Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“SEJARAH BIMBINGAN DAN KONSELING”

Nama Mahasiswa :
Alan Putra Pardede (1213311148)
- Diandra Nazwa Aulia Ruswandi (1213311146)
- Diha Stephenia Borucky (1213311139)
Kelas : L PGSD 2021
Mata Kuliah : Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu : Erwita Ika Violina, S.Pd, M.Pd

Program Studi s1 pgsd


Fakultas ilmu Pendidikan
Universitas negeri medan
Kata Pengantar
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya. Kami dari
kelompok dua agar dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “ Sejarah
Bimbingan Konseling”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran
Keterampilan Dasar Bimbingan dan Konseling. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi kami, dan bagi para pembaca. Kami selaku kelompok dua
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Erwita Ikan Violina, S.pd, M.pd. Selaku dosen
pengampu mata kuliah Keterampilan Dasar Bimbingan dan Konseling. Penulis menyadari
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik kami
harapkan agar bisa membuat makalah ini menjadi sempurna

Medan, 30 Agustus 2021

Kelompok
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………………………………………………..,,,,,,,,,,,,,,,

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….................

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………..

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………………

C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….................

A. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling seecara umum……………………………..

B. Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia………………………………………...

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………….................

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………...

B. Saran…………………………………………………………………………………………….

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah         


Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia melalui sejarah.
Sejarah tentang pengembangan potensi individu dapat ditelusuri dari masyarakat  Yunani Kuno. Mereka
menekankan upaya untuk mengembangkan dan menguatkan individu melalui pendidikan.
Plato dipandang sebagai konselor Yunani Kuno Karena dia menaruh perhatian besar terhadap
masalah-masalah pemahaman psikologis individu, seperti menyangkut isu-isu moral, pendidikan,
hubungan dalam masyarakat dan teologis,(I Imron Fauzi, 2008).[1]
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia.
Kenyataan menunjukan bahwa manusia didalam kehidupannya selalu menghadpi persoalan-persoalan
yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yang lain muncul, demikian serterusnya.
Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang
sangup mengtasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu
mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain. Khususnya bagi yang terakhir inilah bimbingan dan
konseling sangat diperlukan.
Manusia perlu mengenal dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya. Dengan mengenal didnya
sendiri, mereka akan bertindak dengan tepat sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Walaupun
demikian, tidak semua manusia mampu mengenal segala kemampuan dirinya. Mereka ini memerlukan
bantuan orang lain agar dapat mengenal dirinya, lengkap dengan segala kemampuan yang dimilikinya dan
bantuan tersebut dapat diberikan oleh bimbingan dan konseling.[2]
Pada kenyataanya bimbingan dan konseling juga diperlukan, baik oleh masyarakat yang belum
maju maupun masyarakat yang modern.
Menurut Bimo Walgito(1989:12) dalam Anas Salahudin bahwa, bimbingan dan penyuluhan,
yang kemudian saat ini lebih dikenal sebagai bimbingan dan konseling, merupakan suatu ilmu yang baru
bila dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain pada umumnya.[3]  Bila kita telusuri, bimbingan dan
penyuluhan itu mulai timbul sekitar permulaan abad ke-20. Gerakan ini mula-mula timbul di Amerika,
yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Frans Parsons, Jesse B. Davis, Eli Wever, John Brewer, dan
sebagainya.
Para ahli inilah yang memelopori bergeloranya bimbingan dan penyuluhan sehingga masalah ini
bekembang dengan pesatnya. Secara singkat, bimbingan dan penyuluhan itu sebagai berikut.
Pada tahun 1908 di Boston, Frank Persons mendirikan suatu biro yang dimaksudkan untuk
mencapai efisiensi kerja. Dialah yang mengemukakan istilah atau pengertian vocational guidance, yang
meliputi vovational choise, vocational placement, dan vocational training untuk memperoleh efisiensi
dalam pekerjaan. Dia pula yang mengusulkan agar masalah vocational guidance  dimasukan dalam
kurikulum sekolah.[4] Dengan langkah ini, dapat kita lihat bagaimana masalah bimbingan ini mendapat
perhatian yang begitu jauh oleh Frank Persons. Pada tahun 1909, Frans Parsons mengeluarkan buku yang
mengupas pemilihan jabatan, dan pemilihan jabatan ini kelak menjadi salah satu aspek yang penting
dalam bimbingan dan konseling.
Jesse B. Davis yang bertugas sebagai konselor sekolah di Cental High School di Detroit, mulai
pula bergerak dalam bidang ini, baik mengenai masalah-masalah yang ada dalam pendidikan maupun
dalam bidang pemilihan jabatan. Pada tahun 1910-1916, dia memberikan kuliah mengenai bimbingan dan
konseling. Kegiatan serupa dilakukan dilakukan pula oleh Eli Wever di New York, John Brewer di
Universitas Harvard. Itulah sebabnya, keduanya dipandang sebagai perintis dalam bidang bimbingan dan
konseling.
Maksud yang terkandung seperti yang dikemukakan oleh Frank Persons itu tetap ada di
Indonesia. Sebagai suatu contoh adalah Balai Latihan Kerja (BLK). Hal tersebut menggambarkan adanya
tempat untuk melatih para pencari kerja. Balai Latihan Keerja kiranya tidak jauh berbeda dari apa yang
dimaksud oleh Frank Persons sebagai vocational training.
Dengan diadakannya konferensi FKIP seluruh indonesia yang berlangsung di Malang sejak
tanggal 20-24 Agustus 1960, telah diputuskan bahwa bimbingan dan konseling dimasukan dalam
kurikulum FKIP. Hal tersebut menunjukan adanya langkah yang lebih maju, yaitu bimbingan dan
konseling sebagai suatu ilmu dikupas secara ilmiah. Dengan adanya instruksi dari pemerintah
( Departemen Pendidikan dan kebudayaan) untuk melaksanakan bimbingan dan konseling disekolah-
sekolah, telah membuat bimbingan dan konseling semakin maju di lingkungan sekolah.  
Untuk mengetahui lebih jauh Bimbingan dan Konseling sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan
terlebih dahulu kita mengetahui bagaimana Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling dari masa ke
masa, hingga perkembangannya di Indonesia. Sebagaimana isi makalah yang akan disampaikan oleh
pemakalah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling secara umum?

2.    Bagaimana Sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia?

C. Tujuan Pembahasan

1.  Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling secara umum

2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling secara umum


Menurut Bimo Walgito(1989:12) dalam Anas Salahudin bahwa, bimbingan dan penyuluhan,
yang kemudian saat ini lebih dikenal sebagai bimbingan dan konseling, merupakan suatu ilmu yang baru
bila dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain pada umumnya.[5]  Bila kita telusuri, bimbingan dan
penyuluhan itu mulai timbul sekitar akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20. Gerakan ini mula-mula
timbul di Amerika, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Frans Parsons, Jesse B. Davis, Eli Wever,
John Brewer, dan sebagainya.
Para ahli inilah yang memelopori bergeloranya bimbingan dan penyuluhan sehingga masalah ini
bekembang dengan pesatnya. Secara singkat, bimbingan dan penyuluhan itu sebagai berikut.
Pada tahun 1908 di Boston, Frank Persons mendirikan suatu biro yang dimaksudkan untuk
mencapai efisiensi kerja. Dialah yang mengemukakan istilah atau pengertian vocational guidance, yang
meliputi vocational choise,vocational placement, dan vocational training untuk memperoleh efisiensi
dalam pekerjaan. Dia pula yang mengusulkan agar masalah vocational guidance  dimasukan dalam
kurikulum sekolah.[6] Dengan langkah ini, dapat kita lihat bagaimana masalah bimbingan ini mendapat
perhatian yang begitu jauh oleh Frank Persons. Pada tahun 1909, Frans Parsons mengeluarkan buku yang
mengupas pemilihan jabatan, dan pemilihan jabatan ini kelak menjadi salah satu aspek yang penting
dalam bimbingan dan konseling.
Jesse B. Davis yang bertugas sebagai konselor sekolah di Cental High School di Detroit, mulai
pula bergerak dalam bidang ini, baik mengenai masalah-masalah yang ada dalam pendidikan maupun
dalam bidang pemilihan jabatan. Pada tahun 1910-1916, dia memberikan kuliah mengenai bimbingan dan
konseling. Kegiatan serupa dilakukan dilakukan pula oleh Eli Wever di New York, John Brewer di
Universitas Harvard. Itulah sebabnya, keduanya dipandang sebagai perintis dalam bidang bimbingan dan
konseling. Pada tahun 1913 didirikanlah salah satu perhimpunan diantara para pembimbing.
Uraian mengenai sejarah perkembangan bimbingan dan konseling ini lebih spesifik diungkap
pula oleh Imron Fauzi (2008). Dia menyebutkan bahwa gerakan bimbingan di sekolah mulai berkembang
sebagai dampak dari revolusi industri dan keragaman latar belakang siswa yang masuk kesekolah-sekolah
negeri. Tahun1898, Jesse B.Davis, seorang konselor di Detroit, mulai memberikan layanan konseling
pendidikan dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907, dia memasukan program bimbingan di sekolah
tersebut.[7]
Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkanprogram bimbingan ini di antaranya;
Eli Weaper, Feans Parsons, E.G.Will Amson, Carlr Rogers.
Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku “memilih satu karier” dan membentuk komite
guru pembimbing di setiap sekolah menengah di New York City.  Komite ini bekerja aktif membantu
anak-anak muda menemukan kemampuan dan belajar cara menggunakan telante mereka untuk
memastikan pekerjaan paling tepat di masa depan.[8]
Frans Parsons dikenal sebagai “Father of the guidance movement in America Education” Dia
mendirikan biro pekerjaan tahun 1908 di Bosto Massachussets, yang bertujuan membantu siswa dalam
memilih karir yang didasarkan atas proses seleksi secara ilmiyah dan melatih guru untuk memberikan
pelayanan sebagai konselor.
Program bimbingan yang terorganisasikan mulai munculan dengan frekuensi tinggi di jenjang
SMP sejak tahun 1920-an, dan lebih intensif lagi di jenjang SMA dengan pengangkatan guru BK yang
khusus dipisahkan untuk siswa laki –laki dan siswa perempuan. Titik inilah era dimulainya pemfungsian
disiplin, kelengkapan daftar hadir selama satu tahun ajaran dan tanggung jawab administrtif lainnya.

B. Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia.


Seperti telah di kemukakan oleh Bimo Walgito bahwa bimbingan sebagai ilmu merupakan suat
hal yang masih baru, apalagi di Indonesia. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa masalah bimbingan dan
konseling di Indonesia itu belum ada sama sekali karena masalah bimbingan itu telah lama di kenal di
Indonesia. Hanyak saja, bimbingan dan konseling yang kita hadapi sekarang ini berbeda dalam segi
pendekatannya.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus1945, dan adanya beberapa
kementerian pada waktu itu, di Indonesia mulai didirikan Kantor Penempatan Tenaga Kerja. Ini
menunjukan adanya suatu usaha untuk menempatkan orang-orang yang ingin bekerja – yang sebenarnya
disesuaikan dengan kemampuannya – dan ini apabila kita lihat lebih jauh, pada prinsipnya,
seperti vocational bureau yang didirikan oleh Frans Parsons di Boston, yaitu menempatkan seseorang
pada suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Akan tetapi, apakah yang dijalankan itu sudah
sesuai dengan prinsip tersebut, yaitu penempatan orang yang sesuai dengan kemampuannya? Hal ini di
luar dari kemampuan penulis untuk membeberkannya.
Sekalipun demikian, apa yang dikemukakan oleh Frank Parsons tetap berjalan di Indonesia.
Sebagai suatu contoh adalah Balai Latihan Kerja (BLH). Hal tersebut menggambarkan adanya tempat
untuk melatih para pencari kerja. Balai latihan kerja kiranya tidak jauh berbeda dari apa yang dimaksud
oleh Frank Parsons sebagai vocational training.[9]
 Dengan diadakannya konferensi FKIP seluruh indonesia yang berlangsung di Malang sejak
tanggal 20-24 Agustus 1960, telah diputuskan bahwa bimbingan dan konseling dimasukan dalam
kurikulum FKIP. Hal tersebut menunjukan adanya langkah yang lebih maju, yaitu bimbingan dan
konseling sebagai suatu ilmu dikupas secara ilmiah. Dengan adanya instruksi dari pemerintah
( Departemen Pendidikan dan kebudayaan) untuk melaksanakan bimbingan dan konseling disekolah-
sekolah, telah membuat bimbingan dan konseling semakin maju di lingkungan sekolah.[10]
Selain itu, diadakannya diadakannya bermacam-macam latihan jabatan oleh yang berwenang pun
menunjukan bahwa masalah bimbingan dan penyuluhan di Indonesia mengalami perkembangan yang
pesat, baik dalam sekolah maupin dalam masyarakat yang luas, misalnya ketentaraan, institusi-institusi
kesejahteraan sosial dalam industri-industri, dan sebagainya.
Dalam uraian lebih terperinci, Muchlis (2008), walaupun terdapat kesamaan pandnagn dengan
paparan yang dilakukan walgito(1989), menyatakan bahwa sejarah lahirnya bimbingan dan konseling di
Indonesia diawali dari dimasukannya bimbingan dan konseling (dahulunya bimbingan dan penyuluhan)
pada setting sekolah. Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP,yang kemudian
menjadi IKIP) di Malang tanggal 20-24 Agustus 1960 menghasikan keputusan untuk memasukkan
bimbngan dan penyuluhan kedalam kurikulum FKIP.
 Pada perkembangan berikutnya, pada tahun 1964, IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan
jurusan bimbingan dan penyuluhan. Tahun1971, berdiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan(PPSP)
pada delapan IKIP, yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta,IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang,
IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Manado. Melalui proyek ini, bimbingan dan penyuluhan
dikembangkan, dan berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan
Penyuluhan” pada PPSP. Kurikulum 1975 untuk sekolah menengah atas pun memebuat pedoman
bimbingan dan penyuluhan.
Tahun 1978, deselenggarakan program PGLSP dan PGSLA bimbingan dan penyuluhan di IKIP
(setinggat D2 atau D3) Untuk mengisi jabatan guru bimbingan dan penyuluhan di sekolah yang sampai
saat itu belum ada jatah pengangkatan guru BP dari tamatan S1 jusan bimbingan dan penyuluhan.
Keberadaan bimbingan dan penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK
Menpan No. 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam Lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan
bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Akan tetapi, pelaksanaannya di sekolah masih belum mendukung
misi sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan mereka. Sampai tahun 1993,
pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah tidak jelas. Apalagi pengguna, terutama orang tua
siswa, berpandangan keliru tentang BP. Muncul anggapan bahwa anak yang dipanggil BP identik dengan
anak yang nakal atau bermasalah, dan kalo orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP, dibenak
oarang tua tersebut berpikir bahwa anaknya bermasalah disekolah.
Pada tahun 1993, lahirlah SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya yang didalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah. Ketentuan
pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No. 025/1995 sebagai
petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di dalam SK Mendikbud ini,
istilah bimbingan dan penyuluhan diganti menjadi bimbingan dan konseling di sekolah dan dilaksanakan
oleh guru pembimbing. Di sinilah, pola pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah mulai jelas.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bimbingan dan Konseling telah terbentuk jauh sebelum era kemerdekaan, dari bimbingan itulah
siswa dipupuk untuk merealisasikan cita-cita bangsa, yaitu kemerdekaan. Setelah kemerdekaan
Bimbingan dan Konseling dalam system pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan nama.
Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994
berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai
dibicarakan di Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia sejak
diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan
bimbingan karir didalamnya. Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001.
B. Saran
Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam dunia pendidikan  diharapkan dapat memperbaiki
kualitas pendidikan itu sendiri, sehingga segala bentuk tujuan yang hendak dicapai dapat terwujud secara
efektif dan efisien, terutama bagi guru sebagai konselor baik untuk guru mata pelajaran umum maupun
guru agama pada umumnya dan khususnya guru Pendidikan Agama Islam. Karena kedua kelompok guru
tersebut dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya tidak bisa terlepas dari segala bentuk masalah
yang dihadapi. Disinilah Bimbingan dan Konseling sangat dibutuhkan oleh guru agar dapat membantu
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh siswa di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Walgito, Bimo,. Bimbingan dan Konseling Studi dan Karier, CV.Andy Offset.Yogyakarta. 2010.
Salahudin, Anas. Bimbingan dan Konseling, CV. Pustaka Setia. Bandung, 2010.
Robert L. Gibson,  Maranne H. Mitchell, Bimbingan dan Konseling Edisi ketuju. Edisi
Indonesia. Diterjemahkan oleh Pustaka Pelajar, Cetakan 1, januari  2011.
Prayitno. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Cetakan Kedua. 2002. PT. RenikaCipta.Jakarta

[1] Anas Salahudin, 2010.  Bimbingan & Konseling, CV.Pustaka Setia. Bandung. Hlm. 27


[2] Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Studi&Karier. CV. Andy Offset . 2010. Yogyakarta.hlm.10
[3] Anas Salahudin, 2010.  Bimbingan & Konseling, CV.Pustaka Setia. Bandung. Hlm. 27
[4] Anas Salahudin, 2010.
[5] Anas Salahudin, 2010.  Bimbingan & Konseling, CV.Pustaka Setia. Bandung. Hlm. 27
[6] Anas Salahudin, 2010.
[7]Anas Salahudin, 2010.  Bimbingan & Konseling, CV.Pustaka Setia. Bandung. Hlm. 29
[8] Robert L. Gibson dan Mariane H. Mitchell. 2011. Imbingan dan Konseling, Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.hlm: 12
[9] Bimo Walgito: 2010. Bimbingan dan Konseling Studi dan Karier.  CV.Andy Offset. Yogyakarta.
Hlm: 17
[10] Anas Salahudin, 2010.  Bimbingan & Konseling, CV.Pustaka Setia. Bandung. hlm. 30

Anda mungkin juga menyukai