Anda di halaman 1dari 6

NAMA : PUTRI GUPURLI

NPM : 5020035

KELAS : 5A

PRODI : PGSD

MATA KULIAH : PEMBELAJARAN IPA SD

DOSEN PENGAMPU : ASEP SUKENDA EGOK, M.Pd

PEMBELAJARAN IPA SD

Hakikat pembelajaran IPA SD

Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang membuat siswa memperoleh


pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan siswa untuk menerima,
menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Pada hakikatnya IPA
dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah.Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa
inggris “scientia” yang berarti saya tahu. “Science” terdiri dari social sciences (ilmu
pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Mendefinisikan IPA
tidaklah mudah, karena sering kurang dapat menggambarkan secara lengkap pengertian
sains sendiri. Menurut H.W Fowler, “IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan
dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama
atas pengamatan dan deduksi.”

IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam
perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat
diamati indera. Oleh karena itu, dalam menjelaskan hakikat fisika, pengertian IPA dipahami
terlebih dahulu. Kardi dan Nur mengemukakan IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang
dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati, Pembelajaran IPA, harus
disesuaikan dengan kebijakan yang berlaku sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah.
Berdasarkan Lampiran Permendiknas nomor 22 tahun 2006 mata pelajaran IPA berkaitan
dengan cara mencapai tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
1Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 136
17penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (inquiry).

Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang membuat siswa memperoleh


pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan siswa untuk menerima,
menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya.3 Pada hakikatnya IPA
dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, dipandang
pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur. Selain sebagai proses dan
produk, Daud Joesoef pernah menganjurkan agar IPA dijadikan sebagai suatu “kebudayaan”
atau suatu kelompok atau institusi sosial dengan tradisi nilai aspirasi, maupun inspirasi.

Sementara itu, menurut Laksmi Prihantoro, mengatakan bahwa IPA hakikatnya


merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk,IPA merupakan sekumpulan
pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA
merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan
mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan
teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan. Secara umum IPA meliputi tiga
bidang ilmu dasar, yaitu biologi, fisika, dan kimia.4Prihanto Laksmi menyatakan hakikat IPA
sebagaimana dijelaskan diatas maka nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam
pembelajaran IPA antara lain sebagai berikut: a) kecakapan bekerja dan berfikir secara
teratur dan sistematis,

Pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang
dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui
suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Dan IPA juga memberikan pemahaman
kepada kita bagaimana caranya agar kita dapat hidup dengan cara menyesuaikan diri
terhadap hal-hal tersebut.Hakikat sebagai produk dan proses tidak bisa dibedakan atau
dipisahkan, karena produk dan proses mempunyai hubungan terikat satu dengan yang
satunya lagi dalam melakukan pengamatan ilmiah.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa , sebaiknya pembelajaran IPA di SD


menggunakan perasaan keingintahuan siswa sebagai titik awal dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan penyelidikan atau percobaan. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan untuk
menemukan dan menanamkan pemahaman konsep-konsep baru dan mengaplikasikannya
untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemui oleh siswa SD dalam kehidupan sehari-
hari.
TEORI- TEORI BELAJAR IPA SD MENURUT PARA AHLI
Teori - teori belajar menurut para ahli :

1. Menurut Jean Piaget

Pada dasarnya teori perkembangan kognitif yang dikemukakan Piaget sangat


mempengaruhi pendidikan sains. Secara umum perkembangan kognitif Piaget membedakan
empat tahap perkembangan kognitif yaitu tahap sensori-motor (0-2 tahun), tahap pra-
operasional (2-7 tahun), tahap pemikiran operasional konkrit (7-11 tahun), dan tahap
pemikiran formal (11 tahun keatas).Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara
aktif amat dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu
mengaitkan pengetahuan beru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke
kompleks. Perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

Teori psikologi kognitif adalah merupakan bagian terpenting dari sains kognitif yang
telah memberi konstribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi pendidikan.
Piaget merupakan salah satu pioner konstruktivis. Piaget berpendapat bahwa anak
membangun sendiri pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan.
Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif
sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif
berinteraksi dengan lingkungannya.

Piaget beranggapan anak bukan merupakan suatu botol kosong yang siap untuk diisi,
melainkan anak secara aktif akan membangun pengetahuan dunianya. Suatu hal lagi, teori
Piaget mengajarkan kita pada suatu kenyataan bahwa seluruh anak mengikuti pola
perkembangan yang sama tanpa mempertimbangkan kebudayaan dan kemampuan anak
secara umum. Hanya umur anak di mana konservasi muncul sering berbeda. Poin yang
penting ini menjelaskan kita mengapa pembelajaran IPA di SD banyak menggunakan
percobaan nyata dan berhasil pada anak yang lemah dananak yang secara kebudayaan
terhalangi. Penerapan selanjutnya adalah guru harus selalu ingat bahwa anak menangkap
dan menerjemahkan sesuatu secara berbeda. Sehingga walaupun anak mempunyai umur
yang sama tetapi ada kemungkinan mereka mempunyai pengertian yang berbeda terhadap
suatu benda atau kejadian yang sama. Jadi setiap individu anak adalah unik (khas).
Implikasilainnya yang perlu diperhatikan, apabila hanya kegiatan fisik yang diterima anak,
tidak cukup untuk menjamin perkembangan intelektual anak yang bersangkutan. Ide- ide
anak harus selalu dipakai.

Piaget memberikan contoh sementara, beliau menerima seluruh ide anak dan juga
mempersiapkan pilihan-pilihan yang dapat dipertimbangkan oleh anak. Tetapi guru harus
dapat mengarahkan sesuai dengan apa yang seharusnya, jadi guru harus selalu secara tidak
langsung memberikan ide nya tetapi tidak memaksakan kehendaknya. Dengan demikian
anak akan menyadari bagaimana anak tersebut bisa mendapatkan idenya tersebut. untuk
menilai sumber ide-idenya akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menilai
proses pemecahan masalah. Hal ini juga perlu dilakukan di dalam kelas. Sebagai contoh,
apabila kelas telah menyelesaikan suatu masalah, sebaiknya guru menanyakan kembali
kepada siswa tentang cara mendapatkan jawaban tersebut.

Dengan demikian guru lebih membantu anak dalam proses perkembangan


intelektualnya. Dari pembahasan di atas, terlihat bahwa proses pembelajaran di kelas
menurut Piaget harus meletakkan anak sebagai faktor yang utama. Hal ini sering disebut
sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak (child center). Sedangkan contoh
pembelajaran IPA di SD berdasarkan teori Piaget yaitu melalui eksperimen yang melibatkan
siswa. Pembelanjaran harus mempertimbangkan keadaan tiap siswa (dikatakan sebagai
terpusat pada siswa) dan siswa diberikan banyak kesempatan untuk mendapatkan
pengalaman dari penggunaan inderanya.

2. Menurut Bruner

Bruner mengemukakan, bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir
bersamaan. Ketiga proses itu ialah :

(1) Memperoleh informasi baru,

(2) Transfomasi informasi, dan


(3) Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan

Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia,


bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi
pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemroses,
pemikir dan pencipta informasi. Menurut Bruner, belajar merupakan suatu proses aktif yang
memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan
kepada dirinya. Teori Bruner tentang kegiatan belajar manusia tidak terkait dengan umur
atau tahap perkembangan.Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua
asumsi. Asumsi pertama ialah perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif,
dan asumsi kedua ialah orang mengonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan
informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya (Dahar,
2011, hlm. 75).

Bruner mengemukakan empat tema pendidikan. Tema pertama mengemukakan


pentingnya arti struktur pengetahuan, tema kedua tentang kesiapan belajar, tema yang
ketiga menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan, dan tema yang keempat tentang
motivasi atau keinginan untuk belajar dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk
merangsang motivasi itu.

3. Menurut Vygotski

Teori belajar Vygotsky memberi penekanan pada hakikat sosiokultural dari


pembelajaran. Vygotsky menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik
bekerja atau belajar dalam zone of proximal development.

Penerapan teori belajar Vygotsky dalam interaksi belajar mengajar mungkin dapat
dijabarkan sebagai berikut :

1. Walaupun anak tetap dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus secara aktif
mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoritis, ini berarti anak-anak bekerja
dalam Zone of Proximal Developmnet dan guru menyediakan Scaffolding bagi anak selama
melalui ZPD.
2. Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga
berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak, kerja kelompok secara kooperatif
tampaknya mempercepat perkembangan anak.

3. Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh
teman sebaya (peer tutoring), yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak
tertinggal dalam pelajaran. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya melewati
ZPD karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga bisa dengan mudah
melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang
sesuai.

Anda mungkin juga menyukai