ANKATAN XXI
DOSEN :
PENYUSUN :
Sania Masyithoh
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pendidikan, konselor sekolah sebagai individu yang tidak diharapkan bertindak
sebagai hakim atau penilai. Konselor berbeda dengan guru, pengurus sekolah dan orang tua
dalam tugasnya di sekolah. Konselor tidak bertanggung jawab seperti guru untuk
memastikan bahwa pelajar mencapai dalam bidang akademik. Oleh karena itu konselor
mampu untuk mengadakan hubungan yang harmonis sehingga tercapai pertumbuhan dan
perkembangan pelajar.
Bimbingan dan konseling ada untuk menolong pelajar memahami berbagai pengalaman diri,
peluang yang ada serta pilihan yang terbuka untuk mereka dengan menolong mereka
mengenal, membuat interpretasi dan bertindak terhadap kekuatan sendiri, dan bersumber dari
diri mereka dan bertujuan untuk mempercepat perkembangan diri pelajar. Seorang konselor
dalam pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh sebab itu
praktiknya harus mengikuti asas-asas, dan landasan-landasan tertentu.
1.3 Tujuan
Sejarah Bimbingan Konseling Paling Lengkap
Bimbingan konseling memiliki sejarah pendirian yang dimulai dari abad ke 19 hingga
terbentuk seperti saat ini. Pada awal mulanya bimbingan dan konseling dibuat dari Amerika,
dan berkembang hingga disiplin ilmu yang berbeda- beda. Kemudian keilmuan menjadi
meluas ke berbagai pelosok bumi dan mulai diterapkan sebagai salah satu program
pengembangan manusia yang diterapkan di layanan persekolahan.
Hal ini dinilai baik untuk dapat membantu proses pengebangan diri siswa dalam memahami
dirinya dan juga dalam proses pengembangan diri mencapai tujuan atau cita- cita yang
diinginkan. Bimbingan konseling juga membantu mengatasi siswa dalam menghadapi
permasalah yang tidak bisa diselesaikan sendiri. Karena prinsipnya dukungan atau wawasan
dari orang lain akan lebih membantu.
Pertama kali istilah bimbingan dikenal pada abad ke- 19 hingga awal abad ke 20 di Boston.
Pada awalnya istilah ini dikenal dengan berdirinya biro di bidang profesi dan
ketenagakerjaan. Tujuannya yaitu untuk membantu pemuda dalam memilih karir atau
pekerjaan sesuai dengan keahlian mereka dan juga melatih para guru untuk memberikan
layanan bimbingan di sekolah. Pada masa yang hampir sama, Jasse B Davis juga memulai
memberikan layanan konseling di SMA pada tahun 1898. Pada tahun 1907 dia mencoba
memasukkan program bimbingan ke dalam pensisikan siswa SMA di Detroit. Eli Weaver
pada tahun 1905 mendirikan Students Aid Committee of High School di Newyork dan dalam
mengembangkan komitenya, dia berada pada suatu kesimpulan. Kesimpulan yang
dikemukakannya yaitu bahwa siswa membutuhkan saran dan konsultasi sebelum mereka
masuk ke dunia kerja.
Pada tahun 1920 para konselor sekolah di Boston dan New York diharapkan mampu
membantu siswa dalam memilihkan pekerjaan yang tepat sesuai dengan keahlian masing-
masing individunya. Selama itu pula, pada tahun 1920 an sertifikasi untuk konselor sekolah
mulai diterapkan.
Pada perkembangannya, mula mula bimbingan konseling dikenal sebagai bimbingan untuk
pekerjaan atau karir, namun pada perkembangan lebih lanjut merambah pada bidang
pendidikan atau Education Guidance yang dirintid Jasse B. Davis. Dimana bimbingan ini
dikenal dengan adanya bimbingan dalam segi kepribadian atau Personal Guidance.
Bimbingan konseling juga berkembang di bidang- bidang yang lain seperti pengertian, dan
praktek bimbingan konseling terhadap ilmu sosial, budaya, kewarganegaraan, keagamaan,
dan lain sebagainya.
Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling, ada asas-asas yang dalam
melakukannya, yaitu ketentuan yang harus diterapkan dalam pelaksanaan pelayanan itu.
Asas-asas yang di maksudkan adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian,
kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian,alih tangan kasus
dan tut wuri handayani. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan secara terperinci
masing-masing asas tersebut sebagai berikut:
1. Asas kerahasiaan, konselor dituntut dan bertanggung jawab atas kerahasiaan data
dan keterangan klien yang menjadi sasaran layanan, data dan keterangan tidak
boleh dan tidak layak diketahui oleh pihak lain selain konselor dan klien.
2. Asas kesukarelaan, yaitu menghendaki adanya kesukarelaan klien untuk mengikuti,
menjalani layanan yang diperlukan baginya.
3. Asas keterbukaan, yaitu agar menghendaki klien untuk bersifat terbuka dan tidak
berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri
maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna
untuk pengembangan dirinya.
4. Asas kekinian, menghendaki agar klien bimbingan dan konseling untuk
permasalahan klien yang sekarang. Layanan yang berkenaan dengan masa depan
atau kondisi masa lalu dilihat dampak dan kaitannya dengan kondisi yang ada dan
apa yang diperbuat sekarang.
5. Asas kemandirian, yaitu menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling,
yakni klien diharapkan menjadi individu yang mandiri dengan ciri mengenal dan
menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri, konselor hendaknya mampu
mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling yang di selenggarakannya
bagi perkembangan kemandirian peserta didik.[10]
6. Asas kegiatan, yaitu menghendaki agar klien berpartisipasi secara aktif di dalam
penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling.
7. Asas kedinamisan, usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki
terjadinya perubahan pada diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang
lebih baik. Perubahan ini tidaklah sekedar mengulang hal yang sama, yang bersifat
monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju ke sesuatu pembaharuan,
sesuatu yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah perkembangan klien yang
dikehendaki.
8. Asas keterpaduan, pelayanan usaha bimbingan dan konseling berusaha memadukan
berbagai aspek kepribadian klien, disamping keterpaduan pada diri klien, juga
harus diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan.Untuk
terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan yang luas
tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai
sumber yang dapat dipergunakan untuk menangani masalah klien, dan semuanya
dipadukan dalam keadaan serasi dan saling menunjang dalam upaya bimbingan
dan konseling.
9. Asas kenormatifan, yaitu usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan
dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat,
norma hukum Negara, norma ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari. Kenormatifan
ini diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan
konseling.
10. Asas keahlian, usaha bimbingan dan konseling perlu di lakukan asas ke ahlian
secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik, alat yang
memadai. Untuk itu para konselor perlu mendapat latihan secukupnya baik teori
dan praktik, sehingga akan dicapai keberhasilan usaha pemberian layanan yang
terbaik.
11. Asas alih tangan, dalam pemberiaan layanan bimbingan dan konseling, asas alih
tangan jika konselor sudah mengarahkan segenap kemampuannya untuk membantu
klien, namun klien belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka
konselor dapat mengirim klien tersebut kepada petugas, badan atau lembaga yang
lebih ahli.
12. Asas tutwuri handayani, asas ini menunjukkan pada suasana umum yang
hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara konselor dan klien.
Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan
pada waktu klien mengalami masalah dan menghadap konselor saja, namun diluar
hubungan proses bantuan bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan
adanya dan manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu.
Seorang konselor untuk dapat berhubungan dengan kliennya harus memiliki sikap sebagai
berikut:
a. Kemampuan berempati
mengerti dan dapat mengerti apa yang dipikirkan klien. Empati ini dapat dirasakan oleh
kedua belah pihak, baik oleh konselor maupun oleh klien.
Dasar dari kemampuan ini adalah penghargaan terhadap orang lain. Dua unsure yang perlu
diingat dalam menerima klien, yaitu : konselor berkehendak untuk membiarkan adanya
perbedaan antara konselor dan klien, dan yang kedua konselor menyadari bahwa pengalaman
yang akan dilalui klien akan penuh dengan perjuangan, pembinaan dan perasa.
Seorang konselor harus meghargai pribadi klien tanpa syarat apa pun.Apabila rasa
penghargaan dirasakan klien, maka ia akan berani mengemukakan segala masalahnya
sehingga timbul keinginan bahwa dirinya berharga untuk mengmbil keputusan bagi dirinya
sendiri.
d. Kemampuan memperhatikan
Keakraban ini akan tumbh terus-menerus dan terbina dengan baik apabila konselor benar-
benar menaruh perhatian dan menerima klien dengan positif tanpa paksaan sehingga
hubungan yang nyaman dan serasiantara konselor dank lien dapat terbina.
لم عن ابىIIمس (رواه. انIIعف اإليمIIك أضIIه وذلIIتطع فبقلبIIإن لم يسIIمن راى منكم منكرا فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه ف
)سعيد الخد رى
“siapa saja diantara kalian telah mengetahui kemungkaran/penyimpangan, maka ia harus
mengubahnya dengan menggunakan tangannya, maka jika tidak mampu, ia harus
mengubahnya dengan lidahnya, maka jika tidak mampu ia harus merubahnya dengan
menggunakan qalbunya, dan itu adalah selemah-lemah iman’’. (HR. Muslim dari Abu Said
Al-Khuduri R.A)
Hadits ini mengandung pesan-pesan yang sangat luas dan memberikan perjalanan tentang
teknik dalam melakukan konseling dan terapi secara luas; dan teknik itu ada dua macam,
yaitu:
Pertama: teknik yang bersifat lahir.
Teknik yang bersifat lahir ini menggunakan alat yang dapat dilihat, didengar atau dirasakan
oleh klien, yaitu dengan menggunakan tangan dan lisan. Dalam penggunaan tangan
tersirat beberapa makna antara lain:
a) dengan menggunakan kekuatan, power dan otoritas:
)(هود. ولقد ارسلنا موسى با يا تنا وسلطا ن مبين
Artinya: “dan sesunggunya kami telah mengutus musa dengan ayat-ayat
kami dan kekuatam yang nyata”. ( Hud, 11:96 )
PENUTUP
Bimbingan dan konseling adalah bentuk pelayanan pada siswa atau peserta didik baik itu
secara perorangan maupun kelompok dengan tujuan membantu permasalahan dalam belajar,
atau mengembangkan pribadi secara optimal dan mandiri dalam hal belajar dan berbagai jenis
kegiatan pendukung lainnya sesuaid engan norma yang berlaku. Bimbingan konseling
merupakan upaya yang dilakukan oleh guru atau pembimbing secara proaktif dan sistematik.
Pembimbing memfasilitasi siswa untuk mencapai tingkat perkembangan yang optimal,
membentuk perilaku efektif terhadap lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat
individu dalam lingkungannya. Perubahan perilaku pada individu merupakan hasil interaksi
dirinya dengan lingkungan sekitarnya dimana pada lingkungan yang sehat juga akan
membentuk karakter yang baik dan sebaliknya. Bimbingan dan konseling memberikan arahan
pada siswa dan memegang tanggung jawab terhadap perkembangan lingkungan sebagai
bahan interaksi siswa yang dinamis dalam proses perkembangan diri, dan perbaikan perilaku.
Dalam pendidikan, konselor sekolah sebagai individu yang tidak diharapkan bertindak
sebagai hakim atau penilai. Konselor berbeda dengan guru, pengurus sekolah dan orang tua
dalam tugasnya di sekolah. Konselor tidak bertanggung jawab seperti guru untuk
memastikan bahwa pelajar mencapai dalam bidang akademik. Oleh karena itu konselor
mampu untuk mengadakan hubungan yang harmonis sehingga tercapai pertumbuhan dan
perkembangan pelajar.
Seorang konselor untuk dapat berhubungan dengan kliennya harus memiliki sikap sebagai
berikut:
a. Kemampuan berempati
d. Kemampuan memperhatikan
DAFTAR PUSTAKA
https://dosenpsikologi.com/sejarah-bimbingan-konseling
https://luluksafiyah.wordpress.com/2016/02/22/makalah-bimbingan-dan-konseling-
pengertian-tujuan-asas-landasan/
https://bk.unnes.ac.id/opini-para-ahli-tentang-bk/
https://www.kompasiana.com/chairu/7-sikap-yang-harus-dimiliki-
konselor_56d3c0dbc322bd1b0bef02f8
http://amarsuteja.blogspot.com/2014/07/metode-dan-teknik-bimbingan-konseling.html?m=1