Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Belajar adalah salah satu faktor yang dapat menentukan hasil belajar siswa
(Lim & Morris, 2009), sehingga inovasi pembelajaran harus selalu dibuat (In'am,
2012).Sementara itu Nur (2000) menyatakan bahwa sistem pembelajaran di sekolah
yang cenderung didasarkan pada behaviorisme menjadi salah satu faktor yang
mengangkat fenomena konflik di lingkungan sekolah.1

Berkembangnya arus globalisasi menuntut semua aspek kehidupan untuk


menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK).Untuk mampu menyesuaikan diri dan berkompetisi dengan perubahan
zaman tersebut diperlukan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas.

Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan melalui


pendidikan. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 menyebutkan bahwa: Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.

1
Siti Hajar, Learning Geometry through Discovery Learning Using a Scientific Approach,
International Journal of Instruction, Vol.10, (1) Spring, 2017, h. 55-56.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Discovery Learning
2. Bagaimana Langkah-Langkah Penerapan Discovery Learning
3. Apa Tujuan Penerapan Discovery Learning
4. Bagaimana Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning
C. Tujian Penelitian
1. Untuk Mengetahui ApaPengertian Discovery Learning
2. Untuk Mengetahui Bagaiamana Langkah-Langkah Penerapan Discovery
Learning
3. Untuk Mengetahui Tujuan Penerapan Discovery Learning
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Kelebihan dan Kekurangan Discovery
Learning

2
BAB II

PEMBAHASAN

D. Pengertian Discovery Learning

Discovery learning adalah model pembelajaran, di mana siswa membangun


pengetahuan mereka sendiri dengan melakukan eksperimen untuk menemukan
prinsip dari eksperimen tersebut (Saab, Joolingen, & Hout-Wolters, 2005; Van
Joolingen, De Jong, Lazonder, Savelsbergh, & Manlove, 2005) .Lebih lanjut Shulman
dan Keisler (dalam Mayer, 2004) menyatakan bahwa pembelajaran dengan model
penemuan terbimbing umumnya lebih efektif daripada penemuan murni (Kirschner,
Sweller, & Clark, 2006).Ada beberapa siswa yang tidak mempelajari aturan atau
prinsip dengan penemuan murni, tetapi sebaliknya dengan penemuan
terbimbing.Model penemuan terbimbing dianggap sebagai model yang lebih efektif
karena model ini dapat membantu siswa untuk mengisi dua persyaratan penting
dalam pembelajaran aktif, (1) mengaktifkan atau membangun pengetahuan untuk
memahami informasi baru dan (2) mengintegrasikan informasi baru yang diperoleh
hingga mereka menemukan pengetahuan yang benar (Alfieri, Brooks, Aldrich, &
Tenenbaum, 2011; Leutner, 1993).Model penemuan murni dapat gagal jika tidak
dapat membantu siswa membangun pengetahuan yang dinyatakan dalam dua
persyaratan. Bruner mengatakan bahwa model penemuan pembelajaran adalah model
di mana siswa diizinkan untuk menemukan aturan baru dan ide-ide baru, tidak
menghafal apa yang dikatakan atau disampaikan oleh guru (Bruner, 1961; Mayer,
2004).2

Discovery/penemuan, yaitu para peserta didik diharuskan menemukan prinsip


atau hubungan yang sebelumnya tidak diketahuinya yang merupakan akibat dari
pengalaman belajarnya yang telah “diatur” secara cermat dan seksama oleh guru.

2
Mardia Hi. Rahman, Using Discovery Learning to Encourage Creative Thinking, International
Journal of Social Sciences & Educational Studies, Vol.4, (2), 2017, h. 99.

3
Menurut Sund discovery adalah proses mental dimana siswa mampu
mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental
tersebut antara lain: mengamati, mencerna, menggolongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam metode ini
siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru
hanya membimbing dan memberikan instruksi.3

Menurut Bruner dalam prosedur yang harus diperhatikan dalam penggunaan


metode discovery yaitu:

1. Simulation. Guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan atau


menyuruh anak didik untuk membaca atau mendengarkan uraian yang
memuat permasalahan.
2. Problem statement. anak didik diberikan kesempatan mengidentifikasi
berbagai permasalahan. Permasalahan yang dipilih harus menarik dan
fleksibel untuk dipecahkan, permasalahan yang dipilih tersebut harus
dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau hipotesis, yakni pernyataan
sebagai jawaban sementara atas pernyataan yang diajukan.
3. Data collection. Untuk menjawab pernyataan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis yang telah dirumuskan. anak didik diberikan
kesempatan untuk mengumpulkan berbagaiinformasi yang relevan,
dengan cara membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara
sumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.
4. Data processing. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi,
dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi,
bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada
tingkat kepercayaan tertentu.

3
Mutmainna, Ferawati, Komparasi Hasil Belajar Fisika Melalui Metode Discovery Learning
Dan Assignment And Recitation, Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 3 (1), Spring 2015, h. 47

4
5. Verification atau pembuktian. Berdasarkan hasil pengolahan data dan
tafsiran atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah
dirumuskan sebelumnya kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak,
terbukti atau tidak.
6. Generalization. Tahap selanjutnya berdasarkan hasil verifikasi tadi,
peserta didik belajar menarik kesimpulan.4

Model pembelajaran Discovery adalah serangkaian kegiatan pembelajaran


yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analisis untuk mencapai dan
menemukan jawaban mereka sendiri terhadap masalah yang diajukan. Inti dari
penemuan penemuan adalah untuk memberi siswa pelajaran untuk menghadapi
masalah yang dihadapi siswa yang menghadapi dunia nyata.5

Menurut Matson (2006), pengajaran sains berbasis penyelidikan dan


penemuan adalahproses menanyakan sifat dan struktur alam semesta. Pertanyaan dan
penemuanpembelajaran berbasis mengharuskan siswa untuk mengambil contoh dari
kehidupan sehari-hari, untuk mengusulkanhipotesis, uji mereka seperti para ilmuwan,
dan sementara itu, untuk mendapatkan tingkat lanjutketerampilan kognitif (Matthews,
2002).Pembelajaran penemuan adalah metode yang mendorongsiswa untuk sampai
pada kesimpulan berdasarkan kegiatan dan pengamatan mereka
sendiri.Dimasukkannya kegiatan berdasarkan penemuan pembelajaran dalam
pengajaran sains di Turki adalahpenting untuk pembelajaran yang bermakna dan
seumur hidup.penting untuk pembelajaran yang bermakna dan seumur hidup.6

Dari fenomena tersebut, guru harus memimpin siswa tidak hanya menguasai
materi, mereka juga harus memiliki sikap yang baik.Masalahnya adalah 1) untuk

4
Ibid,h. 47-48
5
Tota Martaida, Nurdin Bukit, Eva Marlina Ginting. The Effect of Discovery Learning Model
on Student’s Critical Thinking and Cognitive Ability in Junior High School, Journal of Research &
Method in Education, Volume 7 (I), Spring, 2017, h. 2
6
Ali Günay Balım, The Effects of Discovery Learning on Students’Success and Inquiry Learning
Skills, Eurasian Journal of Educational Research, Vol. 35, Spring 2009,h. 2

5
mengetahui prestasi siswa dalam menulis teks deskriptif dan sikap siswa yang diajar
menggunakan dan tanpa menggunakan pembelajaran Discovery 2) apakah ada
perbedaan yang signifikan dari prestasi siswa dan sikap siswa antara siswa yang
diajar menggunakan dan tanpa menggunakan penemuan belajar.

E. Langkah-Langkah Penerapan Discovery Learning

Darmadi (2017: 113-114) menyebutkan langkahlangkah pengaplikasian


model discovery learning yaitu

1. Menentukan tujuan pembelajaran;


2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa;
3. Menentukan materi pelajaran;
4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif;
5. Mengembangkan bahan-bahan dengan memberikan contoh, ilustrasi,
tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa;
6. Mengatur topik-topik pelajaran berawal dari yang sederhana ke yang
kompleks, dari yang konkret ke abstrak, dan dari tahap enaktif, ikonik
sampai ke tahap simbolik; serta
7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.7

Syah (dalam Darmadi, 2017: 114-117) terdapat prosedur yang harus


digunakan dalam mengaplikasikan model discovery learning, yaitu

1. Stimulation (pemberian rangsangan);


2. Problem statement (identifikasi masalah);
3. Data collection (pengumpulan data);
4. Data processing (pengolahan data);
5. Verification (pembuktian); dan

7
Nichen Irma Cintia dan KK, Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Hasil Belajar Siswa,Perspektif Ilmu Pendidikan - Vol.
32 (1) Spring, 2018, h. 71

6
6. Generalization (menarik kesimpulan).8

Menurut Sinambela (2017) langkahlangkah Pelaksanaan Pembelajaran


Discovery learning yaitu:

1. Stimulation (pemberian rangsangan). Siswa diberikan permasalahan di


awal sehinga bingung yang kemudian menimbulkan keinginan untuk
menyelidiki hal tersebut. Pada saat itu guru sebagai fasilitator dengan
memberikan pertanyaan, arahan membaca teks, dan kegiatan belajar
terkait discovery.
2. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah). Tahap kedua dari
pembelajaran ini adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin kejadian-kejadian dari masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah)
3. Data collection (Pengumpulan Data), berfungsi untuk membuktikan
terkait pernyataan yang ada sehingga siswa berkesempatan
mengumpulkan berbagai informasi yang sesuai, membaca sumber belajar
yang sesuai, mengamati objek terkait masalah, wawancara dengan
narasumber terkait masalah, melakukan uji coba mandiri.
4. Data processing (Pengolahan Data), merupakan kegiatan mengolah data
dan informasi yang sebelumnya telah didapat oleh siswa. Semua informai
yang didapatkan semuanya diolah pada tingkat kepercayaan tertentu.
5. Verification (Pembuktian) yaitu kegiatan untuk membuktikan benar atau
tidaknya pernyataan yang sudah ada sebelumnya. yang sudah diketahui,
dan dihubungkan dengan hasil data yang sudah ada.

8
Ibid, h. 71

7
6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi). Tahap ini adalah
menarik kesimpulan dimana proses tersebutmenarik sebuah kesimpulan
yang akan dijadikan prinsip umum untuk semua masalah yang sama
Berdasarkan hasil maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisas.9

Ngalimun mengatakan Langkah-langkah pembelajaran discovery sebagai


berikut

1. Stimulasi

Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang


menimbulkan kebingungan mereka, dan kemudian melanjutkan untuk tidak
memberikan generalisasi, yaitu keinginan untuk menyelidiki diri mereka
sendiri.Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi
belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi
materi.

2. Pernyataan Masalah

Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk


mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda masalah yang relevan dengan materi
pembelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis.

3. Pengumpulan data

Ketika eksplorasi berlangsung, guru juga memberikan kesempatan kepada


siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan untuk membuktikan sebanyak
mungkin benar atau tidaknya hipotesis.Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab
pertanyaan atau membuktikan validitas hipotesis.

9
Nabila Yuliana, Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Peningkatan
Hasil Belajar Siswa Di Sekolah Dasar, JIPP, Volume 2 (1), Spring, 2018, h. 22

8
4. Pemrosesan data

Pemrosesan data adalah kegiatan dan informasi yang telah diperoleh siswa
yang baik kemudian ditafsirkan, dan mereka diproses dan ditafsirkan pada tingkat
kepercayaan tertentu.Pemrosesan data berfungsi sebagai pembentukan konsep dan
generalisasi.

5. Verifikasi

Pada tahap ini, para siswa dengan hati-hati memeriksa untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis ditetapkan dengan temuan alternatif, terkait dengan
hasil pemrosesan data.

6. Generalisasi

Tahapan generalisasi / menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum


dan berlaku untuk semua peristiwa atau masalah serupa, dengan memperhatikan hasil
verifikasi, kemudian merumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.10

F. Tujuan Penerapan Discovery Learning

Tujuan Pembelajran Discovery Learning

1. Karna peserta didik terlibat langsung terhadap proses penemuan maka


diharapkan untuk aktif dalam pembelajaran
2. Peserta didk dapat menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstarak,
sehinnga dapat membuat pertanyaan yang dapat digunakan untuk mencari
informasi yang berkaitan demngan proses tersebut.
3. Dengan proses pembelajaran penemuan peserta didik membentuk cara
kerjasama, saling membagi dan menerima informasi yang didapatnya.

10
Basic and Applied Research(IJSBAR), International Journal of Sciences, Vol. 37 (3), Spring
2018, h. 72-73.

9
4. Keterampilan yang didapat dalam proses pembelajaran penemuan dalam
beberapa kasus, siswa lebih mudah menggunakan dalam aplikasi kasus yang
lain.11
G. Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning

Keunggulan metode discovery learning:

1. Membantu siswa untuk mengembangkan, mempersiapkan, serta menguasai


keterampilan dalam proses pembelajaran.
2. Siswa memperoleh pengetahuan sangat pribadi/ individual sehingga dapat
kokoh/ mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
3. Membangkitkan gairah belajar siswa.
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk berkembang dan maju sesuai
dengan kemampuannya masing-masing.
5. Memperkuat dan menambah kepercayaan diri siswa.12

Kelemahan metode discovery learning:

1. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental, memiliki keberanian
dan keinginan yang kuat untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
2. Bila kelas terlalu besar penggunaan metode ini akan kurang efektif.
3. Membutuhkan waktu yang relatif lama dibandingkan dengan metode belajar
menerima.13

11
Veri Setiawan, Istiqomah. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR, Prosiding Seminar Nasional Etnomatnesia,
12
Mutmainna, Ferawati, Komparasi Hasil Belajar Fisika Melalui Metode Discovery Learning
Dan Assignment And Recitation, Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 3 (1), Spring 2015, h. 48
13
Ibid.

10

Anda mungkin juga menyukai