Anda di halaman 1dari 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.

Hakikat Pembelajaran IPA Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan/reinforcement, sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach. Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, mengarah kepada kesmpurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu : 1. Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang

memungkinkan siswa menguasai tekhnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan. 2. Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan

untuk melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening, Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang 9

10 kongkrit tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi koflik. 3. Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk

hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertia dan tanpa prasangka. 4. Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk

mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahuan yang mampu memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya berhasil dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat

mengendalikan dirinya dengan konsisten, yang disebut emotional intelegence (kecerdasan emosi). Pada dasarnya manusia ingin tahu lebih banyak tentang IPA atau Sains, antara lain sifat sains, model sains, dan filsafat sains. Saat setiap orang mengakui pentingnya sains dipelajari dan dipahami, tidak semua masyarakat mendukung. Pada umumnya siswa merasa bahwa sains sulit, dan untuk mempelajari sains harus mempunyai kemampuan memadai seperti bila akan menjadi seorang ilmuan. Ada tiga alasan perlunya memahami sains antara lain, pertama, bahwa kita membutuhkan lebih banyak ilmuan yang baik,

11 kedua, untuk mendapatkan penghasilan, ketiga, karena tiap kurikulum menuntut untuk mempelajari sains. Mendefinisikan sains secara sederhana, singkat dan yang dapat diterima secara universal sangat sulit dibandingkan dengan mendefinisikan ilmu-ilmu lain. Beberapa ilmuwan memberikan definisi sains sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya. Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai The activity of questioning and exploring the universe and finding and expressing its hidden order, yaitu Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam. Sains mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis (Depdiknas,2002a: 1). Belajar sains tidak sekedar belajar informasi sains tentang fakta, konsep, prinsip, hukum dalam wujud pengetahuan deklaratif, akan tetapi belajar sains juga belajar tentang cara memperoleh informasi sains, cara sains dan teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah. Berdasar pada definisi yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa sains selain sebagai produk juga sebagai proses tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pernyataan di atas selaras dengan pendapat Carin yang menyatakan bahwa sains sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum dan teori sains. Fakta merupakan kegiatan-kegiatan empiris di dalam sains dan konsep, prinsip,

12 hukum-hukum, teori merupakan kegiatan-kegiatan analisis di dalam sains. Sebagai proses sains dipandang sebagai kerja atau sesuatu yang harus dilakukan dan diteliti yang dikenal dengan proses ilmiah atau metode ilmiah, melalui keterampilan menemukan antara lain, mengamati, mengklasifikasi, mengukur, menggunakan keterampilan spesial, mengkomunikasikan,

memprediksi, menduga, mendefinisikan secara operasional, merumuskan hipotesis, menginterprestasikan data, mengontrol variabel, melakukan eksperimen. Sebagai sikap sains dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup rasa ingin tahu, berusaha untuk membuktikan menjadi skeptis, menerima perbedaan, bersikap kooperatif, menerima kegagalan sebagai suatu hal yang positif. Hakekat sains terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam. Mata pelajaran Fisika dan Biologi adalah mata pelajaran sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis deduktif dengan menggunakan berbagai peristiwa alam dan penyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dengan menggunakan matematika serta dapat mengembangkan pengetahuan,

keterampilan dan sikap percaya diri. Melalui pelajaran Fisika dan Biologi diharapkan para siswa memperoleh pengalaman dalam membentuk kemampuan untuk bernalar deduktif kuantitatif matematis berdasar pada analisis kualitatif dengan

13 menggunakan berbagai konsep dan prinsip Fisika dan Biologi (Depdiknas, 2002a: 6). Dalam pembelajaran IPA yang terdiri dari mata pelajaran Fisika dan Biologi adalah untuk meneliti masalah-masalah yang harus melalui kerja ilmiah, yang disebut metode ilmiah yaitu: merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang dan melaksanakan ekperimen, menganalisis data pengamatan, serta menarik simpulan. Ilmu Pengetahuan Alam (sains) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisir, tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Hal ini berarti bahwa Fisika dan Biologi harus diajarkan pada siswa secara utuh baik sikap ilmiah, proses ilmiah, maupun produk ilmiah, sehingga siswa dapat belajar mandiri untuk mencapai hasil yang optimal. Kemampuan siswa dalam menggunakan metode ilmiah perlu dikembangkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan nyata. B. Kompetensi Pedagogik Guru Secara umum, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh suatu profesi dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya (UndangUndang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1 butir 10). Berkaitan dengan kompetensi profesi guru, Sagala mengemukakan sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru, yaitu : (1) menguasai

14 landasan-landasan pendidikan; (2) menguasai bahan pelajaran; (3)

kemampuan mengelola program belajar mengajar; (4) kemampuan mengelola kelas; (5) kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar; (6) menilai hasil belajar siswa; (7) kemampuan mengenal dan menterjemahkan kurikulum; (8) mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan; (9) memahami prinsip-prinsip dan hasil pengajaran; (10) mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan (Sagala, 2006 : 210). Kemudian Adapun Permendiknas RI No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru menyebutkan bahwa Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. (BSNP, 2007 : 8). Pedagogi adalah art of teaching, seni atau strategi mengajar. Jadi kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, dan

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. C. Media Pembelajaran Belajar adalah suatu proses yang kompleks pada semua orang dan terjadi seumur hidup yaitu sejak masih bayi hingga mati. Tanda-tanda terjadinya pembelajaran bagi seseorang adalah terjadinya perubahan tingkah

15 laku dari tidak tahu menjadi lebih tahu, dan dari tidak bisa menjadi bisa baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Sejalan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat masyarakat serta budaya berkembang pula tugas dan peranan guru sejalan dengan jumlah anak yang memerlukan pendidikan. Mau tidak mau harus diakui guru bukanlah satu-satunya sumber belajar melainkan hanya salah satunya. Siswa, petugas perpustakaan, kepala sekolah, tutor, tokoh masyarakat, atau orang-orang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan tertentu di masyarakat juga dapat dijadikan sumber belajar. Menurut Arief S. Sadiman (2006) sumber belajar dapat digolongkan dalam beberapa jenis, yaitu : a. jenis orang (people) b. pesan atau informasi (message), c. jenis bahan (materials), ke dalam jenis ini sering disebut perangkat lunas (software) yang di dalamnya terkandung pesan-pesan yang perlu disajikan dengan alat bantu atau tanpa alat bantu, misalnya : modul, majalah, OHP, compact disk (CD) program atau data. d. Alat (device) atau hardware yang menyajikan pesan, misalnya :projector film, video, TV, Komputer, dan lain-lain. e. Teknik adalah prosedur rutin atau acuan untuk menggunakan alat, bahan, atau orang dan lingkungan untuk menyajikan pesan, misalnya teknik demonstrasi, kuliah, ceramah, tanya-jawab, dan sejenisnya.

16 f. Lingkungan (setting), yaitu tempat yang memungkinkan siswa belajar. Misalnya : gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, museum, taman, kebun binatang, rumah sakit, pabrik, dan sejenisnya.

Sementara itu media teknologi mutakhir, terdiri dari : a. Media berbasis telekomunikasi, misalnya : teleconfrence, kuliah jarak jauh, dsb, b. Media berbasis mikroprosesor, misalnya : game komputer, hypermedia, CD / DVD, Computer Assisted Instructional, hypertxet, dsb. Adapun menurut Gagne, media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa belajar. Sementara itu Briggs menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids) Alat bantu yang dipakai adalat alat bantu visual, misalnya gambar, model, objek, dan alat-alat lain yang tujuannya dapat memberikan pengalaman konkret, meningkatkan motivasi belajar, mempertinggi daya serap, dan retensi belajar siswa. Dalam proses pembelajaran, kegunaan media pembelajaran adalah : 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis

(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka) 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya :

a. objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realitas, gambar, film, atau model;

17 b. objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film atau gambar; c. gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau highspeed photography. d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, foto, maupun secara verbal; e. Objek-objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin) dapat disajikan dalam model, diagram, dan lain-lain; f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lainlain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan sebagainya. 3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran

mengatasi sikap pasif berguna untuk

a. menimbulkan kegairahan belajar; b. memungkinkan interaksi lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dengan kenyataan; c. memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut

kemampuan dan minatnya. 4. Sifat unik tiap siswa, lingkungan dan pengalaman yang berbeda,

kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan kesulitan bila harus diatasi sendiri. Lebih sulit lagi bila latar belakang lingkungan guru dan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu kemampuannya dalam : a. memberikan perangsang yang sama; b. mempersamakan pengalaman;

18 c. menimbulkan persepsi yang sama.

D. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama. 2) Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. 3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama. 4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok.

19 5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. 6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. 7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. (Lungdren, L. 1994:18). Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan. (Slavin, 1981: 174-180.) E. HIPOTESIS TINDAKAN Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

20 Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Semester I di UPTSP SMP Negeri 2 Pacet Mojokerto 1. Dengan melakukan kunjungan kelas (class visit) ke setiap guru IPA di UPTSP SMP Negeri 2 Pacet Mojokerto, Kompetensi Pedagogik Guru IPA dalam memanfaatkan media pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif dapat ditingkatkan. 2. Melalui kegiatan lesson study, Kompetensi Pedagogik Guru IPA dalam memanfaatkan media pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif dapat ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai