Anda di halaman 1dari 5

1.

1 Indikator
1.1.1 Menjelaskan definisi sains menurut para ahli, dan dilihat dari beberapa aspek
1.1.2 Menjelaskan hakikat pembelajaran biologi
1.2 Isi Makalah
1.2.1 Definisi Sains Menurut Para Ahli, dan Dilihat dari Beberapa Aspek
Menurut Surjani (2010) dari sudut bahasa, sains atau Science (Bahasa Inggris) berasal
dari bahasa latin, yaitu dari kata Scientia yang berarti pengetahuan tentang, atau tahu tentang;
pengetahuan, pengertian, faham yang benar dan mendalam. Dalam arti sempit sains adalah
disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences (ilmu fisik) dan life sciences (ilmu biologi).
Termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi,
meteorology, dan fisika, sedangkan life science meliputi biologi (anatomi, fisiologi, zoologi,
sitologi, embriologi, mikrobiologi).
Berbeda dengan pendapat Fisher dalam Nugraha (2008) mendefinisikan sains sebagai
suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang
berdasarkan pada pengamatan dengan penuh ketelitian. Carin dan Sund (1990) dalam
Widowati (2008) mendefinisikan sains sebagai suatu sistem untuk memahami alam semesta
melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol. Disamping itu, sains juga merupakan ilmu
yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga
sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (BSNP,
2006).
Trowbridge & Byebee (1986) menggambarkan skema umum ilmu pengetahuan
sebagaimana tergambar dalam Gambar 1:

Gambar 1. Sains sebagai Tubuh Ilmu Pengetahuan


(Trowbridge & Byebee, 1986)
Berdasarkan skema tersebut, Trowbridge & Byebee (1986) mendefinisikan sains
sebagai berikut: Science is a body of knowledge, formed by a process of continuous inquiry,
and encompassing the people who are enganged in the scientific enterprice. Berdasarkan
pada definisi tersebut, karakteristik sains yang khas adalah sains ditempuh melalui berbagai
proses penyelidikan secara berkelanjutan, yang berkontribusi dengan berbagai cara untuk
membentuk sistem yang unik.
Nagel dalam bab pertama dalam buku Philosophy of Science Today dalam Widowati
(2010) karangan Sidney Morgenbesser mengemukakan sains dapat dilihat dalam tiga aspek,
yaitu:
1. Aspek tujuan, sains adalah sebagai alat untuk menguasai alam, dan memberi sumbangan
kepada kesejahteraan manusia. Sebagai contoh: berbagai keuntungan yang didapat dari sains
dan teknologinya di bidangkesehatan dan industri.
2. Aspek pengetahuan yang sistematik, dan tangguh dalam arti merupakan suatu hasil atau
kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa.
3. Aspek metode, metode sains merupakan suatu perangkat aturan-aturan untuk memecahkan
masalah, untuk mendapatkan hukum-hukum ataupun teori-teori dari objek yang diamati.

Sains tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan saja. Cain & Evans dalam
Rustaman, dkk. (2003) menyatakan sains mengandung empat hal, yaitu: konten atau produk,
proses atau metode, sikap dan teknologi. Jika sains mengandung empat hal tersebut, maka
ketika belajar sains pun siswa perlu mengalami keempat hal tersebut. Dalam pembelajaran
sains, siswa tidak hanya belajar produk saja, tetapi juga harus belajar aspek proses, sikap, dan
teknologi agar siswa dapat benar-benar memahami sains secara utuh.
1.2.2

Hakikat Pembelajaran Biologi


Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta
didik menjadi kompetensi (Sagala, 2011). Komponen-komponen pembelajaran yaitu guru, isi
atau materi pembelajaran, dan siswa. Interaksi antara tiga komponen utama melibatkan
metode pembelajaran, media pembelajaran, dan penataan lingkungan tempat belajar,
sehingga tercipta situasi pembelajaran yang memungkinkan terciptanya tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya (Sumiati & Asra, 2009).
Biologi merupakan ilmu yang mengkaji objek dan persolaan gejala alam. Semua
benda dan gejala alam merupakan objek kajian dalam biologi. Biologi merupakan salah satu
ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan kehidupannya dari berbagai aspek
persoalan dan tingkat organisasinya (Sudjoko, 2001). Ditinjau dari aspek materinya, biologi
memiliki karakteristik materi spesifik yang berbeda dengan bidang ilmu lain. Biologi
mengkaji tentang makhluk hidup, lingkungan dan hubungan antara keduanya. Materi biologi
tidak hanya berhubungan dengan fakta-fakta ilmiah tentang fenomena alam yang konkret,
tetap

i juga berkaitan dengan hal-hal atau obyek yang abstrak seperti proses-proses

metabolisme kimiawi dalam tubuh, sistem hormonal, sistem koordinasi, dan lain-lain. Sifat
obyek materi yang dipelajari dalam biologi sangat beragam, baik ditinjau dari ukuran yaitu
makroskopis dan mikroskopis seperti bakteri, virus, DNA; keterjangkauannya seperti
ekosistem kutub, padang pasir, tundra, dan sebagainya; keamanannya (bakteri/virus yang
bersifat patogen); bahasa (penggunaan bahasa latin dalam nama ilmiah), dan sebagainya.
Dengan demikian untuk merancang pembelajaran biologi diperlukan berbagai alat dukung
seperti penggunaan media pembelajaran, sarana laboratorium, dan lain-lain (Rustaman,
2011).
Hakikat pembelajaran biologi mengandung beberapa unsur yaitu scientific processes,
scientific products, scientific attitudes. Scientific processes identik pada proses kegiatan

ilmiah yang mengembangkan keterampilan proses sains yang dilakukan oleh peserta didik
melalui berbagai aktivitas seperti: mengamati, menganalisa, melakukan percobaan untuk
menemukan sendiri konsep-konsep sebagai produk sains ilmiah. Biologi sebagai bagian
integral dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), memberikan berbagai pengalaman belajar dan
keterampilan proses sains untuk memahami konsep yang berkaitan dengan kehidupan
makhluk hidup. Scientific products identik pada produk ilmiah berupa konsep materi biologi
yang dapat dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan proses ilmiah. Scientific attitudes
identik dengan sikap ilmiah seperti: kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan, keterbukaan
dalam menerima pendapat orang lain, ketelitian, dll. Scientific attitudes diperoleh siswa
setelah melakukan kegiatan proses ilmiah dan kemudian diterapkan sehingga membentuk
karakter kepribadian siswa (Carin dan Sund, 1990).
Pembelajaran biologi pada hakikatnya merupakan suatu proses untuk menghantarkan
siswa ke tujuan belajarnya, dan biologi itu sendiri berperan sebagai alat untuk mencapai
tujuan tersebut, sehingga konsekuensinya dalam pembelajaran hendaknya memberi pelajaran
kepada subyek belajar untuk melakukan interaksi dengan obyek belajar secara mandiri,
sehingga dapat mengeksplorasi dan menemukan konsep. Pembelajaran biologi menekankan
adanya interaksi antara subyek dan objek yang dipelajari (Suratsih, 2010). Pembelajaran
biologi di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta proses pengembangan lebih lanjut dalam
penerapannya di kehidupan sehari-hari. Penting sekali bagi setiap guru memahami sebaikbaiknya tentang proses belajar siswa, agar dapat memberikan bimbingan dan menyediakan
lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa (Hamalik, 2010).
1.3 Kesimpulan
1. Dari definisi menurut berbagai para ahli dapat disimpulkan bahwa sains merupakan
bagian tubuh dari pengetahuan yang di dapatkan dengan proses penemuan dengan cara
berpikir, yang dihasilkan dari keingintahuan.
2. Hakikat pembelajaran biologi merupakan suatu proses untuk menghantarkan siswa ke
tujuan belajarnya, dan biologi itu sendiri berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan
tersebut sehingga subyek belajar melakukan interaksi dengan obyek belajar secara
mandiri untuk menemukan konsep.

Daftar Pustaka
Ali Nugraha. 2008. Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini. Bandung:
JILSI Foundation.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Standat Isi Pengetahuan Alam SD/MI.
Jakarta : Depdiknas.
Carin & Sund. 1990. Teaching Science Through Discovery. New York: Merrill Publishing
Company
Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rustaman, Nuryani Y dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Jakarta: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Rustaman, N. Y. 2011. Pendidikan dan Penelitian Sains Dalam Mengembangkan
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Untuk Pembangunan Karakter. Makalah
Seminar Nasional VIII P.Biologi FKIP UNS.
Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sudjoko. 2001. Membantu Siswa Belajar IPA. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Sumiati & Asra, M. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Suratsih. 2010. Penelitian Unggulan Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis
Potensi Lokal dalam Kerangka Implementasi KTSP SMA di Yogyakarta. Yogyakarta:
UNY.
Trowbridge, L.W. & Bybee, R. W. 1990. Becoming A Secondary School Science Teacher 5
the ed. Columbus : Merril Publishing Company.
Widowati, Asri. 2008. Diktat Pendidikan Sains. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Wonorahardjo, Surjani. 2010. Dasar-Dasar SAINS. Jakarta : Indeks.

Anda mungkin juga menyukai