Anda di halaman 1dari 12

Kikie Septiyana dkk, Penerapan Problem Based Learning 37

Penerapan Problem Based Learning dalam Materi Sistem


Pencernaan Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik
Kikie Septiyana1, Khaeruddin2, Satwika Trianti Ngandoh3
1
SMP Al Fusha Kedungwuni, 2 FMIPA Universitas Negeri Makassar,
3
UPT SPF SMP Negeri 14 Makassar

Email: septiyanakikie@gmail.com1, khaeruddin@unm.ac.id2, triantisatwika@gmail.com3

Abstrak

Hasil identifikasi masalah materi sistem pencernaan terdapat miskonsepsi pada nutrisi,
hubungan antara pencernaan mekanik dan kimiawi, peranan enzim dalam proses
pencernaan. PBL berpijak pada masalah, mandiri dalam menemukan solusi, menggunakan
pendekatan berpikir ilmiah, berkomunikasi, mengolah data, dan membuat kesimpulan. 3
siklus penelitian dengan sasaran kelas VIII A SMP Al Fusha Kedungwuni TP.2020/2021.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan hasil belajar, peserta didik terbiasa
orientasi masalah di awal pembelajaran, senang diskusi dan bekerja kelompok. Siklus 1
rerata nilai 75 (68,75%). Siklus 2 rerata nilai 80,6,(81,25%). Siklus 3 rerata nilai 81,25
(93,75%). Maka penerapan PBL meningkatkan hasil belajar peserta didik materi Sistem
Pencernaan.
Kata kunci:
Model Problem Based Learning (PBL), Sistem Pencernaan, Hasil Belajar.

1. PENDAHULUAN memerlukan orientasi dan cara pembelajaran


yang inovatif. Penyesuaian peran guru perlu
Kegiatan pembelajaran menjadi hal dilakukan utamanya karena adanya
yang paling pokok untuk mencapai tujuan perubahan karakteristik peserta didik
pendidikan dari keseluruhan proses generasi mileneal menjadi karakteristik
pendidikan di sekolah. Hal ini berarti berhasil generasi z, istilah yang mewakili generasi
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan abad 21. Pembelajaran abad 21 telah banyak
banyak tergantung pada bagaimana proses mengalami perubahan meliputi perubahan
belajar yang dialami peserta didik. pada pola pembelajaran, perubahan orientasi
Kenyataan di lapangan, kegiatan kebutuhan, dan perubahan kebiasaan-
pembelajaran masih didominasi oleh guru. kebiasaan belajar peserta didik abad 21. Hal
Guru belum berperan sebagai fasilitator inilah merupakan masalah yang terjadi di
peserta didik. Kegiatan pembelajaran kurang SMP Al Fusha Kedungwuni khususnya pada
mengarahkan peserta didik untuk aktif mata pelajaran IPA materi Sistem
melakukan kegiatan yang dapat membangun Pencernaan.
pengetahuannya. Hal ini tentu belum sesuai Materi biologi merupakan materi
dengan tuntuntan pembelajaran abad 21. yang sangat membutuhkan pemahaman
Perkembangan teknologi telah berpengaruh konsep. Beberapa konsep menjadi syarat
besar terhadap proses pendidikan sehingga untuk memahami konsep lain. Semua konsep
berdampak terhadap perubahan peran guru. membentuk jaringan pengetahuan di dalam
Perkembangan ilmu pengetahuan dan pikiran peserta didik, namun jika peserta
teknologi abad 21 telah mengubah didik hanya menghapalkan konsep tanpa
karakteristik peserta didik sehingga memahami, dan memperhatikan hubungan
38 PROFESI KEPENDIDIKAN VOL. 2. NO. 2 OKTOBER 2021

antar konsep, maka pemahaman peserta didik subkonsep yang miskonsepsi pada peserta
terhadap konsep tersebut tidak akan utuh. didik, maka upaya untuk mengatasi
Peserta didik diharapkan memahami konsep miskonsepsi bisa dilakukan lebih awal
yang dibelajarkan bukan sekadar menghapal. sebelum miskonsepsi terbentuk lebih dalam
Paham konsep membuat peserta didik dapat pada pemikiran peserta didik. Kegiatan
mengingat konsep-konsep yang telah pembelajaran menjadi hal yang paling pokok
dipelajarinya dalam waktu yang lebih lama, dari keseluruhan proses pendidikan di
sehingga proses pembelajaran yang sekolah. Hal ini berarti berhasil tidaknya
berkelanjutan akan lebih bermakna. Menurut pencapaian tujuan pendidikan banyak
Dahar (2011: 62-65), kemampuan peserta tergantung pada bagaimana proses belajar
didik dalam memahami konsep merupakan yang dialami siswa sebagai peserta didik.
hal yang sangat penting, karena konsep Penelitian ini dilatarbelakangi
merupakan landasan berpikir untuk berdasarkan hasil identifikasi masalah pada
merumuskan dan mengidentifikasi suatu materi sistem pencernaan yang menunjukkan
objek yang dapat mengurangi kesalahan kurangnya pemahaman peserta didik tentang
konsep di masyarakat. Jika pemahaman hubungan antara pencernaan mekanik dan
konsep peserta didik sudah kuat, maka kimiawi, serta adanya kekeliruan peserta
peserta didik dapat mengembangkan dan didik dalam menjelaskan proses pencernaan
memahami konsep yang lebih tinggi. makanan terkait peranan enzim dalam proses
Namun sering terjadi pemahaman pencernaan. Model Problem Based Learning
konsep yang berbeda dengan konsep yang (PBL) merupakan pembelajaran yang
diterima secara ilmiah oleh peserta didik, menggunakan berbagai kemampuan berpikir
sehingga mengakibatkan miskonsepsi. dari peserta didik secara individu maupun
Miskonsepsi bukan masalah sederhana dan kelompok serta lingkungan nyata untuk
mudah diabaikan. Suatu faktor yang mengatasi permasalahan sehingga bermakna,
menghambat proses penerimaan dan relevan, dan kontekstual (Tan Onn Seng,
asimilasi pengetahuan-pengetahuan dalam 2000). Model pembelajaran Problem Based
diri peserta didik adalah miskonsepsi. Learning (PBL) berpijak pada masalah yang
Miskonsepsi berbahaya karena memberikan dihadapi siswa pada saat proses mendapatkan
pemikiran yang salah dalam mengetahui ilmu pengetahuan. Ini berfungsi agar siswa
konsep, sehingga terjadi hambatan antara bisa mandiri dalam menemukan solusi
konsep salah yang telah dipelajari dengan berdasarkan masalah yang ada. Model ini
konsep benar yang sedang dipelajari. mencakup rangkaian aktivitas pembelajaran,
Miskonsepsi mengakibatkan peserta didik artinya dalam implementasi PBL ada
sulit untuk menghubungkan antar konsep, sejumlah kegiatan yang harus dilakukan
sehingga gagal dalam memahami konsep. siswa, siswa tidak hanya mendengar,
Jika miskonsepsi tidak dihilangkan, maka mencatat, kemudian menghafal materi
akan berdampak negatif terhadap pelajaran, tetapi melalui model problem
pembelajaran yang akan datang. Oleh sebab based learning (PBL) siswa menjadi aktif
itu, miskonsepsi yang terjadi pada peserta berpikir, berkomunikasi, mencari dan
didik perlu diperbaiki. Miskonsepsi harus mengolah data, dan akhirnya membuat
terlebih dahulu diidentifikasi sebelum kesimpulan. Aktivitas pembelajaran dengan
diperbaiki. Identifikasi bertujuan menerapkan Problem Based Learning (PBL)
membedakan peserta didik yang paham diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
konsep, miskonsepsi, dan tidak paham Problem based learning (PBL) menempatkan
konsep. Identifikasi sangat penting dilakukan masalah sebagai kata kunci dari proses
agar ditemukan kesalahan konsep yang pembelajaran. Pemecahan masalah
dialami peserta didik. Setelah diketahui menggunakan pendekatan berpikir secara
Kikie Septiyana dkk, Penerapan Problem Based Learning 39

ilmiah. Berdasarkan uraian diatas maka Penilaian dengan instrument penilaian pada
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ketiga siklus menggunakan penilaian sikap
tentang “Penerapan Model Pembelajaran dengan indikator yang berebeda-beda pada
Problem Based Learning (PBL) terhadap masing-masing siklus, penilaian pengetahuan
Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi dengan tipe soal pilihan ganda dan jumlah
Sistem Pencernaan”. soal yang berbeda-beda untuk tiap siklus, dan
penilaian keterampilan dengan indikator
2. METODE yang berbeda untuk tiap siklus.;
mengumpulkan literature; menetukan jadwal
Penelitian dilakukan di SMP Al pelaksanaan pembelajaran untuk masing-
Fusha Kedungwuni. SMP Al Fusha masing siklus; mempersiapkan ruang
Kedungwuni merupakan tempat dimana Laboratorium IPA ;termasuk mempersiapkan
peneliti melaksanakan tugas mengajar. sarana pendukung yaitu kamera, HP, Tripod,
Penelitian ini dilaksanakan selama 31 hari LCD, Laptop, Clip On, dan alat serta bahan
yaitu mulai dari 31 Mei 2021 sampai dengan yang digunakan untuk kegiatan praktikum
13 Juli 2021. Subyek dalam penelitian ini dalam pembelajaran.
adalah siswa kelas VIII SMP Al Fusha Tahap selanjutnya yaitu tahap
Kedungwuni Tahun Pelajaran 2020/2021. pelaksanaan. Peneliti melaksanakan
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan pembelajaran siklus 1, siklus 2 dan siklus 3
kelas yang mencakup 3 siklus pelaksanaan. untuk melakukan pengumpulan dan
Siklus 1 dimulai dari tanggal 31 mei sampai pengolahan data. Tahapan pengumpulan data
tanggal 14 Juni, siklus 2 dimulai dari tanggal yang dilakukan adalah mendokumentasikan
15 Juni sampai tanggal 28 Juni dan siklus 3 proses pembelajaran seusai dengan set yang
dimulai dari tanggal 29 Juni sampai tanggal telah dirancang sebelumnya dalam bentuk
13 Juli 2021. Secara umum baik siklus 1, 2, video dan foto; mengumpulkan hasil
dan 3 terdiri dari delapan tahapan. Kedelapan penilaian sikap, pengetahuan dan
tahapan tersebut meliputi tahap: a. Persiapan keterampilan yang diperoleh dari proses
praktik pembelajaran, b. Pelaksanakan pembelajaran pada masing-masing siklus 1,
kegiatan Pembelajaran, c. Mengisi jurnal 2, dan 3. Tahapan selanjutnya adalah mengisi
mengajar dan kasus yang terjadi dalam jurnal mengajar selama kegiatan penelitian
pelaksanaan pembelajaran, d. Editing hasil yang meliputi kendala yang terjadi selama
rekaman praktik pembelajaran, e. penelitian; ketidaksesuaian antara rencana
Menyiapkan bahan untuk refleksi dan dengan pelaksanaan; permasalahan yang
tindak lanjut, f. Membuat daftar timbul selama penelitian; mengolah data
penyelesaian kasus, g. Melakukan telaah dan yang diperoleh dari hasil penelitian;
reviu pelaksanaan pembelajaran, dan h. menganalisis hasil penilaian sikap, penilaian
Penyusunan Laporan hasil penelitian. pengetahuan, penilaian keterampilan untuk
Tahap pertama yaitu tahap persiapan memperoleh data masing-masing penilaian
praktek pembelajaran. Kegiatan ini meliputi: yang dalam hal ini digunakan untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang mengetahui ada tidaknya peninangkatan hasil
diperlukan untuk melaksanakan penelitian belajar; mengedit hasil video perekaman
seperti mempersiapkan surat perizinan; pembelajaran siklus 1, 2, dan 3 untuk
mengidentifikasi dan merumuskan masalah ditandai langkah-langkah kegiatan
dalam penelitian; penyusunan 3 set untuk 3 pembelajarannya dan sintak Problem Based
siklus pembelajaran yang terdiri dari Learning (PBL).
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Bahan Ajar, Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD), Media Pembelajaran dan Instrumen
40 PROFESI KEPENDIDIKAN VOL. 2. NO. 2 OKTOBER 2021

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut tabel presentase ketercapaian


penilaian sikap, penilaian pengetahuan, dan
Penelitian dilakukan pada siswa kelas penilaian keterampilan pada siklus 1, 2, dan
VIII A SMP Al Fusha Kedungwuni Tahun 3:
Pelajaran 2020/2021. Hasil penelitian
menunjukkan indikator keberhasilan dari Tabel 1. Hasil Analisis Presentase Ketercapaian
siklus 1 ke siklus 2 dan ke siklus 3. Indikator Indikator Sikap Siklus 1
keberhasilan dalam penelitian tersebut adalah Indikator Sikap Presentase Predikat
apabila terdapat peningkatan hasil belajar Tanggung Jawab 89,58% Baik
dari siklus 1, 2, dan 3. Materi yang diajarkan Percaya Diri 87,50% Baik
pada kegiatan siklus 1 adalah Nutrisi yang
Tabel 2. Hasil Analisis Presentase Ketercapaian
dibutuhkan oleh tubuh dengan kegiatan
Indikator Sikap Siklus 2
pembelajaran adalah praktikum uji makanan
dan dilanjutkan diskusi presentasi. Kegiatan Indikator Sikap Presentase Predikat
Rasa Ingin Tahu 91,67% Sangat Baik
berjalan dengan lancar, meskipun terdapat
Kerjasama 95,83% Sangat Baik
beberapa kasus atau permasalahan yang
semuanya sudah ditangani dengan beberapa Tabel 3. Hasil Analisis Presentase Ketercapaian
alternatif solusi. Materi siklus 2 adalah Indikator Sikap Siklus 3
pencernaan mekanik dan kimiawi. Kegiatan
Indikator Sikap Presentase Predikat
pembelajarannya adalah praktikum Tanggung Jawab 93,75 Sangat Baik
Pencernaan mekanik dan kimiawi dilanjutkan Percaya Diri 97,92 Sangat Baik
diskusi presentasi dan peragaan alat peraga
sederhana proses pencernaan. Proses Tabel 4, Kriteria penilaian sikap
pembelajaran siklus 2 sudah berjalan lebih
Skor Kriteria
baik dari siklus 1. Pada pembelajaran siklus 2 85-100 Sangat Baik
dilakukan dengan mengacu pada hasil 70-84 Baik
refleksi pembelajaran siklus 1. Tindakan 55-69 Cukup
solusi yang di paparkan pada siklus 1 dapat <54 Kurang
diimplementasikan di siklus 2. Meskipun
masih ada beberapa kasus yang terjadi, Tabel 5. Presentase Keterlaksanaan Aspek
namun secara keseluruhan proses Ketrampilan Siklus 1
pembelajaran siklus 2 lebih baik dan Indikator Ketrampilan Presentase
menunjukkan adanya peningkatan hasil Rancangan Praktikum 89,58%
belajar pada beberapa aspek. Karena pada Kemampuan menanggapi 85,42%
Pertanyaan
pembelajaran siklus 2 sudah diterapkan Membuat Kesimpulan 85,42%
alternatif solusi dari kegiatan pembelajaran
siklus 1. Materi pada siklus 3 ini adalah Tabel 6. Presentase Keterlaksanaan Aspek
penyakit pada sistem pencernaan manusia Ketrampilan Siklus 2
dengan kegiatan pembelajaran adalah diskusi Indikator Ketrampilan Presentase
kelompok dan hasil diskusi dilaporkan Rancangan Praktikum 93,75%
melalui video reportase. Pada pembelajaran Kemampuan menanggapi 91,67%
siklus 3 dilakukan secara Daring. Terdapat Pertanyaan
bebrapa kasus pada siklus 3 ini seperti yang Membuat Kesimpulan 89,58%
sudah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Meskipun demikian pembelajaran siklus 3 ini
menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar pada beberapa aspek yang tentunya
lebih baik daripada siklus 1 dan siklus 2.
Kikie Septiyana dkk, Penerapan Problem Based Learning 41

Tabel 6. Presentase Keterlaksanaan Aspek pemberian tes evaluasi menggunakan


Keterampilan Siklus 3 instrument soal pilihan ganda sebanyak 5
Indikator Ketrampilan Presentase soal. Dimana 5 soal tersebut termasuk dalam
Penggunaan Bahasa 93,75% indikator essensial. Berdasarkan tabel
Keterbacaan 93,75% presentase ketercapaian Kriteria Ketuntasan
Membuat Kesimpulan 91,67%
Mnimal (KKM) penilaian pengetahuan siklus
1, maka untuk pencapaian nilai pengetahuan
Tabel 7. Predikat Nilai Pengetahuan dan
Ketrampilan di siklus 1 diperoleh nilai tertinggi sebesar
100 masuk dalam predikat A( Sangat Baik)
Nilai Predikat dan nilai terendah 60 masuk dalam predikat
89- 100 A ( Sangat Baik) D (Kurang). Rata-rata pencapaian nilai
77-88 B ( Baik) pengetahuan adalah 75 yang masih masuk
65- 76 C ( Cukup) dalam predikat C (Cukup). Jumlah peserta
< 65 D ( Kurang) didik yang sudah mencapai KKM sebanyak
11 anak dan yang masih di bawah Kriteria
Tabel 8. Hasil presentase ketercapaian KKM Ketuntasan Mnimal (KKM) adalah 5 anak.
Penilaian Pengetahuan siklus 1 Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian
Ketercapaian Jumlah Presentase penilaian pengetahuan peserta didik di
KKM (KKM = 65) Siswa pembelajaran siklus 1 dikatakan cukup.
Mencapai KKM 11 68,75% Analisis butir soal menunjukkan bahwa
Belum mencapai 5 31,25%
peserta didik yang sudah mencapai indikator
KKM
esensial sebanyak 11 anak (68,76%) dan 1
Tabel 9. Hasil presentase ketercapaian KKM anak (31,25%) tidak mencapai Kriteria
Penilaian Pengetahuan siklus 2 Ketuntasan Mnimal (KKM).
Ketercapaian KKM Jumlah Presentase Pada siklus 2, ketercapaian Kriteria
(KKM = 65) Siswa Ketuntasan Mnimal (KKM) mengalami
Mencapai KKM 13 81,25% peningkatan menjadi 81,25%. Hal ini
Belum mencapai 3 18,75% menunjukkan bahwa pencapaian penilaian
KKM pengetahuan peserta didik di pembelajaran
siklus 2 sudah lebih baik dari siklus 1.
Tabel 10. Hasil presentase ketercapaian KKM
Penilaian Pengetahuan siklus 3
Pembelajaran siklus 2 dilakukan dengan
kegiatan praktikum uji makanan dan
Ketercapaian KKM Jumlah Presentasi pencernaan mekanik kimiawi dengan
(KKM = 65) Siswa
Mencapai KKM 15 93,75%
disajikan permasalahan sebelumnya. Tes
Belum mencapai 1 6,25% evaluasi menggunakan instrument soal
KKM pilihan ganda sebanyak 10 soal. Dimana 10
soal tersebut berada pada indikator esensial.
Pada siklus 1 peneliti memberikan Berdasarkan tabel presentase ketercapaian
permasalahan dengan menyajikan gambar Kriteria Ketuntasan Mnimal (KKM)
dan pertanyaan nutrisi apa sajakah yang penilaian pengetahuan siklus 2 maka untuk
dibutuhkan tubuh. Peserta didik kemudian pencapaian nilai pengetahuan di siklus 2
melakukan kegiatan praktikum secara diperoleh nilai tertinggi sebesar 100 masuk
berkelompok, dilanjutkan dengan diskusi dalam predikat A( Sangat Baik). Dan nilai
untuk menjawab permasalahan dengan terendah 60 masuk dalam predikat D (
mempresentasikannya didepan kelas secaar Kurang). Rata-rata pencapaian nilai
bergantian untuk setiap kelompok dengan pengetahuan adalah 80,6 yang sudah masuk
ditanggapi oleh kelompok lain. Kegiatan dalam predikat baik (Baik). Jika dilihat dari
pembelajaran siklus 1 diakhiri dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM),
42 PROFESI KEPENDIDIKAN VOL. 2. NO. 2 OKTOBER 2021

diperoleh data peserta didik yang sudah


mencapai Kriteria Ketuntasan Mnimal 82
80
(KKM) sebanyak 13 anak dan yang masih di 78 Siklus 1
bawah Kriteria Ketuntasan Mnimal (KKM) 76 Siklus 2
adalah 3 anak. Jika dilihat dari rata-rata 74
Siklus 3
pencapaian nilai pengetahuan maka dapat 72
70
dikatakan hasil belajar peserta didik pada Siklus Siklus Siklus
aspek pengetahuan di siklus 2 mengalami 1 2 3
peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini Gambar 1 diagram perbandingan hasil belajar
menunjukkan bahwa pencapaian penilaian peserta didik
pengetahuan peserta didik di pembelajaran Kegiatan pada siklus 1 dengan pokok
siklus 2 sudah lebih baik dari siklus 1. bahasan “Nutrisi Yang Dibutuhkan Oleh
Pada siklus 3, tes evaluasi Tubuh” mencakup praktikum uji makanan
menggunakan instrument soal pilihan ganda dilanjutkan dengan diskusi presentasi. Uji
sebanyak 5 soal yang masuk dalam indikator makanan difokuskan pada uji amilun, uji
essensial dengan prosentase ketercapaian protein dan uji lemak. Analisis perolehan
Kriteria Ketuntasan Mnimal (KKM) sebesar nilai sikap dari 16 peserta didik yang
93,75%. Berdasarkan tabel presentase megikuti pembelajaran diperoleh nilai
ketercapaian Kriteria Ketuntasan Mnimal tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah
(KKM) penilaian pengetahuan siklus 3 maka 66,6 dengan rata-rata 85,55. Ditinjau dari
untuk pencapaian nilai pengetahuan di siklus indikator penilaian sikap yang terdiri dari 2
2 diperoleh nilai tertinggi sebesar 100 masuk indikator yaitu tanggung jawab dan percaya
dalam predikat A( Sangat Baik). Dan nilai diri dapat diperoleh bahwa dari 2 aspek sikap
terendah 60 masuk dalam predikat D tersebut yang memiliki nilai terendah yaitu
(Kurang). Rata-rata pencapaian nilai pada aspek percaya diri sebesar 87,50%. Itu
pengetahuan adalah 81,25 yang sudah masuk berarti pada aspek tersebut masih sedikit
dalam predikat baik (Baik). Jika dilihat dari jumlah peserta didik yang memiliki
rata-rata tersebut, maka dapat dikatakan hasil keberanian untuk berpendapat. Selanjutnya
belajar peserta didik pada aspek pengetahuan aspek tanggung jawab sebasar 89,58% yang
di siklus 3 mengalami peningkatan yang berada pada kriteria Baik. Hal ini berarti
sangat signifikan. Hal ini menunjukkan peserta didik memiliki rasa tanggung jawab
bahwa pencapaian penilaian pengetahuan yang besar terhadap kegiatan dalam proses
peserta didik di pembelajaran siklus 3 sudah pembelajaran baik dalam kegiatan praktikum
lebih baik dari siklus 1 dan 2. Berdasarkan dan diskusi. pencapaian nilai pengetahuan
kriteria ketuntasan minimum (KKM) diperoleh nilai tertinggi sebesar 100 masuk
diperoleh data semua peserta didik mencapai dalam predikat A( Sangat Baik) dan nilai
Kriteria Ketuntasan Mnimal (KKM). Dilihat terendah 60 masuk dalam predikat D
dari ketercapaian Kriteria Ketuntasan (Kurang). Rata-rata pencapaian nilai
Mnimal (KKM) ini maka dapat disimpulkan pengetahuan adalah 75 yang masih masuk
bahwa hasil belajar peserta didik mengalami dalam predikat C (Cukup). Jumlah peserta
peningkatan yang sangat bagus didik yang sudah mencapai Kriteria
dibandingakan pada siklus 1 dan 2. Maka Ketuntasan Mnimal (KKM) sebanyak 11
bisa dikatakan bahwa penerapan Model anak dan yang masih di bawah Kriteria
Problem Based Learning (PBL) ini Ketuntasan Mnimal (KKM) adalah 5 anak.
menunjukkan hasil yang baik bagi hasil Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian
belajar peserta didik. Berikut gambar penilaian pengetahuan peserta didik di
diagram perbandingan hasil belajar pada pembelajaran siklus 1 berdasarkan kriteria
siklus 1, 2, dan 3: dikatakan cukup. Hasil analisis penilaian
Kikie Septiyana dkk, Penerapan Problem Based Learning 43

ketrampilan siklus 1, diperoleh bahwa nilai ketrampilan siklus 1, diperoleh bahwa nilai
peserta didik tertinggi adalah 100 masuk dan peserta didik tertinggi adalah 100 masuk dan
nilai terendahnya 67 dengan rata-rata nilai nilai terendahnya 67 dengan rata-rata nilai
keterampilan adalah 87. Presentase keterampilan adalah 87. Sedangkan jika
keterlaksanaan aspek ketrampilan, dari 3 dilihat dalam tabel 2.0 tentang presentase
aspek yaitu rancangan praktikum, keterlaksanaan aspek ketrampilan, dari 3
kemampuan menanggapi pertanyan dan aspek yaitu rancangan praktikum,
membuat kesimpulan dapat diperoleh bahwa kemampuan menanggapi pertanyan dan
aspek rancangan praktikum sudah mendapat membuat kesimpulan dapat diperoleh bahwa
hasil yang baik yaitu 89,58%. Hal ini aspek rancangan praktikum sudah mendapat
menunjukkan bahwa peserta didik di aspek hasil yang baik yaitu 89,58%. Hal ini
tersebut sudah mampu melakukan dengan menunjukkan bahwa peserta didik di aspek
sangat baik. Semua peserta didik mampu tersebut sudah mampu melakukan dengan
menyiapkan percobaan dan mereka juga sangat baik. Semua peserta didik mampu
mampu mengakhiri kegiatan percobaan menyiapkan percobaan dan mereka juka
dengan sangat baik. Peserta didik juga sudah mampu mengakhiri kegiatan percobaan
mampu menyajikan hasil percobaan dengan dengan sangat baik. Peserta didik juga sudah
jelas dan mudah dipahami. Namun untuk mampu menyajikan hasil percobaan dengan
aspek kemampuan menanggapi pertanyaan jelas dan mudah dipahami. Namun untuk
dan membuat kesimpulan masih dalam aspek kemampuan menanggapi pertanyaan
persentase 85,42 %, hal ini dikarenakan dan membuat kesimpulan masih dalam
dalam pelaksanaan presentasi hanya ada satu persentase 85,42 %, hal ini dikarenakan
kelompok saja yang berani menanggapi hasil dalam pelaksanaan presentasi hanya ada satu
presentasi kelompok lain, dan belum semua kelompok saja yang berani menanggapi hasil
peserta didik berani membuat kesimpulan presentasi kelompok lain, dan belum semua
dari proses diskusi. Untuk hasil analisis peserta didik berani membuat kesimpulan
perolehan nilai sikap peserta didik, dapat dari proses diskusi dan pembelajaran siklus 1
diketahui bahwa dari 16 peserta didik yang ini.
megikuti pembelajaran siklus 1 diperoleh Sikuls 2 dengan pokok bahasan
nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah “Pencernaan Mekanik dan Kimiawi serta
adalah 66,6 dengan rata-rata 85,55. penilaian Proses Pencernaan Makanan”, peserta didik
sikap peserta didik sudah dapat dikatakan melakukan praktikum pencernaan mekanik
Baik secara rata-rata. Sedangkan jika ditinjau dan kimiawi, serta peragaan urutan proses
dari indikator penilaian sikap yang terdiri pencernaan makanan menggunakan alat
dari 2 indikator yang menggambarkan aspek peraga sederhana. Pada pembelajaran siklus
sikap yaitu tanggung jawab dan percaya diri 2 dilakukan mengacu pada hasil refleksi
dapat diperoleh bahwa dari 2 aspek sikap pembelajaran siklus 1. Tindakan solusi yang
tersebut yang memiliki nilai terendah ada di paparkan pada siklus 1 dapat
pada aspek percaya diri yaitu sebesar diimplementasikan di siklus 2. Hasil analisis
87,50%. Itu berarti pada aspek tersebut masih perolehan nilai sikap peserta didik, dapat
sedikit jumlah peserta didik yang memiliki diketahui bahwa dari 16 peserta didik yang
keberanian untuk berpendapat. Selanjutnya megikuti pembelajaran siklus 2 diperoleh
aspek tanggung jawab sebasar 89,58% yang nilai tertinggi adalah 100 dengan kriteria
berada pada kriteria Baik. Hal ini berarti Sangat Baik (A) dan nilai terendah adalah
peserta didik memiliki rasa tanggung jawab 66,66 dengan kriteria Cukup (C) dengan rata-
yang besar terhadap kegiatan dalam proses rata 93,75 yang termasuk dalam kriteria
pembelajaran baik dalam kegiatan praktikum Sangat Baik (A). Ditinjau dari indikator
dan diskusi. Untuk hasil analisis penilaian penilaian sikap yang terdiri dari 2 indikator
44 PROFESI KEPENDIDIKAN VOL. 2. NO. 2 OKTOBER 2021

yang menggambarkan aspek sikap yaitu rasa pertanyaan peserta didik sudah mampu
ingin tahu dan kerjasama dapat diperoleh melakukan dengan sangat baik. Semua
bahwa dari 2 aspek sikap tersebut yang peserta didik mampu menyiapkan praktikum
memiliki nilai terendah ada pada aspek rasa dan mereka juka mampu mengakhiri kegiatan
ingin tahu yaitu sebesar 91,67 %. Peserta percobaan dengan sangat baik. Peserta didik
didik yang memiliki rasa ingin tahu tidak juga sudah mampu menaggapi pertanyaan
sebesar dengan sikap kerjasama yang yang dilontarkan guru saat praktikum
dimiliki peserta didik. Karena pada berlangsung maupun ketika proses
prosesntase sikap kerjasama menunjukkan pembelajaran. Untuk hasil analisis perolehan
presentase yang lebih besar dibandingkan nilai sikap peserta didik, dapat diketahui
dengan sikap rasa ingin tahu. Presentase bahwa dari 16 peserta didik yang megikuti
sikap kerjasama yaitu sebesar 95,83 %. pembelajaran siklus 2 diperoleh nilai
Terdapat selisih antara presentase rasa ingin tertinggi adalah 100 dengan kriteria Sangat
tahu dan kerjasama sebesar 4,16%. Namum Baik (A) dan nilai terendah adalah 66,66
demikian hasil ini sudah menunjukkan dengan kriteria Cukup (C) dengan rata-rata
adanya peningkatan dari pelaksanaan 93,75 yang termasuk dalam kriteria Sangat
pembelajaran pada siklus 1.Pencapaian nilai Baik (A). Penilaian sikap peserta didik sudah
pengetahuan di siklus 2 diperoleh nilai dapat dikatakan Sangat Baik secara rata-rata.
tertinggi sebesar 100 masuk dalam predikat Sedangkan jika ditinjau dari indikator
A (Sangat Baik). Dan nilai terendah 60 penilaian sikap yang terdiri dari 2 indikator
masuk dalam predikat D ( Kurang). Rata-rata yang menggambarkan aspek sikap yaitu rasa
pencapaian nilai pengetahuan adalah 80,6 ingin tahu dan kerjasama dapat diperoleh
yang sudah masuk dalam predikat baik bahwa dari 2 aspek sikap tersebut yang
(Baik). Jika dilihat dari kriteria ketuntasan memiliki nilai terendah ada pada aspek rasa
minimum (KKM), diperoleh data peserta ingin tahu yaitu sebesar 91,67 %. Peserta
didik yang sudah mencapai KKM sebanyak didik yang memiliki rasa ingin tahu tidak
13 anak dan yang masih di bawah KKM sebesar dengan sikap kerjasama yang
adalah 3 anak. Hasil analisis penilaian dimiliki peserta didik. Karena pada
ketrampilan siklus 1, diperoleh bahwa nilai prosesntase sikap kerjasama menunjukkan
peserta didik tertinggi adalah 100 dan nilai presentase yang lebih besar dibandingkan
terendahnya adalah 78 dengan rata-rata nilai dengan sikap rasa ingin tahu. Presentase
keterampilan adalah 92. Presentase sikap kerjasama yaitu sebesar 95,83 %.
keterlaksanaan aspek ketrampilan, dari 3 Terdapat selisih antara presentase rasa ingin
aspek yaitu raancangan praktikum, tahu dan kerjasama sebesar 4,16%. Namum
kemampuan menanggapi pertanyaan dan demikian hasil ini sudah menunjukkan
membuat kesimpulan secara keseluruhan adanya peningkatan dari pelaksanaan
telah mengalami peningkatan dari nilai pembelajaran pada siklus 1. hasil analisis
keterampilan pada siklus 1 yaitu sebesar penilaian ketrampilan siklus 1, diperoleh
93,75% yang merupakan aspek dengan nilai bahwa nilai peserta didik tertinggi adalah 100
tertinggi dibandingkan 2 aspek yang lainnya. dan nilai terendahnya adalah 78 dengan rata-
Sementara aspek menanggapi pertanyaan rata nilai keterampilan adalah 92. Dari 3
sebesar 91,67% dan aspek membuat aspek penilaian keterampilan yang meliputi
kesimpulan sebesar 89,58%. Hal ini rancangan praktikum, kemampuan
menunjukkan bahwa pada aspek membuat menanggapi pertanyaan dan membuat
kesimpulan peserta didik belum sepenuhnya kesimpulan secara keseluruhan telah
mampu menyimpulkan dari hasil kegiatan mengalami peningkatan dari nilai
yang telah dilakukan. Sedangkan pada aspek keterampilan pada siklus 1. Diperoleh
mrancangan praktikum dan menanggapi presentase 3 aspek pada siklus 2 ini adalah
Kikie Septiyana dkk, Penerapan Problem Based Learning 45

sebagai berikut pada aspek rancangan ada beberapa peserta didik yang bermain-
praktikum didapat presentase sebesar 93,75% main, seperti menuliskan nama peserta didik
yang merupakan aspek dengan nilai tertinggi lain pada selembar kertas yang kemudian
dibandingkan 2 aspek yang lainnya. ditampilkan melalui kamera pada gmeet,
Sementara aspek menanggapi pertanyaan memanggil manggil nama peserta didik lain
sebesar 91,67% dan aspek membuat saat proses pembelajaran, dan perasaan
kesimpulan sebesar 89,58%. Hal ini takjub peserta didik menggunakan gmeet
menunjukkan bahwa pada aspek membuat dalam pembelajaran membuat peserta didik
kesimpulan peserta didik belum sepenuhnya lebih fokus pada aplikasi gmeet daripada
mampu menyimpulkan dari hasil kegiatan pembelajaran. Namum demikian hasil ini
yang telah dilakukan. Sedangkan pada aspek sudah menunjukkan adanya peningkatan dari
mrancangan praktikum dan menanggapi pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 dan
pertanyaan peserta didik sudah mampu 2. Pencapaian nilai pengetahuan di siklus 2
melakukan dengan sangat baik. Semua diperoleh nilai tertinggi sebesar 100 masuk
peserta didik mampu menyiapkan praktikum dalam predikat A( Sangat Baik). Dan nilai
dan mereka juka mampu mengakhiri kegiatan terendah 60 masuk dalam predikat D
percobaan dengan sangat baik. Peserta didik (Kurang). Rata-rata pencapaian nilai
juga sudah mampu menaggapi pertanyaan pengetahuan adalah 93,75% yang sudah
yang dilontarkan guru saat praktikum masuk dalam predikat baik (Baik). Jika
berlangsung maupun ketika proses dilihat dari rata-rata tersebut, maka dapat
pembelajaran. dikatakan hasil belajar peserta didik pada
Pembelajaran siklus 3 dilakukan aspek pengetahuan di siklus 3 mengalami
secara Daring dengan kegiatan diskusi peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini
“Penyakit Pada Sistem Pencernaan” dan menunjukkan bahwa pencapaian penilaian
dilanjutkan dengan presentasi hasil diskusi pengetahuan peserta didik di pembelajaran
berupa video reportase. Hasil analisis siklus 3 sudah lebih baik dari siklus 1 dan 2.
perolehan nilai sikap peserta didik, dapat Hasil analisis penilaian ketrampilan siklus 3,
diketahui bahwa dari 16 peserta didik yang diperoleh bahwa nilai peserta didik tertinggi
megikuti pembelajaran siklus 3 diperoleh adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 78
nilai tertinggi adalah 100 dengan kriteria dengan rata-rata nilai keterampilan adalah
Sangat Baik (A) dan nilai terendah adalah 93. Presentase keterlaksanaan aspek
83,33 dengan kriteria Baik (B) dengan rata- ketrampilan, dari 3 aspek yaitu penggunaan
rata 95,83 yang termasuk dalam kriteria bahasa, keterbacaan dan membuat
Sangat Baik (A). Indikator penilaian sikap kesimpulan secara keseluruhan telah
yang terdiri dari 2 indikator yang mengalami peningkatan dari nilai
menggambarkan aspek sikap yaitu tanggung keterampilan pada siklus 1 dan 2. Diperoleh
jawab dan percaya diri dapat diperoleh presentase 3 aspek pada siklus 3 ini adalah
bahwa dari 2 aspek sikap tersebut yang sebagai berikut pada aspek penggunaan
memiliki nilai terendah ada pada aspek bahasa dan keterbacaan didapat presentase
tanggung jawab yaitu sebesar 93,75 %. sebesar 93,75% yang merupakan aspek
Peserta didik yang memiliki tanggung jawab dengan nilai tertinggi dibandingkan 1 aspek
tidak sebesar dengan sikap percaya diri yang yang lainnya yaitu aspek membuat
dimiliki peserta didik. Karena pada kesimpulan. Pada aspek membuat
prosesntase sikap percaya diri menunjukkan kesimpulan diperoleh hasil prosentase
presentase yang lebih besar dibandingkan sebesar 91,67%. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan sikap tanggung jawab. Presentase pada aspek membuat kesimpulan peserta
sikap percaya diri yaitu sebesar 97,92 %. Hal didik belum sepenuhnya mampu
ini dibuktikan ketika proses pembelajaran menyimpulkan dari hasil kegiatan yang telah
46 PROFESI KEPENDIDIKAN VOL. 2. NO. 2 OKTOBER 2021

dilakukan. Sedangkan pada aspek adalah 93. Presentase keterlaksanaan aspek


keterbacaan dan penggunaan bahasa peserta ketrampilan, dari 3 aspek yaitu penggunaan
didik sudah mampu melakukan dengan bahasa, keterbacaan dan membuat
sangat baik. Peserta didik mampu kesimpulan secara keseluruhan telah
membawakan hasil laporan diskusi merka mengalami peningkatan dari nilai
dengan gaya Reporter dan Youtuber sehingga keterampilan pada siklus 1 dan 2. Diperoleh
reportase yang dikemas menjadi menarik. presentase 3 aspek pada siklus 3 ini adalah
Untuk hasil analisis perolehan nilai sikap sebagai berikut pada aspek penggunaan
peserta didik, dapat diketahui bahwa dari 15 bahasa dan keterbacaan didapat presentase
peserta didik yang megikuti pembelajaran sebesar 93,75% yang merupakan aspek
siklus 2 diperoleh nilai tertinggi adalah 100 dengan nilai tertinggi dibandingkan 1 aspek
dengan kriteria Sangat Baik (A) dan nilai yang lainnya yaitu aspek membuat
terendah adalah 83,33 dengan kriteria Baik kesimpulan. Pada aspek membuat
(B) dengan rata-rata 95,83 yang termasuk kesimpulan diperoleh hasil prosentase
dalam kriteria Sangat Baik (A). Penilaian sebesar 91,67%. Hal ini menunjukkan bahwa
sikap peserta didik sudah dapat dikatakan pada aspek membuat kesimpulan peserta
Sangat Baik secara rata-rata. Sedangkan jika didik belum sepenuhnya mampu
ditinjau dari indikator penilaian sikap yang menyimpulkan dari hasil kegiatan yang telah
terdiri dari 2 indikator yang menggambarkan dilakukan. Sedangkan pada aspek
aspek sikap yaitu tanggung jawab dan keterbacaan dan penggunaan bahasa peserta
percaya diri dapat diperoleh bahwa dari 2 didik sudah mampu melakukan dengan
aspek sikap tersebut yang memiliki nilai sangat baik. Peserta didik mampu
terendah ada pada aspek tanggung jawab membawakan hasil laporan diskusi merka
yaitu sebesar 93,75 %. Peserta didik yang dengan gaya Reporter dan Youtuber sehingga
memiliki tanggung jawab tidak sebesar reportase yang dikemas menjadi menarik.
dengan sikap percaya diri yang dimiliki
peserta didik. Karena pada prosesntase sikap 4. KESIMPULAN
percaya diri menunjukkan presentase yang
lebih besar dibandingkan dengan sikap Kesimpulan dari penelitian ini adalah
tanggung jawab. Presentase sikap percaya dalam praktik pembelajaran yang
diri yaitu sebesar 97,92 %. Hal ini dibuktikan dilaksanakan selama 3 siklus menunjukkan
ketika proses pembelajaran ada beberapa perubahan hasil belajar yang lebih baik dari
peserta didik yang bermain-main, seperti siklus sebelumnya, penerapan Problem Based
menuliskan nama peserta didik lain pada Learning (PBL) pada materi sistem
selembar kertas yang kemudian ditampilkan pencernaan menunjukkan adanya
melalui kamera pada gmeet, memanggil peningkatan hasil belajar peserta didik. Hal
manggil nama peserta didik lain saat proses ini membuktikan bahwa Model Problem
pembelajaran, dan perasaan takjub peserta Based Learning (PBL) mampu mengatasi
didik menggunakan gmeet dalam masalah pembelajaran pada materi sistem
pembelajaran membuat peserta didik lebih pencernaan.
fokus pada aplikasi gmeet daripada
pembelajaran. Namum demikian hasil ini 5. UCAPAN TERIMAKASIH
sudah menunjukkan adanya peningkatan dari
pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 dan Artikel ini tidak akan terlaksana tanpa
2. hasil analisis penilaian ketrampilan siklus bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
3, diperoleh bahwa nilai peserta didik Oleh karena itu dengan segala kerendahan
tertinggi adalah 100 dan nilai terendahnya hati, dalam kesempatan ini peneliti
adalah 78 dengan rata-rata nilai keterampilan mengucapkan terima kasih kepada: Bapak
Kikie Septiyana dkk, Penerapan Problem Based Learning 47

Dr. Khaeruddin, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Proses Sains Siswa SMA Negeri 2
Pembimbing, Ibu Satwika Trianti Ngandoh, Pematangsiantar. Jurnal Pendidikan
S.Si., M.Pd selaku guru pamong, Kepala Universitas Negeri Medan. Vpl 6
Sekolah SMP Al Fusha Kedungwuni, rekan
No.1.
guru dan staf SMP Al Fusha Kedungwuni,
keluarga besar peneliti, dan semua pihak Pujiriyanto.2019. Modul 2 Peran Guru
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
Dalam Pembelajaran Abad 21.
satu.
Jakarta: kementrian Pendidikan dan
REFERENSI Kebudayaan RI.

A.M, Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi


Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Agus, dkk. 2013. Penerapan Model Problem


Based Learning (PBL) untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Ipa Siswa Kelas IV SD Negeri
8 Kesiman. Ejournalundikhsa. Vol
1.No.1

Ariyana, Yoki; dkk. 2018. Buku


Pembelajaran Berorientasi pada
Ketrampilan Berpikir Tinggi. Jakarta:
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan.

Arikunoto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar


Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Aswa, Syifa. 2017. Diakses pada pada 24


November 2021.Dari
http://repository.unpas.ac.id/.

Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar


Mengajar. Bandung: Bumi Aksara

Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran.


Yogyakarta: Insan Madani.

Manula, A. 2018. Efek Model


PembelajaranProblem Based
Learning Terhadap Keterampilan
48 PROFESI KEPENDIDIKAN VOL. 2. NO. 2 OKTOBER 2021

Anda mungkin juga menyukai