Anda di halaman 1dari 6

PROJEK

PEMBELAJARAN IPA SD

CHAPTER
LANDASAN PEMBELAJARAN IPA DI SD

Disusun Oleh:
Nama Mahasiswa : Diandra Nazwa Aulia (1213311146)
Rahma Aulia Siahaan (1213311121)
Romaito B.Pardede (1213311167)
Widya Pratiwi (1213311147)
Kelas : M PGSD 2021
Mata Kuliah : Pembelajaran IPA SD
Dosen Pengampu : Suyit Ratno,S.Pd.,M.Pd

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEI 2023
A. LANDASAN PEMBELAJARAN IPA DI SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta–fakta, konsep–konsep atau prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Conant (dalam Samatowa, 2011) mendefinisikan sains sebagai suatu deretan
konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh
sebagai hasil eksperimentasi dan observasi serta berguna untuk diamati dan
dieksperimentasikan lebih lanjut.
Merujuk pada pengertian IPA tersebut, hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu
(Puskur, 2006):
1. Sikap: sikap yang didasari seorang ilmuwan selama proses mendapatkan suatu
pengetahuan, sikap tersebut terdiri dari rasa ingin tahu tentang benda, fenomena
alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru
yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar bersifat open minded.
2. Proses: yaitu prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, yang terdiri dari
penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran
dan penarikan kesimpulan.
3. Produk: yaitu berupa fakta, prinsip, teori dan hukum. Batang tubuh IPA berisi tiga
dimensi pengetahuan, yaitu pengetahuan faktual (fakta), pengetahuan konseptual
(konsep), pengetahuan prosedural (prinsip, hukum, hipotesis, teori dan model).
4. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

Konsep IPA yang telah didapatkan dalam proses menggunakan metode ilmiah,
selanjutnya dapat digunakan dalam kehidupan untuk kemsalahatan umat manusia.
Tujuan umum pembelajaran IPA adalah penguasaan peserta didik untuk memahami
sains dalam konteks yang lebih luas, terutama dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran IPA juga memiliki tujuan seperti mata pelajaran lainnya. Tujuan
pembelajaran IPA di sekolah dasar yaitu mempersiapkan individu untuk meningkatkan
kualitashidupnya.
Tujuan lain pembelajaran IPA di SD ada beberapa, yaitu:
1. Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains,
masyarakat.
2. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
3. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman ke bidang pengajaran lain.
6. Ikut serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk
dipelajari.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ketingkat lebih tinggi.

B. TEORI-TEORI PEMBELAJARAN IPA DI SD


1. Teori Belajar Behaviorisme
Teori ini dikembangkan dan diperkenalkan oleh beberapa ilmuwan yaitu Ivan
Pavlov, Edward Lee throndike, Guthrie, Burrhus Frederic Skinner, dan Hull. Menurut
teori belajar ini pembelajaran diartikan sebagai proses pembentukan hubungan antara
rangsangan (stimulus) dan balas (respons). Pembelajaran merupakan proses pelaziman
(pembiasaan). Hasil belajar yang diharapkan adalah perubahan perilaku berupa
kebiasaan. Suprijono (2011) menyatakan teori perilaku ini disebut dengan stimulus-
respons (S_R) psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh
ganjaran atau reward dan penguatan atau (reinforcement) dari lingkungan.
Selain reinforcement, dalam teori ini juga terdapat punishment menurut
Baharuddin dan Wahyuni (2012) Punishment adalah menghadirkan atau memberikan
sebuah situasi yang tidak menyenangkan atau situasi yang ingin dihindari untuk
menurunkan tingkah laku.
2. Teori Perkembangan Kognitif
Teori ini dikemukakan oleh Piaget. Pada teori ini mengemukakan bahwa belajar
adalah proses mental, bukan hanya peritiwa mekanistik yang tampak sebagi perilaku
atau behavioral. Menurut Piaget seseorang mengalami perkembangan kognitif melalui
beberapa proses adaptasi intelektual yang melibatkan skemata, asimilasi, akomodasi, dan
equilibrasi. Secara singkat skemata dapat diartikan sebagai kumpulan konsep atau
kategori yang digunakan individu ketika berinteraksi dengan lingkungannya.
Contohnya skemata siswa tentang presepsinya terhadap tumbuhan, siswa
sebelum mendapatkan pembelajaran menurut skematanya bahwa tumbuhan selalu
memiliki daun yang berwarna hijau. Asimilasi merupakan proses kognitif dan
penyerapan pengalaman baru ketika sesorang memadukan stimulus atau persepsi ke
dalam skemata yang sudah ada. Selanjutnya setelah terjadi proses asimilasi, terjadi
proses akomodasi yang diartikan sebagai proses penyesuaian struktur kognitif ke
dalam situasi baru. Akomodasi dapat terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada
informasi baru, yakni anak menyesuaikan skema mereka dengan lingkungannya.
Sehingga skema yang ada ditambahkan dengan informasi baru yang didapatkan siswa
berdasarkan pengalaman yang didapatkannya. Equilibration diartikan sebagai
pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan
akomodasi, atau dengan kata lain equilibrasi yakni keadaan seimbang antara struktur
kognisinya dan pengalamannya di lingkungan.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori konstruktivisme merupakan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan
adalah hasil konstruksi dari kegitaan atau tindakan seseorang. Menurut Trianto (2009)
teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-
aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Menurut Slavin
dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa konstruktivisme merupakan suatu proses
dimana anak secara aktif membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita
melalui pengalaman dan interaksi mereka.
C. PENERAPAN TEORI PEMBELAJARAN IPA SD
1. Penerapan Teori Behaviorisme
Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam teori belajar Behaviorisme yang
berpedoman pada perubahan tingkah laku setelah melakukan pembelajaran dapat
diterapkan dengan menggunakan stimulus-stimulus yang dapat membangkitkan
semangat siswa dalam belajar. Misalnya dalam mengajarkan materi tentang diri sendiri
di kelas I SD, stimulus dapat diberikan dengan cara menunjukkan gambar/foto Tubuh
manusia atau menunjukkan torso manusia, dengan menunjukkan media tentu siswa akan
lebih tertarik dan termotivasi untuk melakukan pembelajaran.
Selanjutnya dengan menunjukkan media pembelajaran yang menarik tentu siswa
akan menunjukkan respons yang positif, respons yang diberikan siswa merupakan
tindakan, jika siswa melakukan perubahan tingkah laku, (misalnya siswa bertanya
fungsi anggota tubuh manusia, atau mampu menjawab pertanyaan yang diberikan guru
setelah melihat media contohnya menunjukkan bagian tubuh manusia dan bertanya pada
siswa apa fungsinya siswa yang mampu menjawab dengan benar dan sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai di indikasikan telah terjadi perubahan perilaku
yakni perilaku dari tidak tau menjadi tau).
2. Penerapan Teori Perkembangan Kognitif
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan pembelajaran di kelas antara
lain bahwa Piaget beranggapan anak bukan merupakan suatu botol kosong yang siap
untuk diisi, melainkan anak secara aktif akan membangun pengetahuan dunianya.
Penerapan selanjutnya adalah guru harus selalu ingat bahwa anak menangkap dan
menerjemahkan sesuatu secara berbeda. Sehingga walaupun anak mempunyai umur
yang sama tetapi ada kemungkinan mereka mempunyai pengertian yang berbeda
terhadap suatu benda atau kejadian yang sama. Jadi seorang individu anak adalah unik
(khas).
Piaget memberikan contoh sementara beliau menerima seluruh ide anak, beliau
juga mempersiapkan pilihan-pilihan yang dapat dipertimbangkan oleh anak. Sehingga
apabila ada seorang anak yang mengatakan bahwa air yang ada di luar gelas berisi es
berasal dari lubang-lubang kecil yang ada pada gelas maka guru harus menjawab
pernyataan itu dengan ‘bagus’. Tetapi setelah beberapa saat guru harus mengarahkan
sesuai dengan apa yang seharusnya bahwa sebenarnya air yang ada di permukaan luar
gelas bukan berasal dari lubang-lubang kecil pada gelas, melainkan berasal dari uap air di
udara yang mengembun pada permukaan gelas yang dingin. Jadi guru harus selalu secara
tidak langsung memberikan idenya tetapi tidak memaksakan kehendaknya. Dengan
demikian anak akan menyadari bagaimana anak tersebut bisa mendapatkan idenya.
3. Penerapan Teori Belajar Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan
adalah guru tidak hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Guru
dapat membantu proses ini dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan dan menerapkan ide-ide mereka untuk belajar. Guru dapat menerapkan
cara mengajar yang membuat informasi lebih bermakna dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide mereka.
Guru dapat memberi siswa tangga yang dapat membantu siswa mencapai tingkat
pemahaman yang lebih tinggi, namun harus di upayakan agar siswa sendiri yang
memanjat tangga tersebut.

Anda mungkin juga menyukai