oleh
Arif Nasrullah, S.S.
NIM 19221299025
A. Latar Belakang
Berbicara merupakan aktivitas penting dalam kehidupan karena dengan berbicara
kita dapat berkomunikasi dengan orang lain. Sering kali kita menemui seseorang yang
memiliki kemampuan berbicara yang baik tapi belum tentu memiliki kemampuan yang baik
pula dalam menyampaikan pesan kepada orang lain. Dengan kata lain, tidak semua orang
memiliki kemampuan yang sama dalam menyelaraskan apa yang ada di dalam pikirannnya
dengan yang diucapkannya. Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan pesan dengan baik
dibutuhkan keterampilan dan kemampuan melalui proses yang cukup. Dengan memiliki
keterampilan berbicara yang baik, kita akan mudah pula dalam berkomunikasi untuk
menyampaikan ide atau pendapat kita tentang suatu hal.
Tampil berbicara di depan umum sampai saat ini tampaknya masih menjadi momok
bagi sebagian anak. Bahkan, di depan kelas saja tidak semua anak memiliki keberanian untuk
berbicara. Oleh sebab itu, perlu banyak latihan untuk meningkatkan keterampilan ini. Menurut
Tarigan (1981:16) tujuan berbicara ada tiga, yaitu (1) memberitahukan, melaporkan (to
inform), (2) menjamu, menghibur (to entertain), dan (3) membujuk, mengajak, mendesak, dan
meyakinkan (to persuade). Singkatnya, semua orang dalam setiap kegiatan yangmenggunakan
komunikasi sebagai sarananya perlu memiliki keterampilan berbicara. Terlebih lagi seorang
pelajar dan pengajar dalam dunia pendidikan selalu membutuhkan komunikasi yang baik agar
proses belajar mengajar bisa berjalan dengan lancar.
Model ini memiliki tiga tahapan dalam pembelajaran yaitu (1) think (berpikir), pada
tahap ini siswa mengamati gambar berseri tentang tokoh tertentu. Siswa ditugaskan secara
individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan kecil
tentang peristiwa-peristiwa yang terdapat pada gambar berseri, dan hal-hal yang tidak
dipahami dengan menggunakan bahasa sendiri. (2) talk (berbicara), pada tahap ini siswa diberi
kesempatan untuk membicarakan hasil penyelidikannya pada tahap pertama. Siswa
merefleksikan, menyusun, serta menguji (negoisasi, sharing) ide-ide dalam kegiatan diskusi
kelompok. Kemajuan komunikasi siswa akan terlihat pada dialognya dalam berdiskusi, baik
dalam bertukar ide dengan orang lain ataupun refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya
kepada orang lain. (3) write (menulis), pada tahap ini, siswa menuliskan ide-ide yang
diperolehnya dan kegiatan tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan konsep
yang digunakan, keterkaitan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi yang
diperoleh. Empat ciri khas inilah yang membedakan model pembelajaran kooperatif tipe TTW
dengan model pembelajaran kooperatif lainnya. Siswa dibantu oleh guru dalam mengonstruksi
pengetahuan sendiri sehingga pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik. Siswa dapat
mengkomunikasikan atau mendiskusikan pemikirannya dengan temannya sehingga siswa
saling membantu dan saling bertukar pikiran. Hal ini akan membuat siswa lebih memahami
materi yang diajarkan. Selain itu, melatih siswa untuk menulis hasil diskusinya ke dalam
bentuk tulisan secara sistematis sehingga siswa akan mampu memahami materi, selanjutnya
siswa dapat mengkomunikasikan ide-idenya baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan penelitian ini adalah
1. Bagaimanakah proses peningkatan kemampuan menceritakan kembali teks biografi
menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan media gambar berseri
pada peserta didik kelas X MA Al Mukmin Ngruki?
2. Bagaimanakah peningkatan hasil kemampuan menceritakan kembali teks biografi
menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan media gambar berseri
pada peserta didik kelas X MA Al Mukmin Ngruki?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sbagai berikut.
1. Untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan menceritakan kembali teks biografi
menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan media gambar
berseri pada peserta didik kelas X MA Al Mukmin Ngruki Sukoharjo.
2. Untuk meningkatkan hasil kemampuan menceritakan kembali teks biografi
menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan media gambar
berseri pada peserta didik kelas X MA Al Mukmin Ngruki.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun
praktis bagi beberapa pihak sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan wawasan dan memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan serta memberikan sumbangan pemikiran yang dapat dijadikan sebagai bahan
kajian penelitian mengenai model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan media gambar
berseri.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peserta didik, model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan media
gambar berseri diharapkan dapat meningkatkan minat dan memotivasi peserta didik
untuk berperan aktif dan dengah mudah menuangkan ide kreatif dalam proses
pembelajaran menceritakan kembali teks biografi.
b. Bagi guru, model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan media gambar berseri
dapat dijadikan sebagai alternatif pilihan strategi pembelajaran menceritakan kembali
teks biografi.
c. Bagi pihak sekolah, penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya keterampilan menceritakan
kembali teks biografi.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
Pada bab kajian teori akan diuraikan teori-teori yang berkaitan dengan judul, yakni hakikat
berbicara yang mencakup pengertian, tujuan, fungsi, dan ciri-ciri berbicara yang baik. Untuk
membahas penelitian ini, juga akan dipaparkan pengertian, jenis, unsur pembangun, dan penilaian
dalam menceritakan kembali teks biografi. Selain itu, juga berisi penjelasan tentang pengertian
dan penerapan model pembelajaran Think Talk Write..
1. Hakikat Berbicara
a. Pengertian Berbicara
Berbicara merupakan suatu kegiatan berkomunikasi yang sering di
lakukan oleh semua orang, dengan berbicara kita dapat memahami apa yang ingin
disampaikan oleh setiap individu. Berbicara merupakan peristiwa penyampaian
maksud, gagasan, pikiran, perasaan seseorang kepada orang lain secara jernih, logis, terarah
dan sistematis dengan menggunakan bahasa lisan, sehingga maksud tersebut dipahami orang
lain.
Slamet (2008, hlm. 35) menyatakan, “Keterampilan berbicara merupakan
keterampilan yang mekanistis. Artinya semakin banyak berlatih semakin dikuasai
dan terampil orang berbicara”. Bedasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan
keterampilan yang sangat mekanistis, yang berartikan sedikit kompleks dan rumit
karena ada unsur situasional tergantung pada kondisi yang terjadi ketika komunikasi tersebut
berlangsung. Maka dari itu Slamet menyarankan untuk giat berlatih berbicara terus-menerus
supaya dapat dipahami apa yang dikomunikasikan.
Tarigan (2013, hlm. 16) mengatakan, “Berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan”. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat di
simpulkan berbicara merupakan bagian dari aspek kebahasaan, pada aspek berbicara
kemampuan pada setiap anak sangat berbeda, oleh karena itu seringkali kita temukan bahwa
anak berwawasan luas pasti terampil dalam mengolah bahasa yang ia ucapkan, dengan
berbicara setiap orang dapat mengekspresikan berbagai macam perasaan untuk
mengungkapkan yang ada dalam pikirannya, hal tersebut merupakan bagian dari sastra.
Nurgiyantoro (2010, hlm. 399) mengungkapkan “Berbicara adalah
aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan bahasa
setelah mendengarkan .... Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa secara fasih
seorang anak biasa nya mengamati pembicaraan yang berada di hadapan mereka.”
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan suatu hal yang didengar
maupun yang dilihat oleh setiap orang, setelah itu pasti mempunyai insting untuk
mengunggkapkan apa yang mereka dengar atau lihat, untuk itu setiap orang berhak untuk
mengeluarkan pendapat atau gagasan dari yang mereka temui, asalkan harus terampil dalam
mengolah struktur, kosakata, maupun lafal yang diucapkan.
Berdasarkan pemaparan ketiga ahli tersebut, terdapat beberapa perbedaan
yaitu menurut Slamet berbicara suatu keterampilan yang mekanistis atau rumit
untuk dilakkukan. Menurut Tarigan berbicara merupakan kemampuan yang
meliputi ucapan atau perkataan. Menurut Nurgiyantoro berbicara merupakan suatu
aktifitas yang menempati urutan kedua di keterampilan berbahasa. Sedangkan
persamaan dari ketiga ahli tersebut yaitu berbicara merupakan kegiatan
keterampilan berbahasa yang meliputi artikulasi yang baik, ekspresi dan kosakata.
Keterampilan berbicara tidak langsung lancar dan fasih, tetapi harus dengan sering
berlatih.
Berdasarkan beberapa pemaparan tersebut dapat disimpulkan suatu hal
yang didengar maupun yang dilihat oleh setiap orang, setelah itu pasti mempunyai
insting untuk mengunggkapkan apa yang mereka dengar atau lihat, untuk itu
setiap orang berhak untuk mengeluarkan pendapat atau gagasan dari yang mereka
temui, asalkan harus terampil dalam mengolah struktur, kosakata, maupun lafal
yang diucapkan.
b. Tujuan Berbicara
Setiap orang pasti mempunyai tujuan dari setiap aspek dalam kebahasaan,
khususnya berbicara, bahwa berbicara adalah kebutuhan yang sangat penting
dalam bersosialisasi. Lewat berbicara akan menjadi suatu kelebihan bagi setiap
orang, karena dapat menguasai keadaan.
“Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, seyogianyalah sang pembicara memahami
makna segala sasuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu
mengevaluasi efek komunikasinya terhadap (para) pendengarnya….(Tarigan,
2013, hlm. 16) Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan berbicara
dalam kehidupan sehari-hari merupakan komunikasi dua arah atau lebih yang
sering dilakukan setiap orang, untuk itu pembicaraan yang ingin diungkapkan
pasti mempunyai tujuannya. Tujuan yang dimaksud adalah mengungkapkan
perasaan yang ingin diungkapkan, yang sejalan dengan akal, pikiran, dan
perasaan, oleh karena itu berbicara merupakan landasan pokok untuk menjalin
suatu komunikasi.
Abidin (2012, hlm. 129) mengatakan “Tujuan berbicara merupakan hal yang sangat
penting untuk ditentukan sebelum seorang pembicara memaparkan gagasannya.
Tujuan berbicara yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Informatif
Tujuan informatif merupakan tujuan berbicara yang dipilih pembicar ketika ia
bermaksud menyampaikan gagasan untuk membangun pengetahuan pendengar.
Tujuan berbicara jenis ini merupakan tujuan yang paling dominan dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari, seperti menerangkan sesuatu, menjelaskan proses, konsep,
dan data, mendeskripsikan benda, dan berbagai kegiatan informasi lainnya.
2) Rekreatif
Tujuan rekreatif merupakan tujuan berbicara untuk memberikan kesan
menyenangkan bagi diri pembicara dan pendengar. Jenis tujuan ini adalah untuk
menghibur pendengar sehingga pendengar menjadi merasa terhibur oleh adanya
pembicara. Pembicaraan semacam ini biasanya berbentu lawakan, guyonan, dan
candaan.
a) Persuasif
Tujuan persuasif merupakan tujuan pembicaraan yang menekankan daya bujuk
sebagai kekuatannya. Hal ini berarti tujuan pembicaraan ini lebih menekankan pada
usaha memengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan
pembicara melalui penggunaan bahasa yang halus dan penuh daya pikat. Tujuan
berbicara ini banyak digunakan oleh seseorang dalam kegiatan kampanye,
propaganda, penjualan, dan lain-lain.
b) Argumentatif
Tujuan argumentatif merupakan tujuan berbicara untuk meyakinkan pendengar atas
gagasan yang disampaikan oleh pembicara. Ciri khas tujuan ini adalah penggunaan
alasan-alasan rasional di dalam bahan pembicaraan yang digunakan pembicara.
Berbicara jenis ini banyak digunakan dalam kegiatan diskusi ilmiah, keilmuan, dan
debat politik.
1) Penyesuaian Diri
Ketakutan umumnya adalah tanda dari ketidak biasaan melakukan sesuatu.
Saat anda mulai terbiasa, ketakutan itu umumnya akan berangsur-angsur
berkurang;
2) Pernapasan
Kedelapan ciri (keringat dingin, pucat, gemetar, bingung, kebelet kencing,
takut, gugup, dan sesak napas) yang menjadi tanda-tanda ketakutan seseorang
saat akan tampil awalnya disebabkan oleh kurangnya oksigen. Secara logika,
saat seseorang merasa takut, napas yang ditarik menjadi pendek;
3) Perubahan Bahasa Tubuh
Perbedaan lain antara orang yang takut dan orang yang berani terlihat jelas
dari bahasa tubuhnya. Dengan mengubah bahasa tubuh kita bisa mengubah
emosi dan kondisi pikiran. Ingat, tubuh dan pikiran itu satu paket;
4) Pemanasan
Pemanasan yang anda lakukan adalah membicarakan topik yang akan anda
bicarakan dengan orang yang anda kenal; dan
5) Penjangkaran atau Anchor
Lagu, aroma parfum, dan foto adalah jangkar yang menghubungkan anda
dengan emosi serta memori masa lalu. Jika jangkar itu dipicu, otomatis
memori itu mencul lagi. Teknik itu pertama kali dicetuskan oleh Ivan Pavlov.
3. Teks Biografi
a. Pengertian Teks Biografi
Biografi merupakan bagian dari karangan narasi eksositoris, yaitu narasi
yang hanya bertujuan untuk member informasi kepada pembaca agar
pengetahuannya bertambah luas. Biografi memberikan informasi mengenai
riwayat hidup seseorang kepada pembaca. Biografi berasal dari Yunani, yaitu bios
yang berarti hidup dan graphien yang berarti tulisan. Jadi, biografi adalah tulisan
tentang kehidupan seseorang atau riwayat hidupnya.
Nurgiyantoro (2010, hlm. 29) mengatakan, “Biografi adalah buku yang
berisi riwayat hidup seseorang, tentu saja tidak semua aspek kehidupan dan
peristiwa dikisahkan, melainkan dibatasi pada hal-hal tertentu yang dipandang
perlu dan menarik untuk diketahui orang lain, pada hal-hal tertentu yang
mempunyai nilai jual”. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan
biografi merupakan alat bacaan yang berisikan tentang riwayat hidup seseorang
yang terkenal maupun tidak terkenal, tetapi tidak semua aspek yang di
kisahkannya, tetapi hal-hal yang dipandang menarik saja.
Teks biografi merupakan riwayat hidup seseorang atau tokoh yang di tulis
oleh orang lain. Biografi memuat identitas dan peristiwa yang di alami seseorang,
termasuk kaya dan penghargaan yang di terimanya dan permasalahan yang
dihadapinya (Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, 2014, hlm. 37).
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat di simpulkan teks biografi merupakan teks
yang ditulis oleh orang lain, berupa barang-barang yang di milikinya serta
kejadian yang di alaminya.
Isnatun dan Farida (2013, hlm. 85), “Biografi merupakan kisah kehidupan
seseorang yang bersumber pada kisah nyata (nonfiksi) yang lebih kompleks dari
pada sekedar data tanggal lahir atau tanggal kematian dan data pekerjaan
seseorang”.Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan sebuah biografi
tidak semata-mata bisa disebut fiksi, karena di dalam biografi berumber dari kisah
nyata seorang penulis, jadi biografi bisa disebut nonfiksi.
Berdasarkan pemaparan ketiga ahli tersebut, terdapat beberapa perbedaan
yaitu menurut Nurgiyantoro Biografi merupakan mengisahkan riwayat hidup
manusia tetapi tidak semua aspek dinilai melainkan ada pembatasnya. Menurut Isnatun dan
Farida Biografi merupakan kisah kehidupan seseorang berdasarkan kisah nyata yang lebih
terperinci. Sedangkan persamaan dari ketiga ahli teks biografi merupakan sebuah karya tulis
yang mengisahkan kehidupan kisah nyata (nonfiksi) seseorang baik peristiwa maupun
pekerjaan.
Berdasarkan pemaparan ketiga ahli tersebut, dapat disimpulkan Teks
biografi adalah suatu teks yang berisikan tentang cerita suatu tokoh dalam
mengarungi kehidupanya, baik berupa, kelebihannya yang ditulis oleh seseorang
agar tokoh tersebut bisa di teladani orang banyak. Teks Biografi merupakan kisah
kehidupan seseorang yang bersumber pada kisah nyata (nonfiksi). Jadi biografi
juga dapat di artikan sebagai sebuah kisah riwayat hidup.
Media gambar adalah media yang paling umum dipakai, yang merupakan bahasan umum
yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana saja. Gambar merupakan “tiruan barang (orang,
binatang, tumbuhan, dsb) yang dibuat dengan coretan pensil dsb pada kertas dsb; lukisan”,
sedang berseri adalah “bersambungan; bernomor urut.
Gambar berseri merupakan “sejumlah gambar yang menggambarkan suasana yang sedang
diceritakan dan menunjukkan adanya kesinambungan antara gambar yang satu dengan
gambar yang lainnya”.
Sesuai penjelasan di atas, dapat disimpulkan pengertian media gambar berseri adalah
media pembelajaran yang digunakan oleh guru yang berupa gambar datar yang mengandung
cerita, dengan urutan tertentu sehingga antara gambar satu dengan gambar lain memiliki
hubungan cerita dan membentuk sesuatu kesatuan.
b. Manfaat Media Gambar Berseri
Dengan penggunaan media gambar diharapkan peserta didik dapat tertarik dengan
pelajaran yang disampaikan guru di kelas, dengan harapan peserta didik mampu
memahami materi pelajaran yang disampaikan guru di depan kelas.
Media gambar berseri merupakan golongan atau jenis media gambar visual yang berupa
gambar datar. Kelebihan media gambar berseri, antara lain:
a) Gambar mudah diperoleh pada buku, majalah, koran, album foto, dan sebagainya;
b) Dapat menerjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebihnyata;
c) Gambar mudah dipakai karena tidak membutuhkan peralatan.
d) Gambar relatif murah
e) Gambar dapat digunakan dalam banyak hal dan berbagai disiplin ilmu.
Sedang untuk kelemahan penggunaan media gambar berseri yaitu:
a) Karena berdimensi dua, gambar sulit melukiskan bentuk sebenarnya (berdimensi tiga);
b) Gambar tidak dapat memperlihatkan gerak seperti halnya gambar hidup;
c) Siswa tidak selalu dapat menginterprestasikan isi gambar.
Untuk tercapainya tujuan pengajaran tidak mesti dilihat dari kemahalan suatu media,
yang sederhana juga bisa mencapainya, asalkan guru pandai menggunakannya. Maka guru
yang pandai menggunakan media adalah guru yang bisa memanipulasi media sebagai sumber
belajar dan sebagai penyalur informasi dari bahan yang disampaikan kepada anak didik ke
dalam proses belajar mengajar, sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi
guru siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya. Oleh sebab itu fungsi utama dari
media gambar berseri adalah sebagai alat bantu mengajar yang dipergunakan guru.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi media gambar berseri adalah
sebagai sumber penyalur informasi yang disampaikan kepada orang lain untuk mencapai suatu
tujuan. Fungsi media gambar dalam proses pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar
yang dipergunakan guru sebagai penyalur informasi kepada anak didik ke dalam proses belajar
mengajar.
Penelitian dengan menggunakan strategi Think Talk Write pada materi menceritakan
kembali teks biografi pernah dilakukan Pipit Dewi Puspitasari, Sarwiji Suwandi, Raheni Suhita
(2018) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write dalam Pembelajaran
Menceritakan Kembali Isi Teks Biografi dengan Media Cetak”. Dari penelitian menunjukkan
bahwa pembelajaran menceritakan kembali teks biografi menggunakan model pembelajaran
Think Talk Write pada kelompok eksperimen lebih efektif daripada pembelajaran
menceritakan kembali teks biografi tanpa menggunakan model pembelajaran Think Talk
Write.
C. Kerangka Pikir
Pembelajaran menceritakan kembali isi teks biografi merupakan salah satu wujud
apresiasi teks nonsastra. Salah satu bentuk teks nonsastra itu yaitu teks biografi. Teks biografi
adalah teks yang berisi riwayat hidup seseorang.
Pada penceritaan kembali isi teks biografi banyak peserta didik yang mengalami
kesulitan utuk mewujudkan penceritaan dengan peristiwa yang runtut. Hal ini terjadi karena
teks biografi pada umumnya berbentuk narasi nongambar. Menghadapi permasalahan yang
demikian, maka perlu suatu strategi pembelajaran yang inovatif dan kreatif untuk
memudahkan peserta didik dalam proses penceritaan kembali isi teks biografi. Model
pembelajaran Think Talk Write dengan media gambar berseri adalah salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran ini.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoritis, kajian hasil penelitian, dan kerangka pikir di atas, hipotesis
tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah jika model pembelajaran Think Talk
Write dengan media gambar berseri digunakan dalam pembelajaran menceritakan kembali isi
teks biografi diharapkan dapat meningkatkan minat, motivasi dan kemampuan menceritakan
kembali isi teks biografi pada peserta didik kelas X MA Al Mukmin Ngruki.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action
Research (CAR). Penelitian ini merupakan bentuk penelitian yang tidak dapat dilakukan
sendiri, namun harus berkolaborasi dengan guru sebagai mitra peneliti. Menurut Arikunto dkk
(2008: 3) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan
peserta didik.
Desain penelitian ini menggunakan model Spiral Kemmis dan Taggart. Penelitian ini
meliputi empat komponen penting yang selalu ada pada setiap siklus, dan menjadi ciri khas
penelitian tindakan, yaitu plan, act, observe, dan reflect atau disingkat PAOR. Adapun
gambaran pelaksanaan model tersebut dapat dilihat dari gambar berikut.
Arikunto dkk (2008: 17-18) menyatakan tahapan-tahapan yang terdapat dalam penelitian
tindakan kelas meliputi :
(1) Menyusun rancangan tindakan (planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa,
dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam peneltiian tindakan kelas, yang idel yakni
dengan dilakukan secra berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dengan pihak yang
mengamati proses jalannya tindakan. Istilah yang sesuai dengan dengan cara ini adalah
penelitian kolaborasi.
(2) Pelaksanaan tindakan (Acting)
Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi
atau penerapan isi rancangan, yaitu mengani tindakan kelas. Hal yang perlu diingat adalah
bahwa dalam tahap ini pihak yang melakukan tindakan harus ingat dan berusaha menaati apa
yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar dan tidak dibuat-
buat. Bentuk dan isi laporan harus sudah lengkap menggambarkan semua kegiatan yang
dilakukan, mulai dari persiapan sampai penyelesaian.
(3) Pengamatan (Observing)
Tahap ketiga, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebenarnya,
pengamatan dilakukan bersamaan dengan saat tindakan itu dilakukan sehingga kurang tepat
apabila pengamatan dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan. Dalam pengamatan ini, pihak
peneliti mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar data yang diperoleh akurat untuk
perbaikan pada siklus berikutnya.
(4) Refleksi (Reflekting)
Tahap keempat merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul kemudian dilakukan evaluasi guna
menyempurnakan tindakan berikutnya.
Refleksi dalam penelitian tindakan kelas mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap
hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah pada proses refleksi
maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan :
perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang sehingga permasalahan yang ada
dapat teratasi (Hopkins via Arikunto, 2008: 80)
B. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MA Al Mukmin Ngruki. Sekolah ini terletak di Jalan
Semenromo Ngruki Desa Cemani Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
MA Al Mukmin terdiri dari 24 kelas dengan jumlah keseluruhan peserta didik sebanyak 585
peserta didik
Berdasarkan kesepakatan antara peneliti dengan kolaborator, penelitian ini akan
dilaksanakan pada pembelajaran semester genap tahun ajaran 2018/2019. Penelitian tindakan
ini akan dilaksanakan pada bulan Januari dan Feburari 2019. Penentuan waktu penelitian
mengacu pada kalender akademik sekolah sehingga tidak mengganggu aktivitas pembelajaran.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari 4
komponen yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi (Arikunto, 75-80). Dalam
penelitian ini, setiap siklus terdiri atas dua pertemuan. Menurut Kirk dan Miller (Via
Sudaryanto, 2003: 26) prosedur penelitian kualitatif meliputi invensi/mereka-reka, temuan,
penafsiran dan eksplanasi. Menurut Bogdan (via Sudaryanto, 2003: 26-27) prosedur penelitian
meliputi tahap pralapangan, tahap kegiatan lapangan, tahap analisis data dan tahap menyusun
laporan.
Dari beberapa pendapat dari para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa semuanya
mempunyai inti yang sama yakni dalam satu siklus mengandung empat macam
komponen/kegiatan yang berupa perencanaan, tinndakan, observasi, dan refleksi. Rincian dari
keempat tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Perencanaan
1) Peneliti bersama kolaborator menyamakan persepsi dan berdiskusi untuk mengidentifikasi dan
menganalisa masalah yang muncul berkaitan dengan pembelajaran menceritakan kembali isi
teks biografi. Masalah yang ada harus berada dalam jangkauan kemampuan peneliti.
2) Merumuskan masalah secara jelas. Peneliti dan kolaborator merancang pelaksanaan
pemecahan masalah dalam pembelajaran menceritakan kembali isi teks biografi dengan
menggunakan PTK agar kemampuan menceritakan kembali isi teks biografi peserta didik
meningkat.
3) Menyiapkan tes pratindakan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dalam
menceritakan kembali isi teks biografi.
4) Menyiapkan secara rinci rancangan pelaksanaan tindakan kelas.
5) Menyiapkan instrumen penelitian yang berupa angket, catatan lapangan, pedoman
pengamatan, lembar penilaian menceritakan kembali isi teks biografi, dan foto
6) Melakukan pengumpulan data awal
7) Melakukan analisis kemampuan menceritakan kembali isi teks biografi
8) Menyiapkan perangkat pembelajaran.
9) Menyiapkan jadwal penelitian tindakan
b. Tindakan
Tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Think Talk Write
dengan media gambar berseri sebagai upaya meningkatkan kemampuan menceritakan kembali
isi teks biografi peserta didik. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua
siklus. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Sebelum dilaksanakan tindakan, terlebih
dahulu dilakukan tes awal/tes pratindakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik
sebelum diberi perlakuan. Soal tes awal adalah peserta didik peserta didik diberi tugas
menceritakan kembali isi teks biografi tanpa menggunakan media atau model pembelajaran
yang digunakan oleh guru. Pelaksanaan tindakan penelitian ini berlangsung di dalam kelas
sesuai dengan jadwal. Kegiatan pada siklus I ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
1) Peserta didik bersama guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab terkait unsur-unsur
teks biografi yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya.
2) Peserta didik membentuk kelompok-kelompok belajar yang setiap kelompok terdiri dari 4-5
orang.
3) Peserta didik menyimak penyampaian tujuan pembelajaran menceritakan kembali isi teks
biografi
4) Peserta didik menyimak penyampaian tujuan model pembelajaran Think Talk Write dalam
pembelajaran menceritakan kembali isi teks biografi
5) Tahap berpikir (think)
Peserta didik mencermati elemen-elemen penting teks biografi dalam media gambar berseri
dalam lembar kerja peserta didik yang dibagikan guru.
6) Tahap berbicara (talk)
Guru membagi peserta didik kedalam kelompok yang setiap kelompok terdiri atas 4
peserta didik. Kemudian, dalam kelompok setiap siswa diminta mendiskusikan apa
yang diperoleh dari tahap berpikir (think). Pada tahap ini peserta didik membagi ide
bersama teman-temannya. Masing-masing anggota kelompok membacakan
hasil dari tahap berpikir. Apabila hasilnya ada yang berbeda antarpeserta didik, salah
satu peserta didik mencatat untuk selanjutnya dibahas. Selanjutnya mereka
memberikan tafsiran mengenai hasil diskusi.
7) Tahap menulis (write)
Dalam tahap menulis, peserta didik membuat rangkuman mengenai hasil dari tahap
berpikir dan berbicara. Kemudian, peserta didik diberikan waktu untuk menuliskan
ide-ide menjadi kerangka pembicaraan.
8) Hasil tulisan siswa dipresentasikan di depan kelas, selanjutnya guru melakukan evaluasi
8) Peserta didik mengomentari dan mengoreksi hasil tulisan milik peserta didik lain.
9) Peserta didik merevisi hasil tulisan dan mengumpulkannya kepada guru.
c. Observasi
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang
diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini
dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun termasuk juga
pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta
dampaknya terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. Data yang dikumpulkan dapat
berupa data kuantitatif (hasil tes) atau data kualitatif yang menggambarkan keaktifan peserta
didik, antusias peserta didik terhadap pembelajaran menulis naskah drama dengan strategi
episodic mapping, dan lain-lain.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti dan guru mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan berdasar data yang telah terkumpul kemudian dilakukan evaluasi guna
menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi mencakup analisis, sintesis, dan penilaian
terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan. Kegiatan refleksi dalam
penelitian ini antara lain:
1) Penggunaan model pembelajaran Think Talk Write dengan media gambar berseri dapat
meningkatkan kemampuan menulis peserta didik.
2) Masalah yang ditimbulkan peserta didik atau penerapan model pembelajaran Think Talk Write
dengan media gambar berseri.
3) Tindakan lanjut untuk rencana selanjutnya.
Kegiatan refleksi ini digunakan untuk mengevaluasi hasil tindakan, jika terdapat
masalah dari proses refleksi maka akan dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus
berikutnya. Pengkajian ulang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan
pengamatan ulang sehingga permasalahan yang ada dapat teratasi (Hopkins via Arikunto,
2008: 80)
1. Angket/Kuesioner
Pembuatan angket dilakukan penelti untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terkait
pembelajaran menceritakan kembali isi teks biografi. Angket terdiri dari dua jenis, yaitu angket
pratindakan dan angket pascatindakan. Angket pratindakan diberikan untuk mengetahui kondisi
pengetahuan dan minat peserta didik dalam pembelajaran teks biografi sebelum adanya tindakan.
Angket pascatindakan diberikan sebagai data untuk mengetahui bagaimana peningkatan
kemampuan peserta didik dalam menceritakan kembali menggunakan strategi model pembelajaran
Think Talk Write dengan media gambar berseri dan minat peserta didik dalam menceritakan
kembali isi teks biografi.
Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian yang dilakukan oleh
peneliti atau pengamat dengan melihat situasi peneltitian (Kusumah dan Dedi Dwigatama, 2011:
66). Observasi atau pengamatan kelas dilakukan untuk memperoleh data terkait perilaku peserta
didik dan guru dalam pembelajaran menceritakan kembali isi teks biografi. Observasi kelas
didikung oleh pengambilan foto (dokumentasi), dan penggunaan catatan lapangan untuk mencatat
semua peristiwa dalam pembelajaran.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen secara garis besar dapat dibedakan ke dalam tes dan skala. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah unjuk kerja. Menurut Wardani (2012, hlm. 73),
Unjuk kerja adalah suatu penilaian atau pengukuran yang dilakukan melalui pengamatan
aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu yang berupa tingkah laku atau interaksinya
seperti berbicara, berpidato, membaca puisi, dan berdiskusi, kemampuan peserta didik
dalam memecahkan masalah kelompok, partisipasi peserta didik dalam diskusi,
keterampilan menari, keterampilan memainkan alat musik , dan lain-lain.
Berdasarkan hal tersebut, penulis memilih unjuk kerja untuk digunakan sebagai instrumen
penelitian. Unjuk kerja yang diberikan pada penelitian ini berisi cerita tentang B. J Habibie yang
bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik pada saat sebelum dan sesudah pembelajaran
menceritakan kembali isi teks biografi dengan model Think Talk Write menggunakan media
gambar berseri di kelas X MA Al Mukmin Ngruki.
a. Observasi
Observasi yaitu kegiatan mengamati secara langsung yang dilakukan secara sistematika
fenomenal yang diselidiki dengan cara mengamati objek yang diteliti.
Tabel 1. 1
Pedoman Penilaian Keterampilan Pembelajaran
Menceritakan Kembali Isi Teks Biografi
dengan Menggunakan Media Gambar
di Kelas X IPS 2 MA Al Mukmin Ngruki Tahun Pelajaran 2020/2021
Skor Skor
No. Aspek yang dinilai Bobot
1 2 3 4 Maksimal
Ketepatan menemukan orientasi
1. 2 8
dalam teks biografi.
Ketepatan menemukan peristiwa
2. 2 8
dalam teks biografi.
Ketepatan menemukan
3. 2 8
reorientasi dalam teks biografi.
Ketepatan menemukan kaidah
4 2 8
kebahasaan dalam teks biografi.
Kelantangan dalam menceritakan
5 2 8
kembali isi teks biografi
Jumlah skor 40
Tabel 1.2.
Kriteria Penilaian
1. Video (dokumentasi)
Dokumentasi merupakan pengambilan data menggunakan alat bantu. Dalam
penelitian ini, dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan proses yang dilakukan
dengan alat bantu kamera agar data yang diperoleh valid.
2. Tes
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan menceritakan kembali isi teks biografi
peserta didik sebelum implementasi tindakan dan sesudah tindakan. Tes tersebut
menggunakan pedoman penilaian berdasarkan model penilaian yang telah ditentukan.
Penerapan metode ini dalam pembelajaran menceritakan kembali isi teks biografi dengan
menggunakan model pembelajaran Think Talk Write dengan memberikan tugas kepada
peserta didik untuk menceritakan kembali isi teks biografi.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan peneliti adalah membandingkan isi catatan yang
dilakukan dengan kolaborator, kemudian data diolah dan disajikan secara deskriptif
kualitatif dan kuantitatif.
1. Teknik Analisis data Kualitatif
Teknik analisis data kualitatif dalam peneliitian ini menggunakan teknik deskriptif
kualitatif. Data-data yang dikumpulkan berupa angket, catatan lapangan, dan dokumntasi
tugas peserta didik. Langkah-langkah terkait hal itu adalah sebagai berikut: (a)
Perbandingan antara data, yaitu membandingkan data-data dari setiap informan yang
diperoleh, (b) Kategorisasi, mengelompokkan data-data dalam kategori tertentu, (c)
pembeuatan inferensi, memaknai data-data dan menarik kesimpulan.
2. Teknik Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh berdasarkan hasil tes awal (sebelum tindakan) dan tes akhir
(sesudah tindakan). Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini adalah penggunaan model
pembelajaran Think Talk Write dengan media gambar berseri dalam peningkatan pembelajaran
menceritakan kembali isi teks biografi. Data ini berupa skor kemampuan penulisan naskah drama.
Penilaian dalam penulisan naskah drama menggunakan skor tertinggi 10 dan skor terendah 5,
dengan aspek yang dinilai yaitu penemuan orientasi, penemuan peristiwa, penemuan reorientasi,
penemuan kaidah kebahasaan, dan kelantangan dalam menceritakan isi kembali teks biografi.