan secara khusus pada tiap kelompok ketika guru

berkeliling mengamati kegiatan siswa dan ketika guru melaksanakan

pembimbingan secara intensif kepada tiap-tiap kelompok.

b. Keberhasilan guru dalam memperbaiki rencana tindakan berdasarkan

refleksi I.

c. Keberhasilan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus II.

d. Keberhasilan guru dalam memotivasi siswa untuk berperan aktif selama

pembelajaran dengan cara memberikan informasi bahwa guru mengambil

nilai keaktifan tiap siswa selama pembelajaran.

B. Pembahasan

Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning melalui media

poster persuasif pada keterampilan menulis teks ceramah terbukti dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2

Kudus. Nilai sikap, perhatian, keaktifan, dan minat yang berhasil dicapai siswa

menunjukkan terjadinya peningkatan dalam pembelajaran keterampilan menulis

teks ceramah.

Perolehan nilai sikap, perhatian, keaktifan dan minat siswa pada siklus I

sebesar 70. Termasuk kategori cukup. Pada siklus II, perolehan nilai siswa

meningkat menjadi 80, termasuk kategori tinggi. Hasil ini secara klasikal

menunjukkan perubahan/peningkatan yang signifikan ke arah yang lebih baik.

Pembelajaran berlangsung dalam suasana yang menyenangkan, siswa antusias

menulis dengan media poster persuasif yang diperoleh dari internet, suasana

54
pembelajaran lebih menyenangkan, suasana kelas lebih kondusif, siswa lebih

serius dan antusias mengerjakan tugas.

Pada siklus I diperoleh nilai keaktifan siswa secara klasikal sebesar 70

tergolong kategori cukup. Hasil refleksi terhadap pengamatan mengenai keaktifan

siswa pada siklus I menunjukkan bahwa proses pembelajaran sudah berjalan

cukup baik. Partisipasi dan kerjasama siswa dalam berdiskusi kelompok sudah

ada. Namun, belum semua siswa aktif bertanggung jawab baik kepada sesama

teman maupun kepada guru. Masih ada siswa yang pasif dan belum berani

berbicara. Ada yang terlihat malas dan kepalanya bersandar di meja belajar

sehingga diskusi kurang lancar.

Pada siklus II diperoleh nilai 80, tergolong kategori tinggi. Nilai keaktifan

siswa secara klasikal meningkat (dari 70 pada siklus I menjadi 80 pada siklus II).

Pada siklus II terjadi peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran baik dalam

kegiatan individual maupun kegiatan kelompok. Siswa tampak antusias dalam

menulis teks ceramah saat kegiatan diskusi. Kerja sama antar anggota dalam

kelompok meningkat dengan bertambahnya frekuensi berbicara dari setiap

anggota kelompok. Diskusi lebih lancar karena kemampuan siswa dalam

berkomunikasi semakin baik. Suasana kelas lebih kondusif lebih menyenangkan

sehingga pembelajaran lebih bermakna.

Proses penilaian pembelajaran ini dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa

dalam pembelajaran menulis teks ceramah secara klasikal telah mengalami

peningkatan yang signifikan ke arah yang lebih baik yaitu dari kualifikasi cukup

meningkat menjadi tinggi.

55
Perbaikan nilai hasil observasi dari siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa

model pembelajaran Problem Based Learning dengan media poster persuasif yang

berupa poster persuasif dari internet terbukti dapat meningkatkan mutu

pembelajaran. Terutama dapat mengubah sikap perhatian minat dan keaktifan

siswa kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2 Kudus terhadap pelajaran menulis ke arah

yang lebih baik.

Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas XI TKJ 3 setelah

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dengan media poster

persuasif dari internet, peneliti menggunakan data pembanding nilai tulisan siswa

sebelum penelitian. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.4 Tabel Rekap Hasil Belajar Antarsiklus

SEBELUM SESUDAH PENINGKATAN


No OBJEK PENELITIAN
PTK PTK HASIL

1 Jumlah Siswa yang Tuntas 24 32 8

2 Nilai Tertinggi 85 90 5

3 Nilai Terendah 60 70 10

4 Nilai Rata-Rata Kelas 74,72 82,14 7,42

Persentase Ketuntasan 66,6% 82,14% 15.54%


5
Klasikal

Data hasil belajar sebelum dan sesudah penelitian pada tabel tersebut

menunjukkan terjadinya peningkatan kompetensi menulis teks ceramah kelas XI

TKJ 3. Jumlah siswa yang tuntas meningkat 8 orang, dari 24 orang menjadi 32

orang. Nilai rata-rata kelas meningkat 15,54% dari 66,6% sebelum penelitian

56
menjadi 82,14% setelah penelitian. Peningkatan nilai rata-rata kelas tersebut

menunjukkan bahwa harapan peningkatan yang sesuai dengan indikator menjadi

kenyataan. Sesuai dengan indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian

yakni “Ketuntasan belajar secara klasikal tercapai jika motivasi belajar mencapai

72 – 80 % dan nilai rata-rata mencapai KKM”, dapat disimpulkan bahwa

ketuntasan belajar secara klasikal sudah tercapai karena 32 orang dari 36 orang

siswa kelas XI TKJ 3 telah mencapai KKM. Hanya 4 orang (11,1%) yang hingga

akhir siklus II tidak berhasil mencapai KKM.

Keseluruhan hasil belajar siswa membuktikan bahwa penggunaan model

pembelajaran Problem Based Learning dengan media poster persuasif dapat

meningkatkan kompetensi menulis teks ceramah pada siswa kelas XI TKJ 3 SMK

Negeri 2 Kudus. Peningkatan yang terjadi pada guru yakni bertambahnya

pengetahuan serta teori tentang model pembelajaran yang dikembangkan

berdasarkan pengalaman guru sebagai dasar untuk tindakan berikutnya. Guru juga

dapat memberikan alternatif pemilihan model pembelajaran untuk kompetensi

menulis teks ceramah. Selain itu, guru dapat meningkatkan kinerja sehingga

terjadi peningkatan layanan pendidikan serta berkembangnya kemandirian guru

yang ditopang rasa percaya diri untuk berinovasi dalam pembelajaran.

57
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan, simpulan

dari penelitian eksperimen ini yaitu sebagai berikut.

1. Model pembelajaran Problem Based Learning dengan media poster

persuasif pada pembelajaran keterampilan menulis teks ceramah terbukti

dapat meningkatkan motivasi belajar bagi siswa kelas XI TKJ 3 SMK

Negeri 2 Kudus.

2. Model pembelajaran Problem Based Learning dengan media poster

persuasif terbukti dapat meningkatkan keterampilan menulis teks ceramah

bagi siswa kelas XI TKJ 3 SMK Negeri 2 Kudus.

Berdasarkan simpulan di atas, dapat dikaji bahwa hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa model Problem Based Learning dengan media poster

persuasif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI TKJ 3 SMK Negeri

2 Kudus. Hal tersebut dapat dilihat pada lembar angket motivasi belajar siswa

pada kondisi awal dan kondisi akhir pembelajaran.

Pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II terdapat kekurangan dan

kelemahan yang terjadi selama pembelajaran menulis teks ceramah pada siswa

kelas XI TKJ 3. Pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap

kerangan dan kelemahan yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.

58
B. Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan yaitu

sebagai berikut.

1. Guru bahasa Indonesia hendaknya menerapkan model pembelajaran

Problem Based Learning dalam pembelajaran menulis teks ceramah

dengan mengoptimalkan media poster persuasif karena sudah terbukti

mampu meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI SMK Negeri 2

Kudus.

2. Guru bahasa Indonesia hendaknya menerapkan model pembelajaran

Problem Based Learning dalam pembelajaran menulis teks ceramah

dengan mengoptimalkan media poster persuasif karena sudah terbukti

mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMK Negeri 2 Kudus.

3. Peneliti lain dapat lebih meningkatkan pembelajaran menulis teks ceramah

dengan mengembangkan model Problem Based Learning.

4. Peneliti bahasa dan sastra Indonesia hendaknya menggunakan hasil

penelitian ini sebagai referensi untuk meningkatkan keterampilan menulis

teks, khususnya dalam menulis teks ceramah.

59
DAFTAR PUSTAKA

A.M, Sardiman. (2005). Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:

Rajawali Press

Amir, M. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta:

Kencana.

Aristo, Rahadi. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional.

Arsyad, Azhar. 2015. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Darmadi, Pengembangan Model Dan Metode Pembelajaran Dalam Dinamika

Belajar Siswa (Yogyakarta: Deepublish, 2017), hal. 42

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Bahasa Indonesia: Wahana

Pengetahuan (Buku Guru). Jakarta: Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Bahasa Indonesia: Wahana

Pengetahuan (Buku Siswa). Jakarta: Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan.

Kosasih, E. (2017). Cerdas Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Monika, M., & Adman, A. (2017). Peran Efikasi Diri dan Motivasi Belajar dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal

Pendidikan Manajemen Perkantoran, 1(1), 110-117.

Priyanto, Dwi. (2013). Modul Pengayaan Bahasa Indonesia untuk SMA/MA kelas

XI. Surakarta: Putra Nugraha

60
Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Tarigan, H. G., 2013. Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

1st ed. Bandung: Angkasa.

Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Warsono & Hariyanto. 2013. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung:

Rosda.

Winarni, M., Anjariah, S., & Romas, M. Z. (2016). Motivasi Belajar Ditinjau

Dari Dukungan Sosial Orangtua Pada Siswa SMA. Jurnal Psikologi, 2(1).

61

Anda mungkin juga menyukai