Kelas
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur,
Menurut Carin dan Sund IPA adalah sebagai “pengetahuan yang sistematis
dan tersusun secara teratur, berlaku umum Universal, dan berupa kumpulan data hasil
observasi dan eksperimen”. Merujuk pada definisi Carin dan Sund tersebut maka IPA
1. Sikap : IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam,
3. Produk : IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.
2
4. Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-
hari.
3. Suatu cabang ilmu yang bersangkut paut dengan observasi dan klasifikasi
fakta-fakta.
Nash, sebagaimana dikutip usman menyatakan bahwa “IPA” itu adalah suatu
cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA
keleluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang onjek yang diamati.
3
anak yang langsung berlangsung secara spontan dari kecil (sejak lahir) sampai
berumur 12 tahun.
alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh
adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan ilmiah
Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7) adalah sebagai
berikut:
bentuk angka-angka.
2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami
4
3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa
misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan
asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam
4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang
suatu kebernaran.
bagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan
menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh
hasil (produk).
unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling
5
berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman,
2000: 5).
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingka laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai
keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa,
moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam
secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar
dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik
6
antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses
mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,
pengajaran IPA.
proses pembelajaran yang terjadi ketika siswa tidak disajikan informasi secara
informasi tersebut secara mandiri. Siswa dilatih untuk terbiasa menjadi seorang
7
yang saintis (ilmuan). Mereka tidak hanya sebagai konsumen, tetapi diharapkan
pula bisa berperan aktif, bahkan sebagai pelaku dari pencipta ilmu pengetahuan.
buku:
sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan.
Melalui belajar penemuan, siswa juga bisa belajar berpikir analisis dan
3. Menurut Sund, discovery learning adalah proses mental dimana siswa mampu
8
dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya
(Suryasubrata, 2002:193).
menyelidiki sendiri, maka hasil yng diperoleh akan setia dan tahan lama
sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut
Suaut konsep misalnya: segi tiga, pans, demokrasi dan sebagainya, sedang yang
dimaksud dengan prisnsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan akan
9
mengemabang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau
mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan
instruksi.
itu, sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situsi teacher learning
learning, ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan
mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan
siswa.
10
3. Dapat membangkitkan kegairahan belajar mengajar para siswa.
Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai
teknik ini masih ada pula kelemahan yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini.
dengan baik.
3. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencaan dan pengajaran
penemuan.
11
4. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini ada yang
kreatif.
D. Motivasi Belajar
1 Pengertian Motivasi
motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang
12
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu
aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi
belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam
belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan
2. Macam-macam Motivasi
a. Motivasi Intrinsik
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
13
sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan
dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan
yang pokok.
14
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah
motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu
dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga
belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya
15
1) Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan diantara
hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang
lain.
2) Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan
siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha
Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang
perbuatan.
16
5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang
besar.
6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar
dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam
kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan.
Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan
lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai
yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi
siswa.
yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang
dari laur, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan
lain sebagainya.
Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik
17
dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah.
Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan,
hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta
dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah
siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat
diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan
oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru
belajar IPA adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara
18
F. Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode
sesuatu dalam mencapai tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk belajar
sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari
materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu
dengan lebih baik (Nur, 2001: 3). Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah
informasi singkat (Siadari, 2001: 7). Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar
penemuan (discovery) akan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih
baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara bebas. Secara
menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Selain itu,
19
belajar penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk
hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan
makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan motivasi yang tinggi maka intensitas
usaha belajar siswa akan tingi pula. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan
intesitas usaha belajar siswa. Hasil ini akan dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti,
21
(b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) Simultan terintegratif, dan (d) administrasi
social ekperimental.
penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama
dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana
guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan,
peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,
sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data
Penelitian ini akan dihentikan apabila ketuntasan belajar secara kalasikal telah
mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini, peneliti tidak tergantung pada
1 Tempat Penelitian
22
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
2033/2024.
2 Waktu Penelitian
3. Subyek Penelitian
B. Rancangan Penelitian
Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
23
kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis,
2000: 3).
yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
24
Puta
ran
Refleksi Rencana 1
awal/rancangan
Tindakan/ Puta
Observasi ran
2
Refleksi Rencana yang
direvisi
Tindakan/ Puta
Observasi ran
Rencana yang 3
Refleksi
direvisi
Tindakan/
Observasi
25
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir
C. Prosedur Penelitian
1. Rancangan Siklus I
a. Tahap Perencanaan
b. Tahap Pelaksanaan
26
c. Tahap Observasi
2. Rancangan Siklus II
a. Tahap Perencanaan
b. Tahap Pelaksanaan
c. Tahap Observasi
D. Instrumen Penelitian
1 Silabus
acuan dalam penyusunan rencana pembelajaran ini maka setiap kajian mata
27
pelajaran, atau pengelolaan kegiatan pembelajaran serta pengembangan
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-
Pembelajaran atau RPP adalah sebuah dokumen yang berisi gambaran atau
rencana pembelajaran yang akan dilakukan selama satu kali pertemuan, satu
semester, atau lebih. RPP juga bisa diartikan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pembelajaran.
RPP ini disusun langsung oleh guru pengampu mata pelajaran sebelum
metode pembelajaran yang lebih sesuai dengan karakteristik siswa. Hal ini
28
tentu akan membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih senang dan
dalam belajar di sekolah. Sebab, dalam RPP terdapat butir penilaian yang
akan diberikan pada siswa. Melalui butir-butir penilaian inilah guru dapat
melihat apakah tujuan pembelajaran sudah dicapai oleh siswa atau belum.
dengan baik.
pembelajaran belum berlangsung dengan baik, guru dapat mencari solusi yang
tepat untuk mengatasinya sehingga hal yang sama tidak akan terulang kembali
di pembelajaran selanjutnya.
29
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah salah satu bahan ajar yang
dipakai para guru atau pendidik. Menurut Depdiknas (2008), LKPD adalah
gambaran yang isinya merupakan tugas yang harus dikerjakan peserta didik,
tertentu.
didik yang dipakai untuk mengembangkan aspek kognitif dan semua aspek
sesuai indikator.
yaitu:
dibahas.
30
e. LKPD dapat dipakai untuk petunjuk praktikum
5. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes
formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah
telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang
telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan
untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan untuk
a. Validitas Tes
31
ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini
N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy=
√ {N ∑ X − (∑ X ) }{N ∑ Y −(∑ Y ) } (Suharsimi Arikunto, 2001: 72)
2 2 2 2
b. Reliabilitas
2r 1 /21 /2
r 11 =
(1+r 1/21/2 ) (Suharsimi Arikunto, 20001: 93)
Dengan:
32
Kriteria reliabilitas tes jika harga r 11 dari perhitungan lebih besar
dari harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliabel.
c.Taraf Kesukaran
adalah:
B
P=
Js (Suharsimi Arikunto, 2001: 208)
Dengan:
P : Indeks kesukaran
d. Daya Pembeda
33
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
BA BB
D= − =P A −P B
JA JB (Suharsimi Arikunto, 2001: 211)
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
BA
PA= =
JA Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
BB
P B= =
JB Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
34
Kriteria yang digunakanuntuk menentukan daya pembeda butir soal
sebagai berikut:
Learning) adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif
untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Proses Discovery terjadi bila
process.
berikut:
35
1. Pemberian rangsangan (stimulation);
perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon
pembelajaran.
36
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
data yang digunakan adalah analisis deskriptif, dengan tahapan sebagai berikut:
deskriptif).
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
37
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
X=
∑X
∑N
Σ N = Jumlah siswa
kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar
bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar
bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari
38
P=
∑ Siswa. yang .tuntas . belajar x 100 %
∑ Siswa
G. Refleksi
1. Mengidentifikasi permasalahan.
2. Merumuskan masalah.
3. Membuat hipotesis.
siklus.
pengambilan langkah cepat dan tepat jika terjadi hal di luar rencana.
39
40