Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN

PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL


(PDGK 4501)

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA TEMA


KEGIATAN JUAL BELI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SDIT ULUL ALBAB
KECAMATAN LOCERET KABUPATEN NGANJUK

Oleh:
MANU WINARSIH
NIM: 824783034

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ MALANG
POKJAR NGANJUK
PROGRAM S1 PGSD
2017.1

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Perbaikan Pembelajaran Penerapan Metode Role Playing Pada Tema


Kegiatan Jual Beli Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III
SDIT Ulul Albab Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk

Nama Mahasiswa : Manu Winarsih


NIM : 824783034
Program Studi : S1 PGSD
Tempat Mengajar : SDIT Ulul Albab Kecamatan Loceret
Kabupaten Nganjuk
Jumlah Pembelajaran : 3 x Siklus
Tempat Pelaksanaan : Kelas III SDIT Ulul Albab
Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk
Tanggal Pelaksanaan : 10 April, 12 April dan 17 April 2017

Masalah yang merupakan fokus perhatian: Penerapan Metode Role Playing Pada
Tema Kegiatan Jual Beli Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas III SDIT Ulul Albab Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk

Menyetujui Nganjuk, 21 Mei 2017


Supervisor Mahasiswa

Dr. A. Jauhar Fuad, M.Pd Manu Winarsih


ID.PM.74500375 NIM. 824783034

ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan praktek Pemantapan


Kemampuan Profesional (PKP) yang saya susun sebagai syarat untuk memenuhi
mata kuliah PKP pada Program Studi S1 PGSD Universitas Terbuka (UT)
seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan PKP yang saya kutip dari
hasil karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, etika penulisan karya ilmiah,
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh laporan ini bukan hasil karya saya
sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku.

Nganjuk, 21 Mei 2017

Manu Winarsih
NIM. 824783034

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan segala nikmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) yang berjudul
“Penerapan Metode Role Playing Pada Tema Kegiatan Jual Beli Sebagai Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDIT Ulul Albab Kecamatan Loceret
Kabupaten Nganjuk” dapat diselesaikan dengan lancar.
Penulisan laporan Pemantapan Kemampuan Profesional ini dimaksudkan
untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana
Pendidikan Program S1 PGSD pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Terbuka UPBJJ-Malang Pokjar Dinas Dikpora Kabupaten Nganjuk.
Penulisan laporan ini merupakan perwujudan nyata yang diperoleh penulis selama
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan hasil Penelitian Tindakan Kelas
(PTK).
Penulis menyadari bahwa terlaksananya penyusunan laporan ini berkat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Agus Santoso, M.Si, selaku Kepala UPBJJ UT Malang.
2. Drs. Sigit Waluyo, M.Pd selaku Koordinator BBLBA UT Malang
3. Dr. A Juhar Fuad, M.Pd, selaku tutor dan pembimbing mata kuliah
Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan laporan ini.
4. Hernawan, A.Ma, selaku Kepala SDIT Ulul Albab Kecamatan Loceret
Kabupaten Nganjuk yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
5. Wiwik Budiwiyatni, S.Pd.I selaku teman sejawat yang telah membantu
pelaksanaan kegiatan penelitian dan sebagai guru pembimbing.
6. Sukaryono, S.Pd, selaku guru mata pelajaran IPS kelas III SDIT Ulul Albab
yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.
7. Rekan-rekan guru yang berpartisipasi langsung dalam pelaksanaan penelitian

iv
ini.
8. Seluruh siswa kelas III SDIT Ulul Albab Kecamatan Loceret Kabupaten
Nganjuk atas kerjasama yang diberikan selama penulis melakukan penelitian.

9. Keluarga besarku, ibunda tercinta dan saudara-saudaraku, serta suamiku


Prasetya Tri Mahendra dan anak-anakku tersayang Alifa Tsamratuz Zahirah,
Jihan Rahadatul ‘Aisy dan Arkhan Sa’id Ramadhan terima kasih atas do’a
dan dukungannya.
10. Serta semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian sampai
selesainya laporan ini.
Semoga penulisan laporan ini bermanfaat bagi semua pihak baik penulis
sendiri sebagai guru maupun kepad pembaca dan dunia pendidikan pada
umumnya.

Nganjuk, 21 Mei 2017

Penulis

v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………….. i

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………........ ii


LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ………...…......... iii
KATA PENGANTAR …………………………...………..….……….. iv
DAFTAR ISI …………………………....………………………. vi
DAFTAR TABEL ………………………………………………..... viii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………… ix
DAFTAR GRAFIK ………………………………………………. x
DAFTAR DIAGRAM …………………………………………….. xi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………….... xii
ABSTRAK …………………………………………………….... xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….4
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran………………..… 5
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran………………… 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Pengertian Belajar…………………………………………….6
B. Konsep Hasil Belajar……………………………………........7
C. Hakikat Pembelajaran IPS…………………………………… 8
D. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia…………………..… 10
E. Pembelajaran Bermakna (Meaningfull Learning)…………… 11
F. Pengertian Metode…………………………………………… 12
G. Konsep Market Day………………………………………….. 15
H. Pengertian KKM…………………………………………..… 16

vi
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian dan Pihak Yang
Membantu………………………………..…………………. 18
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran………………….. 18
C. Teknik Analisis Data……………………………………….. 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran………. 29
1. Deskripsi Pra Siklus…………………………………… 29
2. Deskripsi Siklus I……………………………………… 32
3. Deskripsi Siklus II…………………………………...... 38
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran…… 41
1. Pembahasan Pra Siklus………………………………… 41
2. Pembahasan Siklus I…………………………………… 42
3. Pembahasan Siklus II………………………………..... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan…………………………………………………. 46
B. Saran Tindak Lanjut…………………………………...…… 47
Daftar Pustaka……………………………………………………… 49

vii
DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 : Hasil Belajar Siswa Pada Tahap Pra Siklus……………… 34


2. Tabel 4.2 : Hasil Belajar Siswa Pada Tahap Siklus I………………... 40
3. Tabel 4.3 : Hasil Belajar Siswa Pada Tahap Pra Siklus……………... 45

viii
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 3.1: Bagan Siklus PTK Model Kemmis Taggart……… 21


2. Gambar 4.1: Guru Menggunakan Metode Ceramah Pada
Kegiatan Pra Siklus……………………….…… 33
3. Gambar 4.2 : Guru Membagikan Soal Pada Siswa………..............33
4. Gambar 4.3: Guru Menjelaskan Pembelajaran Dengan Metode Role
Playing……………………………………….37
5. Gambar 4.4: Pembagian Kelompok Berdasarkan Tempat
Jual Beli 38
6. Gambar 4.5: Penjelasan Aturan Bermain Peran Masing-Masing
Kelompok…………………………………...……..38
7. Gambar 4.6 : Kegiatan Diskusi Siswa…………………………... 39
8. Gambar 4.7 : Bekerja Sama Dengan Teman Sejawat
Mendampingi Siswa Kelas III Pada Program
Market Day…………………………...………….. 44
9. Gambar 4.8 : Kegiatan Setelah Selesai Market Day……….…… 49

ix
DAFTAR GRAFIK

1. Grafik 4.1 : Hasil Belajar Siswa Pada Tahap Pra Siklus…………… 35


2. Grafik 4.2 : Hasil Belajar Siswa Pada Tahap Siklus I…………….… 41
3. Grafik 4.3 : Hasil Belajar Siswa Pada Tahap Pra Siklus………….… 46

x
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 : Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa…………………50

xi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1: Surat Pernyataan Pertanggungjawaban Penulisan Laporan


2. Lampiran 2: Perencanaan PTK Pada Mata Kuliah PKP
3. Lampiran 3: Kesediaan Supervisor 2 Dalam Penyelenggaraan PKP
4. Lampiran 4: Surat Pernyataan Kesediaan Sebagai Supervisor 2
5. Lampiran 5: Surat Pernyataan Kesediaan Dibimbing Supervisor 2
6. Lampiran 6: Jurnal Pembimbing Laporan PKP Supervisor 2 S1 PGSD
7. Lampiran 7: RPP Terpadu Pra Siklus
8. Lampiran 8: RPP Terpadu Siklus 1
9. Lampiran 9: RPP Terpadu Siklus 2
10. Lampiran 10: Materi Pembelajaran, LKS dan Kunci Jawaban
11. Lampiran 11: Daftar Hasil Belajar Siswa Pada Tema Kegiatan Jual Beli
12. Lampiran 12: Lembar Pengamatan Kinerja Guru dan
Siswa Dalam Kegiatan Bermain Peran (Role
Playing) Siklus I
13. Lampiran 13: Lembar Pengamatan Kinerja Guru dan
Siswa Dalam Kegiatan Bermain Peran (Role
Playing) Siklus II
14. Lampiran 14: Rubrik Penilaian Aspek Membaca dan
Aspek Menulis Pra Siklus
15. Lampiran 15: Rubrik Penilaian Aspek Membaca dan
Aspek Menulis Siklus I
16. Lampiran 16: Rubrik Penilaian Aspek Membaca dan
Aspek Menulis Siklus II
17. Lampiran 17: APKG 1 dan APKG 2 Supervisor 1
18. Lampiran 18: APKG 1 dan APKG 2 Supervisor 2
19. Lampiran 19: Dokumentasi Kegiatan Perbaikan Pembelajaran
20. Lampiran 20 : Ujian PKP
21. Lampiran 21: Surat Keterangan Melakukan Latihan
22. Lampiran 22: Surat Keterangan Melakukan Ujian
xii
ABSTRAK

Manu Winarsih. 824783034. 2017. Penerapan Metode Role Playing Pada Tema
Kegiatan Jual Beli Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas III SDIT Ulul Albab Kecamatan Loceret Kabupaten
Nganjuk

Kata kunci: Metode Role Playing, kegiatan jual beli, hasil belajar
Permasalahan yang muncul pada proses kegiatan belajar mengajar yakni
rendahnya daya serap siswa terhadap pemahaman materi yang disampaikan guru
dan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan pola pembelajaran yang masih
berpusat pada guru, masih bersifat konvensional artinya dalam penyampaian
materi masih menggunakan metode ceramah dan beberapa pertanyaan. Siswa
kurang terlibat dan kurang termotivasi dalam proses pembelajaran dan penanaman
konsep dari suatu materi/tema kurang memanfatkan situasi nyata di lingkungan
sekitar siswa sehingga berdampak pada menurunnya hasil belajar siswa.
Adapun metode yang dapat digunakan untuk menghidupkan suasana belajar
yang kondusif di SDIT Ulul Albab Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk adalah
dengan penerapan metode role playing (bermain peran), dengan tujuan
meningkatkan hasil belajar siswa kelas III pada materi pokok dengan tema
kegiatan jual beli. Tahap penelitian ini diawali dengan perencanaan tindakan
(planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi
(reflection). Tahapan ini terus berulang sampai peningkatan hasil belajar yang
diharapkan tercapai, dan tidak memerlukan perbaikan lagi. Sehingga dapat
dilanjutkan dengan penyampaian pokok materi baru.
Analisis hasil akhir menunjukkan bahwa hasil belajar untuk pelajaran IPS
pada tahap pra siklus dari jumlah 25 siswa terdapat 5 siswa yang mendapat nilai
75, dan dikatakan tuntas secara klasikal mencapai 20%. Pada siklus I terjadi
peningkatan dari 25 siswa terdapat 17 siswa yang mendapat skor ≥ 75 dan
dikatakan tuntas secara klasikal sebesar 68%. Pada siklus I terjadi peningkatan
lagi dari 25 siswa terdapat 23 siswa yang mendapat skor ≥ 75 dan dikatakan tuntas
secara klasikal sebesar 92%. Sedangkan Analisis hasil akhir menunjukkan bahwa
hasil belajar untuk pelajaran Bahasa Indonesia pada tahap pra siklus dari jumlah
25 siswa terdapat 3 siswa yang mendapat nilai 74, dan dikatakan tuntas secara
klasikal mencapai 12%. Pada siklus I terjadi peningkatan dari 25 siswa terdapat 14
siswa yang mendapat skor ≥ 74 dan dikatakan tuntas secara klasikal sebesar 56%.
Pada siklus I terjadi peningkatan lagi dari 25 siswa terdapat 23 siswa yang
mendapat skor ≥ 74 dan dikatakan tuntas secara klasikal sebesar 92%. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan materi pokok dengan metode role
playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDIT Ulul Albab
Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk

xiii
xiv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Sardjiyo (2012: 1.26)
adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan
masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan
atau satu perpaduan.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Pembaharuan di bidang
pendidikan merupakan salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan
kualitasdi dunia pendidikan nasional. Kurikulum harus dikembangkan secara
berkesinambungan, fleksibel dan relevan dengan kebutuhan dan perkembangan
anak secara individu sehingga tujuan kurikulum tercapai.
Pembelajaran yang efektif mendorong siswa belajar lebih optimal di dalam
kelas. Salah satu solusi yang alternatif yang dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPS dan bahasa Indonesia salah satunya dengan cara
penerapan metode bermain peran.
Permasalahan ini juga terjadi di SDIT Ulul Albab, sesuai hasil observasi
peneliti dan hasil wawancara dengan guru mitra yang ada di sekolah tersebut
bahwa hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS dan Bahasa Indonesia
masih rendah. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh bebrapa factor
antara lain pembelajaran masih terpusat pada guru, kurangnya interaksi antar
siswa, pemilihan metode pembelajaran belum tepat, sehingga menyebabkan siswa
bosan dalam proses pembelajaran IPS dan Bahasa Indonesia
Melihat kondisi tersebut, maka diperlukan upaya perbaikan kinerja dan
kreatifitas guru untuk mengajarkan IPS dan Bahasa Indonesia di sekolah dasar.
Diantaranya dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai, sebagai
usaha meningkatkan mutu pembelajaran sehingga siswa mampu mengenal

1
2

kehidupan serta interaksi sosial secara langsung.


Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis berupaya mencari
sumber penyebab rendahnya prestasi dan motivasi siswa kelas III SDIT Ulul
Albab dalam mata pelajaran IPS. Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan
beberapa siswa, penulis menemukan beberapa permasalahan yang terjadi selama
pembelajaran berlangsung antara lain :
1. Siswa tidak tidak memperhatikan terhadap penjelasan dari guru, bahkan yang
terjadi banyak siswa yang mengobrol sendiri, mengganggu teman lain atau
diam bahkan ada yang sampai tertidur.
2. Tidak adanya interaksi aktif antara guru dengan murid, murid bersifat pasif dan
hanya sebagai pendengar saja sedangkan guru sebagai pembicara, sehingga
menimbulkan kejenuhan siswa terhadap pembelajaran yang bersifat monoton.
3. Metode dan media pembelajaran yang dipilih guru belum tepat.
4. Dari siswa kelas III SDIT ULUL ALBAB yang berjumlah 25 siswa, pada
pelajaran IPS ternyata hanya ada 5 siswa yang nilainya mencapai KKM.
Sedangkan pada pelajaran bahasa Indonesia ternyata hanya 7 siswa yang
nilainya mencapai KKM. Sedangkan KKM pada pelajaran IPS adalah 75 dan
pada bahasa Indonesia adalah 74.
Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil latihan atau pengalaman. David Ausubel (1963) seorang ahli psikologi
pendidikan menyatakan bahwa bahan pelajaran yang dipelajari harus “bermakna’
(meaningfull). Bermakna menurut Ausubel (1963) merupakan proses mengaitkan
informasi atau materi baru dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur
kognitif.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, penulis mencoba melakukan
perbaikan pembelajaran terkait dengan aktivitas pembelajaran yang telah berlalu.
Dari hasil introspeksi tersebut penulis menyadari, bahwa penyampaian materi IPS
dan Bahasa Indonesia yang selama ini sering dilakukan dengan ceramah dengan
sedikit pertanyaan. Metode yang kurang bervariasi, Media yang dipakai kurang
melibatkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran belum mengarah
pada proses pembelajaran yang dapat menjadikan motivasi yang tinggi bagi siswa
3

dalam belajar. Kondisi yang seperti ini ternyata berpengaruh pula terhadap
kurangnya minat belajar siswa dan perkembangan potensi siswa dalam
pembelajaran sehingga prestasi yang dicapai pun tidak maksimal dan kurang
memuaskan.
Berdasarkan kenyataan tersebut, penulis mencoba mencari dan mendalami
beberapa literatur yang terkait dengan masalah metode pembelajaran untuk
mengatasi masalah tersebut, penulis menemukan metode pembelajaran yaitu
dengan metode bermain peran (role playing)
Metode role playing ini dipilih oleh penulis karena pada dasarnya
pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat oleh siswa.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antara anak dengan
lingkungannnya baik antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar,
maupun anak dengan pendidik. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya
pendidik untuk membantu peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar,
demi mencapai hasil belajar yang memuaskan.
Metode bermain peran (role playing) menuntut peran serta siswa secara
aktif, siswa melihat, melakukan, mengamati, menganalisa dan menyimpulkan
sendiri atas apa yang terjadi selama bermain peran (role playing) dilakukan.
Disamping itu guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menumbuhkan motivasi
serta penghargaan kepada peserta didik. Dengan ini penulis berkeyakinan bahwa
dengan metode ini mampu mengatasi rendahnya motivasi yang ditunjukkan
dengan antusiasme dan semangat belajar siswa sehingga meningkatkan prestasi
siswa dalam mata pelajaran IPS yang bisa dilihat dari meningkatnya nilai belajar
siswa.
Dalam meningkatkan motivasi siswa, penulis langsung menerapkan metode
role playing yang melibatkan siswa kelas III ke dalam kegiatan market day.
Market day merupakan aktifitas pembelajaran enterpreneur dimana anak-anak
diajarkan bagaimana memasarkan produk kepada teman, guru atau pun kepada
pihak luar. Para siswa dalam market day hanya sebatas distributor. Sedangkan
dalam penyediaan produknya bisa melibatkan orang tua maupun guru. Satu lagi
yang perlu ditambahkan adalah fungsi kontrol ketika kegiatan distribusi
4

berlangsung, disini dibutuhkan peran guru. Kegiatan pengontrolan bertujuan


untuk memahamkan konsep dengan mengajarkan kepada siswa berjual beli yang
benar, mengajarkan siswa yang belum bisa bertransaksi dalam bentuk uang dan
barang. Keterlibatan siswa kelas III dalam program market day bertujuan untuk
meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran IPS yang nantinya dari
apa yang dialaimnya langsung akan berdampak pada prestasi yang diraih siswa,
salah satunya dengan peningkatan hasil belajar siswa.
Kegiatan market day bukan hanya mengajarkan tata cara bertransaksi bagi
siswa. Tetapi banyak nilai moril yang bisa ditanamkan kepada para siswa, seperti
kemandirian, kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, komunikasi interpersonal,
membantu siswa dalam memahami pelajaran yang berkaitan dengan kegiatan
market day serta menanamkan nilai- nilai syari‘at Islam yang benar dalam
kegiatan jua lbeli kepada siswa yang berhubungan erat dengan Pendidikan Agama
Islam (PAI).

B. Rumusan Masalah
Dalam proses kegiatan belajar mengajar, siswa seringkali tidak memahami
secara optimal tentang materi apa yang disampaikan oleh guru bahkan kalaupun
mengerti mereka mudah lupa. Hal ini berakibat rendahnya kualitas hasil proses
belajar mengajar serta kegagalan proses belajar mengajar yang akhirnya
menimbulkan kekecewaan bagi seorang guru, bagi orang tua murid maupun bagi
murid yang bersangkutan karena tidak sesuai dengan harapan.
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat kami dirumuskan masalahnya
sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran role playing dalam pembelajaran
dengan tema kegiatab jual beli pada siswa kelas III SDIT Ulul Albab Loceret?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas III SDIT Ulul Albab Loceret
dalam pembelajaran dengan tema kegiatan jual beli setelah diterapkan metode
role playing ?
5

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk:
1. Mendiskripsikan penerapan metode role playing dalam kegiatan jual beli pada
siswa SDIT Ulul Albab Loceret.
2. Mendiskripsikan hasil peningkatan hasil belajar belajar siswa setelah
diterapkannya metode role playing.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan


Pembelajaran 1. Bagi Siswa
a. Dapat menguasai konsep yang dipelajari dan dapat dipraktekkan ke dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Dapat menumbuhkan motivasi untuk mempelajari IPS dan Bahasa
Indonesia serta memupuk jiwa entrepreneur yang bermanfaat bagi masa
depan.
c. Dapat mengembangkan ketrampilan dan sikap dalam memecahkan
masalah yang dihadapi.
2. Bagi Guru
a. Dapat memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran tematik kegiatan jual beli.
b. Dapat memberikan gambaran kemampuan siswa dalam memahami bahan
ajar/materi tentang kegiatan jual beli melalui metode role playing.
3. Manfaat bagi Sekolah
a. Dapat memberikan bahan masukan bagi sekolah untuk meningkatkan
kualitas dan hasil belajar siswa.
b. Sebagai sarana untuk mengetahui atau menemukan hambatan dan
kelemahan dalam penyelenggaraan pembelajaran serta mencari solusi yang
tepat.
6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar
Untuk mendukung rancangan yang mendukung dilaksanakan PKM ini
secara berturut-turut akan dipaparkan teori- teori yang berkaitan dengan belajar,
hasil belajar, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa Indonesia , metode role playing
serta konsep market day.
1. Pengertian Belajar.
Untuk memperoleh pengertian belajar secara obyektif dan lengkap maka
perlu dikemukakan beberapa pendapat dari para ahli yang telah memberikan
definisi tentang belajar, antara lain sebagai berikut:
a. Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1995 : 14)
b. Pengertian belajar menurut Sri Anitah (2012: 2.5) bahwa belajar dapat diartikan
sebagai suatu proses, artinya dalam belajar terjadi proses melihat, membuat,
mengamati, menyelesaikan masalah atau persoalan, menyimak dan latihan.
c. Gagne dalam Dinn Wahyudin (2007: 3.31) berpendapat bahwa belajar adalah
seperangkat yang mengubah sifat stimulus dari lingkungan menjadi beberapa
tahap pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapasitas yang
baru (Margaret G. Bell). Oleh sebab itu proses belajar selalu bertahap mulai
belajar melalui tanda (signal), kemudian melalui rangsangan-reaksi (stimlus
respons), belajar berangkai (chining), belajar secara verbal, belajar prinsip dan
belajar untuk memecahkan masalah. Hasilnya berupa kapabilitas, baik berupa
sikap, ataupun pengetahuan tertentu.
Jadi belajar adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang dilakukan secara sadar
guna mendapatkan perubahan baik pengetahuan, ketrampilan, sikap maupun
aspek-aspek lain yang ada pada individu.

6
7

Sedangkan Udin S. Winataputra (2007:1.9) menemukakan bahwa belajar


tidak hanya berkenaan dengan pengetahuaan saja tetapi juga meliputi seluruh
kemampuan siswa. Sehingga belajar memusatkan kepada tiga hal, yaitu :
Pertama, proses belajar harus diupayakan secara efektif agar terjadi adanya
perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya aspek
pengetahuan atau kognitif sajatetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif)
serta ketrampilan (psikomotor). Kedua, Perubahan itu harus merupakan buah dari
pengalaman. Perubahanperilaku yang terjadi pada diri individu karena adanya
interaksi antara dirinya dengan lingkungan. Ketiga, perubahan tersebut relatif
menetap.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar.


Menurut Ngalim Purwanto (1990 : 102) faktor yang mempengaruhi belajar
dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor
individual, antara lain: kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi
dan faktorpribadi.
b. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial, antara lain:faktor
keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan caramengajarnya, alat-alat yang
dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang
tersedia, dan motivasisosial.

B. Konsep Hasil Belajar


Akhir dari suatu proses pembelajaran adalah perolehan suatu hasil belajar
siswa. Melalui hasil belajar siswa, guru akan mengetahui tercapai atau tidaknya
kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa. Kumpulan dari hasil belajar siswa
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan
dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses
belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3).
8

Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan


melakukan tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat sebagai
pengumpul data yang disebut dengan instrumen penilaian hasil belajar. Menurut
Wahidmurni, dkk. (2010: 28), instrumen dibagi menjadi dua bagian besar, yakni
tes dan non tes.Selanjutnya, menurut Hamalik (2006: 155), memberikan gambaran
bahwa hasil belajar siswa yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang
diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar secara
berkesinambungan. Hasil belajar tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan
keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas, pengertian hasil belajar dapat disimpulkan
sebagai perubahan perilaku secara pribadi yang positif dan kemampuan yang
dimiliki siswa dari suatu interaksi dalam proses pembelajaran yang berupa hasil
belajar intelektual, aspek kognitif, sikap dan nilai, dan hasil belajar motorik.
Perubahan secara positif dapat diartikan perbaikan perilaku dan pengembangan
tingkah laku yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.

C. Hakikat Pembelajaran IPS


1. Pengertian pembelajaran IPS
IPS sebagai satu program pendidikan tidak hanya menyajikan tentang
konsep-konsep pengetahuan semata namun harus pula mampu membina peserta
didik menjadi warga negara dan warga masyarakat yang tahu aka hak dan
kewajibannya, yang juga memilki tanggung jawab kesejahteraan bersama yang
seluas-luasnya (Abdul Aziz Wahab dkk, 2011: 1.7). oleh karena itu, peserta didik
yang dibina melalui IPS tidak hanya memiliki pengetahuan dan kemampuan
berpikir tinggi, namun peserta didik juga diharapkan memiliki kesadaran dan
tanggung jawab yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya.
Para siswa sebagai bagian dari masyarakat harus mampu melibatkan diri
dalam kehidupan masyarakat baik sebagai warga negara , warga masyarakat yang
sadar akan tanggung jawab dengan menampilkan tingkah laku, perbuatan dan
9

tindakan dengan makna bagi kepentingan bersama. Pada akhirnya mereka


diharapkan menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Inilah yang hendak dituju
melalui pembelajaran IPS (Abdul Aziz Wahab dkk, 2011: 1.7)

2. Tujuan pembelajaran IPS


Tujuan utama setiap pembelajaran Ilmu Sosial adalah membentuk warga
negara yang baik (god citizenship), demikian pula halnya Ilmu Pengetahuan Sosial
sebagai satu program pendidikan juga memiliki tujuan yang sama, yakni
membentuk warga negara yang baik. Begitu juga dengan pendidikan IPS pada
pendidikan dasar dan mengenah merupakan suatu yang integral dari suatu sistem
pendidikan nasional pada umumnya, yang telah diatur berdasarkan undang-
undang sestem pendidikan nasional.
Tujuan utama IPS ialah membantu generasi muda dalam mengembangkan
kemampuan membuat keputusan yang informatif dan rasional bagi kebaikan
masyarakat sebagai warga negara dari sebuah dunia yang berbudaya majemuk,
bermasyarakat demokratis yang memiliki ketergantungan satu sama lain (NCCS,
1994). Suwarna (2001:33), mengemukakan tujuan pendidikan IPS adalah untuk
mengembangkan kemampuan baik intelektual maupun emosional siswa agar
dapat memahami dan memecahkan masalah sosial dalam rangka memperkuat
partisipasi sebagai warga negara dalam kehidupan masyarakat.
Setiap bidang studi yang tercantum dalam kurikulum sekolah, telah dijiwai
oleh tujuan yang harus dicapai oleh pelaksanaan Proses Belajar Mengajar bidang
studi tersebut secara keseluruhan. Tujuan ini disebut tujuan kurikuler yang
merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan intruksional dan tujuan Pendidikan
Nasional. Menurut Sardjiyo (2012:1.28) tujuan kurikuler yang dimaksud adalah
tujuan pendidikan IPS. Secara keseluruhan tujuan pendidikan IPS adalah sebagai
berikut:
1. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam
kehidupan kelak di masyarakat.
10

2. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan


menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan
di masyarakat.
3. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama
warga masyarakat.
4. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan
keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian
kehidupan tersebut.
5. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan
keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, ilmu
pengetahuan dan teknologi.

D. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia


Pada dasarnya setiap pengajaran bahasa bertujuan agar peserta didik atau
para murid mempunyai keterampilan berbahasa. Menurut Tarigan (1991: 40)
bahwa “Terampil dalam berbahasa meliputi empat hal, yakni: terampil menyimak,
terampil berbicara, terampil menulis dan terampil membaca”. Keempatnya
merupakan catur tunggal dalam pengajaran bahasa Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia pada satuan pendidikan sekolah dasar dibagi
dalam dua kelompok utama yakni peringkat pemula (kelas I–III) dan peringkat
lanjutan (kelas IV–VI).Penerapan pembelajaran bahasa untuk kedua kelompok
tersebut berbeda karena sasaran dan tujuan pengajarannyapun berbeda.Bagi
peringkat pemula penguasaan keterampilan membaca–menulis permulaan dan
menyimak–berbicara tingkat sederhana bertujuan untuk mengarahkan pada
pelatihan penggunaan keterampilan berbahasa yang lebih kompleks dan
mendekati kenyataan (Subana dan Sunarti, 2005).
Pembelajaran yang ditujukan untuk tingkat lanjutan (kelas IV–VI)
dimaksud-kan untuk melatih dan mengembangkan penguasaan keterampilan
berbahasa murid secara integral yang meliputi keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis.
Keterampilan berbicara adalah suatu proses penyampaian pesan yang dilakukan
11

secara lisan. Sebagai proses, di dalam kegiatan berbicara terdapat lima unsur yang
terlibat, yaitu pembicara, isi pembicaraan, saluran, penyimak, dan tanggapan
penyimak (Anonim, 2009).
Penyimak akan dapat menyimak dengan baik apabila ia memiliki
kemampuan berkonsentrasi, menangkap bunyi tuturan, mengingat hal-hal penting,
serta memahami unsur linguistik dan nonlinguistik secara memadai (Anonim,
2009).
Sedangkan keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa adalah proses
penyampaian pesan kepada pihak lain secara tertulis. Adapun keterampilan
membaca merupakan proses penyampaian pesan secara tertulis dari pihak lain.
Sebagai proses, membaca merupakan kegiatan pemaknaan yang terus-menerus
berdasarkan apa yang tersaji dalam teks karangan serta pengetahuan yang dimiliki
oleh pembacanya (Anonim, 2009).

E. Pembelajaran Bermakna (Meaningfull Learning)


Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu
peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar, demi mencapai hasil belajar
yang memuaskan (Isjoni, 2009). Belajar bermakna menurut Ausubel (1963)
merupakan proses mengaitkan informasi atau materi baru dengan konsep-konsep
yang telah ada dalam struktur kognitif.
Belajar bermakna memiliki kondisi-kondisi sebagai berikut:
1. Menjelaskan hubungan atau relevansi bahan-bahan baru dengan bahan-bahan
lama. Lebih dahulu memberikan ide yang paling umum kemudian hal-hal
yang lebih terperinci .
2. Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahan baru dengan
bahan lama.
3. Mengusahan agar ide yang telah ada dikuasai sepenuhnyasebelum ide
yang baru disajikan.
Ausubel dalam Dahar (1989) menggemukakan tiga kebaikan dari belajar
bermakna yaitu:
12

1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat.


2. Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar
berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.
Aktifitas yang mengarah pada pembelajaran bermakna (meaningfull
learning) adalah sebagai berikut:
1. Orientasi mengajar tidak hanya pada segi pencapaian prestasi akademik,
melainkan juga diarahkan untuk mengembangkan sikap dan minat belajar serta
potensi dasar siswa.
2. Topik-topik yang dipilih dan dipelajari didasarkan pada pengalaman anak yang
relevan. Pelajaran tidak dipersepsi anak sebagai tugas atau sesuatu yang
dipaksakan oleh guru, melainkan sebagai bagian dari atau sebagai alat yang
dibutuhkan dalam kehidupan anak.
3. Bahan pelajaran yang digunakan hendaknya bahan yang konkret
4. Dalam menilai hasil belajar siswa, para guru tidak hanya menekankan aspek
kognitif dengan menggunakan tes tulis, tetapi harus mencakup semua domain
perilaku anak yang relevan dengan melibatkan sejumlah alat penilaian.

F. Pengertian Metode
Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
maksud dalam ilmu pengetahuan , cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1995:652). Sedangkan menurut Joni (1992/1993) dalam Sri
anitah W (2008: 1.24) mengemukaan bahwa metode adalah berbagai cara kerja
yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu.
1. Prinsip Penggunaan MetodeMengajar.
Beberapa prinsip yang perlu dipehatikan dalam pemililihan metode menurut
Sri anitah W (2008 : 5.5) yaitu :
a. Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin
tahu siswa lebih jauh terhadap materi pelajaran.
b. Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui
pemecahan masalah.
13

c. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan


penemuan (inkuiri) terhadap suatu topic permasalahan.
d. Metode mengajar harus memungkin kan siswa mampu menyimak.
e. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri.
f. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara
bersama-sama.
g. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi
dalam belajarnya.

2. Pengertian Metode Role Playing


Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas,
meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas.Selain itu, role playing
sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar
membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran
orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Model Pebelajaran Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan
pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Pada metode bermain
peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan
indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Murid
diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-
praktik berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi
tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid
(Departemen Pendidikan Nasional, 2002).

3. Langkah-langkah Metode Role Playing


Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
a. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
14

b. Guru bertindak sebagai sutradara dan menunjuk beberapa siswa serta


mengarahkan siswa untuk dapat melakukan aktifitas/kegiatan yang sudah
diskenarionakan. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.
c. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai. Dan
memanggil siswa yang sudah ditunjuk atau ditugasi untuk melakukan perannya
yang sudah dipersiapakan.
d. Siswa yang lainnya berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang
sedang diperagakan.
e. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk
membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok.
f. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
g. Guru memberikan kesimpulan secara umum.
h. Evaluasi.
i. Penutup.

4. Keunggulan Metode Role Playing


Adapun keunggulan dari proses pembelajaran yang menggunakan metode
role playing, di antaranya adalah:
a. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.
Mempermudah siswa dalam memahami konsep dari materi yang disampaiakan
guru.
b. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis
dan penuh antusias.
c. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta
menumbuhkan rasa kebersamaan.
d. Siswa dapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu yang akan di bahas
dalam proses belajar.

5. Kelemahan Metode Role Playing


Setiap metode pasti memiliki keunggulan dan kelemahan, adapun
kelemahan metode role playing di antaranya adalah :
15

a. Membutuhkan waktu yang lama.


b. Terkadang ada siswa yang memiliki kelemahan dalam hubungan sosial dengan
temannya masih merasa canggung dan malu, sehingga menghambat
penanaman dan pemahaman konsep terhadap materi yang disampaiakn guru.
c. Butuh suasana yang mendukung yang diciptakan oleh semua siswa dan guru.
Dengan demikian perlu komunikasi yang interaktif antara guru dan siswa.
d. Butuh kesiapan yang matang dan kesungguhan siswa dalam memainkan
perannya.
e. Hanya materi tertentu yang penyampainnya dapat diterpakan dengan metode
role playing ini.

G. Konsep Market Day


Aplikasi pendidikan yang terintegrasi atau terpadu dengan kegiatan
kewirausahaan salah satu kegiatan Market Day dengan melibatkan semua siswa
dalam proses produksi, distribusi, dan konsumsi. Kegiatan produksi adalah dengan
memberikan tanggung jawab kepada siswa berdasarkan kelas secara bergantian untuk
membuat produk yang memiliki nilai jual dan bermanfaat bagi selurus civitas
academica sekolah. Kemudian siswa diminta untuk menjual produknya (distribusi),
sedangkan siswa yang lainnya termasuk para guru bertanggung jawabsebagai
konsumen (pembeli). Kegiatan Market Day bisa dilakukan
secara mandiri (memproduksi barang secara individu) atau secara klasikal
(memproduksi barang dengan berkelompok) sesuai minat siswa dan produk yang
akan diproduksikan
Biasanya siswa peserta market day sudah jauh hari sebelumnya sudah
terlibat menyiapkan rencana perdagangannya. Selain para guru, tentu saja orang
tua juga terlibat menyiapkan barang-barang dagangan. Terutama ibu-ibu yang
bertugas membuat makanan atau minuman untuk dijual.Umumnya yang jadi
pembeli adalah siswa, guru, dan orang tua. Setiap kelas umumnya memiliki lapak
dagangannya sendiri.Kadang-kadang setiap kelas menyajikan tema dan barang
dagangannya yang khas.
Untuk satuan pendidikan TK dan SD kegiatan market day tidak sepenuhnya
16

dibebankan atau kepada siswa. Peran orang tua dan guru juga diperlukan dan
harus disertakan.Para siswa dalam Market Day hanya sebatas distributor. Hal yang
tidak kalah penting adalah fungsi kontrol ketika kegiatan distribusi berlangsung,
disini dibutuhkan peran guru, karena Market Day biasanya dilaksanakan di area
sekolah. Dimana fungsi kontrol ini bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa
berjual beli yang benar, mengajarkan siswa yang belum bisa bertransaksi dalam
bentuk uang dan barang. Sedangkan yang menjadi konsumennya adalah semua
siswa danguru.
Kegiatan Market Daybukan hanya mengajarkan tata cara bertransaksi bagi
siswa. Tetapi banyak nilai moril yang bisa ditanamkan kepada para siswa, seperti
kemandirian, kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, komunikasi interpersonal,
membantu siswa dalam memahami pelajaran yang berkaitan dengan kegiatan
Market Day, serta menanamkan nilai- nilai syari‘at Islam yang benar dalam
kegiatan jual-beli kepada siswa yang berhubungan erat dengan Pendidikan Agama
Islam.

H. Pengertian KKM
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) merupakan kriteria paling rendah
yang dijadikan tolok ukur untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan.
KKM harus ditetapkan diawal tahun ajaran baru oleh satuan pendidikan
berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan.
Pertimbangan pendidik atau forum MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.
Berapapun jumlah peserta didik yang dapat melampaui batas ketuntasan
minimal, tidak akan mengubah keputusan guru dalam menyatakan tuntas dan
tidak tuntas siswa dalam suatu proses pemebelajaran. Acuan kriteria
mengharuskan pendidik untuk melakukan tindakkan yang tepat terhadap hasil
penilaian,yaitu memberikan layanam pengayaan bagi yang sudah melampaui
kriteria ketuntasan minimal.
Pertimbangan pendidik atau forum MGMP (Musyawarah Guru Mata
Pelajaran) secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan
17

KKM.Menurut MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Kriteria ketuntasan


minimal ditetapkan oleh persentasi tingkat pencapaian kompentensi sehingga
dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100
merupakan kriteria ketuntasan ideal. Besarnya KKM setiap mata pelajaran tidak
harus sama. Adapun hal-hal yang mempengaruhi perbedaan dalam penentuan nilai
KKM adalah tingkat kesulitan materi pelajaran yang disampaikan, tingkat
kemampuan siswa dalam kelas tersebut, dan sarana prasarana yang mendukung
termasuk didalamnya kualitas SDMnya.
Kriteria Ketuntasan Minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta
didik, dan orang tua peserta didik. Sosialisasi KKM kepada peseta didik atau
siswa sangat diperlukan agar mudah diakses sehingga orang tua menyadari bahwa
kewajiban mendidik anak tidak sepenuhnya dilakukan oleh pihak sekolah,
melainkan orang tua juga memiliki andil dalam kesuksesan siswa dalam
menuntaskan suatu program pembelajaan saat siswa di rumah. Dengan demikian
akan terjalin kerjasama yang baik antar pihak sekolah dengan wali murid dalam
mensukseskan pendidikan. KKM harus dicantumkan dalam laporan hasil belajar
sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik.
18

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu


1. Subjek Penelitian
Subyek peneliti adalah siswa kelas III SDIT Ulul Albab Kecamatan Loceret
Kabupaten Nganjuk semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 25
siswa, yang terdiri dari 15 siswa dan 10 siswi.
2. Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan perbaikan pelajaran tematik dengan tema kegiatan jual
beli di SDIT Ulul Albab Loceret
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama bulan April 2017 dengan jadwal
pelaksanaan:
a. Prasiklus dilaksanakan pada 10 April 2017
b. Siklus 1 dilaksanakan pada 12 April 2017
c. Siklus 2 dilaksanakan pada 17 April 2017
4. Pihak yang Membantu
Dalam penelitian perbaikan pembelajaran ini dibantu oleh Dr. A. Jauhar
Fuad, M.Pd sebagai supervisor 1 dan Wiwik Budiwiyatni, S.Pd.I sebagai
supervisor 2, serta bapak Kepala SDIT Ulul Albab Loceret yaitu Hernawan, A.Ma

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


1. Rencana Penelitian
Prosedur penelitian perbaikan pembelajaran ini dirancang menjadi 2 siklus
yang diawali dengan prasiklus kemudian siklus 1 sebagai perbaikan prasiklus dan
apabila ditemukan masalah dilanjutkan pada siklus 2. Siklus akan berakhir jika
masalah telah tuntas penyelesaiannya. Prosedur penelitian dilakukan dalam 4

18
19

tahapan yang urutannya adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan


refleksi. Prosedur penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1
Bagan Siklus PTK Model Kemmis dan Taggart (1990)
(Menurut Arikunto, dkk. 2010)

2. Pelaksanaan
Penulis dengan bantuan teman sejawat dan supervisor dalam perbaikan
pembelajaran ini disebut sebagai tim peneliti melakukan kegiatan persiklus.
Adapun kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pra Siklus
1) Perencanaan Tindakan
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencakup
langkah-langkah pembelajaran yang akan ditempuh serta instrument yang
akan digunakan.
b) Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan mencakup sumber dan
media belajar.
c) Mendesain alat evaluasi belajar pra siklus untuk mengukur tingkat
keberhasilan dari proses belajar mengajar sekaligus melihat perkembangan
hasil belajar siswa pada tema kegiatan jual beli.
d) Memilih dan menentukan teman sejawat yang akan melakukan observasi
terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
20

2) Pelaksanaan Tindakan
a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada hari itu
beserta langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas.
b) Guru membacakan surat Al Baqarah ayat 275 beserta penjelasan singkat
tentang maknaya yang terkandung di dalamnya yakni anjuran jual beli
dalam islam dan mengharamkan riba.
c) Siswa membuat tulisan sederhana berdasarkan gambar seri dengan
menggunakan kalimat yang jelas dan mudah dipahami.
d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menceritakan
pengalamannya dan siswa lain diperbolehkan menanggapinya.

3) Observasi
Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung guru mengamati siswa saat
melakukan kegiaatan berkelompok dan membuat catatan atas kejadian saat KBM
berlangsung. Selama kegiatan observasi dengan teman sejawat dapat tari
kesimpulan bahwa:
a) Interaksi antara guru dengan siswa masih kurang
b) Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar masih rendah, sehingga banyak
siswa yang bersikap pasif dan jenuh.

4) Refleksi dan Evaluasi


a) Penyampaian materi pelajaran masih bersifat monoton yaitu guru hanya
menerangkan saja.
b) Prestasi belajar siswa kurang memuaskan, karena banyak yang belum
mencapai ketuntasan

b. Siklus I
1) Refleksi Awal
Peneliti dan praktisi (guru) mengidentifikasi masalah yang selama ini ada
dalam penyampaian materi pada tema kegiatan jual beli pada siswa kelas III
21

dengan lebih komprehensif (seksama) guna memperbaiki kekurangan-kekurangan


pada pra siklus.

2) Perencanaan Tindakan
a) Permasalahan yang telah digali dalam refleksi awal selanjutnya
dirumuskan peneliti dengan lebih maksimal. Perencanaan selanjutnya
adalah bagaimana mengajarkan materi dengan tema kegiatan jual beli
melalui rangkaian pembelajaran agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b) Merumuskan rancangan tindakan penelitian yang didalamnya meliputi:
(1) Menyiapkan dan mengembangkan perangkat pembelajaran seperti:
RPP, LKS, dan media pembelajaran.
(2) Mengembangkan tes hasil belajar.

3) Pelaksanaan Tindakan
Tahapan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut:
a) Guru memberikan apersepsi dengan cara menggali pengalaman siswa yang
relevean dengan tema kegiatan jual beli tersebut.
b) Menjelaskan materi pembelajaran secara singkat.
c) Metode pembelajaran role playing dengan menggunakan barang yang ada
disekitar lingkungan siswa, baik lingkungan rumah maupun lingkungan
sekolah.
d) Mengkondisikan siswa untuk bermain peran, termasuk membagi siswa
menjadi 4 kelompok yakni kopersi, pasar tradisional, apotek dan swalayan.
Pada masing-masing kelompok diberi tugas sendiri-sendiri sesuai dengan
fungsinya sebagai penjual dan sebagai pembeli.
e) Membimbing siswa dalam kegiatan bermain peran.
f) Mengadakan tanya jawab tentang kegiatan bermain peran.
g) Memotivasi siswa agar punya keberanian menyampaikan cerita
pengalaman di depan kelas, dan membimbing siswa untuk menemukan
22

gagasan pokok pada gambar seri kemudian mengembangkan menjadi


karangan.
h) Membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran dan aktifitas
siswa hari itu.
i) Melakukan evaluasi.

4) Pengamatan
Selama proses KBM berlangsung, guru mengamati kegiatan bermain peran
tentang kegiatan jual beli pada masing-masing kelompok, tentang bagaimana
mereka melakukan transaksi, bagaimana cara mereka agar daganganya laku dan
bagaimana cara mereka mendapatkan barang yang bermutu. Berdasarkan
pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut:
a) Interaksi siswa dan guru semakin baik dan meningkat.
b) Keterlibatan siswa sangat tinggi. Hal ini bisa dilihat dengan antusiasme
siswa saat memainkan peran baik sebagai penjual maupun sebagai
pembeli.
c) Pemahaman siswa pada aspek berbiacara dan menulis pada pelajaran
bahasa Indonesia sudah mulai ada peningkatan. Hal ini bisa dilihat dari
perkembangan perbendaharaan kata pada kalimat dalam karangan sudah
mulai tertata dan memperhatikan ejaan yang baik dan benar. Sebagian
siswa mulai ada keberanian menceritakan pengalamannya di depan kelas.

5) Refleksi
Setelah proses KBM sudah selesai, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
a) Pelaksanaan pembelajaran dengan metode role playing lebih ditingkatkan
lagi, motivasi dan bimbingan dari guru bagi siswa-siswa tertentu sangat
diperlukan sehingga tidak ada lagi siswa yang canggung ketika
mempraktekkan kegiatan jual beli.
23

b) Pemantapan konsep materi kegiatan jual beli bisa dilakukan oleh guru
beserta teman sejawat untuk menerjunkan langsung siswa kelas III ke
dalam kegiatan market day yang diadakan sekolah.
c) Pembimbingan siswa dalam menemukan gagasan pokok pada gambar seri
perlu di tingkatkan lagi, sehigga isi karangan tidak keluar dari alur cerita.

c. Siklus II
1) Perencanaan
Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan perbaikan penelitian yang
di dalamnya meliputi:
a) Menyiapkan dan mengembangkan perangkat mengajar seperti rencana
pembelajaran, lembar kerja siswa dan media pembelajaran.
b) Memberikan soal uraian kepada siswa berupa soal uraian dengan tujuan
agar siswa terbiasa untuk mengungkapkan atau menceritakan
pengalamannya ke dalam bentuk karangan dengan bahasa yang baik dan
ejaan yang benar.

2) Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan tahapan sebagai
berikut:
a) Proses pembelajaran
Proses pembelajaran berlangsung dalam beberapa tahapan, dimana dalam
proses pembelajaran ini dilakukan pengamatan terhadap aktifitas siswa dalam
pembelajaran.
(1) Pada kegiatan ini, dalam memantapkan pemahaman jual beli dalam
pandangan islam, siswa diberikan dasar hukumnya yakni surat Al
Muthaffifin ayat 1-3, dengan cara menghafal dengan gerakan agar siswa
lebih mudah memahami artinya.
(2) Untuk meningkatkan ketertarikan siswa pada jual beli secara islami, guru
memberikan cerita hikmah tentang cara/strategi dagang Rasulullah SAW.
24

(3) Guru menjelaskan secara singkat tentang tujuan diadakan praktek jual beli
yang telah dilakukan beserta manfaatnya.
(4) Untuk memantapkan konsep jual beli, siswa diajak langsung terjun dengan
ikut serta pada program market day yang diadakan sekolah.
(5) Peneliti meminta bantuan rekan sejawat untuk membantu kelancaran
praktek jual beli yang dilakukan siswa kelas III pada program market day.
(6) Setelah melakukan kegiatan jual beli siswa kemudian membuat
kesimpulan sebagai bentuk penguasaan mereka atas konsep jual beli yang
telah diajarkan.
(7) Untuk mengukur prestasi belajar siswa terhadap tema kegiatan jual beli
ini, siswa diberikan tes terakhir kegiatan. Hasil pengujian ini nantinya
dipakai sebagai parameter apakah tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
b) Tes formatif
Tes formatif ini dilaksanakan pada akhir pembelajaran pokok bahasan,
untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
c) Guru membuat kesimpulan
Pertemuan ke-1 : Peneliti menyampaikan materi tentang tema kegiatan jual
beli kepada siswa kelas III SDIT Ulul Albab Loceret.
Pertemuan ke-2 : Menyusun dan melaksanakan rencana perbaikan
pembelajaran dari pra siklus tentang tema kegiatan jual
beli.
Pertemuan ke-3 : Menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus 1 dan
pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada tema kegiatan
jual beli.

3) Pengamatan
Selama proses kegiatan berlangsung, peneliti diamati oleh teman sajawat
sebagai pengamat yang bertugas mengisi lembar observasi yang telah disediakan.
Perangkat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Rencana Pembelajaran
25

Rencana pembelajaran adalah perangkat pembelajaran yang disusun


berdasarkan materi yang bertema kegiatan jual beli dengan menggunakan
metode role playing.
b) Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja siswa bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa
terhadap materi yang bertema kegiatan jual beli yang telah disampaikan
dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
c) Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan adalah barang-barang riil di
lingkungan sekitar siswa, baik lingkungan rumah maupun lingkungan
sekolah yang disesuaikan dengan acuan materi.
d) Lembar Penilaian Prestasi Belajar Siswa
Lembar penilian yang digunakan disusun berdasarkan acuan materi tema
kegiatan jual beli. Instrument ini terdiri dari analisis prestasi belajar dan
lembar pengamatan proses untuk menilai siswa selama proses
pembelajaran. Dalam penilaian pembelajaran bahasa Indonesia, peneliti
menggunakan membuat rubrik penilaian karangan, yang nantinya hasil
belajar akan diakumulasi secara keseluruhan dengan pelajaran IPS. Hasil
belajar siswa ditentukan tuntas atau tidaknya berdasar KKM yang telah
ditetapkan oleh pihak sekolah. KKM mata pelajaran IPS kelas III yakni 75
dan KKM untuk pelajaran Bahasa Indonesia kelas III adalah 74.

4) Refleksi
a) Penggunaan metode role playing sangat tepat dalam penyampaian materi
dengan tema jual beli. Dengan menerjunkan langsung ke dalam program
market day siswa terlihat sangat antusias untuk mempraktekkan teori yang
sudah diperolehnya.
b) Melalui kegiatan transaksi jual beli langsung , siswa dapat belajar
bagaimana menggunakan bahasa yang baik dan benar sebagai penjual
maupun sebagai pembeli.
26

c) Setelah siswa mengalami langsung lewat bermain peran (role playing),


siswa lebih mudah menjawab pertanyaan dan mengungkapkan atau
menceritakan pengalamannya di depan kelas.
d) Pada hasil akhir karangan siswa sudah dapat menulis karangan sederhana
berdasarkan gambar seri menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat
dengan memperhatikan penggunaan ejaan, huruf kapital, dan tanda titik.

C. Teknik Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif
1. Data Kualitatif
Analisis data kualitatif dilakukan untuk mendeskripsikan hasil observasi
lapangan dan hasil dokumentasi tugas siswa. Pada penelitian ini terdapat nilai
pada masing-masing siswa dikategorikan menjadi kategori sangat baik (SB), baik
(B), cukup (C), dan kurang (K). Data kualitatif dipaparkan dalam kalimat yang
dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.
Pada penelitian ini, menggunakan pedoman observasi yang digabungkakan
dengan chek-list, sebagai pengumpulan data yang utama. Dimana dalam chek-list
dibuat dengan menggunakant skala likert. Pengolahan data berdasarkan skala ini
akan dapat diperoleh suatu jawaban yang mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai negatif, yang dapat berupa kata-kata sangat baik, baik, cukup, dan kurang.
Penelitian ini dapat berhasil jika memenuhi indikator yang telah ditetapkan.
Berkaitan dengan hal tersebut, keberhasilan pada proses pembelajaran dibagi atas
tingkatan keberhasilan. Tingkatan keberhasilan menurut S. Bahri Djamarah dan
Aswan Zain (2006:107) adalah sebagai berikut:
1. Sangat baik :Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu
dapat dikuasai oleh siswa.
2. Baik :Apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahan pelajaran
yang diajarkan dapat dikuasai siswa.
3. Cukup :Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% saja
dikuasai oleh siswa.
27

4. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan dibawah 60%


yang baru dikuasai oleh siswa.

2. Data Kuantitatif
Adapun penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk prosentase dan
angka:
a. Rumus untuk menhgitung prosentase ketuntasan belajar adalah:

∑ Siswa yang tuntas belajar


P= ∑ Siswa X 100%

b. Rumus untuk menghitung rata-rata adalah:


Keterangan:
X= ∑X X : Nilai rata-rata
∑N
∑ X: Jumlahsemua nilai siswa
∑X : Jumlah siswa

Dalam menghitung persentase berdasarkan rumus di atas, harus sesuai


dengan memperhatikan kriteria ketuntasan belajar siswa di SDIT Ulul Albab yang
dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu tuntas dan tidak tuntas dengan kriteria
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kriteria Ketuntasan Minimal
Mata pelajaran IPS dan Bahasa Indonesia
I PS Bahasa Indonesia
Kriterian Kualifikasi Kriterian Kualifikasi
Ketuntasan Ketuntasan
Tuntas Tidak
> 75 > 74 Tuntas
< 75 Tuntas < 74 Tidak Tuntas

Selanjutnya dijelaskan, apabila 75% dari jumlah dari jumlah siswa yang
mengikuti proses belajar mengajar (KBM) mencapai taraf keberhasilan dengan
kualifikasi baik atau bahkan sangat baik, maka proses belajar mengajar dapat
dilanjukan dengan materi baru (S. Bahri Djamari & Aswan Zain, 2006:108).
28

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) SDIT Ulul Albab Loceret Kabupaten


Nganjuk untuk mata pelajaran IPS adalah 75, sedangkan untuk pelajaran bahasa
Indonesia adalah 74
29

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Pra Siklus
a. Perencanaan
Pada kegiatan perencanaan pra siklus ada beberapa perangkat yang
persiapkan, yaitu Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) dan lembar soal. Pra
siklus dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 10 April 2017. Lembar soal
digunakan untuk mengetahui ketercapaian siswa dalam proses belajar mengajar.
b. Pelaksanaan
Pada awal kegiatan guru menyampaikan materi dengan tema jual beli,
dimana dalam tema jual beli ini mencakup pelajaran IPS dan Bahasa Indonesia.
Guru menyampaikan materi ini dikaitkan dengan materi keislaman, sesuai dengan
kekhasan JSIT (Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia), dengan membacakan
surat Al Baqarah ayat 275 beserta artinya. Guru menjelaskan garis besar maksud
dari surat Al Baqarah ayat 275, tentang menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.

Gambar 4.1
Guru Menggunakan Metode Ceramah Pada Kegiatan Pra Siklus

29
30

Dalam kegiatan ini guru lebih banyak menjelaskan konsep dengan


menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, sehingga siswa kurang
memahami materi dan wawasan siswa kurang luas. Dalam proses pembelajaran
siswa cenderung pasif, mereka hanya mendengarkan dan terkadang mengobrol
sendiri dengan temannya.
Pada akhir pembelajaran guru selalu memberikan evaluasi pada siswa
berupa soal. Dengan kemampuan akademik dan karakteristik yang berbeda-beda
maka diantara 25 siswa ada yang lamban dan tidak merata tingkat kecerdasannya.

Gambar 4.2
Guru Membagikan Soal Pada Siswa
Pada tema kegiatan jual beli ini meliputi pelajaran IPS dan Bahasa
Indonesia, yang nantinya siswa diharapkan selain dapat bersosialisasi dengan
sesama teman, siswa juga diharapkan mengasah kemampuannya dalam hal
menulis dan berbicara lewat role playing (bermain peran).
Rincian analisis hasil belajar siswa kelas III SDIT Ulul Albab pada tema
kegiatan jual beli adalah sebagai berikut:
31

Tabel 4.1
Hasil Belajar Siswa Pada Tahap Pra Siklus

Nilai IPS Keterangan Nilai B I Keterangan


KKM:75 Jumlah T/TT KKM:74 Jumlah T/TT
40 1 TT 40 1 TT
55 5 TT 52 9 TT
56 3 TT 56 1 TT
60 1 TT 60 1 TT
64 1 TT 64 1 TT
65 1 TT 68 4 TT
66 1 TT 72 5 TT
70 1 TT 80 2 T
72 1 TT 84 1 T
73 3 TT T
74 2 TT T
75 3 T T
78 1 T
85 1 T

Berdasarkan tabel tersebut dapat dibuat grafik hasil belajar siswa sebagai
berikut:
Grafik 4.1
Hasil Belajar Siswa Tahap Pra Siklus
25

20

15

10 Bahasa Indonesia

5 IPS

Jika dilihat pada tabel dan grafik 4.1, dari 25 siswa kelas III SDIT Ulul
32

Albab yang mencapai ketuntasan pada pelajaran IPS hanya 20%, sedangkan pada
pelajaran Bahasa Indonesia siswa yang tuntas baru mencapai 12%.
c. Refleksi
Langkah selanjutnya, setelah menganalisis hasil belajar, guru dibantu
dengan teman sejawat melakukan refleksi untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan dalam proses pembelajaran guna penyusunan perbaikan
pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan RPP yang
direncanakan. Sedangkan kelemahannya yaitu:
1) Guru masih mendominan dalam proses pembelajaran, hanya menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab yang pasti membuat siswa kurang
tertarik dan cenderung malas memperhatikan.
2) Keterlibatan siswa masih kurang, sehingga siswa cenderung pasif, cepat
bosan, bahkan ada yang mengantuk.
3) Metode yang digunakan masih belum tepat.

2. Siklus I
a. Perencanaan Perbaikan
Peneliti melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran pada hari Rabu tanggal
12 April 2017. Penyusunan rencana kegiatan perbaikan pembelajaran meliputi:
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sebelumnya
didiskusikan dengan guru mata pelajaran, menyusun daftar kelompok
(pengelompokan siswa dilakukan secara acak dengan tujuan siswa dapat
berinteraksi dengan teman yang memiliki karakter yang berbeda-beda), menyusun
lembar pengamatan kegiatan bermain peran (role playing), dan soal tes individu
dan kunci jawaban.
b. Pelaksanaan Perbaikan
Pada pertemuan siklus I, guru melaksanakan pembelajaran IPS dengan
menggunakan metode bermain peran (role playing) pada materi dengan tema jual
beli di lingkungan sekolah. Sebelum pembelajaran dimulai, guru (peneliti)
menjelaskan sekilas tentang jalannya pembelajaran IPS dan Bahasa Indonesia
dengan menggunakan metode bermain peran.
33

Pada awal kegiatan, guru (peneliti) menyampaikan materi yaitu jual beli
dalam pandangan islam yang dilakukan di lingkungan sekolah. Guru memberikan
materi sebagai dasar hukum jual beli dalam islam, yakni menghafal dengan
metode flash surat Al Muthaffifin ayat 1-3, kemudian guru memotivasi siswa
dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan kegiatan jual beli, tentang
rukun, hukum, dan larangan jual beli dalam pandangan islam. Dengan beberapa
pertanyaan memotivasi siswa untuk memulai pembelajaran dengan lebih baik.

Gambar 4.3
Guru Menjelaskan Pembelajaran Dengan Metode Role Playing

Selanjutnya siswa dibagi menjadi 4 kelompok yakni kelompok


memerankan sebagai penjual maupun pembeli. Kemudian guru mengarahkan
koperasi, pasar tradisional, apotek dan swalayan dengan anggota kelompok antara
5-6 orang. Keempat kelompok tersebut dibagi tugas masing-masing untuk siswa
agar mencari tempat untuk dapat menggelar barang dagangannya berdasarkan
pengelompokkan tempat jual beli tersebut. Peraga yang akan digunakan siswa
dalam bermain peran, antera lain: sayur mayur, obat-obatan , buku tulis,
pensil, buku gambar, bolpoint, spidol, minyak goreng, sabun mandi, serta
parfum.
34

Gambar 4.4
Pembagian Kelompok Berdasarkan Tempat Jual Beli

Setelah peraga dirasa sudah lengkap guru menunjuk 2 orang dari 1


kelompok berperan sebagai pembeli di kelompok lain. Hal ini diulang beberapa
kali sampai semua siswa dapat menguasai perannya dalam kegiatan bermain peran
ini.

Gambar 4.5
Penjelasan Aturan Bermain Peran Masing-Masing Kelompok
35

Proses bermain peran ini dilakukan di area kelas dan menggunakan meja
dan kursi sebagai tempat. Setelah praktek kegiatan jual beli selesai, siswa diminta
untuk berkumpul dengan kelompoknya dan berdiskusi untuk mengerjakan soal.
Selanjutnya guru memberikan penjelasan siswa tentang langkah-langkah membuat
cerita berdasarkan gambar berseri dengan bahasa yg jelas dan mudah dipahami.
Setelah kegiatan kelompok dilakukan, guru meminta siswa untuk membacakan
hasil dari kerja kelompok tersebut.

Gambar 4.6
Kegiatan Diskusi Siswa

Evaluasi dilakukan oleh guru selama pembelajaran berlangsung, terutama


bukan untuk menilai kemampuan melainkan untuk mengecek apakah proses
pembelajaran yang sedang berlangsung itu dapat diserap atau tidak oleh siswa.
Dalam pelaksanaan presentasi ini siswa terlihat masih ragu-ragu dan kurang
percaya diri untuk membacakan hasil dari kerja kelompoknya. Pada akhir kegiatan
pembelajaran, guru bersama siswa melakukan refleksi dan guru membimbing
siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Untuk mengetahui
ketuntasan dalam proses pembelajaran, selanjutnya guru memberikan tes akhir
kepada setiap siswa untuk mengukur kemampuan siswa setelah mengikuti
pelajaran. Berdasarkan pelaksanaan perbaikan pembelajaran tersebut, diperoleh
36

hasil sebagai berikut:


Tabel 4.2
Hasil Belajar Siswa Pada Tahap Siklus 1

Nilai IPS Keterangan Nilai B I Keterangan


KKM:75 Jumlah T/TT KKM:74 Jumlah T/TT
55 1 TT 60 1 TT
65 2 TT 68 6 TT
70 1 TT 72 4 TT
72 1 TT 76 9 T
73 2 TT 80 2 T
74 1 TT 84 1 T
75 6 T 92 2 T
76 3 T T
78 2 T T
80 2 T
81 1 T
82 2 T
98 1

Berdasarkan tabel tersebut dapat dibuat grafik hasil belajar siswa sebagai
berikut:
Grafik 4.2
Hasil Belajar Siswa Tahap Siklus I

25

20

15

10 Bahasa Indonesia
IPS
5

0
37

Jika dilihat pada tabel dan gambar grafik diatas, dari 25 siswa kelas III SDIT
Ulul Albab yang mencapai ketuntasan pada pelajaran IPS hanya 68 %, sedangkan
pada pelajaran Bahasa Indonesia siswa yang tuntas baru mencapai 56%.

c. Refleksi
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada kegiatan perbaikan
pembelajaran siklus I yaitu adanya siswa yang masih kurang aktif dalam kegiatan
kelompok bermain peran, lambat dalam memahami materi. Dalam pertemuan
pada siklus I ada beberapa cara untuk mengatasi masalah, pada siklus berikutnya
seperti:
1. Pada pertemuan perbaikan pembelajaran siklus 1, pada saat memainkan
perannya baik sebagai penjual maupun pembeli, siswa masih merasa
canggung, kurang percaya diri. Guru kurang memberikan kesempatan
bertanya bagi siswa sehingga selain kesempatan bertanya kurang siswa
menjadi kurang berani dalam menyampaikan pendapatnya. Disamping itu
pada saat mempresentasikan pengalaman praktek jual beli di sekolah, kurang
ada proses menanggapi hasil, dan pada siklus II harus ada proses menanggapi
hasil kerja kelompok. Hal ini digunakan agar siswa lebih memahami materi
dan konsep yang diberikan oleh guru dan sebagai acuan bagi siswa untuk
mengerjakan latihan soal. Guru harus lebih intensif dalam membimbing
kelompok yang mengalami kesulitan. Guru bisa meminta bantuan pada teman
sejawat untuk membimbing siswa dalam praktek jual beli, dan memberikan
reward untuk menambah semangat belajar pada siswa.
2. Persentase hasil tes pada siklus I belum mencapai ketuntasan belajar secara
klasikal yang sesuai dengan Standar Ketuntasan Belajar Minimum (SKBM)
yaitu 75%, maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran dalam RPP dan juga
strategi pada pertemuan berikutnya yaitu pada siklus yang II. Diharapkan
setelah siklus II berlangsung, hasil tes akhir siswa dapat meningkat dan
mencapai ketuntasan sesuai dengan SKBM yang telah ditentukan.
38

3. Siklus II
a. Perencanaan Perbaikan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan pada hari
senin, tanggal 17 April 2017, dan berlanjut pada praktek jual beli langsung pada
hari sabtu dengan program market day yang rutin diadakan sekolah, dengan
bimbingan guru dibantu dengan teman sejawat.
Pada tahap perencanaan ini, Sesuai dengan jadwal pelaksanaan pada siklus
II peneliti mempersiapkan rencana perbaikan yang meliputi RPP perbaikan, LKS,
dan penggunaan media dengan mengacu pada hasil pengamatan pada refleksi
siklus I.
b. Pelaksanaan Perbaikan
Pada awal kegiatan, guru (peneliti) menyampaikan materi yaitu jual beli
dalam pandangan islam. Guru memperagaka surat Al Muthaffifin ayat 1-3 dengan
metode flash (mengerti arti lewat gerakan). Hal ini akan memudahkan siswa
dalam memahami hukum, rukun dan larangan jual beli dalam pandangan islam.
Kemudian guru memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan
dengan praktek jual beli di sekolah yang dipraktekkan minggu lalu.
. Dengan beberapa pertanyaan diatas maka diharapkan dapat
membangkitkan motivasi siswa untuk memulai pembelajaran dengan lebih baik.
Langkah – langkah yang dilakukan pada siklus II ini sedikit berbeda dengan
langkah – langkah pada siklus I. Proses bermain peran berlangsung langsung
melibatkan adik dan kakak kelas.
Pada dasarnya hampir sama pada kegiatan awal sampai akhir dengan
kegiatan pada siklus I, perbedaanya pada saat presentasi, pada siklus I guru tidak
menanggapi hasil presentasi masing- masing kelompok, pada siklus II guru
menanggapi hasil presentasi siswa, hal ini digunakan untuk mempertegas jawaban
siswa dan sebagai acuan untuk tes.
Dalam meningkatkan kemampuan menulis, siswa dibimbing langsung
secara klasikal tentang langkah-langkah menulis karangan, dari mulai perbaikan
dalam menemukan gagasan pokok sampai menghasilkan tulisan dengan bahasa
yang jelas, mudah dipahami, dan memperhatikan EYD serta tanda baca yang
39

benar. Kemudian guru memberikan tes akhir (tes individu) untuk mengukur
kemampuan siswa setelah mengikuti pelajaran. Pada akhir kegiatan pembelajaran
guru melakukan refleksi bersama dengan siswa dan guru membimbing siswa
untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari, untuk mengetahui apakah
tujuan pembelajaran sudah bisa tercapai atau belum.
Pada kegiatan jual beli pada siklus II ini nantinya berlanjut pada kegiatan
market day yang rutin diadakan oleh sekolah setiap hari sabtu, dimana kelas III
sebagai peserta baru program tersebut untuk berjualan, karena sebelumnya yang
diperbolehkan berjualan hanya kelas IV, V dan VI dengan pertimbangan mereka
sudah memiliki bekal konsep tentang jual beli selain itu perhitungan mereka
tentang uang yang masuk dan keluar sudah lebih paham dari pada kelas III. Dalam
pengawasan pada praktek langsung ini, peneliti meminta bantuan pada teman
sejawat untuk membantu mendampingi dan mengkondisikan siswa kelas III dalam
transaksi jual beli riil.

Gambar 4.7
Bekerja Sama Dengan Teman Sejawat Mendampingi
Siswa Kelas III Pada Program Market Day

Berdasarkan pelaksanaan perbaikan pembelajaran tersebut, diperoleh hasil


sebagai berikut:
40

Tabel 4.3
Hasil Belajar Siswa Pada Tahap Siklus II
Nilai IPS Keterangan Nilai B I Keterangan
KKM:75 Jumlah T/TT KKM:74 Jumlah T/TT
70 2 TT 72 2 TT
75 3 T 76 10 T
77 1 T 80 4 T
78 2 T 84 5 T
79 1 T 88 1 T
80 4 T 100 3 T
82 1 T T
83 1 T T
84 1 T T
85 3 T
87 1 T
89 1 T
90 2 T
93 1 T
100 1 T

Berdasarkan tabel diatas dapat dibuat grafik hasil belajar siswa sebagai
berikut:
Grafik 4.3
Hasil Belajar Siswa Tahap Siklus II

35
30
25
20
15 Bahasa Indone
10 IPS
5
0
41

Jika dilihat pada tabel di atas, dari 25 siswa kelas III SDIT Ulul Albab yang
mencapai ketuntasan pada pelajaran IPS maupun pelajaran Bahasa Indonesia
siswa yang tuntas sudah mencapai 92%.
c. Refleksi
Berdasarkan data hasil tes formatif siswa pada siklus II, diperoleh hasil
persentase seperti berikut, selama proses pembelajaran dengan tema kegiatan jual
beli dengan menggunakan metode bermain peran mencapai 92 % dengan
ketuntasan yang diperoleh 23 siswa dan yang belum tuntas 2 siswa sesuai dengan
kriteria ketuntasan, presentase tersebut sudah mencapai ketuntasan belajar secara
klasikal. Dari data diatas, presentase ketuntasan hasil belajar siswa sudah
maksimal dan ketuntasan belajar secara klasikal sudah tuntas. Dengan demikian
tidak perlu dilakukan perbaikan dalam siklus II.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Pra Siklus
Pada tahap pra siklus, peneliti hanya menggunakan metode ceramah dan
tanya jawab, sehingga guru lebih mendominasi kelas. Sehingga suasana menjadi
kurang bergairah, pembelajaran kurang bermakna karena siswa hanya sebagai
penerima pesan, komunikasi hanya terjadi satu arah, sehingga tujuan
pembelajaran belum berhasil sepenuhnya. Pada tahap pra siklus ini, kemampuan
siswa pada aspek berbicara belum bisa digali, hal ini terjadi karena kurang adanya
kesempatan siswa dalam menceritakan pengalaman pribadinya, dan kurangya
motivasi dari guru untuk menumbuhkan percaya diri siswa.
Setelah diadakan evaluasi pembelajaran hanya 20% dari 25 siswa yang
tuntas, yakni 4 siswa, sedangkan 21 siswa belum tuntas. Sedangkan Standar
Ketuntasan Belajar Minimum (SKBM) yaitu 75% dari keseluruhan siswa.
Hasil yang diperoleh pada tahap pra siklus ini niai rata rata siswa pada
pelajaran IPS nilainya 65,4 dan Bahasa Indonesia nilainya 62,5, sedangkan KKM
yang ditetapkan untuk IPS: 75 dan Bahasa Indonesia: 74. Oleh karena itu masih
perlu perbaikan dalam proses pembelajaran.
42

2. Siklus I
Pada perbaikan pra siklus, guru mulai menggunakan metode role playing.
Penggunaan metode ini sangat tepat digunakan untuk menyampaikan tema
kegiatan jual beli, karena siswa terlibat dalam proses kegiatan belajar secara
langsung. Siswa mulai antusias, dan melibatkan diri dalam praktek kegiatan jual
beli dkelas. Percaya diri siswa mulai meningkat meskipun masih ada sebagian
siswa masih canggung dalam praktek jual beli. Siswa mulai berani
mempresentasikan hasil kegiatan jual beli di depan kelas. Kemampuan menulis
dengan membuat karangan berdasarkan gambar seri sudah mulai tampak.
Pada hasil evaluasi hasil belajar pada siklus I ini, prosentase ketuntasan
siswa meningkat, untuk pelajaran IPS menjadi 68% dan Bahasa Indonesia menjadi
56% dari 25 siswa. Hal ini masih dikatakan proses perbaikan pembelajaran belum
tuntas, karena masih dibawah Standar Ketuntasan Belajar Minimum yakni 75% .

Hasil yang diperoleh pada tahap siklus I ini niai rata rata siswa pada
pelajaran IPS adalah 75, sedangkan Bahasa Indonesia nilainya 74,7. Meskipun
telah mengalami peningkatan hasil yang diperoleh pada siklus I masih perlu
peningkatan perbaikan, oleh karena itu guru memandang perlu melakukan
perbaikan siklus II

3. Siklus II
Pada siklus II ini ketuntasan belajar siswa terus meningkat dari
pembelajaran pra siklus yang dilakukan sampai perbaikan pembelajaran siklus II.
Hanya 2 orang siswa yang masih memperoleh nilai dibawah KKM pada siklus II.
Perbaikan pembelajaran berhasil dilaksanakan sampai siklus II. Ternyata
dengan menggunakan metode yang tepat sesuai tujuan pembelajaran membuat
siswa aktif dan dapat menyerap materi yang disampaikan sehingga hasil belajar
yang diharapkan dapat dicapai. Muchlas Samani (2007) mengemukakan bahwa
apapun metode pembelajarannya, maka harus bermakna (meaningfull learning).
43

Gambar 4.8
Kegiatan Setelah Selasai Market Day

Peningkatan aktivitas belajar siswa mulai dari siklus I sampai siklus II.
Siswa termotivasi dan tertarik mengikuti pelajaran yang ditunjukkan dengan
meningkatnya perhatian siswa terhadap penjelasan guru, siswa berani bertanya,
dan menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Pada hasil evaluasi hasil belajar pada siklus II ini, prosentase ketuntasan
siswa meningkat, untuk pelajaran IPS dari 68% menjadi 92% sedangkan pelajaran
Bahasa Indonesia menjadi dari 56% menjadi 92% dari 25 siswa. Berdasarkan
Standar Ketuntasan Belajar Minimum yakni 75% , maka proses perbaikan
pembelajaran dikatakan tuntas karena sudah lebih dari 75%. Sehingga tidak perlu
diadakan tindak lanjut perbaikan pembelajaran.
Tabel 4.4
Rekapitilasi Data Hasil Belajar
Jumlah Tes Pra Siklus Daya
IPS Daya Bahasa Indonesia
Siswa Serap
<75 >75 Serap <74 >74
25 20 5 20% 22 3 12%
44

Jumlah Tes Siklus I Daya

Siswa IPS Daya Bahasa Indonesia Serap


<75 >75 Serap <74 >74
25 8 17 68% 11 14 56%

Jumlah Tes Siklus II Daya

Siswa IPS Daya Bahasa Indonesia Serap


<75 >75 Serap <74 >74
25 2 23 92% 2 23 92%

Berdasarkan rekapitulasi hasil belajar diatas, dapat ditunjukkan pada


diagram berikut ini:
Diagram 4.1
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar

100%
50% Siklus II Pra Siklus
Siklus I
Siklus I
0% Pra Siklus Siklus II

IPS
Bahasa Indonesia

Berdasarkan diagram diatas, dalam penelitian ini, maka dapat dijelaskan


bahwa melalui metode role playing terjadi peningkatan prestasi belajar siswa,
yaitu pada pra siklus prosentase prestasi belajar siswa hanya sebesar 20 % dengan
rata-rata untuk IPS adalah 65,4. Pada siklus I meningkat menjadi 68% dengan
nilai rata-rata IPS 75,4. Kemudian pada siklus II prosentase prestasi belajar
meningkat menjadi 92%, dengan nilai rata-rata IPS adalah 82,8.
Sedangkan untuk pelajaran Bahasa Indonesia pada tahap pra siklus
prosentase ketuntasan sebesar 12% dengan rata-rata 62,5. Pada siklus I meningkat
45

menjadi 56% dengan nilai rata-rata 74,7. Kemudian pada siklus II prosentase
prestasi belajar meningkat menjadi 92%, dengan nilai rata-rata 81,2.
Dengan demikian pemilihan metode role playing sangat tepat dalam
penyampaian materi dengan tema kegiatan jual beli pada kelas III SDIT Ulul
Albab Nganjuk. Metode role playing (bermain peran) ini dipilih oleh penulis,
karena sangat tepat digunakan dalam penyampaian materi pembelajaran dengan
materi pokok kegiatan jual beli. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa peneliti
sebelumnya yang menggunakan metode role playing ini dalam menyampaiakn
pelajaran.
Penelitian yang berkaitan dengan penerapan metode role playing pada tema
kegiatan jual beli ini misalnya yang dilakukan saudara Sri Wahyuni dkk (2014),
mahasiswa FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta jurusan PGSD. Beliau
menerapkan metode role playing ini pada pelajaran IPS materi jual beli yang
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep kegiatan jual beli pada kelas
III SDN Banjarmukadan, Buluspesantren, Kebumen tahun ajaran 2013/2014.
Penerapan metode role playing ini juga dilakukan oleh saudari Kanti
Wilujeng (2015) pada SDN Semboro 01 Kabupaten Jember kelas III untuk
pelajaran IPS dengan materi jail beli dengan tujuan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. Peneliti lain tentang penggunaan metode role playing juga
dilakukan oleh saudari Wilda Ramatul Mazidah (2015) pada MI Darul Ulum
Rejosari, Wonodadi Blitar.
Pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode role playing ini,
memiliki kesamaan tujuan yaitu meningkatkan hasil belajar siswa dengan
mendorong siswa menjadi aktif dalam mengikuti pelajaran dan tercipta suasana
belajar yang menyenangkan. Sehingga ketika siswa bermain peran akan terdorong
motivasi belajar sehingga berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.
Namun terdapat perbedaan pada peneliti sebelumnya yakni penelitian ini
menggunakan tematik yang mencakup juga pelajaran Bahasa Indonesia, dimana
siswa juga diajari untuk memiliki keberanian menceritakan pengalaman dari
kegiatan jual beli di depan kelas, kemudian siswa yang lainnya menanggapi.
46

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dan diselesaikan
pada penelitian perbaikan pembelajaran dengan judul “Penerapan Metode Role
Playing Pada Tema Kegiatan Jual Beli Sebagai Upaya Peningkatan Hasil Belajar
Siswa Kelas III SDIT Ulul Albab Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk” maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan metode role playing pada pelajaran dengan tema kegiatan jual beli,
yang mencakup pelajaran IPS dan bahasa Indonesia dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas III SDIT Ulul Albab Loceret. Dilihat dari
hasil belajar siswa yang meningkat, hal ini membuktikan bahwa penyampaian
materi dengan tema kegiatan jual beli dengan menggunakan model bermain
peran (role playing) sangat efektif untuk membantu siswa dalam memahami isi
dan konsep dari materi yang diajarkan. Aktivitas siswa dalam pembelajaran
juga tampak, siswa tidak lagi pasif dan lebih komunikatif. Dengan bermain
peran, siswa tidak merasa bosan dan jenuh dalam menerima materi pokok
karena siswa merasa terlibat langsung dalam pembelajaran. Siswa bergantian
berperan sebagai penjual dan pembeli. Penerapan metode role playing dalam
pembelajaran kegiatan jual beli ini, siswa tampak lebih antusias dan
bersemangat dalam belajar yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar
siswa.
2. Analisis hasil akhir menunjukkan bahwa hasil belajar pada pra siklus dari
jumlah 25 siswa terdapat 5 siswa yang mendapat skor ≥ 75 pada pelajaran IPS,
prosentase ketuntasan secara klasikal untuk pelajaran IPS 20%. Sedangkan
pada pelajaran bahasa Indonesia yg mendapat nilai > 74 sebanyak 7 siswa,
prosentase ketuntasan secara klasikal 28%.
Pada siklus I terjadi peningkatan dari jumlah 25 siswa pada pelajaran IPS

46
47

terdapat 17 siswa yang mendapat skor ≥ 75, dan dikatakan tuntas secara
klasikal mencapai 68%. Sedangkan pasa pelajaran bahasa Indonesia terdapat
15 siswa yang mendapat nilai > 74, dan dikatakan tuntas secara klasikal
mencapai 60%. Pada siklus II terjadi peningkatan dari jumlah 25 siswa pada
pelajaran IPS maupun bahasa Indonesia terdapat 23 siswa yang mendapat skor
IPS ≥ 75, dan nilai bahasa Indonesia > 74, dan dikatakan tuntas secara klasikal
mencapai 92%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS dengan
model role playing (bermain peran) dapat meningkatkan hasil belajar pada
tema kegiatan jual beli siswa kelas III SDIT Ulul Albab Kecamatan Loceret,
Kabupaten Nganjuk.

B. Saran Tindak Lanjut


Mengingat sampai saat ini guru masih sedikit dalam menggunakan
pembelajaran metode role palying (bermain peran) serta menyadari bahwa salah
satu dari tugas guru adalah membantu siswa memperoleh prestasi belajar yang
diikutinya, maka peneliti mengajukan saran dan perlu dipertimbangkan antara
lain:
1. Saran bagi guru
a. Hendaknya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar guru dapat
lebih aktif dan inovatif dalam pembelajaran, agar siswa tidak merasa bosan
dan merasa kesulitan dalam memahami materi selama pembelajaran.
b. Dalam pembelajaran, penghargaan (reward) yang digunakan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa memang dibutuhkan, tetapi perlu
diperhatikan penggunaannya sehingga penghargaan tersebut menjadi
efektif.
2. Saran bagi sekolah
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang berguna dan juga sebagai
umpan balik bagi kebijaksanaan yang diambil dalam rangka meningkatan
belajar mengajar dimasa mendatang.
3. Saran bagi peneliti selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya, agar lebih mengembangkan penelitian dengan
48

menggunakan metode role playing (bermain peran) pada materi yang lain
dalam ruang lingkup yang lebih luas dan dalam jangka waktu yang lama.
49

DAFTAR PUSTAKA

Anitah W, Sri. dkk. 2012. Strategi Pembelajaran di SD. Edisi 1. Universitas


Terbuka. Tangerang Selatan.

Wilujeng. Kanti, Penerapan Metode Pembelajaran Bermain Peran Pada Mata


Pelajaran IPS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN
Semboro 01 Kabupaten Jember.
jurnal.unej.ac.id/index.php/pancaran/article/download/2183/1777. Diakses
tanggal 7 April 2017.

Rosdiana, Yusi. 2012. Bahasa dan Sastra Indonesia. Edisi 1. Universitas Terbuka.
Tangerang Selatan.

Sardjiyo. dkk. 2012. Pendidikan IPS di SD. Edisi 1.Universitas Terbuka.


Tangerang Selatan.

Sri, Wahyuni. dkk. Penerapan Metode Role Playing (Bermain peran) untuk
meningkatkan konsep kegiatan jual beli. www.e-
jurnal.com/2015/06/penerapan-metode-role-playing-bermain.html. Diakses
tanggal 7 Mei 2017.

Taufiq, Agus. Prianto, P.L. Mikarsa, H.L. 2012. Pendidikan Anak di SD. Edisi 1.
Universitas Terbuka. Tangerang Selatan.

TIM FKIP UT. 2016. Pemantapan Kemampuan Profesional. Edisi 2. Universitas


Terbuka. Tangerang Selatan.

Wahab, A.W. dkk. 2011. Konsep Dasar IPS. Edisi 1. Universitas Terbuka.
Jakarta.

Wardani, I G A K, dan Wihardit, Kuswaya. 2014. Penelitian Tindakan Kelas.


Edisi 1. Universitas Terbuka. Tangerang Selatan.

49
Lampiran 1
SURAT PERNYATAAN
PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN LAPORAN PKP

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:


Nama : Manu Winarsih
Tempat, tanggal lahir : Nganjuk, 16 Nopember 1978
NIM : 824783034
Program Studi : S-1 PGSD
Alamat : RT.02/RW.02 Dk Barong Ds. Mungkung
Kec. Loceret Kab. Nganjuk

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

1. Laporan PKP yang diserahkan ke UPBJJ-UT Malang untuk dinilai ini


adalah benar-benar pekerjaan saya sendiri (bukan hasil jiplakan baik
sebagian maupun seluruhnya, dan atau dibuatkan orang lain),
2. Apabila dikemudian hari terbukti/dapat dibuktikan bahwa laporan PKP ini
hasil jiplakan, sebagaimana yang termaktub pada nomor (1), saya bersedia
mendapatkan sanksi UPBJJ-UT Malang.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Nganjuk, 21 Mei 2017


Supervisor 1 Mahasiswa

Dr. A. Jauhar Fuad, M.Pd Manu Winarsih


ID.PEM. 74500375 NIM. 824783034
Lampiran 2
Mata Kuliah PKP
Nama : Manu Winarsih

NIM : 824783034
Nama Sekolah : SDIT ULUL ALBAB
Kelas : III (tiga)
Tema : Kegiatan Jual Beli
Identifikasi Masalah : 1. Tidak adanya interaksi aktif antara guru dan
Pembelajaran di Kelas murid. Murid cenderung bersifat pasif dan
sebagai pendengar saja sedangkan guru hanya
sebagai pembicara.
2. Siswa kurang termotivasi untuk mengikuti mata
pelajaran IPS yang berdampak menurunnya
prestasi yang bisa dilihat pada hasil belajar
siswa yang masih rendah.
3. Pemilihan metode pembelajaran yang kurang
tepat
Pemecahan Masalah : 1. Membangun komunikasi yang interaktif antara
guru dan siswa, dengan melibatkan siswa
dalam setiap kegiatan pembelajaran.
2. Memberikan motivasi kepada siswa baik secara
verbal dengan cerita hikmah yang mampu
menumbuhkan karakter yang baik dalam
kehidupan sehari hari. Selain itu juga
memberikan motivasi non verbal, misalnya
dengan adanya reward bagi siswa yang aktif dan
menunjukkan prestasi yang bagus
3. Memilih metode Role Playing dan
menggunakan media yang melibatkan siswa
untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
Rumusan Masalah 1. Bagaimana penerapan metode Role Playing
dalam pembelajaran dengan tema kegiatan jual
beli pada siswa kelas III SDIT Ulul Albab
SDIT Ulul Albab Kecamatan Loceret?
2. Bagaimana penerapan metode Role Playing
dalam pembelajaran dengan tema kegiatan jual
beli dapat meningkatkan hasil belajar pada
siswa kelas III SDIT Ulul Albab Kecamatan
Loceret?
Nama Kepala Sekolah : Hernawan, A.Ma
Nama Supervisor 2 : Wiwik Budiwiyatni, S.Pd.I
Lampiran 3

KESEDIAAN SEBAGAI SUPERVISOR 2


DALAM PENYELENGGARAAN PKP

Kepada
Kepala UPBJJ Malang
Di
Malang

Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa:


Nama : Wiwik Budiwiyatni, S.Pd.I
Jabatan : Guru
Telepon/HP : 081335306085

Menyatakan bersedia sebagai supervisor 2 untuk membimbing dalam pelaksanaan


PKP atas:
Nama : Manu Winarsih
NIM : 824783034
Tempat Mengajar : SDIT Ulul Albab
Alamat Mengajar : Jl. Merapi IV Gang Bengkel Ds. Sukorejo Kec. Loceret
Kab. Nganjuk
Telepon : 081335840008

Demikian agar surat perjanjian ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Nganjuk, 5 April 2017


Mengetahui
Kepala Sekolah Supervisor 2

Hernawan, A.Ma. Wiwik Budiwiyatni, S.Pd.I.


No HP. 081335840008 No HP. 081335306085
Lampiran 4

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN SEBAGAI SUPERVISOR 2

Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa:


Nama : Manu Winarsih
NIM : 824783034
UPBJJ-UT : Malang

Menyatakan bahwa:
Nama : Wiwik Budiwiyatni, S. Pd.I
Tempat Tugas : SDIT Ulul Albab Loceret

Adalah supervisor 2 yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan


pembelajaran yang merupakan tugas mata kuliah PDGK 4501 Pemantapan
Kemampuan Profesional (PKP).

Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Nganjuk, 5 April 2017

Supervisor 2 Mahasiswa

Wiwik Budiwiyatni, S.Pd.I Manu Winarsih


NIM. 824783034
Lampiran 5

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN DIBIMBING SUPERVISOR 2

Yang bartanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa:


Nama : Manu Winarsih
NIM : 824783034
UPBJJ-UT : Malang
Pokjar : Kabupaten Nganjuk

Menyatakan bahwa saya siap dibimbing oleh:


Nama : Wiwik Budiwiyatni, S.Pd.I
Jabatan : Guru
Alamat : RT.03 RW.01 Dk. Santren Ds. Waung
Kec. Baron Kab. Nganjuk

Adalah supervisor 2 yang akan menilai dan memberi masukan terhadap


pelaksanaan praktek mengajar dalam mata kuliah PDGK 4501 Pemantapan
Kemampuan Profesional (PKP).

Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Nganjuk, 5 April 2017

Supervisor 2 Mahasiswa

Wiwik Budiwiyatni, S.Pd.I Manu Winarsih


NIM. 824783034
Lampiran 6

JURNAL PEMBIMBING LAPORAN PKP


SUPERVISOR 2 S1-PGSD

Nama : Manu Winarsih


NIM : 824783034
Mengajar di kelas : III (tiga)
Tema : Kegiatan Jual Beli
Judul Laporan PKP : Penerapan Metode Role Playing Pada Tema Kegiatan
Jual Beli Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Pada Siswa Kelas III SDIT Ulul Albab Loceret

Paraf
No Hari/tgl Kegiatan Hasil/ komentar
Mahasiswa Supervisor 2
1.

2.

3.

4.

5.
Paraf
No Hari/tgl Kegiatan Hasil/ komentar
Mahasiswa Supervisor 2
6.

7.

8.

9.

Mengetahui
Kepala UPBJJ-UT Malang Koord. BBLBA Supervisor 2

Dr. Agus Santoso., M.Si. Drs. Sigit Waluyo, M.Pd Wiwik Budiwiyatni, S.Pd.I
NIP. 19640217 199303 1 001 NIP.195808051983031002
Lampiran 20.

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS TERBUKA
BERITA ACARA PELAKSANAAN UJIAN PKP

1. UPBJJ-UT : MALANG
2. TempatUjian :
3. LokasiUjian :
4. RuangUjian : KELAS:
5. NamaPesertaUjian :
6. NomorIndukMahasiswa :
7. WaktuPelaksanaanUjian :

TANDA
No. TANGGAL PUKUL RP YANG DIUJIKAN TANGAN
PESERTA

8. Catatan Peristiwa
yang Terjadi

Mengetahui
Pengelola Pokjar PGSD Penguji TandaTangan
Kab. Nganjuk Nama:

1. ( )

2. ( )
SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT)
ULUL ALBAB
Jl. Merapi IV Gang Bengkel Ds. Sukorejo Kec. Loceret Kab. Nganjuk
Telp. (0358) 322913 Email : ululalbab.ngk@gmail.com

SURAT KETERANGAN MELAKUKAN LATIHAN


Nomer : 109 / SDIT U-A / IV /2017

Yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Ulul Albab
menerangkan bahwa :
Nama : Manu Winarsih
NIM : 824783034
Tempat/Tgl.Lahir : Nganjuk, 16 Nopember 1978
Alamat Rumah : RT.002/ RW.002, Dk Barong Ds. Mungkung Kec. Loceret
Kab. Nganjuk 64471

Yang bersangkutan adalah benar melakukan latihan Pemantapan Kemampuan Profesional di


SDIT Ulul Albab Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk dari tanggal 10 sampai 22 April
2017

Demikian surat Keterangan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Nganjuk, 22 April 2017


Kepala Sekolah

Hernawan, A. Ma
SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT)
ULUL ALBAB
Jl. Merapi IV Gang Bengkel Ds. Sukorejo Kec. Loceret Kab. Nganjuk
Telp. (0358) 322913 Email : ululalbab.ngk@gmail.com

SURAT KETERANGAN MELAKUKAN UJIAN


Nomer : 115 / SDIT U-A / V /2017

Yang bertanda tangan dibawah ini Kepala SDIT Ulul Albab Kecamatan Loceret Kabupaten
Nganjuk menerangkan bahwa :
Nama : Manu Winarsih
NIM : 824783034
Tempat/Tgl.Lahir :Nganjuk, 16 Nopember 1978
Alamat Rumah : RT.002/ RW.002, Dk Barong Ds. Mungkung Kec. Loceret
Kab. Nganjuk 64471

Yang namanya tersebut di atas benar telah mengikuti ujian Pemantapan Kemampuan
Profesional (PKP) tanggal 22 April 2017

Demikian Surat Keterangan ini dibuat dengan sesunggunya untuk dapat dipergunakan
seperlunya.

Nganjuk, 1 Mei 2017


Kepala Sekolah

Hernawan, A. Ma

Anda mungkin juga menyukai