Disusun oleh:
Nama : Arie Insany
NIM : 857415028
Program Studi : S1-PGSD
Pokjar : Pasundan
Kabupaten : Garut
Masa Registrasi : 2019.2
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ BANDUNG POKJAR PASUNDAN
2019.2
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Supervisor 1 Mahasiswa
i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
materai 6.000
Arie Insany
NIM. 857415028
ii
KATA PENGANTAR
iii
Semoga laporan ini bermanfaat bagi pelaksanaan dilapanagan dan dapat
meningkatkan mutu pendidikan khususnya bagi penulis sebagai tenaga pendidik
di sekolah dasar, umumnya bagi dunia pendidikan.
Terakhir, penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapakan agar penulis laporan ini
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
Arie Insany
NIM. 857415028
iv
DAFTAR ISI
v
E. Penelitian Tindakan Kelas......................................................................... 30
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas .................................................. 30
2. Karakteristik dan prinsip Penelitian Tindakan Kelas ............................ 31
3. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ....................................... 33
4. Model-model Penelitian Tindakan Kelas .............................................. 35
F. Materi Bahan Ajar ..................................................................................... 36
BAB III ................................................................................................................. 45
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN ................ 45
A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian dan Pihak yang Membantu ................ 45
1. Subjek Penelitian................................................................................... 45
2. Tempat Penelitian.................................................................................. 45
3. Waktu Penelitian ................................................................................... 45
4. Pihak yang Membantu........................................................................... 45
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran ................................................. 46
1. Perencanaan........................................................................................... 47
2. Pelaksanaan ........................................................................................... 48
3. Pengamatan ........................................................................................... 54
4. Refleksi ................................................................................................. 54
C. Teknik Analisis Data ................................................................................. 55
1. Teknik Analisis Data Kuantitatif .......................................................... 55
BAB IV ................................................................................................................. 56
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 56
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran ................................. 56
1. Deskripsi pembelajaran prasiklus ......................................................... 56
2. Deskripsi pembelajaran siklus 1 ........................................................... 57
3. Deskripsi pembelajaran siklus 2 ........................................................... 61
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran............................. 65
1. Pembahasan Proses Perbaikan Pembelajaran....................................... 65
2. Pembahasan Hasil Perbaikan Pembelajaran.......................................... 71
a. Tabel rekapitulasi hasil belajar.............................................................. 71
b. Diagram rekapitulasi hasil belajar ......................................................... 72
vi
c. Interpretasi terhadap table dan diagram ................................................ 73
BAB V................................................................................................................... 76
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT .................................................. 76
A. Simpulan ................................................................................................... 76
B. Saran dan Tindak Lanjut ........................................................................... 77
1. Saran ...................................................................................................... 77
2. Tindak Lanjut ........................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 79
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENGGUNAAN MODEL PENDEKATAN STEM (SCIENCE
TECHNOLOGY ENGINEERING AND MATHEMATICS) UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
DIAGONAL SISI, DIAGONAL RUANG DAN BIDANG DIAGONAL
KUBUS DAN BALOK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI
KELAS V SDN PANANJUNG 3 KECAMATAN TAROGONG KIDUL
KABUPATEN GARUT
ABSTRAK
ARIE INSANY
857415028
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Hasil ini didukung dari riset PISA pada tahun 2015 yang terbit
pada tahun 2016 yang menunjukkan bahwa Indonesia memiliki nilai rata-
rata 403 dari rata-rata internasional 500 dan 501 (OECD, 2016) dan data
riset TIMSS tahun 2015, Indonesia menempati urutan ke 69 dari 76 negara
yang terlibat (TIMSS, 2015).
Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia bisa dikembangkan
melalui penerapan reformasi pendidikan. Perubahan yang terjadi pada
pembelajaran tradisional menuju ke pembelajaran yang lebih
meningkatkan daya berpikir kritis disebut dengan reformasi pendidikan
(Redhana, 2010). Salah satu bentuk reformasi pendidikan dapat dilakukan
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang dapat membantu
guru dalam menciptakan tenaga ahli yaitu pendekatan STEM (Science,
Technology, Engeneering, and Mathematics). Pendekatan STEM ini
adalah pendekatan yang merujuk kepada empat komponen ilmu
pengetahuan, yaitu pengetahuan, teknologi, teknik, dan matematika.
3
2. Analisis Masalah
Alat peraga yang kurang menarik.
Media pembelajaran yang digunakan kurang tepat.
Metode pembelajaran yang digunakan kurang tepat.
Guru kurang memberi kesempatan bertanya.
Pembelajaran berpusat di guru.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Model Pendekatan STEM (Science Technology Engineering and
Mathematics) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonal kubus dan balok.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana
peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pendekatan
STEM pada materi diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonal
kubus dan balok ?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan dari penelitian ini adalah: meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonal kubus dan
balok.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Manfaat dari penelitian ini adalah :
Bagi Guru untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman baru bagi
guru dalam memberikan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran STEM.
Bagi siswa yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD Negeri 3
Pananjung Garut melalui pendekatan pembelajaran STEM yang tidak
hanya berorientasi pada pembelajaran sains, tetapi mengkombinasikan
antara teknologi, engeneering, dan matematik pada proses
pembelajaran.
Bagi sekolah yaitu Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil
pendidikan dan pembelajaran di sekolah dan Menumbuh-kembangkan
5
A. Pembelajaran Matematika SD
1. Pengertian Matematika SD
Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di
sekolah, yaitu matematika yang diajarkan di pendidikan dasar dan
pendidikan menengah. Matematika sekolah tersebut terdiri atas
bagian–bagian matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan
kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi serta berpandu pada
IPTEK (Suherman, 2001). Hal ini menunjukkan bahwa matematika
sekolah tetap memiliki ciri-ciri yang dimiliki matematika, yaitu objek
kejadian yang abstrak serta berpola pikir deduktif konsisten.
Menurut Ebbutt dan Straker (Marsigit: 2013) Matematika
Sekolah atau School Mathematics didefinisikan sebagai kegiatan atau
aktivitas siswa menemukan pola, melakukan investigasi,
menyelesaikan masalah dan mengomunikasikan hasil-hasilnya;
dengan demikian sifatnya lebih konkret. Senada hal tersebut menurut
Hans Freudental dalam Marsigit (2013) matematika merupakan
aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas.
Berdasarkan uraian diatas, matematika sekolah dasar merupakan
kegiatan siswa dalam menemukan pola, melakukan investigasi,
menyelesaikan masalah dan mengomunikasikan hasil-hasilnya yang
berhubungan dengan materi matematika dasar yang diajarkan di SD.
2. Tujuan Pembelajaran Matematika SD
Berdasarkan Kurikulum KTSP 2006 mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
6
7
3. Karakteristik Anak SD
Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah
atau masa sekolah dasar. Masa ini dialami anak pada usia 6 tahun
sampai masuk kemasa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar
usia 11-13 tahun. Pada masa ini anak sudah matang bersekolah dan
sudah siap masuk sekolah dasar (Rita Eka Izzaty, dkk. 2008: 103).
Selanjutnya Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 104), perkembangan masa
kanak- kanak akhir meliputi:
a. Perkembangan fisik, yaitu: pertumbuhan fisik cenderung lebih
stabil, dan masa ini diperlukan anak untuk belajar berbagai
kemampuan akademik.
b. Perkembengan kognitif, menurut piaget (Rita Eka Izzaty, dkk:
2008), masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasional
konkrit dalam berfikir (usia 7-12 tahun) dimana anak berfikir
logis terhadap objek yang konkrit
c. Perkembangan bahasa, adanya perubahan perbendaharaan kata
dan tata bahasa, anak belajar cara berbicara yang baik, materi
bacaan semakin luas.
Perkembangan moral, ditandai dengan kemampuan anak untuk
memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku di masyarakat.
Menurut Piaget antara usia 5-12 tahun konsep anak mengenai
keadilan sudah berubah. Menurut Kohlberg ada enam tahap
perkembangan moral, yaitu: 1) pra-konvensional, yaitu anak peka
terhadap peraturan yang berlatar belakang budaya dan penilaian
baik buruk, benar salah tetapi dari sudut akibat fisik suatu
tindakan. 2) Konvensional, yaitu memenuhi harapan-harapan
keluarga, kelompok, atau agama dianggap sebagai sesuatu yang
berharga dari dirinya sendiri, dan tidak peduli akibat langsung
yang terjadi, sehingga anak terlihat ingin loyal, ingin menjaga,
menunjang dan memberi justifikasi pada ketertiban, 3) pasca
konvensional, yaitu ditandai Perkembangan emosi, emosi anak
9
dalam kelompoknya.
Karakteristik siswa pada siswa kelas V (Hidayati et al. 2008: 29)
adalah:
1) perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari–hari, 2) ingin
tahu, ingin belajar dan realistis, 3) timbul minat pada pelajaran–
pelajaran khusus, 4) anak memandang nilai sebagai ukuran yang
tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.
Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak
usia SD, terutama kelas V SD memiliki karakteristik antara lain: 1)
mengalami perkembangan disemua aspek baik psikologis, fisik,
kognitif, dan sosial, 2) masuk pada tahap operasional konkrit
menyelesaikan suatu masalah dengan cara bagaimana dilakukan
analisisnya yang perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari–
hari, ingin tahu, ingin belajar dan realistis, timbul minat pada
pelajaran– pelajaran khusus, dan anak memandang nilai sebagai
ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.
Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak
usia SD, terutama kelas V SD memiliki karakteristik antara lain: 1)
mengalami perkembangan disemua aspek baik psikologis, fisik,
kognitif, dan sosial, 2) masuk pada tahap operasional konkrit
menyelesaikan suatu masalah dengan cara bagaimana dilakukan
analisisnya yang perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari–
hari, ingin tahu, ingin belajar dan realistis, timbul minat pada
pelajaran– pelajaran khusus, dan anak memandang nilai sebagai
ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.
B. Filosofi STEM
Kemajuan suatu bangsa atau negara sangat ditentukan oleh
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu berdaya
saing. Untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dan berdaya saing,
pendidikan merupakan sarana strategik. Pendidikan pada saat ini harus
menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang dituntut pada
11
abad 21. Kerangka pendidikan abad 21, merujuk pada Trilling dan Fadel
(2009) dalam bukunya yang berjudul 21st Century Skills: Learning for Life
in Our Times, terdapat beberapa kompetensi dan/atau keahlian yang harus
dimiliki oleh sumber daya manusia abad 21. Secara umum keterampilan
abad 21 terbagi kepada tiga keterampilan, yaitu Learning and Innovation
Skills (Keterampilan Belajar dan Berinovasi), Information, Media, and
Technology Skills (Keterampilan Teknologi dan Media Informasi) dan Life
and Career Skills (Keterampilan Hidup dan Berkarir).
Untuk menjawab dan membekali peserta didik dengan
kompetensi-kompetensi yang dituntut di atas, STEM menjadi alternatif
solusi digunakan dalam pembelajaran. SDM yang menguasai STEM
antara lain diproyeksikan akan menduduki posisi yang lebih baik di
berbagai pekerjaan, dapat menjawab tantangan teknologi, peningkatan
kemahiran dan pemahaman saintifik, dan menjadi kunci dalam
kemajuan dan inovasi.
STEM merupakan akronim dari science,technology, engineering,
dan mathematics. Istilah ini pertama kali diluncurkan oleh National
Science Foundation (NSF) Amerika Serikat (AS) pada tahun 1990-an
sebagai tema gerakan reformasi pendidikan untuk menumbuhkan angkatan
kerja bidang-bidang STEM, serta mengembangkan warga negara yang
melek STEM (STEM literate), serta meningkatkan daya saing global
Amerika Serikat dalam inovasi iptek (Hanover Research, 2011).
Gerakan reformasi pendidikan STEM ini didorong oleh laporan
dari berbagai studi yang menunjukkan terjadinya kekurangan kandidat
untuk mengisi lapangan kerja di bidang STEM, tingkat literasi sains, serta
posisi capaian siswa sekolah menengah AS dalamTIMSS dan PISA
(Roberts, 2012). Selain itu, AS juga menyadari pertumbuhan ekonominya
berjalan secara datar dan akan tersaingi oleh China dan India karena
perkembangan sains, teknologi, enginering dan matematika dari kedua
negara tersebut yang lebih maju. (Friedman, 2005).
12
13
14
1 2 3
PENENTUAN MENYUSUN MENYUSUN
PERTANYAAN PERECANAAN
MENDASAR PROYEK JADWAL
6
5 4
EVALUASI
PENGALAM MENGUJI MONITORI
AN HASIL NG
Communication Application
pekerjaan dan tantangan yang mungkin bahkan tidak ada untuk saat ini.
Oleh karena itu, siswa harus dilengkapi dengan keterampilan pemecahan
masalah yang memungkinkan mereka untuk secara sistematis mencari
solusi dari masalah yang mereka hadapi. Selain itu, Internet telah membuat
informasi mudah dan cepat diakses, yang telah menyebabkan pergeseran
dari kebutuhan untuk menghafal menjadi belajar bagaimana memperoleh
informasi yang valid dan membuat informasi baru berdasarkan hasil
pengamatan dan analisis. Mesin juga telah mengurangi kebutuhan akan
tenaga kerja yang tidak terampil, sehingga penting bagi siswa kami untuk
mengetahui bagaimana menerapkan konsep daripada hanya memahami
konsep. Tuntutan baru ini adalah alasan proses rekayasa, Project-Based
Learning (PBL), dan Design Process sekarang menjadi fokus dalam
kurikulum abad 21.
Engineering Design Process
Engineering Design Process adalah pendekatan sistematis ketika
mengembangkan solusi untuk menyelesaikan masalah dengan hasil yang
jelas (well defined outcome). Mengikuti struktur design process yang baik
sangat penting karena akan menghasilkan solusi terbaik, serta dapat
membangun kemampuan dan logika pemecahan masalah. Salah satu
sumber lain Engineering design dapat direpresentasikan oleh 7 tahap yaitu
sebagai berikut: Identify Problem and Constraints; Research; Ideate;
Analyze Ideas; Build; Test and Refine; Communicate and Reflect.
Tahapan-tahapan pembelajaran menggunakan Engineering Design
Process sesuai dengan siklus model pembelajaran yang umum diterima.
Salah satu model pembelajaran yang banyak digunakan adalah model 5E
(Bybee & Landes, 1988), yang menyediakan urutan langkah-langkah
pembelajaran yang terstruktur. Tabel 1 merangkum langkah-langkah dari
model 5E dan menghubungkannya dengan langkah-langkah dalam
Engineering Design Process.
Elabor
Engag Explor Explan ation/ Evalua
ement ation ation Extens tion
ion
Berikut ini adalah deskripsi dari sintaks model 5E yang terhubung dengan
langkah-langkah dalam Engineering Design Process.
Engagement-Identify problem and constraints
Sebelum memperkenalkan proyek kepada siswa Anda, Anda harus
menangkap minat mereka ketika mendesain solusi untuk masalah. Sesi
brainstorming dalam kombinasi dengan diskusi kelas berdasarkan apa
yang sudah diketahui para siswa adalah cara yang bagus untuk memulai
sebuah proyek. Pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
dan relevansi masalah desain sangat penting. Saat ini, klip video,
permainan peran, kunjungan lapangan, atau menghadirkan pembicara tamu
adalah metode efektif yang digunakan untuk melibatkan siswa. Siswa
biasanya lebih mudah berhubungan dengan masalah ketika disajikan
dengan alat-alat daripada melalui metode tradisional. Selain itu, metode ini
biasanya memenuhi sebagian besar gaya belajar.
Exploration-Research; Ideate; Analyze ideas
23
Selama tahap Research, kegiatan ini harus memodelkan tugas dunia nyata
dan didasarkan pada pembelajaran penemuan. Selama fase ini, tugas harus
dirancang agar siswa memiliki pengalaman umum agar mereka terus
merumuskan konsep, proses, dan keterampilan. Siswa harus
mempertimbangkan "gambaran besar" saat membuat dan
mengkomunikasikan desain mereka. Misalnya, keragaman budaya,
masalah lingkungan lokal, dan persyaratan hukum mungkin perlu
dipertimbangkan. Sepanjang proyek, guru harus terus menilai kemajuan
siswa, memberikan umpan balik, dan merayakan keberhasilan. Sangat
penting untuk mengenali dan mendorong pemikiran kreatif pada tahap ini.
Explanation-Research; Ideate; Analyze ideas
Selain memvalidasi data, asumsi, dan desain proyek, guru harus
mengevaluasi proses yang digunakan untuk melaksanakan proyek dan
seberapa baik tim proyek bekerja sama. Ketika guru menilai siswa, mereka
harus memberikan bimbingan jika diperlukan, tetapi penting bahwa guru
tidak menetapkan prosedur khusus untuk diikuti siswa. Seringkali,
bimbingan terbaik datang dalam bentuk pertanyaan terbuka yang diajukan
guru kepada siswa.
Extension-Build; Communicate
Discovery learning atau pemecahan masalah melalui tugas Projek adalah
"keharusan" di setiap fase proses. Pengembangan prototipe oleh siswa
menyediakan koneksi nyata ke konsep sains dan matematika abstrak.
Siswa belajar baik ketika mereka memiliki kesempatan untuk memperoleh
informasi dalam konteks yang memungkinkan mereka untuk melihat
bagaimana materi berhubungan dengan dunia nyata (konkret).
Komponen kunci dari PBL adalah komunikasi tertulis dan lisan yang
efektif dan berkesinambungan. Siswa akan diminta untuk berkomunikasi
baik kepada ahli maupun awam. Selain itu, mereka juga harus
berkomunikasi dalam tim, sebagai tim, dan secara individual selama
langkah-langkah yang berbeda dari proses desain.
Evaluation-Test and refine; Reflect
24
d. Model DDAER
Desain lengkap PTK disingkat DDAER (diagnosis, design, action and
observation). Dalam penelitian ini hal yang pertama dilakukan bukan
diagnosis masalah sebelum tindakan diagnosis penelitian. Diagnosis
masalah ditulis dalam latar belakang masalah. Kemudian peneliti
mengidentifikasi tindakan dan memilih salah satu tindakan untuk
menyelesaikan masalah.
F. Materi Bahan Ajar
Kubus
diagonal ruang
1. Sisi
Sisi sebuah kubus adalah bidang batas suatu kubus. Kubus mempunyai enam sisi.
Keenam sisinya sebangun dan sama besar. Pada Gambar diatas , keenam sisi
kubus tersebut adalah
Rusuk suatu kubus adalah garis pertemuan dua sisi kubus. Sebuah kubus
memiliki 12 rusuk. Pada Gambar diatas, rusuk-rusuk tersebut adalah AB, BC,
CD, AD, EF, FG, GH, EH, AE, BF, CG, dan DF. Setiap rusuk pada kubus
memiliki panjang yang sama.
3. Titik Sudut
Titik sudut suatu kubus diartikan sebagai titik pertemuan antara tiga rusuk atau
tiga sisi di dalam kubus. Kubus mempunyai 8 titik sudut. Titik-titik sudut
kubus adalah A, B, C, D, E, F, G, dan H.
4. Diagonal sisi
Diagonal sisi sebuah kubus adalah garis yang menghubungkan dua titik sudut
yang berhadapan pada tiap sisi kubus. Jika dari titik A di tarik garis lurus ke
titik F atau dari titik B ke titik E, maka garis AF atau BE adalah diagonal sisi
kubus ABCD.EFGH. Lihat Gambar 1.2. Karena setiap sisi kubus paling
banyak menyumbangkan 2 diagonal sisi, maka pada sebuah kubus
terdapat 12 diagonal sisi, yaitu AF, BE, BG, CF, CH, DG, DE, AH, AC, BD,
EG, dan FH. Diagonal sisi kubus mempunyai panjang yang sama, yaitu a√2
untuk suatu kubus dengan panjang rusuk a.
39
Lihat Gambar 1.2. Jika panjang rusuk AB = a, maka EB = a. ∆ABF adalah segi
tiga siku-siku. Dengan rumus Pythagoras, didapat:
Jadi, panjang diagonal sisi kubus yang mempunyai panjang rusuk aadalah a√2
5. Diagonal Ruang
Diagonal ruang suatu kubus adalah ruas garis yang menghubungkan 2 titik
sudut yang berhadapan pada suatu bangun ruang. Kubus
mempunyai 4 diagonal ruang yang sama panjangdan keempatnya bertemu
pada satu titik yang disebut titik pusat kubus. Keempat diagonal ruang tersebut
adalah AG, BH, CE, dan DF. Jika panjang rusuk kubus ABCD.EFGH adalah a,
maka panjang diagonal ruang kubus tersebut adalah . Lihat Gambar 1.3.
Jadi, panjang diagonal ruang suatu kubus yang mempunyai panjang rusuk a
adalah a√3
6. Bidang Diagonal
Bidang diagonal sebuah kubus adalah bidang yang melalui dua rusuk yang
berhadapan. Kubus mempunyai enam bidang diagonal yang
berbentuk persegi panjang yang kongruen. Bidang-bidang diagonal kubus
ABCD.EFGH adalah ACEG, BCEH, CDEF, ADFG, ABGH, dan
BDFH.Perhatikan Gambar 1.4.
LBDFH = a x a√2
LBDFH = a2√2
Balok
Titik sudut pada balok adalah titik temu / titik potong ketiga rusuk (titik pojok
balok).
3. Rusuk
PERHITUNGAN :
BG = CF = AH = DE = √l2 + t2
AC = BD = EG = FH = √p2 + l2
AF = BE = DG = CH = √p2 + t2
5. Diagonal Ruang
Diagonal ruang sebuah balok adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik
sudut berhadapan dalam balok.
Diagonal ruang balok saling berpotongan di tengah-tengah dan membagi
dua diagonal ruang sama panjang.
Terdapat 6 buah bidang diagonal, yaitu : ACGE, BDHF, ABGH, CDEF, ADGF,
BCHE
Bidang diagonal ACGE = BDHF, ABGH = CDEF, ADGF, BCHE
Perhitungan :
ABGH = EFDC = p√l2 + t2
BCEH = ADFG = l√p2 +t2
AECG = DHEB = t√p2 + l2
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian dan Pihak yang Membantu
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VB SD Negeri Pananjung 3,
dengan jumlah siswa 25 orang yang terdiri dari 12 siswa laki – laki dan
13 siswa perempuan.
2. Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran dilakukan di SD
Negeri Pananjung 3 yang terletak di Kampung Tegal Jambu Desa
Pananjung Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut.
3. Waktu Penelitian
Pelaksannan penelitian perbaikan pembelajaran secara menyeluruh
dimulai dari perencanaan sampai dengan pelaporan hasil
pelaksanaan.Penelitian perbaikan pembelajaran dimulai dari tanggal 7
September 2019 sampai dengan 23 November 2019.
Tabel 3.1
3Tabel 3.1
Pelaksanaan
No Kegiatan
Hari/ Tanggal Waktu
1 Prasiklus Selasa, 10 September 2019 07.30 – 08.05
2 Siklus 1 Senin, 23 September 2019 07.30 – 08.05
3 Siklus 2 Kamis, 03 Oktober 2019 07.30 – 08.05
45
46
b. Supervisor 1
Yang menjadi supervisor 1 sekaligus sebagai dosen tutor mata
kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional yaitu Bpk Dede
Margo Irianto, H, Drs, M.Pd, Dr.
c. Supervisor 2
Yang menjadi supervisor 2 sekaligus penilai 1 dalam
pelaksanaan kegiatan prasiklus, siklus 1 dan siklus 2, yaitu Ibu
Suryatin, S.Pd Bersama Bpk Suhendar, S.Pd. SD selaku penilai 2.
d. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah SD Negeri Pananjung 3, yaitu Bpk Akhmad,
S.Pd.
47
48
b. Siklus 1
1) Kegiatan Awal ( 5 menit )
50
3. Pengamatan
Pada tahap ini dilakukan secara bersamaan pada waktu proses
pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan observasi penelitian tindakan
kelas dilakukan oleh peneliti dibantu oleh observer (pengamat) dengan
menggunakan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa dan
guru dalam pembelajaran. Sedangkan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa yaitu dengan mencatat nilai hasil belajar yang
diperoleh dari evaluasi hasil belajar Matematika setelah siklus
tindakan dilaksanakan.
4. Refleksi
a. Prasiklus
Data hasil observasi dan hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran Matematika selanjutnya dilakukan analisis data
sebagai data kajian untuk melakukan refleksi, sehingga dapat
diketahui perkembangan yang diperoleh dari penerapan
pendekatan STEM. Prasiklus setelah direfleksikan akan menjadi
acuan perbaikan pada siklus 1.
b. Siklus 1
Data hasil observasi dan hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran Matematika selanjutnya dilakukan analisis data
sebagai data kajian untuk melakukan refleksi, sehingga dapat
diketahui perkembangan yang diperoleh dari penerapan
pendekatan STEM. Siklus 1 setelah direfleksikan akan
dibandingkan dengan data observasi dan hasil belajar siswa pada
siklus 2.
c. Siklus 2
Data hasil observasi dan hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan selanjutnya dilakukan
analisis data sebagai data kajian untuk melakukan refleksi,
sehingga dapat diketahui perkembangan yang diperoleh dari
penerapan pendekatan STEM. Pada siklus 2, setelah direfleksikan
akan dibandingkan dengan data observasi dan hasil belajar siswa
55
pada siklus 1.
C. Teknik Analisis Data
56
57
Nilai Frekuensi
No fi (xi)
(xi) (fi)
5 60 5 300
6 70 5 350
7 80 4 320
8 90 4 360
9 100 3 300
Jumlah 25 1760
Rata-rata (𝑥̅ ) 70,40
pertanyaan.
(3) Siswa masih kurang percaya diri dengan kemampuan
yang dimilikinya, baik dalam presentasi maupun dalam
mengerjakan soal tes.
Dari hasil refleksi tersebut dapat disimpulkan bahwa perlunya
tindakan selanjutnya yaitu siklus 1 untuk menigkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran Matematika.
2) Siklus 1
Pada proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus 1
masih terdapat beberapa aspek yang harus diperbaiki, hal ini
terlihat dari aktivitas guru dan aktivitas siswa. Oleh karena itu,
perlu adanya langkah-langkah perbaikan yang akan dilaksanakan
dalam pembelajaran selanjutnya.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap masalah-masalah selama
pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus 1, hasil observasi,
catatan lapangan dan hasil tes evaluasi diperoleh hasil sebagai
berikut:
(1) Tidak ada permasalahan dalam perumusan Rencana
pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
(2) Jadwal jam pertemuan telah sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan pembelajaran
(3) Hasil belajar siswa berdasarkan hasil evaluai siklus 1
menunjukkan peningkatan nilai dengan rata – rata nilai 70,4
dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 20. Akan tetapi
prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar baru
mencapai 64% atau sekitar 16 orang dari jumlah siswa 25
orang siswa.
(4) Siswa tampak aktif untuk bertanya dan menyampaiakan
pendapat dalam hal menyelesaikan permasalahan.
(5) Kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas sudah baik,
68
80
70
60
50
77.4
40 70.4
30 52.4
20
10
0
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
Aktivitas Guru
100%
90%
80%
70%
60%
100%
50%
85%
40%
62%
30%
20%
10%
0%
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
73
Aktivitas Siswa
100%
90%
80%
70%
60%
100%
50%
80%
40%
60%
30%
20%
10%
0%
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
A. Simpulan
Model Pembelajaran STEM (Scince, Technology, Engineering and
Mathematics) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
mengidentifikasi diagonal sisi, diagonal ruang dan bidang diagonal pada
pembelajaran Matematika di kelas V-B SDN Pananjung 3 Kecamatan
Tarogong Kidul Kabupaten Garut. Hal ini dibuktikan dengan adanya
peningkatan nilai rata-rata tiap siklus, dimana pada kegiatan prasiklus
didapat 𝑥̅ = 52,4 sedangkan pada Siklus 1 didapat 𝑥̅ = 70,4. Dan pada siklus 2
didapat 𝑥̅ = 77,4. Dengan prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar
pada prasiklus = 20% atau sekitar 5 orang saja dari jumlah siswa 25 orang
siswa. Prosentase pada siklus 1 mencapai 64% atau sekitar 16 orang dari
jumlah siswa 25 orang siswa. Dan pada siklus 2 prosentase siswa yang
mencapai ketuntasan belajar mencapai 92% atau sekitar 23 orang dari jumlah
siswa 25 orang siswa.
Peningkatan terjadi pula dalam aktivitas belajar, terjadi peningkatan
aktivitas guru dimana pada kegiatan pra siklus dari 13 aspek pada lembar
obervasi hanya 8 item aspek yang memiliki jawaban ya atau 62%. Pada
kegiatan siklus 1 meningkat menjadi 11 item aspek yang memiliki jawaban
ya atau 85 %. Dan pada kegiatan siklus 2 semua item memiliki jawaban ya
dari 13 aspek atau 100%. Begitu pula dengan aktivitas siswa, dimana
didapatkan pada kegiatan prasiklus dari 5 item aspek baru 4 item yang
memiliki jawaban ya, atau 60%. Pada kegiatan siklus 1 aktivitas siswa
mengalami peningkatan dimana 4 item aspek memiliki jawaban ya, atau
80%. Dan pada kegiatan siklus 2 semua item memiliki jawaban ya dari 5
aspek atau 100%.
76
77
2. Tindak Lanjut
Berdasarkan dari hasil penelitian tindakan kelas dengan judul
penggunaan Model Pendekatan Stem (Science Technology
Engineering And Mathematics) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Materi Diagonal Sisi, Diagonal Ruang Dan Bidang
Diagonal Kubus Dan Balok Pada Pembelajaran Matematika Di Kelas
V Sdn Pananjung 3 Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut ini
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa tentang diagonal
sisi, disgonal ruang dan bidang diagonal. Peningkatan keterampilan
siswa tersebut ditandai dengan adanya peningkatan hasil belajar,
aktivitas guru, dan aktivitas siswa.
Tindak lanjut penelitian ini adalah menerapkan model
pembelajaran STEM dalam proses penyampaian materi Matematika
dalam pembelajaran. Hal itu dikarenakan model pembelajaran STEM
terbukti efektif untuk pembelajaran Matematika dan membantu siswa
78
Abidin, Yunus 2014, Desain sistem pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013,
PT. Refika Aditama, Bandung.
Anita Lie,2005, Cooperatif learning , Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Arikunto S, 2007, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Matematika
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta : BSNP
Baker, E . B Trygg, P Otto, 2011, Project based learning model relevant
learning for The 21 st Century, Pasific Education Institute.
Buck Institute for Education, 1999, Project based learning, dilihat 15Juni 2018,
<http://www.bgsu.edu/organization/elt.proj.html> (disarikan dari
berbagai sumber)
BSNP. (2010). Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI.
Bybee,R.W.,& Landes, N.M, 1988, What research says about new science
curriculums (BSCS) science and children.
Capraro, et al. (2013).STEM Project-Based Learning : An Integrated
Science,Technology, Engineering, and Mathematics (STEM)
Approach (second ed). Rotterdam : Sense Publishers
Daryanto & Karim, Syaiful. (2016). Pembelajaran Abad 21. Gava Media
Diaz, D., & King, P. (2007). Adapting a Post-Secondary STEM Instructional
Model to K-5 Mathematics Instruction. Clemson: Clemson
University.
Fortus, D., Krajcikb, J., Dershimerb, R. C., Marx, R. W., & Mamlok-Naamand, R.
(2005). Design-based science and real-world problem solving.
International Journal of Science Education, 855–879.
George Lucas Educational Foundation. (2005). Instructional module project based
learning. [Online]. Diakses dari http://www.edutopia.org/modules/
pbl/project-based-learning
Johnson, D. W., Johnson, R. T., & Smith, K. (1991). Active learning: Cooperation
in the college classroom. Edina, MN: Interaction Book.
79
80
Kepada
Kepala UPBJJ Bandung
Di Bandung