Anda di halaman 1dari 25

BUKU METODIK DIDAKTIK LEVEL X

MADRASAH ALIYAH MA’HAD AL-ZAYTUN

TAHUN PEMBELAJARAN 2020-2021

Editor by:
Kholid Yusuf Eryandi,M.Pd.

Edisi I
(Pembaharuan 3 Maret 2021)

1
Daftar Isi

A. BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM LINTASAN SEJARAH ............................ 3

1. Pengertian Bimbingan dan konseling ............................................................................. 3

2. Sejarah bimbingan penyuluhan ........................................................................................ 4

B. KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING .................................................... 5

1. Ruang lingkup bimbingan dan penyuluhan ................................................................... 5

2. Fungsi dan peranan bimbingan dan penyuluhan ......................................................... 10

C. PENCAPAIAN KESEHATAN MENTAL ...................................................................... 13

1. Bimbingan dan penyuluhan menuju kesehatan mental ............................................... 13

D. TEKNIK-TEKNIK BIMBINGAN DAN KONSELING ................................................. 17

1. Pendekatan Kelompok................................................................................................. 17

2. Pendekatan Individu .................................................................................................... 20

E. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK ...................................................................... 21

1. Perkembangan psikologi anak MI (Madrasah Ibtidaiyah) ............................................ 21

2. Perkembangan psikologi masa remaja ......................................................................... 22

F. Analisa swot ...................................................................................................................... 24

1. Analisa swot dan nilai-nilai kehidupan ....................................................................... 24

2
A. BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM LINTASAN SEJARAH

1. Pengertian Bimbingan dan konseling


Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa
inggris yaitu kata “ Guidance” berasal dari kata kerja “to guidance” yang
mempunyai arti menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun
membantu, sesuai dengan istilahnya, maka secara umum dapat diartikan
sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Berdasarkan arti ini, secara etimologis,
bimbingan berarti bantuan, tuntunan atau pertolongan; tetapi tidak semua
bantuan, tuntunan atau pertolongan berarti konteksnya bimbingan. Bantuan,
tuntunan atau pertolongan yang bermakna bimbingan konteksnya sangat
psikologis. Maka itu, konsep bimbingan dapat diartikan sebagai proses bantuan
terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk
melakukan penyesuaian diri secara maksimum di sekolah, keluarga dan
masyarakat.
Konseling berasal dari istilah Inggris “counseling” yang kemudian
diindonesiakan menjadi “konseling”. Sedangkan secara etimologi istilah
konseling berasal dari bahasa latin yaitu “counsiliun” yang berarti “menerima
atau memahami”.Apabila dilihat dari eksistensinya, konseling merupakan
salah satu bantuan profesional yang sejajar misalnya, psikoterapi, penyuluhan
sosial dan kedokteran. Konseling pada dasarnya mempunyai tujuan agar terjadi
perubahan sebagaimana bantuan profesional yang lain. Dalam kedokteran
bantuan diberikan dengan tujuan adanya perubahan pada diri individu yang
sakit berubah menjadi sembuh. Begitu juga dalam konseling, individu dalam
konseling dibantu untuk bisa merubah pemahaman akan dirinya dan juga
lingkungannya sehingga mampu memahami potensi dirinya dan mampu
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Secara informal, bimbingan konseling dalam arti luas lahir bersamaan


dengan adanya pendidikan yakni saat terjadinya interaksi edukatif pada
3
kehidupan manusia, sebaai bukti adam diciptakan oleh Allah SWT yang
dilengkapi ilmu dan telah mengenal proses pendidikan (Q.S: Al-Baqoroh: 31).
Latar belakang perlunya bimbingan penyuluhan:
a. Tiap individu ingin memenuhi kebutuhan dan ingin berkembang
b. Tiap individu terdapat perbedaan
c. Masalah penyesuaian diri
d. Proses belajar mengajar
e. Perkembangan pendidikan
f. Peranan guru
g. Perkembangan Sosial budaya
h. Masalah yang dihadapi setiap individu

2. Sejarah bimbingan penyuluhan


Bimbingan dan konseling lahir pada tahun 1908 di Amerika dengan
berdirinya Vocational Bureau pada tahun 1908 oleh Frank Parsons. Frank
Parson dikenal juga sebagai Father of The Guedance Movement in America
Education. Frank menekankan bahwa penting bagi setiap individu untuk
diberikan pertolongan dari orang lain untuk lebih memahami kekurangan dan
kelemahan diri sehingga dapat digunakan untuk proses pengembangan diri lebih
baik dan menentukan pekerjaan yang cocok bagi dirinya.
Pertama kali istilah bimbingan dikenal pada abad ke- 19 hingga awal
abad ke 20 di Boston. Pada awalnya istilah ini dikenal dengan berdirinya biro
di bidang profesi dan ketenagakerjaan. Tujuannya yaitu untuk membantu
pemuda dalam memilih karir atau pekerjaan sesuai dengan keahlian mereka dan
juga melatih para guru untuk memberikan layanan bimbingan di sekolah.
Pada masa yang hampir sama, Jasse B Davis juga memulai memberikan
layanan konseling di SMA pada tahun 1898. Pada tahun 1907 dia mencoba
memasukkan program bimbingan ke dalam pensisikan siswa SMA di Detroit.
Eli Weaver pada tahun 1905 mendirikan Students Aid Committee of High
School di Newyork dan dalam mengembangkan komitenya, dia berada pada

4
suatu kesimpulan. Kesimpulan yang dikemukakannya yaitu bahwa siswa
membutuhkan saran dan konsultasi sebelum mereka masuk ke dunia kerja.
Pada tahun 1920 para konselor sekolah di Boston dan New York
diharapkan mampu membantu siswa dalam memilihkan pekerjaan yang tepat
sesuai dengan keahlian masing- masing individunya. Selama itu pula, pada
tahun 1920-an sertifikasi untuk konselor sekolah mulai diterapkan. pada
perkembangan lebih lanjut merambah pada bidang pendidikan atau Education
Guidance yang dirintid Jasse B. Davis. Dimana bimbingan ini dikenal dengan
adanya bimbingan dalam segi kepribadian atau Personal Guidance. Bimbingan
konseling juga berkembang di bidang-bidang yang lain seperti pengertian, dan
praktek bimbingan konseling terhadap ilmu sosial, budaya, kewarganegaraan,
keagamaan, dan lain sebagainya.
Bimbingan konselng (penyuluhan) Islam adalah proses pemberian bantuan
terarah, continue dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat
mengembangkan potensi/ fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal
dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-
Qur’an dan hadits Rasulullah ke dalam dirinya, sehingga ia dapat selaras dan
sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan hadits.

B. KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING


1. Ruang lingkup bimbingan dan penyuluhan
Pelayanan bimbingan konseling merupakan peranan yang paling
penting, bagi individu yang berada di lingkungan sekolah, keluarga ataupun
masyarakat. Oleh karena itu, terdapat beberapa pendapat menurut ahli tentang
ruang lingkup bimbingan konseling (penyuluhan). Mengacu pada buku Abu
Bakar M. Ludddin (2010:29) tentang ruang lingkup bimbingan konseling
(penyuluhan) terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yakni Pelayanan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah dan Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Luar
Sekolah. Dua bagian ruang lingkup pelayanan bimbingan dan konseling
dijelaskan sebagai berikut:

5
a. Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus dibentuk untuk
menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat. Dalam lembaga
sekolah terdapat berbagai macam bidang kegiatan dan bidang pelayanan
bimbingan dan konseling mempunyai peranan yang khusus. Bidang-bidang
tersebut diantaranya;
1) Bidang kurikulum yang meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum
dan pelaksanaan pengajaran yaitu penyampaian dan pengembangan
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kemampuan berkomunikasi
peserta didik.
2) Bidang administrasi atau kepemimpinan yaitu bidang yang meliputi
berbagai fungsi berkenaan dengan tanggung jawab dan pengambilan
kebijaksanaan serta bentuk kegiatan pengelolaan dan administrasi sekolah
seperti perencanaan, pembiayaan, pengadaan dan pengembangan staff.
3) Bidang kesiswaan yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi dan
kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara individu agar
masing-masing peserta didik dapat berkembang sesuai dengn bakat,
potensi dan minatnya. Dan bidang ini dikenal sebagai bidang pelayanan
bimbingan dan konseling.
Pelayanan bimbingan di sekolah pun mempunyai lingkup yang cukup luas.
Sukardi & Kusmawati, (2008: 9) menyatakan bahwa Lingkup bimbingan
konseling disekolah dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu dari segi fungsi,
segi sasaran, segi layanan dan segi masalah.
1) Segi Fungsi
Ditinjau dari segi fungsinya, bimbingan konseling di sekolah berfungsi
untuk:
 Fungsi Pemahaman, yaitu landasan dari kegiatan bimbingan
konseling karena memungkinkan jalan keluar dari pemecahan masalah
yang ditemui.
 Fungsi Pencegahan, yaitu untuk mencegah/paling tidak memperkecil
akibat yang akan timbul dari masalah siswa.

6
 Fungsi Pemeliharaan, yaitu agar hal-hal yang telah dimiliki individu
siswa terjaga dan terpelihara dengan baik serta hal-hal yang menjadi
kekurangan dari individu dapat dikurangi sedikit demi sedikit.
 Fungsi Pengembangan, yaitu untuk mengembangkan potensi yang
ada dalam diri siswa sehingga individu siswa dapat puas dan bahagia
dalam hidupnya.
 Fungsi Pengentasan, yaitu suatu usaha yang nyata untuk memecahkan
masalah siswa, sehingga diharapkan siswa bebas dari permasalahan
yang dihadapinya sehingga kebahagiaan siswa dapat terwujud.
2) Segi Sasaran
Ditinjau dari segi sasarannya, pelayanan bimbingan konseling di sekolah
diperuntukkan untuk seluruh siswa di sekolah agar siswa dapat mencapai
pengembangan yang optimal melalui kemampuannya dalam pengenalan
penerimaan diri dan lingkungan, membantu siswa untuk mengembangkan
motif dan motivasi belajar, dan memberikan dorongan dalam
mengarahkan diri, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
dalam pendidikan.
3) Segi Layanan
Layanan kerangka kerja BK dikembangkan dalam suatu program BK
yang dijabarkan dalam 4 (empat) kegiatan utama, yakni:
 Layanan dasar bimbingan, adalah bimbingan yang bertujuan untuk
membantu seluruh siswa mengembangkan perilaku efektif dan
ketrampilan-ketrampilan hidup yang mengacu pada tugas-tugas
perkembangan siswa SD.
 Layanan responsif, adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk
membantu memenuhi kebutuhan yang sangat penting bagi peserta didik
saat ini. Strategi yang digunakan adalah konseling individual, konseling
kelompok, dan konsultasi. Isi layanan responsif adalah: (a) bidang
pendidikan; (b) bidang belajar; (c) bidang sosial; (d) bidang pribadi; (e)
bidang karir; (f) bidang tata tertib SD; (g) bidang narkotika dan
perjudian; dan (h) bidang perilaku sosial.

7
 Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang
membantu seluruh peserta didik dan mengimplementasikan rencana-
rencana pendidikan, karir, dan kehidupan sosial dan pribadinya. Tujuan
utama dari layanan ini untuk membantu siswa memantau pertumbuhan
dan memahami perkembangan sendiri.
 Dukungan sistem, adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan
memantapkan, memelihara dan meningkatkan progam bimbingan
secara menyeluruh.
4) Segi Masalah
Ditinjau dari segi masalah yang dihadapi oleh siswa, bimbingan di
sekolah mencangkup 4 bidang yaitu:

 Bimbingan Pribadi. Dalam bidang bimbingan pribadi ini dapat


membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mandiri serta
sehat jasmani dan rohani.
 Bimbingan Sosial. Dalam bidang bimbingan sosial ini dapat
membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan
sosialnya yang dilandasi budi pekerti, tanggung jawab
kemasyarakatan.
 Bimbingan Belajar. Dalam bidang bimbingan belajar ini dapat
membantu siswa mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar
yang baik untuk menguasai pengetahuannya guna persiapan
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
 Bimbingan Karier. Dalam bimbingan karier ini dalpat membantu
siswa merencanakan dan mengembangkan masa depan karier nya.
b. Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Luar Sekolah
Pelayanan bimbingan konseling tidak hanya didapat oleh mereka yang
berada dilingkungan sekolah atau pendidikan saja. Masyarakat diluar
sekolah pun bisa mendapatkan pelayanan bimbingan konseling. Konseling
di luar sekolah meliputi:
1) Bimbingan dan Konseling dalam Lingkungan Keluarga
8
Keluarga merupakan peranan yang sangat penting dan dapat
memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan. Keluarga dapat
memberikan pengaruh positif ataupun negatif. Dalam pelayanan
bimbingan konseling, dari sekian banyak kasus yang ditangani ternyata
kehidupan masyarakat khususnya keluarga, tidak akan pernah lepas dari
masalah, konflik dan situasi/kejadian yang tidak menyenangkan terkait
dengan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitar.
Ini merupakan hal yang wajar sebagai suatu tahapan dari
pengalaman hidup dan perkembangan diri seseorang. Ada banyak upaya
yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah/ krisis keluarga.
Adapun cara menangani atau menyelesaikan masalah keluarga dengan
cara konseling keluarga (family conseling). Cara konseling keluarga
(family conseling) adalah cara yang telah dilakukan oleh para ahli
konseling diseluruh dunia. Ada dua pendekatan dilakukan dalam hal ini:
Pertama, Pendekatan individual atau juga disebut konseling individual
yaitu upaya menggali emosi, pengalaman dan pemikiran klien. Dan
Kedua, Pendekatan kelompok, yaitu diskusi dalam keluarga yang
dibimbing oleh konselor keluarga.
Tujuan utama adanya bimbingan dan konseling keluarga adalah
untuk memperlancar komunikasi antara anggota keluarga yang mungkin
karena sesuatu hal menjadi terhambat. Seluruh anggota keluarga
berusaha secara bersama-sama untuk memperbaiki komunikasi diantara
mereka. Terjadinya hambatan komunikasi mungkin disebabkan oleh
beberapa hal antara lain: terjadi konflik antar anggota keluarga ataupun
adanya masalah diantara individu-individu dalam keluarga.
2) Bimbingan dan Konseling dalam Lingkungan yang Lebih Luas
(Bimbingan dan Konseling di Masyarakat)
Permasalahan yang dialami oleh masyarakat tidak hanya terjadi
dilingkungan sekolah ataupun keluarga saja, melainkan juga diluar
keduanya. Msyarakat dilingkungan perusahaan, industri, bahkan di
lembaga masyarakat tidak terhindardari kemungkinan menghadapi
masalah. Oleh karena itu, pelayanan bimbingan dan konseling sangat
9
diperlukan. Adapun fungsi layanan bimbingan dan konseling di
masyarakat sebagai berikut:
 Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman membantu konseling agar memiliki pemahaman
terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan,
pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini
konseling diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara
optimal dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis
dan konstruktif.
 Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi
dan berupaya untuk mencegahnya, agar tidak dialami oleh konseling.
Melalui fungsi ini dapat memberikan bimbingan kepada konseling
tentang tata cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan
yang membahayakan dirinya, diantaranya dengan memberikan
pengetahuan dan ketrampilan sebanyak-banyaknya kepada
konseling. Beberapa masalah yang perlu di orientasikan kepada
konseling dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak
diharapkan di antaranya: bahaya minuman keras, merokok,
penyalahgunaan obat-obatan, drop out dan pergaulan bebas (free
sex).
2. Fungsi dan peranan bimbingan dan penyuluhan
Fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari segi kegunaan dan manfaat
pelayanan dapat dikelompokkan menjadi Sembilan fungsi pokok, yaitu:
a. Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai
dengan keperluan pengembangan siswa yang mencakup pemahaman tentang

10
diri siswa, lingkungan siswa, dan lingkungan yang lebih luas terutama oleh
siswa.
b. Fungsi preventif
Fungsi prevensif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor
untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan
berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui
fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara
menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan
dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi,
informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu
diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya
tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya: bahayanya minuman keras,
merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free
sex).
c. Fungsi perbaikan
Fungsi perbaikan yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling yang akan
menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang
dialami siswa. Fungsi perbaikan ini diharapkan dapat menghasilkan
terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dihadapi siswa.
d. Fungsi pengembangan
Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa
berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang
memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel
Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi
atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan
secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli
mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat

11
digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau
curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
e. Fungsi penyaluran
Fungsi Penyaluran yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program
studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan
minat, bakat, keahlian dan ciri- ciri kepribadian lainnya. Dalam
melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik
lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
f. Fungsi adaptasi
Fungsi Adaptasi yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan,
kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan
program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat,
kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang
memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para
guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan
menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses
pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan konseli.
g. Fungsi penyesuaian
Fungsi Penyesuaian yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan
lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

h. Fungsi fasilitasi
Fungsi Fasilitasi yaitu memberikan kemudahan kepada konseli dalam
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan
seimbang seluruh aspek dalam diri konseling.

12
i. Fungsi pemeliharaan
Fungsi Pemeliharaan yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk
membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi
kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli
agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan
produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-
program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat
konseli.

C. PENCAPAIAN KESEHATAN MENTAL


1. Bimbingan dan penyuluhan menuju kesehatan mental
Kesehatan mental dipandang sebagai ilmu praktis yang banyak dipraktekan
dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga
ataupun lingkungan masyarakat. Karakteristik utama dari kesehatan mental
seseorang, antara lain:
a. Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri dalam arti ia dapat mengenal
dirinya dengan baik.
b. Pertumbuhan, perkembangan dan perwujudan diri yang baik.
c. Integrasi diri yang meliputi keseimbangan mental, kesatuan pandangan dan
tahan tekanan, dikotomi diri yang mencakup unsur–unsur pengatur kelakuan
dari dalam atau kelakuan– kelakuan bebas.
d. Persepsi mengenai realitas, bebas dari penyimpangan kebutuhan serta
memilki empati dan pertama kepekaan sosial.
e. Kemampuan untuk menguasai lngkungan dan berintegrasi dengannya secara
baik.
Konsep kesehatan mental dalam konseling dengan menggunakan istilah
“wellness” merupakan kondisi yang lebih luas dan menyeluruh dibandingkan
dengan konsep sehat atau baik. Dalam pengertian wellness kondisi sehat tidak
hanya sehat jasmani atau mental saja akan tetapi kepribadian secara keseluruhan
sebagai suatu refleksi dari kesatuan unsur jasmani dan rohani serta interaksinya

13
dengan dunia luar. Kondisi wellness dinyatakan dalam lima tugas hidup yakni:
spiritualitas, regulasi diri, pekerjaan, cinta dan persahabatan.

 Tugas hidup pertama yakni spiritualitas, merupakan tugas hidup yang


paling inti dan sentral. Spiritualitas merupakan naluri keagamaan yang
tercermin dalam kesadaran akan nilai–nilai suci dan esensial bagi kode– kode
etik, moral dan hukum yang digunakan untuk melindungi dan memelihara
kesucian hidup
 Tugas hidup yang kedua yakni regulasi diri, memiliki tugas-tugas untuk
mengatur diri sendiri agar mampu hidup secara baik dan sehat.
 Tugas hidup ketiga yakni pekerjaan, untuk mewujudkan kondisi hidup yang
sehat maka dalam pekerjaan tidak hanya bermakna ekonomis akan tetapi juga
bermakna sosial, psikologis dan spiritual.
 Tugas hidup keempat yakni persahabatan, dengan persahabatan ini individu
akan memperoleh dukungan sosial meliputi dukungan yang bersifat
emosional, dukungan benda nyata dan informasi.
 Tugas kelima yakni cinta, cinta ini diwujudkan melalui hubungan dalam
keluarga.

Masing–masing tugas hidup memberikan tantangan dan tuntutan bagi


individu untuk mampu melaksanakan tugas– tugas secara tepat dan bermakna
agar dapat mewujudkan keseimbangan jiwa sehingga mencapai wellness.
Hubungan antara tugas hidup dan tantangan itu tidak lepas dari berbagai
peristiwa global yang terjadi di seluruh dunia. Segala perubahan dan
perkembangan global akan berpengaruh pada kehidupan individu di berbagai
bidang dan sektor.
Terdapat beberapa prinsip atau dasar yang harus dipegang untuk dapat
mencapai kesehatan mental antara lain yaitu:
a. Pola Pikir yang Baik Terhadap Diri Sendiri
Pola pikir atau pemahaman diri (self image) merupakan dasar dan syarat
utama untuk mendapatkan kesehatan mental. Pemahaman diri secara objektif
terhadap kelebihan dan kekurangan diri dapat mengurangi serta menghindari
dari kecemasan, putus asa dan frustasi terhadap kenyataan hidup.
14
Pemahaman diri secara positif dapat menjadi himmah (semangat) untuk
mendapatkan segala hal yang didambakan. Self image dapat diperoleh dengan
kesadaran, pemahaman serta kerelaan atas apa yang ada pada dirinya dan
dengan keyakinan serta tekad kuat bahwa apapun yang ada pada dirinya akan
mampu meraih kebahagiaan.
Seseorang disebut sehat apabila mampu berhubungan baik dengan
dirinya sendiri. Hubungan ini tentunya terkait dengan cara pandang (self
image) terhadap posisi dan peran diri sendiri di tengah kehidupan baik
keluarga maupun lingkungan masyarakat. Untuk dapat memunculkan
pandangan baik tentang diri sendiri dibutuhkan kepercayaan diri
b. Keterpanduan atau Integrasi Diri
Integrasi diri merupakan keseimbangan antara kekuatan – kekuatan jiwa
dalam diri, kesatuan pandangan hidup dan kesanggupan mengatasi
ketegangan emosi. Keterpaduan diri tampak pada kestabilan jiwa seseorang
dalam menjalani kehidupan untuk memenuhi segala kebutuhan dan mampu
mengadakan penyesuaian diri terhadap segala hambatan dan tantangan hidup
untuk menggapai kebermaknaan hidup di dunia.
c. Perwujudan Diri
Perwujudan diri (aktualisasi) merupakan kemampuan mendaya
gunakan seluruh potensi yang ada untuk memenuhi kebutuhan–kebutuhan
dengan cara yang baik dan memuaskan. Aktualisasi merupakan keberanian
untuk merubah harapan indah di alam pikiran menjadi kenyataan. Proses
aktualisasi ini menjadikan nyata segala niat, janji, harapan atau rencana.
Seseorang yang sehat mempunyai arah atau tujuan masa depan dan
mempunyai pula rencana–rencana untuk sampai kepada tujuan. Segala
rencana diwujudkan secara bertahap sesuai kemampuan diri dan bertekad
untuk tetap berusaha merealisasikan atau mewujudkan tujuan hidup.
d. Kemampuan Bersosialisasi
Kemampuan bersosialisasi terbentuk dari kemampuan menerima orang
lain dengan senang hati dan mampu beradaptasi dengan orang lain. Dengan
mampu menerima orang lain maka seseorang akan mampu berhubungan baik
dengan orang lain untuk bekerjasama. Hubungan yang sehat dalam
15
kerjasama ini dibutuhkan adanya rasa persamaan dan kesedarajatan, hal ini
lahir dalam bentuk perasaan yang tidak merasa lebih dan kurang dari orang
lain.
Dengan prinsip humanisme yakni menjunjung harkat dan martabat
orang lain, seseorang akan merasa senang dalam bersosi- alisasi di
lingkungan masyarakat dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
tempat tinggal. Kemampuan menyesuaikan diri ini ditandai dengan perasaan
aman, nyaman, damai serta bahagia berada di lingkungan tempat tinggal dan
akan berupaya untuk menciptakan kenyamanan serta kedamaian bagi orang
lain.
e. Mempunyai Dedikasi dan Etos Kerja
Dedikasi merupakan pengabdian atau tanggung jawab seseorang
terhadap suatu tugas. Dedikasi seseorang terhadap tugas tampak pada rasa
keihlasan dalam menjalankan tugas, senantiasa gembira dalam melaksanakan
berbagai tugas serta selalu bersemangat (memiliki etos kerja) untuk
melakukan inovasi –inovasi dalam menunaikan tugas. Tugas merupakan
peluang menumbuhkembangkan kemampuan diri. Seseorang yang sehat
adalah mampu menunaikan tugas dengan merasa puas dan bahagia serta
penuh tanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya.
f. Mempunyai Falsafah Hidup
Falsafah hidup (pandangan hidup) sangat diperlukan dalam menghadapi
berbagai tantangan dan ujian hidup. Dengan falsafah hidup yang didasari
keyakinan agama seseorang akan mampu menghadapi segala persoalan
kehidupan dengan kerelaan dan kepasrahan diri karena pada hakekatnya
segala hal adalah berlangsung atas kehendak Tuhan sehingga orang yang
sehat akan menghadapi segala permasalahan dengan lapang dada.
g. Kemampuan Mengandalikan Diri
Kemampuan mengendalikan hawa nafsu atau dorongan– dorongan ke
arah negatif akan membimbing tingkah laku seseorang untuk menjauh dari
kemungkinan– kemungkinan berbuat anarkis dan bertentangan dengan
ketentuan–ketentuan hukum Tuhan dan juga hukum manusia.

16
h. Mempunyai Rasa Tanggung Jawab
Rasa tanggung jawab seseorang terhadap kehidupan memunculkan sifat
kehati–hatian, kedisiplinan serta kejujuran dalam pelaksanaan kewajiban.
Rasa tanggung jawab yang dimiliki seseorang dapat menghindari rasa
kecemasan dan ketakutan terhadap segala beban tugas yang diterima.
Kecemasan muncul karena adanya ketakutan terhadap hal–hal yang belum
terjadi. Rasa cemas akan menghantui seseorang apabila ada perlakuan yang
tidak bertanggung jawab baik terhadap tugas ataupun kewajiban dalam
keluarga maupun masyarakat.
Kesehatan mental seseorang akan tercapai apabila sehat secara
menyeluruh baik jasmani maupun rohani sehingga mampu melaksanakan
serangkaian tugas kehidupan baik spiritualitas, kemampuan mengatur diri,
pelaksanaan tugas atau kerja, berhubungan sosial serta keharmonisan rumah
tangga. Seseorang akan dikatakan sehat apabila mampu memahami diri
sendiri, mampu memahami orang lain sehingga dapat berempati dan
bersosialisasi serta beradaptasi dengan lingkungan, memiliki keintegralan
diri, memiliki falsafah hidup (pandangan hidup) yang didasari keyakinan
agama dan memiliki rasa tanggung jawab.
Dalam Islam pencapaian kesehatan mental atau jiwa terintegrasi dalam
pengembangan pribadi, dalam artian bahwa kondisi jiwa yang sehat
merupakan hasil dari kondisi pribadi yang matang secara emosional,
intelektual dan sosial terutama matang dalam keimanan dan ketakwaan
kepada Allah SWT.

D. TEKNIK-TEKNIK BIMBINGAN DAN KONSELING


Pada umumnya teknik-teknik yang dipergunakan dalam bimbingan dan
konseling berfokus kepada dua pendekatan, yaitu pendekatan kelompok
(bimbingan kelompok) dan pendekatan individual (konseling individual).
1. Pendekatan Kelompok
Teknik ini dipergunakan dalam membantu siswa atau sekelompok siswa
memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok. Masalah
17
yang dihadapi mungkin bersifat kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh
kelompok atau bersifat individuil yaitu dirasakan oleh individu sebagai anggota
kelompok. Penyelenggaraan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk
membantu mengatasi masalah bersama atau membantu individu yang
menghadapi masalah dengan menempatkannya dalam suatu kehidupan
kelompok.
Terdapat delapan bentuk teknik bimbingan kelompok, (1) home room
program; (2) karyawisata; (3) diskusi kelompok; (4) kegiatan kelompok; (5)
organisasi siswa; (6) sosiodrama; (7) psikodrama; dan (8) remedial teaching.
a. home room program
Yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar
guru/konselor dapat mengenal siswa-siswanya lebih baik, sehingga dapat
membantunya secara efesien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam
bentuk pertemuan antara guru dengan siswa di luar jam-jam pelajaran untuk
membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. Dalam program home
room ini hendaknya diciptakan suatu situasi yang bebas dan
menyenangkan, sehingga siswa dapat mengutarakan perasaannya seperti di
rumah. Atau membuat suasana kelas seperti di rumah.
b. karyawisata
Dengan karyawisata, siswa mendapat kesempatan meninjau objek-objek
yang menarik dan mereka mendapat informasi yang lebih baik dari objek
itu. Para siswa mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian
dalam kehidupan kelompok, seperti dalam berorganisasi, kerja sama, rasa
tanggung jawab dan percaya pada diri sendiri. Selain itu dapat
mengembangkan bakat dan cita-citanya.
c. diskusi kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana siswa- siswa akan
mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama. Setiap
siswa mendapat kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-
masing dalam memecahkan suatu masalah.
d. kegiatan kelompok

18
Kegiatan kelompok dapat merupakan teknik yang baik dalam bimbingan,
karena kelompok memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpartisipasi dengan sebaik-baiknya. Untuk mengembangkan bakat-bakat
dan menyalurkan dorongan-dorongan dapat dilakukan melalui kegiatan
kelompok. Dengan kegiatan ini setiap siswa dapat kesempatan untuk
menyumbangkan pikirannya dan mengembangkan rasa tanggung jawab.
e. organisasi siswa
Organisasi siswa, baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah
dapat merupakan salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. Melalui
organisasi ini banyak masalah-masalah yang sifatnya individu dan
kelompok dapat diselesaikan. Siswa mendapat kesempatan untuk belajar
mengenal berbagai aspek kehidupan sosial dan dapat mengembangkan
bakat kepemimpinan disamping memupuk rasa tanggung jawab dan harga
diri.
f. sosiodrama
Sosiodrama dipergunakan sebagai suatu teknik di dalam memecahkan
masalah-masalah sosial dengan melalui kegiatan bermain peran. Siswa akan
memerankan suatu peranan tertentu dari suatu situasi masalah sosial. Siswa
akan menghayati langsung situasi masalah yang dihadapinya. Dari
pementasan tersebut lalu diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan
masalahnya.
g. psikodrama
Psikodrama adalah teknik untuk memecahkan masalah- masalah psikhis
yang dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan tertentu,
konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau
dihindarkan. Kepada kelompok siswa dikemukakan suatu cerita yang
didalamnya digambarkan adanya suatu ketegangan psikhis yang dialami
oleh individu. Kemudian siswa-siswa diminta untuk memainkan di muka
kelas. Bagi siswa yang mengalami ketegangan, permainan dalam peranan
itu dapat mengurangi ketegangannya, atau bahkan akan memecahkan
masalah pribadi yang dialaminya baik dalam hubungannya dengan keluarga
maupun dengan sesama siswa lainnya di lingkungan sekolah.
19
h. remedial teaching
Remedial teaching atau pengajaran remedial yaitu bentuk pengajaran yang
diberikan kepada siswa untuk membantu memecahkan kesulitan belajarnya.
Pengajaran remedial bisa berbentuk pengajaran, pengulangan kembali,
latihanlatihan, penekanan terhadap aspek-aspek tertentu tergantung dari
jenis dan tingkat kesulitan belajar yang dialaminya. Teknik ini dapat
diberikan kepada kelompok atau individuil. Teknik remedial ini
dilaksanakan setelah diadakan diagnosa terhadap kesulitan yang dihadapi
siswa.
2. Pendekatan Individu
Konseling merupakan salah satu teknik pemberian bantuan secara
individu dan secara langsung berkomunikasi. Dalam teknik ini pemberian
bantuan dilakukan bersifat face to face relationship (hubungan empat mata),
yang dilaksanakan dengan wawancara antara konselor dengan klien. Masalah
yang dipecahkan melalui teknik ini adalah masalah-masalah yang bersifat
pribadi.
Dalam konseling hendaknya konselor bersikap penuh simpati dan
empati. Simpati artinya menunjukan adanya sikap turut merasakan apa yang
sedang dirasakan oleh klien. Empati artinya berusaha menempatkan diri dalam
situasi dari klien dengan segala masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan
sikap ini klien akan memberikan kepercayaan yang sepenuhnya kepada
konselor. Dan ini sangat membantu keberhasilan dalam proses konseling.
Terdapat tiga teknik khusus dalam konseling individuil yaitu:
a. Directive counseling, yaitu teknik konseling dimana yang paling berperan
adalah konselor; konselor berusaha mengarahkan klien sesuai dengan
masalahnya.
b. Non-directive counseling, yaitu yang paling berperan adalah klien. Klien
bebas bicara dan konselor hanya menampung pembicaraan dan
mengarahkannya.
c. Elective counseling, yaitu gabungan dari kedua teknik di atas.
WS. Winkel (1994:315) membagi teknik konseling kepada dua jenis,
yaitu:
20
a. Teknik konseling verbal, yaitu tanggapan-tanggapan yang verbal yang
diberikan oleh konselor, yang merupakan perwujudan konkrit dari maksud,
pikiran dan perasaan yang terbentuk dalam batin konselor untuk membantu
klien pada saat tertentu. Wawancara konseling terdiri atas ungkapan-
ungkapan pihak klien yang disusul dengan ungkapan-ungkapan di pihak
konselor; setiap ungkapan klien disusul dengan satu ungkapan di pihak
konselor. Contoh ungkapan tersebut seperti; selamat siang, sampai berjumpa,
mengapa, kenapa dan lain-lain.
b. Teknik konseling non-verbal. Perilaku non-verbal menunjuk pada reaksi
atau tanggapan yang dibedakan dari berbahasa dengan memakai kata-kata,
seperti ekspresi wajah, gerakan tangan, isyarat, pandangan mata, sikap
badan, anggukan kepala, kecepatan berbicara, volume suara, intonasi, nada
suara dan sebagainya. Langkah-langkah yang ditempuh dalam konseling
individuil adalah sebagai berikut: 1) Menentukan masalah 2) Mengumpulkan
data 3) Analisa data 4) Diagnosa atau menetapkan latar belakang masalah 5)
Prognosa atau menetapkan langkah bantuan yang akan diambil. 6) Therapi
yaitu pelaksanaan bantuan 7) Evaluasi dan follow-up, yaitu melihat hasil
yang telah ditempuh.

E. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK


1. Perkembangan psikologi anak MI (Madrasah Ibtidaiyah)
Tiga Pola pembelajaran MI Secara Garis Besar
a) Aplikatif: materi pembelajaran bersifat terapan, yang berkaitan dengan
kegiatan rutin anak sehari-hari dan sangat dibutuhkan untuk kepentingan
aktivitas anak, serta yang dapat dilakukan anak dalam kehidupannya.
b) Enjoyable: pengajaran materi, dan materi yang dipilih duypayakan mamppu
membuat anak senang, menikmati, dan mau mengikuti dengan antusias.
c) Mudah ditiru: materi yang disajikan dapat diptaktekan sesuai dengan
kemampuan fisik dan karakter lahiriah anak.

21
Perkembangan Masa pertengahan anak-anak (Kelas 1-3 MI)
Memasuki masa transisi dari taman kanak-kanak yang aktivitas belajarnya
dilakukan sambal bermain ke jenjang sekolah dasar yang lebih formal. Kondisi ini
menuntut mereka untuk banyak berada dalam kelas dan duduk tenang
memperhatikan penjelasan guru serta mengerjakan tugas-tugas, Anak kelas 1-3
belum bisa diharapkan duduk lama karena rentang perhatiannya maksimal sekitar
15-25 menit saja untuk kemudian beralih ke topik lain.
Lima Pola Pembelajaran kelas 1-3 MI
a) Belajar sambal bermain
b) Memanfaatkan PR/PA
c) Selalu men-support / mendukung terutama saat sedang mengalami kesulitan
d) Selalu menjadi model yang baik untuk ditiru anak.
e) Menetapkan jam antara waktu untuk serius belajar dan waktu untuk
istirahat.
Perkembangan Masa Akhir Anak-anak (kelas 4-6 MI)
a) Mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima,
atau tidak disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk
mengendalikan dan mengontrol eksptesi emosinya. Kemampuan mengontrol
emosi diperolehnya melalui peniruan dan latihan (pembiasaan).
b) Mulai banyak mengkonsentrasikan diri berdasarkan minat individu
c) Mulai tumbuh sikap kritis dan mandiri
d) Mulai adanya fase hero dan semangat heroik

2. Perkembangan psikologi masa remaja


Pola Perkembangan Remaja Pertengahan (Usia MTs)
Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
Kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab, dengan media alat peraga dan menggunakan pendekatan sikap kritis dan
kreatif.

22
Pola Perkembangan Remaja Awal (Usia MA)
Dalam tahap ini benar-benar dibutuhkan dukungan baik dari remaja itu sendiri,
dari orang tua dan guru, dari teman sebaya serta dari lingkungan dimana ia berada
dan yang paling besar peranannya adalah dari remaja itu sendiri, bagaimana
caranya agar mereka mau berusaha untuk mendukung perkembangan karakter
dalam fasenya saat itu.

Perkembangan Karakteristik Masa Remaja Pertengahan (Usia MA)


a) Perkembangan fisik, mempunyai kematangan yang lengkap
b) Perkembangan seksual, produksi hormone dalam tubuhnya meningkat, suara
menjadi lebih penuh dan merdu.
c) Cara berfikir kausalitas / sebab akibat, perlu penjelasan terhadap larangan,
memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang
kompleks dan abstrak
d) Emosi yang meluap-luap, belum bisa mengontrol emosi dengan baik, saat
melakukan sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan
resiko yang akan terjadi
e) Perkembangan sosial, mulai mencari perhatian dari lingkungannya dan
berusaha mendapatkan status atau peranan, dalam kehidupan sosial sangat
tertatik pada kelompok sebayanya sehingga tidak jarang orang tua
dinomorduakan, sedangkan kelompoknya dinomosatukan, dimulainya rasa
tertarik pada lawan jenisnya dan mulai mengenal istilan pacaran
f) Perkembangan moral; bersifat kritis ketika melihat ketidak seimbangan antara
nilai-nilai yang sudah tertanam dalam dirinya dengan kenyataan yang
dihadapi, mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-
masalah popular yang berkenaan dengan lingkungan mereka
g) Perkembangan kepribadian; tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti
materi atau penampilan, penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang
berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan
tidak menarik cenderung dikucilkan

23
Perkembangan Karakterisik Masa Remaja Awal (Usia MTs)
a) Perkembangan fisik, lebih cepat disbanding masa anak-anak
b) perkembangan seksual, mengalami masa mimpi/menstruasi yang pertama
c) Cara berfikir kausalitas/sebab akibat, perlu enjelasan terhadap larangan
d) Emosi yang meluap-luap, belum bisa mengontrol emosi dengan baik
e) Perkembangan sosial, mulai mencari perhatian dari lingkungannnya dan
berusaha mendapatkan status dan peranan
f) Perkembangan moral; bersifat kritis ketika melihat ktida seimbangan
antara nilai-nilai yang sudah tertanam dalam dirinya dengan kenyataan
yang dihadapi
g) Perkembangan kepribadian; tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti
materi atau penampilan
Masalah Remaja/Sifat Negative Yang Harus Di Waspadai Remaja
a) Suka keluyuran; menghabiskan waktu tanpa agenda dan Tujuan yang
jelas
b) Bermalas-malasan dan suka menunda atau meremehkan pekerjaan
c) Ragu-ragu dan cenderung berimbang menghadapi kehidupan
d) Sering minder aan kemampuan dan potensi diri
e) Mementingkan bermain atau santai daripada belajar
f) Mudah larut dalam berbagai kesenangan tanpa perhitungan
g) Cenderung megabaikan segala kebiasaan baik
Akhlak Terpuji Yang Harus Diterapkan Pada Masa Remaja
a) Mengucap dan menjawab salam
b) Berjabat tangan dengan sesama jenis
c) Mengindari berkhalwat
d) Mencari teman yang baik

F. Analisa swot dan nilai-nilai kehidupan


1. Analisa swot
Pemahaman tentang kelebihan dan kekurangan diri serta besarnya
dukungan dan hambatan yang dihadapi seorang siswa akan membantu dalam
proses perencanaan metode belajar. Kondisi ini mempermudah dalam
24
mencari penyebab apabila hasil belajar (nilai) tidak sesuai dengan standar
keberhasilan dan harapan kita
2. Makna nilai-nilai kehidupan
Sesuatu yang dianggap baik oleh seseorang maupun sekumpulan kelompok
orang, sehingga dalam kehidupan kita sehari-hari, kita mengenal adanya nilai
individu dan kelompok.
3. perbuatan baik yang harus diterapkan di Masyarakat
a) Memenuhi undangan
b) Memberi nasehat
c) Mengikuti perkumpulan di masyarakat
d) Ikut menggerakkan kerja bakti dan mengumpulkan sumbangan
e) Melakukan yang baik
f) Sabar menghadapi cobaan
g) Berusaha mencari nilai hikmah.
4. Pengertian SWOT
 S (Strenght), Kekuatan; Potensi yang ada pada diri sendiri yang
mendukung cita-cita
 W (Weakness), Kelemahan; seluruh kekurangan yang ada pada diri
sendiri dan kurang mendukung cita-cita
 O (Opportunity), Peluang; Segala sesuatu yang dapat menunjang
keberhasilan cita-cita
 T (Threat), Ancaman; Segala sesuatu yang dapat menggagalkan rencana
cita-cita yang berasal dari diri sendiri atau lingkungan
5. Sikap yang perlu di Hindari dalam Bermasyarakat
a) Jangan berambisi menjadi orang yang terkenal
b) Jangan merasa pandai karena ilmu yang dimiliki
c) Jangan sombong dan arogan
d) Hindari perbuatan suap
e) Mencegah kemungkaran

25

Anda mungkin juga menyukai