Anda di halaman 1dari 51

8

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Hakikat Pembelajaran Biologi

Biologi merupakan cabang ilmu pengetahuan alam (IPA). Ilmu sains

berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis,

sehingga pembelajaran bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan

yang berupa fakta – fakta, konsep – konsep atau prinsip – prinsip saja, tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan.

Sudjoko (2001:2) mendefinisikan biologi sebagai ilmu memiliki kekhasan

tersendiri dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang lain. Biologi merupakan salah

satu ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan kehidupannya dari

berbagai aspek persoalan dan tingkat organisasinya. Produk keilmuan biologi

berwujud kumpulan fakta-fakta maupun konsep-konsep sebagai hasil dari proses

keilmuan biologi.

Biologi merupakan suatu ilmu yang membahas mengenai makhluk hidup

dan kehidupannya mulai dari organisme terkecil hingga organisme terbesar,

konsep dari ilmu biologi adalah fakta dan inilah yang membedakan ilmu biologi

dengan ilmu lainnya.

Trianto (2010:141) mengatakan “Biologi adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari gelaja-gelaja melalui yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan

hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas 3 komponen

terpenting beberapa konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara universal.

Menurut Laksmini (dalam Trianto, 2010:138) menyatakan bahwa Biologi

hakikatnya merupakan suatu produk, proses dan aplikasi. Biologi merupakan

8
9

proses yang digunakan untuk mempelajari objek studi, menggunakan dan

mengembangakan produk-produk sains dan sebagai aplikasi teori-teori biologi

akan melahirkan teknologi yang dapat memberikan kemudahan bagi kehidupan.

Secara khusus fungsi dan tujuan berdasarkan kurikulum 2013 adalah sebagai

berikut:

1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2) Mengembangkan keterampilam, sikap dan nilai ilmiah.

3) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara memiliki sains dan

teknologi.

4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan

melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi.

Biologi merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan

cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,

penyimpulan, penyusunan teori dan seterusnya kait-mengkait antara cara yang

satu dengan cara yang lain.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Biologi merupakan

pengetahuan khas dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan

menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan

dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus

disempurnakan. Dalam pembelajaran Biologi mencakup semua materi yang

terkait dengan objek alam serta alam semesta serta proses materi dan sifatnya.

Pembelajaran adalah upaya pendidikan untuk membantu agar siswa

melakukan kegiatan belajar. Dengan kata lain, bawa istilah pembelajaran dapat

diberi arti sebagai kegiatan sistematik dan sengaja dilakukan oleh pendidik untuk
10

membantu peserta didik agar tercapai tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar

terjadi pada diri siswa sebagai akibat dari kegiatan membelajarkan.

Menurut Triatno (2011:17) Pembelajaran merupakan aspek kegiatan

manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat di jelaskan. Pembelajaran

secara simpel dapat di artikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara

pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih komleks

pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk

membelajarkaan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar

lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

Dari defenisi di atas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua

arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi

komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju paadaa suatu target yang

telah di tetapkan sebelumnya.

Menurut Sudjana (dalam Sofan 2013:28) pembelajaran merupakan setiap

upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan

peserta didik melakukan belajar.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk

menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem

lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan

belajar secara efektif dan efesien dengan hasil optimal.

Mata pelajaran yang berkaitan tentang kehidupan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga pembelajaran bukan hanya sebagai

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau


11

prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan merupakan

defenisi biologi. Jadi pembelajaran biologi di sekolah menengah diharapkan dapat

meningkatkan kompetensi siswa baik dalam pengetahuan (kognitif), keterampilan

(psikomotorik) dan juga sikap (afektif).

Laksmini (dalam Trianto, 2010: 138) menyatakan bahwa biologi hakikatnya

merupakan suatu produk, proses dan aplikasi. Biologi merupakan proses yang

digunakan untuk mempelajari objek studi, menggunakan dan mengembangkan

produk-produk sains dan sebagai aplikasi teori-teori biologi yang melahirkan

teknologi yang dapat memberikan kemudahan bagi kehidupan.

Objek studi biologi tidak hanya mengenai teori-teori biologi yang dilakukan

dengan pengamatan, tetapi juga dapat dilakukan dengan eksperimen untuk

menghasilkan produk-produk sains sebagai aplikasi dari teori – teori tersebut.

Dengan adanya teknologi, pengembangan produk – produk sains dapat dengan

mudah dilaksanakan dalam kehidupan sehingga dengan ilmu biologi manusia

mampu melahirkan temuan – temuan baru.

Trianto (2010:138) menyatakan secara khusus fungsi tujuan IPA

berdasarkan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:

1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

2) Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah

3) Mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang memiliki sains dan

teknologi

4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan

pendidikan kejenjang lebih tinggi.


12

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat Biologi semata-

mata tidaklah pada dimensi pengetahuan (keilmuan), tetapi lebih dari itu, Biologi

lebih menekankan pada dimensi nilai ukhwani, dimana dengan memperhatikan

keteraturan dialam semesta. Akan semakin meningkatkan keyakinan akan adanya

sebuah kekuatan yang maha dahsyat yang tidak dapat dibantah lagi, yaitu Allah

SWT.

Biologi menurut Sudjoko (2001: 2) adalah ilmu yang memiliki kekhasan

tersendiri dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang lain. Biologi merupakan salah

satu ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan kehidupannya dari

berbagai aspek persoalan dan tingkat organisasinya. Produk keilmuan biologi

berwujud kumpulan fakta-fakta maupun konsep-konsep sebagai hasil dari proses

keilmuan biologi.

Biologi mempelajari kehidupan dan organisme hidup, termasuk struktur,

fungsi, pertumbuhan, evolusi, persebaran dan taksonominya. Biologi dibangun

atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah. Biologi dapat berwujud

kumpulan fakta-fakta maupun konsep-konsep sebagai hasil dari proses keilmuan

biologi. Selain itu biologi dipandang sebagai proses yang diartikan sebagai

kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan untuk menemukan

pengetahuan baru.

Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa biologi merupakan

ilmu alam yang berkaitan tentang fakta-fakta, konsep-konsep ataupun prinsip-

prinsip yang berkaitan tentang kehidupan. Ilmu biologi dapat digunakan untuk

mengembangkan produk-produk sains, dan mengembangkam teori-teori yang


13

sudah ada sebelumnya untuk menyempurnakan pengetahuan dan menemukan

pengetahuan baru.

Pembelajaran biologi merupakan pembelajaran yang menuntut penguasaan

pengetahuan, cara kerja serta keterampilan yang melibatkan berbagai bidang

pengetahuan pada siswa. Proses pembelajaran yang menjadi persoalan utama

adalah adanya proses belajar pada siswa yakni proses berubahnya tingkah laku

melalui berbagai pengalaman – pengalaman yang dimiliki oleh siswa.

Menurut Suhardi (2007 : 4) menyatakan bahwa pembelajaran biologi

merupakan sistem pembelajaran yang merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan

dari empat komponen pembelajaran yang berupa peserta didik, masukan

instrument, lingkungan dan hasil keluaran. Pembelajaran biologi merupakan

pelajaran yang mempelajari objek dan persoalan gejala alam dan kejadian-

kejadian alam yang berupa hal-hal yang dipelajari dalam biologi.

Pembelajaran biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara

langsung karena itu siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah

keterampilan proses agar mereka menjelajahi dan memahami alam sekitar.

Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh indra,

mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan,

menafsirkan data, dan mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam,

menggali dan memilih informasi factual yang relevan untuk menguji gagasan atau

memecahkan masalah sehari-hari.

Depdiknas (2003: 2) menjelaskan bahwa hakikat dan tujuan pembelajaran

IPA diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut :


14

1) Kesadaran akan keindahan keteraturan alam untuk meningkatkan

keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep,

fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan

antara sains dan teknologi.

3) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan,

memecahkan masalah dan melakukan observasi.

4) Sikap ilmiah, antara lain skeptic, kritis, sensitive ,objektif, jujur,

terbuka, benar, dan dapat bekerja sama.

5) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan

deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk

menjelaskan berbagai peristiwa alam.

6) Apersiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan

keteraturan perilaku alam serta penerapan dalam teknologi. sumber

informasi dengan efektif, bagaimana siswa

2. Aktivitas Belajar

a. Pengertian Aktivitas Belajar

Dalam dinamika kehidupan manusia, maka berpikir dan berbuat sebagai

suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Begitu juga dalam proses belajar

mengajar tidak mungkin meninggalkan dua kegiatan tersebut berpikir dan berbuat.

Ini menunjukkan bahwa dalam proses belajar mengajar sangat memerlukan

kegiatan berpikir dan berbuat (beraktivitas).

Menurut Sardiman (dalam Saminanto, 2010:97), yang dimaksud aktivitas

belajar adalah keaktifan yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan
15

pembelajaran, kedua aktivitas tersebut harus saling menunjang agar diperoleh

hasil yang maksimal. Aktivitas belajar adalah sebagai bentuk keaktifan yang

dilakukan oleh siswa dalam kegiatan belajar yang bersifat fisik maupun mental.

Menurut Gie (dalam Florensiana, 2011:18), Aktivitas belajar adalah segenap

rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang

mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau

kemahiran yang sifatnya tergantung pada banyaknya perubahan. Aktivitas belajar

itu merupakan kemampuan seseorang mengimplementasi pengetahuan yang

dimiliki sehingga ia dapat melakukan aktivitas atau kegiatan yang berhubungan

dengan pengetahuan yang ia miliki.

Menurut Montesari (dalam Sardiman, 2003) aktivitas belajar siswa sangat

berpengerahuh terhadap pendidikan siswa. Pendidikan akan berperan sebagai

pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak-anak didiknya.

Pernyataan Montesari memberikan petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan

aktivitas dalam penbentukan diri adalah anak itu sendiri, sedangkan pendidik

memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat

oleh anak didik.

Dari pengertian yang disampaikan para ahli tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan

pembelajaran yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Hal ini berarti

yang lebih banyak melakukan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran adalah siswa

itu sendiri, sedangkan pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala

kegiatan yang akan diperbuat oleh siswa. setiap siswa yang belajar harus aktif

sendiri, tanpa ada aktivitas maka proses belajar mengajar tidak mungkin
16

berlangsung dengan baik dan efektif. Diharapkan siswa dapat membangun

pengetahuannya sendiri tentang konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

dengan bantuan guru.

Dalam belajar, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari suatu

situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka

belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas

belajar apa yang dilakukan kemudian. Setiap situasi di manapun dan kapanpun

memberikan kesempatan belajar kepada seseorang. Oleh karena itulah, berikut ini

dibahas beberapa aktivitas belajar, sebagai berikut.

1) Mendengarkan

Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang

belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan.

2) Memandang

Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas

memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang

itu matalah yang memegang peranan penting. Dalam pendidikan,

aktivitas memandang termasuk dalam kategori aktivitas belajar.

3) Meraba, Membau, dan Mencicipi/Mengecap

Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia yang

dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar. Artinya aktivitas

meraba, membau, dan mengecap dapat memberikan kesempatan bagi

seseorang untuk belajar.

4) Menulis atau Mencatat


17

Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari

aktivitas belajar.

5) Membaca

Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan

selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi.

6) Membuat Ikhtisar atau Ringkasan dan Menggarisbawahi

Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena

menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau

ringkasan ini memang dapat membantu dalam hal mengingat atau

mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan

datang.

7) Mengamati Tabel-Tabel, Diagram-Diagram dan Bagan-Bagan

Dalam buku ataupun di lingkungan lain sering dijumpai table-tabel,

diagram, ataupun bagan-bagan. Materi non-verbal semacam ini sangat

berguna bagi seseorang dalam mempelajari materi yang relevan.

Demikian pula gambar-gambar, peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi

bahan ilustratif yang membantu pemahaman seseorang tentang sesuatu

hal.

8) Menyusun Paper atau Kertas Kerja

Dalam menyusun paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus

metodologis dan sistematis.

9) Mengingat
18

Mengingat adalah salah satu aktivitas. Ingatan adalah kemampuan jiwa

untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan

menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau.

10) Berpikir

Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang

memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang meniadi tahu

tentang hubungan antara sesuatu. Berpikir bukanlah sembarang

berpikir, tetapi ada taraf tertentu, dari taraf berpikir yang rendah sampai

taraf berpikir yang tinggi.

11) Latihan atau Praktek

Learning by doing adalah konsep belajar yang menghendaki adanya

penyatuan usaha mendapatkan kesan-kesan dengan cara berbuat.

b. Nilai Aktivitas dalam Pembelajaran

Hamalik (2005:175) juga menjelaskan nilai aktivitas dalam pembelajaran,

yaitu :

1) Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami

sendiri.

2) Beraktivitas sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa

secara integral.

3) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa.

4) Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.

5) Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi

demokratis.
19

6) Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan orang

tua dengan guru.

7) Pembelajaran dilaksanankan secara konkret sehingga mengembangkan

pemahaman berfikir kritis serta menghindari verbalitas.

8) Pembelajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam

kehidupan di masyarakat.

Aktivitas pembelajaran kemandirian agar dapat berhasil memerlukan

keaktifan siswa dalam beraktivitas baik secara personal maupun secara kelompok.

Selain itu juga dibutuhkan kedisiplinan, pemahaman berfikir kritis, minat dan

kemampuan sendiri. Dalam beraktivitas pembelajaran juga memerlukan hubungan

erat antara sekolah dengan masyarakat, orang tua dengan guru.

c. Mengukur Aktivitas

Untuk dapat mengukur aktifitas siswa dalam pembelajaran, perlu kiranya

bagi kita mengetahui terlebih dahulu komponen-komponen aktifitas dan

menentukan indikatornya terlebih dahulu. Tentunya dari uraian tentang pengertian

aktifitas di atas, dapat disimpulkan yang dimaksudkan aktivitas belajar adalah

respon atau keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional, maupun

intelektual dalam setiap proses pembelajaran, meliputi:

1) Aktivitas siswa dalam mempersiapkan diri sebelum mengikuti proses

pembelajaran,

2) Aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran di kelas,

3) Aktivitas siswa dalam evaluasi dan pemantapan pembelajaran yang

dilakukan setelah mengikuti proses pembelajaran di kelas.


20

Dengan demikian yang dimaksud dengan aktivitas belajar, adalah

keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam

kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan

memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Dengan mengacu pada karakteristik

aktivitas belajar, yaitu respon atau keterlibatan siswa baik secara fisik, mental,

emosional, maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran, dapat

disimpulkan bahwa Ada aktivitas belajar siswa, dapat dilakukan dengan

mengidentifikasi aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran di kelas.

Identifikasi tersebut dapat dilakukan dengan melihat dimensi-dimensi yang

merupakan indikator dari aktivitas belajar siswa selama mengikuti proses

pembelajaran di kelas, yaitu keterampilan berpikir kompleks, memproses

informasi, berkomunikasi efektif, bekerja sama, berkolaborasi, dan berdaya nalar

yang efektif.

d. Dimensi Aktivitas Belajar

Masing-masing dimensi aktivitas belajar siswa dapat diuraikan sebagai

berikut:

1) Berpikir kompleks, artinya bagaimana siswa menggunakan berbagai

strategi berfikir kompleks dengan efektif dan menerjemahkan suatu

tugas menjadi langkah kerja dengan tujuan yang jelas. Termasuk di

dalamnya tentang tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk

menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan;

2) Memproses informasi, artinya bagaimana siswa menggunakan berbagai

strategi teknik pengumpulan informasi dan berbagai


21

menginterpretasikan dan mensintesiskan informasi dengan efektif,

bagaimana siswa mengevaluasi informasi dengan tepat dan bagaimana

siswa mengidentifikasi kemungkinan perolehan manfaat tambahan dari

informasi; Berkomunikasi efektif, artinya bagaimana siswa

menyatakan/ menyampaikan ide dengan jelas, bagaimana siswa secara

efektif dapat mengomunikasikan ide dengan orang/siswa lain dengan

berbagai cara untuk berbagai tujuan, bagaimana siswa menghasilkan

hasil karya yang berkualitas; bagaimana keterlibatan siswa dalam

melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan,

berusaha memecahkan masalah yang diajukan atau yang timbul selama

proses pembelajaran berlangsung. Termasuk di dalamnya adalah

terjadinya interaksi yang multi arah, baik antara siswa dengan siswa

atau antara guru dengan siswa. Interaksi ini juga ditandai dengan

keterlibatan semua siswa secara merata, artinya pembelajaran atau

proses tanya jawab tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu;

3) Bekerja sama atau berkolaborasi, artinya apakah siswa berusaha untuk

mencapai tujuan kelompok, apakah siswa menggunakan keterampilan

interpersonal dengan efektif, apakah siswa berusaha untuk memelihara

kekompakan kelompok, apakah siswa menunjukkan kemampuan untuk

berperan dalam berbagai peran secara efektif; apakah pengalaman

nyata, seperti merasakan, meraba, mengoperasikan, melakukan sendiri,

dan lain sebagainya bisa dilakukan dalam bentuk kerja sama dan

interaksi dalam kelompok; dan apakah siswa memiliki keinginan untuk

menciptakan iklim belajar yang kondusif;


22

4) Berdaya nalar yang efektif, artinya apakah siswa mengerti akan pola

pikirnya sendiri, apakah siswa membuat rencana yang efektif, apakah

siswa mencari, membuat dan menggunakan sumber-sumber yang

diperlukan, dan apakah siswa sangat peka terhadap umpan balik.

Termasuk apakah siswa tepat dan selalu berusaha agar tepat, apakah

siswa jelas dan akan selalu berusaha agar jelas, apakah siswa berpikir

terbuka, apakah siswa menahan diri agar tidak impulsif, apakah siswa

memperlihatkan prinsip/warna jika memang diperlukan, apakah siswa

peka terhadap perasaan dan tingkat pengetahuan orang lain, apakah

siswa tetap melaksanakan tugas walaupun hasilnya belum jelas benar,

apakah siswa berusaha sekuat tenaga dan semampunya, apakah siswa

selalu mempunyai (dan berusaha mencapai) standar yang ideal yang

ditetapkan untuk dirinya, dan apakah siswa mempunyai cara-cara untuk

melihat situasi dari perspektif lain selain yang ada.

3. Pengelolaan Pembelajaran

a. Pengertian Pengelolaan Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan

yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu  dan 

pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan  sikap  dan 

kepercayaan  pada peserta didik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat

seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapan pun.

Pengelolaan adalah suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan

oleh sekelompok untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan


23

tertentu. Pengelolaan pembelajaran adalah proses untuk mencapai tujuan

pembelajaran diperlukan proses panjang yang dimulai dengan perencanaan,

pengorganisasian dan penilaian.

Menurut Sanjaya (2009:12) “Pengelolaan pembelajaran adalah sebuah

kegiatan untuk mengendalikan aktivitas pembelajaran berdasarkan konsep dan

prinsip pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Pengelolaan

pembelajaran diawali dengan penetuan strategi dan perencanaan proses, dan

diakhiri dengan penilaian”.

Pengelolaan pengajaran pada hakikatnya mengacu pada suatu upaya

mengatur/mengendalikan/memanajemen aktivitas pengajaran berdasarkan konsep-

konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk menyukseskan tujuan pengajaran

sehingga tercapai lebih efektif, efisien, dan produktif yang diawali dengan

penentuan strategi, dan perencanaan, diakhiri dengan penilaian.

b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Pembelajaran

Nawawi (1989:64) menjelaskan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi

pengelolaan pembelajaran:

1) Faktor kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada

siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran

agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran

itu. Jelaslah bahan pelajaran mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum

yang kurang baik berpengaruh terhadap belajar. Kurikulum yang tidak

baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan

siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa. Perlu
24

diingat bahwa sistem intruksional sekarang menghendaki proses

belajar-mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu

mendalami siswa dengan baik, harus memiliki perencanaan yang

mendetail, agar dapat melayani siswa belajar secara individual.

Kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanaan

yang demikian.

2) Metode Mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam

mengajar. Mengajar itu sendiri menurut ing. S. Ulih Bukit Karo Karo

adalah menyajikan bahan peljaran oleh orang kepada orang lain agar

orang itu menerima, menguasai dan mengembangkannya. Di dalam

lembaga pendidikan, orang lain yang disebut di atas adalah sebagai

murid/siswa atau mahasiswa, yang dalam proses belajar dapat

menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran

itu, maka cara-cara mengajar serta cara belajar haruslah setepat-

tepatnya serta seefektif mungkin.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa metode mengajar itu

mempengaruhi belajar. Metode belajar guru yang kurang baik akan

mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar

yang kurang baik dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan

dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru menyajikanya

tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata

pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa tidak senang terhadap

pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk mempelajarinya


25

3) Faktor relasi guru dengan siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses

tersebut juga dipengaruhi oleh lerasi yang ada dalam proses itu sendiri.

Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya. Di dalam relasi

(guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya juga

akan menyukai mata pelajaran yang diberikan sehi ngga siswa berusaha

mempelajarinya dengan sebaik baiknya.

4) Faktor relasi siswa dengan siswa

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijak sana tidak akan

melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara

tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina bahkan hubungan masing-masing

siswa tidak tampak.

Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang tidak

menyenangkan teman lain, mkempunyai rasa rendah diri atau sedang

mengalami tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya

mangkin parah masalahnya dan akan terganggu pelajarannya.

Akibatnya malas masuk sekolah dengan berbagai alasan disebabkan di

sekolah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman-

temanya.

5) Disiplin Sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam

sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup

kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib,

disiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan


26

kebersihan, keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain,

kedisiplinan Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta

siswa-siswanya, dan kedisiplinan tim dalam pelayananya kepada siswa.

Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan

disiplin mebuat siswa menjadi disiplin pula, selain itu juga memberi

pengaruh positif terhadap pelajaranya, banyak sekolah yang dalam

pelaksanaan disiplin kurang, sehingga mempengaruhi sikap siswa

dalam belajar, kurang bertanggung jawab, karena bila tidak

melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi. Dengan demikian agar siswa

belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah,

di rumah dan diperpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta

staf yang lain disiplin pula.

6) Alat pelajaran

Alat pelajaran erat hubunganya dengan cara belajar siswa, karena alat

pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar yang dipakai

pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat peljaran

yang lengkap dan tepat yang akan mempelancar penerimaan bahan

pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa sudah menerima

pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya lebih giat dan lebih maju.

Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah perlu agar

guru dapat mengajar dengan baik serta dapat belajar dengan baik pula.

7) Waktu Sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di

sekolah, pagi, siang, sore dan malam. Waktu sekolah juga


27

mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah

pada sore hari, sebenarnya kurang dapat di pertanggungjawabkan. Di

mana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, sehingga

mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya.

8) Standar pelajaran di atas ukuran

Guru berpendirian mempertahankan wibawanya, perlu memberi

pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang

mampu dan takut kepada guru, bila banyak siswa yang tidak berhasil

dalam mempelajari mata pelajaran, guru semacam itu merasa senag,

Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis

dan kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh

terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuia dengan

kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah

terumuskan dapat tercapai.

9) Faktor kehidupan lingkungan sekitar

Kehidupan masyarakat sekitar adalah perlu untuk mengusahakan

lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang positif

terhadap anak/siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya.

Tempat belajar hendaknya tenag, jangan diganggu oleh perangsang-

perangsang dari sekitar . untuk belajar diperlukan konsentrasi pikiran,

jangan sampai belajar sambil mendengarkan. Akan tetapi keadaan yang

terlampau menyenangkan seperti kursi yang empuk dapat merugikan.

Sebelum belajar harus disediakan segala sesuatu yang diperlukan.

Buku-buku, buku tulis, kertas, pensil dan lain-lain harus tersedia rapi,
28

hingga pelajaran tidak terputus karena mencari-cari buku atau

meruncingkan pensil, dan lain-lain.

10) Faktor guru

Guru adalah pelaksana utama penerapan pembelajaran tuntas yang

meliputi: Pertama, penepatan tujaun pembelajaran, Hal-hal; yang harus

diperhatikan dalam menetapkan tujuan pembelajaran adalah:

a) Keterkaitan dengan kondisi yang ada dan standar kompetensi yang

harus dicapai.

b) Kandungan tugas-tugas yang berkaitan dengan fakta, konsep,

prosedur, aturan atau prinsip.

c) Urutan pencapaian kompetensi dan urusan indikatornya.

d) Modul-modul yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan.

Kedua, pengorganisasian pembelajaran. Ciri pengorganisasian

pembelajaran dalam belajar tuntas adalah:

a) Guru melkukan siklus pembelajaran mulai dari persiapan,

presentasi, interaksi dan refleksi dengan pendekatan pedagogis

b) Menetapkan sasaran pembelajaran, memperkirakan waktu dan

menginformasikan prasyarat keterampilan serta memonitor

pemahaman siswa.

c) Melakukan proses pembelajaran. Adapun proses pembelajaran

tersebut mencakup: (a) pembelajaran yang mengacu pada tujuan

pembelajaran yang dibaca dari lingkup dan urutan pembelajaran

yang ada pada kurikulum, (b) menggunakan aktivitas-aktivitas

yang sesuai dengan tujuan atau sasaran pembelajaran, (c)


29

memberikan umpan balik yang humanis dan akademis dengan

segera, (d) memaksimalkan prilaku dalam bertugas dan

menggunakan waktu dengan efektif, (e) menerapkan berbagai

alternatif strategi belajar mengajar, (f) menetapkan acuan patokan

untuk tes formatif, (g) menyiapkan pembelajaran remedial, tes

ulang, dan kunci jawaban, serta (h) menyediakan glosari untuk

istilah teknis, akronim, kepanjangan istilah.

Ketiga, melakukan evaluasi, dalam evaluasi perlu diperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

a) Menyiapkan kisi-kisi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan

materi ajar.

b) Menyiapkan jenis-jenis pengukuran melalui tes formatif, tes

sumatif, dan non tes.

c) Reliabilitas dan validitas tes.

Penilaian dilakukan untuk menentukan apakah peserta didik telah

berhasil menguasi suatu kompetensi mengacu ke indikator-indikator

yang telah ditentukan. Tidak semua indikator harus dinilai guru.

Sekolah menetapkanminimal 75% indikator-indikator yang dianggap

sangat penting dan mewakili masing-masing kompetensi dasar dan

hasil belajarnya untuk dinilai. Untuk mengumpulkan informasi apakah

suatu indikator telah tampil pada diri peserta didik dilakukan penilaian

sewaktu pembeljaran berlangsung atau setelah pembelajaran.

11) Faktor peserta didik


30

Peserta didik dalam belajar tuntas harus memiliki sikap mandiri.

Ketahanan fisik dan mental dalam belajar, semangat mencari ilmu

yang tinggi, bersungguh-sungguh dalam belajar, dapat belajar secara

mandiri, dan memiliki sifat proaktif dan mudah berkomunikasi dengan

yang lain untuk mendapatkan ilmu

Jadi, faktor guru dan peserta didik sangatlah berpengaruh pada

ketuntasan hasil belajar, karena guru sebagi pelaksana utama

penerapan pembelajaran tuntas dan peserta didik sebagai subjek dan

objek pendidikan.

12) Kegiatan Pengajaran

Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara

guru dengan anak didik dengan bahan perantaranya. Guru yang

mengajar, anak didik yang belajar. Maka guru adalah orang yang

menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik.

Strategi penggunaan metode mengajar amat menentukan kualitas hasil

belajar mengajar.

13) Bahan dan alat evaluasi

Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di daam kurikulum

yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan.

Biasanya bahan pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buu paket

untuk dikonsumsi oleh anak didik.  Guru yang membuat perencanaan

yang sistematis dan penggunaan alat evaluasi.

14) Suasana Evaluasi


31

Pelaksanaan evaluasi biasanya dilakukan dalam kelas masing-masing.

Selama pelaksanaan evaluasi, selama itu juga seorang pengawas

mengamati semua sikap, gerak gerik yang dilakukan oleh anak didik

4. Berfikir Kritis

a. Pengertian Berfikir Kritis

Setiap manusia telah dikaruniai potensi untuk berfikir. Melalui pembinaan

yang tepat, pendidikan, pembelajaran, dan pengamatan yang baik, kemampuan

berfikir manusia juga akan dapat berkembang dengan baik. Salah satu berfikir

yang menuntut kemampuan berfikir tingkat tinggi adalah berfikir ktitis, karena

dalam berfikir kritis siswa dituntut untuk berfikir secara beralasan dan reflektif

dengan menggunakan penalarannya serta membuat keputusan tentang apa yang

harus dilakukan. Sehingga berfikir kritis itu berbeda dari berfikir biasa.

Cottrell (2005: 1) mengemukakan bahwa “Critical thinking is a cognitive

activity, associated with using the mind” yang artinya berpikir kritis merupakan

aktifitas kognitif, yaitu berhubungan dengan penggunaan pikiran. Berdasarkan

dimensi kognitif Bloom, kemampuan berpikir kritis menempati bagian dimensi

analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Tampak bahwa dimensi-dimensi ini

diambil dari sistem taksonomi Bloom yang lama. Jika dicocokkan dengan

taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson & Krathwohl (2010), maka

kemampuan berpikir kritis menempati bagian dimensi analisis (C4), dan evaluasi

(C5), karena pada versi revisi, dimensi sintesis diintegrasikan ke dalam dimensi

analisis.
32

Berfikir kritis merupakan kemampuan dan kecenderungan untuk membuat,

dan menilai, kesimpulan berdasarkan bukti. Meningkatkan kemampuan berfikir

kritis merupakan tujuan utama yang diberikan kepada siswa yaitu suatu pola

pemikiran yang menekankan pengajuan pertanyaan, mengembangkan hipotesis

untuk menjawab pertanyaan, dan menguji hipotesis dengan data..

Menurut Iskandar (2009: 86-87) Kemampaun berpikir merupakan kegiatan

penalaran yang reflektif, kritis, dan kreatif, yang berorientasi pada suatu   proses

intelektual yang melibatkan pembentukan konsep (conceptualizing), aplikasi,

analisis, menilai informasi yang terkumpul (sintesis) atau dihasilkan melalui

pengamatan, pengalaman, refleksi, komunikasi sebagai landasan kepada suatu

keyakinan (kepercayaan) dan tindakan.

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa berpikir kritis merupakan suatu

kegiatan atau suatu proses menganalisis, menjelaskan, mengembangkan atau

menyeleksi ide, mencakup mengkategorisasikan, membandingkan dan

melawankan (contrasting), menguji argumentasi dan asumsi, menyelesaikan dan

mengevaluasi kesimpulan induksi dan deduksi, menentukan prioritas dan

membuat pilihan.

Menurut Edward ( dalam Fisher, 2008:3) berpikir kritis adalah: (1) suatu

sikap mau berfikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang

berada dalam jamgkauan pengalaman seseorang; (2) pengetahuan tentang metode-

metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan (3) semacam suatu

keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berfikir kritis menuntut

upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif


33

berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang

diakibatkannya.

Elaine Johnson (2002: 183) berpikir kritis merupakan sebuah proses yang

terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan

masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan

penelitian ilmiah.

Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang

terorganisasi. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara

sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain. Selanjutnya berpikir

kritis adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik,

membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan

mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berfikir kritis

merupakan suatu pemahaman mengenai perkembangan kemampuan berfikir kritis

yang melukiskan tingkat pencapaian siswa sesuai dengan apa yang sudah

diterapkan oleh guru itu sendiri yang dasarnya dapat juga dapat melakukan

evaluasi untuk memperoleh informasi yang digunakan untuk memberikan

penilaian kemampuan berfikir kritis.

b. Ciri – Ciri Berpikir Kritis

Fisher (2009: 7) menyebutkan ciri-ciri kemampuan berpikir kritis sebagai

berikut:

1) Mengenal masalah;

2) Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-

masalah itu;
34

3) Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan;

4) Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan;

5) Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas;

6) Menganalisis data;

7) Menilai fakta dan mengevalusai pernyataan-pernyataan;

8) Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah;

9) Menarik kesimpulan-kesimpulan  dan  kesamaaan-kesamaan yang

diperlukan;

10) Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang

seseorang ambil;  

11) Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan

pengalaman yang luas;

12) Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas

tertentu dalam kehidupan sehari-hari;

c. Aspek Indikator Berpikir Kritis

Nitko & Brookhart (2011: 236) berpendapat bahwa kemampuan berpikir


kritis paling baik diukur dan dinilai dalam konteks pembelajaran tertentu, bukan
secara umum. Untuk itu, guru yang berkepentingan mengukur kemampuan
berpikir kritis perlu mengejawantahkan indikator-indikator kemampuan berpikir
kritis ke dalam konteks materi pembelajaran yang bersangkutan. Selain itu,
penting pula menghubungkan materi pembelajaran tersebut dengan kondisi
kehidupan keseharian dalam melakukan pengukuran terhadapa kemampuan
berpikir kritis.
Keterampilan berpikir kritis menurut Nitko & Brookhart (2011:234-236)
diidentifikasi menjadi lima kategori, yaitu: a) Klarifikasi dasar, b) dukungan
dasar, c) menyimpulkan, d) klarifikasi tingkat lanjut, e) strategi dan taktik. Dalam
35

penelitian pengembangan ini, indikator berpikir kritis yang diteliti terdapat pada
Tabel 1
Tabel 1. Aspek Kemampuan Berpikir Kritis
Kategori Indikator Contoh indikator soal
Melakukan 1. Fokus pada Disajikan sebuah masalah/problem, aturan, kartun,
Klarifikasi pertanyaan atau eksperimen dan hasilnya peserta didik dapat
dasar menentukan masalah utama, kriteria yang
digunakan untuk mengevaluasi kualitas, kebenaran
argumen atau kesimpulan.

2. Menganalisis Disajikan deskripsi sebuah situasi atau satu/dua


argumen argumentasi, peserta didik dapat: (1)
menyimpulkan argumentasi secara cepat, (2)
memberikan alasan yang mendukung argumen
yang disajikan, (3) memberikan alasan tidak
mendukung argumen yang disajikan
Menilai 3. Menilai Disajikan sebuah teks argumentasi, iklan, atau
dukungan kredibilitas eksperimen dan interpretasinya, peserta didik
dasar sumber menentukan bagian yang dapat dipertimbangan
untuk dapat dipercaya (atau tidak dapat dipercaya),
serta memberikan alasannya.

Membuat 4. Membuat Disajikan sebuah pernyataan yang diasumsikan


Kesimpulan Kesimpulan kepada peserta didik adalah benar dan pilihannya
secara deduktif terdiri dari: (1) satu kesimpulan yang benar dan
logis, (2) dua atau lebih kesimpulan yang benar
dan logis, peserta didik dapat membandingkan
kesimpulan yang sesuai dengan pernyataan yang
disajikan atau kesimpulan yang harus diikuti.

5. Membuat Disajikan sebuah pernyataan, informasi/data, dan


kesimpulan secara beberapa kemungkinan kesimpulan, peserta didik
induktif dapat menentukan sebuah kesimpulan yang tepat
dan memberikan alasannya
Melakukan 6. menilai definisi Disajikan deskripsi sebuah situasi, pernyataan
klarifikasi masalah, dan kemungkinan penyelesaian
tingkat lanjut masalahnya, peserta didik dapat menentukan: (1)
solusi yang positif dan negatif, (2) solusi mana
yang paling tepat untuk memecahkan masalah
yang disajikan, dan dapat memberikan alasannya

7. mendefinisikan Disajikan sebuah argumentasi, beberapa pilihan


asumsi  yang implisit di dalam asumsi, peserta didik dapat
menentukan sebuah pilihan yang tepat sesuai
dengan asumsi.
36

Menerapkan 8. Mengambil Merumuskan alternatif solusi


strategi dan keputusan dalam
taktik dalam tindakan
menyelesaikan
masalah

Sudjana (2011:49) juga mengemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam

ketiga aspek pengajaran adalah sebagai berikut:

1) Tipe kemampuan berfikir kritis bidang kognitif

Tipe ini terbagi menjadi 6 poin,   yaitu  tipe berfikir kritis :

a) Pengetahuan hafalan (Knowledge), yaitu pengetahuan yang sifatnya

faktual.  Merupakan jembatan untuk menguasai tipe hasil belajar

lainnya.

b) Pemahaman (konprehention), kemampuan menangkap makna  atau

arti dari suatu konsep

c) Penerapan (aplikasi), yaitu kesanggupan menerapkan dan

mengabtraksikan  suatu konsep. Ide, rumus, hukum dalam situasi 

yang baru, misalnya  memecahkan persoalan  dengan

menggunakan rumus tertentu.

d) Analisis, yaitu kesanggupan memecahkan, menguasai suatu

intergritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur atau bagian yang

mempunyai arti .

e) Sintesis, yaitu kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi

satu integritas.
37

f) Evaluasi, yaitu kesaggupan memberikan keputusan tentang nilai

sesuatu berdasarkan pendapat yang dimilikinya dan kriteria yang

dipakainya.

2) Tipe  berfikir kritis afektif

Tipe ini dibagi menjadi 5 poin, yaitu tipe berfikir kritis:

a) Receiving atau attending, yakni semacam kepekaan dalam

menerima rangsangan dari luar yang datang pada siswa,  baik

dalam bentuk masalah situasi dan  gejala.

b) Responding atau jawaban, yakni  reaksi yang diberikan seseorang

terhadap stimulus dari luar .

c) Valuing atau penilaian, yakni berhubungan dengan nilai dan

kepercayaan terhadap stimulus.

d) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam system organisasi,

termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lainnya dan

kemantapan  prioritas yang dimilikinya .

e) Karakteristik nilai atau internalisasi, yakni keterpaduan dari semua

nilai yang dimiliki seseorang  yang mempengaruhi pola

kepribadian dan tingkah lakunya.

3) Tipe berfikir kritis bidang psikomotor

Tipe ini dibagi menjadi 6 poin, yaitu tipe berfikir kritis:

a) Gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan tidak sadar.

b) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c) Kemampuan pesreptual termasuk di dalamnya membedakan visual

adaptif, motorik, dan lain-lain.


38

d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan keharmonisan dan

ketetapan.

Dengan kemampuan berfikir kritis, siswa akan dapat menganalisis ide atau

gagasan ke arah yang lebih spesifik, mengklasifikasi dan membedakan secara

tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji serta mengembangkannya ke arah

yang lebih sempurna. Selain itu, siswa juga mampu mengembangkan diri dalam

membuat keputusan serta menyelesaikan masalah. Seseorang yang mampu

berfikir kritis akan dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara tepat,

mengumpulkan berbagai informasi yang dibutuhkan , mampu secara kreatif dan

efisien memilih-milih informasi sehingga sampai pada kesimpulan dan keputusan

yang dapat dipercaya serta dapat di pertanggung jawabkan.

Pengembangan dari kemampuan berfikir kritis memberikan arahan yang

tepat dalam berfikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan

sesuatu dengan yang lainnya dengan yang lebih akurat. Oleh sebab itu

kemampuan berfikir kritis sangat dibutuhkan dalam pemecahan masalah/

pencarian solusi. Pengembangan kemampuan berfikir kritis merupakan integrasi

beberapa bagian pengembangan kemampuan, seperti pengamatan (observasi),

analisis, penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik

pengembangan kemampuan-kemampuan ini, maka kita akan semakin dapat

mengatasi masalah-masalah/ proyek komplek dan dengan hasil yang memuaskan.

( Dikutip dari http://ediconnect.blogspot.com/2012/03/teori-belajar-berfikir-kritis-

html)

5. Model Pembelajaran Kontekstual

a. Pengertian model pembelajaran kontekstual


39

Akhir-akhir ini pembelajaran Kontekstual merupakan salah satu model

pembelajaran. Nurhadi (dalam Rusman 2002:189) berpendapat bahwa:

“pembelajaran Kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengn

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anngota keluarga dan

masyarakat”.

Pembelajaran Kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah model

pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari

pengetahuan. Sejalan dengan pendapat diatas Tritanto (2009: 107) juga

mengatakan bahwa “Pembelajaran Kontekstual adalah konsep yang membantu

guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari”.

Sanjaya (2006: 109) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran

kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada

proses keterlibatan siswa secara penuh, unutk dapat memahami materi yang

dipelajari, dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga

mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

mater yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya

dalam kehidupan mereka sebagai bagian dari komunitas keluarga dan masyarakat.
40

b. Komponen Pembelajaran Kontekstual

Menurut Muslich (2012: 44) pendekatan pembelajaran kontekstual

melibatkan tujuh komponen utama :

a) Kontruktivisme

Kontruktivisme merupakan landasan filosofis pendekatan pembelajaran

kontekstual, bahwa pengetahuan dinganun oleh manusia sedikit demi

sedikit melalui sebuah proses. Menurut pandangan kontruktivisme, tugas

guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara : (a) menjadikan

pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa; (b) memberi kesempatan

siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri; dan (c) menyadarkan

siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

b) Inkuri

Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis

kontekstual. Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada

pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan

hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan

sendiri.

c) Bertanya

Bertanya adalah cerminan dalam kondisi berpikir. Bertanya dalam

pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,

membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.


41

d) Masyarakat Belajar

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran

diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. ketika menggunakan

pendekatan pembelajaran kontekstual di dalam kelas, guru disarankan

selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar

siswa.

e) Pemodelan

Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan meperagakan sesuatu

contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Dalam pembelajaran

kontekstual, guru bukanlah satu-satunya model. Permodelan dapat

dirancang dengan melibatkan siswa. Seseorang bisa ditunjuk dengan

memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahui.

f) Refleksi

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir

kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan ketika pembelajaran.

Refleksi merupakan respons terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan

yang baru dipelajari.

g) Penilaian Autentik

Penilaian autentik adalag upaya pengumpulan berbagai data yang dapat

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data dikumpulkan

dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan

pembelajaran.

Dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual ada

beberapa komponen yang harus diperhatikan, diantaranya:


42

a) Membuat hubungan yang bermakna (making meaningful connections)

antara sekolah dan konteks kehidupan nyata, sehingga siswa merasakan

bahwa belajar penting untuk masa depannya.

b) Melakukan pekerjaan yang siginifikan (doing significant work).

Pekerjaan yang memiliki suatu tujuan, memiliki kepedulian terhadap

orang lain, ikut serta dalam menentukan pilihan, dan menghasilkan

produk.

c) Pembelajaran mandiri (self-regulated learning) yang membangun minat

individual siswa untuk bekerja sendiri ataupun kelompok dalam rangka

mencapai tujuan yang bermakna dengan mengaitkan antara materi ajar

dan konteks kehidupan sehari-hari.

d) Bekerjasama (collaborating) untuk membantu siswa bekerja secara

efektif dalam kelompok, membantu mereka untuk mengerti bagaimana

berkomunikasi/ berinteraksi dengan yang lain dan dampak apa yang

ditimbulkannya.

e) Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thingking); siswa

diwajibkan untuk memanfaatkan berpikir kritis dan kreatifnya dalam

pengumpulan, analisis dan sintesa data, memahami suatu isu/fakta dan

pemecahan masalah.

f) Pendewasaan individu (nurturing individual) dengan mengenalnya,

memberikan perhatian, mempunyai harapan tinggi terhadap siswa dan

memotivasinya.

g) Pencapaian standar yang tinggi (reaching high standards) melalui

pengidentifikasian tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya.


43

h) Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment) yang

menantang siswa agar dapat menggunakan informasi akademis baru dan

keterampilannya kedalam situasi nyata untuk tujuan yang signifikan.

c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kontekstual

Sanjaya (2010 : 263) menjelaskan, pendekatan model pembelajaran

Kontekstual memiliki tujuh langkah yang harus diterapkan dalam

pembelajarannya. Ketujuh langkah tersebut diuraikan dalam tabel 2.1 :

Model Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)


Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Langkah I : CONSTRUKTIVISME
Mengembangkan pemikirin siswa Siswa menyusun dan membangun
untuk melakukan kegiatan belajar pengetahuan baru dalam struktur kognitif
lebih bermakna apakah dengan cara berdasarkan pengalaman dan berusaha
bekerja sendiri, menemukan sendiri, mengkontruksikan pengetahuannya
dan mengonstruksi sendiri melalui pengamatan dan pengalamannya.
pengetahuan dan keterampilan baru
yang harus dimilikinya.
Langkah II : INQUIRY
Melaksanakan sejauh mungkin Siswa dapat merumuskan masalah,
kegiatan inquiry untuk semua topic mengajukan hipotesis, dan mengumpul data
yang diajarkannya. yang ditemukan dengan membuat
kesimpulan.
Langkah III : QUESTION
Mengembangkan sifat ingin tahu siswa Siswa mencari jawaban pertanyaan yang
melalui memunculkan pertanyaan- diberikan
pertanyaan.
Langkah IV : LEARNING COMMUNITY
Menciptakan masyarakat belajar, Siswa aktif dalam pembagian kelompok
seperti melalui kegiatan kelompok belajar
berdiskusi, tanya jawab, dan lain
sebagainya
Langkah V : MODELLING
Menghadirkan model sebagai contoh Setiap kelompok siswa dapat membuat
pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, pemodelan dalam mencari penyelesaian
model, bahkan media yang formal, dan Siswa mempersentasikan
sebenarnya. pemodelannya di depan kelas.
Langkah VI : REFLECTION
Membiasakan anak untuk melakukan Siswa mempunyai keragaman jawaban, ide
refleksi dari setiap kegiatan dan alur berpikir.
pembelajaran yang telah dilakukan
44

Langkah VII : AUTHENTIC ASSESMENT


Melakukan penilaian secara objektif, Siswa memperoleh penilaian yang nyata.
yaitu menilai kemampuan yang
sebenarnya pada setiap siswa.

6. Plantae

Plantae merupakan organisme multiseluler dengan sel-sel berdinding tebal

dari bahan selulosa dan memiliki klorofil, sehingga mampu melakukan

fotosintesis. Habitat tumbuhan bervariasi, ada yang hidup di daratan di permukaan

tanah, menempel atau epifit pada tumbuhan lain, dan ada beberapa jenis yang

habitatnya di air.

Klasifikasi tumbuhan menggunakan kriteria a) bentuk tubuh berupa talus

atau telah memiliki akar, batang dan daun sejati, b) alat reproduksinya beupa

spora atau biji, dan c) telah memiliki jaringan pengangkut atau tidak.

Berdasarkan kriteria tersebut Kingdom Plantae dibedakan menjadi tiga divisi

yaitu lumut (Bryophyta), paku-pakuan (Pteridophyta) dan tumbuhan berbiji

(Spermatophyta).

1) Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan yang hidup dan menyesuaikan diri

dengan lingkungan darat yaitu di tempat-tempat yang lembap dan basah.

Lumut dapat hidup mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi, dan dari

daerah tropis hingga daerah padang tundradi Kutub. Hanya beberapa spesies

lumut yang dapat hidup di air.

Ciri-ciri tumbuhan lumut yaitu :

 Tidak berpembuluh karena tidak memiliki daun, batang maupun akar

sejati.

 Habitat di tempat yang lembap dan terlindung dari cahaya matahari


45

 Berukuran kecil, bahkan 1-2 cm namun ada yang sampai 20 cm.

 Berwarna hijau karena mengandung klorofil.

 Dinding sel terdiri dari selulosa.

 Merupaka peralihan antara Thallophyta (tumbuhan bertalus) dan

Cormophyta (tumbuhan berkormus).

 Daun tersusun atas selapis sel.

 Permukaan luar tubuh dilapisi oleh lapisan berlilin (kutikula) yang

berfungsi menahan masuknya air dan mengurangi penguapan.

 Akarnya berupa akar semu(rizoid) terdiri dari beberapa lapis sel

parenkim.

 Mengalami metagenesis atau pergiliran keturunan

Gambar 2.1 Struktur Tubuh Lumut

Metagenesis / Pergiliran Keturunan Tumbuhan Lumut

Tumbuhan lumut mengalami daur hidup, yaitu pergiliran keturunan

antara fase gametofit dan fase sporofit. Adapaun pada tumbuhan lumut

terdapat anteridium (alat kelamin jantan) yang menghasilkan spermatozoid

dan arkegonium (alat kelamin betina) yang menghasilkan ovum.


46

Gambar 2.2 Skema Metagenesis Tumbuhan Lumut

Klasifikasi Tumbuhan Lumut

Tumbuhan lumut dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu :

a) Bryopsida (Lumut Daun / Musci)

Lumut daun tumbuh di tanah, tembok dan tempat-tempat yang

terbuka. Batangnya tegak, bercabang-cabang dan berdaun kecil-

kecil. Ada pula yang seperti beludru hijau. Contohnya Spaghnum

sp dan Polytrichum sp.

b) Hepaticopsida (Lumut Hati / Hepaticeae)

Lumut hati berbentuk lembaran, hidup menempel di atas

permukaan tanah yang lembap atau terapung di atas air. Di tebing-

tebing basah sering terdapat lumut ini. Contohnya Marchiantia dan

Ricciocarpus

c) Anthoceropsida (Lumut Tanduk)


47

Lumut tanduk berhabitat di tepi sungai, danau atau di sepanjang

selokan. Seperti halnya lumut hati, lumut tanduk juga mengalami

pergiliran keturunan atau metagenesis. Contohnya Anthoceros

(a) (b) (c)

Gambar 2.3 (a) Lumut daun (b) Lumut hati (c) Lumut tanduk

Manfaat Tumbuhan Lumut

 Marchantia polymorpha sebagai obat penyakit hepatitis.

 Sphagnum fimbriatum sebagai bahan pengganti kapas.

 Lumut gambut di daerah rawa sebagai penyubur tanah.

 Lumut merupakan vegetasi perintis (tumbuhan pionir)

2) Tumbuhan paku dikelompokkan dalam satu divisi yaitu Pteriphyta.

Diperkirakan saat ini di permukaan bumi terdapat sekitar 10.000 spesies

tumbuhan paku. Tumbuhan paku dicirikan dengan tunas daunnya yang

menggulung. Tumbuhan paku telah memiliki organ tubuh seperti akar, batang

dan daun yang sesungguhnya. Sehingga, tumbuhan ini dimasukkan ke dalam

kelompok kormofita sejati. Namun, tumbuhan paku tetap merupakan

tumbuhan tingkat rendah, karena belum mampu menghasilkan biji.

Ciri-ciri tumbuhan paku :

 Sudah memiliki akar, batang dan daun yang jelas

 Pada batang sudah terdapat jaringan pengangkut


48

 Terjadi metagenesis

 Generasi soprofit mempunyai akar sejati, berumur panjang dan

merupakan keturunan generative

 Generasi gametofitnya adalah protalium, tidak mempunyai akar sejati

serta mempunyai anteridium fan arkegonium

 Ujung daun paku muda umumnya menggulung

Gambar 2.4 Struktur Tubuh Tumbuhan Paku

Metagenesis / Pergiliran Keturunan Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku mengalami daur hidup seperti hanlnya tumbuhan lumut. Namun

pada tumbuhan paku, generasi sporofit adalah generasi yang dominan dalam daur

hidupnya.
49

Gambar 2.5 Metagenesis Tumbuhan Paku

Klasifikasi Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat diklasifikasikan menjadi empat kelas

apabila ditinjau dari morfologi tubuh, diantaranya yaitu :

a) Psilophyta (paku purba / paku telanjang)

Tumbuhan paku kelas ini belum memiliki akar dan daun, namun

batangnya sudah memiliki berkas pengangkut, bercabang-cabang dengan

sporangium diujungnya. Sporofil mengandung satu jenis spora, dikenal

dengan istilah homospora. Contohnya Rhynia major dan Psylotum sp.

b) Equisetophyta / Sphenophyta

Tumbuhan paku jenis ini memiliki batang yang mirip dengan ekor kuda,

memiliki daun mirip kawat dan daunnya tersusun dalam satu lingkaran.

Tumbuhan paku kelas ini dikenal juga dengan sebutan paku ekor kuda.

Contohnya Equisetum debile


50

c) Lycophyta (paku kawat /paku rambat)

Kelas Lycophyta, tumbuhan paku berdaun kecil. Tersusun spiral, batang


seperti kawat, sporangium terkumpul dalam strobilus dan muncul di
ujung ketiak. Contohnya Lycopodium sp, Lycopodium clavatum,
Selaginella sp.
d) Filicinae / Pterophyta (paku sejati)

Tumbuhan paku kelas ini sudah lebih tinggi dibanding kelas


sebelumnya. Pterophyta sudah memiliki akar, batang dan daun sejati.
Duannya berukuran besar disebut megafil, batangnya dapat tumbuh
diatas maupun di bawah tanah. Karakteristik kelas ini adalah daun
mudanya menggulung dan terdapat sorus di bagian permukaan bawah
daun. Contohnya Asplenium nidus, Adiantum farleyense.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2.6 (a)Rhynia major ; (b) Equisetum debile ; (c) Lycopodium clavatum ;

(d) Adiantum farleyense


51

Berdasarkan jenis sporanya, tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga macam,

yaitu :

a. Paku Homospora

Tumbuhan paku homospora menghasilkan spora dengan ukuran yang

sama dan tidak dapat dibedakan antara spora jantan dan spora betina.

Contohnya Lycopodium sp

b. Paku Heterospora

Tumbuhan paku jenis ini menghasilkan spora yang berbeda ukuran

sehingga disebut an-isospora. Spora jantan disebut mikrospora karena

berukuran sangat kecil, sedangkan spora betina berukuran lebih besar

sehingga disebut makrospora. Contohnya Selaginella sp

c. Paku Peralihan

Paku peralihan merupakan tumbuhan paku dengan jenis kelamin yang

berbeda, namun ukuran sporanya sama. Contohnya Equisetum debile

Manfaat Tumbuhan Paku

 sebagai tanaman hias (Adiantum cuneatum / suplir)

 sebagai sayuran (Oteridium aquilinum)

 sebagai obat-obatan (Salginella dan Equisetum)

 sebagai alat pembersih / penggosok (Equisetum sp), dan lain-lain

3) Tumbuhan biji merupakan kelompok tumbuhan dengan tingkat perkembangan

filogenetik tertinggi. Ciri utama kelompok tumbuhan ini adalah adanya suatu

organ berupa biji. Biji berasal dari bakal biji yang dapat disamakan dengan

mega/makro sporangium. Biji merupakan alat perkembangbiakan seksual

karena proses pembentukannya didahului oleh suatu peristiwa seksual, yaitu


52

peleburan telur dan sperma. Fungsi lain biji adalah sebagai alat pemencaran

tumbuhan.

Ciri-ciri tumbuhan biji yaitu :

 Tumbuhan biji mempunyai generasi sporofit lebih kompleks dibanding

dengan lumut dan paku. Alat perkembangbiakan terdapat pada organ

bunga.

 Sel kelamin jantan berada dalam serbuk sari dan sel kelamin betina

berada dalam putik.

 Tumbuhan biji bisa dibedakan secara jelas antara akar, batang dan

daunnya.

 Tubuhnya tersusun dari banyak sel dan ukuran tubuhnya besar dengan

ketinggian bermacam-macam.

 Memiliki jaringan pembuluh xylem yang berfungsi mengangkat air

dan mineral dari akar ke daun, dan oembuluh floem berfungsi

mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan.

 Umunya tumbuhan biji bersifat autotrof (kecuali tumbuhan parasit).

 Sebagaian besar habitatnya di darat dan ada pula yang mengapung di

atas air seperti eceng gondok.

 Perkembangbiakan secara seksual dan aseksual.

Klasifikasi Tumbuhan Biji

1. Gymnospermae (Tumbuhan biji terbuka)

Gymnospermae tidak mempunyai bunga yang sesungguhnya, biji tidak

terbungkus daging buah. Biji sebagai alat perkembangbiakan berbentuk


53

kerucut disebut strobilus (strobilus jantan dan betina). Gymnospermae

terbagi menjadi empat kelas yakni :

a) Cucadophyta / Cycadales

Memiliki batang yang tidak bercabang, daun-daun majemuk


tersusun sebagai tajuk di pucuk pohon. Contohnya Cycas rumpii
(pakis haji)

b) Pinophyta / Coniferales

Memiliki tudung daun berbentuk kerucut, alat reproduksi berupa


strobilus (jantan dan betina), daunnya berbentuk jarum. Contohnya
Aghatis alba (dammar), Pinus merkucii

c) Gnetophyta / Gnetales

Batang memiliki banyak cabang, daun tunggal berhadapan, bunga


berkelamin tunggal. Contohnya Gnetum gnemon (melinjo)

d) Ginkophyta

Pohon dengan tunas pendek, daun berbentuk pasak / kipas dan


bertangkai daun. Merupakan tumbuhan asli Tiongkok. Contohnya
Ginkgo biloba

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2.7 (a) pakis haji ; (b) dammar ; (c) Gnetum gnemon ; (d) Ginkgo biloba
54

2. Angiospermae (Tumbuhan biji tertutup)

Angiospermae memiliki bunga sejati sebagai alat reproduksi, bakal biji

diselubungi daging buah. Bunga pada angiospermae ada yang lengkap dan

ada yang tidak lengkap. Bunga lengkap memiliki kelopak bunga, mahkota

bunga, putik dan benang sari. Biji terbungkus bakal buah. Sesudah terjadi

pembuahan, biji berkembang sehingga mengandung kandungan lembaga

(embrio) dan endosperma (cadangan makanan). Angiosperma terbagi

menjadi dua kelas, yakni :

a) Kelas Dicotyledoneae

Tanaman berupa semak, perdu, herba ataupun pohon. Berkeping dua

(mempunyai dua daun lembaga), akar tunggang, batang kerucut

panjang, bercabang, dan berkambium. Daun tunggal atau majemuk,

jarang berpelepah, tulang daun menyirip atau menjari dan bunga

sifatnya kelipatan dua, empat atau lima. Bisa mengalami pertumbuhan

sekunder (pertumbuhan melebar). Contohnya Mangifera indicia

(mangga), Manihot utilissima (ketela pohon) dan Psidium guajava

(jambu biji)

b) Kelas Monocotyledoneae

Berbiji tunggal (hanya mempunyai satu daun lembaga), berakar

serabut, batang sama besar dan tidak bercabang. Daun tunggal

berpelepah, bertulang sejajar, bunga berkelipatan tiga, akar dan batang

tidak berkambium, xylem dan floem tersebar. Contohnya Oryza sativa

(padi), Zea mays (jagung) dan Cocos nucifera (kelapa)


55

7. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Temuan penelitian sebelumnya yaitu Aisyah Amiawaty, Universitas Pasundan

2016 yang berjudul : Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran

Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Berpikir

Kreatif serta Kemandirian Belajar Matematis Siswa SMP.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan

pendekatan kontekstual. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan

kemampuan pemahaman dan berpikir kreatif serta kemandirin belajar

matematis siswa mengalami peningkatan dari siklus ke siklus berikutnya dari

aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Aspek pengetahuan meningkat

dari siklus I sampai IV terlihat dari adanya kenaikan nilai tes formatif setiap

siklus, meskipun dari siklus I ke siklus II menurun, karena siswa merasa

kesulitan dalam menghadapi soal pecahan yang ada pada siklus II dari pada

soal bilangan bulat yang ada pada siklus I. Selain dari nilai pengetahuan

terlihat peningkatan berpikir kreatif dan kemandirian siswa dari sikap dan

keterampilan yang ditunjukkan dalam perilaku sehari-hari di sekolah seperti

perlakuan terhadap teman sekelompok maupun yang tidak sekelompok, yang

sekelas maupun yang tidak sekelas. Setelah melaksanakan beberapa siklus

siswa dapat membantu temannya yang tidak sekelas untuk membahas soal-

soal yang diberikan guru matematika.

2. Temuan penelitian sebelumnya yaitu, Universitas PGRI Yogyakarta 2017

yang berjudul Menumbuh Kembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis Dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning .


56

Hasil penelitiannya yaitu komponen contextual teaching and learning dapat

mendukung dan melatih kemampuan berpikir kreatif.

B. Kerangka Berpikir

Kegiatan belajar mengajar yang memberdayakan potensi siswa (peserta

didik) uagar terbentuk moralitas yang baik serta mengacu pada pencapaian

kompetensi individu pada masing-masing peserta didik disebut sebagai

pembelajaran yang efektif. Ada baiknya jika guru yang akan merancang

pembelajaran biologi di SMA memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran.

Di dalam proses belajar mengajar guru adalah seorang pengajar yang

memerlukan keahlian untuk merencanakan dan melaksanakan suatu pembelajaran

untuk meningkatkan keativitas belajar biologi siswa secara optimal dan terbaik

agar ilmu pengetahuan tersebut dapat diberikan dengan baik dikelas dan siswa

dapat menerimannya dengan baik pula.

Namun kenyataannya dalam proses pembelajaran ilmu pengetahuan alam

(biologi model pembelajaran langsung dan metode demonstrasimenjadi sebuah

alternatif yang dilakukan guru dalammenyampaikan materi. Hal ini merupakan

salah satu kebiasaan yang dilaksanakan guru dalam mengupayakan efektivitas

pembelajaran biologi di dalam kelas.

Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis belajar siswa. Salah satunya adalah dengan menggunakan

pendekatan kontekstual. Penggunaan pendekatan kontekstual pada pembelajaran

biologi dapat membantu siswa memahami biologi dengan mudah dan

mengembangkan kemampuan siswa tersebut. Penerapan pendekatan

kontekstualmerupakan salah satu bentuk penerapan dari pembelajaran yang


57

berorientasi kepada siswa, sehingga mampu mengembangkan keterampilan

berpikir atas dasar ingin tahu mereka terhadap suatu konsep atau teori yang

sedang dipelajari.

Pembelajaran perlu menyediakan pengalaman nyata dalam kehidupan

sehari-hari dan atau dunia kerja yang terkait dengan penerapan konsep, kaidah dan

prinsip ilmu yang dipelajari. Karena itu, semua siswa diharapkan memperoleh

pengalaman langsung yang memungkinkan mereka memperoleh informasi dari

melihat, mendengar, meraba/menjamah, mencicipi, dan mencium. Dalam hal ini,

beberapa topik tidak mungkin disediakan pengalaman nyata, guru dapat

menggantikannya dengan model atau situasi buatan dalam wujud simulasi. Jika

ini juga tidak mungkin, sebaiknya siswa dapat memperoleh pengalaman melalui

alat audio-visual (dengar-pandang).

Siswa Guru

1. Berpikir kritis siswa masih Metode yang digunakan


rendah guru adalah model
2. Aktivitas siswa masih pembelajaran langsung,
kurang ceramah dan diskusi.

Model Pembelajaran Kontekstual

1. Ada peningkatan kemampuan berpikir kritis


2. Ada Peningkatan aktivitas belajar
3. Ada peningatan pengelolaan pembelajaran

Gbr. 2.4 Skema Kerangka Berpikir


58

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah dugaan sementara yang memerlukan data untuk

membuktikan kebenarannya, berdasarkan data tersebut, hipotesis juga perlu

mendapat pengajuan lewat penelitian. Maka hipotesis dapat diartikan sebagai

suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai

terbukti melalui data yang terkumpul.

1. Ada peningkatan kemampuan berpikir kritis belajar biologi siswa melalui

penerapan model pembelajaran kontekstual pada materi plantae di kelas X

SMA Muhammadiyah 11 Padangsidimpuan Tahun Pelajaran 2019/2020.

2. Ada peningkatan aktivitas belajar biologi siswa melalui penerapan model

pembelajaran kontekstual pada materi plantae di kelas X SMA

Muhammadiyah 11 Padangsidimpuan Tahun Pelajaran 2019/2020.

3. Ada peningkatan pengelolaan pembelajaran biologi melalui penerapan

model pembelajaran kontekstual pada materi plantae di kelas X SMA

Muhammadiyah 11 Padangsidimpuan Tahun Pelajaran 2019/2020.

Anda mungkin juga menyukai