Menggunakan Model Probelm Based Learning (PBL) Berbasis Mind Mapping Pada
Materi Fungi
MINI RISET
OLEH
A1C417031
PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti
tertarik untuk meneliti dan membahas skripsi dengan judul “Upaya Peningkatan
Pemahaman Konsep Siswa Kelas X SMAN 3 Kota Jambi Menggunakan Model
Probelm Based Learning (PBL) Berbasis Mind Mapping Pada Materi Fungi”.
KAJIAN TEORETIK
Dalam model PBL, peranan pengajar sebagai fasilitator yang dapat membentuk
kelompok, memaparkan suatu permasalahan, memberi kesempatan pertanyaan
terbuka, menghindari lecturing, memberikan tuntutan ke sumber yang dibutuhkan,
mengatur hubungan antara pribadi dalam grup untuk meminimalisir konflik dan
kesalah pahaman yang menggangu pembelajaran, mendorong pembelajaran untuk
bersikap mandiri dengan mendorong pembelajaran untuk mengeksplorasi pengetahuan
yang telah mereka miliki dan menentukan pengetahuan yang diperlukan selanjutnya,
mendorong fungsi kelompok dengan mengasistensi kelompok untuk menentukan
tujuan dan menciptakan rencana, mengenali masalah kelompok dan mencapai
pemecahan, pengajar juga berperan sebagai evaluator bagi kinerja siswa yang
ditunjukkan dengan cara mengevaluasi proses kelompok dengan menjadi model atau
contoh untuk pemberian feedback, mengevaluasi pelaksanaan diskusi dan melakukan
perbaikan segera bilamana diperlukan bauk dari sisi konten maupun proses (Esema
dan susari,2012:168).
1. Pra pembelajaran.
Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh guru saat sebelum
memasuki kegiatan pembelajaran inti. Pada tahap ini guru merancang persiapan
sumber belajar serta media, dan mengorganisasikan peserta didik. Selain itu juga
menjelaskan prosedur pembelajaran.
2. Fase 1: Menemukan masalah.
Pada tahap ini guru menyajikan masalah secara individu yang harus dibaca oleh
peserta didik. Setelah membaca masalah peserta didik dapat menuliskan segala
informasi penting yang diperoleh, menemukan hal yang dianggap sebagai suatu
masalah, dan menentukan pentingnya masalah tersebut bagi dirinya secara individu.
Guru bertugas memotivasi peserta didik untuk mampu menemukan masalah.
3. Fase 2: membangun struktur kerja.
Pada tahap ini secara individu peserta didik membangunstruktur kerja yang akan
dilakukan dalam menyelesaikan masalah. Upaya membangun struktur kerja ini
diawali dengan aktivitas peserta didik mengungkapkan apa yang mereka ketahui
tentang masalah, perihal apa yang ingin diketahui dari masalah, dan ide apa yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Hal terakhir yang harus siswa
dilakukan oleh siswa pada tahap ini adalam merumuskan rencana aksi yang akan
dilakukan dalam menyelesaikan masalah. Guru bertugas memberikan kesadara
akan pentingnya rencana aksi untk memecahkan masalah pada tahap ini.
4. Fase 3:menetapkan masalah.
Pada tahap ini guru memberikan arahan kepada peserta didik untuk menetapkan
masalah yang dianggap paling penting atau masalah yang mereka hadapi dalam
kehidupan nyata. Kemudian masalah tersebut dikemas dalam bentuk pertanyaan
menjadi sebuah rumusan masalah. Pada tahap ini Guru bertugas mendorong peserta
didik untuk menemukan masalah dan membantu peserta didik menyusun rumusan
masalah.
c. Kelemahan Problem Based Learning (PBL)
Setiap model memiliki kelebihan dan kekuranga. Menurut Shoimin (dalam
Rerung:2017:49) kelemahan dari model PBL antara lain:
1. Problem based learning (PBL) tidak dapat diterapkan untuk setiap materi
pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBL lebih
cocok diterapkan untuk pembelajaran yang memnuntut kemampuan tertentu yang
kaitannya dengan pemecahan masalah.
2. Akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas dikarenakan tingginya keragaman
kemampuan peserta didik didalam kelas.
d. Kelebihan Problem Based Learning (PBL)
Ada beberapa kelebihan dari model pembelajaran PBL menurut Sanjaya
(2016:220) yaitu:
a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami
isi pelajaran.
b. Melalui pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c. Melalui belajar memecahkan masalah dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa.
d. Melaui belajar memecahkan masalah dapat membantu siswa bagaimana cara
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan
nyata siswa.
e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa agar dapat mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka
lakukan.
f. Model ini dianggap lebih menyenangkan bagi siswa.
g. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
3. Pemahaman Konsep
a. Pengertian Pemahaman Konsep
Dalam kata pemahaman konsep, terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan
konsep. Dimulai dari kata pemahaman, menurut Sumarmo (dalam Muhsin,2013:15)
Pemahaman merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu understanding, yang dapat
diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Untuk memahami suatu
objek secara mendalam, seseorang harus mengetahui: (1) Objek itu sendiri. (2) relasinya
dengan objek lain yang sejenis, (3) relasinya dengan objek lain yang tidak/sejenis, (4)
relasi-dual dengan objek lainnya yang sejenis dan (5) relasinya dengan objek dalam
teori lainnya.
Skemp (dalam Muhsin:2013:16) membedakan pemahaman menjadi dua macam
yaitu pemahaman relasional dan pemahaman instrumental. Skemp(2006:2)
mendefinisikan Pemahaman relasional sebagai “knowing what to do and why” dan
pemahaman instrumental didefinisikan sebagai “knowing rules without reasons.”
Pemahaman instrumental artinya mengetahui prosedur tanpa mengetahui mengapa
prosedur tersebut digunakan, sedangkan pemahaman relasional artinya mengetahui apa
yang harus dikerjakan dan mengapa mereka harus melakukan hal itu. Lebih lanjut,
Skemp berpendapat bahwa dengan pemahaman relasional siswa akan mampu
menghubungkan suatu konsep terhadap suatu masalah yang dihadapinya dan
mengadaptasikan konsep tersebut ke permasalahan yang baru.
Susanto (2014:8) menjelaskan bahwa konsep merupakan sesuatau yang tergambar
dalam pikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Menurut Rosser (dalam
Hamdani,2012:82) konsep merupakan suatu abstraksi yang mewakili dari satu kelas
objek-objek, suatu kejadian, ataupun hubungan-hubungan yang memiliki atribut yang
sama. Konsep merupakan benruk penyajian-penyajian internal dari stimulus. Konsep
merupakan dasar dari proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan
generalisasi. Dari penjelasan mengenai konsep tersebut maka konsep merupakan buah
pemikiran ataupun gagasan yang dinyatakan dalam definisi, hukum dan teori.
Dalam memahami suatu materi pelajaran siswa dituntut untuk memahami konsep.
Pemahaman merupakan suatu kemampuan untuk mengerti, memahami, atau mengetahui
sesuatu dengan benar. Konsep merupakan suatu abstraksi dari sejumlah benda ataupun
gagasan yang memiliki karakteristik ataupun ciri yang sama, untuk kemudian
dikelompokkan atau diklasifikasikan.
b. Indikator Pemahaman Konsep
Dalam proses pembelajaran ada beberapa kemampuan yang perlu diperhatikan
dalam penilaian materi dalam Biologi salah satunya yaitu mengenai pemahaman konsep
yang meliputi kemampuan mendefenisikan, menafsirkan, mencontoh,
mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, serta menjelaskan
makna konsep. Saragih (2012:371) mengutip tujuh indikator dari pemahaman konsep
menurut Depdiknas, yaitu: (1) menyatakan ulang sebuah konsep; (2)
mengklasifikasikan objek menurut sifat tertentu; (3) memberi contoh dan bukan contoh;
(4) menyajikan konsep dalam berbagai representasi matematik; (5) mengembangkan
syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep; (6) menggunakan, memanfaatkan, dan
memilih prosedur atau operasi tertentu; dan (7) mengaplikasikan konsep ke pemecahan
masalah.
c. Pentingnya Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep merupakan level kedua dalam ranah kognitif yang merupakan
kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan
kemampuan intelektual. Ranah kognitif ini terdiri atas enam level, diantaranya: (1)
mengingat, (2) memahami, (3) mengaplikasikan, (4) menganalisa, (5) penilaian, dan (6)
mencipta. Dari keenam level tersebut seseorang harus melaluinya secara bertahap dari
mulai yang sederhana sampai yang kompleks, apabila pada level yang sederhana saja
seseorang belum bisa menguasainya maka ia akan kesulitan untuk menginjak pada level
kognitif yang lebih kompleks yaitu mengaplikasikan, menganalisa, penilaian, dan
mencipta (Rahmat,2018:240).
Pemahaman konsep sangat penting diterapkan karena malalui pemahaman konsep
akan memudahkan siswa dalam mempelajari suatu materi pelajaran. Menurut Sanjaya
(Febriyanto,2018:34) pemahaman konsep merupakan kemampuan peserta didik yang
berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, tetapi mampu menggunakan kembali
dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mamapu
mengaplikasikan konsep yang dimilikinya.
4. Mind Map
Untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa salah satu cara yang dapat
dilakukan yaitu dengan cara menggunakan maind mapping dalam proses
pembelajaran. Melalui mind mapping siswa diharapkan lebih mudah memahami
materi yang berisi uraian kata-kata yang panjang yang disederhanakan menjadi peta
pikiran yang berisi pokok-pokok materi. Menurut Melania (dalam Zunaidah,2017:
229) Maind mapping merupakan cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara
harfiah akan memetakkan pikiran kita. Melalui maind mapping makan pokok
permasalahan akan terpandang menyeluruh. Manid mapping dapat membantu peserta
didik menemukan pengelaman sendiri dalam memahami dan menyerap materi yang
diberikan guru/dosen. Dari hasil pengalamannya tersebut peserta didik akan mampu
memetakan setip materi menurut alur dan pandangannya sendiri yang kemudian
dituangkan dalam bentuk sebuah gambar maupun bagan yang beralur. Sehingga,
melalui mind mapping ini peserta didik diharapkan mampu menyerap, mengingat dan
memahami setiap materi yang disampaikan oleh guru/dosen dengan lebih mudah.
Menurut Buzan(dalam Pratama,2015:3) model mind map merupakan suatu
diagram yang digunakan untuk mempresentasikan kata-kata, ide ataupun gagasan,
tugas-tugas ataupun yang lainnya yang disusun dan dikaitkan secara radial
mengelilingi kata kunci ide utama. Model mind map ini ditujukan agar peserta didik
lebih mudah dalam penguasaan konsep, dengan menyusun sendiri peta pikiran (model
mind map), peserta didik akan lebih memahami keterkaitan antar konsep serta dapat
mendorong peserta didik untuk mencari kaitan (asosiasi) di antara informasi dan
membantu memilih dengan benar.
Menurut Michael (2010:55) pembelajaran dengan menggunakan model mind
map dapat mengaktifkan seluruh kerja otak, memungkinkan kita berfokus pada pokok
bahasan, membereskan akal dari kekusutan mental, membantu menunjukkan
hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah, serta memungkinkan
kita untuk dapat mengelompokkan konsep, memberikan gambaran jelas pada
keseluruhan dan perincian, mensyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada
pokok bahasan yang membeantu menhalihkan informasi dari ingatan.
Untuk memulai model mind map ada beberapa tahapan-tahapan penting,
menurut Huda (2013:308) ada beberapa tahapan penting yang harus dilakukan
diantaranya yaitu: meletakkan gagasan/poin utama/tema ditengah-tengah halaman
kertas, gunakan garis, tanda panah percabanganm serta warna yang berbeda untuk
memnunjukkan hubungan antara tema utaman dan gagasan-gagasan pendukung lain.
Umrotun (2016:58) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
metode mind map akan membantu peserta didik dalam: (1) Mudah mengingat sesuatu,
(2) mengingat fakta, aknga, serta rumus dengan lebih mudah, (3) meningkatkan
motivasi dan konsentrasi peserta didik, (4) menghafal dan mengingat materi menjadi
lebih cepat.
Pembelajaran dengan menggunakan Mind map akan membantu memudahkan
otak dalam bekerja dan mencerna materi. Menurut Asrianto(2016:260) manfaar dari
penggunaan maind ap adalah:
a. Mempercepat pembelajaran
b. Melihat koneksi antara topic yang berbeda
c. Membantu “brainstroming”
d. Memudahkan ide mngalir
e. Melihat gambaran besar
f. Memudahkan dalam mengingat
g. Menyderhanakan struktur
Penggunaan maind mapping memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Menurut
Siswanto(2016:87-88) keunggulan maind mapping sebagai berikut:
1. Mind mapping dapat digunakan untuk beberapa keperluan dalam pembelajaran
dengan tingkat efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang tinggi.
2. Mind mapping dapat mengonkritkan konsep – konsep abstrak dan mengaktifkan
siswa.
3. Membuatnya tidak membutuhkan waktu yang lama, tidak membutuhkan biaya
yang tinggi
4. Mind mapping dapat menjadi daya tarik tersendiri dan memenuhi kebutuhan
estetik pembuatannya
5. Dapat mengoptimalkan kerja indra siswa
6. Penggunaan mind mapping dalam pembelajaran tidak hanya membentu
pembelajaran visual, tetapi dapat juga membantu modelitas kinestetik.
5. FUNGI
Jamur merupakan organisme eukariotik, berspora, tidak berklorofil.
Bereproduksi secara seksual dan aseksual. Jika dilihat dari ukuran tubuhnya, jamur
terbagi atas 2 jenis yaitu Makroskopis, yaitu jamur yang berukuran besar, sehingga
dapat dilihat tanpa menggunakan alat. Dan yang kedua yaitu jamur Mikroskopis yaitu
jamur yang memiliki ukuran yang kecil dan tak kasat mata yang hanya dapat dilihat
dengan alat bantu mikroskop. Beberapa jenis jamur ada yang bersifat eadibel atau
dapat dikonsumsi bahkan ada yang dijadikan obat namun juga ada yang berbahaya dan
bersifat racun (Darwis, dkk,2011:1)
Jamur adalah sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang
mencerna makanannya di luar tubuh kemudian menyerap molekul nutrisi kedalam sel-
selnya, maka jamur tidak tergolong dalam kingdom plantae, akan tetapi membentuk
dunia jamur atau yg disebut regnum Fungi. Jamur atau fungi memiliki peranan penting
pada ekosisitem, jamur mampu menguraikan bahan-bahan organik seperti misalnya
lignin, protein, selulosa,hemiselulosa, serta senyawa pati dengan dibantu oleh enzim
menjadikan bahan organik tersebut dapat diserap dan digunakan untuk pertumbuhan
dan perkembangan makhluk hidup lain (Hasanudin,2014:39).
5.1 Ciri-ciri jamur
Menurut John (Gandjar:2006:15) sebagian besar jamur tumbuh sebagai filamen
tubular yang disebut juga dengan Hifa. Sekelompok Hifa yang terjalin disebut
misellium. Jamur tidak memiliki klorofil sehingga bersifat heterofitik, jamur
memperoleh makan dengan cara menyerap molekul makanan dari alam. Makanan
jamur berasal dari sumber seperti tanah yang subur, produk makanan buatan pabrik
serta tubuh tumbuhan ataupun hewan baik yang mati ataupun yang masih hidup. Akan
tetapi jamur lebih sering merusak inangnya. Peranan jamur di dalam ekosistem,
menghancurkan organisme mati dan membebaskan nutriennya agar dapat digunakan
oleh makhluk hidup kembali.
5.2 Struktur Morfologi Jamur
Jika dilihat dari morfologinya, jamur dapat dibedakan menjadi beberapa bagian,
yaitu: rhizoid,stalk, dan pileus. Bagian paling atas jamur disebut tudung, tudung ini
tersusun atas benang-benang tipis yang disebut hifa. Sedangkan pada bagian bawah
tudung terdapat organ yang memiliki stalk (batang), pada bagian batang ini berfungsi
sebagai penopang tudung dari tempat tumbuhnya jamur (Rahmat, 2011:910)
5.3 Reproduksi Jamur
Jamur dapat berkembang biak secara vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual).
Perkembang biakan dengan cara aseksual dapat dilakukan dengan cara fragmentasi
miselium (thalus) atau dengan cara membentuk spora aseksual. Sepora aseksul dapat
terbentuk melalui 2 cara, pada jamur tingkat rendah spora aseksual terbentuk melalui
hasil pembelahan inti yang dilakukan berulang-ulang. Sedangkan jamur tingkat tinggi
terbentuk spora yang disebut dengan konidia. Konidia terbentuk pada ujung
konidiofor, terbentuk dari ujung hifa atau konidi yang telah terbentuk sebelumnya
(Fifendy, 2017:57-58).
Jamur Karakteristik makroskopis dilihat dari ukuran tubuh buah jamur seperti
besar, sedang, atau kecil diperlukan sebagai perbandingan, warna tubuh buah kadang
menjadi ciri utama dalam identifikasi, namun warna tubuh buah dapat berubah,
perubahan warna pada beberapa spesies jamur tubuh buahnya mudah teroksidasi
dengan udara dengan memberikan warna ketika tubuh buahnya memar, patah
ataupun tergores sebagai contoh Boletus akan memberikan warna biru pada bagian
tubuh buahnya (Nurtjahja dan Retno, 2015:3) dan tekstur tubuh buah sangat beragam
tergantung pada spesies, beberapa spesies memiliki tekstur yang lunak sehingga
mudah rusak terhadap goncangan, berair, berpori, rapuh dan karakteristik
jamur dilakukan untuk melihat bentuk spora (lonjong, bulat telur, seperti gelendong).
morfologi hifa serta siklus seksualnya. Klasifikasi dari regnum ini yaitu :
1. ZYGOMYCETES
Jamur ini tergolong jamur benang yang memiliki hifa yang tidak bersepta, sel
vegetatifnya multinukleat, atau disebut juga dengan miselium soenositik. Jamur ini
secara vegetatif mempu memperbanyak diri dengan potongan-potongan hifanya, dan
menghasilkan spora aseksual dalam sporangium (sporangiospor). Zygospora
merupakan hasil dari peleburan gamet-gamaet yang sama besarnya filum didalam
Zygomycota terdiri dari kelas zygomycetes dan trichomycetes yang merupakan
simbion obligat pada arthropoda. Zygomycetes mencakup 3 ordo, yaitu Mucorales,
Entomopthorales, dan Zoopagales (Hidayat,2016:17).
Subardi (2009:72) Jamur ini hidupnya di darat, talusnya bermiselium aseptat
pada jamur muda dan berseptat pada jamur yang lebih tua. Reproduksi seksualnya
dalam kantung yang disebut askus. Askus adalah sel yang membesar, yang di
sekitarnya ascomycetes mikroskopik, hanya sebagian kecil memiliki tubuh buah. Pada
umumnya hifa terdiri dari sel–sel yang berinti. Gambar: Askokarp berbentuk cawan
yang menghancurkan sisa-sisa organik, ada pula yang parasit sehingga dapat
a. Khamir (Saccharomyces)
Kelompok ini tidak membentuk askokarp, tidak terlihat hifa yang jelas seperti
jamur-jamur lainnya. Tubuhnya terdiri dari sel bulat oval dan dapat
bertunas/membentuk kuncup sehingga membentuk rantai sel atau hifa semu.
Khamir dapat melakukan fermentasi berbagai bahan organik, salah satu fermentasi
yang paling umum ialah fermentasi dalam pembentukan alkohol.
b. Penicillium
Jenis jamur ini menyukai habitat yang mengandung gula, seperti pada roti
atau buah yang ranum. Jamur ini tampak berwarna hijau atau kebirubiruan.
Reproduksi aseksual dengan pembentukan konidium dalam rantai pada
konidiofor tegak.
Macam spesiesnya adalah Penicillium notatum,
Penicilium chryzogenum, penghasil anti biotik.
Penicillium camemberti dan Penicillium requoforti
untuk peningkatan kualitas dalam pembuatan keju,
Penicilliun italicum, Penicillium digitatum perusak
buah jeruk
Aspergillus fumigatus penyebab aspergilosis
(penyakit yang berbahaya pada unggas piaraan dan
liar yang menyerang saluran pernapasan). Jamur ini
tumbuh pada kotoran. Sumber: Subardi (2009:74).
4. DEUTEROMYCOTYNA
Deutromycota berasal dari kata Deutero yang artinya kelas kedua atau tidak
sempurna, sedang mykota berarti jamur. Kelompok jamur ini menunjukkan ciri yang
mirip dengan kelompok Ascomycota yakni dengan adanya konidia. Di sisi lain
kelompok ini menunjukkan kedekatan ciri dengan kelompok jamur Zygomycota dan
Basiodiomycota karena kemiripan cara reproduksinya (aseksual), artinya jamur ini
sebenarnyal masih belum diketahui bagaimana reproduksi seksualnya. Jamur ini
bersifat saprofit dan parasit pada organisme lain dan menyebabkan penyakit. Contoh
jamur ini adalah spesies Microsporum, Epidermophyton, dan Trichophyton yang
menyebabkan penyakit kurap. Ada pula jenis Tinea versicolor yang menyebabkan
penyakit panu pada kulit (Rini,2016:24).
Klasifikasi jamur terutama didasarkan pada ciri-ciri spora seksual dan tubuh buah
selama tahap-tahap seksual dalam daur hidupnya. Jamur yang diketahui tingkat
seksualnya disebut jamur perfek (sempurna). Jamur yang belum diketahui tingkat
seksualnya disebut imperfek. Selama belum diketahui tingkat perfeknya digolongkan
pada Fungi imperfecti atau Deuteromycotina.
Subardi (2009:76) Ciri-ciri jamur Deuteromycotina ini antara lain hidup saprofit
maupun parasit, hifa bersekat-sekat, dinding selnya dari zat kitin, kebanyakan
mikroskopis. Beberapa contoh jamur yang belum diketahui reproduksi seksualnya
antara lain:
Suatu proses pembelajaran akan berhasil secara optimal jika terdapat penguatan
proses pembelajaran yang bervariasi yang bermakna dan menyenangkan bagi peserta
didik. Melalui penerapan Problem Based Learning dan Mind mapping ini diharapkan
mampu meningkatan pemahaman konsep siswa, dengan begitu siswa mampu
melaksanakan proses pembelajaran kontekstual dengan cara mengkaitkan masalah di
kehidupan sehari-hari siswa dengan kehidupan nyata. Sehingga materi yang
disampaikan oleh guru pada materi Fungi dapat mudah diterima dan dipahami oleh
siswa, selain itu juga akan memberikan pengalaman dan pembelajaran yang bermakna
bagi siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 3 Kota Jambi yang beralamtkan di Jl. Dr.
Mawardi No.19, Kebun Handil, Kec. Jelutung, Kota Jambi, Jambi pada tahun 2020.
Penelitian ini dilaksanakan dengan cara kolaborasi antara peneliti dengan guru
kelas X. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas X SMAN 3 Kota Jambi. Dalam
penelitian ini, hanya mengambil satu kelas yang memiliki masalah rendahnya
pemahaman konsep belajar siswa, yakni pada kelas X MIPA 6. Pengamatan yang
dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati bagaimana
peningkatan pemahaman konsep siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar pada
materi Fungi dengan menggunakan model Problem Based Learning dan maind
mapping.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kualitatif dimana data
ini diwujudkan dari kata-kata dari pada angka. Jenis data kualitatif memiliki sumber
deskripsi yang berlandasan kokoh dan luas, dan juga memuat penjelasan mengenai
proses yang terjadi dalam lingkungan setempat. Sedangkan sumber data merupakan
sesuatu yang menjadi permasalahan dalam penelitian, lalu kemudian melalui
permasalahan tersebut, sampel penelitian akan dicaritahu lebih mendalam.
Sumber pengumpulan data utama dalam penelitian ini melalui hasil tes
pemahaman konsep, kemampuan memecahkan masalah serta kemampuan untuk
berpikir kritis siswa dalam bentuk data lembar observasi yang diberikan kepada siswa
MIPA kelas X SMAN 3 Kota Jambi. Selain itu untuk menguatkan sumber data juga
dilakukan dokumentasi dari proses pembelajaran berlangsung.
3.4 Teknik Pengumpulan data
Teknik non tes digunakan untuk memperoleh data yang bersifat kualitatif. Teknik
ini dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk menilai sikap,
ketermapilan siswa dan kinerja guru melalui observasi yang diisi oleh peneliti sebagaai
observer. Cara pengisian nilai pada lembar observasi yaitu dengan cara memberikan
cheklist atau mengisi nilai pada kolom skor sesuai dengan kriteria.
2. Teknik tes
Tes merupakan segala bentuk perangkat latihan yang diberikan oleh guru yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa dalam suatu materi
pelajaran. Teknik tes ini digunakan untuk memperoleh data yang bersifat kuantitatif.
Teknik ini dilaksanakan setiap siklus pembelajaran biologi dengan menggunakan model
PBL untuk memperoleh data nilai siswa berupa angka.
Suryabrata (2000: 41) menyatakan bahwa validitas tes pada dasarnya menunjuk
kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atau derajat kecermatan ukurnya sesuatu
tes. Validitas suatu tes mempermasalahkan apakah tes tersebut benar-benar mengukur
apa yang hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh suatu tes mampu
mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur,
akan tergantung dari tingkat validitas tes yang bersangkutan.
() √
Keterangan:
√∑ ∑
Keterangan:
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data secara kualitatif
dan kuantitatif sebagai berikut:
2. Kualitatif
Analisis data secara kualitatif diperlukan untuk menganalisis data yang
menunjukkan dinamika proses yang dilakukan dengan cara memberikan
pemaknaan mendalam dan nyata sesuai dengan permasalaha dalam penelitian,
yaitu berupa data dari kinerja guru, afektif, serta psikomotor siswa. Data kualitatif
ini didapatkan dari data non tes yang berupa observasi terhadap siswa saat proses
pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning dan maind
mapping .
a. Kinerja guru
Nilai kinerja guru (Purwanto,2008:112) diperoleh dengan menggunakan
rumus:
Keterangan:
NK = nilai kinerja yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh
SM = Skor maksimum
100 = bilangan tetap
Tabel. 2 Kategori Kinerja Guru
b. Aktivitas Siswa
Menurut Hidayatullah (2018:53) untuk menentukan aktivitas siswa dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(1) Menentukan presentase per aspek aktivitas siswa, dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Keterangan:
P = presentase
F = Jumlah siswa yang melakukan aktivitas
N = jumlah siswa
3. Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis dan mendeskripsikan tingkat
pemahaman konsep siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang
diajarkan guru. Data ini merupakan data dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada
proses pembelajaran Problem based learning dan mind mapping pada siklus I. Untuk
mengetahui dan mengukur tingkat pemahaman konsep siswa terhadap suatu materi,
siswa diberikan tes, tes ini digunakan untuk memperoleh data hasil pembelajaran. Data
yang diperoleh dari tes ini akan dilakukan perhitungan nilai rata-rata kelas, dengan
rumus:
Keterangan :
= Nilai rata-rata
= Jumlah siswa
3.7 Indikator Capaian Penelitian
Indikator capaian penelitian Tindakan Kelas ini dapat dikatakan berhasil apabila
terbukti adanya peningkatan pemahaman konsep siswa kelas X MIPA 6 SMAN 3
Kota Jambi saat diterapkannya model Problem Based Learning dan Mind mapping
saat pdilakukan proses pembelajaran. Peningkatan pemahaman konsep ini dapat
diketahui melalui hasil tes ataupun angket yang telah diisi responden (siswa), lalui
dihitung dengan cara membandingkan pemahaman konsep siswa sebelum dan
sesudah dilakukannya tindakan didalam kelas, apabila hasil analisis angket
menunjukan rata-rata nilai lebih dari 2,50 maka tindakan dapat dikatakan berhasil.
Selain itu, indikator pemahaman konsep yang dikembangkan oleh
Anderson(Semarabawa,2013:21) yang meliputi menginterpretasi, memberikan
contoh, mengklasifikasikan, merangkum, menduga, membandingkan, dan
menjelaskan.
Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yang terdiri dari siklus I dan Siklus II.
Daur siklus terdiri dari 4 tahapan yang berkesinambungan, yaitu: (1) Perencanaan
(Planning), (2) Pelaksanaan (acting), (3) Pengamatan (Observing), (4) refleksi
(reflecting).
SIKLUS I
1. Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan tindakan berupa persiapan
pembelajaran yang telah disesuaikan dengan masalah yang dihadapi peserta didik di
dalam kelas. Peneliti juga mempersiapkan semua yang diperlukan untuk
menjalankan kegiatan pembelajaran seperti, mempersiapkan penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus, menyusun Lembar Kerja Siswa
(LKS), angket (kuisioner), serta instrumen tes dan instrumen penilaian lainnya.
Gandjar, I, Syamsurijal, 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia:
Jakarta.
Rerung,N.,Iriwi L.S.,& Sri W.W. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik SMA Materi
Usaha dan Energi. Jurnal ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi. 6(1):47-55.
Retnawati, H. 2015. Perbandingan akurasi penggunaan skala likert dan pilihan ganda
untuk mengukur self-regulated learning. Jurnal Kependidikan: Penelitian
Inovasi Pembelajaran, 45(2):156-167.
Siswanto,W., dan Dewi Ariani. 2016. Model Pembelajaran Menulis Cerita. Bandung:
PT Refika Aditama.