Anda di halaman 1dari 14

p-ISSN : 2599-1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha

e-ISSN : 2599-1426 Vol. 12 No. 1 (2020)

Penerapan Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan


Berpikir Kritis Siswa

Desy Triana Dewi

Progam Studi Pendidikan Ekonomi


Universitas Negeri Surabaya
Surabaya, Indonesia

e-mail: desydewi16080554065@mhs.unesa.ac.id

Abstrak
Riwayat Artikel Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan didasari oleh kurangnya
Tanggal diajukan: keterampilan berpikir kritis peserta didik yang berdampak pada hasil belajar.
8 Juni 2020 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas guru dan peserta didik, untuk
Tanggal diterima :
meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik, dan respon siswa dengan
13 Juni 2020 menerapkan Problem Based Learning pada materi APBN dan APBD dalam
Pembangunan pada kelas XI IIS 3 di SMA Negeri 1 Puri Mojokerto. Penelitian ini
Tanggal dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus menggunakan tahapan
dipublikasikan:
29 Juni 2020 penelitian perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing),
dan refleksi (reflekting). Instrumen yang digunakan yaitu post-test untuk mengetahui
kemampuan berpikir kritis dan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas guru,
aktivitas peserta didik dan respon peserta didik terhadap penerapan model Problem
Based Learning. Hasil dari penelitian ini yaitu kemampuan berpikir kritis peserta didik
meningkat dari siklus 1 sebesar 50% menjadi 87,5% pada siklus 2, aktivitas guru
menunjukkan kenaikan dari siklus 1 sebesar 74,76% menjadi 91,9% pada siklus 2,
aktivitas peserta didik mengalami peningkatan 78,19% pada siklus 1 menjadi 84,57%
pada siklus 2, dan respon peserta didik sebesar 89,06%. Kesimpulan dari hasil
tersebut yaitu penerapan model Problem Based Learning dapat meningkat
kemampuan berpikir kritis peserta didik

Kata kunci: berpikir kritis; model pembelajaran; problem based learning

Abstract
The classroom action research is based on lack of student critical thinking skill has an
impact result of learning. This study aims to analyze teacher and students’ activities,
to improve students’ critical thinking skills and student response by applying Problem
Based Learning model to the APBN and APBD materials in Development on eleventh
grade of Social Major 3 in 1st Senior High School Puri Mojokerto. This study was
conducted in two cycles. Each cycle uses the stages of study plan (planning),
implementation (acting), observation (observing), and reflection (reflecting). The
instruments used were a post-test to determine the ability to think critically and an
Pengutipan: observation sheet to find out the teacher's activities, the students' activities and
Dewi, S.T. (2020).
Penerapan students' responses to the application of Problem Based Learning model. The result
Problem Based showed that the students' critical thinking skills increased from 50% in cycle 1 to 87.5%
Learning untuk in cycle 2. Furthermore, the teacher activity showed an increase from 74,76% in cycle
Meningkatkan 1 to 91.9% in cycle 2. While the students' activity also experienced an increase from
Kemampuan
Berpikir Kritis
78.19% in cycle 1 to 84.57% in cycle 2, and the students' response reached 89.06%.
Siswa. Jurnal Therefore, it can be concluded that based on the results, the application of Problem
Pendidikan Based Learning model can increase students' critical thinking skills.
Ekonomi
Undiksha, 12 (1),
1-14 Keywords: critical thinking; learning model; problem based learning

1
PENDAHULUAN menerima pengetahuan dan informasi
Kemajuan terutama di dunia secara langsung dan cenderung melewatkan
pendidikan pada masa ini berjalan cukup tahapan mengolah pengetahuan tersebut.
pesat. Pendidikan adalah salah satu hal Menurut data perolehan setelah
yang mempunyai peran untuk berpengaruh peneliti melakukan observasi di sekolah
untuk pembangunan sebuah bangsa yang SMA Negeri 1 Puri Mojokerto menemukan
cerdas. Kontribusi pendidikan yang kuat fakta jika selama ini model yang diterapkan
pada suatu negara dapat mengubah kualitas pada pembelajaran di sekolah tersebut
suatu bangsa, oleh sebab itu pendidikan cenderung kurang bervariasi. Pada saat
mempunyai posisi dan berpengaruh proses belajar mengajar model yang
signifikan. digunakan yaitu pembelajaran langsung
Pendidikan saat ini juga memerlukan sehingga peserta didik cenderung menerima
sebuah penyesuaian dengan adanya pengetahuan dan informasi tanpa
kemudahan untuk mengakses sebuah memanfaatkan sikap kritis mereka.
informasi yang didukung oleh teknologi yang Berdasarkan penelitian Ewing (2011)
semakin modern memerlukan berpikir kritis pembelajaran langsung dengan guru
untuk mengelola pengetahuan yang menjadi pusat pemberi informasi akan
didapatkannya. Seperti yang dijelaskan oleh bergantung pada kualitas dan kemampuan
Keynes (2008) dengan trampil dalam berpikir guru dan hal tersebut bersifat krusial. Hal ini
kritis maka sebelum informasi diperoleh dapat menyebabkan informasi yang
akan melewati tahapan telaah, identifikasi diperoleh hanya sebatas pada apa yang
serta penalaran yang akan menghasilkan diberikan oleh guru karena komunikasi
sebuah informasi yang kompleks dan juga dilaksanakan satu arah.
logis. Selain pola pikir peserta didik yang
Demikian juga dalam pembelajaran, cenderung kurang kritis, terdapat faktor lain
peserta didik harus mampu menguasai yang menjadikan rendahnya tujuan
berpikir kritis untuk mengubah pola pembelajaran yaitu suasana pembelajaran
berpikirnya ke arah kritikal untuk menggali yang negatif. Pembelajaran yang diharapkan
informasi yang didapatkannya. Pentingnya dapat menambah pengetahuan peserta didik
berpikir kritis bagi peserta didik dijabarkan sering kali tidak mencapai tingkat
oleh Johnson (2002) yaitu apabila keberhasilan. Penyebabnya sering kali
memanfaatkan berpikir kritisnya memiliki dipengaruhi oleh kurang adanya motivasi
kemungkinan besar mempelajari ilmu yang terhadap peserta didik pada saat
didapatnya melalui permasalahan dengan pelaksanaan belajar mengajar dan
terorganisasi serta sistematis sehingga saat monotonnya model pembelajaran yang
peserta didik menemukan tantangan dalam diterapkan sering kali menjadi alasan kurang
belajarnya dapat menyusun solusinya untuk menarik keingintahuan peserta didik yang
penyelesaiannya. berakibat peserta didik cenderung langsung
Berpikir kritis timbul pada kognitif menangkap materi secara langsung dan
peserta didik melalui tahapan-tahapan yang tidak diikuti dengan sikap kritis untuk
dilaluinya. Menurut Fatriani & Sukidjo (2018) menerima materi dalam proses
berpikir kritis didefinisikan sebagai alur pembelajaran.
berpikir dengan adanya konsep Meski hasil penelitian oleh Panjaitan
keterampilan yaitu mengaplikasikan, (2016) mengemukakan bahwa metode
menganalisa, mensintesa, mengevaluasi pembelajaran langsung dapat berjalan
informasi dan generalisasi. Pada saat efektif mengubah hasil belajar peserta didik
mengamati peserta didik akan menemukan ke arah meningkat, namun metode
suatu informasi yang diolah dan pembelajaran tersebut dirasa kurang cocok
dikomunikasikan yang akan menciptakan apabila diterapkan di materi tertentu dan
suatu pengetahuan baru yang didapat dari dapat membuat kemampuan berpikir
realita yang dipelajari. Tahapan-tahapan kritisnya cenderung kurang. Menurut Arends
agar peserta didik berpikir kritis tersebut (2008) direct instruction dalam cara
dapat mengubah pola pikir peserta didik. penyampaian materinya bersifat deklaratif
Namun pada realitanya peserta didik hanya dan procedural yang jika materi memuat

2
p-ISSN : 2599-1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha
e-ISSN : 2599-1426 Vol. 12 No. 1 (2020)

indikator yang kompleks dan terperinci pada kelas X dan XI dirasa perlu
dengan berbatas waktu kemungkinan memperhatikan kelas XI IIS khususnya XI IIS
peserta didik untuk memahami informasi 4. Karena berdasarkan hasil UTS yang di
yang disampaikan adalah kecil. Peserta didik dalamnya terdapat tingkat kesulitan soal
akan berpandangan bahwa informasi yang untuk mengukur berpikir kritis yaitu C3
disampaikan oleh guru adalah semua pengaplikasian metode dalam
pengetahuan yang harus mereka ketahui. permasalahan baru dan C4 analisis
Pembelajaran yang dilakukan searah yaitu permasalahan yang terdapat di indikator
guru bertugas menyampaikan materi dan berpikir kritis menurut Ennis dalam
peserta didik menerima informasi tanpa Muhfahroyin (2009) yaitu adanya penjabaran
adanya pengelolaan. Padahal informasi dalam lingkup sederhana, membentuk
yang diberikan oleh guru tidak selamanya keterampilan dasar pemecahan masalah,
kompleks. Hal tersebut menyebabkan menyimpulkan, terdapat asumsi dan telaah,
peserta didik kurang memanfaatkan berpikir serta mengatur strategi dan taktik peserta
kritis mereka. didik yang terbaru kelas XI IIS 4
Kurangnya sikap berpikir kritis pada mendapatkan nilai ketuntasan klasikal paling
peserta didik juga dapat berdampak kepada rendah yang dapat diamati:
hasil belajar yang diperoleh peserta didik.
Informasi yang peneliti dapat dari hasil
observasi SMA Negeri 1 Puri Mojokerto

Tabel 1. Persentase Ketuntasan Peserta Didik Kelas XI IIS


No. Kelas Jumlah Peserta Didik Persentase Ketuntasan
1. XI IIS 1 32 62,5%
2. XI IIS 2 31 29,03%
3. XI IIS 3 32 40,62%
4. XI IIS 4 32 3,125%
Sumber : Diolah oleh Peneliti, (2019)

Dari data tersebut menggambarkan diperoleh secara mentah tetapi peserta didik
bahwa nilai ketuntasan IIS 4 cenderung dirangsang untuk mencari tau tentang
paling rendah daripada kelas yang lain. Hasil masalah yang ada dimateri. Metode Problem
belajar peserta didik jika dibandingkan yang Based Learning berfokus merangsang
terbaru menjelaskan bahwa adanya nilai keinginan peserta didik untuk lebih
ketuntasan yang semakin menurun. mengetahui lebih lanjut tentang materi.
Sehingga penelitan tindakan kelas dirasa Selanjutnya informasi yang terkumpul diolah
sangat perlu pada kelas XI IIS 4. Dari oleh peserta didik sehingga menghasilkan
permasalahan yang dijelaskan, sebuah pengetahuan baru.
pembelajaran yang awalnya menggunakan Rusman (2016) menjelaskan tentang
metode langsung perlu diadakan perubahan. teori vigotsky tentang hubungan sosial yang
Berdasarkan Istiatutik (2017) dilakukan bersama teman lain dapat
memposisikan model Problem Based menimbulkan suatu konsep baru dan
Learning sebagai cara menggali informasi menjadikan berkembangnya gagasan
pembelajaran yang menampilkan sebuah intelektual peserta didik. Kaitannya dengan
problematika nyata yang dapat memicu PBL adalah mengkaitkan informasi dengan
peserta didik menyelidiki kemudian mencari pemikiran yang telah diperoleh peserta didik
solusi dari permasalahan tersebut dan dalam melalui pembelajaran dalam hubungan
penyampaiannya dengan cara pendekatan sosial dengan teman lain. Sedangkan Bruner
pemecahan masalah secara berkelompok. menerapkan konsep scaffolding dan
Dengan teori tersebut dapat mendukung hubungan sosial pada proses untuk
sikap kritis peserta didik bertambah dalam membantu peserta didik untuk menuntaskan
menerima pengetahuan dalam permasalahan yang ditemui melalui
pembelajaran di sekolah dengan metode kapasitas perkembangannya dibantu
tersebut. Informasi yang didapatkan tidak dengan pendidik atau orang sekitar yang

3
telah mempunyai keahlian yang digolongkan penilaian.Pendefinisian ini dianggap penting
baik. dikarenakan menjabarkan pola berpikir kritis
Menurut Ibrahim, Muslimin, & Nur sebagai alur pemikiran yang runtut untuk
(2000) langkah-langkah yang dilakukan menciptakan suatu proses untuk berpikir
pembelajaran berbasis masalah yaitu yang dapat dipertanggungjawabkan.
pemberian masalah dalam runtutan White (2010) berpendapat peserta
pembelajaran yang dikaitkan ke dalam didik dikatakan melaksanakan berpikir kritis
kenyataan yang sering ditemukan oleh jika telah melewati tahapan yaitu
peserta didik, kemudian peserta didik pengenalan, analisis, evaluasi, dan
menganalisis dan menyelesaikan menemukan cara lain untuk penyelesaian
permasalahan yang akan membuatnya (alternatif). Pada saat pengenalan peserta
mengolah informasi yang diperoleh dengan didik memahami masalah yang muncul dan
menggunakan lingkup belajar yang kemudian dianalisis dan menemukan
ditetapkan oleh pendidik, selanjutnya informasi yang relevan guna untuk
dilaksanakan evaluasi keefektifan belajar memberikan alasan logis dalam pemecahan
sehingga menemukan sebuah pengetahuan masalah. Pada tahap evaluasi diharapkan
individu yang diintegrasikan ke dalam dapat menemukan solusi untuk mengatasi
keterampilan. problematika dan hasil akhir yang telah
Apabila perbandingan dilakukan antara dirancang. Jika permasalahan masih harus
metode ceramah dan Problem Based ditemukan penyelesaian alternatif peserta
Learning untuk mengukur berpikir kritis maka didik menerapkan solusi lain untuk
hasilnya lebih efektif menggunakan metode pemecahan permasalahan.
yang kedua. Menurut Wyness & Dalton Merujuk pada penelitian Fristadi &
(2018) pembelajaran berbasis masalah yang Bharata (2015) juga mengungkapkan pada
diterapkan pada peserta didik dalam pelajaran matematika yang di dalamnya
akuntansi dapat mempengaruhi diterapkan PBL juga dapat membantu
keterampilan ke arah positif dalam peserta didik menerima dan membuat suatu
pemecahan masalah melalui kerja sama pilihan yang berkenaan dengan yang
kolaboratif, menemukan solusi dari ditekuni dan mengakibatkan peserta didik
permasalahan, dalam penulisan laporan dan menjadi lebih berkolaboratif serta lebih
presentasi. mengeksplore ide-ide yang dimilikinya dan
Dari penelitian yang dilakukan Sylvia, jika dibarengi dengan keaktifan peserta didik
Ibrahim, Suyuti, & Nadjamuddin (2017) mengungkapkan pendapat dan mengkritisi
menemukan hasil bahwa terdapat suatu fenomena kemudian menjadikan
peningkatan secara signifikan pada nilai kemampuan berpikir kritis yang meningkat.
belajar ekonomi di SMA Negeri 1 Palu yang Dengan adanya perubahan keterampilan
di dalam praktek belajar mengajar juga dapat mempengaruhi berpikir kritis
memfungsikan metode PBL dibandingkan seperti pada penelitian tindakan kelas
dengan pembelajaran dengan tipe Satwika, Laksmiwati, & Khoirunnisa (2018)
konvensional. Berdasarkan kesimpulan dengan menerapkan Problem Based
beberapa penelitian yang telah disampaikan Learning yang difungsikan untuk
maka dapat diasumsikan pembelajaran yang merangsang berpikir kritis mendapatkan
di dalamnya menerapkan model Problem hasil positif yaitu peningkatan terjadi setelah
Based Learning di pelajaran ekonomi akan melaksanakan siklus kedua.
berpengaruh pada kompetensi yang dimiliki Dari beberapa penelitian sebelumnya
maupun dalam keterampilan untuk model Problem Based Learning disarankan
mengelola berpikir kritis peserta didik yang untuk dipraktikkan di pembelajaran k13.
didapat dijadikan suatu keunggulan. Untuk mendukung hal tersebut selain
Menurut Facione (1990) berpikir kritis kemampuan untuk menguasai teknik yang
merujuk pada penafsian, analisis, evaluasi akan diimplementasikan, guru juga
serta kesimpulan yang dinilai dan diperjelas membutuhkan cara yang tepat dalam
berdasarkan kebenaran, konsep, ilmu penggunaan Problem Based Learning,
tentang metode serta kriteria berdasarkan misalnya dalam pembelajaran sintaks yang
perhatian yang perlu difokuskan untuk dasar telah disiapkan serta pemilihan

4
p-ISSN : 2599-1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha
e-ISSN : 2599-1426 Vol. 12 No. 1 (2020)

permasalahan disesuaikan dengan materi Mojokerto beralamat di Jalan Jayanegara


yang akan disampaikan. No. 2, Gatul, Banjaragung, Kec.Puri,
Apabila dalam penyampaian materi Mojokerto. Pelaksanaannya dimulai tanggal
hanya menggunakan pembelajaran 23 sampai 31 Januari 2020. Untuk siklus 1
langsung maka peserta didik akan kurang dilaksanakan minggu pertama yaitu tanggal
dalam berpikir kritis untuk memahami dan 23 dan 24 Januari, siklus 2 dilaksanakan
mengingat materi yang disampaikan. Oleh minggu kedua tanggal 30 dan 31 Januari,
sebab itu peneliti mengaplikasikan metode penelitian ini dilaksanakan 4x pertemuan.
pembelajaran Problem Based Learning Mata pelajaran yang dijadikan fokus yaitu
supaya peserta didik dapat berpikir kritis materi APBN dan APBD dalam
untuk menggali materi yang didapatkan Pembangunan. Terdapat dua observer yaitu
melalui menemukan solusi dari pemecahan peneliti sebagai observer pertama dan untuk
masalah yang akan dibahas pada observer kedua yaitu Devangga Adhitya
pembelajaran. Dari beberapa informasi Putra Pratama.Untuk pelaksana penerapan
tentang permasalahan yang ditemukan oleh yaitu Bapak Debi Ruli Sandi selaku guru
peneliti maka diperlukan sebuah solusi yaitu ekonomi SMA Negeri 1 Mojokerto.
melakukan penelitian tindakan kelas. Hal ini Data yang diperlukan diperoleh dengan
sangat perlu dilakukan agar peserta didik empat teknik antara lain: (1) Observasi atau
menjadi lebih maksimal untuk menyerap pengamatan yang dilakukan untuk
materi yang disampaikan. Diharapkan memperoleh data terkait aktivitas peserta
pembelajaran akan mencapai tujuan dan didik dan guru serta data respon peserta
proses penyampaian materi dapat berjalan didik dengan angket yang telah disediakan
dinamis. Permasalahan serupa juga pada setiap siklus; (2) Wawancara
ditemukan oleh Lestari, Nurmilawati, & digunakan untuk mengetahui opini tentang
Santoso (2015) yaitu kurang adanya penerapan model pembelajaran; (3) post-
motivasi pembelajaran dan juga keaktifan test untuk analisis berpikir kritis yang
peserta didik untuk memberikan tanggapan, dilaksanakan pada setiap siklus; (4)
mengutarakan opininya serta timbal balik Dekomentasi.
untuk mengkritisi informasi yang diterima Untuk mengukur berpikir kritis peserta
dikelas sehingga dalam prosesnya didik dilakukan post-test pada setiap siklus
cenderung pasif dan untuk mengatasi itu yang instrumen soalnya disiapkan dengan
dilakukan sebuah solusi yaitu melaksanakan model yang di dalamnya terdapat beberapa
PTK dengan menerapkan model PBL di permasalahan yang kemudian memerlukan
dalamnya. analisis peserta didik dalam pemecahannya
Jika penelitian tindakan kelas tidak untuk menjawab soal yang telah disediakan.
segera dilakukan maka dampak negatif yang Indikator soal yang disusun yaitu terdapat
didapatkan antara lain peserta didik kurang point soal yang mengandung adanya
mampu menyerap materi dengan baik, indikator berpikir kritis penjabaran dalam
keingintahuan peserta didik terhadap lingkup sederhana, membentuk
pembelajaran masih kurang, target keterampilan dasar pemecahan masalah,
pembelajaran tidak berhasil, dan menyimpulkan, terdapat asumsi dan telaah,
pengetahuan yang dicapai kurang maksimal. serta mengatur strategi dan taktik.
Dengan demikian fokus dari tujuan penelitian Pada penerapan ini juga terdapat
ini yaitu: 1) Menganalisis aktivitas guru, 2) beberapa instrumen yang diperlukan
Menganalisis aktivitas peserta didik, 3) sebagai penunjang jalannya penelitian.
Menganalisis peningkatan berpikir kritis dan Instrumen tersebut meliputi: (1) Lembar
4) Mengetahui respon peserta didik dalam validasi ahli materi yang akan dianalisis seta
penerapan model pembelajaran Problem diisi oleh satu dosen ahli materi dan satu
Based Learning guru ekonomi; (2) lembar validasi ahli soal
yang diisi oleh satu dosen ahli soal; 3)
METODE Lembar observasi aktivitas guru; 4) lembar
Penelitian Tindakan kelas (PTK) observasi aktivitas peserta didik; 5)
merupakan jenis dari penelitian ini yang Peningkatan berpikir kritis yang diukur dari
dilaksanakan di SMA Negeri 1 Puri hasil belajar; 6) angket respon peserta didik.

5
Pada skor persentase validasi,
observasi, serta hasil belajar menggunakan Keterangan :
kriteria ketuntasan klasikal sebesar 80% L =Persentase Kriteria kelayakan
menggunakan menggunakan rumus: N =Skor yang didapat dari seluruh
responden
B =Skor tertinggi setiap point
Persentase %= I =Jumlah banyak point
Sementara untuk mengukur respon R =Jumlah responden
peserta didik menggunakan rumus: Pada masing-masing rumus
menggunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria Skor Persentase Perolehan


Persentase Kriteria
0-20% Sangat Lemah
21%-40% Lemah
41%-60% Cukup
61%-80% Kuat
81%-100% Sangat Kuat
Sumber: Diadaptasi dari Riduwan, (2016)

Dari model yang dijelaskan oleh hasilnya bisa lebih maksimal. Jika standart
Kemmis & McTaggart (1982) penelitian akan keberhasilan penelitian sudah tercapai maka
dilakukan dengan dua siklus, dimana siklus dihentikan.
persiklusnya terdapat empat komponen
akan dilaksanakan yaitu pada tahap satu HASIL DAN PEMBAHASAN
terdapat perencanaan (planning), kedua Validasi Soal dan Materi
tahapan pelaksanaan (acting), ketiga Validasi soal dilaksanakan dengan
pengamatan (observing), dan yang terakhir tahap awal yaitu mengajukan soal yang telah
terdapat refleksi (reflecting). Dimana setelah disesuaikan untuk mengukur tingkat berpikir
dilakukan refleksi maka akan berlanjut pada kritis peserta didik. Beberapa soal dibentuk
perencanaan di siklus selanjutnya. dengan dimunculkannya narasi awal berupa
Berikut adalah penjelasan alur yang permasalahan yang harus dianalisis peserta
dilaksanakan pada setiap siklus: (1) Tahap didik untuk menemukan jawaban dari
planning menyusun serta menyesuaikan pertanyaan setiap soal. Hasil dari saran serta
RPP yang akan dilaksanakan di komentar validator yaitu untuk memperbaiki
pembelajaran, menyusun materi KD APBN penggunaan bahasa yang kurang tepat.
dan APBD dalam pembangunan, Selain itu pemilihan jawaban pada pilihan
menyiapkan soal untuk post-test yang ganda sebaiknya menggunakan konteks
disesuaikan dengan KD untuk mengetahui yang serupa sehingga jawaban tidak mudah
ketercapaian tujuan penelitian, dan ditebak.Kemudian setelah melalui tahap
mempersiapkan lembar observasi baik untuk revisi validator mengisi lembar validasi
guru maupun peserta didik; (2) Tahap acting dengan instrumen yang telah disiapkan
dilakukan sesuai RPP yang telah disusun untuk mengetahui dan menilai kelayakan
untuk pembelajaran; (3) Tahap observing soal. Skor persentase yang diperoleh pada 5
akan diperoleh dua hasil yaitu observasi aspek yang diadaptasi oleh indikator berpikir
aktivitas guru dan aktivitas peserta didik kritis oleh Ennis dalam Muhfahroyin, (2009)
yang dilaksanakan ketika kegiatan belajar dan dijadikan tolak ukur kelayakan validasi
mengajar; (4) Tahap reflecting yaitu peneliti soal yaitu: (1) Aspek memberikan penjelasan
menganalisis, mengamati serta sederhana sebesar 91%; (2) membentuk
memperhitungkan data yang diperoleh keterampilan dasar dengan skor 82,5%; (3)
kemudian dilakukan perbaikan agar pada Menyimpulkan 88,5%; (4) memberikan
saat dilaksanakan siklus selanjutnya penjelasan lanjutan 85,5%; dan (5) Mengatur

6
p-ISSN : 2599-1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha
e-ISSN : 2599-1426 Vol. 12 No. 1 (2020)

strategi taktik sebesar 84%. Jika persentase dipahami 80%; (11) Mengandung
semua aspek diambil rata-rata maka penjabaran secara lengkap 90%; (12)
menghasilkan skor sebesar 86,3% dan Kelengkapan indikator 100%; (13) materi
dapat diartikan validasi soal secara dapat meruntutkan alur berpikir 80%; (14)
keseluruhan memperoleh kategori sangat Membantu penguatan konsep 90%; dan (15)
layak dan dapat diterapkan pada saat Mengarahkan pembelajaran secara lebih
penlitian tindakan kelas untuk menguji hasil komples 100%. Dari banyak aspek tersebut
belajar dan sikap berpikir kritis siswa. mendapatkan rata-rata sebesar 90% yang di
Sebelum melaksanakan validasi kategorikan valid dan sangat layak untuk
materi, peneliti melakukan telaah materi diterapkan pada penelitian.
yang hasilnya memperlihatkan materi yang
disajikan tidak menimbulkan banyak Hasil Observasi Aktivitas Guru
penafsiran, bersifat efisien untuk membantu Setelah melaksanakan penelitian data
meningkatkan pemahaman, dan materi yang didapatkan dari hasil pengamatan
dapat membantu meruntutkan alur berpikir diketahui bahwa aktivitas guru pada siklus
peserta didik. Namun terdapat perbaikan pertama dan kedua mengalami kenaikan
dan saran dari validator yaitu pada isi materi sebesar 17.14%. Berdasarkan hasil
perlu ditambahkan gambar pendukung pada observasi yang kemudian dianalisis dalam
materi agar materi terlihat lebih menarik. pembelajaran menghasilkan peningkatan
Selain itu sumber gambar serta penjelasan aktivitas guru dalam siklus 1 dan siklus 2.
gambar sebaiknya ditampilkan agar Peningkatan tersebut dapat diamati dari
memudahkan peserta didik memahami persentase siklus 1 yang menunjukkan
gambar. Setelah dilaksanakan revisi skor angka 74,76% yang termasuk dalam
yang diperoleh dari 15 aspek yaitu: (1) kategori belum tercapainya indikator
Sesuai dengan KD serta tujuan keberhasilan sebesar 80%. Sedangkan
pembelajaran sebesar 100%; (2) Materi untuk siklus 2 sebesar 91,9% yang jika
sesuai dengan tingkat pendidikan SMA dikategorikan angka tersebut termasuk ke
memperoleh skor 100%; (3) Penyajian dalam keberhasilan. Hal ini searah dengan
materi tidak menciptakan banyak pengartian penelitian Ningsih, Irawati, & Idrus (2018)
90%; (4) Fakta yang ditampilkan efisien yang menghasilkan perolehan yang serupa
untuk pemahaman 80%; (5) Penampilan pada aktivitas guru di siklus 1 dan juga siklus
materi mendorong keingintahuan siswa 2 yang menerapkan model pembelajaran
100%; (6) Uraian keseluruhan membentuk yang sama dan memperoleh hasil yang
kognitif peserta didik memperoleh 90%; (7) dapat dikategorikan dalam kriteria baik. Data
Penyajian ditampilkan runtut 90%; (8) Materi perbandingan hasil observasi disajikan pada
sebelumnya membantu pemahaman materi tabel 3 berikut.
selanjutnya 80%; (9) Terdapat permisalan
penggambaran materi 80%; (10) Mudah

Tabel 3. Perbandingan Persentase Aktivitas Guru


No Indikator Persentase Keterangan
Siklus 1 Siklus 2
1. Kegiatan Pendahuluan 80% 90% Terjadi Peningkatan
2. Orientasi Terhadap Masalah 80% 90% Terjadi Peningkatan
3. Organisasi Belajar 100% 100% Terjadi Peningkatan
4. Penyelidikan Kelompok 60% 80% Terjadi Peningkatan
5. Penyajian hasil Penyelesaian Masalah 73,3% 93,3% Terjadi Peningkatan
6. Analisis dan Evaluasi Penyelesaian 60% 100% Terjadi Peningkatan
Masalah
7. Penutup 70% 90% Terjadi Peningkatan
Rata-rata 74.76% 91.9%
Sumber : Diolah oleh Peneliti, (2019)

7
Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik kenaikan persentase. Perolehan skor yang
Hasil rekapitulasi menunjukkan didapatkan dan diubah menjadi bentuk
terdapat selisih 6,38% yang artikan terjadi persentase sebagai berikut:

Tabel 4. Perbandingan Persentase Aktivitas Peserta Didik


No Indikator Persentase Keterangan
Siklus 1 Siklus 2
1. Kegiatan Pendahuluan 100% 100% Tetap
2. Orientasi Terhadap Masalah 73,3% 80% Terjadi Peningkatan
3. Organisasi Belajar 84% 92% Terjadi Peningkatan
4. Penyelidikan Kelompok 80% 80% Tetap
5. Penyajian hasil 70% 80% Terjadi Peningkatan
Penyelesaian Masalah
6. Analisis dan Evaluasi 80% 80% Tetap
Penyelesaian Masalah
7. Kegiatan Penutup 60% 80% Terjadi Peningkatan
Rata-rata 78.19% 84.57% Terjadi Peningkatan Rata-
rata
Sumber: Diolah Oleh Peneliti, (2020)

Berdasarkan hasil skor presentase Peningkatan Berpikir Kritis Peserta Didik


yang diperoleh setelah observasi dan dalam Penerapan Model Pembelajaran
dianalisis menunjukkan aktivitas peserta Problem Based Learning
didik mengalami kenaikan skor persentase Dalam penelitian ini hasil belajar
yaitu pada siklus 1 mendapat persentase dipergunakan untuk mengukur peningkatan
rata-rata sebesar 78,19%, sedangkan pada berpikir kritis peserta didik yang diterapkan
siklus 2 memperoleh persentase rata-rata pada mata pelajaran APBN dan APBD dalam
sebesar 84,57%. Kenaikan ini diamati dari Pembangunan Ekonomi. Perbandingan
proses berjalannya pembelajaran. antar siklus dapat diketahui dari tabel:

Tabel 5. Perbandingan Berpikir Kritis


Jumlah siswa Persentase Keterangan
Siklus
Tuntas Tidak Tuntas ketuntasan klasikal
Siklus 1 16 16 50% Tidak Tercapai
Siklus 2 28 4 87,5% Tercapai
Sumber: Diolah Oleh Peneliti, (2020)

Keberhasilan untuk mengukur berpikir keterampilan dasar, menyimpulkan,


kritis diamati dari hasil belajar yang memberikan penjelasan lanjutan, dan
didapatkan setelah melaksanakan mengatur strategi taktik. Kemampuan
pembelajaran menggunakan Problem Based berpikir kritis peserta didik akan terlihat
Learning. Hasil dari berpikir kritis diperoleh dalam pengerjaan soal. Semakin banyaknya
dari mengerjakan soal dari siklus 1 dan siklus skor terkumpul maka semakin banyak juga
2. Post-test yang diberikan oleh peserta didik peserta didik mengkritisi permasalahan serta
mengandung permasalahan yang akan menemukan solusi untuk menjawab
ditelaah oleh peserta didik dan kemudian pertanyaan-pertanyaan yang disediakan.
dianalisis untuk menemukan pemecahan Skor yang terkumpul akan dijadikan
masalahnya. Dari hasil analisis tersebut keberhasilan tingkat berpikir kritis peserta
peserta didik akan menjawab soal-soal yang didik. Setelah dilakukan analisis oleh
telah disediakan. Indikator berpikir kritis yang masing-masing siklus, dapat ditarik
terdapat di soal yaitu memberikan disimpulkan bahwa berpikir kritis peserta
penjelasan sederhana, membentuk didik terjadi peningkatan. Hal ini dapat

8
p-ISSN : 2599-1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha
e-ISSN : 2599-1426 Vol. 12 No. 1 (2020)

dibuktikan dengan ketuntasan klasikal yang yang dapat merangsang keaktifan dalam
didapatkan pada siklus 1 yaitu 50% dan pembelajaran. Selain itu diperlukan peran
untuk siklus 2 mendapatkan persentase pendidik seperti yang dikemukakan oleh
87,5%. Ketuntasan klasikal penelitian Sormin (2016) kemampuan yang dimiliki
diperoleh pada siklus 2. pendidik pada saat mengajar di dalamnya
harus mampu menciptakan suasana
Pembahasan pembelajaran yang efektif, efisien dan
Aktivitas Guru pengelolaan kelas yang baik sehingga
Hasil pengamatan yang dilaksanakan hasilnya diharapkan lebih maksimal. Dari
di siklus 1 menemui beberapa kekurangan-kekurangan yang telah
kekurangan.Kekurangan yang dimaksud dijelaskan maka diperlukan refleksi pada
berdasarkan nilai obervasi yang paling siklus satu untuk mengatasi masalah yang
rendah yaitu saat memberikan penjelasan ditemukan dan perlu adanya pelaksanaan
secara garis besar tentang materi kurang siklus 2.
menyeluruh dan ada beberapa cakupan Pada siklus 2 menghasilkan
indikator yang belum dibahas.Kekurangan peningkatan dan keberhasilan aktivitas guru
tersebut menjadikan tujuan pembelajaran yang dibuktikan dengan persentase aktivitas
tidak tercapai secara maksimal diantaranya guru yang mencapai indikator keberhasilan
peserta didik dirasa kurang dalam penelitian.
menangkap materi secara kompleks. Peningkatan aktivitas guru dapat
Selanjutnya pada saat proses diskusi kurang dipengaruhi oleh persiapan guru untuk
adanya arahan kepada peserta didik yang memulai pembelajaran sehingga dalam
menyebabkan peserta didik kurang pelaksanaannya dapat lebih maksimal
berkonstribusi saat sesi diskusi dan dalam penggunaan model berbasis
berakibat besar kepada kurangnya masalah. Menurut Arends (2008) Problem
kemampuan peserta didik untuk berpikir Based Learning dapat membantu
kritis. Beberapa problematika yang pembentukan pola pikir tingkat tinggi untuk
ditemukan tersebut tentu saja berdampak mengatasi permasalahan yang dihadapi.
pada proses pembelajaran yang kurang Selain itu menurut Ejin 2016) Problem Based
maksimal. Padahal kondisi dari Learning memliki dampak positif dalam
pembelajaran itu sendiri harus ada kemampuan menyikapi ataupun mengkritisi
keterkaitan interaksi intensif antara peserta suatu permasalahan guna menemukan
didik dan guru yang akan menyebabkan pengetahuan baru dan dalam menerapkan
pemahaman peserta didik terbentuk dengan model tersebut mendapat hasil keluruhan
munculnya perbedaan pendapat, rasa signifikan ke arah lebih baik. Untuk
keingintahuan peserta didik dan juga mewujudkannya diperlukan juga peran guru.
keterampilan pemecahan masalah (Zein, Peranan guru dalam pelaksanaan Problem
2016). Based Learning yaitu sebagai menyalurkan
Dalam pelaksanaan siklus 1 observer pengetahuan ide-ide untuk melatih
menilai peserta didik masih belum terbiasa kemampuan dengan cara mendukung dan
untuk mengungkapkan pendapatnya pada memberikan suatu permasalahan dan
saat sesi diskusi dalam pemecahan selanjutnya akan idientifikasi oleh peserta.
masalah. Sehingga masih terdapat sebagian Menurut Windhasari (2015) peran guru untuk
besar peserta didik yang pasif, padahal menciptakan pengalaman belajar kepada
target penelitian ini adalah untuk menambah peserta didik sangat besar. Jika pengalaman
kompetensi peserta didik untuk berpikir kritis. belajar yang diterima baik maka dapat
Untuk mengatasi hal tersebut aktivitas guru menunjang peningkatan hasil belajar karena
dalam pembelajaran menggunakan model berdasarkan aktivitas guru siswa lebih
berbasis masalah perlu ditingkatkan. terstruktur untuk membantu pembentukan
Berdasarkan Snynder & Wiles dalam kognitifnya melalui aspek psikomotor dan
Satwika et al. (2018) untuk merubah pola afektifnya.
berpikir kritis dengan cara menerapkan Berdasarkan pernyataan yang telah
model dengan pesertadidik yang menjadi dijelaskan dapat ditarik intinya yaitu aktivitas
pusat utama yaitu model berbasis masalah guru mengalami sebuah peningkatan yang

9
terlaksana dengan baik dan dapat diberikan secara lebih kompleks dan kritis.
menunjang keberhasilan pembelajaran Untuk pemberian materi yang kurang
karena pengaruh dari lebih terorganisirnya dipahami guru melakukan timbal balik
cara penyampaian materi pada siklus 2. terhadap peserta didik untuk mengetahui
Aktivitas guru yang meningkat menjadikan indikator yang belum dipahami dan perlu
lebih aktifnya suasana belajar dan menarik melakukan penjelasan kembali.
perhatian peserta didik.Pengaruhnya juga Menurut perolehan data observer di
bisa dirasakan pada ketekunan dalam siklus 2 aktivitas peserta didik menjadi tertib
melaksanakan pembelajaran. Peningkatan dan meningkat. Hasil ini berbanding lurus
tersebut juga ditemui pada penelitian dengan Safitri, Yennita, & Idrus, (2018)
Parasamya & Wahyuni (2017) yang bahwa strategi menggunakan pemecahan
menyatakan dalam segi pengelolaan kelas permasalahan yang diterapkan pada saat
dan keterampilan mengkondisikan suasana KBM berlangsung dapat mendorong
belajar dapat bertambah dengan semakin keingintahuan peserta didik untuk lebih aktif
terampilnya guru menerapkan Problem mencari informasi yang dibutuhkan guna
Based Learning di kelas. memecahkan permasalahan dan
menemukan pengetahuan baru. Demikian
Aktivitas Peserta Didik juga menurut Apriyanto, Nurdin, Ikhsan, &
Ketidakberhasilan siklus 1 dapat Kurniawan (2017) yang menjelaskan dalam
diamati beberapa kegiatan antara lain ketika penelitiannya bahwa model pembelajaran
KBM berlangsung kurang adanya respon yang didalamnya peserta didik diarahan
peserta didik saat guru mempersilahkan untuk menganalisis permasalahan untuk
memberikan tanggapan terhadap indikator menemukan suatu pengetahuan baru dapat
materi yang kurang dimengerti. Peserta didik menambah aktivitas serta hasil belajar
cenderung kurang terbiasa untuk peserta didik. Kemudian berdasarkan Safitri
mengungkapkan pendapatnya.Hal tersebut et al. (2018) pada penelitiannya bahwa dari
juga ditemui pada saat sesi diskusi.Peserta siklus 1 ke siklus 2 terjadi kenaikan aktivitas
didik kurang menganalisis permasalahan peserta didik ke arah positif dikarenakan
yang diberikan sehingga ketika sesi dalam penerapannya dilaksanakan dengan
berdiskusi hanya segelintir peserta didik tertib.
yang aktif dan yang lainnya kurang dalam
menyampaikan pendapatnya.Observer juga Peningkatan Berpikir Kritis Peserta Didik
mengamati bahwa pada saat kegiatan dalam Penerapan Model Pembelajaran
penutup peserta didik kurang memanfaatkan Problem Based Learning
kesempatan terkait sesi menanyakan hal Pada siklus 1 tujuan penelitian belum
yang sulit dipahami pada materi.Sehingga tercapai disebabkan oleh isi materi yang
guru mengganggap materi yang diajarkan belum sepenuhnya ditangkap oleh
disampaikan sudah maksimal dan peserta siswa. Pada saat guru menyampaikan
didik memiliki pemahaman yang cukup untuk keleluasaan peserta didik untuk berpendapat
materi yang telah disampaikan. maupun bertanya materi yang kurang sulit,
Dari kekurangan yang dijumpai pada peserta didik tidak menggunakan
siklus 1 maka perlu adanya refleksi dan perlu kesempatan tersebut secara maksimal.
adanya pelaksanaan siklus 2. Solusi untuk Sehingga guru menganggap materi yang
permasalahan yang ditemukan yaitu untuk telah disampaikan sudah jelas. Selain itu
merangsang peserta didik mengungkapkan peserta didik kurang mengkritisi dan
pendapatnya guru lebih membimbing serta menganalisis permasalahan yang diberikan.
mengarahkan dan diadakannya pemberian Penyebab lain yang menjadi permasalahan
reward berupa tambahan point untuk siklus 1 belum mencapai keberhasilan yaitu
keaktifan. Kemudian untuk mengatasi berdasarkan observasi aktivitas guru pada
permasalahan kurang kritisnya siswa dalam siklus 1 dirasa kurang maksimal. Sebagian
pemecahan masalah, guru memberikan indikator pada materi yang belum
bimbingan dengan lebih maksimal kepada disampaikan. Hal ini yang mengakibatkan
peserta didik untuk mencari sumber dan hasil belajar siklus 1 belum mencapai
referensi lain dari topik permasalahan yang

10
p-ISSN : 2599-1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha
e-ISSN : 2599-1426 Vol. 12 No. 1 (2020)

keberhasilan penelitian dan diartikan pula berpikir. Tan (2017) juga menjelaskan
tingkat berpikir kritis siswa belum tercapai. bahwa hal tersebut dapat disebabkan karena
Setelah dilakukan refleksi, ketuntasan model pembelajaran Problem Based
klasikal dapat tercapai pada siklus 2. Learning mendukung pemikiran kritis pada
Penyebabnya dikarenakan mendapati saat peserta didik diberikan suatu
aktivitas guru meningkat pada kegiatan permasalahan yang berhubungan dengan
belajar mengajar.Selain itu peningkatan juga realita di lingkungan sekitar. Peserta didik
terjadi pada aktivitas peserta didik menurut seharusnya mempraktekkan teori ini karena
hasil observasi pembelajaran menjadi lebih berdampak positif dan membuat kognitifnya
terkoordinasi di kelas, terutama pada saat lebih kritis didukung dengan partisipasi yang
sesi diskusi disajikan sebuah problem dari aktif dalam kegiatan belajar. Peningkatan
realita yang dapat ditemui di lingkungan berpikir kritis peserta didik didukung juga
peserta didik, kemudian guru mengarahkan oleh penelitian yang dilakukan Simanjuntak
untuk penyelesaian masalah dengan saling & Sudibjo (2019) yang menjelaskan bahwa
mengungkapkan argument masing-masing dalam penggunaan model pembelajaran
kelompok. Setiap anggota kelompok Problem Based Learning dapat
mempunyai kesempatan untuk meningkatkan tingkat berpikir kritis apabila
mengungkapkan pendapatnya dan diberikan dilaksanakan dengan baik sesuai dengan
rangsangan berupa reward penambahan kaidah-kaidah dan sintak yang telah
skor keaktifan yang berdampak pada disiapkan dan disesuaikan dengan
semakin aktifnya pembelajaran di kelas. pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Permasalahan yang ditampilkan juga dapat Temuan dari diterapkannya Problem
terpecahkan dengan penjabaran analisis, Based Learning untuk meningkatkan berpikir
kesimpulan, strategi, dan taktik sebagai kritis peserta didik yaitu pada saat
solusi yang disampaikan dari peran aktif pembelajaran dapat diketahui beberapa
peserta didik mengkritisi permasalahan yang peserta didik yang pada awalnya cenderung
menjadi topik. Rusman, (2016) berpendapat pasif mencoba berperan aktif pada sesi
bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi diskusi dengan diberikannya beberapa
menjadi lebih terlatih karena dapat rangsangan dari pendidik. Rangsangan yang
menampilkan masalah yang diberikan berupa reward penambahan point
penyelesaiannya memerlukan keterampilan serta pujian atas keberaniannya
berpikir dan penguasaan konsep yang baik. mengungkapkan pendapatnya membuat
Namun dari analisis data yang peserta didik menjadi lebih responsif. Dalam
dilakukan pada hasil belajar siklus 2 situasi ini yang sangat berperan yaitu guru
menunjukkan masih ada beberapa peserta dalam mengendalikan suasana
didik yang mendapatkan nilai dibawah kelas.Peserta didik yang biasanya hanya
ketuntasan.Rincian data menunjukkan ada menerima materi tanpa pengolahan kembali
satu peserta didik yang memperoleh skor 55 atau tanggapan setelah model berbasis
dan yang mendapat skor 70 terdapat tiga masalah diterapkan, peserta didik menjadi
orang. Tidak tuntasnya peserta didik ini lebih selektif terutama pada solusi-solusi
dipengaruhi oleh peserta didik kurang yang muncul pada tahap diskusi dan
memperhatikan guru pada saat dihubungkan dengan lingkungan sekitar.
menyampaikan materi di kelas. Keaktifan ini dapat menumbuhkan sikap
Dari penjelasan yang telah dijabarkan berpikir kritis mereka yang akan berdampak
kesimpulannya adalah penerapan Problem pada semakin banyak pengetahuan yang
Based Learning pada materi APBN dan diperoleh sesuai dengan rasa
APBD dalam pembangunan dapat keingintahuannya. Hal ini didukung dengan
menambah tingkatan pola berpikir kritis permasalahan yang dikaitkan dengan
peserta didik yang dilihat dari ketuntasan kondisi nyata yang sering ditemui di
hasil belajar. Seperti yang dijebarkan Henita, lingkungan sekitarnya, menyebabkan pola
Mashuri, & Margana (2019) yang berpikirnya menjadi lebih sederhana dengan
berpendapat pada temuannya bahwa pengumpamaan-pengumpamaan yang
dengan penerapan Problem Based Learning dimunculkan.
dapat menaikkan tingkat kritis siswa dalam

11
Respon Peserta Didik dalam Penerapan sebesar 74,76% dan 91,9% pada siklus 2
Model Pembelajaran Problem Based yang diartikan bahwa aktivitas guru berjalan
Learning tertib dandapat menunjang keberhasilan
Dari skor yang didapatkan dari setiap pembelajaran pada siklus 2. Hasil
kriteria menghasilkan rata-rata 89,06% dan pengelolaan data menjelasakan bahwa
jika dianalisis menurut kriteria respon peningkatan sebesar 6,38% yang diperoleh
tersebut mengartikan model tersebut dari siklus 1 skor 78,19% menjadi 84,57%
berpengaruh sangat kuat terhadap pada siklus 2 yang dapat diartikan berarti
keberhasilan pembelajaran.Sehingga dapat aktivitas peserta didik sudah baik dan
disimpulkan bahwa dari 32 peserta didik di berjalan lebih tertib. Peningkatan berpikir
kelas XI IIS 4 di SMA Negeri 1 Puri Mojokerto kritis peserta didik mencapai keberhasilan
mendapatkan respon positif terhadap ketuntasan klasikal pada siklus 2 yang dapat
penerapan Problem Based Learning. diamati dari perolehan skor hasil belajar
Pernyataan tersebut juga didukung oleh pada siklus 1 sebesar 50% mencapai
Kusuma (2017) yang menyatakan bahwa ketuntasan klasikal dan siklus 2
respon peserta didik dalam mengikuti KBM mendapatkan persentase 87,5%. Respon
berbasis masalah pada penelitiannya terkait peserta didik yang dilihat dari skor rata-rata
konsistensi materi, tujuan, cara belajar, dan 89,06% diartikan model tersebut
menfaat dalam kehidupan peserta didik berpengaruh sangat kuat terhadap
menunjukkan tanggapan ke arah positif dan keberhasilan pembelajaran dan memperoleh
cenderung tinggi. Selain itu penjabaran dari respon positif dari peserta didik.
penelitian Imelda & Anzelina (2019) respon Berdasarkan hasil belajar yang didapatkan
peserta didik yang diketahui melalui peserta didik dapat diketahui bahwa dengan
beberapa kriteria pembelajaran berbasis diterapkannya Problem Based Learning
masalah yang diterapkan yaitu reaksi pada materi APBN dan APBD dalam
senang terhadap ketertarikan peserta didik Pembangunan dapat meningkatkan tingkat
dalam pembelajaran, komponen yang berpikir kritis peserta didik yang didasari
digunakan, dan adanya pembaruan gaya dengan kerjasama dan peran aktif oleh
pembelajaran yang menarik seperti tenaga pendidik dan juga peserta didik untuk
pemecahan masalah daam diskusi mencapai tujuan dari pembelajaran.
menghasilkan respon rata-rata positif.
Respon peserta didik cenderung baik juga Saran
ditunjukkan oleh Astuti, Danial, & Anwar Pada saat pelaksanaan pembelajaran
(2018) yang menunjukkan respon peserta alokasi waktu kurang diperhitungkan
didik berminat untuk melaksanakan runtutan terutama pada sesi pembentukan kelompok
pembelajaran berbasis masalah yang dapat sehingga banyak waktu terbuang. Sebaiknya
memacu keingintahuannya untuk menelaah untuk meminimalisir hal tersebut perlu
dan menemukan sebuah solusi adanya bimbingan dan perhatian kepada
permasalahan guna untuk pengetahuan peserta didik yang perlu ditingkatkan agar
baru dan mencapai tujuan belajarnya. dalam kegiatan pembelajaran dapat berjalan
dengan baik dan kondusif. Selain itu pada
saat awal pembelajaran sebaiknya lebih
SIMPULAN DAN SARAN diberikan gambaran aktivitas atau tahapan
Simpulan yang akan dilaksanakan dalam
Perolehan data penelitian yang dirujuk pembelajaran agar peserta didik memahami
dari penerapan model pembelajaran alur yang akan dilaksanakan dan tujuan
Problem Based Learning menghasilkan pembelajaran dapat tercapai. Pada
kesimpulan validasi soal dan validasi materi penelitian ini tingkat berpikir kritis peserta
secara keseluruhan terkategorikan sangat didik dinilai berdasarkan hasil belajar peserta
layak dan dapat diterapkan untuk menguji didik. Pada siklus pertama masih banyak
tingkat berpikir kritis melalui hasil belajar. peserta didik yang belum mencapai kriteria
Analisis persentase yang dihasilkan dari ketuntasan minimum dan nilai ketuntasan
aktivitas guru mengalami kenaikan sebesar klasikal baru dicapai pada siklus 2. Untuk
17,14% yang didapatkan dari siklus 1 mengatasi hal tersebut peran guru dan

12
p-ISSN : 2599-1418 Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha
e-ISSN : 2599-1426 Vol. 12 No. 1 (2020)

peserta didik sangat penting. Materi yang Academic Press, 423(c), 1–19.
disampaikan harus disesuaikan dengan https://doi.org/10.1016/j.tsc.2009.07.00
tujuan pembelajaran begitupun materi yang 2
belum dipahami lebih baik dikritisi untuk Fatriani, E., & Sukidjo. (2018). Efektivitas
menambah pengetahuan sehingga Metode Problem Based Learning
pemahaman peserta didik lebih maksimal. Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis
Selain itu fungsi belajar sebelum menerima dan Sikap Sosial Siswa. Jurnal Ilmu
materi juga sangat penting karena hal Sosial, 15(1), 11–26.
tersebut dapat membentuk gambaran pola Fristadi, R., & Bharata, H. (2015).
berpikir diawal terhadap materi sehingga Meningkatkan Kemampuan Berpikir
pada saat meteri disampaikan ataupun pada Kritis Siswa Dengan Problem Based
saat sesi diskusi untuk pemecahan masalah Learning. Seminar Nasional
alur berpikir siswa menjadi lebih siap Matematika Dan Pendidikan
Matematika UNY, 597–602.
Henita, Mashuri, & Margana. (2019).
DAFTAR PUSTAKA Penerapan Model Problem Based
Learning untuk Meningkatkan
Apriyanto, B., Nurdin, E. A., Ikhsan, F. A., & Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Kurniawan, F. A. (2017). Penerapan dan Rasa Ingin Tahu Siswa Kelas XII
Pembelajaran Berbasis Masalah untuk IPA 2 SMAN 5 Semarang. Prosiding
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Seminar Nasional Matematika, 2, 79–
Belajar Siswa dalam Memahami 83.
Lingkungan Hidup Pada Mata Pelajaran Ibrahim, Muslimin, & Nur, M. (2000).
IPS di SMP Negeri 2 Sukodono. Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
JURNAL PENDIDIKAN EKONOMI: Surabaya: University Press.
Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Imelda, & Anzelina, D. (2019). Respon Siswa
Ekonomi Dan Ilmu Sosial, 11(2), 7. Terhadap Pembelajaran Problem
https://doi.org/10.19184/jpe.v11i2.5727 Based Learning dalam Meningatkan
Arends, R. I. (2008). Belajar untuk Mengajar. Higher Order Thinking Skills. MES:
Yogyakarta: Pustaja Pelajar. Journal of Mathematics Education and
Astuti, S., Danial, M., & Anwar, M. (2018). Sciences, 5(1), 11–19.
Pengembangan LKPD Berbasis PBL Istiatutik. (2017). Penerapan Metode
(Problem Based Learning) untuk Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Meningkatkan Hasil Belajar Pelajaran
Kritis Peserta Didik Pada Materi Ekonomi. Jurnal Pendidikan : Riset Dan
Kesetimbangan Kimia. Pendididkan Konseptual, 1(1), 45.
Kimia PPs UNM, 1(2), 90–114. https://doi.org/10.28926/riset_konseptu
Ejin, S. (2016). Pengaruh Model Problem al.v1i1.6
Based Learning (PBL) Terhadap Johnson, E. B. (2002). Contextual Teaching
Pemahaman Konsep dan Keterampilan and Learning. California: Corwin Press.
Berpikir Kritis Siswa Kelas IV SDN Kemmis, S., & McTaggart, R. (1982). The
Jambu Hilir Baluti 2 pada Mata Action Research Planner. Australia:
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Deakin University.
Jurnal Pendidikan, 1(1), 65–71. Keynes, M. (2008). Thinking Critically.
Ewing, B. (2011). Direct Instruction In United Kingdom: Thanet Press.
Mathematics: Issues For Schools With Kusuma, A. M. (2017). Respon Siswa
High Indigenous Enrolments (A Terhadap Pembelajaran Berbasis
Literature Review). Australian Journal Masalah pada Materi Pencemaran
of Teacher Education, 62–92. Lingkungan di Kelas X SMA. Artikel
Facione, P. A. (1990). Critical Thinking : A Penelitian.
Statement of Expert Consensus for Lestari, I., Nurmilawati, M., & Santoso, A. M.
Purposes of Educational Assessment (2015). Penerapan Problem Based
and Instruction Executive Summary “ Learning (PBL) untuk Meningkatkan
The Delphi Report. The California Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap

13
Sosial Peserta Didik Kelas VII. Based Learning]. JOHME: Journal of
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Holistic Mathematics Education, 2(2),
Biologi 2015 Oleh Prodi Pendidikan 108.
Biologi FKIP UMM, 465–471. https://doi.org/10.19166/johme.v2i2.13
Muhfahroyin, M. (2009). Memberdayakan 31
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sormin, D. (2016). Kompetensi Guru dalam
Melalui Pembelajaran Konstruktivistik. Melaksanakan dan Mengelola Proses
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Belajar Mengajar di Pondok Pesantren
(JPP), 16(1), 88–93. Darul Mursyidi Desa Sialogo Tapanuli
Ningsih, M. S., Irawati, S., & Idrus, I. (2018). Selatan. FITRAH:Jurnal Kajian Ilmu-
Penerapan Model Problem Based Ilmu Keislaman, 2(1), 117.
Learning untuk Meningkatkan Aktivitas https://doi.org/10.24952/fitrah.v2i1.459
dan Hasil Belajar Siswa SMP. Diklabio: Sylvia, A., Ibrahim, E., Suyuti, &
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Nadjamuddin, L. (2017). Pengaruh
Biologi, 2(1), 34–43. Model Problem Based Learning
Panjaitan, D. J. (2016). Meningkatkan Hasil Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran
Belajar Siswa Dengan Metode Ekonomi pada Siswa SMA Negeri 1
Pembelajaran Langsung. Matematics Palu. Katalogis, 5(4).
Paedagigic, 1(1), 83–90. Tan, T. (2017). Teaching is an art: Maximize
https://doi.org/10.24114/inpafi.v6i3.111 your teaching. Yogyakarta: Indonesian:
15 Deepublisher.
Parasamya, C. E., & Wahyuni, A. (2017). White, D. A. P. D. (2010). Gifted Education:
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Fisika Thinking (With Help From Aristotle)
Siswa melalui Penerapan Model About Critical Thinking. Summer, 33(3).
Pembelajaran Problem Based Learning Windhasari, R. (2015). Upaya Meningkatkan
(PBL). Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar
Pendidikan FisikaPendidikan Fisika, IPA Melalui Pendekatan Keterampilan
2(1), 42–49. Proses. Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-
Riduwan. (2016). Skala Pengukuran SD-An, 1(2), 123–127.
Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Wyness, L., & Dalton, F. (2018). The Value
Alfabeta. of Problem-Based Learning in Learning
Rusman. (2016). Model-Model for Sustainability: Undergraduate
Pembelajaran: Mengembangkan Accounting Student Perspectives.
Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Journal of Accounting Education,
Raja Grafindo Persada. 45(August 2017), 1–19.
Safitri, M., Yennita, & Idrus, I. (2018). Upaya https://doi.org/10.1016/j.jaccedu.2018.
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil 09.001
Belajar IPA Siswa Melalui Penerapan Zein, M. (2016). Peran guru dalam
Model Problem Based Laearning (PBL). pengembangan pembelajaran. Journal
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran UIN- Alauddin, V(2), 274–285.
Biologi, 2(1), 103–112. https://doi.org/10.24252/ip.v5i2.3480
Satwika, Y. W., Laksmiwati, H., &
Khoirunnisa, R. N. (2018). Penerapan
Model Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Mahasiswa. Jurnal Pendidikan
(Teori Dan Praktik), 3, 7–12.
Simanjuntak, M. F., & Sudibjo, N. (2019).
Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis dan Kemampuan Memecahkan
Masalah Siswa Melalui Pembelajaran
Berbasis Masalah [Improving Students’
Critical Thinking Skills and Problem
Solving Abilities Through Problem-

14

Anda mungkin juga menyukai