Anda di halaman 1dari 104

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri
kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara yang diwujudkan dalam berbagai kegiatan
pendidikan baik formal, informal, maupun nonformal. Hal ini sebagaimana
tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal I mengenai
tujuan pendidikan nasional.Kegiatan pendidikan jalur formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar mencakup empat
keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu keterampilan
menyimak/mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat
keterampilan berbahasa itu saling terkait satu sama lain yang dapat memberi
manfaat bagi siswa. Seandainya seorang siswa tidak memiliki keterampilan
berbahasa yang memadai, maka siswa tersebut akan mengalami hambatan dalam
menerima pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta
kebudayaan tidak akan dapat disampaikan dengan sempurna dan diwariskan
kepada generasi muda apabila manusia tidak memiliki keterampilan menulis.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting dalam
kehidupan masyarakat.Melalui menulis siswa dapat mengungkapkan atau
mengekspresikan ide, gagasan, pendapat, pemikiran, perasaan, daya imajinasi, dan
kreativitas siswa.Selain itu, juga dapat menumbuhkan keberanian, mendorong
kemauan, kemampuan mengumpulkan informasi. Pembelajaran menulis di kelas
V bertujuan antara lain untuk memahami isi cerita dan melengkapi cerita,
menyusun pokok-pokok pikiran menjadi sebuah paragraf, menulis karangan

1
2

berdasarkan pengalaman, menulis puisi dan memparafrasekan puisi,


menulispidato, surat pribadi dan resmi, membuat percakapan. Teknik
pembelajaran menulis dapat dilakukan di dalam dan di luar kelas yang diupayakan
dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam menulis.
1. Identifikasi Masalah
Namun kenyataan di lapangan selama ini banyak pembelajaran menulis
yang terjadi di dalam kelas V SD Negeri Tunon 2 secara konvensional.
Berdasarkan rata-rata nilai ulangan harian yang diperoleh siswa kelas V SD
Negeri Tunon 2 pada materi menulis karangan berdasarkan pengalaman
dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan hanya 65 dan hanya
76,08% siswa yang memperoleh Kriteria Ketuntasan Minimal 68 (KKM).
Berdasarkan refleksi yang dilakukan, teridentifikasi masalah bahwa (1) siswa
kelas V kurang dapat menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan
memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan; dan (2) siswa kurang dapat
mengembangkan pokok- pokok pikiran menjadi paragraf dalam sebuah
karangan.
2. Analisis Masalah
Dari hasil identifikasi masalah tersebut, maka analisis masalah diperoleh
kemungkinan penyebab permasalahan adalah:
1. Saat memberikan materi, guru hanya menggunakan metode ceramah.
2. Guru menggunakan media gambar beberapa objek wisata, foto- foto
kegiatan siswa di sekolah, dan pemutaran CD wisata ke Yogyakarta, tetapi
ada sebagian besar siswa yang belum pernah berwisata atau mengunjungi
tempat tersebut.
3. Guru tidak memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk
mengunjungi tempat atau berkeliling sekitar lingkungan sekolah.
Hal ini menimbulkan rasa jenuh dan monoton selama proses
pembelajaran menulis. Daya pikir imajinasi dan kreativitas siswa untuk
menggali ide dan gagasan dalam bentuk tulisan masih rendah.Padahal guru
telah memberikan contoh lisan dan tertulis baik dalam bentuk gambar, foto,
pemutaran CD berkunjung ke tempat rekreasi.Ide menulis sebuah karangan
3

dapat berasal dari pengalaman langsung siswa dengan mengunjungi tempat


wisata atau sekedar berkeliling lingkungan sekitar sekolah. Dengan demikian
siswa akanmemperoleh pengalaman langsung dalam memahami materi yang
diaplikasikan dari lingkungan alam sekitarnya. Pada penelitian ini, objek
pembelajaran field tripadalah lingkungan sekitar. Djamarah (2010: 93)
menegaskan bahwa, pada saat belajar mengajar peserta didik perlu diajak ke
luar sekolah untuk meninjau tempatatau objek yang lain. Hal ini bukan sekedar
rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat
kenyataannya.
Melalui penggunaan metode field trip dalam pembelajaran menulis,
diharapkan siswa dapat terlibat secara aktif mengikuti proses pembelajaran,
sehingga siswa dapat menggali ide dan gagasan yang akan dituangkan dalam
sebuah karangan. Siswa menulis sebuah karangan berdasarkan pengalaman
yang pernah dialami dan dirasakan siswa secara langsung. Selain aktivitas
menulis meningkat, siswa juga akan mampu menghargai ide, kreasi, dan
pendapat orang lain, serta mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dengan demikian aspek kognitif, afektif, psikomotorik siswa semakin terlatih
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada pencapaian kompetensi
menulis di kelas V.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti akan mengadakan
penelitian tindakan kelas dengan judul” Peningkatan Pembelajaran Materi
Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman dengan Memperhatikan Pilihan
Kata dan Penggunaan Ejaan melalui Metode Field Trip pada Siswa Kelas V SD
Negeri Tunon 2 Kota Tegal”.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan masalah
Dari beberapa masalah yang ada, guru mengadakan refleksi tentang
kegiatan pembelajaran yang sudah terlaksana, dari hasil refleksi tersebut
permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan cara penggunaan metode
field trip sesuai kondisi siswa sehingga memberikan pengalaman baru bagi
siswa dalam proses pembelajaran.
4

B. Rumusan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka
perumusan masalah yang diajukan dalam proposal ini adalah: “Bagaimana
upaya meningkatkan siswa kelas V SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal pada
materi Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman?”
2. Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka alternatif pemecahan masalah
atau tindakan perbaikan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Bahasa Indonesia pada kompetensi
dasar menulis siswa kelas V di SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal pada materi
Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman dengan menerapkan metode
field trip.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakannya penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian yaitu untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia materi Menulis Karangan
Berdasarkan Pengalaman di SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini antara lain:
1) Meningkatnya aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri Tunon 2 Kota
Tegal dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi Menulis Karangan
Berdasarkan Pengalaman dengan menerapkan metode field trip.
2) Meningkatnya hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi Menulis Karangan
Berdasarkan Pengalaman dengan Memperhatikan Pilihan Kata dan
Penggunaan Ejaan dengan menerapkan metode field trip.
5

3) Meningkatnya performansi guru kelas V SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal


dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi Menulis Karangan
Berdasarkan Pengalaman dengan menerapkan metode field trip.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswa, guru, dan
sekolah. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Bagi Siswa
1) Meningkatnya minat dan perhatian siswa terhadap pembelajaran Bahasa
Indonesia, khususnya materi Menulis Karangan Berdasarkan
Pengalaman.
2) Mempermudah siswa dalam memahami materi Menulis Karangan
Berdasarkan Pengalaman dengan Memperhatikan Pilihan Kata dan
Penggunaan Ejaan.
3) Melatih kemampuan siswa dalam bekerja sama dengan teman sekelas.
4) Meningkatnya aktivitas belajar siswa pada materi Menulis Karangan
Berdasarkan Pengalaman.
5) Meningkatnya hasil belajar siswa pada materi Menulis Karangan
Berdasarkan Pengalaman.
b. Bagi Guru
1) Perolehan pengalaman dalam membuat variasi pembelajaran.
2) Meningkatnya ketrampilan guru dalam mengelola pembelajaran yang
aktif dan menyenangkan di luar ruang kelas.
3) Meningkatnya performansi guru pada materi Menulis Karangan
Berdasarkan Pengalaman.
4) Hasil Penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam
memutuskan untuk menerapkan metode field trip dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia.
c. Bagi Sekolah
6

1) Memberikan kontribusi kepada sekolah dalam rangka perbaikan proses


pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa serta performansi guru.

2) Meningkatnya prestasi dan kualitas pembelajaran di sekolah.

d. Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini, peneliti dapat menambah wawasan mengenai


penerapan metode field trip dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi
Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman.Selain itu, peneliti dapat
mengetahui tingkat keberhasilan penerapan metode ini di SD.
7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
1) Belajar
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian belajar.
Pengertian belajar menurut Slameto (2010: 2) adalah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya. Menurut Slavin dalam Rifa’I dan Anni
(2009: 82 ), belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh
pengalaman. Gagne berpendapat bahwa belajar adalah perubahan disposisi
atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan
disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan
seseorang secara alamiah (Supriyono 2011: 3).
Sedangkan menurut Sunaryo dalam Komalasari (2011: 2)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu kegiatan di mana seseorang
membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada
dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pendapat lain dari
Harold Spears dalam Supriyono (2011: 2 ) menyatakan “ learning is to be
observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow
direction.” (belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba
sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu).
Ada tiga unsur utama belajar berpegang dari pendapat berbagai
pihak, antara lain:
(a) Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.
Perilaku sebelum belajar jika telah mengalami aktivitas belajar maka
akan menemui perubahan dari yang sebelumnya. Nampaknya
perubahan ini mengindikasikan bahwa seseorang telah melakukan
belajar.

7
8

(b) Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses


pengalaman. Perubahan perilaku karena pertumbuhan dan
kematangan fisik, seperti tinggi dan berat badan, dan kekuatan fisik,
tidak disebut sebagai hasil belajar.
(c) Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.
Lamanya perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang sukar
untuk diukur. Biasanya perubahan perilaku dapat berlangsung
selama satu hari, satu minggu, satu bulan, atau bahkan bertahun-
tahun (Rifa’I dan Anni 2009: 82-83).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh
aspek tingkah laku.
2) Pembelajaran
Menurut Gagne, dkk dalam Rusmono (2012:6) pembelajaran adalah
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses
belajar pada siswa. Miarso dalam Rusmono (2012: 6) mengemukakan bahwa
pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali
agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri
orang lain. Briggs dalam Rifa’I dan Anni (2009:191) menyatakan bahwa
pembelajaran adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi si
pembelajar sedemikian rupa, sehingga si pembelajar itu memperoleh
kemudahan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut
Halminton dan Elizabeth dalam Iru dan Arihi (2012:3) mendefinisikan
pembelajaran sebagai “learning is relatively permanent change in an
individuals knowledge or behavior that results from previouns experience”
(bahwa pembelajaran merupakan perubahan dalam pengetahuan atau
perilaku, perubahan yang ditimbulkan oleh pembelajaran relatif permanen,
dan pembelajaran timbul dari pengalaman sebelumnya).
9

Menurut Komalasari (2011:3), pembelajaran dapat didefinisikan sebagai


suatu sistem atau proses membelajarkan subyek didik/pembelajar yang
direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis
agar subyek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran
secara efektif dan efisien. Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem,
pembelajaran terdiri atas sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain
tujuan pembelajaran, materi, strategi dan metode pembelajaran, media
pembelajaran/ alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi dan tindak lanjut
pembelajaran (remedial dan pengayaan). Sedangkan pembelajaran dipandang
sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan serangkaian upaya atau
kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar.
Dari beberapa pengertian pembelajaran di atas, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja
oleh guru untuk menyampaikan ilmu pengetahuan yang bertujuan agar siswa
memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dengan sumber dan lingkungan
belajarnya.

b. Aktivitas Belajar Siswa


Menurut Juliantara (2010) aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas
siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis.
Dierich dalam Hamalik (2009: 172-173) membagi kegiatan (aktivitas belajar)
dalam 8 kelompok, yaitu:
1) Kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi,
pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral)
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian,
mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
wawancara, diskusi, dan interupsi.
3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan
10

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi


kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
4) Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat
rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
5) Kegiatan-kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
6) Kegiatan-kegiatan metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran,
membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.
7) Kegiatan-kegiatan mental
Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat
hubungan, dan membuat keputusan.
8) Kegiatan-kegiatan emosional
Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.
Manfaat aktivitas dalam pembelajaran menurut Hamalik (2009: 175-176)
adalah sebagai berikut:
(1) Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
(2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.
(3) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada
gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.
(4) Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri,
sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual.
(5) Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis,
kekeluargaan, musyawarah, dan mufakat.
(6) Membina dan memupuk kerjasama antar sekolah dan masyarakat, dan
hubungan antar guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam
pendidikan siswa.
(7) Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkret,
sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta
menghindarkan terjadinya verbalistis.
11

(8) Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam


kehidupan di masyarakat.
Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam usahanya
memperoleh kepandaian atau ilmu yang menunjang keberhasilan belajar suatu
hal itu sendiri.
Aktivitas belajar siswa yang diamati dalam penelitian ini merupakan
aktivitas siswa mulai dari awal kegiatan pembelajaran sampai akhir kegitan
pembelajaran. Aktivitas belajar yang dimaksud yaitu 1) kehadiran siswa dalam
pembelajaran; 2) sikap siswa dalam memberikan/menjawab salam sebelum
pembelajaran dimulai; 3) mempersiapkan alat pembelajaran (alat tulis, buku
paket, lembar kerja siswa) sebelum pembelajaran dimulai; 4) sikap siswa
ketika menyimak penjelasan guru; 5) frekuensi siswa dalam menjawab
pertanyaan dari guru; 6) keaktifan siswa bertanya; 7) frekuensi dalam
bertanya; 8) keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru; 9)
keaktifan siswa dalam field trip; 10) keaktifan siswa dalam kerja kelompok;
11) sikap siswa ketika mengerjakan tugas;12) aktivitas siswa ketika
pembelajaran berlangsung;13) kemampuan siswa menyimpulkan materi
pembelajaran; 14) siswa memberi/menjawab salam setelah pembelajaran
selesai.

c. Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah
kemampuankemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Reigeluth dalam Rusmono (2012: 7) hasil belajar adalah semua
akibat yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan
suatu metode di bawah kondisi yang berbeda.Snelbeker dalam Rusmono (2012:
8) mengatakan bahwa perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa
setelah melakukan perbuatan belajar adalah merupakan hasil belajar, karena
belajar pada dasarnya adalah bagaimana perilaku seseorang berubah sebagai
akibat pengalaman.Sedangkan Rifa’I dan Anni (2009: 85) menyatakan bahwa
12

hasil belajar merupakan perubahan perilaku pembelajar setelah mengalami


kegiatan belajar.
Menurut Benyamin S. Bloom dalam Rifa’I dan Anni (2009: 86), hasil
belajar peserta didik mencakup tiga ranah belajar yaitu:
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan,
dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif sendiri mencakup kategori:
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehensif), penerapan
(application), analisis (analysis), sintetis (synthesis), dan penilaian
(evaluation).
2) Ranah Afektif
Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Ranah
afektif dalam belajar mencakup kategori: penerimaan (receiving),
penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian
(organization), dan pembentukan pola hidup (organization by a value
(complex).
3) Ranah Psikomotorik
Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan
fisik seperti keterampilan motoric dan syaraf, manipulasi obyek, dan
koordinasi syaraf. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik yaitu:
persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided respons),
gerakan terbiasa (mechanism), gerakan kompleks (complex overt respons),
penyesuaian (adaption), dan kreativitas (originality).
Dari uraian di atas, dapat diambil simpulan bahwa hasil belajar
merupakan perubahan perilaku yang diperoleh seseorang dari proses belajar.
Hasil belajar yang diperoleh akan dipengaruhi oleh aktivitas belajarnya.
Selain itu, hasil belajar siswa juga akan dipengaruhi oleh perfomansi guru
dalam pembelajaran. Oleh karena itu, agar mendapatkan hasil belajar yang
baik maka guru harus menciptakan pembelajaran yang inovatif, tepat
sasaran, dan menitik beratkan pada kreativitas siswa.
13

d. Performansi Guru
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28 Ayat
3 dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 10 Ayat 1 dalam Sagala
(2011: 30), menyatakan kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran
pada jenjang pendidikan dasar danmenengah serta pendidikan anak usia dini
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial.
1) Kompetensi pedagogik, terdiri atas lima subkompetensi, yaitu memahami
siswa secara mendalam, merancang pembelajaran, termasuk memahami
landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran; melaksanakan
pembelajaran; merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran; dan
mengembangkan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya.
2) Kompetensi kepribadian, terdiri atas lima subkompetensi, yaitu
kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan
berakhlak mulia.
3) Kompetensi sosial, memiliki tiga subranah. Pertama, mampu
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa. Kedua, mampu
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesame pendidik dan
tenaga kependidikan. Ketiga, mampu berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan orang tua atau wali siswa dan masyarakat sekitar.
4) Kompetensi profesional, terdiri atas dua ranah subkompetensi. Pertama,
subkompetensi meguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang
studi; memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;
memahami srtuktur, konsep dan metode keilmuan yang koheren dengan
materi ajar. Kedua, subkompetensi menguasai struktur metode keilmuan,
menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi.
Sedangkan Conny R. Semiawan dalam Danim (2010: 59)
mengemukakan bahwa kompetensi guru memiliki tiga kriteria yang terdiri
atas:
14

1) Knowledge criteria, yaitu kemampuan intelektual yang dimiliki seorang


guru yang meliputi penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai
cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu,
pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan tentang
kemasyarakatan dan pengetahuan umum.
2) Performance criteria, yaitukemampuan guru yang berkaitan dengan
berbagai keterampilan dan perilaku, yang meliputi keterampilan
mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran,
bergaul dan berkomunikasi dengan siswa dan keterampilan menyusun
persiapan mengajar dan perencanaan mengajar.
3) Product criteria, yaitu kemampuan guru dalam mengukur kemampuan
dan kemajuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Performansi guru merupakan salah satu faktor penentu dalam
keberhasilan proses pembelajaran. Baik tidaknya performansi guru dapat
dilihat dari pelaksanaan atau pengelolaan proses pembelajaran. Performansi
guru dapat dikatakan baik, apabila guru mampu menguasai keterampilan
dasar dalam mengajar dengan baik. Oleh karena itu, performansi guru harus
dinilai melalui Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). APKG yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu APKG I (kemampuan merencanakan
pembelajaran), dan APKG II (kemampuan melaksanakan pembelajaran).
e. Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia sebagai bahan pengajaran secara garis besar terdiri
atas tiga komponen yaitu, kebahasaan, kemampuan berbahasa, dan
kesastraan.Kompetensi kebahasaan terdiri atas dua aspek yaitu, struktur
kebahasaan yang meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, semantik,
kewacanaan, dan kosakata. Kemampuan berbahasa terdiri atas empat aspek
yaitu, kemampuan menyimak/mendengarkan, membaca(kedua kemampuan
ini bersifat reseptif), berbicara, dan menulis (kedua kemampuan ini bersifat
produktif). Dalam praktiknya komunikasi yang nyata keempat keterampilan
tersebut tidak berdiri sendiri melainkan merupakan perpaduan dari
keempatnya.
15

Fungsi Bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa Negara yaitu bahasa


resmi kenegaraan, bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, alat
perhubungan pada tingkat nasional, alat pengembangan kebudayaan dan
iptek.Sedangkan sebagai bahasa Nasional fungsinya yaitu lambang
kebanggaan kebangsaan, lambang identitas nasional, alat perhubungan
antardaerah dan antar budaya.
Fokus pembelajaran bahasa adalah pembelajaran Bahasa Indonesia
yang ditekankan pada pengembangkan salah satu kompetensi dasar dan
keempat keterampilan berbahasa yang ada.Dengan demikian, dalam
langkah-langkah pembelajaran semua kegiatan belajar-mengajar bertumpu
atau berfokus pada salah satu keterampilan berbahasa yang telah ditetapkan.
Tujuan dan manfaat pembelajaran Bahasa Indonesia dengan berbagai fokus
adalah agar siswa dapat mengembangkan kompetensi apa yang ditekankan.
Apabila dilihat dari segi guru, pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
berbagai fokus ini bertujuan untuk memudahkan guru dalam membuat
perencanaan pembelajaran di kelas.
f. Hakikat Menulis
Menulis dapat dianggap sebagai proses ataupun suatu hasil. Menulis
merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah
tulisan.Sebenarnya, kegiatan menulis yang menghasilkan sebuah tulisan
sering manusia lakukan, misalnya mencatat pesan ataupun menulis memo
untuk teman atau membalas pesan singkat dari teman lewat
handphone.Akan tetapi, menulis yang dalam hal ini lebih luas
pengertiannyadaripada sekedar melakukan perbuatan seperti telah
disebutkan tadi.
Menghasilkan karya tulis, kemudian dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran atau diserahkan kepada seseorang sebagai bukti karya ilmiah.
Seorang penulis yang memahami dengan baik makna kata menulisakan
betul-betul peduli terhadap kejelasan apa yang ditulis, kekuatan tulisan itu
dalam mempengaruhi orang lain, keaslian pikiran yang hendak dituangkan
dalam tulisan, kepiawaian penulis dalam memilih atau mengolah kata-kata.
16

Seorang penulis yang paham benar akan konsekuensi sebuah tulisan pasti
akan mempertimbangkan respon yang akan diperolehnya jika tulisannya
dibaca orang lain. Pembaca tentu mengharapkan memperoleh sesuatu dari
yang dibacanya.
Dilihat prosesnya, menulis mulai dari sesuatu yang tidak tampak
sebab apa yang hendak kita tulis masih berbentuk pikiran, bersifat sangat
pribadi. Jika penulis adalah seorang siswa, guru hendaknyabelajar
merasakan kesulitan yang sering dihadapi ketika menulis. Guru yang
memahami kesulitan yang sering dihadapi siswanya ketika menulis akan
berpendapat bahwa menulis karangan itu tidak harus sekali jadi. Adakalanya
sebuah kalimat telah selesai ditulis, tetapi kelanjutannya sulit didapat.Jika
ini terjadi, maka sebagai guru dapat menyarankan agar siswa mengubah
arah atau tujuan tulisannya.
Menugasi siswa membuat karangan berdasarkan pengalaman disertai
petunjuk-petunjuk praktis cara menulisnya adalah contoh pembelajaran
menulis yang ditekankan pada hasilnya, bukan pada prosesnya.
Dilihat dari prosesnya, pembelajaran menulis menuntut kerja keras
guru untuk membuat pembelajarannya di kelas menjadi kegiatan yang
menyenangkan sehingga, siswa tidak merasa “dipaksa” untuk dapat
membuat sebuah karangan, tetapi sebaliknya, siswa merasa senang karena
diajak guru untuk mengarang atau menulis.
Beberapa kiat guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis
sebagai sebuah proses menurut Puji Santoso,dkk. (2012), yaitu:
a. Langsung menulis, teori belakangan
Menulis itu lebih baik dipahami sebagai keterampilan, bukan sebagai
ilmu.Sebagai keterampilan, menulis membutuhkan latihan demi latihan.
Sebagai ilmu komposisi, menulis mengajarkan ada sekian jenis paragraf
dengan contoh-contohnya, ada sekian macam deskripsi, sekian macam
narasi, sekian macam eksposisi dan masing- masing disertai dengan
contoh- contohnya, ada kalimat inti dan sebagainya, yang semuanya itu
tidak membuat siswa dapat menulis. Terlalu banyak aturan akan
17

membuat siswa ragu untuk menulis. Dengan demikian, menulis pun


dapat dimulai tanpa harus tahu tentang teori-teori menulis. Seseorang
yang ingin belajar menulis langsung saja terjun ke dalam kegiatan
menulis yang sebenarnya. Siswa dapat saja menulis hal-hal yang
sederhana tanpa harus mempedulikan apakah tulisannya memenuhi
persyaratan komposisi atau tidak. Tulisan yang dibuatnya harus selesai
semua. Siswa boleh menulis bagian mana saja yang disenanginya dan
melanjutkannya kapan saja dan di mana saja. Artinya penyelesaian
karangan itu tidak terbatas pada jam sekolah.
b. Mulai dari mana pun boleh
Tidak ada satu titik awal yang pasti dari mana pelajaran menulis
harus dimulai.Dalam mengajarkan menulis, guru dapat memulainya dari
bagian mana yang disukai. Guru dapat memulainya dengan mengajak
siswa menulis cerita, laporan, deskripsi, puisi atau apa saja. Perlu diingat,
kata kunci dalam pembelajaran menulis adalah mengajak siswa menulis,
bukan mengajarkan menulis.Dengan menggunakan kata kunci seperti itu,
siswa dapat guru bawa ke dalam situasi yang menyenangkan, yang dapat
membuat siswa menulis.Misalnya, guru menuliskan kata air di papan
tulis, lalu guru bertanya kepada siswa apakah siswa mempunyai
pengalaman yang menarik dengan air.Pasti jawabannya beragam. Guru
dapat mendaftar setiap ide tentang air itu di papan tulis. Sesudah itu,
guru bertanya lebih lanjut, apakah siswa dapat menceritakan pengalaman
siswa masing-masing kepada teman sebangkunya. Guru dapat meminta
siswa yang mendengarkan cerita teman sebangkunya itu mencatat apa
yang didengarnya. Setelah cerita selesai, si pencatat dapat menunjukkan
hasil catatannya.Itulah hasil kolaborasi antarteman sebangku.Boleh saja
cerita itu, kemudian dikembangkan lagi secara imajinatif atau dibiarkan
begitu saja.Yang pasti, pada saat guru sudah berhasil mengajak para
siswanya mengarang yang dimulai dari mana pun.Kesan yang tertanam
dalam diri siswa dari kiat yang telah digunakan guru dalam pembelajaran
mengarang seperti itu adalah mengarang itu mudah.
18

c. Belajar sambil bercanda


Ketika seseorang menulis, apa pun yang ditulisnya, ia mengerahkan seluruh
pengetahuan dan kelaziman kebahasaan yang dimilikinya, termasuk
kosakata, tata bahasa, dan sebagainya. Di samping juga hal-hal lain yang
berkaitan dengan materi tulisannya, bahkan kadang- kadang juga dengan
suasana hatinya pada saat penulisan serta banyak faktor lainnya. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa ketika memulai menulis, siswa mencurahkan
seluruh kepribadiannya ke dalam tulisannya. Dengan demikian, guru harus
bertindak sangat hati- hati ketika memulai pembelajaran menulis agar
kepribadian siswatidak tersinggung dan agar tidak membenci gurunya dan
pelajaran menulis.Untuk itu, guru harus mempunyai banyak tehnik yang
dapat membuat kelas menjadi cair, tidak tegang.Kelas harus dipenuhi
dengan candaan yang muncul dari guru ataupun siswa. Gurauan dan
candaan sangat membantu bagi munculnya ide yang segar dalam setiap
pelajaran menulis.
d. Pembelajaran menulis nonlinear
Tidak semua ilmu menulis perlu diajarkan.Penting bagi guru mengajarkan
sebanyak- banyaknya bahan, tetapi menanamkan kebiasaan dan kecintaan
menulis.Dengan demikian, kurikulum tidak perlu mendetail, tidak perlu ada
sasaran atau target, yang pasti, cukup dengan menyatakan kira- kira dalam
bentuk kisi- kisi tentang apa yang sebaiknya dikuasai siswa pada akhir
semester. Misalnya siswa mampu menulis sebuah kisah perjalanan,
menuliskan pengalaman yang tak terlupakan, menulis cara membuat
sesuatu, mendeskripsikan sesuatu, memberi akhir baru untuk sebuah cerita,
menyelesaikan cerita yang belum selesai, berpolemik tentang suatu tulisan
eksposisi, dan sebagainya. Dengan adanya kebebasan seperti ini berarti guru
tidak perlu menetapkan bahwa siswa satu kelas harus menulis karangan
yang sama dengan judul yang sama pula. Guru boleh memberikan
kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan karangannya sendiri tanpa
harus diikat dengan kalimat topik yang sama.
19

Pelajaran menulis itu merupakan proses nonlinear, artinya tidak harus ada
urutan-urutan tertentu dari a sampai ke z. Proses pembelajaran menulis tidak
mengenal urutan seperti itu sebab kegiatan menulis merupakan proses yang
berputar- putar dan berulang-ulang. Dalam proses seperti itu tidaklah
menjadi soal jika materi yang sama diberikan 2 atau 3 kali sebab dalam
setiap pengulangan akan selalu ada perubahan. Di samping dengan
sendirinya akan berlangsung pula proses-proses internalisasi, konsolidasi,
dan verifikasi yang akan menghasilkan kebiasaan dan keterampilan yang
semakin lama semakin menuju ke tingkat yang lebih sempurna pada diri
siswa.
Dengan adanya proses seperti itu, guru harus memiliki sistem
penilaian yang berbeda dengan cara penilaian konvensional. Dalam setiap
penilaian ini guru perlu membuat kesepakatan dengan siswa.
Menilai karangan dalam pembelajaran menulis dengan pendekatan
proses harus ada kesesuaian antara kriteria penulisan guru dengan pikiran,
kreasi, keinginan, dan gaya yang digunakan siswa. Menilai karangan
memang hak prerogatif guru, tetapi siswa juga mempunyai hak untuk
menghargai kreasinya. Oleh sebab itu, siswa boleh ditanya apa sikapnya
terhadap tulisan yang telah dihasilkannya.
e. Berbicara meniru mendengarkan, menulis meniru membaca
Setiap guru bahasa selalu ingat bahwa ada empat keterampilan pokok
dalam berbahasa, yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.Alam
telah mengaruniai manusia kemampuan siswa. Memang, sampai pada taraf
tertentu siswa belajar menulis dengan cara meniru dari bacaan sebab
manusia gemar membaca. Sambil membaca berkembanglah bakat siswa
menulis. Sedemikian kuatnya kaitan antara membaca dengan menulis
sehingga ada pendapat yang menyatakan seseorang tidak gemar membaca,
tidak akan menjadi penulis.
Tahapan menulismeliputi kegiatan prapenulisan(prewriting), tahap
penulisan(writing), tahap pasca penulisan (post-writing).Dalam tahap pra
penulisan terdapat aktivitas memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran,
20

mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan, serta


mengorganisasian ide atau gagasan dalam bentuk kerangka karangan.
Beberapa pertimbangan dalam menentukan topik karangan yaitu,
kemanfaatan, kemenarikan, dan fisibilitas (kelayakan dapat dikerjakan).
Sedangkan dalam tahap penulisan, setelah langkah-langkah dalam tahap pra
penulisan telah terpenuhi, selanjutnya harus mengetahui struktur karangan,
yaitu bagian awal karangan berfungsi untuk memperkenalkan dan sekaligus
menggiring pembaca terhadap pokok tulisan penulis.Bagian ini sangat
menentukan pembaca untuk melanjutkan kegiatan membacanya.Upayakan
awal karangan semenarik mungkin.Pada bagian isi karangan menyajikan
bahasan topik atau ide utama karangan, seperti ilustrasi, informasi, bukti,
atau alasan. Terakhir bagian akhir karangan berfungsi untuk
mengembalikan pembaca pada ide- ide inti karangan melalui perangkuman
atau penekanan ide-ide penting.Bagian ini berisi simpulan dan dapat
ditambah rekomendasi atau saran bila diperlukan.Syafi’i (dalam
Nurchasanah, 2004) membagi menulis permulaan menjadi dua tahap, yaitu
tahap prapenulisan dan tahap penulisan. Tahap prapenulisan melatih siswa
untuk membiasakan diri bersikap yang baik dan tepat dalam menulis,
misalnya sikap duduk yang benar, pengaturan jarak mata dengan tangan
yang tepat pada waktu menulis, cara membuka buku yang tepat, dan belajar
membuat berbagai macam garis yang memungkinkan siswa untuk menulis
dengan tepat. Kegiatan dalam tahap penulisan antara lain: menjiplak,
menyalin, menatap, menyusun, melengkapi, menulis halus, dikte,
mengarang, teknik dalam pembelajaran menulis antara lain: menyusun
kalimat, memperkenalkan karangan, meniru model, karangan bersama,
mengisi, menyusun kembali, menyelesaikan cerita, menjawab pertanyaan,
meringkas bacaan, parafrase, reka cerita gambar, memerikan,
mengembangkan kata kunci, mengembangkan kalimat topik,
mengembangkan judul, mengembangkan peribahasa, menulis surat,
menyusun dialog, dan menyusun wacana. Selanjutnya dalam tahap pasca
penulisan merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan yang
21

penulishasilkan. Kegiatannya penyuntingan (editing) dan perbaikan


(revisi).Adapun revisi atau perbaikan lebih mengarah pada pemeriksaan dan
perbaikan isi karangan. Dalam kegiatan penyuntingan dan perbaikan
karangan dapat dilakukan dengan membaca keseluruhan karangan,
menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberi cacatan bila ada hal
yang harus diganti, ditambahkan, disempurnakan; serta melakukan
perbaikan sesuai dengan temuan saat penyuntingan.
Teknik dan strategi pembelajaran menulis dapat dilakukan di dalam
kelas dan di luar kelas.Kegiatan pembelajaran menulis di dalam kelas
sebaiknya guru melaksanakan sesuai dengan jam yang telah ditetapkan
dalam jadwal pembelajaran. Teknik dan strateginya beragam. Guru dapat
pula menciptakan teknik dan pembelajaran menulis yang sesuai dengan
situasi dan kondisi kelas. Beberapa contoh tehnik menulis menurut Puji
Santoso,dkk. (2012) antara lain:
1) Bermain-main dengan bahasa dan tulisan
Pembelajaran menulis dapat dibuat guru dengan menyenangkan melalui
sebuah permainan menulis berantai atau menulis berkelompok.Siswa
dibagi dalam jumlah 10 atau 15 orang tiap kelompoknya.Siswa tidak
perlu berpindah tempat duduk.Tentukan saja mana yang masuk
kelompok satu, dua, dan seterusnya. Siswa pertama dari suatu cerita telah
mempunyai kalimat yang sama pada setiap kertas. Siswa pertama itu
bertugas menambahkan masing-masing sebuah kalimat. Sesudah itu,
kertas dikumpulkan dan guru membacakan isi setiap kertas. Ini akan
merupakan proses pembelajaran menulis yang sangat menyenangkan,
terutama ketika para siswa melihat atau mendengar kesalahan-kesalahan
elementer mereka siswa. Kesalahan yang paling sering dibuat oleh siswa
adalah kesalahan koherensi yaitu keterhubungan antara sebuah kalimat
dengan kalimat sebelum dan sesudahnya.
2) Kuis
22

Sekurang-kurangnya ada tiga jenis kuis yang dapat digunakan beberapa


kali dalam setahunnya, yaitu kuis tanda baca, kuis tata paragraf, dan kuis
tanda kutip, tanda baca, dan tata paragraf sekaligus.
3) Memberi atau mengganti akhir cerita
Mengganti akhir cerita, terutama dongeng, merupakan latihan menulis
yang amat menyenangkan efisien, dan efektif. Dengan kerja yang tidak
terlalu banyak dapat dicapai apa yang menjadi tujuan pembelajaran yang
diharapkan guru., yaitu siswa gemar menulis.
4) Menulis meniru model: copy the master
Penggunaan metode ini membutuhkan banyak buku yang berisi banyak
macam tulisan yang dapat dijadikan master atau model sebagai
pegangan. Guru membacakan contoh karangan, lalu mengajak siswa
memikirkan objek-objek lain yang dapat dituliskan dengan model yang
sama.
Pembelajaran menulis di luar kelas, dapat dilakukan dengan menulis
majalah dinding (mading) dan membuat kliping tulisan yang disukai oleh
siswa.
Beberapa tes yang biasa digunakan dalam model penilaian pembelajaran
menulis adalah:
1. Tes Pratulis
Tes pratulisdinamakan juga tes respons terbatas.Tes ini digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam menggunakan kosakata dan struktur
dalam menulis.Tes ini mudah disusun dan hanya dapat diberikan di kelas
rendah.Tes ini tidak mengukur kemampuan menulis yang
sebenarnya.Wujudnya hanya berupa penggabungan kalimat atau
penyusunan kalimat dengan menggunakan kata-kata yang diberikan secara
acak.
2. Tes Menulis Terpadu
Pelaksanaan tes ini berupa tugas bagi siswa untuk menuliskan kembali
dengan kata-katanya sendiri paragraf atau cerita yang telah dibacanya atau
dibacakan guru.Tes ini dapat disusun dengan mudah dan cepat serta dapat
23

digunakan untuk mengukur kemampuan menulis siswa secara lebih efektif,


sebab guru dapat mengontrol dengan bahasa siswa yang tidak siap menulis
dengan bahasanya sendiri.Kelemahannya, tes ini tidak mengukur
kemampuan siswa dalam menyusun organisasi tulisan dan penilainnya pun
memakan banyak waktu.
3. Tes Menulis Bebas
Dengan menggunakan teknik tes ini, siswa diminta menulis secara bebas
dengan rambu-rambu yang telah diberikan guru.Tes ini dapat mengukur
kemampuan menulis siswa secara menyeluruh.Tes ini memungkinkan siswa
untuk mengungkapkan gagasannya secara bebas ke dalam bentuk
tulisan.Kelemahannya, guru memerlukan banyak waktu dalam menilai hasil
tulisan siswa dan sifat penilainnya menjadi subyektif.
g. Karangan
Mengarang pada hakikatnya adalah mengungkapkan atau
menyampaikan gagasan dengan bahasa tulis. Dilihat dari keluasan dan
keterinciannya, gagasan dalam karangan memiliki jenjang (hierarki) dan
secara berjenjang pula gagasan itu dapat diungkapkan dalam dan dengan
berbagai unsur bahasa. Sehingga kemampuan mengarang adalah
kemampuan untuk menuangkan gagasan dalam dan dengan
karangan.Perancangan karangan menurut Suparno dan Mohamad Yunus
(2009) meliputi:
1. Penentuan Topik Karangan
Topik karangan diartikan sebagai hal pokok yang dituliskan atau
diungkapkan dalam karangan.Sedangkan tema karangan adalah gagasan
dasar yang mendasari sebuah karangan.Dengan demikian, tema menjadi
gagasan dasar tempat beradanya topik.Dalam penyusunan topik karangan
meliputi unsur kemanfaatan, kemenarikan, dan fisibilitas.
2. Penentuan Tujuan Penulisan
Ada tujuan umum penulisan dan tujuan khusus penulisan.
3. Penyusunan Rancangan Karangan
24

Penyusunan rancangan karangan adalah langkah kegiatan prapenulisan


setelah penentuan topik.
Kerangka karangan (outline) adalah kerangka tulis yang menggambarkan
bagian- bagian atau butir-butir yang menggambarkan sub-subtopik,
karangan baik dari segi jumlah dan jenisnya, urutan sub-subtopik isi
karangan, dan hubungan antarsubtopik dalam karangan: hubungan logis
atau kronologis, dan hubungan setara atau hubungan bertingkat.
Kerangka yang baik akan memudahkan guru dalam mengarang secara
terarah, menghindari kerja ulang, memasukkan dan menempatkan materi
tulisan yang baru ditemukan dalam baba tau subbab tertentu atau baru,
bekerja lebih fleksibel dari segi penyelesaian bagian karangan.
Bentuk kerangka karangan berdasarkan redaksinya dibedakan
menjadi kerangka topik dan kerangka kalimat.Kerangka topik adalah
kerangka yang diredaksikan dengan kata atau frasa.Setiap bagian
karangan diungkapkan dengan kata atau frasa. Pada umumnya, kata atau
frasa yang digunakan dalam kerangka karangan adalah kata benda
(nomina) atau frasa kata benda (frasa nomina). Sebaliknya, kerangka
kalimat dinyatakan dengan kalimat.Setiap bagian karangan diungkapkan
dengan kalimat.
Pada umumnya, penulis menggunakan bentuk kerangka topik
karena dua pertimbangan.Pertama, kerangka topik lebih sederhana karena
rumusannya lebih singkat.Kedua, karena kesederhanannya itu, kerangka
topik lebih mudah dibuat daripada kerangka kalimat.Satuan bagian
karangan yang digunakan untuk mengungkapkan sebuah gagasan dalam
bentuk untaian kalimat disebut paragraf atau alenia. Persyaratan paragraf
antara lain:
1. Persyaratan Kesatuan
Pada hakikatnya, paragraf adalah satu kesatuan atau keutuhan
pikiran yang lebih luas daripada kalimat.Setiap paragraf mengandung
satu gagasan dasar dan satu atau sejumlah gagasan pengembang.Gagasan
dasar itu dikemukakan ke dalam kalimat topik. Dengan kata lain, dalam
25

paragraf ada kalimat topik yang berisi gagasan dasar isi paragraf.
Gagasan dasar dalam sebuah paragraf hanya satu. Gagasan-gagasan yang
lain merupakan gagasan pengembang. Gagasan-gagasan pengembang itu
diungkapkan dalam kalimat-kalimat pengembang.Kesatuan paragraf
harus terpenuhi dua hal.Pertama, paragraf hanya mengandung sebuah
kalimat topik yang berarti hanya berisi sebuah gagasan dasar.Kedua,
paragraf berisi kalimat atau sejumlah kalimat pengembang yang berisi
gagasan atau gagasan pengembang.Gagasan pengembang itu merupakan
penjelas atau atribut terhadap gagasan dasar.
2. Persyaratan Pengembangan
Gagasan dasar diungkapkan dalam kalimat topik dan gagasan
pengembang diungkapkan dalam kalimat-kalimat pengembang.Kondisi
demikian menunjukkan bahwa paragraf tersebut sudah
dikembangkan.Dengan demikian, paragraf tersebut sudah memenuhi
persyaratan pengembangan.
Bukti awal kegagalan penulis dalam menyusun paragraf adalah
tidak adanya kalimat topik dan kalimat pengembang.Pembaca
dihadapkan pada kebingungan untuk menentukan gagasan dasar dan
gagasan pengembang.Jika ada paragraf yang hanya berisi satu kalimat,
ada dua kemungkinan yang menjadi kegagalan paragraf itu.Pertama,
paragraf itu sebenarnya merupakan paragraf semu karena isinya
merupakan gagasan pengembang sebagai bagian dari paragraf lain, tetapi
karena dituliskan mengikuti cara penulisan paragraf, seolah-olah menjadi
paragraf. Kedua, paragraf itu berisi gagasan dasar yang belum dijabarkan
ke dalam gagasan pengembang, sehingga tidak dilengkapi dengan
kalimat topik.
3. Persyaratan Kepaduan atau Koherensi
Kesatuan memiliki arti ketunggalan isi gagasan yang dijamin oleh
adanya satu gagasan dasar dan sejumlah gagasan pengembang.Kepaduan
berarti keserasian hubungan antargagasan dalam paragraf yang berisi
juga keserasian hubungan antarkalimat dalam paragraf menjadi
26

lancar.Kelancaran itu memudahkan pembaca untuk memahami gagasan


yang terungkap dalam paragraf.
4. Persyaratan Kekompakan atau Kohesi
Persyaratan kepaduan dinyatakan oleh adanya hubungan antargagasan
yang serasi.Hubungan itu diungkapkan melalui hubungan
antarkalimat.Persyaratan kekompakan mengatur hubungan antarkalimat
yang diwujudkan oleh adanya bentuk-bentuk kalimat atau bagian kalimat
yang cocok dalam paragraf.Kekompakan dipilih dalam dua kategori,
yaitu kekompakan struktural dan kekompakan leksikal.Kekompakan
struktural ditandai oleh adanya hubungan struktur kalimat-kalimat yang
digunakan dalam paragraf, sedangkan kekompakan leksikal ditandai oleh
kata-kata yang digunakan dalam paragraf untuk menandai hubungan
antarkalimat atau bagian paragraf.Kekompakan struktural diungkapkan
dengan struktur kalimat yang kompak dan serasi.Salah satunya adalah
pengulangan atau repetisi srtuktur kalimat dalam pengungkapan gagasan
yang berbeda.Kekompakan struktural dinyatakan juga dengan
penggunaan alat penggabung kalimat atau konjungsi hubungan
antarkalimat. Hubungan logis antara lain ditandai oleh konjungsi-
konjungsi berikut: karena itu, dengan demikian, jadi, akibatnya, oleh
sebab itu, oleh sebab itu, singkatnya, dan pendeknya.Hubungan
kronologis ditandai oleh konjungsi- konjungsi berikut: mula- mula,
kemudian, setelah itu, sebelumnya, dan akhirnya.Kekompakan dapat pula
dinyatakan dengan penggunaan unsur leksikal.Itulah yang dimaksudkan
dengan kekompakan leksikal.
Jenis- Jenis Paragrafantara lain:
Ada tiga jenis paragraf yaitu: paragraf deduktif ( kalimat topik pada awal
paragraf), paragraf induktif (kalimat topik pada akhir paragraf), dan paragraf
yang kalimat topik yang berada di awal dan akhir paragraf.
Pengembangan Paragraf adalahpengembangan kalimat topik ke dalam
kalimat-kalimat pengembang. Dengan demikian, pengembangan paragraf
membutuhkan prasyarat, yaitu pengembangan gagasan dasar ke dalam gagasan
27

pengembang atau sejumlah gagasan pengembang.Ingatlah bahwa gagasan


dasar diungkapkan dalam kalimat topik dan gagasan-gagasan pengembang
diungkapkan dalam kalimat-kalimat pengembang.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa pengembangan
paragraf terwujud atau terpenuhi jika kalimat topik sudah dilengkapi dengan
kalimat-kalimat pengembang.Adanya kalimat atau sejumlah kalimat
pengembang menjadi petunjuk bahwa pengembangan paragraf sudah dilakukan
oleh penulis.
Berdasarkan substansi isi, gagasan pengembang dapat dipilih atas
kategori-kategori berikut: (1) fakta, (2) contoh, (3) definisi, (4) ilustrasi, (5)
penjelasan atau eksplanasi, (6) rincian spesifik, analogi, analogi, sebab
dan/atau akibat, atau kombinasi di antara gagasan pengembangan tersebut.
Pengembangan paragraf adalah pengembangan gagasan secara internal,
artinya pengembangan paragraf itu terjadi di dalam satu paragraf dalam bentuk
pengembangan gagasan dasar ke dalam gagasan pengembang yang dilanjutkan
dengan pengembangan kalimat topik ke dalam kalimat-kalimat pengembang.
Di samping pengembangan secara internal, pengembangan secara
eksternal adalah pembentukan paragraf dalam teks dikaitkan dengan paragraf
yang lain. Hasil pengembangan ini adalah untaian paragraf yang cocok dengan
paragraf yang lain. Ingat bahwa sebuah paragraf dibuat sebagai bagian
karangan yang tak terpisahkan dari bagian karangan yang lain. Hal ini berarti
bahwa paragraf dikembangkan dalam hubungannya dengan paragraf yang
lain.Dalam pengembangan secara eksternal, dua paragraf atau lebih memiliki
hubungan kedudukan. Ada dua alternatif kedudukan yang dapat manusia lihat,
yaitu hubungan setara dan hubungan bertingkat
Penyusunan draf karangan adalah aktivitas menyusun karangan secara
utuh atau proses pengungkapan butir-butir gagasan yang sudah tertata secara
hierarkis dan sistematis sebagaimana yang sudah tertuang dalam kerangka
karangan.
Banyak pengalaman yang kurang baik dalam proses penulisan draf
sebuah karangan. Pertama, penulisan draf tidak bertolak dari kerangka yang
28

relatif matang karena kerangka yang relatif matang itu belum dibuat.Kedua,
sifat malas untuk segera memulai menulis draf lazim menjadi sebab tidak
segera terwujudnya draf karangan.Ketiga, ada keengganan dan
kekurangcermatan dalam mengumpulkan dan menata bahan-bahan tulisan.
Perbaikan draf karangan meliputi empat aspek yaitu, aspek isi, bahasa, ejaan
dan tanda baca, dan teknis.
h. Pengalaman
Menurut Har-Pu-Pi (2012) jenis pengalaman dalam karangan antara lain:
1) Pengalaman yang menyenangkan yaitu, kejadian atau peristiwa yang
membuat pelaku merasa senang jika mengingat kejadian atau peristiwa
yang dialaminya.
2) Pengalaman yang menyedihkan yaitu, kejadian atau peristiwa yang
membuat pelaku merasa sedih dan berupaya untuk tidak mengingatnya.
Sumber-sumber pengalaman antara lain:
(1) Pengamatan panca indera
(2) Wawancara
(3) Pengalaman langsung dari aktivitas yang dilakukan siswa.
Langkah-langkah menulis karangan yang bersumber dari
pengalamanantara lain:
(1) Mendata seluruh peristiwa secara runtut
(2) Mendata seluruh pelaku yang terlibat
(3) Keterangan suasana tempat kejadian
(4) Menentukan garis besar cerita yang yang hendak ditulis.
Contoh-contoh jenis pengalaman antara lain:
(1) Lucu: pengalaman mencari topi, padahal topi yang dicarinya di atas
kepala (membuat orang yang terlibat tertawa).
(2) Aneh: pengalaman bertemu dengan orang yang sudah meninggal
(yang menyebabkan orang terlibat merasa antara percaya atau tidak)
(3) Mendebarkan: pengalaman menunggu hasil ujian nasional (yang
membuat denyut jantung berdebar dengan cepat).
29

(4) Mengharukan: pengalaman melihat anak kecil yang berusaha


selamat dari derasnya air sungai (yang membuat kita terharu, ia
melihat kejadian).
(5) Memalukan: pengalaman jatuh dari sepeda di tengah keramaian
(membuat orang yang terlibat malu).
(6) Menyakitkan: pengalaman dimarahi penjual nasi goreng karena lupa
membayar (orang yang terlibat merasa sakit hati).
Manfaat menulis karangan berdasarkan pengalaman antara lain:
(1) Mengurangi beban rasa kesedihan
(2) Berbagi pengalaman dengan orang lain
(3) Menjadi pelajaran hidup baik bagi diri pelaku maupun orang yang
membacanya.
Langkah-langkah dalam membuat karangan berdasarkan pengalaman
antara lain:
(a) Tentukan pengalaman yang pernah kita alami
(b) Data seluruh peristiwa secara runtut
(c) Data seluruh pelaku yang terlibat
(d) Lukiskan/gambarkan suasana dan tempat kejadian secara rinci dan
jelas.
(e) Buatlah kerangka karangan tersebut menjadi sebuah karangan.
i. Karakteristik Siswa
Dalam undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 17 Ayat 1 bahwa Pendidikan dasar
merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Salah satu bentuk dari pendidikan dasar adalah sekolah
dasar.Sekolah dasar sebagai bagian dari pendidikan memiliki karakter
sendiri.Karakter tersebut terbentuk akibat karakter dari siswa SD sendiri.
Tahap- tahap perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Sunarto dan
Hartono (2008:24-25) yaitu:
a. Tahap Sensorik–Motorik (usia 0-2 tahun)
30

Masa ketika bayi mempergunakan system penginderaan dan aktivitas


motorik untuk mengenal lingkungannya. Bayi memberikan reaksi motorik
atas rangsangan-rangsangan yang diterimanya dalam bentuk reflex.
b. Tahap Pra Operasional (usia 2-7 tahun)
Pada fase ini anak belajar mengenal lingkungan dengan menggunakan
simbol bahasa, peniruan, dan permainan. Anak belajar melalui permainan
dalam menyusun benda menurut urutnya dan mengelompokan sesuatu. Jadi,
pada masa pra-operasional anak mulai menggunakan bahasa dan pemikiran
simbolik.
c. Tahap Operasional Konkret (usia 7-11 tahun)
Pada masa ini anak sudah bias melakukan berbagai macam tugas konkret.
Anak mulai mengembangkan tiga macam operasi berfikir, yaitu :
1) Identitas dalam mengenali benda-benda yang ada.
2) Negasi sebagai kemampuan anak dalam mengerti proses yang terjadi di
anatara kegiatan dan memahami hubungan antara keduanya.
3) Resiprokal sebagai kemampuan untuk melihat hubungan timbal balik.
d. Tahap Operasi Formal (usia 11 tahun-dewasa)
Dalam usia remaja danseterusnya, seseorang sudah mampu berfikir abstrak
dan hipotesis. Pada tahap ini seseorang biasa memperkirakan apa yang
mungkin terjadi.
Menurut tahap perkembangan Piaget, maka siswa usia SD termasuk
dalam golongan tahap operasional konkret. Pada tahap ini siswa sudah
mampu berfikir konkret dalam memahami sesuatu sebagaimana
kenyataannya, memahami konsep melalui pengamatan sendiri dan lebih
objektif. Dengan mengetahui tahap perkembangan kognitif tersebut,
diharapkan orang tua dan guru dapat mengembangkan kemampuan kognitif
dan intelektual sesuai dengan usia perkembangan kognitifnya.
j. Metode Field Trip
1. Pengertian Metode Field Trip
Metode field trip bagi anak berarti memperoleh kesempatan untuk
mengobservasi, memperoleh informasi, atau mengkaji sesuatu secara
31

langsung (Hildebrand dalam Isjoni 2010: 89). Field trip juga berarti
membawa anak ke oBjek-objek tertentu sebagai pengayaan pengajaran,
pemberian pengalaman belajar yang tidak mungkin diperoleh anak di dalam
kelas (Welton dan Maltoon dalam Isjoni 2010: 89). Melalui field tripsebagai
metode pembelajaran anak didik dibawah bimbingan guru mengunjungi
tempat-tempat tertentu dengan maksud belajar (Sagala 2011 : 214).
Teknik pelaksanaan field trip adalah dengan melakukan kegiatan
pembelajaran di luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan dan
narasumber yang terkait. Dengan demikian, pendekatan pembelajaran yang
digunakan merupakan pendekatan yang berpusat pada siswa (student
centeredapproaches). Di Indonesia, field trip juga dikenal dengan metode
karyawisata/widyawisata /study tour /out bond /studi lapangan. Akan tetapi,
perlu disadari bahwa field trip tidak berarti harus dilakukan ketempat jauh,
dengan waktu yang lama, biaya transportasi dan perlengkapan yang
lengkap, tetapi dapat dilakukan pada lingkungan alam sekitar sekolah
(Sudjana 2010 : 87)
when we think of a Field Trip, it’s possible that the local museum or
zoo may bethe first destinations to come to mind. However, Field Trip
are much more than museums. Researchers may struggle with a single
definition for informal learning experiences but generally agree that
they encompass unique experiences outside a traditional classroom
setting. This may includes a visit to ab art museum but alsoa trip to a
local gallery with the chance to paint alongside an artist. These
informallearning experiences offer a unique chance for student to
connect with the world around them and require a slightly different
approach to instrumentionin order to fully tap into their offerings
(Melber 2007:1)
Pernyataan Melber tersebut dapat diartikan bahwa ketika kita berpikir
tentang field trip, mungkin museum lokal atau kebun binatang menjadi
pilihan pertama yang terpikir. Padahal, field trip itu lebih dari sekedar
museum. Para peniliti boleh berpegang pada satu pengertian untuk
32

pengalaman pembelajarn informal, tetapi secara umum setuju bahwa ini


dapat menjadi pengalaman pembelajaran yang unik diluar pengaturan
pembelajaran konvensional. Bias saja dilakukan kunjungan ke pantai atau
presentasi dari area taman. Bukan hanya kunjungan ke suatu museum seni,
tapi juga perjalanan ke galeri setempat yang dapat memberikan kesempatan
untuk melukis berdampingan dengan seorang pekerja seni. Pengalaman
pembelajaran informal semacam ini menawarkan kesempatan unik bagi
siswa untuk menghubungkannya dengan dunia di sekitarnya dan sedikit
pendekatan yang berbeda untuk mengarahkan segala kemampuan ke dalam
persembahannya.
Sebelum field trip dilaksanakan sebagai metode pembelajaran, hal-hal
perlu diperhatikan menurut Mulyasa dalam Asmani (2010:151), antara lain :
a. Menentukan sumber-sumber masyarakat sebagai sumber belajar
mengajar.
b. Mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program
sekolah.
c. Menganalisis sumber belajar berdasarkan nilai-nilai pedagogis.
d. Menghubungkan sumber belajar dengan kurikulum, apakah sumber-
sumber belajar dalam field trip menunjang dan sesuai dengan tuntutan
kurikulum.
e. Membuat dan mengembangkan program field trip secara logis dan
sistematis.
f. Melaksanakan field trip sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, efek
pembelajaran, serta iklim yang kondusif.
g. Menganalisis apakah tujuan field trip telah tercapai atau tidak, apakah
terdapat kesulitan-kesulitan perjalanan atau kunjungan, memberi surat
ucapan terima kasih kepada mereka yang telah membantu, membuat
laporan field trip dan catatan untuk bahan field trip yang akan datang.
Metode pembelajaran field trip menjadi salah satu metode pembelajaran
yang menunjang untuk emningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa terhadap
33

pembelajaran seni tari. Metode field trip dapat mengembangkan dan


merangsang potensi siswa dalam pembelajaran menulis, siswa tidak hanya
menunggu dan menerima materi yang disampaikan oleh guru, tetapi siswa aktif
mengeluarkan ide-ide dan mengembangkan daya kreasinya.

2. Langkah- langkah Metode Field Trip


Agar penggunaan metode field trip lebih efektif, maka pelaksanaannya
perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:

(a) Langkah Perencanaan:

(1) Merumuskan tujuan field trip.

(2) Menetapkan objek field trip sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

(3) Menetapkan lamanya trip.


(4) Menyusun rencana belajar bagi siswa selama melakukan field trip.
(5) Merencanakan perlengkapan belajar yang harus disediakan.
(b) Langkah Pelaksanaan:

Dalam fase ini adalah pelaksanaan kegiatan belajar di tempat field trip
dengan bimbingan guru. Kegiatan belajar ini harus diarahkan kepada
tujuan yang telah ditetapkan pada fase perencanaan di atas.

(c) Tindak Lanjut


Siswa mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil field trip,
menyusun laporan yang memuat simpulan yang diperoleh,
menindaklanjuti hasil kegiatan field trip.
3. Keunggulan Field Trip
Asmani (2010:153) mengemukakan field trip memiliki beberapa
keunggulan yaitu:
(a) Siswa dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
para petugas pada objek field trip itu, serta mengalami dan menghayati
langsung apa pekerjaan mereka. Sebab, hal ini tidak mungkin diperoleh di
34

sekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus


atau keterampilan mereka.
(b) Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu
maupun kelompok yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman
mereka.
(c) Siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama
untuk memecahkan masalah.
(d) Dengan objek yang diamati, siswa dapat memperoleh beragam
pengetahuan dan pengalaman integratif.
(e) Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan
kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
(f) Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas.
4. Kelemahan Metode Field Trip
Kelemahan metode field trip menurut Iru dan Arihi (2012: 35- 36) adalah
sebagai berikut:
(a) Memerlukan alokasi waktu yang cukup banyak.
(b) Memerlukan wawasan dan bimbingan ekstra ketat terhadap aktivitas
siswa.
(c) Memerlukan biaya yang relatif banyak.
(d) Jika tidak terkontrol maka siswa selalu terlena dengan bermainnya
daripada belajarnya.
5. Cara mengatasi kelemahan-kelemahan metode field trip
Menurut Sagala ( 2011: 215 ), ada beberapa cara yang dapat digunakan
untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode field trip antara lain:
(a) Perlu merumuskan tujuan yang jelas dan tegas.
(b) Buatlah rumusan tujuan yang jelas dan konkret.
(c) Penentuan tugas–tugas yang harus dilakukan sewaktu dan sesudah
pelaksanaan field trip.
(d) Rencana penilaian pengalaman-pengalaman dan hasil field trip.
(e) Rencana selanjutnya sebagai kelanjutan pengalaman hasil field trip.
B. Kajian Empiris
35

Beberapa penelitian yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam


melaksanakan penelitian ini diantaranya adalah Karsipan (2010),Ayu Rahayu
Maryono dan Admizal (2012)
Karsipan (2010) dari jurusan PGSD, Universitas Pendidikan
Indonesia(UPI) melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Metode Field Trip
dalam Pembelajaran IPA terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa”. Dari
perhitungan berdasarkan skor nilai kemajuan tes mengalami kenaikan pada
pretes nilai rata- rata 43,24 dan pada post tes nilai rata- rata 70, 86 dari 33
siswa SD Negeri Kapringan. Dengan demikian metode field trip dapat
meningkatkan hasil belajar hasil belajar pada pelajaran IPA.
Ayu Rahayu Maryono dan Admizal (2012) dari guru SDN 34/I Teratai
Muara Bulian melakukan penelitian berjudul “Kemampuan Siswa dalam
Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman Pribadi pada Siswa Kelas V SDN
34/I Muara Bulian”. Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi kemampuan
menulis siswa kelas V SDN 34/I Teratai Muara Bulian dalam menulis
karangan berdasarkan pengalaman pribadi yang dilihat dari aspek-aspek
karangan(1) kohesi, (2) kosa kata, (3) ejaan dan tanda baca, (4) kesesuaian isi,
(5) Stilistika. Subyek penelitian berjumlah 25 orang. Berdasarkan hasil
penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis karangan
berdasarkan pengalaman pribadi ditinjau dari aspek-aspek karangan pada siswa
kelas V SDN 34/I Teratai pada predikat bagus dengan presentase 72% skala
nilai keberhasilan 70-89 jumlah siswa sebanyak 18 orang.
C. Kerangka Berpikir
Tujuan utama pembelajaran menulis di SD adalah memberikan
kemampuan menulis kepada siswa dengan memperhatikan pilihan kata dan
penggunaan ejaan.
Namun kenyataan di lapangan, dalam pembelajaran menulis, guru lebih
banyak menggunakan metode ceramah dan pemberian contoh gambar, foto,
dan pemutaran CD karyawisata yang cenderung bersifat teacher centered.
Akibatnya proses pembelajaran menulis kurang optimal, siswa kurang aktif,
tidak dapat mengungkapkan gagasannya.
36

Salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa,
khususnya pada materi Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman dengan
Memperhatikan pilihan Kata dan Penggunaan Ejaan, yaitu diperlukan metode
pembelajaran yang dapat merangsang siswa agar leluasa mengekspresikan ide
gagasan, menumbuhkan minat dan motivasi belajarnya. Peneliti mencoba
menggunakan metode field trip. Dengan menggunakan metode field trip,
diharapkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam menulis
karangan berdasarkan pengalaman.Berikut ini diagram kerangka berfikir
penerapan metode pembelajaran field trip pada mata pelajaran Bahasa Indonesia:

Guru belum Siswa: hasil


Kondisi Awal
menggunakan belajar menulis
metode field trip karangan
rendah

Guru
menggunakan Siklus I:
Tindakan metode field trip penerapan
metode field trip

Diduga penerapan
model field trip dapat Siklus II:
meningkatkan hasil penerapan metode
belajar menulis field trip
Kondisi
karangan
Akhir berdasarkan
pengalaman
37

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, diajukan hipotesis tindakan
sebagai berikut;
Melalui metode field trip, maka pembelajaran Bahasa Indonesia materi
Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman dengan Memperhatikan Pilihan
Kata dan Penggunaan Ejaan pada siswa kelas V SD Negeri Tunon 2 Kota
Tegal dapat meningkat.
38

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIANPERBAIKANPEMBELAJARAN

A. Subyek, Tempat, dan waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu


1. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Tunon 2
dengan jumlah 46 siswa yang terdiri atas 23 siswa laki- laki dan 23 siswa
perempuan.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri
Tunon 2 Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal. Penelitian ini dilaksanakan
selama 1 bulan , yaitu akhir bulan September sampai awalbulan November
2013.
3. Faktor yang Diselidiki
Faktor yang diteliti pada penelitian ini meliputi aktivitas belajar, hasil
belajar siswa, dan performansi guru dalam menerapkan metode field trip
pada materi menulis karangan berdasarkan pengalaman di kelas V SD
Negeri Tunon 2 Kota Tegal.
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian menurut
Arikunto,dkk. (2009: 16) adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan (planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di
mana, dan bagaimana tindakan itu dilakukan (Arikunto dkk.:17). Kegiatan
dalam perencanaan meliputi: mengidentifikasi masalah, mendiagnosis
masalah dan menentukan guru mitra; menentukan KD yang akan diajarkan;
merancang rencana kegiatan pembelajaran sesuai materi, merancang media
dan menentukan sumber belajar; menetapkan kriteria penilaian; menyusun
instrument tes performansi, lembar pengamatan untuk aktivitas belajar
siswa, dan performansi guru.
b. Pelaksanakan Tindakan (acting)

38
39

Pada tahap pelaksanaan peneliti harus berusaha menetapkan tindakan


sesuai perencanaan, sehingga kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan
semula.
c. Pengamatan (observing)
Adapun hal- hal yang diamati adalah aktivitas dan hasil belajar siswa
serta performansi guru. Pengamatan hasil belajar siswa yang dilakukan
melalui tes performansi yang dilakukan oleh peneliti, sedangkan dalam
pengamatan aktivitas siswa, peneliti dibantu oleh guru mitra. Pengamatan
terhadap performansi guru dalam pembelajaran dilakukan oleh guru mitra.
d. Refleksi (reflecting)
Refleksi digunakan oleh peneliti untuk mengetahui apakah kegiatan
yang dilakukan sudah berjalan dengan baik atau belum. Hal ini juga untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran bahasa
Indonesia materi menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan
menggunakan metode field trip.
Hasil refleksi ini digunakan oleh peneliti sebagai bahan acuan untuk
menentukan tindakan selanjutnya. Apabila masih ditemukan beberapa
kekurangan maka hasil refleksi ini akan digunakan sebagai bahan acuan
untuk menyusun perencanaan pada siklus yang baru. Apabila hasil refleksi
menunjukkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran maka tidak perlu
menambah siklus lagi.
Siklus Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksakan dalam dua siklus, yaitu
siklus I dan siklus II. Setiap siklus meliputi 4 tahap, yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi. Masing- masing siklus terdiri atas
2 kali pertemuan, 1 kali pertemuan terdiri atas 2 jam pelajaran. Pertemuan
pertama digunakan untuk materi pembelajaran dan pertemuan kedua digunakan
untuk tes performansi.
a. Siklus pertama (Arikunto dkk. 2009:70)
40

Siklus pertama dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Setiap


pertemuan terdiri atas 2 jam pelajaran. Pertemuan pertama untuk materi
pembelajaran dan pertemuan kedua untuk tes performansi.
Berikut kegiatan siklus I yaitu:
1) Perencanaan
Peneliti merumuskan permasalahan dan hipotesis pemecahan
berupa penerapan metode field trip dalam pembelajaran menulis
karangan berdasarkan pengalaman. Kegiatannya mencakup
meengidentifikasi masalah, mendiagnosis masalah, dan mengembangkan
pemecahan masalah; membuat skenario RPP dalam pembelajaran field
trip; mempersiapkan sarana pembelajaran; melakukan observasi terhadap
lokasi yang hendak dijadikan field trip yang pertama pemandangan
sekitar Pondok Lesehan dan Pemancingan Famili Er; menyusun
instrument penilaian penerapan metode field trip yaitu tes performansi
dan Lembar Kerja Siswa untuk aktivitas siswa; mempersiapkan alat
penilaian performansi guru berupa APKG 1 dan 2.
2) Pelaksanaan Tindakan
Adapun tindakan antara lain: melaksanakan pengamatan awal
sebagai penjajakan terhadap kondisi dan kemampuan siswa;
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang
telah dirancang; melakukan pengumpulan data baik data kualitatif
maupun kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan
aktivitas siswa, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar.
3) Observasi
Observasi difokuskan pada:
a) Hasil belajar siswa, meliputi: nilai rata- rata kelas, banyaknya siswa
yang tuntas belajar dengan KKM 68 dan persentase tuntas belajar
secara klasikal pada materi menulis karangan berdasarkan
pengalaman.
b) Aktivitas belajar siswa, meliputi aspek kehadiran siswa dalam
pembelajaran, sikap siswa dalam memberikan/menjawab salam
41

sebelum pembelajaran dimulai, mempersiapkan alat pembelajaran,


sikap siswa ketika menyimak penjelasan guru, frekuensi siswa dalam
bertanya, keaktifan siswa dalam bertanya, frekuensi siswa dalam
menjawab pertanyaan dari guru, keaktifan siswa dalam menjawab
pertanyaan dari guru, keaktifan siswa dalm field trip; keaktifan siswa
dalam kerja kelompok; sikap siswa ketika mengerjakan tugas;
aktivitas siswa ketika pembelajaran berlangsung; siswa merapikan alat
pembelajaran; siswa memberi/menjawab salam setelah pembelajaran
selesai.
c) Performansi guru dalam proses pembelajaran, berupa aspek
perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran.
4) Refleksi
Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis rangkaian kegiatan yang
dilakukan pada siklus I. Apabila masih ditemukan beberapa kekurangan,
maka hasil analisis digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki kegiatan
pembelajaran pada siklus II.
b. Siklus II
Siklus II dilaksanakan berdasarkan pada siklus Iyaitu, dua kali
pertemuan. Setiap pertemuan terdiri atas 2 jam pelajaran. Pertemuan
pertama untuk materi pembelajaran dan pertemuan kedua untuk tes
performansi.
Berikut kegiatan siklus II yaitu:
1) Perencanaan
Peneliti merumuskan permasalahan dan hipotesis pemecahan berupa
penerapan metode field trip dalam pembelajaran menulis karangan
berdasarkan pengalaman. Kegiatannya mencakup membuat skenario
pembelajaran baru berupa RPP yang berisi langkah-langkah kegiatan
field trip berdasarkan refleksi siklus I; mempersiapkan sarana
pembelajaran; melakukan observasi terhadap lokasi yang hendak
dijadikan field tripyang kedua daerah persawahan sekitar lingkungan
sekolah; menyusun instrument penilaian penerapan metode field tripyaitu
42

tes performansi dan Lembar Kerja Siswa untuk aktivitas siswa;


mempersiapkan alat penilaian performansi guru berupa APKG 1 dan 2.
2) Pelaksanaan Tindakan
Adapun tindakan antara lain: melaksanakan pengamatan awal sebagai
penjajakan terhadap kondisi dan kemampuan siswa; melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dirancang;
melakukan pengumpulan data baik data kualitatif maupun kuantitatif.
Data kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan aktivitas siswa,
sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar.
3) Observasi
Observasi difokuskan pada:
a) Hasil belajar siswa, meliputi: nilai rata- rata kelas, banyaknya siswa
yang tuntas belajar dengan KKM 68 dan persentase tuntas belajar
secara klasikal pada materi menulis karangan berdasarkan
pengalaman.
b) Aktivitas belajar siswa, meliputi aspek kehadiran siswa dalam
pembelajaran, sikap siswa dalam memberikan/menjawab salam
sebelum pembelajaran dimulai, mempersiapkan alat pembelajaran,
sikap siswa ketika menyimak penjelasan guru, frekuensi siswa dalam
bertanya, keaktifan siswa dalam bertanya, frekuensi siswa dalam
menjawab pertanyaan dari guru, keaktifan siswa dalam menjawab
pertanyaan dari guru, keaktifan siswa dalm field trip; keaktifan siswa
dalam kerja kelompok; sikap siswa ketika mengerjakan tugas;
aktivitas siswa ketika pembelajaran berlangsung; siswa merapikan alat
pembelajaran; siswa memberi/ menjawab salam setelah pembelajaran
selesai.
c) Performansi guru dalam proses pembelajaran berupa aspek
perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran.
4) Refleksi
Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis rangkaian
kegiatan yang dilakukan pada siklus II. Apabila masih ditemukan
43

beberapa kekurangan, maka hasil analisis digunakan sebagai acuan untuk


memperbaiki kegiatan pembelajaran pada siklus II.

Berdasarkan hasil analisis pada siklus I dan II, peneliti akan


menyimpulkan apakah hipotesis tindakan tercapai atau tidak.

C. Sumber Data dan Cara Pengumpulan Data


a. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
1) Siswa kelas V SD Negeri Tunon 2
Penelitian ini akan dilakukan terhadap siswa kelas V SD Negeri Tunon 2
tahun ajaran 2013/2014. Pada kelas ini terdapat 46 siswa yang terdiri atas
23 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan.
2) Guru SD Negeri Tunon 2
Guru SD Negeri Tunon 2 menjadi sumber data dalam penelitian ini.
Pada penelitian ini, peneliti menjadi guru di SD Negeri Tunon 2. Bapak
Darminto,S.Pd. sebagai wali kelas V memberikan data-data siswa yang
diperlukan dalam penelitian ini.
3) Data dokumen
Dokumen nilai- nilai siswa kelas V SD Negeri Tunon 2 kota Tegal,
merupakan bagian dari sumber data yang diperoleh peneliti. Dokumen ini
berupa daftar nilai pra siklus siswa kelas V SD Negeri Tunon 2.
b. Jenis data
1) Data kuantitatif
Data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan, berupa
hasil tes awal siswa dan hasil tes pada setiap akhir siklus tindakan.
2) Data Kualitatif
Data yang pada umumnya sukar diukur atau menunjukkan kualitas
tertentu. Data ini diperoleh melalui pengamatan terhadap aktivitas belajar
siswa dan performansi guru.
c. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data menurut Poerwanti dkk. 2008:1-34 yaitu:
44

1) Teknik tes, dilakukan melalui tes performansi pada pembelajaran materi


menulis karangan berdasarkan pengalaman akan dilihat melalui tes
performansi pada akhir setiap siklus. Aspek yang diamati yaitu:
penulisan ejaan, penulisan huruf besar, susunan kalimat, pilihan
kata/diksi, dan kerapian tulisan.
2) Teknik non tes
Tes ini melalui observasi dan dokumentasi.
D. Teknik Analisis Data
a. Analisis data kuantitatif
1) Untuk menentukan nilai akhir belajar yang diperoleh masing- masing
siswa.
Sp
NA = Sm x 100

Keterangan:
NA = Nilai Akhir
Sp = Skor perolehan
Sm = Skor maksimal (BSNP 2007: 25)
2) Untuk menentukan rata- rata kelas
∑𝑋
x = ∑𝑁

Keterangan:
X = Nilai rata- rata
∑ 𝑋= Jumlah semua nilai
∑ 𝑁= Jumlah siswa (Aqib dkk. 2010: 40)
3) Untuk menentukan presentase tuntas belajar siswa
siswa yang tuntas belajar
P = x 100%
jumlah siswa

Keterangan:
P = Presentase tuntas belajar klasikal (Aqib dkk. 2010: 4)
4) Menentukan nilai aktivitas siswa
Untuk menghitung nilai keaktifan belajar siswa (NKS), dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut (Yonny dkk. 2010:177):
45

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


NKS = x 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

Prosentase Kriteria

75% - 100% Sangat tinggi

50% - 74,99% Tinggi

25% - 49,99% Sedang

0% - 24,99% Rendah

5) Menentukan nilai performansi guru


Menggunakan nilai APKG 1 dan APKG 2

b. Analisis data kualitatif


1) Untuk menentukan aktivitas belajar siswa, aspek yang diamati antara
lain: aspek kehadiran siswa dalam pembelajaran, sikap siswa dalam
memberikan/menjawab salam sebelum pembelajaran dimulai,
mempersiapkan alat pembelajaran, sikap siswa ketika menyimak
penjelasan guru, frekuensi siswa dalam bertanya, keaktifan siswa dalam
bertanya, frekuensi siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru,
keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru, keaktifan siswa
dalm field trip; keaktifan siswa dalam kerja kelompok; sikap siswa
ketika mengerjakan tugas; aktivitas siswa ketika pembelajaran
berlangsung; siswa merapikan alat pembelajaran; siswa memberi/
menjawab salam setelah pembelajaran selesai.
2) Menentukan perolehan nilai APKG II
E. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan yang telah ditentukan adalah sebagai berikut:
a) Aktivitas belajar siswa
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran minimal 75%.
b) Hasil belajar siswa
1) Mencapai nilai KKM 68 ( KTSP SD Negeri Tunon 2).
46

2) Mencapai rata- rata kelas sekurang-kurangnya 65


3) Presentase tuntas belajar klasikal sekurang- kurangnya 75% siswa
mendapatkan skor ≥ 68 ( KKM SD Negeri Tunon 2 ).
c) Performansi guru
1) Guru dapat memotivasi siswa > 80%.
2) Penguasaan metode mengajar dan pendekatan pembelajaran.
3) Performansi guru mengacu pada persyaratan lulus APKG 1 dan 2,
dengan nilai minimal 75.

F. Jadwal Penelitian
JADWAL PKP DI SD NEGERI TUNON 2 TEGAL

BULAN DAN MINGGU

NO KEGIATAN SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pra Siklus

2. Penyusunan
proposal
3. Revisi Proposal

4. Menyusun
Instrumen
5. Siklus I

6. Siklus II

7. Analisis Data

8. Penyusunan
Laporan
9. Revisi dan
penjilidan
47

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan


1. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)
Penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode field trip
ini dilaksanakan di kelas V semester I SD Negeri Tunon 2 Kecamatan
Tegal Selatan Kota Tegal pada aspek menulis. Penelitian dilaksanakan
dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 17
Oktober 2013 dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran atau 70 menit. Siklus
II dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 25 Oktober 2013 dengan alokasi
waktu 2 jam pelajaran atau 70 menit.
Sebelum penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar menulis karangan
berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan
penggunaan ejaan pada siswa kelas V SD Negeri Tunon 2 semester 1
hasil belajar yang diperoleh kurang memuaskan. KKM Bahasa Indonesia
kelas V yaitu 68 (enam puluh delapan). Dari jumlah siswa seluruhnya
sebanyak 46 siswa, diperoleh 12 siswa mendapatkan nilai diatas 68,
sedangkan yang memperoleh nilai dibawah 68 sebanyak 34 siswa.
Dengan presentase ketuntasan 26,09% untuk siswa yang tuntas dan
73,91% untuk siswa yang belum tuntas.
Hal ini disebabkan adanya kelemahan selama proses pembelajaran,
sebagai berikut:
a. Siswa kurang memahami penjelasan guru tentang tahap-tahap menulis
karangan berdasarkan pengalaman.
b. Kurangnya keterlibatan dan perhatian siswa pada proses pembelajaran.
c. Siswa asyik berbicara sendiri dengan siswa yang lain.
d. Siswa tidak mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh.
e. Siswa tidak ada yang bertanya (interaksi pasif).
47
48

f. Siswa kurang teliti dalam menulis karangan berdasarkan ejaan,


penulisan huruf besar, struktur kalimat, pilihan kata, dan kerapian
tulisan.
g. Situasi kelas tidak kondusif.
h. Pada saat pelaksanaan diskusi, hanya beberapa siswa yang aktif.

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka peneliti mengadakan


penelitian tindakan kelas, yaitu memperbaiki rencana pembelajaran. Dengan
membuat RPP kembali untuk siklus I. Untuk melihat hasil pembelajaran,
pada proses pembelajaran berlangsung peneliti mengamati pembelajaran dan
diakhir pembelajaran peneliti melakukan tes evaluasi. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dari dokumentasi berikut:

Gambar 4.1. Guru sedang menjelaskan langkah-langkah menulis karangan


berdasarkan pengalaman.
49

Gambar 4.2. Siswa sedang menulis karangan berdasarkan pengalaman.

Hal ini dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan aktivitas siswa
sebagai berikut:
50

Tabel 4.1

Hasil Pengamatan Aktivitas SiswaKondisi Awal (Pra Siklus)


Jumlah Persentase
No Aktivitas Siswa
Nilai
1. Memberikan/menjawab salam sebelum
15 34,09%
pembelajaran dimulai.

2. Mempersiapkan alat pembelajaran. 11 25%

3. Frekuensi siswa dalam bertanya. 11 25%

4. Keaktifan siswa dalam bertanya. 11 25%

5. Frekuensi siswa dalam menjawab 27,27%


12
pertanyaan dari guru.
6. Keaktifan siswa dalam menjawab 27,27%
12
pertanyaan dari guru.
7. Keaktifan siswa dalam field trip. 13 29,54%

8. Keaktifan siswa dalam kerja kelompok 12 27,27%

9. Aktivitas siswa ketika pembelajaran


13 29,54%
berlangsung.

10. Siswa merapikan alat pembelajaran. 13 29,54%

11. Siswa memberi/menjawab salam setelah


15 34,09%
pembelajaran selesai.

Jumlah 138 28,51%

Kriteria Cukup
51

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer selama proses


pembelajaran pada pra siklus, aktivitas siswa cukup. Hasil tersebut dapat
dideskripsikan sebagai berikut: sikap siswa dalam memberikan/menjawab salam
sebelum pembelajaran dimulai, siswa mempersiapkan alat pembelajaran, sikap
siswa ketika menyimak penjelasan guru, frekuensi siswa dalam bertanya,
keaktifan siswa dalam bertanya, frekuensi siswa dalam menjawab pertanyaan dari
guru, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru, keaktifan siswa
dalam field trip, keaktifan siswa dalam kerja kelompok, sikap siswa ketika
mengerjakan tugas, aktivitas siswa ketika pembelajaran berlangsung, siswa
merapikan alat pembelajaran, siswa memberi/menjawab salam setelah
pembelajaran selesai.

40

30

20

10
Jumlah Nilai
Memberi/menjawa…

Memberi/menjawa…
Keaktifan dalam…
Keaktifan dalam…

Merapikan alat…
Aktivitas ketika…
Keaktifan…
Mempersiapkan…

frekuensi…

0
Frekuensi bertanya
Keaktifan bertanya

Prosentase

Diagram 4.1Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Kondisi Awal


(Pra Siklus)

Berikut tabel dan diagram tentang hasil belajar siswa dalam


pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal
pada saat Kondisi Awal (Pra Siklus) tercantum dalam tabel berikut ini
52

Tabel 4.2

Hasil Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kondisi Awal (Pra Siklus)

Nilai Banyak Siswa Jumlah Nilai

7 76 1 76

75 4 300

71 1 71

70 1 70

69 1 69

68 4 272

67 2 134

66 3 198

65 4 260

63 2 126

62 5 310

61 3 183

60 5 300

58 1 58

57 1 57

55 4 220

50 4 200

Jumlah 46 2904

Rata-Rata 63,13

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada pra siklus jumlah siswa
ada 46 siswa, jumlah siswa yang memperoleh nilai 76ada1 siswa.Siswa yang
memperoleh nilai 75 ada 4 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 71ada 1 siswa.
Siswa yang memperoleh nilai 70 ada 1 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 69
ada 1 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 68 ada 4 siswa. Siswa yang
memperoleh nilai 67 ada 2 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 66 ada 3 siswa.
53

Siswa yang memperoleh nilai 65 ada 4 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 63
ada 2 siswa. Siswa yang mendapat nilai 62 ada 5 siswa. Siswa yang
memperoleh nilai 61 ada 3 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 60 ada 5 siswa.
Siswa yang memperoleh nilai 58 ada 1 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 57
ada 1 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 55 ada 4 siswa. Terakhir siswa yang
memperoleh nilai 50 ada 4 siswa.Nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 63,13
sehingga hasil dapat dikatakan belum tuntas karena belum sesuai dengan nilai
KKM yaitu 68.
Tabel 4.3

Hasil Nilai Belajar Siswa Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman Pra Siklus

No Indikator Keterangan

1. Jumlah siswa 46

2. KKM 68

3. Persentase ketuntasan klasikal ( Indikator keberhasilan ) 75%

4. Siswa tuntas 12

5. Siswa tidak tuntas 34

6. Nilai tertinggi 76

7. Nilai terendah 50

8. Jumlah nilai 2904

9. Rata-rata nilai 63,13

10. Presentase ketuntasan belajar pra siklus 26,09%

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pada pra siklus jumlah siswa ada
46 siswa, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa sedangkan siswa yang
tidak tuntas ada 34 siswa. Nilai tertinggi yang berhasil diraih siswa adalah 76 dan
nilai terendah yang diperoleh adalah 50. Presentase ketuntasan yang dicapai pada
pra siklus hanya mencapai 26,09%, sehingga hasil dapat dikatakan belum tuntas
karena belum sesuai dengan kriteria ketuntasan yang ditentukan dalam indikator
keberhasilan yaitu sebesar 73,13%.
54

5 5
5
4.5
4 4 4 4 4
4
3.5
3 3
3
2.5 Jumlah Siswa
2 2
2
1.5
1 1 1 1 1 1
1
0.5
0
76 75 71 70 69 68 67 66 65 63 62 61 60 58 57 55 50

Diagram 4.2Hasil Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kondisi Awal


(Pra Siklus)

Pelaksanaan tiap-tiap aktivitas perbaikan pembelajaran yang menjadi pusat


perhatian dalam observasi dapat dideskripsikan sebagaimana berikut ini:
a. Pemberian apersepsi yang menarik
b. Penggunaan metode pembelajaran
c. Keterlibatan siswa dalam metode pembelajaran
d. Pengaktifan siswa dalam tanya jawab
e. Peningkatan hasil belajar siswa dalam menulis karangan berdasarkan
pengalaman
f. Memberikan pembelajaran yang menarik bagi siswa seperti dengan
menerapkan metode field trip.
2. Hasil Pembelajaran Siklus I
a. Perencanaan
Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai
berikut :
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
55

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun oleh peneliti


sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di
kelas. Materi yang diberikan pada siklus I yaitu menulis karangan
berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan
penggunaan ejaan.
2) Menyiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan.
Sarana yang digunakan dalam setiap pembelajaran adalah
Lembar Kerja Siswa ( LKS ), dan media yang digunakan pada
pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman.
3) Menyusun dan menyiapkan lembar observasi guru dan siswa.
a.Lembar observasi guru digunakan untuk mengukur baik atau
tidaknya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dengan
metode field trip.
b. Lembar observasi siswa digunakan untuk mengukur aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran dan dalam menyelesaikan masalah
yang disajikan.
4) Membuat soal tes siklus dan rubrik penilaian

Tes siklus dilaksanakan pada setiap akhir siklus yang digunakan


untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa dalam menguasai
materi yang diajarkan. Tes pada siklus I berjumlah 3 soal yang terdiri
atas tes menulis berantai, menuliskan kembali paragraf dengan
penulisan yang tepat, membuat karangan berdasarkan pengalaman
berkunjung ke Pondok Lesehan dan Pemancingan Famili Er sebanyak
lima kalimat. Peneliti juga membuat rubrik penilaian yang sesuai
dengan bentuk pertanyaan sebagai pedoman dalam mengevaluasi hasil
pekerjaansiswa.

b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 17 Oktober 2013 pukul 07.35 WIB sampai pukul 08.45 WIB.
Jumlah siswa yang mengikuti pelajaran pada siklus I yaitu 46 siswa,
56

dengan berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),


pada siklus I guru mengajarkan menulis karangan berdasarkan
pengalaman ke Pondok Lesehan dan Pemancingan Famili Er. Adapun
uraian kegiatan pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan Awal.
Sebelum proses pembelajaran dimulai, guru memberikan
salam dan menyuruh siswa untuk berdoa sebelum berangkat ke
lokasi. Setelah berdoa dan pengisian daftar hadir guru
menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari, serta
menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Apersepsi yang dilakukan guru adalah dengan menanyakan
kepada siswa apakah pernah pergi ke suatu tempat yang belum
pernah dikunjungi, selanjutnya menanyakan bagaimana perasaan
siswa dan yang terakhir menanyakan apa pernah menuliskan cerita
pengalaman di buku harian/diari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dari dokumentasi berikut :

Gambar 4.3. Guru sedang menyiapkan siswa untuk berdoa sebelum ke lokasi
57

Gambar 4.4. Guru mengajak siswa berkunjung ke Pondok Lesehan dan


Pemancingan Famili Er
2) Kegiatan Inti
Guru memberi membacakan contoh karangan
berdasarkanpengalaman dari sebuah buku diari milik peneliti
kemudian siswa diminta untuk memperhatikannya. Secara lebih jelas
dapat dilihat dari hasil dokumentasi penelitian berikut :

Gambar 4.5. Guru memberikan contoh karangan berdasarkan pengalaman


diambil dari buku diari guru.
58

Setelah guru selesai membacakan karangan, kemudian guru menyuruh


siswa untuk menuliskan ide pokok dari pengalaman yang pernah dialami
oleh siswa. Guru meminta secara berkelompok 7-8 siswa untuk
membacakan pekerjaannya. Kemudian guru memberikan tugas menulis
berantai dan menuliskan kembali paragraf dengan penulisan ejaan yang
benar, tidak lupa guru memberikan motivasi dan pujian kepada siswa.
Kegiatan selanjutnya guru meminta siswa menuliskan karangan berdasarkan
pengalaman siswa berkunjung ke Pondok Lesehan dan Pemancingan Famili
Er dalam satu paragraf sebanyak lima kalimat. Guru membagikan Lembar
Kerja Siswa (LKS) yang harus dikerjakan secara individu. Selama siswa
mengerjakan tugas guru berkeliling mengawasi siswa agar selalu berada
dalam tugas, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan.
Untuk lebih jelas jalannya tugas kelompok dan individu dapat dilihat dari
dokumentasi berikut :

Gambar 4.6. Guru membagikan lembar kerja kelompok dan individu


kepadasiswa.
59

Gambar 4.7. Guru membimbing kelompok siswa yang mengalami


kesulitan mengerjakan tugas
Setelah siswa selesai mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) guru
memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk membacakan hasil
karangan. Guru mengoreksi dan membimbing siswa atas hasil karangan
yang sudah dipresentasikan sesuai kriteria penilaian. Agar lebih jelas proses
presentasi tiap kelompok dapat dilihat dari dokumentasi berikut :
60

Gambar 4.8. Guru meminta siswa membacakan hasil karangan


3) Kegiatan Akhir
Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil karangannya.
kemudian merumuskan simpulan hasil pembelajaran. Siswa bersama-
sama guru menyimpulkan hasil pembelajaran. Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang telah dikerjakan kemudian dinilai oleh guru dan dipasang
pada papan pajangan siswa sebagai hasil kerja kelompok dan individu.
61

Sebelum pembelajaran selesai, guru memberikan kesempatan kepada


siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami.
Selanjutnya guru memberikan lembar soal tes siklus I untuk
dikerjakan siswa secara individu. Peraturan dari tes ini adalah menulis
karangan berdasarkan pengalaman dalam satu paragraf sebanyak lima
kalimat dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan.
Guru mengoreksi hasil tes untuk mendapatkan nilai tes formatif siklus I.
Untuk lebih jelas jalannya siswa dalam mengerjakan tes siklus I dapat
dilihat dari dokumentasi berikut :

Gambar 4.9. Siswa sedang menulis karangan berdasarkan pengalaman


berkunjung ke Pondok Lesehan dan Pemancingan Famili Er
c. Pengamatan ( Observasi )
Dalam melakukan pengamatan, peneliti dibantu oleh supervisor II yaitu
Ibu Siti Asiyah,S.Pd. dengan menggunakan alat penilaian kemampuan
guru (APKG) dan lembar observasi guru serta siswa. Peneliti melakukan
proses belajar mengajar sampai pada evaluasi.
1. Aspek Guru
Dari hasil analisis APKG diperoleh rata-rata sebesar 3,82
sedangkan hasil pengamatan terhadap perilaku guru selama proses
pembelajaran Bahasa Indonesia siklus I digambarkan sebagai berikut:
62

Tabel 4.4
Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Selama Pembelajaran Bahasa Indonesia Siklus I
Skor
No Aspek yang diamati Nilai
1 2 3 4

1 Kegiatan Awal

a. Menyampaikan tujuan dan apersepsi √ 4


pembelajaran
b. Menjelaskan cakupan materi √ 4
pembelajaran
c. Mengelompokkan siswa √ 4

d. Menyediakan alat dan bahan √ 4

2. Kegiatan Inti

a. Mengajak siswa ke Pondok Lesehan √ 4


dan Pemancingan Famili Er
b. Meminta siswa mengamati objek √ 4

c. Menjelaskan langkah-langkah dalam √ 3


menulis karangan.
d. Membacakan contoh karangan
berdasarkan pengalaman dari buku √ 4
harian/diari guru.
e. Meminta siswa untuk menentukan
pokok pikiran berdasarkan pengalaman √ 4
yang pernah dialami siswa.
f. Memberi tugas siswa dalam LKS
menulis berantai dan menuliskan √ 3
kembali paragraf sesuai penulisan yang
tepat.
g. Membimbing siswa menulis karangan
dalam satu paragraf sebanyak lima √ 4
kalimat.
h. Meminta siswa membacakan hasil √ 4
karangan di depan.
i. Memberi penguatan dan umpan balik √ 4
dalam bentuk lisan.
j. Melakukan refleksi bersama siswa
untuk memperoleh pengalaman √ 3
belajar.
3. Kegiatan Akhir

a. Mengarahkan siswa dalam menarik √ 3


simpulan
b. Memberi tes formatif kepada siswa √ 4

c. Mengevaluasi hasil tes √ 4

Jumlah skor yang diperoleh 65


63

Rata-rata 3,82

Kriteria Baik

Keterangan :
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Sangat Baik
Berdasarkan tabel4.4menunjukkan adanya beberapa perilaku
guru yang belum optimal dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran,
diantaranya guru belum dapat menjelaskan langkah-langkah menulis
karangan, guru belum dapat membimbing siswa dalam menulis
berantai, menuliskan kembali sebuah paragraf sesuai penggunaan ejaan
yang tepat serta menulis karangan berdasarkan pengalaman yang
dialami oleh siswa, dan belum mengarahkan secara maksimal dalam
menyimpulkan materi ajar. Sehingga dapat digambarkan prosentase
kinerja guru selama kegiatan pembelajaran baru mencapai 95,59 %.
Adapun gambaran prosentase keberhasilan guru dalam proses kegiatan
pembelajaran digambarkan dalam diagram batang berikut ini :

2 1
2
0
Menjelaskan…

Memberi tes…
Memberi…
Menjelaskan…

Membimbing…
Membacakan…
Menyediakan alat…

Meminta siswa…
Meminta siswa…

Meminta siswa…
Mengajak siswa ke…

Mengarahkan…
Mengelompokkan…

Mengamati siswa…

Mengevaluasi…
Menyampaikan…

3
Melakukan refleksi

4
64

Diagram 4.3Hasil Pengamatan Kegiatan Guru selama Pembelajaran Bahasa


Indonesia Siklus I
Pada tabel hasil pengamatan Siklus I hanya pada aspek guru memberikan
contoh yang relevan yang tingkat kemunculan tidak ada. Sedangkan pada
aspek yang diamati lainnya terlihat tingkat kemunculan ada. Berikut tabel
hasil pengamatan siklus I.
Tabel 4.5
Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I
Kemunculan
No Aspek yang diobservasi Komentar
Ada Tidak Ada

1 Menyampaikan tujuan dan apersepsi Sudah baik



pembelajaran

2 Menjelaskan cakupan materi Sudah baik.



pembelajaran

3 Mengelompokkan siswa Sudah baik


supaya tugas

siswa lebih
terorganisir

4 Menyediakan alat dan bahan Sudah sesuai



dengan metode

5 Mengajak siswa ke lokasi field trip Usahakan siswa


√ selalu terawasi
guru

6 Meminta siswa mengamati obyek Usahakan siswa


√ jangan terlalu
banyak bermain

7 Menjelaskan langkah-langkah Kurang


menulis karangan √ terperinci dalam
menjelaskan

8 Memberi contoh karangan Sudah baik



pengalaman

9 Meminta siswa menentukan pokok Sudah baik



pikiran

10 Meminta siswa menulis berantai, Lebih


menuliskan kembali paragraf sesuai √ ditingkatkan
ejaan yang tepat lagi

11 Membimbing siswa menulis √ Agar lebih


karangan dan membacakan hasilnya memotivasi
65

Kemunculan
No Aspek yang diobservasi Komentar
Ada Tidak Ada

ke depan siswa

12 Memberi penguatan dan umpan balik Sudah baik



dalam bentuk lisan

13 Melakukan refleksi bersama siswa √ Sudah baik

14 Mengarahkan siswa dalam menarik Kurang dalam


simpulan mengarahkan

siswa menarik
simpulan

15 Memberi tes formatif √ Sudah baik

16 Mengevaluasi hasil tes Sudah sesuai


√ dengan kriteria
penilaian

Pada hasil pengamatan Siklus I terlihat bahwa pada aspek yang diamati
tingkat kemunculan ada sebesar 95,59% dan tingkat kemunculan tidak
adasebesar 4,41%. Berikut diagram 4.4Presentase Hasil Pengamatan Siklus I.

95.59%
100.00%

50.00% 4.41%

0.00%
Ada Tidak ada

2. Aspek Siswa
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung semua aktivitassiswa
diamati oleh pengamat dengan menggunakan lembar observasi. Hal ini
bertujuan agar siswa terlibat secara aktif selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, sehingga diharapkan terjadi adanya interaksi kegiatan
pembelajaran dari dua arah. Adapun hasil pengamatan observer terhadap
aktivitas siswa pada siklus I:
66

Tabel 4.6
Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I pada Pembelajaran Menulis Karangan
Berdasarkan Pengalaman

Jumlah Presentase
No Aktivitas Siswa
Nilai
1. Memberikan/menjawab salam sebelum
163 88,59%
pembelajaran dimulai.

2. Mempersiapkan alat pembelajaran. 135 73,37%

3. Frekuensi siswa dalam bertanya. 59,78%


110
4. Keaktifan siswa dalam bertanya. 51,63%
95
5. Frekuensi siswa dalam menjawab 56,52%
104
pertanyaan dari guru.
6. Keaktifan siswa dalam menjawab 55,98%
103
pertanyaan dari guru.
7. Keaktifan siswa dalam field trip. 119 64,67%

8. Keaktifan siswa dalam kerja kelompok 116 63,04%

9. Aktivitas siswa ketika pembelajaran


115 62,5%
berlangsung.

10. Siswa merapikan alat pembelajaran. 136 73,91%

11. Siswa memberi/menjawab salam setelah


156 84,78%
pembelajaran selesai.

Jumlah 66,35% (tinggi)


1343

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer selama proses


pembelajaran pada siklus I, aktivitas siswa tinggi. Hasil tersebut dapat
dideskripsikan sebagai berikut: sikap siswa dalam memberikan/menjawab salam
sebelum pembelajaran dimulai sebesar 163.Siswa mempersiapkan alat
pembelajaran sebesar 135. Frekuensi siswa dalam bertanya sebesar 110. Keaktifan
siswa dalam bertanya sebesar 95. Frekuensi siswa dalam menjawab pertanyaan
dari guru sebesar 104. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru
sebesar 103. Keaktifan siswa dalam field trip sebesar 119. Keaktifan siswa dalam
kerja kelompok sebesar 116. Aktivitas siswa ketika pembelajaran berlangsung
sebesar 115. Siswa merapikan alat pembelajaran sebesar 136. Siswa
67

memberi/menjawab salam setelah pembelajaran selesai sebesar 156. Berikut


diagram hasil pengamatan siswa pada siklus I:

300

200

100 163 135 156


110 95 104 103 119 116 115 136
0

Aktivitas selama…
Keaktifan dalam field…
Keaktifan dalam…

Merapikan alat…
Memberi/menjawab…
Memberi/menjawab…

Frekuensi menjawab…
Mempersiapkan alat…
Frekuensi bertanya

Keaktifan menjawab
Keaktifan bertanya

Presentase

Diagram 4.5. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer selama proses
pembelajaran pada siklus I, aktivitas siswa tinggi. Hasil tersebut dapat
dideskripsikan sebagai berikut: sikap siswa dalam memberikan/menjawab salam
sebelum pembelajaran dimulai sebesar 88,59%.Siswa mempersiapkan alat
pembelajaran sebesar 73,37%.Frekuensi siswa dalam bertanya sebesar 59,78%.
Keaktifan siswa dalam bertanya sebesar 51,63%. Frekuensi siswa dalam
menjawab pertanyaan dari guru sebesar 56,52%. Keaktifan siswa dalam
menjawab pertanyaan dari guru sebesar 55,98%. Keaktifan siswa dalam field
tripsebesar 64,67%. Keaktifan siswa dalam kerja kelompok sebesar 63,04%.
Aktivitas siswa ketika pembelajaran berlangsung sebesar 62,5%. Siswa merapikan
alat pembelajaran sebesar 73,91%. Siswa memberi/menjawab salam setelah
pembelajaran selesai sebesar 84,78%.
68

Tabel 4.7

Hasil Nilai Belajar Siswa Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman Siklus I

No Indikator Keterangan

1. Jumlah siswa 46

2. KKM 68

3. Presentase ketuntasan klasikal ( Indikator keberhasilan ) 75%

4. Siswa tuntas 23

5. Siswa tidak tuntas 23

6. Nilai tertinggi 85

7. Nilai terendah 50

8. Jumlah nilai 3023,5

9. Rata-rata nilai 65,72

10. Presentase ketuntasan belajar siklus I 50%

Berdasarkan tabel 4.7. dapat dilihat bahwa pada siklus I jumlah siswa ada
46 siswa, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 23 siswa sedangkan siswa yang
tidak tuntas ada 23 siswa. Nilai tertinggi yang berhasil diraih siswa adalah 85 dan
nilai terendah yang diperoleh adalah 50. Prosentase ketuntasan yang dicapai pada
siklus I hanya mencapai 50%, sehingga hasil dapat dikatakan belum tuntas karena
belum sesuai dengan kriteria ketuntasan yang ditentukan dalam indikator
keberhasilan yaitu sebesar 73,13%. Berikut diagram hasil nilai belajar menulis
karangan berdasarkan pengalaman pada siklus I:
69

85
90
80 68
70
60 46
50
40
23 23
30
20
10 75.00%
0
Jumlah KKM Presen Siswa Siswa Nilai
Siswa tase Tuntas tidak Terting
ketunt tuntas gi
asan
klasikal
Keterangan 46 68 75.00% 23 23 85

Diagram4.6. Diagram hasil nilai belajar menulis karangan berdasarkan


pengalaman pada siklus I.
d. Refleksi
a) Perencanaan
Pembuatan rencana (RPP I) mata pelajaran Bahasa Indonesia beserta
persiapan metode pembelajaran.
b) Pelaksanaan
Pelaksanaan perencanaan dengan melakukan aktivitas-aktivitas
sebagai berikut:
(1) Menyampaikan tujuan dan apersepsi pembelajaran.
(2) Menjelaskan cakupan materi pembelajaran.
(3) Mengelompokan siswa.
(4) Menyediakan alat dan bahan.
(5) Mengajak siswa ke Pondok Lesehan dan Pemancingan Famili Er.
(6) Meminta siswa mengamatinya dan menunjukkan obyek yang ada di
Pondok Lesehan dan Pemancingan Famili Er.
(7) Menjelaskan langkah-langkah dalam menulis karangan.
(8) Guru membacakan contoh karangan berdasarkan pengalaman berjudul
“ Di Ujung Jalan itu” dari buku harian/diari guru.
70

(9) Guru meminta siswa untuk menentukan pokok pikiran berdasarkan


pengalaman yang pernah dialami oleh siswa.
(10) Guru meminta siswa menulis berantai dan menuliskan karangan
kembali sesuai teknik penulisan yang tepat
(11) Guru membimbing siswa dalam mengembangkan pokok pikiran dalam
dua paragraf sebanyak sepuluh kalimat.
(12) Guru meminta siswa membacakan hasil karangan ke depan.
(13) Guru memberi penguatan dan umpan balik dalam bentuk lisan.
(14) Guru melakukan refleksi bersama siswa untuk memperoleh
pengalaman belajar.
(15) Guru mengarahkan siswa dalam menarik simpulan.
(16) Guru memberi tes formatif kepada siswa.
(17) Guru mengevaluasi hasil tes dan tindak lanjut.
c) Pengamatan

Untuk mengetahui hasil belajar siswa, pada akhir pembelajaran


diadakan tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi
yang telah diberikan guru.

(1) Aktivitas Belajar Siswa


- Siswa kurang memperhatikan penjelasan dan instruksi tugas dari
guru.
- Siswa kurang menghargai pendapat teman.
- Siswa secara keseluruhan dapat dikatakan belum baik, karena siswa
takut bertanya dan hanya didominasi siswa tertentu saja.
- Siswa masih ada yang bermain sendiri saat guru menjelaskan
materi dan memberi tugas .
- Siswa kurang disiplin dalam mengerjakan tugas.
(2) Hasil Belajar Siswa
- Hasil ulangan ada peningkatan yaitu di atas KKM sebanyak 23
anak.
71

- Ada siswa yang nilainya masih di bawah KKM yaitu sebanyak 23


anak.
(3) Performansi Guru
- Guru memulai persoalan pembelajaran yang kurang dikaitkan
dengan kehidupan nyata di sekitar siswa.
- Guru kurang memberi motivasi kepada siswa.
- Guru kurang mengarahkan siswa dalam menarik simpulan.
- Dalam memberikan tes formatif, waktu yang diberikan guru kurang
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
e. Revisi

1) Aktivitas Belajar Siswa

- Meningkatkan kegiatan tanya jawab oleh siswa.

- Meningkatkan perhatian siswa dalam memperhatikan instruksi tugas yang


disampaikan oleh guru.

- Siswa menghargai pendapat teman.

- Meningkatkan perhatian dan minat siswa dalam menerima materi


pelajaran yang disampaikan oleh guru.

2) Hasil Belajar Siswa

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa akan menggunakan metode


field trip dengan mengunjungi daerah persawahan yang ada di sekitar
lingkungan sekolah.

3) Performansi Guru

- Guru hendaknya mengaitkan materi pembelajaran dengan pengalaman


anak sehingga anak lebih berantusias dalam mengikuti proses
pembelajaran.
- Guru memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa agar siswa berani
bertanya dan mengemukakan ide dan gagasan, serta guru hendaknya
72

menumbuhkan sikap percaya diri pada siswa agar siswa tidak memiliki
rasa takut akan kesalahan dari jawaban pertanyaan yang diberikan guru.
- Guru hendaknya memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa,
sehingga siswa merasa terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
- Waktu yang digunakan untuk ceramah dikurangi dan waktu untuk
berdiskusi serta mengerjakan soal diperbanyak. Hal ini dilakukan untuk
memberikan kesempatan kepada anak untuk lebih kooperatif dan
berkonsentrasi dalam mengerjakan soal.
- Guru selalu mengingatkan kepada siswa untuk selalu memperhatikan
intruksi yang diberikan oleh guru agar dalam mengerjakan tugas selalu
tepat waktu.
Hasil prestasi belajar siswa dalam perbaikan pembelajaran Bahasa
Indonesiamateri menulis karangan berdasarkan pengalaman siklus I
kelas V SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal dicantumkan dalam tabel
berikut ini:
Tabel 4.8

Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Bahasa IndonesiaMateri Menulis


Karangan Berdasarkan Pengalaman Siklus I

Nilai Banyak Siswa Jumlah Nilai

85 1 85

82 1 82

80,5 1 80,5

80 1 80

75 4 300

71 2 142

70 6 420

69,5 1 69,5

69 2 138

68 3 204
73

Nilai Banyak Siswa Jumlah Nilai

66,5 1 66,5

65 3 195

64 1 64

63 1 63

62 8 496

61 1 61

60 7 420

57 1 57

Jumlah 46 3023,5

Rata-Rata 65,72

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa pada siklus I jumlah siswa ada
46 siswa, jumlah siswa yang memperoleh nilai 85ada1 siswa.Siswa yang
memperoleh nilai 82 ada 1 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 80,5ada 1
siswa. Siswa yang memperoleh nilai 80 ada 1 siswa. Siswa yang memperoleh
nilai 75 ada 4 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 71 ada 2 siswa. Siswa yang
memperoleh nilai 70 ada 6 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 69,5 ada 1
siswa. Siswa yang memperoleh nilai 69 ada 2 siswa. Siswa yang memperoleh
nilai 68 ada 3 siswa. Siswa yang mendapat nilai 66,5 ada 1 siswa. Siswa yang
memperoleh nilai 65 ada 3 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 64 ada 1 siswa.
Siswa yang memperoleh nilai 63 ada 1 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 62
ada 8 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 61 ada 1 siswa. Siswa yang
memperoleh nilai 60 ada 7 siswa.Siswa yang memperoleh nilai 57 ada 1 siswa
Nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 65,72 sehingga hasil dapat dikatakan
belum tuntas karena belum sesuai dengan nilai KKM yaitu 68.
74

9
8
8
7 Jumlah Siswa
7
6
6
5
4
4
3 3
3
2 2
2
1111 1 1 11 1 1
1
0
80.5

69.5

66.5
85
82
80
75
71
70
69
68
65
64
63
62
61
60
57

Diagram 4.7. Hasil Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Siklus I


Sesuai tabel dan diagram di atas, diperoleh rata-rata siswa sebesar
65,72 dan jumlah siswa yang tuntas sebesar 22 siswa atau 47,83% dan 24
siswa dinyatakan belum tuntas atau 52,17%.
Dari data siklus I dapat dilihat bahwa tingkat ketuntasan pada siklus
I meningkat menjadi 23 siswa dan siswa yang tidak tuntas mengalami penurunan
menjadi 23 siswa.Berikut tabel perbandingan ketuntasan siswa.
Tabel 4.9
Perbandingan jumlah ketuntasan pada Kondisi Awal (Pra Siklus) dan Siklus I

Kondisi Awal Siklus I


No Uraian
( Pra Siklus )
1 Tuntas 12 23

2 Tidak Tuntas 34 23
75

100%
90%
80% 23
70% 34
60%
50% Tidak tuntas

40% Tuntas
30% 23
20% 12
10%
0%
Kondisi Awal ( Pra Siklus I
Siklus )

Diagram 4.8 Perbandingan Jumlah Ketuntasan Pada Kondisi Awal


(Pra Siklus) dan Siklus I
3) Hasil Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II adalah
sebagai berikut :
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun oleh peneliti
sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di
kelas. Materi yang diberikan pada siklus II yaitu menulis karangan
berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan
penggunaan ejaan.
2) Menyiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan.
Sarana yang digunakan dalam setiap pembelajaran adalah Lembar
Kerja Siswa ( LKS ),dan media yang digunakan pada pembelajaran
menulis karangan berdasarkan pengalaman.
3)Menyusun dan menyiapkan lembar observasi guru dan siswa.
76

(a) Lembar observasi guru digunakan untuk mengukur baik atau


tidaknya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
dengan metode Field Trip.
(b) Lembar observasi siswa digunakan untuk mengukur aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran dan dalam menyelesaikan
masalah yang disajikan.
4) Membuat soal tes siklus dan rubrik penilaian

Tes siklus dilaksanakan pada setiap akhir siklus yang digunakan


untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa dalam
menguasai materi yang diajarkan. Tes pada siklus II berjumlah 3
soal yang terdiri atas tes memberi judul dari sebuah paragraf,
menuliskan kembali paragraf dengan penulisan yang tepat,
membuat karangan berdasarkan pengalaman berkunjung ke daerah
persawahan sebanyak sepuluh kalimat. Peneliti juga membuat
rubrik penilaian yang sesuai dengan bentuk pertanyaan sebagai
pedoman dalam mengevaluasi hasil pekerjaan siswa.

b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Jumat
tanggal 25 Oktober 2013 pukul 07.00 WIB sampai pukul 08.10
WIB.Jumlah siswa yang mengikuti pelajaran pada siklus II yaitu 46
siswa, dengan berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP),pada siklus II guru mengajarkan menulis karangan berdasarkan
pengalaman ke daerah persawahan. Adapun uraian kegiatan
pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan Awal.
Sebelum proses pembelajaran dimulai,guru memberikan salam
dan menyuruh siswa untuk berdoa sebelum berangkat ke
lokasi.Setelah berdoa dan pengisian daftar hadir guru menyampaikan
cakupan materi yang akan dipelajari, serta menyampaikan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai.
77

Apersepsi yang dilakukan guru adalah dengan menanyakan


kepada siswa apakah pernah pergi ke suatu tempat yang belum pernah
dikunjungi, selanjutnya menanyakan bagaimana perasaan siswa dan
yang terakhir menanyakan apa pernah menuliskan cerita pengalaman di
buku harian/diari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari dokumentasi
berikut :

Gambar 4.10. Guru sedang menyiapkan siswa untuk berdoa sebelum


ke lokasi persawahan
78

Gambar 4.11. Guru dansiswa tiba di lokasi persawahan


2. Kegiatan Inti
Guru memberi membacakan contoh karangan berdasarkan
pengalaman tentang daerah persawahan kemudian siswa diminta
untuk memperhatikannya. Secara lebih jelas dapat dilihat dari hasil
dokumentasi penelitian berikut :

Gambar 4.12. Guru sedang membacakan contoh karangan berdasarkan


pengalaman ke daerah persawahan
79

Setelah guru selesai membacakan karangan, kemudian guru


menyuruh siswa untuk menuliskan pengalaman yang pernah dialami
oleh siswa. Guru meminta secara berkelompok 7-8 siswa untuk
membacakan pekerjaannya. Kemudian guru memberikan tugas
memberi judul pada sebuah karangan, menulis berantai dan menuliskan
kembali paragraf dengan penulisan ejaan yang benar, tidak lupa guru
memberikan motivasi dan pujian kepada siswa. Kegiatan selanjutnya
guru meminta siswa menuliskan karangan berdasarkan pengalaman
siswa berkunjung ke daerah persawahan dalam dua paragraf sebanyak
sepuluh kalimat. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
harus dikerjakan secara individu. Selama siswa mengerjakan tugas guru
berkeliling mengawasi siswa agar selalu berada dalam tugas,
memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Untuk
lebih jelas jalannya tugas kelompok dan individu dapat dilihat dari
dokumentasi berikut :

Gambar 4.13. Guru sedang membagikan tugas kelompok dan individu


kepada siswa
80

Gambar 4.14. Guru sedang membimbing kelompok siswa yang mengalami


kesulitan dalam mengerjakan tugas
Setelah siswa selesai mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) guru
memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk membacakan hasil
karangan. Guru mengoreksi dan membimbing siswa atas hasil karangan yang
sudah dipresentasikan sesuai kriteria penilaian. Agar lebih jelas proses
presentasi tiap kelompok dapat dilihat dari dokumentasi berikut :

Gambar 4.15. Guru sedang meminta siswa membacakan hasil karangannya


81

3. Kegiatan Akhir
Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil karangannya.Tiba
saatnya merumuskan simpulan hasil pembelajaran. Siswa bersama-sama
guru menyimpulkan hasil pembelajaran. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
telah dikerjakan kemudian dinilai oleh guru dan dipasang pada papan
pajangan siswa sebagai hasil kerja kelompok dan individu.Sebelum
pembelajaran selesai, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan materi yang belum dipahami.
Selanjutnya guru memberikan lembar soal tes siklus II untuk
dikerjakan siswa secara individu. Peraturan dari tes ini adalah
menuliskarangan berdasarkan pengalaman dalam dua paragraf sebanyak
sepuluh kalimat dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan
ejaan.Gurumengoreksi hasil tes untuk mendapatkan nilai tes formatif
siklus II. Untuk lebih jelas jalannya siswa dalam mengerjakan tes siklus II
dapat dilihat dari dokumentasi berikut :

Gambar 4.16. Siswa sedang menulis karangan berdasarkan pengalaman


berkunjung ke daerah persawahan
82

c. Pengamatan ( Observasi )
Dalam melakukan pengamatan, peneliti dibantu oleh supervisor II yaitu
Ibu Siti Asiyah,S.Pd. dengan menggunakan alat penilaian kemampuan
guru (APKG) dan lembar observasi guru serta siswa. Peneliti melakukan
proses belajar mengajar sampai pada evaluasi.
1. Aspek Guru
Dari hasil analisis APKG diperoleh rata-rata sebesar 3,88
sedangkan hasil pengamatan terhadap perilaku guru selama proses
pembelajaran Bahasa Indonesia siklus II digambarkan sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Bahasa Indonesia
Siklus II
Skor
No Aspek yang diamati Nilai
1 2 3 4

1 Kegiatan Awal

a. Menyampaikan tujuan dan apersepsi


√ 4
pembelajaran

b. Menjelaskan cakupan materi pembelajaran √ 4

c. Mengelompokkan siswa √ 4

d.Menyediakan alat dan bahan √ 3

2. Kegiatan Inti

a. Mengajak siswa ke daerah persawahan. √ 4

b. Meminta siswa mengamati objek di daerah


√ 4
persawahan.

c. Menjelaskan langkah-langkah dalam


√ 4
menulis karangan.

d. Membacakan contoh karangan


berdasarkan pengalaman dari buku √ 4
harian/diari guru.
e. Meminta siswa untuk menentukan pokok √ 4
pikiran berdasarkan pengalaman.
f. Meminta siswa untuk menentukan pokok √ 4

g. Membimbing siswa menulis karangan √ 3


dalam satu paragraf sebanyak lima kalimat.
83

h. Meminta siswa membacakan hasil √ 4


karangan di depan.
i. Memberi penguatan dan umpan balik √ 4
dalam bentuk lisan.
j. Melakukan refleksi bersama siswa untuk √ 4
memperoleh pengalaman belajar.
3. Kegiatan Akhir

a. Mengarahkan siswa dalam


√ 3
menariksimpulan

b. Memberi tes formatif kepada siswa √ 4

c. Mengevaluasi hasil tes √ 4

Jumlah skor yang diperoleh 66

Rata-rata 3,88

Kriteria Baik

Berdasarkan pada hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam


pelaksanaan pembelajaran pada siklus IImencapai 3,88 atau 97,05% termasuk
dalam kriteria penilaian baik. Hasil tersebut dapat dideskripsikan sesuai dengan
aspek yang diamati sebagai berikut : menyampaikan tujuan dan apersepsi
pembelajaran, menjelaskan cakupan materi pembelajaran, mengelompokan
siswa, menyediakan alat dan bahan, mengajak siswa ke daerah persawahan,
menjelaskan langkah-langkah dalam menulis karangan, membacakan contoh
karangan berdasarkan pengalaman, meminta siswa untuk menentukan pokok
pikiran berdasarkan pengalaman yang pernah dialami oleh siswa, meminta
siswa menulis berantai dan menuliskan karangan kembali sesuai teknik
penulisan yang tepat, membimbing siswa dalam mengembangkan pokok
pikiran menjadi paragraf sebanyak 10 kalimat, meminta siswa membacakan
hasil karangan ke depan, memberi penguatan dan umpan balik dalam bentuk
lisan, melakukan refleksi bersama siswa untuk memperoleh pengalaman
belajar, mengarahkan siswa dalam menarik simpulan, memberi tes formatif
kepada siswa, dan mengevaluasi hasil tes.Adapun gambaran presentase
keberhasilan guru dalam proses kegiatan pembelajaran digambarkan dalam
diagram batang berikut ini :
84

Diagram 4.9
Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Selama PembelajaranBahasa Indonesia
Siklus II

2 1
2
0

Memberi tes…
Memberi…
Membacakan…

Membimbing…
Menyediakan alat…
Mengajak siswa ke…

Mengarahkan…
Mengamati siswa…

Meminta siswa…
Meminta siswa…

Meminta siswa…
Menyampaikan…
Menjelaskan…

Menjelaskan…
Mengelompokkan…

Mengevaluasi…
3

Melakukan refleksi
4

Pada tabel hasil pengamatan siklus II menunjukkan bahwa semua aspek


yang diamati terlihat kemunculan ada. Berikut tabel hasil pengamatan siklus II.
Tabel 4.11
Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II
Kemunculan
No Aspek yang diobservasi Komentar
Ada Tidak Ada

1 Menyampaikan tujuan dan apersepsi Sudah baik



pembelajaran

2 Menjelaskan cakupan materi Sudah baik.



pembelajaran

3 Mengelompokkan siswa Sudah baik


supaya tugas

siswa lebih
terorganisir

4 Menyediakan alat dan bahan Sudah sesuai



dengan metode

5 Mengajak siswa ke lokasi field trip Usahakan siswa


√ selalu terawasi
guru

6 Meminta siswa mengamati obyek √ Usahakan siswa


85

Kemunculan
No Aspek yang diobservasi Komentar
Ada Tidak Ada

jangan terlalu
banyak bermain

7 Menjelaskan langkah-langkah menulis Sudah baik



karangan

8 Memberi contoh karangan pengalaman √ Sudah baik

9 Meminta siswa menentukan pokok Sudah baik



pikiran

10 Meminta siswa menulis berantai, Sudah baik


menuliskan kembali paragraf sesuai √
ejaan yang tepat

11 Membimbing siswa menulis karangan Agar lebih


dan membacakan hasilnya ke depan √ memotivasi
siswa

12 Memberi penguatan dan umpan balik Sudah baik



dalam bentuk lisan

13 Melakukan refleksi bersama siswa √ Sudah baik

14 Mengarahkan siswa dalam menarik Sudah baik



simpulan

15 Memberi tes formatif √ Sudah baik

16 Mengevaluasi hasil tes Sudah sesuai


√ dengan kriteria
penilaian

Dari hasil pengamatan siklus II terlihat tingkat kemunculan ada sebesar


100% dan tingkat kemunculan tidak ada sebesar 0% pada aspek yang
diobservasi oleh supervisor II dalam pembelajaran yang dilakukan peneliti.
Berikut diagram prosentase hasil pengamatan siklus II.
86

100%
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
0%
20%
10%
0%
Ada Tidak Ada

Diagram 4.10. Presentase Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II

2. Aspek Siswa
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung semua aktivitas siswa
diamati oleh pengamat dengan menggunakan lembar observasi. Hal ini
bertujuan agar siswa terlibat secara aktif selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, sehingga diharapkan terjadi adanya interaksi kegiatan
pembelajaran dari dua arah. Adapun hasil pengamatan observer terhadap
aktivitas siswa pada siklus II sebagai berikut:
Tabel 4.12
Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus IIpada Pembelajaran Menulis Karangan
Berdasarkan Pengalaman
Jumlah Presentase
No Aktivitas Siswa
Nilai
1. Memberikan/menjawab salam sebelum
183 99,46%
pembelajaran dimulai.

2. Mempersiapkan alat pembelajaran. 140 76,09%

3. Frekuensi siswa dalam bertanya. 61,96%


114
4. Keaktifan siswa dalam bertanya. 58,69%
108
87

5. Frekuensi siswa dalam menjawab pertanyaan 59,78%


110
dari guru.
6. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan 61,96%
114
dari guru.
7. Keaktifan siswa dalam field trip. 121 65,76%

8. Keaktifan siswa dalam kerja kelompok 126 68,48%

9. Aktivitas siswa ketika pembelajaran


127 69,02%
berlangsung.

10. Siswa merapikan alat pembelajaran. 172 93,48%

11. Siswa memberi/menjawab salam setelah


181 98,36%
pembelajaran selesai.

Jumlah 1490 73,61%

Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer selama


proses pembelajaran pada siklus II, aktivitas siswa sangat tinggi. Hasil
tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut: sikap siswa dalam
memberikan/menjawab salam sebelum pembelajaran dimulai sebesar
183.Siswa mempersiapkan alat pembelajaran sebesar 140. Frekuensi siswa
dalam bertanya sebesar 114. Keaktifan siswa dalam bertanya sebesar 108.
Frekuensi siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru sebesar 110.
Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru sebesar 114.
Keaktifan siswa dalam field trip sebesar 121. Keaktifan siswa dalam kerja
kelompok sebesar 126. Aktivitas siswa ketika pembelajaran berlangsung
sebesar 127. Siswa merapikan alat pembelajaran sebesar 172. Siswa
memberi/menjawab salam setelah pembelajaran selesai sebesar 181. Berikut
diagram hasil pengamatan siswa pada siklus II:
88

300
250
200
150
100 183 172 181
140 114
50 108 110 114 121 126 127

0
Mempersiapkan…

Frekuensi…

Keaktifan dalam…
Keaktifan dalam…
Aktivitas selama…
Merapikan alat…
Memberi/menjawa…

Memberi/menjawa…
Frekuensi bertanya
Keaktifan bertanya

Keaktifan menjawab
Prosentase
Jumlah Nilai

Diagram 4.11. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Siklus I

Tabel 4.13

Hasil Nilai Belajar Siswa Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman Siklus II

No Indikator Keterangan

1 Jumlah siswa 46

2 KKM 68

Persentase ketuntasan klasikal (Indikator 75%


3
keberhasilan)
4 Siswa tuntas 40

5 Siswa tidak tuntas 6

6 Nilai tertinggi 86

7 Nilai terendah 60

8 Jumlah nilai 3274

9 Rata-rata nilai 71,17

10 Presentase ketuntasan belajar siklus II 86,96%


89

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa pada siklus IIjumlah siswa ada
46 siswa, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 40siswa sedangkan siswa yang tidak
tuntas ada 6 siswa. Nilai tertinggi yang berhasil diraih siswa adalah86 dan nilai
terendah yang diperoleh adalah60.Presentase ketuntasan yang dicapai pada siklus
II hanya mencapai86,96% sehingga hasil dapat dikatakan sudah tuntas karena
sesuai dengan kriteria ketuntasan yang ditentukan dalam indikator keberhasilan
yaitu sebesar 75%. Berikut diagram 4.12 Hasil Nilai Belajar Menulis Karangan
Berdasarkan Pengalaman pada Siklus II:

86
90
80 68
70
60 46
50 40
40
30
20 6
10 75.00%
0
Jumlah KKM Presenta Siswa Siswa Nilai
Siswa se Tuntas tidak Tertingg
ketuntas tuntas i
an
klasikal
Keterangan 46 68 75.00% 40 6 86

d. Refleksi
Pada akhir siklus II diadakan refleksi terhadap pelaksanaan yang
dilaksanakan oleh peneliti. Selama proses pembelajaran sudah tidak ditemukan
kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran. Sedangkan kelebihan-kelebihan
selama proses pembelajaran pada siklus II, dapat terlihat pada aktivitas-
aktivitas berikut:
90

3) Aktivitas Siswa
Tabel 4.14

Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Bahasa Indonesia Siklus II

Nilai Banyak Siswa Jumlah Nilai

86 2 172

85 2 170

83 1 83

80 4 320

75 2 150

72,5 1 72,5

71,5 1 71,5

70 9 630

68 18 1224

65 3 195

63 2 126

60 1 60

46 3274
Jumlah
71,17
Rata – rata

Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa pada siklus II jumlah siswa
ada 46 siswa, jumlah siswa yang memperoleh nilai 86ada2 siswa.Siswa yang
memperoleh nilai 85 ada 2 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 83ada 1 siswa.
Siswa yang memperoleh nilai 80 ada 4 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 75
ada 2 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 72,5 ada 1 siswa. Siswa yang
memperoleh nilai 71,5 ada 1 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 70 ada 9
siswa. Siswa yang memperoleh nilai 68 ada 18 siswa. Siswa yang memperoleh
nilai 65 ada 3 siswa. Siswa yang mendapat nilai 63 ada 2 siswa. Siswa yang
memperoleh nilai 60 ada 1 siswa. Nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 71,17
sehingga hasil dapat dikatakan tuntas karena nilai di atasnilai KKM yaitu 68.
91

Berikut diagram hasil nilai belajar menulis karangan berdasarkan pengalaman


pada siklus II:
20
18
18

16

14

12

10 9
Jumlah Siswa
8

6
4
4 3
2 2 2 2
2 1 1 1 1

0
86 85 83 80 75 72.5 71.5 70 68 65 63 60

Diagram 4.13. Hasil Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Siklus II


Sesuai tabel dan diagram di atas, diperoleh rata-rata siswa sebesar 71,17
dan jumlah siswa yang tuntas sebesar 40 siswa atau 86,96% dan 6 siswa
dinyatakan belum tuntas atau 13,04%.
Dari data siklus IIdapat dilihat bahwa tingkat ketuntasan pada siklus II
meningkat menjadi 40 siswa dan siswa yang tidak tuntas mengalami penurunan
menjadi 6 siswa.Berikut tabel perbandingan jumlah ketuntasan siswa pada
kondisi awal (pra siklus), siklus I, dan siklus II.

Tabel 4.15
Perbandingan Jumlah Ketuntasan Pada Kondisi Awal (Pra Siklus), Siklus I, dan
Siklus II
Kondisi Awal Siklus II
No Uraian Siklus I
(Pra Siklus)
1 Tuntas 12 23 40

2 Tidak Tuntas 34 23 6
92

Dari data pra siklus, siklus I, dan siklus IIdapat dilihat bahwa tingkat
ketuntasan pada pra siklus hanya 12 siswa dan siswa yang tidak tuntas sebanyak
34. Pada siklus I siswa yang tuntas 23 dan yang tidak tuntas 23.

50
45 6
40
35 23
30 34
25
20 40 Tidak Tuntas
15 Tuntas
23
10
12
5
0
Kondisi Siklus I Siklus II
Awal
Tidak Tuntas 34 23 6
Tuntas 12 23 40

Diagram 4.14. Diagram Perbandingan Jumlah Ketuntasan Kondisi Awal


(Pra Siklus), Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan diagram perbandingan di atas mulai dari pra siklus, siklus I
dan siklus II, prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal
pada kompetensi menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan
memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan sudah menunjukkan
ketuntasan yang optimal.
e. Revisi
Tidak ada rencana perbaikan untuk siklus berikutnya karena baik
aktivitas siswa, hasil belajar siswa, dan performansi guru sudah menunjukkan
peningkatan.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan selama 2 siklus, dari kegiatan
belajar mengajar di kelas V SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal pada mata
pelajaran Bahasa Indonesiamateri menulis karangan berdasarkan pengalaman
dengan menggunakan metode field trip, setelah data dianalisis hasil yang
93

diperoleh berdasarkan observasi mengalami peningkatan. Dari hasil analisis


data selama proses pembelajaran dalam siklus I dan siklus II diperoleh
pembahasan sebagai berikut:

1. Hasil Nilai Belajar Siswa


Dari hasil penelitian menggunakan metode field trip pada pembelajaran
Bahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis, hasil nilai belajar siswa
mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus II. Hasil nilai belajar
siswa kelas V SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal pada pembelajaran Bahasa
Indonesia khususnya keterampilan menulis dapat dilihat pada tabel 4.13:

Tabel 4.16

Hasil Nilai Belajar Siswa Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman

No. Nilai Belajar Siswa Pra Siklus Siklus I Siklus II

1. Nilai >68 12 23 40

2. Nilai <68 34 23 6

3. Rata-rata 63,13 65,72 71,17

4. Ketuntasan belajar 26,09% 50% 86,96%

5. Ketidaktuntasan belajar 73,91% 50% 13,04%

Berdasarkan tabel diatas menunjukan adanya peningkatan kemampuan


menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan menggunakan metode field
trip, peningkatan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalamandi
kelas V SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal dapat dirinci dalam bentuk grafik
sebagai berikut:
94

100

86.96
90

73.91
71.17
80

65.72
63.13
70

60

50.00

50.00
50
40.00

40
34

26.09
30
23

23

20

13
12

10
6

0
Ketidak
Ketuntasan
Nilai ≥ 68 Nilai ≤ 68 Rata-rata tuntasan
belajar %
belajar %
Pra Siklus 12 34 63.13 26.09 73.91
Siklus I 23 23 65.72 50.00 50.00
Siklus II 40.00 6 71.17 86.96 13

Diagram 4.15. Hasil nilai belajar siswa menulis karangan berdasarkan


pengalaman

Berdasarkan pada gambar 4.15 hasil nilai belajar siswa pada siklus I
sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata kelas
65,72 dengan nilai >68 sebanyak 23 siswa, sedangkan nilai <68 sebanyak 23
siswa dengan ketuntasan belajar 50%. Ini berarti hasil nilai belajar siswa
menulis karangan berdasarkan pengalaman masih dibawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan di SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal yaitu 68.
Pada siklus II hasil nilai belajar siswa meningkat, dengan nilai rata-rata
menjadi 71,17 nilai >68 sebanyak 40 siswa, nilai <68 sebanyak 6 siswa, dan
ketuntasan belajar meningkat menjadi 86,96%. Dari hasil tersebut di atas dapat
diketahui bahwa telah terjadi peningkatan nilai belajar siswa pada kemampuan
95

menulis karangan. Peningkatan kemampuan menulis karangan ini terjadi


karena dalam pelaksanaan pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas V
SD Negeri Tunon 2 guru sudah memanfaatkan metode field trip dengan
maksimal.
1. Aktivitas siswa
Hasil aktivitas siswa selama proses pembelajaran menulis karangan
berdasarkan pengalaman dari siklus I dan siklus II mengalami peningkatan,
hasil tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.17

Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II

No Aktivitas Siswa Siklus I Siklus II

Memberikan/menjawab salam sebelum


1. 88,59% 99,46%
pembelajaran

2. Mempersiapkan alat pembelajaran 73,37% 73,37%

3. Frekuensi siswa dalam bertanya 59,78% 61,96%

4. Keaktifan siswa dalam bertanya 51,63% 58,69%

Frekuensi siswa dalam menjawab pertanyaan dari 59,78%


5 56,52%
guru.
Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dari 61,96%
6. 55,98%
guru
7. Keaktifan siswa dalam field trip 64,67% 64,13%

8. Keaktifan siswa dalam kerja kelompok 63,04% 68,48%

9. Aktivitas siswa ketika pembelajaran berlangsung 62,5% 69,02%

10 Merapikan alat pembelajaran 73,91% 93,48%

Memberikan/menjawab salam setelah


11 84,78% 98,37%
pembelajaran

Presentase 66,35% 73,61%

Cukup Baik
Kriteria
baik
96

Dari tabel diatas menunjukan bahwa aktvitas dari siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan, pada siklus I presentase yang diperoleh adalah 66,35%
dengan kriteria cukup baik. Siklus II presentase yang diperoleh adalah 73,61%
dengan kriteria baik. Adanya peningkatan aktivitas siswa selama pembelajaran
menggunakan metode field trip, dari siklus I memperoleh presentase66,35% dan
pada siklus II memperoleh presentase 73,61%, peningkatan adalah 0,09 poin atau
sekitar 9,86%. Untuk lebih jelasnya akan disajikan dalam bentuk grafik di bawah
ini :

120

99.46 98.37
100 93.48

80 77.17
69.56 68.48 69.02
61.96 59.78 61.96
Presentase

58.69
60

Siklus I
88.59 84.78
40 Siklus II
73.37 73.91
59.78 64.67 63.04 62.5
51.63 56.52 55.98
20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Aktivitas Siswa

Diagram 4.16. Hasil nilai aktivitas belajar siswa menulis karangan


berdasarkan pengalaman

Ada kenaikan dari setiap aktivitas siswa. Aktivitas siswa 1 mengalami


kenaikan dari 88,59% menjadi 99,46%. Aktivitas siswa 2 juga mengalami
peningkatan dari 73,37 menjadi 77,17%. Aktivitas siswa 3 mengalami
kenaikan dari 59,78% menjadi 61,96%. Aktivitas siswa 4 mengalami kenaikan
dari 51,63% menjadi 58,69%. Aktivitas siswa 5 juga mengalami kenaikan dari
56,52% menjadi 59,78%. Aktivitas siswa 6 mengalami kenaikan dari 55,98%
97

menjadi 61,96%. Aktivitas siswa 7 mengalami penurunan dari 64,67% menjadi


69,56%. Aktivitas siswa 8 mengalami kenaikan dari 63,04% menjadi 68,48%.
Aktivitas siswa 9 mengalami kenaikan dari 62,5% menjadi 69,02%. Aktivitas
siswa 10 mengalami kenaikan dari 73,91% menjadi 93,48%. Aktivitas siswa 11
mengalami kenaikan dari 84,78% menjadi 98,37%.

2. Performansi/Aktivitas guru
Dari hasil observasi aktivitas guru pada siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan, hasil aktivitas guru dapat dilihat pada tabel 4.19
dibawah ini :

Tabel 4.19

AktivitasGuru Siklus I dan Siklus II

Jumlah skor Kriteria


Siklus Rata-rata skor
yang diperoleh
I 65 3,82 Sangat Baik

II 66 3,88 Sangat Baik

Dari tabel diatas, maka aktivitas guru selama kegiatan belajar


mengajar menggunakan metode field trip mengalami peningkatan, dari
siklus I jumlah skor yang diperoleh 65, dengan rata-rata skor 3,82 termasuk
dalam kriteria kinerja gurusangat baik dan siklus II jumlah skor yang
diperoleh 66, rata-rata skor 3,88dengan kriteria kinerja guru sangat baik. Ini
menunjukan adanya perbaikan yang dilakukan oleh guru dalam proses
pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman.
98

65 66
70

60

50

40 Siklus I

30 Siklus II

20

10 3.82 3.88

0
Jumlah skor Rata-Rata skor

Diagram 4.17 Performansi guru pada siklus I dan siklus II


Pencapaian hasil belajar siswa yang diharapakan seperti yang
ditetapkan dalam indikator keberhasilan tidak lepas dari guru dalam proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis nilai hasil belajar serta aktivitas
siswa pada siklus I dan siklus II, terjadi peningkatan dalam proses belajar
mengajar, ini artinya guru sudah memiliki kinerja yang baik dalam
mengajarkan materi menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan
menggunakan metode field trip.
Dari observasi aktivitas guru selama siklus I dan siklus II, skor
aktivitas guru selalu meningkat dari setiap aspek yang dinilai. Kenaikan
skor dari setiap aspek yang dinilai menunjukkan guru selalu melakukan
perbaikan terhadap kinerja yang telah dilakukan pada pembelajaran
sebelumnya demi keberhasilan siswa. Hal ini bisa terlihat dari rata-rata skor
yang diperoleh pada siklus I sebesar 3,82 meningkat menjadi 3,88 pada
siklus II.
99

Tabel 4.19

Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II berdasarkan nilai APKG I dan II

No. Uraian Siklus I Siklus II

APKG I APKG II APKG I APKG II

1. Total skor 28,7 33,25 29,75 34,05

2. Rata-rata 4,78 4,75 4,95 4,86

Dari tabel di atas maka aktivitas guru selama kegiatan belajar mengajar
menggunakan metode field trip mengalami peningkatan, dari siklus I jumlah skor
yang diperoleh 33,25 dengan rata-rata skor 4,75 termasuk dalam kriteria kinerja
guru sangat baik dan siklus II jumlah skor yang diperoleh 34,05 rata-rata skor
4,86 dengan kriteria kinerja guru sangat baik. Berikut diagram aktivitas guru
siklus I dan II berdasarkan nilai APKG I dan II:

33.25
35 34.05
29.75
28.7
30

25

20
Siklus I
15 Siklus II

10
4.78 4.95 4.75
5 4.86

0
Total skor Rata-rata Total skor Rata-rata
APKG I APKG I APKG II APKG II
100

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penggunaan metode field trip ternyata berhasil meningkatkan


kemampuan menulis karangan berdasarkan pengalaman pada siswa kelas V SD
Negeri Tunon 2, terbukti dengan meningkatnya hasil nilai belajar menulis
karangan yang dilakukan oleh siswa pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I
nilai rata-rata menulis karangan sebesar 65,72 dengan presentase ketuntasan
belajar 50 %. Pada siklus II nilai rata-rata menulis karangan sebesar 71,17
dengan prosentase ketuntasan belajar 86,96%.
Aktivitas siswa dari siklus I dan siklus II mengalami peningkatan, pada
siklus I presentase yang diperoleh adalah 66,35% dengan kriteria cukup baik.
Siklus II presentase yang diperoleh adalah 73,61% dengan kriteria baik.
Adanya peningkatan aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan
metode field trip, dari siklus I memperoleh presentase66,35% dan pada siklus
II memperoleh prosentase 73,61%, peningkatan adalah 0,09 poin atau sekitar
9,86%.
Performansi guru selama kegiatan belajar mengajar menggunakan
metode field trip mengalami peningkatan, dari siklus I jumlah skor yang
diperoleh 65, dengan rata-rata skor 3,82 termasuk dalam kriteria kinerja
gurusangat baik dan siklus II jumlah skor yang diperoleh 66, rata-rata skor 3,88
termasuk dalam kriteria kinerja guru sangat baik. Ini menunjukkan adanya
perbaikan yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran menulis
karangan berdasarkan pengalaman.
. B. Saran
1. Bagi Guru
a Guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan
menarik, seperti menggunakan metode field trip dalam pembelajaran
keterampilan menulis karangan berdasarkan pengalaman, sehingga

101
101

diharapkan pembelajaran akan lebih bermakna, kreatif, efektif, dan


menyenangkan.
b. Guru dalam menerapkan metode field trip hendaknya mempersiapkan
sumber, media, instrumen penilaian dan teknik pembelajaran secara baik,
agar pembelajaran menulis dapat berlangsung dengan baik.
c. Guru hendaknya tidak pernah berhenti dan selalu menggali potensi
keterampilan menulis dalam diri siswa agar proses keterampilan menulis
tidak berhenti hanya pada menulis karangan berdasarkan pengalaman
saja, tetapi pada jenis keterampilan menulis lainnya.
d. Guru hendaknya selalu membimbing dan memotivasi siswa dalam
keterampilan menulis.
e. Guru hendaknya mampu menjadi salah satu sumber ilmu dan inspirasi
bagi siswa dalam keterampilan menulis.
2. Bagi Siswa
a. Siswa diharapkan dapatmemiliki motivasi dan semangat dalam menerima
materi pelajaran Bahasa Indonesiapada keterampilan menulis karangan
berdasarkan pengalaman yang disampaikan oleh guru.
b. Siswa hendaknya dapat menerapkan langkah-langkah menulis sebagai
suatu proses menulis bukan hanya sekedar teori.
c. Siswa hendaknya dapat terus berlatih menulis karangan berdasarkan
pengalaman dengan tetap memperhatikan pilihan kata, penggunaan
ejaan, penulisan huruf besar, kerapian tulisan, struktur kalimat, dan
kriteria penilaian menulis lainnya.
d. Siswa sebaiknya dapat bekerja sama dengan teman sekelas dalam setiap
penugasan kelompok oleh guru.
e. Siswa hendaknya dapat terus mengembangkan keterampilan menulis
tidak sebatas pada menulis karangan berdasarkan pengalaman saja, tetapi
jenis dan bentuk tulisan lainnya.
102

3. Bagi Sekolah
a. Sekolah hendaknya dapat memberikan kontribusi, dukungan, dan
motivasi baik secara moril maupun materiil bagi setiap penelitian yang
dilakukan oleh guru.
b. Sekolah diharapkan dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan
diri melalui beberapa kompetensi yang dimiliki melalui kegiatan-
kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.
c. Sekolah hendaknya memilki sumber pustaka guru yang dapat dijadikan
kajian teori dan empiris bagi penelitian guru.
d. Sekolah sebaiknya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi guru
untuk berekspresi dan beraktualisasi diri dalam pengembangan
kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.
e. Sekolah hendaknya memiliki visi dan misi yang dapat dijadikan acuan
dalam setiap program yang diadakan sekolah demi peningkatan mutu
sekolah, kinerja guru, prestasi belajar siswa, dan membina hubungan
baik dengan masyarakat.
4. Bagi Peneliti
a. Peneliti hendaknya dapat mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien
dan seefektif mungkin selama proses pembelajaran berlangsung dalam
menerapkan metode field trip.
b. Peneliti hendaknya dapat mengaplikasikan dan mengimplementasikan
berbagai metode, pendekatan, model, dan teknik pembelajaran dalam
setiap proses pembelajaran yang terjadi baik di luar maupun di luar kelas.
c. Temuan penelitian ini dapat dijadikan alternatif untuk memperbaiki
keterampilan menulis karangan terbukti lebih efektif.
103

DAFTAR PUSTAKA

(n.d). Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun


1945. Online. http://portal.
Mahkamahkonstitusi.go.id/eLaw/mg58ufsc89hrsg/UUD 1945 Perubahan. Pdf (
diakses pada 28/12/2012).
.(n.d). Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003. Online. http://www. Ziddu. Com/download/ 9731771/ uu-20-2003-
sisdiknas.pdf.html ( diakses pada 20/ 12/2012).

(n.d). 2007. Bahasa Indonesia Bahan Penyerta untuk Siswa MTs/ SMP.

Aqib, Zainal dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi


Aksara.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2010. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, Dan
Inovatif. Jogyakarta: Diva Press.

Anitah, Sri dkk. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

BSNP. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar. Jakarta:


Depdiknas.

Danim, S. 2010. Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

Djamarah dan zain. 2010. Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru. Bandung:
Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hernawan, dkk. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: UPI Press.

NN. 2009. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas


Terbuka.
104

Mulyati, Yeti. 2009. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas


Terbuka.
Rosdiana, Yusi. 2009. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Suparno dan Yunus, Mohamad. 2009. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Solchan, dkk. 2008. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Santoso, Puji, dkk. 2012. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD.
Tangerang Selatan.: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai