Anda di halaman 1dari 10

JPGSD, Volume 06 Nomor 12 Tahun 2018 halaman 2201-2210

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE UNTUK MENIGKATKAN HASIL


BELAJAR IPS SISWA KELAS 3 SDN 2 SLEMPIT KEDAMEAN GRESIK

Brili Herwandannu
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya (herwandannu07@gmail.com)

Suprayitno
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya

Abstrak
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus dengan
lokasi penelitian di SDN 2 Slempit Kedamean Gresik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
peningkatan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar pada mata pelajaran IPS dengan menerapkan
model pembelajaran Word Square. Subjek penelitiannya adalah guru dan siswa kelas 3. Hasil yang didapatkan
dari penelitian yang telah dilakukan pada hasil belajar siklus I adalah 69 %, pada siklus II 90%. Data aktivitas
guru pada siklus I 76,25%, pada siklus II 90%. Dan aktivitas siswa pada siklus I adalah 75%, pada siklus II
91,25%. Dari data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran Word Square dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci : IPS, Word Square, hasil belajar

Abstract
The types of this research is classroom action research, there are 2 cycles in this research with
research locaton at SDN 2 Slempit Kedamean Gresik. This research aim to describe this increase in teacher
activity, student activity, and improvement of student learning result in social studies by appliying Word
Square learning model and subject of research is teacher and student third grader. The result obtained from
the learning results in the first cycle is 69% has increased in two cycle get 90%. Teacher activity data in cycle
I is 76,25% has increased in cycle 2 get 90%. And students activity in cycle I is 75% has increased in cycle II
get 91,25%. From the data obtained can be concluded that the word square learning model can improve
students learning outcomes.
Keyword : Social Science, Word Square, learning result

mampu memenuhi segala sesuatu yang butuhkan oleh


PENDAHULUAN siswa sehingga membantu siswa dalam mencapai tujuan
Pendidikan IPS menurut Ahmadi (2011:6) yang ingin dicapai yaitu hasil belajar yang lebih baik.
merupakan bidang studi yang mempelajari tentang Setiap pembelajaran akan selalu muncul
manusia dan kehidupannya yang tiak lepas dari masalah - masalah yang di alami oleh siswa terutama
berinteraksi dengan sekitarnya. Hubungan ataupun masalah keaktifan, pemahaman materi dan ketelitian
interaksi tersebut dapat terjadi dalam berbagai macam siswa dalam kegiatan pembelajaran dikelas.
bentuk, baik disadari ataupun tidak. Sedangkan IPS Permasalahan seperti ini merupakan point penting yang
dalam kaitannya dengan pendidikan di sekolah adalah sangat dibutuhkan bagi siswa sekolah dasar dimana
sebagai studi tentang manusia yang dipelajari oleh anak dengan keaktifan, pemahaman materi dan ketelitian siswa
didik di sekolah dasar dan menengah. Membekali anak tersebut akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
didik dengan pengetahuan sosial sehingga berguna untuk Misalnya sikap aktif siswa dalam merespon kegiatan
masa depannya, keterampilan sosial dan intelektual pembelajaran, keaktifan adalah bagian dari karakter
dengan memiliki kepedulian terhadap lingkungan manusia. Tingkat keaktifan terbentuk dikarenakan
sekitarnya. Dengan harapan siswa menjadi SDM yang kebiasaan seseorang dalam kehidupannya sehari - hari.
memiliki tanggung jawab baik bagi dirinya sendiri serta Orang yang aktif memiliki ciri - ciri selalu ingin
masyarakat dan negara. mengemukakan pendapat dan selalu berpikir sebelum
Siswa merupakan salah satu komponen yang mengambil keputusan. Apabila sikap aktif selalu
sangat penting dalam proses pembelajaran. Dalam dunia diterapkan dalam kehidupannya secara otomatis akan
pendidikan siswa merupakan salah satu pihak yang menjadi bentuk karakter atau kepribadian yang melekat
sangat sentral dengan memiliki tujuan yang baik dalam pada dirinya. Jadi sikap aktif tidak bisa diajarkan secara
menggapai cita - cita yang di inginkan secara optimal. lisan. Memang bukan perkara mudah mengubah anak
Maka dari itu ketika proses pembelajaran, guru harus

2201
Penerapan Model Pembelajaran Word Square

menjadi aktif, meskipun kita mengetahui betapa Mengingat pentingnya pemahaman siswa
pentingnya keaktifan. terhadap materi sebagai penunjang hasil belajar siswa,
Berkaitan dengan mata pelajaran Ilmu maka dari itu guru harus berupaya untuk melakukan
Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar memang perubahan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
harus dikelola secara optimal sehingga unggul dalam kegiatan pembelajaran dengan melakukan usaha
membentuk kepribadian yang baik dalam masyarakat. perbaikan, terutama perbaikan mengenai proses
Akan tetapi sejauh ini masih ada hambatan yang di alami pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam mengajar.
oleh siswa sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh guru dalam
siswa pada mata pelajaran IPS yang menurun. mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan
Berdasarkan hasil observasi pada 14 Oktober menerapkan model pembelajaran yang mampu membuat
2017, peneliti menemukan suatu gejala ataupun siswa aktif dengan tujuan untuk meningkatkan hasil
fenomena di kelas III SDN 2 slempit Gresik yaitu masih belajar siswa. Model pembelajaran yang dikenal oleh
banyaknya siswa yang kurang aktif ketika mengikuti peneliti saat ini yaitu model pembelajaran word square.
proses pembelajaran. Guru menuturkan bahwa masih Alasan peneliti menggunakan model pembelajaran word
banyaknya siswa yang kesulitan dalam memahami materi square yaitu dengan menggunakan model ini akan
dikarenakan masih banyaknya siswa yang kurang mendorong siswa untuk lebih memahami materi karena
merespon terhadap materi yang sedang diajarkan. Maka siswa nantinya akan mencocokan sebuah pertanyaan
dari itu siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan dengan jawaban yang tepat. Model word square ini juga
menjelaskan kembali materi yang sudah diajarkan. Hal bertujuan untuk melatih sikap teliti siswa karena dengan
ini bisa dilihat dari minat siswa ketika guru menjelaskan model ini siswa tidak hanya mengetahui saja jawaban
materi serta aktivitas guru dan siswa yang kurang efektif yang benar akan tetapi siswa juga di latih juga dengan
karena siswa begitu pasif dan hanya berpusat kepada mencari sebuah jawaban yang ada di kotak jawaban
guru. berupa huruf beracak dengan membutuhkan ketelitian
Menurut peneliti dan guru kelas III SDN 2 yang baik. Model word square ini juga dapat merangsang
Slempit Gresik ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa untuk berpikir efektif lagi karena siswa harus
permasalahan tersebut. Yakni ketika siswa mengikuti berpikir lebih matang lagi dalam menentukan jawaban
proses pembelajaran, siswa sangat mudah bosan, yang di rasa benar dengan memadukan antara jawaban
penyebab dari permasalahan ini adalah kurangnya yang dianggap benar kira – kira jawabannya ada atau
rangsangan yang diberikan guru mengenai keaktifan tidak nya di kotak jawaban. Kurniasih dan Sani (2015:
siswa dalam belajar sehingga siswa sangat pasif. Faktor 97)
lain yaitu situasi kelas yang kurang mendukung. Pada Selain itu peneliti juga menggunakan penelitian
saat pembelajaran siswa mudah teralihkan dengan yang relevan sebagai pembanding atau alasan
keadaan sekitar seperti ramai sendiri, mengganggu menggunakan model word square ini. Penelitian yang
temannya sehingga akan mengurangi konsentrasi siswa sejenis dengan penelitian ini adalah penelitian yang
ketika kegiatan pembelajaran. Konsentrasi sangat penting dilakukan oleh M. Wisnu Putra 2016 “Penerapan Model
bagi siswa untuk sesuatu yang di pelajari. Apabila Word Square Untuk Meningkatkan keaktifan dan hasil
konsentrasi tidak terpusat akan menimbulkan kurang belajar menghasilkan peningkatan. Pada pelaksanaan di
telitinya anak. siklus I mengalami peningkatan sebesar 7,27 dari kondisi
Berlandaskan hasil wawancara peneliti dengan awal 61,5 meningkat menjai 68,77. Peningkatan
guru dari kelas III SDN 2 Slempit Kedamean Gresik, keaktifan belajar pada siklus II yaitu menjukan sebesar
diketahui bahwa hasil belajar masih dibawah KKM, 18,74 dari kondisi awal 61,5 meningkat menjadi 80,24
dibuktikan dari jumlah 29 peserta didik, 12 siswa dengan kategori aktif.
(41,37%) sudah memenuhi KKM sedangkan 17 siswa Berdasarkan latar belakang di atas, maka
(52,62%) masih belum memenuhi KKM yang berlaku permasalahan tersebut akan dikaji melalui penelitian
yaitu 75. Permasalahan seperti ini disinyalir akibat dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Word
kurangnya variasi model pembelajaran yang bertujuan Square Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
untuk merangsang siswa lebih aktif dan berpikir lebih mata pelajaran IPS Siswa Kelas III SDN 2 Slempit
efektif sehingga berpengaruh terhadap pemahaman siswa Kedamean Gresik.”
mengenai materi yang di ajarkan. Guru hanya terpaku Kajian teoritik dalam peneltian ini meliputi Ilmu
menggunakan metode ceramah saja. Ketika guru Pengetahuan Sosial, Model Pembelajran Kooperatif,
menjelaskan siswa hanya duduk diam mendengarkan. Model Pembelajaran Word Square, Hasil Belajar.
Setelah menjelaskan materi, guru langsung saja Menurut Susanto (2014:7), Ilmu Pengetahuan Sosial
menyuruh siswa untuk segera mengerjakan lembar kerja (IPS) adalah pembauran dari beberapa macam cabang
berupa pilihan ganda berdasarkan materi yang sudah ilmu sosial dan humoniora yang meliputi: sosiologi,
disampaikan. Pada saat pemberian lembar kerja guru geografi, sejarah, politik, ekonomi, hukum, dan budaya.
hanya memberikan begitu saja dan meyuruh siswanya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat dibuktikan
untuk segera dikerjakan. Ketika mengerjakan soal-soal berdasarkan realita dan keadaan sosial yang ada di
anak-anak cenderung ramai sendiri. Dengan metode lingkungan masyarakat yang bertujuan untuk
seperti ini siswa akan cepat merasakan kebosanan, mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari cabang
sehingga lama-kelamaan konsentrasi siswa akan ilmu-ilmu sosial tersebut.
menurun.

2202
JPGSD, Volume 06 Nomor 12 Tahun 2018 halaman 2201-2210

Menurut Siradjuddin dkk (2012:1) hakikat dari dengan tujuan membantu siswa mengatasi permasalahan
IPS adalah bidang studi sosial yang terbentuk dari ilmu- pada saat proses pembelajaran.
ilmu sosial, (seperti: Sosiologi, Geografi, Antropologi, Sehubungan dengan pengertian di atas, menurut
Sejarah, Ekonomi, Ilmu Politik dan Pemerintahan), yang Asmani (2016:37) model kooperatif bisa diartikan
mempelajari kehidupan manusia dalam semua aspek serta sebagai model dengan cara belajar secara berkelompok
interaksinya terhadap lingkungan masyarakat. Tujuan dan bersama - sama, dengan saling bertukar pikiran dan
dari pengajaran pendidikan IPS yaitu memberi membantu satu sama lain. Tujuan belajar dapat berhasil
pengetahuan ke peserta didik tentang kehidupan tergantung pada kemampuan anggota yang ada di
bermasyarakat yang sistematis. Kehidupan yang kelompok tersebut. Model pembelajaran kooperatif
sistematis perlunya ilmu tentang pengetahuan, sikap, dan memberi kebebasan terhadap siswa untuk saling
ketrampilan. berdiskusi, saling tukar pikiran dengan berkomunikasi
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan dengan baik guna mencapai tujuan belajar tersebut.
sebuah ilmu yang mampu membekali siswa tentang Sementara itu guru berperan sebagai pembimbing atau
pengetahuan dan pemahaman bagi siswa sebagai bekal fasilitator siswa.
untuk mempersiapkan diri menghadapi lingkungan sosial Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan
secara langsung, objektif dengan membentuk mereka bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan jenis
menjadi individu yang mampu beradaptasi dengan baik belajar yang dilakukan secara bentuk kelompok kecil
dengan lingkungannya. Jika Seseorang yang sudah dalam pembelajaran dengan tujuan agar siswa mampu
terbekali berdasarkan tujuan dari pendidikan IPS siswa berkerja sama dengan anggota kelompok lainnya.
akan mampu beradaptasi secara optimal sesuai dengan Ciri - ciri pembelajaran kooperatif menurut
tujuan dari pendidikan IPS sehingga dengan baik mampu Rusman(2017:300) yakni (a) Peserta didik didalam
mengikuti perkembangan dan permasalahan sosial di kelompok bekerjasama guna menyelesaikan tugas yang
kehidupan masyarakat dengan kemampuan yang diberikan, (b) Peserta didik dalam berkelompok harus
dimilikinya. memiliki kemampuan yang berbeda, (c) Dalam anggota
Pendidikan IPS memiliki tujuan dengan kelompok, jika memungkinkan dibagi berdasar pada ras,
menyesuaikan berdasarkan kebutuhan siswa dan budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda, (d)
disesuaikan dengan situasi yang terjadi kepada anak. Penghargaan seacara kelompok lebih diutamakan dari
Dalam kurikulum tahun 2006 atau Kurikulum Tingkat pada individu.
Satuan Pendidikan (KTSP) tujuan dari IPS ialah sebagai Menurut Kurniasih dan Sani (2015: 97)
berikut: a) Memberi pengenalan tentang konsep yang model pembelajaran Word Square adalah sebuah model
berkaitan dengan kehiupan sosial di lingkungan yang berorientasi terhadap ketelitian siswa. Model ini
masyarakaat, b)Memberikan kapasitas dalam berfikir melatih kejelian dan mengasah kemampuan siswa dalam
kritis dan logis, memiliki minat untuk mencoba sesuatu mencocokan huruf yang tersedia dalam kotak jawaban
yang baru, dan mampu memecahkan masalah, c) menjadi sebuah kata yang tepat. Dalam kotak jawaban
Mempunyai komitmen terhadap nilai – nilai sosial dan terdapat banyak huruf yang disamarkan dengan maksud
rasa kemanusiaan,d) Membekali peserta didik untuk sebagai pengecoh.
mempunyai kemampuan dalam hal berkomunikasi, Keistimewaan dari model Word Square adalah
berkerja sama dan mampu berkompetisi dalam masyrakat model ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran.
majemuk. Tinggal bagaimananya seorang guru memprogram proses
Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pembelajaran dengan pertanyaan yang dapat memancing
pola yang diterapkan oleh seorang pendidik sebagai siswa untuk berpikir secara efektif. Dalam model
langkah atau pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran Word Square terdapat banyak sekali huruf -
pembelajaran, Trianto (2014:51). Sejalan dengan huruf yang tidak diperlukan, akan tetapi huruf tersebut
pendapat Ngalimun (2014:7) model pembelajaran digunakan sebagai pengecoh bukan untuk mempersulit
merupakan suatu rencana yang bisa guru gunakan untuk siswa. Model pembelajaran word square juga bisa
memfodifikasi proses mengajar dengan maksud untuk dibilang model yang melalui permainan dalam arti belajar
menentukan tahap - tahap pembelajaran yang lebih sambil bermain, akan tetapi lebih menekankan kepaa
inovatif yang termasuk di dalamnya gambar, media (film- belajarnya. Belajar dengan bermain juga akan berdampak
film), tipe-tipe, progam-progam dengan komputer dan positif kepada peserta didik karena akan terjadinya
kurikulum sebagai media untuk belajar. Dengan perubahan sikap, tingkah laku, dan pengalaman belajar.
menggunakan model pembelajaran, guru bisa membantu Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik
peserta didik dalam mendapatkan ide, informasi, dan kesimpulan bahwa model pembelajaran Word Square
keterampilan. merupakan model yang bertujuan untuk melatih ketelitian
Menurut Suprijono (2009:54) Model dan kritis dalam menentukan jawaban.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran Menurut Tampubolon (2015: 98) Secara teknis,
yang termasuk jenis belajar dengan cara bekerja langkah - langkah pembelajaran dengan menggunakan
kelompok dan tata cara belajar yang diarahkan oleh guru. model word square adalah sebagai berikut: a)Langkah
Pembelajaran kooperatif secara umum proses pertama ialah guru menyampaikan materi yang sesuai
pembelajarannya diatur oleh guru, karena guru dengan tujuan yang akan dicapai, b) Guru membagi
memberikan tugas yang berupa pertanyaan dengan menjadi beberapa kelompok dalam satu kelas, seabagi
mempersiapkan bahan - bahan serta memberi informasi prosespembelajaran dengan cara berdiskusi atau bekerja

2203
Penerapan Model Pembelajaran Word Square

sama, c) Setelah itu, guru membagikan lembar kegiatan menangani permasalahan yang di alami oleh peserta
sesuai arahan yang ada, d) Peserta didik menjawab didik. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) selain
sebuah soal dengan cara mengarsir huruf jawaban yang untuk meningkatkan hasil belajar siswa saja, juga untuk
dianggap benar di dalam kotak secara vertikal maupun memperbaiki kemampuan atau kinerja guru dalam
horizontal ataupun diagonal, e) Guru memberikan point mengajar di dalam kelas. Penelitian ini diawali oleh
dari setiap jawaban yang ada di dalam kotak. peneliti dengan melakukakan observasi terlebih dahulu.
Belajar adalah suatu proses diri dengan Dalam kegiatan observasi peneliti menemukan suatu
melakukan suatu usaha tertentu dengan tujuan mengalami permasalahan dimana hasil belajar yang kurang dan
perubahan ke depan yang lebih baik yaitu perubahan penggunaan model pembelajaran yang digunakan kurang
perilaku sebagai hasil dari pengalamannya ketika bervariasi sehingga proses pembelajaran terkesan sangat
berinteraksi di lingkungannya. Akan tetapi tidak semua monoton dan membosankan.
perubahan yang terjadi terhadap seseorang dikategorikan Dalam pelaksanakan Penelitian Tindakan Kelas
sebagai perubahan yang didapatkan berkat proses belajar. ini, yang menjadi subyek peneliti adalah siswa kelas III
perubahan yang berdasarkan dari hasil belajar merupakan SDN 2 Slempit Kedamean Gresik yang terdiri dari 29
adanya perubahan yang lebih baik dari sebelumnya siswa dengan laki - laki berjumlah 14 orang dan siswa
dengan adanya suatu progres yang berkeinginan untuk perempuan 15 orang.
menjadi lebih baik. Penelitian ini akan dilakukan di SDN 2 Slempit
Sependapat dengan Rusman (2017:129) bahwa kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik yang akan
hasil belajar merupakan hasil dari pengalaman seseorang dilaksanakan pada semester Genap tahun ajaran
baik dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi 2017/2018. Berasarkan observasi hasil belajar masih
belajar tidak semata - mata mempelajari suatu konsep kurang di bawah KKM yang sudah ditentukan. SDN 2
teori pelajaran saja, tetapi belajar mencakup banyak Slempit merupakan sekolah asar yang sangat terbuka
sekali seperti kebiasaan, pemahaman, minat dan bakat, artinya sekolah tersebut sangat menerima mahasiswa
keterampilan, penyesuaian sosial, cita - cita dan harapan. yang berkepentingan ingin melakukaan penelitian di SD
Dimana hasil belajar yang dimaksut dalam kajian ini tersebut.
adalah hasil belajar pada mata pelajaran IPS yang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggunakan
mengacu pada ranah kognitif. rancangan penelitian yang dikembangkan oleh Kemis dan
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan Mc Taggart, sebagai berikut:
bahwa belajar merupakan proses perubahan dengan
harapan yang lebih baik kedepannya berdasarkan
pengalaman ataupun proses pelatihan. Artinya tujuan dari
belajar adalah untuk merubah tingkah laku baik yang
menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan.

METODE
Jenis penelitian yang akan saya gunakan adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action
Research (CAR). Tugas guru adalah mentranformasikan
ilmu kepada peserta didik. Apabila informasi yang sudah
disampaikan gagal dipahami oleh siswa disitu lah guru
harus teliti mengecek kira - kira apa yang menjadi
penghambat guru dalam proses mentransfer ilmu tersebut
sehingga peserta didik tidak dapat memahami. Penelitian
Tindakan Kelas menurut Setiawan (2017:10) yaitu
penelitian yang dilakukan oleh seorang guru untuk
meningkatkan hasil belajar siswa yang diterapkan di
dalam kelas. Dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas Bagan 1. model siklus PTK Kemis dan Mc.Taggar
pembelajaran dengan dengan menggunakan model (Arikunto, 2010:132)
pembelajaran yang inovatif sebagai salah satu cara untuk
memecahkan suatu permasalahan yang di alami peserta Observasi Awal
didik. Sedangkan pengertian lain dari PTK adalah Pada tahap observasi awal ini, peneliti
penelitian yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki melakukan observasi ke lokasi penelitian di SDN 2
kinerjanya sendiri sebagai seorang pendidik, yang di Slempit Kedamean Gresik. Obserasi yang di lakukan oleh
lakukan di dalam kelasnya sendiri dengan cara refleksi peneliti dengan tujuan untuk mencari hambatan atau
diri. Dengan demikian hasil belajar peserta didik bisa permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik sehingga
meningkat (Tampubolon, 2014:16). berpengaruh kepada hasil belajar. Dengan mencari tahu
Dengan pengertian dari masing – masing ahli model dan metode apa yang digunakan selama ini dalam
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Penelitian mengajarkan pelajaran IPS oleh guru kelas III SDN
Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang Slempit Kedamean Gresik.
dilakukan seorang guru atau pendidik dengan tujuan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan mampu

2204
JPGSD, Volume 06 Nomor 12 Tahun 2018 halaman 2201-2210

Pelaksanaan PTK Peneliti menggunakan tes (berupa butir soal yang


Penelitian ini mengacu pada rancangan yang berkaitan dengan materi masalah sosial)
dikembangkan oleh Kemis dan Mc. Taggart (dalam
Arikunto, 2010:132). Setiap satu kali siklus pada tahap Rumus perhitungan yang digunakan adalah
ini meliputi beberapa tahapan, di antaranya : a. Tahap sebagai berikut :
perencanaan, b. Tindakan dan pengamatan, c. Tahap Analisis data hasil observasi aktivitas guru dan siswa
pengamatan, d. refleksi. Kemudian pada siklus
berikutnya melakukan kembali perencanaan yang sudah
P= x 100 %
di benahi, melakukan tindakan, pengematan, dan juga
refleksi. Berikut merupakan penjelasan alur penelitian
secara rinci: Keterangan :
Tahap perencanaan tindakan P = persentase frekuensi kejadian yang
Tahap perencanaan merupakan tahapan awal yang muncul
harus dilakukan. Rencana tindakan ini meliputi semua F = banyaknya aktivitas guru yang muncul
langkah tindakan secara terperinci. Beberapa kegiatan N = julmah aktivitas keseluruhan
yang harus dipersiapkan pada tahap perencanaan ini
adalah menyusun perangkat pembelajaran, dalam (Indarti, 2008:76)
pembuatannya peneliti berkolaborasi dengan guru kelas
yang meliputi RPP, bahan ajar, lembar kegiatan siswa, Data yang termasuk dalam kriteria hasil
dan lembar evaluasi. penilaian aktivitas guru sebagai berikut :
Tahap pelaksanaan dan pengamatan 80% - 100% = Sangat baik
Tahap pelaksanaan merupakan penerapan dari 60% - 79% = Baik
rencana yang sudah dibuat. Dimana proses pembelajaran 40% - 59% = Cukup
ini dilakukan oleh guru kelas III SDN 2 Slempit 20% - 39% = Kurang
Kedamean Gresik dengan menerapkan model 0% - 19% = Sangat kurang
pembelajaran kooperatif tipe Word Square sesuai dengan
RPP yang dirancang pada tahap perencanaan. Kegiatan Data hasil belajar siswa
observasi dilakukan secara bersama dengan pelaksanaan Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar
tindakan. Dalam Penelitian ini dilakukan oleh 2 obsever, siswa secara klasikal, menggunakan rumus sebagai
Berikut adalah tahapan pembelajarannya : berikut :
a)Menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian
mengapresiasi siswa, b)Memberikan materi pelajaran, c)
Membentuk siswa dalam kelompok, d)Membimbing x 100 %
siswa dalam kelompok, e)Penerapan model Word Square,
f) Evaluasi, g)Memberi penilaian
Refleksi Kriteria ketuntasan belajar klasikal sebagi berikut :
Tahap ini peneliti dan guru dapat mengetahui
kekurangan - kekurangan, berhasil tidaknya selama >80% = Sangat tinggi
proses pembelajaran. Apabila belum mencapai indikator 60% - 79% = Tinggi
keberhasilan maka akan dilaksanakan perencanaan ulang 40% - 59% = Sedang
yang lebih baik lagi untuk dilaksanakan pada siklus 20% - 39% = Rendah
selanjutnya. Tahap refleksi merupakan tahap terakhir 0% - 19% = Sangat rendah
dalam siklus untuk mengetahui dari aktivitas yang sudah
dilakukan. Dengan suatu refleksi yang baik dapat HASIL DAN PEMBAHASAN
menjadi masukan masukan yang berharga pada siklus Hasil
selanjutnya. Hasil aktivitas guru
Data yang diambil yakni data aktivitas guru, Hasil pengamatan atau observasi aktivitas guru
aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Teknik yang yang dilakukan oleh pengamat terhadap pembelajaran
dilakukan untuk mengumpulkan data yakni teknik IPS dengan menggunakan model pembelajaran Word
observasi dan teknik tes. Observasi dilakukan pada saat
Square, dapat dideskripsikan sebagai berikut :
pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Jenis observasi
yang dilakukan adalah dengan pengamatan yang Tabel 1
ditujukan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan Perbandingan aktivitas guru siklus I dan siklus II
guru dan siswa selama penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Word Square untuk meningkatkan hasil No Aspek yang diamati Siklus I Siklus II
belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas III SDN 2
Slempit Kedamean Gresik. 1. Membuka pembelajaran 4 4
Pemberian tes digunakan untuk mengukur tingkat 2. Menyampaikan tujuan 3,5 4
ketuntasan hasil belajar peserta didik setelah diterapkan
pembelajaran
model pembelajaran kooperatif tipe Word Square.

2205
Penerapan Model Pembelajaran Word Square

3. Menyampaikan materi 2,5 3,5 Hasil aktivitas siswa


4. Menyampaikan Hasil pengamatan atau observasi aktivitas siswa
4 4
pelaksanaan model yang dilakukan oleh pengamat terhadap pembelajaran
pembelajaran Word IPS dengan menggunakan model pembelajaran Word
Square Square, dapat dideskripsikan sebagai berikut :
5. Mengorganisasi Tabel 2
3 3,5
kelompok Perbandingan aktivitas siswa siklus I dan siklus II
6. Membimbing siswa 3 3,5 No Aspek yang diamati Siklus I Siklus II
dalam pembelajaran Memberi respon saat 4 4
Word Square membuka
1.
7. Membimbing siswa cara 3 3,5 pembelajaran
mengerjakan LKS Memperhatikan 3,5 4
8. Memberikan 2 3,5 penjelasan tujuan
2.
penghargaan/ reward pembelajaran
9. Melakukan evaluasi 3,5 3,5
Menerima informasi 2 3,5
10. Menutup pembelajaran 2 3 3.
materi
Jumlah 30,5 36 Menerima penjelasan 4 3,5
Persentase 76,25% 90% 4. pembelajaran word
Square
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa
presentase ketuntasan aktivitas guru pada siklus I Membentuk kelompok 3 3
5.
mendapatkan skor 76,25%. Rata – rata skor aktivitas guru
dalam proses pembelajaran siklus I dihitung dengan Penggunaan model 2 4
rumus sebagai berikut : 6. pembelajaran Word
Square
P= x 100 %
Mengerjakan 3,5 3,5
7.
P= x 100% tugas/LK
Menerima 2 4
P = 76,25% 8.
penghargaan/reward
Hasil terebut belum mencapai indikator Mengerjakan evaluasi 4 3,5
keberhasilan dalam peneleitian tindakan kelas (PTK) 9.
yaitu sebesar 80%. Perolehan skor tersebut menunjukan Menutup 2 3,5
bahwa kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPS dengan 10.
pembelajaran
menerapkan model pembelajaran Word Square berada Jumlah 30 36,5
pada kategori baik. Supaya dapat memenuhi indikator
keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas (PTK), Persentase 75% 91,25%
perlu dilakukan perbaikan agar pembelajaran menjadi
lebih baik dan mencapai ketuntasan yang ditentukan. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa
Pada siklus II hasil aktivitas guru meningkat dan presentase ketuntasan aktivitas siswa siklus I
mendapatkan skor 90%. Rata – rata skor aktivitas guru mendapatkan skor 75%. Rata – rata skor aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran siklus II dihitung dengan dalam proses pembelajaran siklus I dihitung dengan
rumus sebagai berikut: rumus sebagai berikut :
P= x 100 % P= x 100 %
P = x 100 % P = x 100%
P = 90 % P = 75%
Dengan demikian pelaksanaan aktivitas guru Hasil terebut belum mencapai indikator
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model keberhasilan dalam peneleitian tindakan kelas (PTK)
pembelajaran Word Square meningkat dan mencapai yaitu sebesar 80%. Perolehan skor tersebut menunjukan
indicator yang sudah ditentukan. bahwa aktivitas siswa pada saat pembelajaran mata
pelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran
Word Square pada kategori baik. Supaya dapat
memenuhi indikator keberhasilan dalam penelitian

2206
JPGSD, Volume 06 Nomor 12 Tahun 2018 halaman 2201-2210

tindakan kelas (PTK), perlu dilakukan perbaikan agar 25. RA 80 √


pembelajaran menjadi lebih baik dan mencapai indikator
26. SD 84 √
keberhasilan dalam penelitian. Pada siklus II hasil
aktivitas guru meningkat dan mendapatkan skor 91,25%. 27. S 86 √
Rata – rata skor aktivitas siswa dalam proses 28. SD 74 √
pembelajaran siklus II dihitung dengan rumus sebagai 29. ZP 96 √
berikut:
Jumlah 20 9
P= x 100 %
P= x 100% Dari data di atas, hasil belajar siswa pada siklus
P = 91,25% I di kelas 3 SDN 2 Slempit Kedamean Gresik diketahui
Dengan demikian pelaksanaan aktivitas siswa bahwa 20 siswa yang hasil belajaranya tuntas dan
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu ≥75.
pembelajaran Word Square meningkat dan mencapai Sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 9 siswa.
indicator yang sudah ditentukan. Dengan jumlah siswa yang tuntas adalah 20 siswa maka
Hasil belajar siswa dapat diketahui persentase ketuntasan belajar klasikal
Data hasil belajar siswa melalui tes hasil belajar sebagai berikut :
(evaluasi) dapat dipaparkan di tabel berikut ini : P= x 100 %
Tabel 3
Data hasil belajar siswa siklus I P= x 100 %
Keterangan P = 69 %
No Nama Nilai Hasil tesebut menunjukkan bahwa pembelajaran
T TT
pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan
1. AR 76 √
ketuntasan belajar klasikal yang telah ditetapkan yaitu
2. AF 80 √ ≥80. Sehingga perrlu diperbaiki pada pembelajaran
3. AB 84 √ selanjutnya.
4. AF 60 √
Tabel 4
5. AMS 88 √
Data hasil belajar siswa siklus II
6. AS 76 √ Keterangan
No Nama Nilai
7. A 74 √ T TT
8. AD 88 √ 1. AR 86 √
9. DC 90 √ 2. AF 88 √
10. ED 62 √ 3. AB 86 √
11. EN 82 √ 4. AF 74 √
12. FAN 56 √ 5. AMS 96 √
13. FA 90 √ 6. AS 80 √
14. FA 70 √ 7. A 90 √
15. FJ 86 √ 8. AD 92 √
16. MNK 76 √ 9. DC 100 √
17. MH 88 √ 10. ED 76 √
18. ME 92 √ 11. EN 100 √
19. MF 70 √ 12. FAN 70 √
20. MH 84 √ 13. FA 90 √
21. NA 90 √ 14. FA 84 √
22. N 80 √ 15. FJ 86 √
23. N 96 √ 16. MNK 92 √
24. R 56 √ 17. MH 96 √

2207
Penerapan Model Pembelajaran Word Square

18. ME 92 √ persentase aktivitas guru dapat meningkat. Berikut adalah


86 diagram perbandingan aktivitas guru pada siklus I dan
19. MF √
siklus II:
20. MH 90 √
21. NA 92 √
22. N 90 √
23. N 100 √
24. R 64 √
25. RA 86 √
26. SD 94 √
27. S 100 √
28. SD 80 √
29. ZP 96 √
Jumlah 26 3
Diagram 1
Berdasarkan data pada table di atas dapat Hasil observasi aktivitas guru siklus I-II
diketahui bahwa 26 siswa yang hasil belajarnya telah
mencapai KKM yang ditentukan sekolah yaitu ≥75. Berdasarkan diagram di atas, dapat diketahui
Sedangkan yang belum mencapai KKM adalah 3 siswa. perbandingan hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus
Dengan jumlah siswa yang tuntas adalah 26 siswa maka I dan siklus II. Pada siklus I persentase aktivitas guru
dapat diketahui persentase ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 76,25% termasuk kriteria baik, tetapi
sebagai berikut : belum memenuhi indikator keberhasilan penelitian. Hal
P= x 100 % ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu adanya
kekurangan kekurangan pada cara mengajar guru yang
P= x 100 % meliputi: guru kurang menguasai kelas ketika
P = 89,6 % pembelajaran sehingga kelas gaduh dan tidak kondusif,
Hasil tersebut sudah memenuhi indikator guru yang kurang maksimal dalam penyampaian materi
keberhasilan dalam penelitian yaitu 80%, sehingga kepada siswa sehingga masih banyak siswa yang belum
penelitian ini dinyatakan berhasil. memahami materi yang disampaikan dan berdampak
pada nilai siswa, guru menyimpulkan pembelajaran
Pembahasan sendiri tidak bersama-sama siswa sehingga siswa tidak
Secara keseluruhan, pelaksanaan penelitian berperan aktif saat pembelajaran.
penerapan model pembelajaran Word Square untuk Berdasarkan kekurangan yang telah diketahui
meningkatkan hsil belajar siswa pada mata pelajaran IPS maka peneliti melakukan perbaikan-perbaikan pada
kelas 3 SDN 3 Slempit Kedamean Gresik berjalan pembelajaran siklus II. Pada siklus II persentase aktivitas
dengan baik. Siswa dapat mengikuti pembelajaran pada guru mengalami peningkatan yaitu sebesar 13,75% dan
siklus I, dan siklus II dengan baik. Untuk mengetahui mencapai persentase 90%, dengan demikian
keberhasilan dari penelitian yang telah dilakukan oleh menunjukkan bahwa aktivitas guru pada saat penerapan
peneliti maka di dalam pembahasanan ini akan model pembelajaran Word Square sudah memenuhi
membahas tiga aspek yang menjadi tolak ukur indikator keberhasilan penelitian yaitu sebesar 80%.
keberhasilan penelitian, diantaranya aktivitas guru, Berdasarkan pemaparan di atas dapat diketahui
aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.. Ketiga aspek bahwa aktivitas guru pada saat menerapkan model
telah memenuhi indikator keberhasilan dalam penelitian pembelajaran Word Square mengalami peningkatan dari
sehingga penelitian ini dikatakan berhasil. Berdasarkan siklus I ke siklus II. Kesimpulannya bahwa dengan
data hasil penelitian yang dipaparkan maka akan menggunakan model pembelajaran Word Square guru
dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut: dapat menciptakan pembelajaran yang aktif dan
Aktivitas guru siklus I-II menyenangkan untuk siswanya.
Aktivitas guru mulai dari siklus I sampai dengan Aktivitas guru siklus I-II
siklus II mengalami peningkatan yang cukup besar. Aktivitas siswa mulai dari siklus I sampai
Berdasarkan pendapat pengamat guru sudah melaksakan dengan siklus II mengalami peningkatan yang cukup
langkah-langkah pembelajaran dengan baik sehingga besar. Berdasarkan pendapat pengamat siswa dapat

2208
JPGSD, Volume 06 Nomor 12 Tahun 2018 halaman 2201-2210

berperan aktif saat pembelajaran dan mengikuti keberhasilan penelitian. Kesimpulnnya apabila
pembelajaran dengan baik sehingga persentase aktivitas pembelajaran yang disusun dengan efektif dan efisien
siswa dapat meningkat. Berikut adalah diagram maka hasilnya akan berdampak pada aktivitas siswa
perbandingan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II: selama proses pembelajaran di kelas.
Hasil belajar siswa siklus I-II
Hasil belajar siswa diperoleh dari pengumpulan
data berupa tes. Tes dilakukan untuk mengukur
pemahaman siswa mengenai kegiatan pembelajaran yang
telah didapatkan. Pembahasan pada tahap ini adalah
pemaparan hasil belajar siswa secara klasikal sebagai
acuan dalam mengambil kesimpulan bahwa penelitian ini
telah berhasil atau tidak.
Kriteria Ketuntasan Minimalnya (KKM) ≥75.
Jadi siswa dikatakan tuntas apabila mendapat nilai hasil
belajar ≥75 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar ≥80%.
Berikut diagram hasil belajar siswa dari siklus I sampai
siklus II:
Diagram 1
Hasil observasi aktivitas Siswa siklus I-II
Berdasarkan diagram di atas, dapat diketahui
perbandingan hasil pengamatan aktivitas siswa pada
siklus I dan siklus II. Pada siklus I persentase aktivitas
siswa hanya mencapai 75% termasuk kriteria baik akan
tetapi belum memenuhi indikator keberhasilan penelitian.
Hal disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, siswa kurang
memperhatikan saat guru menyampaikan materi, siswa
kurang aktif dalam pembelajaran, siswa hanya diam
ketika ditanya oleh guru karena cenderung malu.
Dari beberapa kekurangan yang diuraikan di
atas peneliti melakukan perbaikan-perbaikan untuk
diterapkan pada pembelajaran siklus II yang meliputi:
guru harus mengondisikan kelas agar kondusif dan siswa Diagram 4.3
dapat menerima pembelajaran dengan baik, guru lebih Hasil belajar siswa di kelas 3 pada siklus I - siklus II
memfokuskan pembelajaran pada siswa sehingga siswa Berdasarkan diagram 4.3 di atas, Pada siklus I
aktif dalam pembelajaran, guru senantiasa memberi ketuntasan klasikal sebesar 69%. Presentase tersebut
kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada belum memenuhi indicator keberhasilan penelitian
yang kurang dimengerti, guru menerapkan model sehingga dilanjutkan pada siklus II. Dengan kata lain
pembelajaran Word Square semenarik mungkin agar masih banyak siswa yang belum mencapai KKM yang
siswa termotivasi mengikuti pembelajaran. telah ditentukan yaitu sebesar ≥75. Setelah melakukan
Berdasarkan data diketahui pada siklus II refleksi pada siklus I peneliti melaksanakan perbaikan
persentase aktivitas siswa mengalami peningkatan dan diterapkan pada siklus II. Pada siklus II mengalami
sebesar 16,25% dan menjadi 91,25% dari siklus I sampai peningkatan presentase ketuntasan klasikal yaitu sebesar
siklus II. Refleksi pada akhir kegiatan dapat
89,6%. Berdasarkan hasil tersebut penelitian ini
mempengaruhi pembelajaran, hal ini dibuktikan dengan
adanya peningkatan pada siklus I ke siklus II. Hasil yang dinyatakan berhasil karena presentase ketuntasan klasikal
didapat oleh siswa tidak lain karena usaha guru untuk sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian
menciptakan pembelajaran yang baik dan dapat dipahami sebesar 80%.
siswa dengan mudah sehingga aktivitas siswa di kelas
dapat meningkat, kelas terlihat aktif saat proses PENUTUP
pembelajaran. Simpulan
Data hasil di atas menunjukkan bahwa aktivitas
siswa sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian Berdasarkan hasil yang didapat dari kegiatan
yaitu sebesar 80%. Dengan kata lain penelitian ini penelitian yang sudah dideskripsikan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1)
dinyatakan berhasil karena sudah melebihi indikator Aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran materi IPS

2209
Penerapan Model Pembelajaran Word Square

tema pertanian dengan menerapkan model pembelajaran Untuk Guru SD, SLB, dan TK. Bandung :
Word Square di kelas 3 SDN 2 Slempit Kedamean Gresik Yrama Widya.
mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, b)
Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran materi IPS Indarti, Titik. (2008). Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
tema pertanian dengan menerapkan model pembelajaran dan Penulisan Ilmiyah. Surabaya : FBS
Word Square di kelas 3 SDN 2 Slempit Kedamean Gresik UNESA.Kurniasih, Imas dan Berlin sani.
mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, c) Hasil (2015). Ragam
belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran materi IPS Pengembangan Model Pembelajaran. Jakarta :
tema pertanian dengan menerapkan model pembelajaran Kata Pena.
Word Square di kelas 3 SDN 2 Slempit Kedamean Gresik
mengalami peningkatan Peningkatan hasil belajar siswa Ngalimun. (2014). Strategi Dan Model Pembelajaran.
dalam kegiatan pembelajaran dari siklus I ke siklus II Yogyakarta : Aswaja Pressindo.
mengalami peningkatan.
Saran Putra, M.W. (2016). Penerapan Model Pembelajaran
Berdasarkan data hasil penelitian, diketahui Word Square Untuk Meningkatkan Keaktifan
bahwa penerapan model pembelajaran Word Square dan Hasil Belajar IPA siswa kelas V. Jurnal
dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS pada PGSD Universitas Pendidikan Ganesha jurusan
materi jenis-jenis pekerjaan. Dari situ peneliti memberi PGSD vol : 4 No : 1.
saran : 1) Disarankan guru dalam mengajarkan materi
pembelajaran menerapkan berbagai variasi model Rusman. (2017). Belajar & Pembelajaran Berorientasi
pembelajaran dan tidak terpaku pada satu model Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.
pembelajaran sehingga dapat menarik minat siswa dalam Setiawan, Risky. (2017). Penelitian Tindakan
belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, 2) Kelas (Action Research). Yogyakarta : Nuha
Dalam penerapan model pembelajaran Word Square Medika.
siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran di kelas
karena siswa dapat bermain sambil belajar, sehingga Siradjuddin, dkk. (2012). Pendidikan IPS. Surabaya :
siswa tidak mudah bosan saat pembelajaran, 3) University Press.
Sebaiknya guru lebih kreatif lagi dalam membuat rencana
kegiatan pembelajaran yang menarik perhatian siswa Sudjana, Nana. (2013). Penilaian Hasil Proses Belajar
seperti pembelajaran dibentuk kuis dengan pemberian Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
hadiah bagi siswa yang aktif, 4) Dalam pembelajaran
sebaikya guru menguasai materi yang akan diajarkan Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning Teori
sehingga di dalam pembelajaran yang dilakukan di kelas Dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : pustaka
menjadi lebih kondusif karena guru pengatur belajar.
pembelajaran di kelas, ketika guru tidak menguasai
materi maka materi tersebut tidak tersampaikan pada Susanto, Ahmad. (2014). Pengembangan Pembelajaran
siswa. IPS di Sekolah Dasar. Jakarta : Prenadamedia
group.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Sayid. (2013). Penerapan Model Tampubolon, Saur. (2014). Penelitian Tindakan Kelas.
Pembelajaran Word Square Untuk Jakarta : Erlangga.
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas V
SDN Pengawu. Jurnal Kreatif Tadulsko Online Trianto. (2014). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta :
Vol. 4 No 11. ISSn 2354-614X PT. Bumi Aksara.

Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. (2014). Mendesain


model pembelajarn inovatif, progresif san
kontekstual. Jakarta : PRENADAMEDIA
GROUP.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu


Penekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Asmani, Jamal Ma’mur. (2016). Tips Efektif Cooperative


Learning. Yogyakarta : Diva Press.

Aqib, Zainal. (2013). Model-Model, Media Dan Strategi


Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung :
penerbit Yrama Widya.

Aqib, Zainal, dkk. (2011). Penelitian Tindakan Kelas

2210

Anda mungkin juga menyukai