Anda di halaman 1dari 11

DIKDAS 1(1)(2019)1-10

Jurnal Dikdas
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ESE/index
PENERAPAN MODEL SCRAMBLE DALAM MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
IPS DI KELAS IV SD INPRES 1 TANAMODINDI
Taufik kurahman1, Arif Firmansyah2
1
Universitas Tadulako, Indonesia
2
Universitas Tadulako, Indonesia
Info Artikel Abstrak
________________ _______________________________________________________________
Sejarah Artikel: Permasalahan penelitian ini yaitu rendahnya hasil belajar yang dimiliki siswa
Diterima Maret 2019
Disetujui - Kelas IV di SD Inpres 1 Tanamodindi pada mata pelajaran IPS . Penelitian ini
Dipublikasikan - bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di
________________ kelas IV SD Inpres 1 Tanamodindi dengan menerapkan model Scramble.
Keywords:
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakan di SD
StudentsMotivation,
Learning Outcomes, Talking Inpres 1 Tanamodindi , melibatkan 27 orang siswa terdiri atas 8 orang siswa
Stick Method, Social Studies perempuan dan 19 orang siswa laki-laki yang terdaftar pada tahun ajaran
Subject. 2018/2019, menggunakan desain penelitian Kemmis dan Mc.Taggart yang
__________________ terdiri atas dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada tindakan siklus I diperoleh presentase DSK siswa
sebesar 66.29% serta presentase KBK sebesar 70,37%. Sedangkan pada siklus
II diperoleh presentase DSK siswa sebesar 73,38%, serta presentase KBK
sebesar 92,59%. Berdasarkan presentase ketuntasan hasil belajar siswa siklus I
dan siklus II, maka telah terjadi peningkatan yang signifikan yaitu pada DSK
terjadi peningkatan sebesar 7,09%, sedangkan KBK mengalami peningkatan
sebesar 22,22%. Rata-rata aktifitas kegitan guru dan siswa dalam penelitian
aktifitas siswa pada sisklus I pertemuan I 84,37% pertemuan II 89,06%,
aktivitas guru pertemuan I 84,37% pertemuan II 90,62% meningkat pada
siklus II aktevitas siswa pertemuan I 93,75% dan pertemuan II 95,31%
kategori sangat baik, dan aktivitas guru pertemuan I 92,18% dan pertemuan II
96,87% kategori sangat baik. Dengan demikian dapat dismipulkan bahwa
pembelajaran dengan menerapkan model Scramble dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas IV Sd Inpres 1 Tanamodindi.

Abstract
_______________________________________________________________
The problem of this study is the lack of students’motivation and learning
outcomes on social studies subject in class IV SD Inpres 1 tanamodindi. This
study aims to prove that the use of the talking stick method can increase
students’motivation and learning outcomes on social studies subject in class
IV Inpres 1 tanomudindi SD. The subject of this research were 32 students.
The type of this research is classroom action research taht consists of two
cycle. Each cycle consists of 4 stages ; planning, implementation, observation
and reflection. The result of this study showed an increase in studentt’s
learning motivation from cycle I to cycle II. In the first cycle, the result
showed the percentage of classical learning absorption power of students was
67,98% and the percentage of classical learning completeness of students was
40,625%. While in the second cycle, the percentage of classical absorption
power of students reached 77,34%, and the classical learning completeness

1
percentage of students reached 81,25%. Based on the result above, it can be
concluded that the use of talking stick method on social studies subject can
improve student’s motivation and learning outcomes in class IV SD Inpres 1
tanamodindi.
.
© 2019 Universitas Tadulako
1
Alamat korespondensi:
Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Tadulako
Kompleks Gedung PGSD, Jl. Soekarno-Hatta KM.9 Palu, Sulteng
Phone: 0451-422611 , 0451-422355
Fax : 0451-422844 E-mail: novia_wirawan@yahoo.com

2
PENDAHULUAN saat guru meminta untuk mengemukakan
Proses pembelajaran di kelas pada pendapat.
dasarnya merupakan inti dari suatu proses Permasalahan di atas bisa disimpulkan
pendidikan yang di dalamnya terdapat proses bahwa siswa tidak termotivasi dalam
interaksi antara komponen yang saling terkait, pelajaran IPS, sehingga dapat mengakibatkan
yaitu : guru, materi pelajaran dan siswa. belum maksimalnya hasil belajar yang dicapai
Interaksi ini pula memungkinkan siswa oleh siswa pada mata pelajaran IPS. Terbukti
memperoleh pengetahuan, dan pemahaman. dengan rendahnya nilai rata-rata hasil belajar
Pada proses pembelajaran masalah IPS kelas III SDN Maleali hanya 60%.
kegiatan siswa adalah yang menjadi focus Mencermati permasalahan diatas, selayaknya
utama. Adapun upaya guru adalah bagaimana pembelajaran IPS dapat membekali siswa
cara menciptakan suasana belajar yang dengan pengetahuan dan keterampilan
menyenangkan hati semua siswa agar dapat intelektual yang memadai serta pengalaman
menggairahkan belajar siswa. Agar kegiatan praktis agar memiliki kompetensi dan
belajar dapat merangsang siswa untuk aktif efektifitas dalam berpartisipasi. Oleh karena
dan kreatif maka diperlukan suasana belajar itu, ada 2 hal yang perlu mendapat perhatian
yang kondusif yaitu sikap tenang dan teratur. kita dalam mempersiapkan pembelajaran IPS
Namun jika dilihat dari komponen di kelas, yakni bekal pengetahuan materi
siswa, pertama siswa sebagian kurang pembelajaran dan metode atau model
menyukai dan merespon mata pelajaran IPS, pembelajaran.
hal tersebut dilihat dari proses belajar Agar dapat keluar dari permasaalahan
sebagian siswa bersifat pasif, misalnya ketika diatas, maka salah satu bentuk pembelajaran
proses diskusi, siswa sebagian bersifat acuh yang bisa digunakan adalah dengan
tak acuh dan kurang berpartisipasi. Hanya menggunakan model pembelajaran Talking
siswa-siswi tertentu yang aktif bertanya, stick. Suprijono (2011) pembelajaran Talking
menanggapi dan menjawab, ataupun stick mendorong peserta didik untuk berani
mengemukakan pendapatnya.Bukan hanya mengemukakan pendapat. Talking stick
itu, ketika pengajaran tugas kelompok, adalah model pembelajaran dengan bantuan
sebagian siswa menggantungkan penyelesaian tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib
tugasnya pada siswa yang lain tanpa ikut menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa
berpartisispasi didalamnya. mempela jari materi pokoknya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Model ini bisa meningkatkan pertisipasi
di kelas III SDN Maleali, siswa kurang aktif siswa dalam pembelajaran IPS. Ini didasarkan
dalam mengikuti pembelajaran. Siswa malu pada argumen, bahwa suasana dibangun dan
bertanya dan merasa takut dalam direncanakan sedemikian rupa melalui model
pembelajaran berlangsung. Siswa juga tidak pembelajaran Talking stick sehingga siswa
pernah mengungkapkan pendapatnya pada dapat berinteraksi satu sama lain.

3
Mencermati uraian diatas, maka dapat dan Mc Taggart dalam Taniredja, dkk
dikatakan bahwa model pembelajaran Talking (2010:24), seperti yang terlihat pada gambar.
stick dapat mengubah proses belajar yang Tiap siklus dilakukan beberapa tahap , yaitu :
terpusat pada guru menjadi terpusat pada 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan
siswa, guru hanya sebagai fasilitator saja. tindakan, 3) Observasi, 4) Refleksi.
Namun, kebermotivasian pelaksanaan model Subjek penelitian ini adalah seluruh
ini harus didukung oleh keterampilan guru siswa kelas III SDN Maleali yang berjumlah
mengelola kelas dengan baik, sehingga proses 32 orang siswa, terdiri dari 14 orang siswa
pembelajaran dapat terkontrol dengan benar. laki-laki dan 18 orang siswa perempuan yang
Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti terdaftar pada tahun ajaran 2018/2019.
terdorong atau mengadakan penelitian dalam Sedangkan untuk objek dalam penelitian ini
bentuk penelitian dengan judul “Peningkatan yaitu peningkatan motivasi siswa pada kelas
Hasil Belajar IPS Melalui Motivasi Siswa III SDN Maelali tahun ajaran 2018/2019.
dengan Menggunakan Model Talking Stick Adapun teknik pengumpulan data yang
Pada Siswa Kelas III SDN Maleali”.. digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1)
Observasi,observasi merupakan data berupa
METODE hasil aktivitas siswa selama kegiatan
Jenis penelitian ini merupakan pembelajaran. 2) Tes yaitu data yang
penelitian tindakan kelas (PTK). Taniredja, diperoleh dari haasil pekerjaan siswa dalam
dkk (2010) menjelaskan bahwa penelitian mengerjakan tes yang berupa kuis pada akhir
tindakan kelas adalah penelitian yang pembelajaran. Tes ini diberikan dengan tujuan
mengangkat masalah-masalah yang aktual untuk mengukur tingkat keberhasilan tiap
yang dilakukan oleh para guru yang siklusnya.
merupakan pencermatan kegiatan belajar Keberhasilan penelitian banyak
yang berupa tindakan untuk memperbaiki dan ditentukan oleh instrumen yang digunakan,
meningkatkan praktik pembelajaran di kelas sebab data yang diperlukan untuk menjawab
secara lebih prifesional. Dalam penelitian ini pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji
peneliti hendak mengkaji tentang hipotesis diperoleh melalui instrumen.
peningkatkan hasil belajar IPS melalui Instrumen pengumpulan data yang digunakan
motivasi siswa dengan menggunaakan model dalam penelitian ini terdiri dari tes dan non
talking stick pada siswa kelas III SDN tes. 1) Lembar observas (non tes)i memuat
Maleali aspek-aspek yang penting dalam proses
Desain penelitian tindakan kelas ini pembelajaran yang dilaksanakan peneliti
mengikuti tahap penelitian tindakan kelas untuk memperoleh gambaran baik yang
yang tiap tahap disebut siklus. Model bersifat umum maupun khusus yang
penelitian ini mengacu pada modifikasi berkenaan dengan aspek-aspek pembelajaran
diagram yang dikembangkan oleh Kemmis

4
yang dikembangakan.2) Untuk instrumen tes Ketuntasan secara klasikal dinyatakan tuntas
yaitu soal-soal yang diberikan kepada peserta apabila persentase ketuntasan minimal
didik setelah proses pembelajaran mencapai 80%.
berlangsung. Nilai skor yang diperoleh Pengelolaan data kualitatif diambil
peserta didik menjadi penentu dari data hasil aktivitas guru dengan siswa
keberhasilannya dalam menguasai materi. yang diperoleh melalui lembar observasi,
Jenis data dalam penelitian ini dianalisis dan dinyatakan dalam bentuk
menggunakan data kualitatif dan data persentase (Depdiknas, 2014), yang dihitung
kuantitatif. Data kualitatif berguna untuk dengan menggunakan rumus:
mengetahui peningkatan aktivitas belajar guru Jumlah skor
Persentase nilai rata-rata = x
dan siswa pada saat proses pembelajaran skor maksimum
dengan model talking stick sedangkan data 100%

deskripsi kuantitatif berguna untuk Dengan kategori :


>NR 90% sangat baik
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
<NR 90% - 70% baik
dengan model pembelajaran talking stick.
<NR 70% - 50% cukup
Data kuantitatif diperoleh dari tes
<NR 50% - 30% kurang
awal dan tes akhir Data tersebut kemudian
<NR 30% -10% sangat kurang
diolah dan dinyatakan dalam bentuk
Indikator keberhasilan Penelitian
persentase yang dihitung dengan
Tindakan Kelas (PTK) adalah apabila hasil
menggunakan rumus. Adapun rumusan yang
belajar siswa Kelas III SDN Maleali selama
digunakan di dalam ketuntasan belajar adalah
proses pembelajaran mengalami peningkatan.
sebagai berikut :
Hal ini akan ditandai dengan daya serap
Ketuntasan Belajar Individu
individu minimal 80% dan ketuntasan belajar
Sko r yang diperoleh siswa
KBI= x100 klasikal minimal 80% dari jumlah siswa yang
skor maksimal soal
ada. Ketentuan ini sesuai dengan Kriteria
Ketuntasan belajar individu dinyatakan tuntas
Ketuntasan Minimal (KKM) yang
apabila tingkat persentase ketuntasan minimal
diberlakukan di SDN Maleali.
mencapai 80%.
Nilai rata-rata hasil belajar siswa atau Daya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Serap Klasikal (DSK)
Hasil
DSK=
Hasil penelitian ini terbagi dalam dua
Jumlah seluruh skor perolehan siswa
x100 bagian, yaitu : (1) hasil pra tindakan, dan (2)
skor maksimum soal x jumlah siswa
hasil pelaksanaan tindakan. Adapun rincian
%
dari masing-masing hasil penelitian tersebut
Ketuntasan belajar secara klasikal (KBK)
dijelaskan berikut.
Jumlah siswa yang tuntas
KBK= x100%
jumlah seluruh siswa

5
Kegiatan pratindakan dilakukan pada Tabel 2 Hasil Analisis Tes Akhir Siklus I
No. Aspek Perolehan Hasil
hari kamis 24 Januari 2019 pukul 07.15-09.30
1 Skor Tertinggi 85
WITA. Dalam pelaksanaan tes awal dengan
2 Skor Terendah 55
materi Kerjasama, siswa dikondisikan duduk
3 Jumlah Siswa 32
rapi sesuai tempat duduknya. Selain itu
4 Banyaknya Siswa Yang 13
masing-masing siswa menyiapkan alat
Tuntas
tulisnya. Setelah itu masing-masing siswa
5 Nilai Rata-Rata 67,98
mengerjakan soal yang dibagikan dengan
6 Presentase Daya Serap 67,98%
kemampuannya sendiri tanpa mencontek Klasikal
pekerjaan teman lain. Pelaksanaan tes awal 7 Presentase Ketuntasan 40,625%
berjalan kondusif, dimana siswa serius Belajar Klasikal
mengerjakan soal sampai waktu yang Berdsarkan tabel di atas, dapat
diberikan habis. Berikut ini akan disajikan disimpulkan bahwa hasil analisis tes belajar
hasil nilai tes awal. siswa yaitu sebagai berikut : skor tertinggi
Tabel 1 Hasil Analisis Tes Awal adalah 85 sedaangkan skor terendah adalah
No. Aspek Perolehan Hasil
55, dari 32 siswa yang mengikuti tes, ada 13
1 Skor Tertinggi 75
siswa yang dinytakan tuntas dengan
2 Skor Terendah 30
ketuntasan belajar klasikal sebesar 40,625%.
3 Jumlah Siswa 32
Perolehan nilai siswa mengalami peningkatan
4 Banyaknya Siswa Yang 2
Tuntas setelah melaksanakan pembelajaran dengan

5 Nilai Rata-Rata 51,40 menggunakan model talking stick dari

6 Presentase Daya Serap 51,40% perolehan nilai tes awal yaitu presentase daya
Klasikal serap klasikal 51,40% sedangkan pada siklus
7 Presentase Ketuntasan 6,25% I mengalami peningkatan 67,98%, dan
Belajar Klasikal presentase ketuntasan belajar klasikal pada tes
Berdasarkan tabel diatas, dapat awal 6,25% sedangkaan pada siklus I
disimpulkan bahwa hasil pratindakan sebagai mencapai 40,625%.
berikut, dari 32 orang siswa yang mengikuti Perolehan daya serap klasikal yaitu
tes awal, hanya 2 orang siswa yang tuntas 67,98% dan ketuntasan belajar klasikal yaitu
dengan ketuntasan belajar klasikal 6,25%. Hal 40,625% belum mencapai indikator yang
ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar ditetapkan. Dengan demikian, penelitian ini
klasikal belum mencapai presentase maasih dianggap belum berhasil karena
ketuntasan belajar klasikal yang ditetapkan belum mencapai indikator yang ditetapkan
oleh sekolah yaitu 66. sehingga perlu dilanjutkan pada pelaaksanaan
Hasil evaluasi yang diperoleh pada tindakan siklus II.
siklus I dapat dilihat melalui tabel berikut ini: Tabel 3 Hasil Observasi Kegiatan Guru
dan Siswa Siklus I

6
Presentase Adapun hasil observasi aktivitas
Pertemuan Kegiatan skor Kategori siswa dan guru, diperoleh hasil sebagai
perolehan berikut :
observasi Tabel 5 Hasil Observasi Kegiatan Guru
86,53% Baik
guru Dan Siswa Siklus II
I Presentase
observasi
88,46% Baik pertemuan kegiatan skor kategori
siswa
perolehan
observasi Sangat
90,38% observasi Sangat
guru baik 92,30%
II guru baik
observasi Sangat I
90,38% observasi Sangat
siswa baik 92,30%
siswa baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat
observasi Sangat
disimpulkan bahwa aktivitas guru dan siswa 96,15%
guru baik
selama pembelajaran dengan menggunakan II
observasi Sangat
model pembelajaran Talking stick berada 94,23%
siswa baik
pada kategori baik. :
Berdasarkan tabel di atas, dapat
Tabel 4 Hasil Analisis Tes Akhir Siklus II
dideskripsikan bahwa aktivitas guru dan
No. Aspek Perolehan Hasil
1 Skor Tertinggi 95
siswa selama pembelajaran dengan

2 Skor Terendah 60 menggunakan model pembelajaran talking

3 Jumlah Siswa 32 stick mengalami peningkatan dari siklus I ke

4 Banyaknya Siswa Yang 26 siklus II sehingga berada pada kategori sangat


Tuntas baik.
5 Nilai Rata-Rata 77,34
6 Presentase Daya Serap 77,34% Pembahasan
Klasikal
Proses pembelajaran IPS harus
7 Presentase Ketuntasan 81,25%
diterapkan dengan model yang menarik agar
Belajar Klasikal
siswa tidak jenuh dan merasa bosan. Dalam
Berdasarkan tabel di atas, dapat
hal ini seorang guru harus memilki kreatifitas
disimpulkan bahwa hasil analisis tes belajar
dalam mengajar dan pandai dalam memilih
siswa menunjukkan bahwa skor tertinggi
model yang tepat atau sesuai dengan materi
yang diperoleh siswa yaitu 95 sedangkan skor
pelajaran khususnya IPS. Salah satu upaya
terendah yaitu 60, dari 32 siswa yang
untuk meningkatkan motivasi siswa melalui
mengikuti tes, ada 26 orang yang dinyatakan
hasil belajar ialah dengan memberikan
tuntas dan setelah dipresentasikan ketuntasan
pemecahan masalah terhadap permasalahan
belajar klasikal mencapai 81,25% sehingga
yang mengahambat siswa. Hal ini dapat
peneliti merasa tidak perlu melanjutkan ke
dilaksanakan dengan mengadakan penelitian
siklus berikutnya.
tindakan kelas. peneliti bersama guru kelas III

7
mengidentifikasi permasalahan yang dapat pemahaman dari siswa terhadap materi yang
menghambat pembelajaran.. akan disampaikan.
Berdasarkan hal tersebut peneliti Guru juga memotivasi siswa untuk
berusaha untuk memperbaiki agar semangat dan rajin belajar, ini dikarenakan
permasalahan ynag dihadapi segera dapat agar siswa memiliki ketertarikan dan
dipecahkan. Dilihat dari pratindakan, peneliti semangat dalam mengikuti pembelajaran
berusaha untuk memecahkan masalah tersebut mengenai materi yang dipelajari. Kemudian
dengan menggunakan model pembelajaran guru menyiapkan tongkat sebagai media
Talking stick di kelas III SDN Maleali. pembelajaran talking stick. Penggunaan
Penggunaan model pembelajaran Talking tongkat dikarenakan lebih sesuai dengan
stick dalam pembelajaran IPS dapat membuat kondisi anak-anak yang cenderung lebih suka
pembelajaran lebih menarik. Suprijono bermain

(2014) pembelajaran dengan medel Maka para pendidik memanfaatkan

Talking stick mendorong peserta didik hal ini untuk mendidik mereka dengan cara
bermain sambil belajar yaitu disamping
untuk berani mengemukakan pendapat.
mereka bermain mereka sekaligus mengasah
Pembelajaran dengan model Talking stick
keterampilan dan kemampuan. Cara ini akan
diawali oleh penjelasan guru mengenai
lebih berkesan dalam memori otak anak-anak
materi pokok yang akan dipelajari.
untuk perkembangan pengetahuannya.
Dalam kegiatan pembelajaran yang
Sejalan dengan pendapat Mulyadi dalam
dilakukan di SDN Maleali, peneliti
Nurhasana (2015) psikologi anak menjelaskan
menggunakan model Talking stick. Adapun
bahwa anak adalah anak, anak bukan
fase-fase talking stick ialah :
manusia dewasa mini, karena itu
Pada tahap guru menyiapkan tongkat
pembalajaran metode terhadap anak harus
guru memasuki kelas mengucapkan salam
disesuaikan dengan perkembangannya. Dunia
dan memulai pembelajaran dengan berdoaa
anak adalah dunia bermain. Pada dasarnya
bersama. Kegiatan dilanjutkan dengan
anak senang sekali belajar, asal dilakukan
mengecek kehadiran siswa. Kemudian
dengan cara-cara bermain yang
mengecek kesiapan belajar seluruh siswa.
menyenagkan. Cara ini juga agar siswa adalah
Setelah itu, guru menanyakan materi yang
mudah menggilir tongkat ke taman lainnya
telah dipelajari sebelumnya agar siswa lebih
dan untuk menarik minat belajar siswa
memahami materi yang akan dipelajari
tongkat bisa dibuat lebih menarik dengan
selanjutnya. Guru menyampaikan tujuan
menambahkan warna pada tongkat tersebut.
pembelajaran, hal ini dilakukan sebagai tolak
. Adapun dalam fase ini ada beberapa
ukur penyerapan materi dari guru terhadap
kategori yang diperoleh dari II siklus 4 kali
peserta didiknya. juga dapat digunakan oleh
pertemuan, yaitu pada lembar observasi guru
seorang guru untuk mengetahui tingkat
siklus I pertemuan I diperoleh skor 45

8
persentase 86,53% dengan kategori baik Pada tahap ini guru bertanya kepada
sedangkan pada siklus I pertemuan II di siswa berdasarkan pemberian tongkat guru
peroleh skor 47 persentase 90,38% dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada
kategori sangat baik. Pada siklus II pertemuan siswa misalnya “ siapa yang masih memiliki
I di peroleh skor 48 persentase 92,30% kedua orang tua? Apa pekerjaan Ibu dan
dengan kategori sangat baik dan pertemuan Ayahnya? Apa itu pekerjaan? Mengapa kita
kedua di peroleh skor 50 persentase 96,15% harus bekerja?” agar dapat mengukur
dengan kategori sangat baik. Sementara pada pemahaman siswa mengenai materi yang
Pada tahap ini guru menyampaikan telah dipelajari. Kemudian siswa yang
materi menjelaskan materi pekerjaan ibuku memegang tongkat diwajibkan menjawab
pada siklus I dan bekerja dengan semangat pertanyaan yang telah diberikan oleh guru
pada siklus II, kemudian guru menjelaskan sesuai dengan model pembelajaran talking
secara sistematis. Penyampaian informasi stick, untuk membiasakan siswa agar lebih
yang terencana dengan baik dan disajikan berani berbicara dan mengungkapkan
dengan urutan yang cocok, merupakan ciri pendapatnya. begitupun seterusnya sampai
utama dalam kegiatan menjelaskan. siswa sebagian mendapkan gilirannya.
“Keterampilan menyajikan informasi secara Pada tahap ini menyimpulkan
lisan yang diorganisasi secara sistematis pembelajaran guru memberikan kesempatan
untuk menunjukkan adanya hubungan antara bertanya kepada siswa tentang materi
satu bagian dengan lainnya, misalnya antara pekerjaan ibuku pada siklus I dan bekerja
sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan semangat pada siklus II yang belum
dengan sesuatu yang belum diketahui.” dipahami, hal ini dilakukan agar guru dapat
(Hasibua, Raflis Kosasi dalam Nurhasana). mengetahui dan menjelaskan kembali materi
Sehingga siswa dapat mencatat hal-hal pekerjaan ibuku dan bekerja dengan semangat
penting yang disampaikan guru seperti jenis- yang belum dipahami. Kemudian guru
jenis pekerjaan yang menghasilkan barang bersama siswa menyimpulkan materi
dan jasa, serta pentingnya bekerja dengan pekerjaan ibuku dan bekerja dengan semangat
semangat. bersama-sama untuk mengetahui tingkat
Pada tahap ini siswa membaca buku pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan
guru membagikan buku paket mata pelajaran guru dalam proses belajar mengajar.
IPS kelas III SDN Malelai dan mengarahkan Pada tahap ini evaluasi guru
siswa membaca materi pekerjaan ibuku pada memberikan evaluasi tentang materi yang
siklus I dan bekerja dengan semangat pada telah dipelajari. Sehingga guru dapat
siklus II yang telah dijelaskan. Setelah selesai mengetahui tingkat pemahaman siswa
waktu membaca yang diberikan, guru terhadap materi yang telah dipelajari.
kemudian mengarahkan siswa untuk menutup Evaluasi merupakan proses berkelanjutan, hal
kembali buku IPS yang telah dibaca. ini berarti evaluasi adalah proses yang

9
berlangsung terus menrus baik sebelum siswa yang belum tuntas. Hal ini disebabkan
malakukan proses belajar mengajar atau karena kemampuan guru belum maksimal
sesudah proses belajar mengajar bahkan dalam penguasaan kelas sehingga guru
evaluasi juga harus dilakukan selama proses cenderung terfokus pada siswa yang aktif.
belajar berlangsung. Selain itu siswa juga masih cenderung kurang
Pada tahap ini penutup guru percaya diri mengangkat tongkat ketika guru
meberikan motivasi siswa berupa pesan moral memberikan pertanyaan dan kurang aktif
yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. untuk bertanya apabila terdapat materi yang
Guru juga mengingatkan siswa untuk belajar belum dipaahami. Hasil belajar siswa yang
dirumah. kemudian guru menutup diperoleh dari tes akhir pada siklus I dinilai
pembelajaran dengan mengucapkan salam. belum memenuhi standar ketuntasan klasikal
Berdasarkan hasil penelitian di SDN yang mencapai 80% sehingga peneliti perlu
Maleali penggunaan model talking stick dapat melanjutkan penelitian ke siklus II dengan
meningkatkan motivasi siswa melalui hasil memperbaiki setiap kekurangan-kekurangan
belajar. Kenaikan hasil belajar yang terjadi yang terdapat pada siklus I sehingga dapat
karena dalam pembelajaran IPS menggunakan meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus
model pembelajaran Talking stick sehingga II rata-rata hasil belajar siswa mengalami
siswa mudah memahami materi yang kenaikan dari siklus I menjadi 77,34 dengan
diberikan. Dalam penelitian ini, peneliti presentase ketuntasan menjadi 81,25%. Pada
menggunakan model talking stick sesuai siklus II presentase ketuntasan yang dicapai
dengan karakteristik siswa yang berada pada siswa sudah mencapai lebih dari 80% yaitu
tahap bermain sambil belajar. Tujuan 81,25% maka tindakan yang diberikan cukup
peneltian ini dapat tercapai dengan baik yaitu sampai pada siklus II.
hasil belajar IPS meningkat, karena proses Pada akhir siklus ini masih ada 6
pembelajaran sesuai RPP, siswa juga sangat orang siswa yang tidak tuntas. Siswa yang
antusias dalam belajar, sehingga diperoleh tidak tuntas tersebut cenderung tidak aktif
hasil yang baik. dalam mengikuti pembelajaran dibandingkan
Peningkatan hasil belajar siswa dengan siswa lainnya. Berdasrkan hasil
ditunjukkan oleh adaanya peningkatan rata- penelitian tindakan dicukupkan hanya sampai
rata nilai yang dicapai oleh siswa dari siklus I siklus II karena hasil yang diperoleh pada
sampai siklus II. Pada siklus I rata-rata hasil siklus II melebihi indikator keberhasilan yang
belajar 67,98 dengan presentase ketuntasan ditentukan.
mencapai 40,625%. Adapun yang
menyebabkan hasil belajar siswa masih SIMPULAN
rendah dan belum mencapai kriteria Berdasarkan hasil pengamatan yang
ketuntasan minimal yaitu karena pada siklus I telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan
dari dari 32 orang siswa terdapat 19 orang bahwa pembelajaran Talking stick dapat

10
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III Namun setelah dilakukan tindakan pada
SDN Maleali pada mata pelajaran IPS yang siklus I diperoleh ketuntasan belajar sebesar
ditujukkan oleh adanya peningkatan hasil 40,625% dan siklus II diperoleh 81,25%.
belajar siswa pada setiap siklusnya. Hal ini Artinya bahwa pembelajaran Talking stick
dimungkinkan karena pembelajaran Talking dapat melibatkan siswa secara aktif dalam
stick terjadi interaksi antara guru dan siswa. pembelajaran, pembelajaran berlangsung
Sehingga dari interaksi tersebut, siswa dapat secara menyenangkan, menantang serta dapat
membangun pengetahuan secara aktif, memotivasi siswa dalam belajar sehingga
pembelajaran berlangsung menyenagkaan, mencapai tujuan pembelajaran yang
menantang sertaa dapat memotivasi siswa diharapkan.
dalam belajar sehingga mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
Rumusan masalah dalam penelitian DAFTAR PUSTAKA
ini adalah apakah penerapan model Depdiknas. 2014. Prosedur Penelitian
pembelajaran Talking Stick dapat Tindakan Kelas. Jakarta: Dirjen
meningkatkan motivasi belajar siswa pada Dikdasmen.
mata pelajaran IPS di kelas III SDN Maleali.
Nurhasana. (2017). Meningkatkan Hasil
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah
Belajar Siswa Di Kelas IV SD
untuk meningkatkan motivasi belajar IPS
Inpres 1 Sienjo Pada Mata
siswa kelas III SDN Maleali melalui
Pelajaran IPS IPS Melalui
penerapan model pembelajaran Talking Stick.
Penelitian ini merupakan jenis penalitian Metodde Pembelajaran Talking
tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, Stick. Skripsi Sarjana Pada FKIP
setiap siklus terdiri dari perencanaan Universitas Tadulako Palu: Tidak
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan diterbitkan.
refleksi.
Suprijono Agus. (2014). Cooperatif Learning
Materi yang dibahas dalam
Teori dan Aplikasi PAIKEM.
penelitian ini adalah pekerjaan ibuku pada
Yogyakarta : Pustaka Belajar
siklus I dan bekerja dengan semangat pada
siklus II. Subyek penelitian ini adalah siswa Taniredja, Tukiran, dkk. 2010. PTK.
kelas III SDN Maleali yang berjumlah 32 Purwokerto : Alfabeta.
orang siswa. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan adanya peningkatan motivasi
belajar siswa dari sebelum tindakan dan
sesudah tindakan dilakukan. Pada saat
sebelum tindakan dilakukan ketuntasan
belajar yang diperoleh hanya mencapai 6,25.

11

Anda mungkin juga menyukai