PENDAHULUAN
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka
perumusan masalah yang diajukan dalam proposal ini adalah: “Bagaimana
upaya meningkatkan siswa kelas V SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal pada
materi Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman?”
2. Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka alternatif pemecahan masalah
atau tindakan perbaikan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Bahasa Indonesia pada kompetensi
dasar menulis siswa kelas V di SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal pada materi
Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman dengan menerapkan metode
field trip.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakannya penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian yaitu untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia materi Menulis Karangan
Berdasarkan Pengalaman di SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini antara lain:
1) Meningkatnya aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri Tunon 2 Kota
Tegal dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi Menulis Karangan
Berdasarkan Pengalaman dengan menerapkan metode field trip.
2) Meningkatnya hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi Menulis Karangan
Berdasarkan Pengalaman dengan Memperhatikan Pilihan Kata dan
Penggunaan Ejaan dengan menerapkan metode field trip.
5
d. Bagi Peneliti
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
1) Belajar
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian belajar.
Pengertian belajar menurut Slameto (2010: 2) adalah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya. Menurut Slavin dalam Rifa’I dan Anni
(2009: 82 ), belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh
pengalaman. Gagne berpendapat bahwa belajar adalah perubahan disposisi
atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan
disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan
seseorang secara alamiah (Supriyono 2011: 3).
Sedangkan menurut Sunaryo dalam Komalasari (2011: 2)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu kegiatan di mana seseorang
membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada
dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pendapat lain dari
Harold Spears dalam Supriyono (2011: 2 ) menyatakan “ learning is to be
observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow
direction.” (belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba
sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu).
Ada tiga unsur utama belajar berpegang dari pendapat berbagai
pihak, antara lain:
(a) Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.
Perilaku sebelum belajar jika telah mengalami aktivitas belajar maka
akan menemui perubahan dari yang sebelumnya. Nampaknya
perubahan ini mengindikasikan bahwa seseorang telah melakukan
belajar.
7
8
c. Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah
kemampuankemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Reigeluth dalam Rusmono (2012: 7) hasil belajar adalah semua
akibat yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan
suatu metode di bawah kondisi yang berbeda.Snelbeker dalam Rusmono (2012:
8) mengatakan bahwa perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa
setelah melakukan perbuatan belajar adalah merupakan hasil belajar, karena
belajar pada dasarnya adalah bagaimana perilaku seseorang berubah sebagai
akibat pengalaman.Sedangkan Rifa’I dan Anni (2009: 85) menyatakan bahwa
12
d. Performansi Guru
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28 Ayat
3 dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 10 Ayat 1 dalam Sagala
(2011: 30), menyatakan kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran
pada jenjang pendidikan dasar danmenengah serta pendidikan anak usia dini
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial.
1) Kompetensi pedagogik, terdiri atas lima subkompetensi, yaitu memahami
siswa secara mendalam, merancang pembelajaran, termasuk memahami
landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran; melaksanakan
pembelajaran; merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran; dan
mengembangkan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya.
2) Kompetensi kepribadian, terdiri atas lima subkompetensi, yaitu
kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan
berakhlak mulia.
3) Kompetensi sosial, memiliki tiga subranah. Pertama, mampu
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa. Kedua, mampu
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesame pendidik dan
tenaga kependidikan. Ketiga, mampu berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan orang tua atau wali siswa dan masyarakat sekitar.
4) Kompetensi profesional, terdiri atas dua ranah subkompetensi. Pertama,
subkompetensi meguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang
studi; memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;
memahami srtuktur, konsep dan metode keilmuan yang koheren dengan
materi ajar. Kedua, subkompetensi menguasai struktur metode keilmuan,
menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi.
Sedangkan Conny R. Semiawan dalam Danim (2010: 59)
mengemukakan bahwa kompetensi guru memiliki tiga kriteria yang terdiri
atas:
14
Seorang penulis yang paham benar akan konsekuensi sebuah tulisan pasti
akan mempertimbangkan respon yang akan diperolehnya jika tulisannya
dibaca orang lain. Pembaca tentu mengharapkan memperoleh sesuatu dari
yang dibacanya.
Dilihat prosesnya, menulis mulai dari sesuatu yang tidak tampak
sebab apa yang hendak kita tulis masih berbentuk pikiran, bersifat sangat
pribadi. Jika penulis adalah seorang siswa, guru hendaknyabelajar
merasakan kesulitan yang sering dihadapi ketika menulis. Guru yang
memahami kesulitan yang sering dihadapi siswanya ketika menulis akan
berpendapat bahwa menulis karangan itu tidak harus sekali jadi. Adakalanya
sebuah kalimat telah selesai ditulis, tetapi kelanjutannya sulit didapat.Jika
ini terjadi, maka sebagai guru dapat menyarankan agar siswa mengubah
arah atau tujuan tulisannya.
Menugasi siswa membuat karangan berdasarkan pengalaman disertai
petunjuk-petunjuk praktis cara menulisnya adalah contoh pembelajaran
menulis yang ditekankan pada hasilnya, bukan pada prosesnya.
Dilihat dari prosesnya, pembelajaran menulis menuntut kerja keras
guru untuk membuat pembelajarannya di kelas menjadi kegiatan yang
menyenangkan sehingga, siswa tidak merasa “dipaksa” untuk dapat
membuat sebuah karangan, tetapi sebaliknya, siswa merasa senang karena
diajak guru untuk mengarang atau menulis.
Beberapa kiat guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis
sebagai sebuah proses menurut Puji Santoso,dkk. (2012), yaitu:
a. Langsung menulis, teori belakangan
Menulis itu lebih baik dipahami sebagai keterampilan, bukan sebagai
ilmu.Sebagai keterampilan, menulis membutuhkan latihan demi latihan.
Sebagai ilmu komposisi, menulis mengajarkan ada sekian jenis paragraf
dengan contoh-contohnya, ada sekian macam deskripsi, sekian macam
narasi, sekian macam eksposisi dan masing- masing disertai dengan
contoh- contohnya, ada kalimat inti dan sebagainya, yang semuanya itu
tidak membuat siswa dapat menulis. Terlalu banyak aturan akan
17
Pelajaran menulis itu merupakan proses nonlinear, artinya tidak harus ada
urutan-urutan tertentu dari a sampai ke z. Proses pembelajaran menulis tidak
mengenal urutan seperti itu sebab kegiatan menulis merupakan proses yang
berputar- putar dan berulang-ulang. Dalam proses seperti itu tidaklah
menjadi soal jika materi yang sama diberikan 2 atau 3 kali sebab dalam
setiap pengulangan akan selalu ada perubahan. Di samping dengan
sendirinya akan berlangsung pula proses-proses internalisasi, konsolidasi,
dan verifikasi yang akan menghasilkan kebiasaan dan keterampilan yang
semakin lama semakin menuju ke tingkat yang lebih sempurna pada diri
siswa.
Dengan adanya proses seperti itu, guru harus memiliki sistem
penilaian yang berbeda dengan cara penilaian konvensional. Dalam setiap
penilaian ini guru perlu membuat kesepakatan dengan siswa.
Menilai karangan dalam pembelajaran menulis dengan pendekatan
proses harus ada kesesuaian antara kriteria penulisan guru dengan pikiran,
kreasi, keinginan, dan gaya yang digunakan siswa. Menilai karangan
memang hak prerogatif guru, tetapi siswa juga mempunyai hak untuk
menghargai kreasinya. Oleh sebab itu, siswa boleh ditanya apa sikapnya
terhadap tulisan yang telah dihasilkannya.
e. Berbicara meniru mendengarkan, menulis meniru membaca
Setiap guru bahasa selalu ingat bahwa ada empat keterampilan pokok
dalam berbahasa, yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.Alam
telah mengaruniai manusia kemampuan siswa. Memang, sampai pada taraf
tertentu siswa belajar menulis dengan cara meniru dari bacaan sebab
manusia gemar membaca. Sambil membaca berkembanglah bakat siswa
menulis. Sedemikian kuatnya kaitan antara membaca dengan menulis
sehingga ada pendapat yang menyatakan seseorang tidak gemar membaca,
tidak akan menjadi penulis.
Tahapan menulismeliputi kegiatan prapenulisan(prewriting), tahap
penulisan(writing), tahap pasca penulisan (post-writing).Dalam tahap pra
penulisan terdapat aktivitas memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran,
20
paragraf ada kalimat topik yang berisi gagasan dasar isi paragraf.
Gagasan dasar dalam sebuah paragraf hanya satu. Gagasan-gagasan yang
lain merupakan gagasan pengembang. Gagasan-gagasan pengembang itu
diungkapkan dalam kalimat-kalimat pengembang.Kesatuan paragraf
harus terpenuhi dua hal.Pertama, paragraf hanya mengandung sebuah
kalimat topik yang berarti hanya berisi sebuah gagasan dasar.Kedua,
paragraf berisi kalimat atau sejumlah kalimat pengembang yang berisi
gagasan atau gagasan pengembang.Gagasan pengembang itu merupakan
penjelas atau atribut terhadap gagasan dasar.
2. Persyaratan Pengembangan
Gagasan dasar diungkapkan dalam kalimat topik dan gagasan
pengembang diungkapkan dalam kalimat-kalimat pengembang.Kondisi
demikian menunjukkan bahwa paragraf tersebut sudah
dikembangkan.Dengan demikian, paragraf tersebut sudah memenuhi
persyaratan pengembangan.
Bukti awal kegagalan penulis dalam menyusun paragraf adalah
tidak adanya kalimat topik dan kalimat pengembang.Pembaca
dihadapkan pada kebingungan untuk menentukan gagasan dasar dan
gagasan pengembang.Jika ada paragraf yang hanya berisi satu kalimat,
ada dua kemungkinan yang menjadi kegagalan paragraf itu.Pertama,
paragraf itu sebenarnya merupakan paragraf semu karena isinya
merupakan gagasan pengembang sebagai bagian dari paragraf lain, tetapi
karena dituliskan mengikuti cara penulisan paragraf, seolah-olah menjadi
paragraf. Kedua, paragraf itu berisi gagasan dasar yang belum dijabarkan
ke dalam gagasan pengembang, sehingga tidak dilengkapi dengan
kalimat topik.
3. Persyaratan Kepaduan atau Koherensi
Kesatuan memiliki arti ketunggalan isi gagasan yang dijamin oleh
adanya satu gagasan dasar dan sejumlah gagasan pengembang.Kepaduan
berarti keserasian hubungan antargagasan dalam paragraf yang berisi
juga keserasian hubungan antarkalimat dalam paragraf menjadi
26
relatif matang karena kerangka yang relatif matang itu belum dibuat.Kedua,
sifat malas untuk segera memulai menulis draf lazim menjadi sebab tidak
segera terwujudnya draf karangan.Ketiga, ada keengganan dan
kekurangcermatan dalam mengumpulkan dan menata bahan-bahan tulisan.
Perbaikan draf karangan meliputi empat aspek yaitu, aspek isi, bahasa, ejaan
dan tanda baca, dan teknis.
h. Pengalaman
Menurut Har-Pu-Pi (2012) jenis pengalaman dalam karangan antara lain:
1) Pengalaman yang menyenangkan yaitu, kejadian atau peristiwa yang
membuat pelaku merasa senang jika mengingat kejadian atau peristiwa
yang dialaminya.
2) Pengalaman yang menyedihkan yaitu, kejadian atau peristiwa yang
membuat pelaku merasa sedih dan berupaya untuk tidak mengingatnya.
Sumber-sumber pengalaman antara lain:
(1) Pengamatan panca indera
(2) Wawancara
(3) Pengalaman langsung dari aktivitas yang dilakukan siswa.
Langkah-langkah menulis karangan yang bersumber dari
pengalamanantara lain:
(1) Mendata seluruh peristiwa secara runtut
(2) Mendata seluruh pelaku yang terlibat
(3) Keterangan suasana tempat kejadian
(4) Menentukan garis besar cerita yang yang hendak ditulis.
Contoh-contoh jenis pengalaman antara lain:
(1) Lucu: pengalaman mencari topi, padahal topi yang dicarinya di atas
kepala (membuat orang yang terlibat tertawa).
(2) Aneh: pengalaman bertemu dengan orang yang sudah meninggal
(yang menyebabkan orang terlibat merasa antara percaya atau tidak)
(3) Mendebarkan: pengalaman menunggu hasil ujian nasional (yang
membuat denyut jantung berdebar dengan cepat).
29
langsung (Hildebrand dalam Isjoni 2010: 89). Field trip juga berarti
membawa anak ke oBjek-objek tertentu sebagai pengayaan pengajaran,
pemberian pengalaman belajar yang tidak mungkin diperoleh anak di dalam
kelas (Welton dan Maltoon dalam Isjoni 2010: 89). Melalui field tripsebagai
metode pembelajaran anak didik dibawah bimbingan guru mengunjungi
tempat-tempat tertentu dengan maksud belajar (Sagala 2011 : 214).
Teknik pelaksanaan field trip adalah dengan melakukan kegiatan
pembelajaran di luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan dan
narasumber yang terkait. Dengan demikian, pendekatan pembelajaran yang
digunakan merupakan pendekatan yang berpusat pada siswa (student
centeredapproaches). Di Indonesia, field trip juga dikenal dengan metode
karyawisata/widyawisata /study tour /out bond /studi lapangan. Akan tetapi,
perlu disadari bahwa field trip tidak berarti harus dilakukan ketempat jauh,
dengan waktu yang lama, biaya transportasi dan perlengkapan yang
lengkap, tetapi dapat dilakukan pada lingkungan alam sekitar sekolah
(Sudjana 2010 : 87)
when we think of a Field Trip, it’s possible that the local museum or
zoo may bethe first destinations to come to mind. However, Field Trip
are much more than museums. Researchers may struggle with a single
definition for informal learning experiences but generally agree that
they encompass unique experiences outside a traditional classroom
setting. This may includes a visit to ab art museum but alsoa trip to a
local gallery with the chance to paint alongside an artist. These
informallearning experiences offer a unique chance for student to
connect with the world around them and require a slightly different
approach to instrumentionin order to fully tap into their offerings
(Melber 2007:1)
Pernyataan Melber tersebut dapat diartikan bahwa ketika kita berpikir
tentang field trip, mungkin museum lokal atau kebun binatang menjadi
pilihan pertama yang terpikir. Padahal, field trip itu lebih dari sekedar
museum. Para peniliti boleh berpegang pada satu pengertian untuk
32
(2) Menetapkan objek field trip sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Dalam fase ini adalah pelaksanaan kegiatan belajar di tempat field trip
dengan bimbingan guru. Kegiatan belajar ini harus diarahkan kepada
tujuan yang telah ditetapkan pada fase perencanaan di atas.
Salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa,
khususnya pada materi Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman dengan
Memperhatikan pilihan Kata dan Penggunaan Ejaan, yaitu diperlukan metode
pembelajaran yang dapat merangsang siswa agar leluasa mengekspresikan ide
gagasan, menumbuhkan minat dan motivasi belajarnya. Peneliti mencoba
menggunakan metode field trip. Dengan menggunakan metode field trip,
diharapkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam menulis
karangan berdasarkan pengalaman.Berikut ini diagram kerangka berfikir
penerapan metode pembelajaran field trip pada mata pelajaran Bahasa Indonesia:
Guru
menggunakan Siklus I:
Tindakan metode field trip penerapan
metode field trip
Diduga penerapan
model field trip dapat Siklus II:
meningkatkan hasil penerapan metode
belajar menulis field trip
Kondisi
karangan
Akhir berdasarkan
pengalaman
37
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, diajukan hipotesis tindakan
sebagai berikut;
Melalui metode field trip, maka pembelajaran Bahasa Indonesia materi
Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman dengan Memperhatikan Pilihan
Kata dan Penggunaan Ejaan pada siswa kelas V SD Negeri Tunon 2 Kota
Tegal dapat meningkat.
38
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIANPERBAIKANPEMBELAJARAN
38
39
Keterangan:
NA = Nilai Akhir
Sp = Skor perolehan
Sm = Skor maksimal (BSNP 2007: 25)
2) Untuk menentukan rata- rata kelas
∑𝑋
x = ∑𝑁
Keterangan:
X = Nilai rata- rata
∑ 𝑋= Jumlah semua nilai
∑ 𝑁= Jumlah siswa (Aqib dkk. 2010: 40)
3) Untuk menentukan presentase tuntas belajar siswa
siswa yang tuntas belajar
P = x 100%
jumlah siswa
Keterangan:
P = Presentase tuntas belajar klasikal (Aqib dkk. 2010: 4)
4) Menentukan nilai aktivitas siswa
Untuk menghitung nilai keaktifan belajar siswa (NKS), dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut (Yonny dkk. 2010:177):
45
Prosentase Kriteria
0% - 24,99% Rendah
F. Jadwal Penelitian
JADWAL PKP DI SD NEGERI TUNON 2 TEGAL
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pra Siklus
2. Penyusunan
proposal
3. Revisi Proposal
4. Menyusun
Instrumen
5. Siklus I
6. Siklus II
7. Analisis Data
8. Penyusunan
Laporan
9. Revisi dan
penjilidan
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hal ini dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan aktivitas siswa
sebagai berikut:
50
Tabel 4.1
Kriteria Cukup
51
40
30
20
10
Jumlah Nilai
Memberi/menjawa…
Memberi/menjawa…
Keaktifan dalam…
Keaktifan dalam…
Merapikan alat…
Aktivitas ketika…
Keaktifan…
Mempersiapkan…
frekuensi…
0
Frekuensi bertanya
Keaktifan bertanya
Prosentase
Tabel 4.2
7 76 1 76
75 4 300
71 1 71
70 1 70
69 1 69
68 4 272
67 2 134
66 3 198
65 4 260
63 2 126
62 5 310
61 3 183
60 5 300
58 1 58
57 1 57
55 4 220
50 4 200
Jumlah 46 2904
Rata-Rata 63,13
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada pra siklus jumlah siswa
ada 46 siswa, jumlah siswa yang memperoleh nilai 76ada1 siswa.Siswa yang
memperoleh nilai 75 ada 4 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 71ada 1 siswa.
Siswa yang memperoleh nilai 70 ada 1 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 69
ada 1 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 68 ada 4 siswa. Siswa yang
memperoleh nilai 67 ada 2 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 66 ada 3 siswa.
53
Siswa yang memperoleh nilai 65 ada 4 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 63
ada 2 siswa. Siswa yang mendapat nilai 62 ada 5 siswa. Siswa yang
memperoleh nilai 61 ada 3 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 60 ada 5 siswa.
Siswa yang memperoleh nilai 58 ada 1 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 57
ada 1 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 55 ada 4 siswa. Terakhir siswa yang
memperoleh nilai 50 ada 4 siswa.Nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 63,13
sehingga hasil dapat dikatakan belum tuntas karena belum sesuai dengan nilai
KKM yaitu 68.
Tabel 4.3
Hasil Nilai Belajar Siswa Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman Pra Siklus
No Indikator Keterangan
1. Jumlah siswa 46
2. KKM 68
4. Siswa tuntas 12
6. Nilai tertinggi 76
7. Nilai terendah 50
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pada pra siklus jumlah siswa ada
46 siswa, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa sedangkan siswa yang
tidak tuntas ada 34 siswa. Nilai tertinggi yang berhasil diraih siswa adalah 76 dan
nilai terendah yang diperoleh adalah 50. Presentase ketuntasan yang dicapai pada
pra siklus hanya mencapai 26,09%, sehingga hasil dapat dikatakan belum tuntas
karena belum sesuai dengan kriteria ketuntasan yang ditentukan dalam indikator
keberhasilan yaitu sebesar 73,13%.
54
5 5
5
4.5
4 4 4 4 4
4
3.5
3 3
3
2.5 Jumlah Siswa
2 2
2
1.5
1 1 1 1 1 1
1
0.5
0
76 75 71 70 69 68 67 66 65 63 62 61 60 58 57 55 50
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 17 Oktober 2013 pukul 07.35 WIB sampai pukul 08.45 WIB.
Jumlah siswa yang mengikuti pelajaran pada siklus I yaitu 46 siswa,
56
Gambar 4.3. Guru sedang menyiapkan siswa untuk berdoa sebelum ke lokasi
57
Tabel 4.4
Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Selama Pembelajaran Bahasa Indonesia Siklus I
Skor
No Aspek yang diamati Nilai
1 2 3 4
1 Kegiatan Awal
2. Kegiatan Inti
Rata-rata 3,82
Kriteria Baik
Keterangan :
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Sangat Baik
Berdasarkan tabel4.4menunjukkan adanya beberapa perilaku
guru yang belum optimal dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran,
diantaranya guru belum dapat menjelaskan langkah-langkah menulis
karangan, guru belum dapat membimbing siswa dalam menulis
berantai, menuliskan kembali sebuah paragraf sesuai penggunaan ejaan
yang tepat serta menulis karangan berdasarkan pengalaman yang
dialami oleh siswa, dan belum mengarahkan secara maksimal dalam
menyimpulkan materi ajar. Sehingga dapat digambarkan prosentase
kinerja guru selama kegiatan pembelajaran baru mencapai 95,59 %.
Adapun gambaran prosentase keberhasilan guru dalam proses kegiatan
pembelajaran digambarkan dalam diagram batang berikut ini :
2 1
2
0
Menjelaskan…
Memberi tes…
Memberi…
Menjelaskan…
Membimbing…
Membacakan…
Menyediakan alat…
Meminta siswa…
Meminta siswa…
Meminta siswa…
Mengajak siswa ke…
Mengarahkan…
Mengelompokkan…
Mengamati siswa…
Mengevaluasi…
Menyampaikan…
3
Melakukan refleksi
4
64
Kemunculan
No Aspek yang diobservasi Komentar
Ada Tidak Ada
ke depan siswa
Pada hasil pengamatan Siklus I terlihat bahwa pada aspek yang diamati
tingkat kemunculan ada sebesar 95,59% dan tingkat kemunculan tidak
adasebesar 4,41%. Berikut diagram 4.4Presentase Hasil Pengamatan Siklus I.
95.59%
100.00%
50.00% 4.41%
0.00%
Ada Tidak ada
2. Aspek Siswa
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung semua aktivitassiswa
diamati oleh pengamat dengan menggunakan lembar observasi. Hal ini
bertujuan agar siswa terlibat secara aktif selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, sehingga diharapkan terjadi adanya interaksi kegiatan
pembelajaran dari dua arah. Adapun hasil pengamatan observer terhadap
aktivitas siswa pada siklus I:
66
Tabel 4.6
Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I pada Pembelajaran Menulis Karangan
Berdasarkan Pengalaman
Jumlah Presentase
No Aktivitas Siswa
Nilai
1. Memberikan/menjawab salam sebelum
163 88,59%
pembelajaran dimulai.
300
200
Aktivitas selama…
Keaktifan dalam field…
Keaktifan dalam…
Merapikan alat…
Memberi/menjawab…
Memberi/menjawab…
Frekuensi menjawab…
Mempersiapkan alat…
Frekuensi bertanya
Keaktifan menjawab
Keaktifan bertanya
Presentase
Tabel 4.7
No Indikator Keterangan
1. Jumlah siswa 46
2. KKM 68
4. Siswa tuntas 23
6. Nilai tertinggi 85
7. Nilai terendah 50
Berdasarkan tabel 4.7. dapat dilihat bahwa pada siklus I jumlah siswa ada
46 siswa, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 23 siswa sedangkan siswa yang
tidak tuntas ada 23 siswa. Nilai tertinggi yang berhasil diraih siswa adalah 85 dan
nilai terendah yang diperoleh adalah 50. Prosentase ketuntasan yang dicapai pada
siklus I hanya mencapai 50%, sehingga hasil dapat dikatakan belum tuntas karena
belum sesuai dengan kriteria ketuntasan yang ditentukan dalam indikator
keberhasilan yaitu sebesar 73,13%. Berikut diagram hasil nilai belajar menulis
karangan berdasarkan pengalaman pada siklus I:
69
85
90
80 68
70
60 46
50
40
23 23
30
20
10 75.00%
0
Jumlah KKM Presen Siswa Siswa Nilai
Siswa tase Tuntas tidak Terting
ketunt tuntas gi
asan
klasikal
Keterangan 46 68 75.00% 23 23 85
3) Performansi Guru
menumbuhkan sikap percaya diri pada siswa agar siswa tidak memiliki
rasa takut akan kesalahan dari jawaban pertanyaan yang diberikan guru.
- Guru hendaknya memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa,
sehingga siswa merasa terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
- Waktu yang digunakan untuk ceramah dikurangi dan waktu untuk
berdiskusi serta mengerjakan soal diperbanyak. Hal ini dilakukan untuk
memberikan kesempatan kepada anak untuk lebih kooperatif dan
berkonsentrasi dalam mengerjakan soal.
- Guru selalu mengingatkan kepada siswa untuk selalu memperhatikan
intruksi yang diberikan oleh guru agar dalam mengerjakan tugas selalu
tepat waktu.
Hasil prestasi belajar siswa dalam perbaikan pembelajaran Bahasa
Indonesiamateri menulis karangan berdasarkan pengalaman siklus I
kelas V SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal dicantumkan dalam tabel
berikut ini:
Tabel 4.8
85 1 85
82 1 82
80,5 1 80,5
80 1 80
75 4 300
71 2 142
70 6 420
69,5 1 69,5
69 2 138
68 3 204
73
66,5 1 66,5
65 3 195
64 1 64
63 1 63
62 8 496
61 1 61
60 7 420
57 1 57
Jumlah 46 3023,5
Rata-Rata 65,72
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa pada siklus I jumlah siswa ada
46 siswa, jumlah siswa yang memperoleh nilai 85ada1 siswa.Siswa yang
memperoleh nilai 82 ada 1 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 80,5ada 1
siswa. Siswa yang memperoleh nilai 80 ada 1 siswa. Siswa yang memperoleh
nilai 75 ada 4 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 71 ada 2 siswa. Siswa yang
memperoleh nilai 70 ada 6 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 69,5 ada 1
siswa. Siswa yang memperoleh nilai 69 ada 2 siswa. Siswa yang memperoleh
nilai 68 ada 3 siswa. Siswa yang mendapat nilai 66,5 ada 1 siswa. Siswa yang
memperoleh nilai 65 ada 3 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 64 ada 1 siswa.
Siswa yang memperoleh nilai 63 ada 1 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 62
ada 8 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 61 ada 1 siswa. Siswa yang
memperoleh nilai 60 ada 7 siswa.Siswa yang memperoleh nilai 57 ada 1 siswa
Nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 65,72 sehingga hasil dapat dikatakan
belum tuntas karena belum sesuai dengan nilai KKM yaitu 68.
74
9
8
8
7 Jumlah Siswa
7
6
6
5
4
4
3 3
3
2 2
2
1111 1 1 11 1 1
1
0
80.5
69.5
66.5
85
82
80
75
71
70
69
68
65
64
63
62
61
60
57
2 Tidak Tuntas 34 23
75
100%
90%
80% 23
70% 34
60%
50% Tidak tuntas
40% Tuntas
30% 23
20% 12
10%
0%
Kondisi Awal ( Pra Siklus I
Siklus )
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Jumat
tanggal 25 Oktober 2013 pukul 07.00 WIB sampai pukul 08.10
WIB.Jumlah siswa yang mengikuti pelajaran pada siklus II yaitu 46
siswa, dengan berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP),pada siklus II guru mengajarkan menulis karangan berdasarkan
pengalaman ke daerah persawahan. Adapun uraian kegiatan
pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan Awal.
Sebelum proses pembelajaran dimulai,guru memberikan salam
dan menyuruh siswa untuk berdoa sebelum berangkat ke
lokasi.Setelah berdoa dan pengisian daftar hadir guru menyampaikan
cakupan materi yang akan dipelajari, serta menyampaikan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai.
77
3. Kegiatan Akhir
Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil karangannya.Tiba
saatnya merumuskan simpulan hasil pembelajaran. Siswa bersama-sama
guru menyimpulkan hasil pembelajaran. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
telah dikerjakan kemudian dinilai oleh guru dan dipasang pada papan
pajangan siswa sebagai hasil kerja kelompok dan individu.Sebelum
pembelajaran selesai, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan materi yang belum dipahami.
Selanjutnya guru memberikan lembar soal tes siklus II untuk
dikerjakan siswa secara individu. Peraturan dari tes ini adalah
menuliskarangan berdasarkan pengalaman dalam dua paragraf sebanyak
sepuluh kalimat dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan
ejaan.Gurumengoreksi hasil tes untuk mendapatkan nilai tes formatif
siklus II. Untuk lebih jelas jalannya siswa dalam mengerjakan tes siklus II
dapat dilihat dari dokumentasi berikut :
c. Pengamatan ( Observasi )
Dalam melakukan pengamatan, peneliti dibantu oleh supervisor II yaitu
Ibu Siti Asiyah,S.Pd. dengan menggunakan alat penilaian kemampuan
guru (APKG) dan lembar observasi guru serta siswa. Peneliti melakukan
proses belajar mengajar sampai pada evaluasi.
1. Aspek Guru
Dari hasil analisis APKG diperoleh rata-rata sebesar 3,88
sedangkan hasil pengamatan terhadap perilaku guru selama proses
pembelajaran Bahasa Indonesia siklus II digambarkan sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Bahasa Indonesia
Siklus II
Skor
No Aspek yang diamati Nilai
1 2 3 4
1 Kegiatan Awal
c. Mengelompokkan siswa √ 4
2. Kegiatan Inti
Rata-rata 3,88
Kriteria Baik
Diagram 4.9
Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Selama PembelajaranBahasa Indonesia
Siklus II
2 1
2
0
Memberi tes…
Memberi…
Membacakan…
Membimbing…
Menyediakan alat…
Mengajak siswa ke…
Mengarahkan…
Mengamati siswa…
Meminta siswa…
Meminta siswa…
Meminta siswa…
Menyampaikan…
Menjelaskan…
Menjelaskan…
Mengelompokkan…
Mengevaluasi…
3
Melakukan refleksi
4
Kemunculan
No Aspek yang diobservasi Komentar
Ada Tidak Ada
jangan terlalu
banyak bermain
100%
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
0%
20%
10%
0%
Ada Tidak Ada
2. Aspek Siswa
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung semua aktivitas siswa
diamati oleh pengamat dengan menggunakan lembar observasi. Hal ini
bertujuan agar siswa terlibat secara aktif selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, sehingga diharapkan terjadi adanya interaksi kegiatan
pembelajaran dari dua arah. Adapun hasil pengamatan observer terhadap
aktivitas siswa pada siklus II sebagai berikut:
Tabel 4.12
Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus IIpada Pembelajaran Menulis Karangan
Berdasarkan Pengalaman
Jumlah Presentase
No Aktivitas Siswa
Nilai
1. Memberikan/menjawab salam sebelum
183 99,46%
pembelajaran dimulai.
Sangat Tinggi
300
250
200
150
100 183 172 181
140 114
50 108 110 114 121 126 127
0
Mempersiapkan…
Frekuensi…
Keaktifan dalam…
Keaktifan dalam…
Aktivitas selama…
Merapikan alat…
Memberi/menjawa…
Memberi/menjawa…
Frekuensi bertanya
Keaktifan bertanya
Keaktifan menjawab
Prosentase
Jumlah Nilai
Tabel 4.13
No Indikator Keterangan
1 Jumlah siswa 46
2 KKM 68
6 Nilai tertinggi 86
7 Nilai terendah 60
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa pada siklus IIjumlah siswa ada
46 siswa, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 40siswa sedangkan siswa yang tidak
tuntas ada 6 siswa. Nilai tertinggi yang berhasil diraih siswa adalah86 dan nilai
terendah yang diperoleh adalah60.Presentase ketuntasan yang dicapai pada siklus
II hanya mencapai86,96% sehingga hasil dapat dikatakan sudah tuntas karena
sesuai dengan kriteria ketuntasan yang ditentukan dalam indikator keberhasilan
yaitu sebesar 75%. Berikut diagram 4.12 Hasil Nilai Belajar Menulis Karangan
Berdasarkan Pengalaman pada Siklus II:
86
90
80 68
70
60 46
50 40
40
30
20 6
10 75.00%
0
Jumlah KKM Presenta Siswa Siswa Nilai
Siswa se Tuntas tidak Tertingg
ketuntas tuntas i
an
klasikal
Keterangan 46 68 75.00% 40 6 86
d. Refleksi
Pada akhir siklus II diadakan refleksi terhadap pelaksanaan yang
dilaksanakan oleh peneliti. Selama proses pembelajaran sudah tidak ditemukan
kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran. Sedangkan kelebihan-kelebihan
selama proses pembelajaran pada siklus II, dapat terlihat pada aktivitas-
aktivitas berikut:
90
3) Aktivitas Siswa
Tabel 4.14
86 2 172
85 2 170
83 1 83
80 4 320
75 2 150
72,5 1 72,5
71,5 1 71,5
70 9 630
68 18 1224
65 3 195
63 2 126
60 1 60
46 3274
Jumlah
71,17
Rata – rata
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa pada siklus II jumlah siswa
ada 46 siswa, jumlah siswa yang memperoleh nilai 86ada2 siswa.Siswa yang
memperoleh nilai 85 ada 2 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 83ada 1 siswa.
Siswa yang memperoleh nilai 80 ada 4 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 75
ada 2 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 72,5 ada 1 siswa. Siswa yang
memperoleh nilai 71,5 ada 1 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 70 ada 9
siswa. Siswa yang memperoleh nilai 68 ada 18 siswa. Siswa yang memperoleh
nilai 65 ada 3 siswa. Siswa yang mendapat nilai 63 ada 2 siswa. Siswa yang
memperoleh nilai 60 ada 1 siswa. Nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 71,17
sehingga hasil dapat dikatakan tuntas karena nilai di atasnilai KKM yaitu 68.
91
16
14
12
10 9
Jumlah Siswa
8
6
4
4 3
2 2 2 2
2 1 1 1 1
0
86 85 83 80 75 72.5 71.5 70 68 65 63 60
Tabel 4.15
Perbandingan Jumlah Ketuntasan Pada Kondisi Awal (Pra Siklus), Siklus I, dan
Siklus II
Kondisi Awal Siklus II
No Uraian Siklus I
(Pra Siklus)
1 Tuntas 12 23 40
2 Tidak Tuntas 34 23 6
92
Dari data pra siklus, siklus I, dan siklus IIdapat dilihat bahwa tingkat
ketuntasan pada pra siklus hanya 12 siswa dan siswa yang tidak tuntas sebanyak
34. Pada siklus I siswa yang tuntas 23 dan yang tidak tuntas 23.
50
45 6
40
35 23
30 34
25
20 40 Tidak Tuntas
15 Tuntas
23
10
12
5
0
Kondisi Siklus I Siklus II
Awal
Tidak Tuntas 34 23 6
Tuntas 12 23 40
Tabel 4.16
1. Nilai >68 12 23 40
2. Nilai <68 34 23 6
100
86.96
90
73.91
71.17
80
65.72
63.13
70
60
50.00
50.00
50
40.00
40
34
26.09
30
23
23
20
13
12
10
6
0
Ketidak
Ketuntasan
Nilai ≥ 68 Nilai ≤ 68 Rata-rata tuntasan
belajar %
belajar %
Pra Siklus 12 34 63.13 26.09 73.91
Siklus I 23 23 65.72 50.00 50.00
Siklus II 40.00 6 71.17 86.96 13
Berdasarkan pada gambar 4.15 hasil nilai belajar siswa pada siklus I
sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata kelas
65,72 dengan nilai >68 sebanyak 23 siswa, sedangkan nilai <68 sebanyak 23
siswa dengan ketuntasan belajar 50%. Ini berarti hasil nilai belajar siswa
menulis karangan berdasarkan pengalaman masih dibawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan di SD Negeri Tunon 2 Kota Tegal yaitu 68.
Pada siklus II hasil nilai belajar siswa meningkat, dengan nilai rata-rata
menjadi 71,17 nilai >68 sebanyak 40 siswa, nilai <68 sebanyak 6 siswa, dan
ketuntasan belajar meningkat menjadi 86,96%. Dari hasil tersebut di atas dapat
diketahui bahwa telah terjadi peningkatan nilai belajar siswa pada kemampuan
95
Tabel 4.17
Cukup Baik
Kriteria
baik
96
Dari tabel diatas menunjukan bahwa aktvitas dari siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan, pada siklus I presentase yang diperoleh adalah 66,35%
dengan kriteria cukup baik. Siklus II presentase yang diperoleh adalah 73,61%
dengan kriteria baik. Adanya peningkatan aktivitas siswa selama pembelajaran
menggunakan metode field trip, dari siklus I memperoleh presentase66,35% dan
pada siklus II memperoleh presentase 73,61%, peningkatan adalah 0,09 poin atau
sekitar 9,86%. Untuk lebih jelasnya akan disajikan dalam bentuk grafik di bawah
ini :
120
99.46 98.37
100 93.48
80 77.17
69.56 68.48 69.02
61.96 59.78 61.96
Presentase
58.69
60
Siklus I
88.59 84.78
40 Siklus II
73.37 73.91
59.78 64.67 63.04 62.5
51.63 56.52 55.98
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Aktivitas Siswa
2. Performansi/Aktivitas guru
Dari hasil observasi aktivitas guru pada siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan, hasil aktivitas guru dapat dilihat pada tabel 4.19
dibawah ini :
Tabel 4.19
65 66
70
60
50
40 Siklus I
30 Siklus II
20
10 3.82 3.88
0
Jumlah skor Rata-Rata skor
Tabel 4.19
Dari tabel di atas maka aktivitas guru selama kegiatan belajar mengajar
menggunakan metode field trip mengalami peningkatan, dari siklus I jumlah skor
yang diperoleh 33,25 dengan rata-rata skor 4,75 termasuk dalam kriteria kinerja
guru sangat baik dan siklus II jumlah skor yang diperoleh 34,05 rata-rata skor
4,86 dengan kriteria kinerja guru sangat baik. Berikut diagram aktivitas guru
siklus I dan II berdasarkan nilai APKG I dan II:
33.25
35 34.05
29.75
28.7
30
25
20
Siklus I
15 Siklus II
10
4.78 4.95 4.75
5 4.86
0
Total skor Rata-rata Total skor Rata-rata
APKG I APKG I APKG II APKG II
100
BAB V
A. Simpulan
101
101
3. Bagi Sekolah
a. Sekolah hendaknya dapat memberikan kontribusi, dukungan, dan
motivasi baik secara moril maupun materiil bagi setiap penelitian yang
dilakukan oleh guru.
b. Sekolah diharapkan dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan
diri melalui beberapa kompetensi yang dimiliki melalui kegiatan-
kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.
c. Sekolah hendaknya memilki sumber pustaka guru yang dapat dijadikan
kajian teori dan empiris bagi penelitian guru.
d. Sekolah sebaiknya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi guru
untuk berekspresi dan beraktualisasi diri dalam pengembangan
kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.
e. Sekolah hendaknya memiliki visi dan misi yang dapat dijadikan acuan
dalam setiap program yang diadakan sekolah demi peningkatan mutu
sekolah, kinerja guru, prestasi belajar siswa, dan membina hubungan
baik dengan masyarakat.
4. Bagi Peneliti
a. Peneliti hendaknya dapat mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien
dan seefektif mungkin selama proses pembelajaran berlangsung dalam
menerapkan metode field trip.
b. Peneliti hendaknya dapat mengaplikasikan dan mengimplementasikan
berbagai metode, pendekatan, model, dan teknik pembelajaran dalam
setiap proses pembelajaran yang terjadi baik di luar maupun di luar kelas.
c. Temuan penelitian ini dapat dijadikan alternatif untuk memperbaiki
keterampilan menulis karangan terbukti lebih efektif.
103
DAFTAR PUSTAKA
(n.d). 2007. Bahasa Indonesia Bahan Penyerta untuk Siswa MTs/ SMP.
Aqib, Zainal dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Djamarah dan zain. 2010. Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru. Bandung:
Rineka Cipta.