Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH LAHIRNYA BIMBINGAN KONSELING

TAHUN AJARAN 2020-2021

ANKATAN XXI

DOSEN :

Siti Oniah M.Pd

PENYUSUN :

Sania Masyithoh
BAB I

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang


Bimbingan dan konseling adalah merupakan  sebuah proses tolong menolong  antara individu
satu dengan individu yang lain untuk memahami diri mereka sendiri. Di dalam pendidikan
bimbingan dan konseling mewakili hasrat masyarakat untuk membantu individu, sumbangan
bimbingan dan konseling menambah kepahaman tentang informasi pendidikan, vokasional
dan social yang diperlukan untuk membuat pilihan secara berpengetahuam bagi pelajar.

Dalam pendidikan, konselor sekolah sebagai individu yang tidak diharapkan bertindak
sebagai hakim atau penilai. Konselor berbeda dengan guru, pengurus sekolah dan orang tua
dalam tugasnya di sekolah. Konselor tidak bertanggung  jawab seperti guru untuk
memastikan bahwa pelajar mencapai dalam bidang akademik. Oleh karena itu konselor
mampu untuk mengadakan hubungan yang harmonis sehingga tercapai pertumbuhan dan
perkembangan pelajar.

Bimbingan dan konseling ada untuk menolong pelajar memahami berbagai pengalaman diri,
peluang yang ada serta pilihan yang terbuka untuk mereka dengan menolong mereka
mengenal, membuat interpretasi dan bertindak terhadap kekuatan sendiri, dan bersumber dari
diri mereka dan  bertujuan untuk mempercepat perkembangan diri pelajar. Seorang konselor
dalam pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh sebab itu
praktiknya harus mengikuti asas-asas, dan landasan-landasan tertentu.

1.2       Rumusan Masalah

1. Jelaskan Definisi dari Bimbingan Dan Konseling


2. Sejarah lahirnya bimbingan konseling
3. Definisi Bimbingan konseling Menurut para ahli
4. Jelaskan asas-asas yang berkenaan dengan praktik atau pekerjaan bimbingan dan
konseling.
5. Karakter yang harus dimiliki konselor
6. Metode yang digunakan dalam melakukan konseling.

1.3       Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi bimbingan dan konseling.


2. Untuk mengetahui sejarah lahirnya bimbingan dan konseling.
3. Untuk mengetahui asas-asas bimbingan dan konseling.
4. Untuk mengetahui karakter yang harus dimiliki konselor
5. Untuk mengetahui Metode yang digunakan dalam melakukan konseling

 
Sejarah Bimbingan Konseling Paling Lengkap
Bimbingan konseling memiliki sejarah pendirian yang dimulai dari abad ke 19 hingga
terbentuk seperti saat ini. Pada awal mulanya bimbingan dan konseling dibuat dari Amerika,
dan berkembang hingga disiplin ilmu yang berbeda- beda. Kemudian keilmuan menjadi
meluas ke berbagai pelosok bumi dan mulai diterapkan sebagai salah satu program
pengembangan manusia yang diterapkan di layanan persekolahan.

Hal ini dinilai baik untuk dapat membantu proses pengebangan diri siswa dalam memahami
dirinya dan juga dalam proses pengembangan diri mencapai tujuan atau cita- cita yang
diinginkan. Bimbingan konseling juga membantu mengatasi siswa dalam menghadapi
permasalah yang tidak bisa diselesaikan sendiri. Karena prinsipnya dukungan atau wawasan
dari orang lain akan lebih membantu.

Pengertian Bimbingan dan Konseling


Bimbingan dan konseling adalah bentuk pelayanan pada siswa atau peserta didik baik itu
secara perorangan maupun kelompok dengan tujuan membantu permasalahan dalam belajar,
atau mengembangkan pribadi secara optimal dan mandiri dalam hal belajar dan berbagai jenis
kegiatan pendukung lainnya sesuaid engan norma yang berlaku. Bimbingan konseling
merupakan upaya yang dilakukan oleh guru atau pembimbing secara proaktif dan sistematik.
Pembimbing memfasilitasi siswa untuk mencapai tingkat perkembangan yang optimal,
membentuk perilaku efektif terhadap lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat
individu dalam lingkungannya. Perubahan perilaku pada individu merupakan hasil interaksi
dirinya dengan lingkungan sekitarnya dimana pada lingkungan yang sehat juga akan
membentuk karakter yang baik dan sebaliknya. Bimbingan dan konseling memberikan arahan
pada siswa dan memegang tanggung jawab terhadap perkembangan lingkungan sebagai
bahan interaksi siswa yang dinamis  dalam proses perkembangan diri, dan perbaikan perilaku.

Awal Mula Bimbingan dan Konseling


Bimbingan dan konseling ini lahir pada tahun 1908 di Amerika dengan berdirinya vocational
bureau pada tahun 1908 oleh Frank Parsons. Frank Parson dikenal juga sebagai Father of The
Guedance Movement in America Education. Frank menekankan bahwa penting bagi setiap
individu untuk diberikan pertolongan dari orang lain untuk lebih memahami kekurangan dan
kelemahan diri sehingga dapat digunakan untuk proses pengembangan diri lebih baik dan
menentukan pekerjaan yang cocok bagi dirinya.

Pertama kali istilah bimbingan dikenal pada abad ke- 19 hingga awal abad ke 20 di Boston.
Pada awalnya istilah ini dikenal dengan berdirinya biro di bidang profesi dan
ketenagakerjaan. Tujuannya yaitu untuk membantu pemuda dalam memilih karir atau
pekerjaan sesuai dengan keahlian mereka dan juga melatih para guru untuk memberikan
layanan bimbingan di sekolah. Pada masa yang hampir sama, Jasse B Davis juga memulai
memberikan layanan konseling di SMA pada tahun 1898. Pada tahun 1907 dia mencoba
memasukkan program bimbingan ke dalam pensisikan siswa SMA di Detroit. Eli Weaver
pada tahun 1905 mendirikan Students Aid Committee of High School di Newyork dan dalam
mengembangkan komitenya, dia berada pada suatu kesimpulan. Kesimpulan yang
dikemukakannya yaitu bahwa siswa membutuhkan saran dan konsultasi sebelum mereka
masuk ke dunia kerja.
Pada tahun 1920 para konselor sekolah di Boston dan New York diharapkan mampu
membantu siswa dalam memilihkan pekerjaan yang tepat sesuai dengan keahlian masing-
masing individunya. Selama itu pula, pada tahun 1920 an sertifikasi untuk konselor sekolah
mulai diterapkan.

Pada perkembangannya, mula mula bimbingan konseling dikenal sebagai bimbingan untuk
pekerjaan atau karir, namun pada perkembangan lebih lanjut merambah pada bidang
pendidikan atau Education Guidance yang dirintid Jasse B. Davis. Dimana bimbingan ini
dikenal dengan adanya bimbingan dalam segi kepribadian atau Personal Guidance.
Bimbingan konseling juga berkembang di bidang- bidang yang lain seperti pengertian, dan
praktek bimbingan konseling terhadap ilmu sosial, budaya, kewarganegaraan, keagamaan,
dan lain sebagainya.

Faktor- Faktor yang Melatarbelakangi Perkembangan Bimbingan Konseling


Adapun upaya bimbingan konseling secara profesional pada mulanya lahir di Amerika
Serikat dan berkembang di abad ke 20. Banyak faktor yang menyebabkan perkembangan
bimbingan konseling sampai saat ini dan masuk ke berbagai disiplin ilmu dan juga institusi
institusi pendidikan seperti sekolah. Berikut ini faktor- faktor yan gmempelopori
perkembangan bimbingan konseling, yaitu:

1. Perhatian dari pemerintah terhadap penduduk imigran yang datang ke Amerika


Serikat di kawasan Eropa, dimana mereka membutuhkan pekerjaan yang layak. Dari
situlah kemudian layanan biro- biro vocasional pemerintahan dibentuk dan melalui
penyuluhan penyuluhan mengarahkan bakat dan minat masyarakat agar pekerjaan
yang dilakukan sesuai dengan keahlian dan kegemaran mereka.
2. Pandangan Kristen bahwa dunia merupakan tempat pertempuran antara kekuatan baik
dan buruk. Atas dasar ini lembaga pendidikan mewajibkan diri untuk memberikan
pelajaran terkait moral kebaikan untuk membentuk anak didiknya perilaku baik dan
bagaimana menghindarkan diri dari keburukan.
3. Pengaruh disiplin mental yang pada awalnya dikembangkan dari perlakuan
manusiawi kepada orang- orang dengan gangguan jiwa dan berada di Rumah Sakit.
Kemudian disiplin ilmu ini memberikan gerakan antisipatif terhadap orang orang
dengan resiko gangguan mental di masyarakat. Mereka beranggapan bahwa gangguan
mental mampu dicegah sejak dini dengan diberikannya dukungan melalui bimbingan
dan konseling.
4. Gerakan pemeriksaan psikologis semakin mengembangkan sayapnya dalam membuat
instrumen instrumen untuk menguji kepribadian seseorang dan juga sebagai tes
seleksi karyawan di berbagai perusahaan.
5. Pemerintahan federal mengangkat beberapa konselor untuk memberikan bimbingan
karier, pendidikan karier, dan penanggulangan kenakalan remaja, antisipasi obat bius,
dan lain sebagainya.
6. Pengaruh terapi penyakit non directif atau clinet centered therapy/ terapi berfokus
pada klien yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Carl menggantikan pendekatan
otoriter paternalistic dengan pendekatan pada potensi masing- masing individu dari
kliennya.
BAB II
PEMBAHASAN

Definisi Bimbingan Konseling Menurut Para Ahli

1. Menurut Miller (1961) menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses


bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan
diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri yang dibutuhkan
untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam
hal ini termasuk madarasah), keluarga, dan masyarakat.
2. Menurut Arthur J. Jones (1970) mengartikan bimbingan sebagai “The help
given by one person to another in making choices and adjustment and in
solving problems”. Pengertian bimbingan yang dikemukakan Arthur ini amat
sederhana yaitu bahwa dalam proses bimbingan ada dua orang yakni
pembimbing dan yang dibimbing, dimana pembimbing membantu si
terbimbing sehingga si terbimbing mampu membuat pilihan-pilihan,
menyesuaikan diri, dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya
(Sofyan S. Willis 2009:11).
3. Menurut Moegiadi (1970) bimbingan berarti suatu proses pemberian bantuan
atau pertolongan kepada individu dalam hal: memahami diri sendiri;
menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan;
memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya
sendiri dan tuntutan dari lingkungan (Winkel & Sri Hastuti 2007:29).
4. Menurut Andi Mappiare (1984) berpendapat bahwa bimbingan merupakan
serangkaian kegiatan paling pokok bimbingan dalam membantu konseli/klien
secara tatap muka, dengan tujuan agar klien dapat mengambil taanggung
jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus (Winkel & Sri
Hastuti 2007:35).
5. Menurut Surya (1988) mengutip pendapat Crow & Crow (1960) menyatakan
bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki
maupun perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang
memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya
mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah
pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya
sendiri (M. Tohirin 2008:17).
Asas Bimbingan dan Konseling      

Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling, ada asas-asas yang dalam
melakukannya, yaitu ketentuan yang harus diterapkan dalam pelaksanaan pelayanan itu.
Asas-asas yang di maksudkan adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian,
kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian,alih tangan kasus
dan tut wuri handayani. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan secara terperinci
masing-masing asas tersebut sebagai berikut:

1. Asas kerahasiaan, konselor dituntut dan bertanggung jawab atas kerahasiaan data
dan keterangan klien yang menjadi sasaran layanan, data dan keterangan tidak
boleh dan tidak layak diketahui oleh pihak lain selain konselor dan klien.
2. Asas kesukarelaan, yaitu menghendaki adanya kesukarelaan klien untuk mengikuti,
menjalani layanan yang diperlukan baginya.
3. Asas keterbukaan, yaitu agar menghendaki klien untuk bersifat terbuka dan tidak
berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri
maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna
untuk pengembangan dirinya.
4. Asas kekinian, menghendaki agar klien bimbingan dan konseling untuk
permasalahan klien yang sekarang. Layanan yang berkenaan dengan masa depan
atau kondisi masa lalu dilihat dampak dan kaitannya dengan kondisi yang ada dan
apa yang diperbuat sekarang.
5. Asas kemandirian, yaitu menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling,
yakni klien diharapkan menjadi individu yang mandiri dengan ciri mengenal dan
menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri, konselor hendaknya mampu
mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling yang di selenggarakannya
bagi perkembangan kemandirian peserta didik.[10]
6. Asas kegiatan, yaitu menghendaki agar klien berpartisipasi secara aktif di dalam
penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling.
7. Asas kedinamisan, usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki
terjadinya perubahan pada diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang
lebih baik. Perubahan ini tidaklah sekedar mengulang hal yang sama, yang bersifat
monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju ke sesuatu pembaharuan,
sesuatu yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah perkembangan klien yang
dikehendaki.
8. Asas keterpaduan, pelayanan usaha bimbingan dan konseling berusaha memadukan
berbagai aspek kepribadian klien, disamping keterpaduan pada diri klien, juga
harus diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan.Untuk
terselenggaranya asas keterpaduan, konselor perlu memiliki wawasan yang luas
tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan klien, serta berbagai
sumber yang dapat dipergunakan untuk menangani masalah klien, dan semuanya
dipadukan dalam keadaan serasi  dan saling menunjang dalam upaya bimbingan
dan konseling.
9. Asas kenormatifan, yaitu usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan
dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat,
norma hukum Negara, norma ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari. Kenormatifan
ini diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan
konseling.
10. Asas keahlian, usaha bimbingan dan konseling perlu  di lakukan asas ke ahlian
secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik, alat yang
memadai. Untuk itu para konselor perlu mendapat latihan secukupnya baik teori
dan praktik, sehingga akan dicapai keberhasilan usaha pemberian layanan yang
terbaik.
11. Asas alih tangan, dalam pemberiaan layanan bimbingan dan konseling, asas alih
tangan jika konselor sudah mengarahkan segenap kemampuannya untuk membantu
klien, namun klien belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka
konselor dapat mengirim klien tersebut kepada petugas, badan  atau lembaga yang
lebih ahli.
12. Asas tutwuri handayani, asas ini menunjukkan pada suasana umum yang
hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara konselor dan klien.
Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan
pada waktu klien mengalami masalah dan menghadap konselor saja, namun diluar
hubungan proses bantuan bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan
adanya dan manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu.

Seorang konselor untuk dapat berhubungan dengan kliennya harus memiliki sikap sebagai
berikut:

a. Kemampuan berempati

mengerti dan dapat mengerti apa yang dipikirkan klien. Empati ini dapat dirasakan oleh
kedua belah pihak, baik oleh konselor maupun oleh klien.

b. Kemampuan menerima klien

Dasar dari kemampuan ini adalah penghargaan terhadap orang lain. Dua unsure yang perlu
diingat dalam menerima klien, yaitu : konselor  berkehendak untuk membiarkan adanya
perbedaan antara konselor dan klien, dan yang kedua konselor menyadari bahwa pengalaman
yang akan  dilalui klien akan penuh dengan perjuangan, pembinaan dan perasa.

c. Kemampuan untuk menghargai klien

Seorang konselor harus meghargai pribadi klien tanpa syarat apa pun.Apabila rasa
penghargaan dirasakan klien, maka ia akan berani  mengemukakan segala masalahnya
sehingga timbul keinginan bahwa  dirinya berharga untuk mengmbil keputusan bagi dirinya
sendiri.
d. Kemampuan memperhatikan

Kemampuan memperhatikan ini memerlukan ketrmpilan dalam mendengar dan mengamati


untuk dapat mengetahui dan mengerti inti dari   isi dan suasana perasaan bagaimana yang
diungkapkan klien baik dalam kata-kata maupun isyarat.

e. Kemampuan membina keakraban

Keakraban ini akan tumbh terus-menerus dan terbina dengan baik  apabila konselor benar-
benar menaruh perhatian dan menerima klien   dengan positif tanpa paksaan sehingga
hubungan yang nyaman dan serasiantara konselor dank lien dapat terbina.

Metode Bimbingan Konseling


Dalam menguraikan metode mendapatkan data untuk bimbingan konseling, H.M Umar
dan  Sartono secara panjang lebar mengungkapkan metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data dalam rangka merealisasikan bimbingan dan konseling. Pengumpulan
data ini sangat penting dalam penyelidikan-penyelidikan pada umumnya maupun dalam
bimbingan konseling. Oleh karena itu, pada bagian ini, perlu dikemukakan beberapa metode
yang dapat dipergunakan untuk memperoleh data dalam bimbingan konseling diantaranya:
1.      Observasi yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data yang diinginkan dengan
mengadakan pengamatan secara langsung.
2.      Questionnaire yaitu merupakan suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab atau dikerjakan oleh orang yang menjadi sasaran questionnaire tersebut.
3.      Interview yaitu suatu metode yang mendapatkan data dengan     mengadakan  face to face
relation.
4.      Sosiometri dalam hal ini menunjukkan kepada kita tentang ukuran berteman. Jadi dengan
sosiometri dapat kita lihat bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman atau bergaul.
Dengan demikian, besar sekali bantuan sosiometri untuk mendapatkan data-data anak,
terutama dalam hubungan atau kontak sosialnya.
5.      Tes yaitu suatu metode yang digunakan dalam penyelidikan dengan menggunakan soal-soal
yang telah dipilih oleh sesama, artinya dengan standar tertentu.
6.      Case Study yaitu suatu metode penyelidikan untuk mempelajari kejadian mengenai
perseorangan. Dengan kata lain, suatu metode untuk menyelidiki riwayat hidup
seseorang, ( Drs. Anas Salahudin, M. Pd., 2010:72-83).

 Dilihat dari cara memperoleh (metodologi), sumber psiko-terapi berwawasan Islam ada


empat, yaitu: 1) metode Istimbath; 2) metode Iqtibas; 3) metode Istiqro; dan 4)
metode jami bayna nufus al-zakiyyah wal-‘uqul al-shafiyyah.
Dari manhaj-manhaj ini dikembangkan beberapa metode seperti: 1) terapi dengan Al-
quran; 2) terapi dengan doa; 3) terapi dzikir; 4) terapi sholat; 5) terapi mandi; 6) terapi
puasa; 7) terapi hikmah; dan 8) terapi tarikat dan tasawuf, (Isep Zainal Arifin, 2009:42-
45).
Di antaranya tidak hanya itu metode-metode yang dilakukan oleh seorang
konselor, karena pada saat ini banyak sekali para ahli yang menciptakan perubahan pada
metode-metode yang baru. Para konselor sangat memerlukan beberapa metode yang
digunakan dalam menangani kliennya. Antara lain metodenya sebagai  berikut:
1.   Metode Interview
yaitu informasi yang merupakan suatu alat untuk memperoleh fakta/data/informasi dari murid
seacara lisan. Wawancara informatif dapat dibedakan atas wawancara yang terencana dan
wawancara yang tidak terencana.
2.   Group Guidance (dengan menggunakan kelompok)
    Pembimbing dan konseling akan mengembangkan sikap sosial, sikap memahami peranan
anak bimbing dalam lingkungannya yang menurut penglihatan orang lain dalam kelompok itu
karena ingin mendapatkan pandangan baru tentang dirinya dari orang lain serta hubungannya
dengan orang lain.
3.    Client Centered Method
     Metode ini sering disebut tidak mengarahkan, dalam metode ini terdapat dasar pandangan
bahwa klien sebagai mahluk yang bulat yang memiliki kemampuan berkembang sendiri.
Menurut  Dr. William  E. Hulme  dan Wayne K. Climer lebih cocok  dipergunakan oleh
pastoral konselor (penyuluh agama). Karena konselor akan lebih dapat memahami kenyataan
penderitaan klien yang biasanya bersumber pada perasaan dosa yang banyak menimbulkan
perasaan cemas, konflik kejiwaan dan gangguan jiwa lainnya.
Jadi jika konselor menggunakn metode ini, ia harus bersikap sabar mendengarkan dengan
penuh perhatian segala ungkapan batin klien yang di utarakan kepadanya.
4.    Directive Counseling
Sebenarnya merupakan bentuk psikoterapi yang paling sederhana, karena konselor, atas dasar
metode ini, secara langsung  memberikan jawaban-jawaban terhadap problem yang oleh klien
disadari menjadi sumber kecemasannya, (Samsul Munir Amin, 2010:69-72).
Waiters, dan Singgi D Gunarasa, menyebutkan ada tiga teknik dalam wawancara
konseling, yang dikenal dengan the three traditional approach, yaitu teknik
langsung  (directive) tak langsung (non directive) dan teknik campuran (eclective).
a)      Teknik Langsung (Directive Approach)
Teknik ini juga disebut dengan pendekatan berpusat pada konselor. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam interaksi konseling, konselor lebih banyak berperan untuk menentukan sesuatu.
Teknik langsung dapat diberikan secara langsung dalam berbagai cara, konselor yakin ada
dasar-dasar teori untuk melakukan seketika sehingga lebih merupakan suatu kegiatan dengan
pertimbangan harus segera dilakukan. Teknik ini dapat dilakukan terhadap klien yang
mungkin memerlukan waktu yang tidak lama. Teknik langsung juga bisa dilakukan dengan
teknik informative.
Willimson membagi kegiatan teknik langsung menjadi enam langkah yaitu:
1)      Analisis
2)      Sintesis
3)   Diagnosis
4)   Prognosis
5)   Konseling
6)   Follow up

b)     Teknik  Tidak Langsung (Non Directive Approach)


Istilah non directive menggambarkan penekanan pada penerimaan klien,  pembentukan
suasana positif yang netral, percaya kepada klien dan mempergunakan penjelasan dari dunia
klien sebagai tehnik utama, dan istilah client centered menggambarkan penekanan kepada
pemantulan kembali perasaan-perasaan klien, menyatukan perbedaan-perbedaan antara diri
yang ideal (ideal self) dengan dirinya yang sesudahnya (real self), menghindarkan sesuatu
yang mengancam klien secara pribadi. Secara singkat dapat ditegaskan bahwa non directive
menggambarkan peran konselor sebagai pendengar yang baik dan pemberi dorongan klien,
dan pada klient centered, menggambarkan pemusatan pada tanggung jawab klien terhadap
perkembangan dirinya sendiri.
Teknik tidak langsung ini mendasarkan kepada suatu teori tentang hakikat manusia yang
menyatakan   “jika dalam proses konseling bisa tercipta suasana hangat, penerimaan, maka
orang akan menaruh kepercayaan terhadap konselor, bahwa dia (konselor)  ikut memikirkan
bersama dan konselor tidak melakukan penilaian-penilaian, maka orang akan merasa bebas
untuk memeriksa prasaan dan dan perilakunya yang mana hal itu berhubungan dengan
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri. Teknik ini menekankan pada titik
pandang bahwa setiap individu (termasuk klien) pada dasarnya memiliki kapasitas untuk
bekerja secara efektif dengan aspek kehidupan yang disadari. Salah satu hipotesis utama yang
terkenal dari Rogers, yang mendasari pendekatan yang berpusat pada klien adalah orang
memiliki sumber-sumber di dalam dirinya sendiri untuk mengenali diri sendiri, untuk
mengubah-ubah konsep diri sendiri, sikap dasar, tindakan pengarahan diri”.
Langkah-langkah non directive
Menurut Carl Rogers dan Dewa Ketut Sukardi, terdapat dua belas langkah yang dapat
dipedomani dalam melaksanakan teknik non directive. Namun langkah-langkah tersebut
dapat berubah karena langkah-langkah tersebut bukanlah yang baku dan kaku. Langkah
tersebut diantaranya adalah:
                    1)  Klien datang sendiri kepada konselor secara sukarela.
                    2)  Merumuskan situasi bantuan.
                   3) Mendorong klien untuk mau berbuat mengungkapkan perasaan yang dirasakan sangat bebas
dan obyektif.
                   4) Konselor berusaha dengan tulus dapat menerima dan menjernihkan perasaan klien yang
bersifat negatif.
                   5) Apabila perasaan-perasaan negatif telah terungkapkan sepenuhnya maka secara psikologis
bebannya akan berkurang.
                   6)   Konselor berusaha menerima perasaan positif pada klien.
                   7)  Pada waktu mengungkapkan perasaan itu diikuti oleh perkembangan secara berangsur-angsur
tentang wawasan klien mengenai dirinya.
                   8) Apabila telah memiliki pemahaman tentang masalahnya dan menerimanya, mulailah membuat
suatu keputusan untuk langkah  selanjutnya.
                   9)  Mulai melakukan tindakan-tindakan yang positif.
                  10)  Perkembangan lebih lanjut tentang wawasan klien.
                  11)  Meningkatkan tindakan positif secara terintegratif pada diri klien.
                 12) Mengurangi ketergantungan klien atas konselor dan memberitahukan secara bijaksana bahwa
proses konseling  perlu diakhiri.
c)      Konseling Eklektik (Eclectic Counseling)
Adalah pandangan yang berupaya menyelidiki berbagai sistem, metode, teori, atau
doktrin. Dengan maksud untuk memahami dan (bagaimana) menerapkannya dalam situasi
yang tepat. Konseling eklektik juga bisa disebut dengan campuran dari kedua teknik di atas
(directive counseling dan non directive counseling).
      Dalam  eklektik ini ada beberapa pokok perhatian diantaranya  yaitu:
1)      Esensial bagi konselor yang berpengalaman dalam pemahaman dan penerimaan diri klien
serta berkemampuan mengkomunikasikannya dengan klien.
2)      Penerimaan diri klien.
3)      Penekanan terhadap sifat hubungan dari pada teknik yang dipergunakan, yang diwarnai
oleh suasana kepercayaan, respek dan simpatik.
4)      Konselor membantu untuk melengkapi dan menggunakan sumber-sumber pribadi dan
lingkungan, (Sjahudi Siradj, 2010:105-119).

5.     Educative Method (metode pencerahan)


       Metode ini sebenarnya hampir sama dengan metode client centered hanya bedanya terletak
pada usaha mengorek sumber perasaan yang menjadi beban tekanan batin klien serta
mengaktifkan kekuatan/atau tenaga kejiwaan klien (potensi dinamis) melalui pengertian
tentang realitas situasi yang dialami olehnya.
Oleh karena itu inti dari metode adalah pemberian “insight” dan klarifikasi           unsur-unsur
kejiwaan yang menjadi sumber konflik sesorang. Jadi, di sini juga tampak bahwa sikap
konselor ialah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada klien untuk
mengekpresikan (melahirkan) segala gangguan kejiwaan yang disadari menjadi permasalahan
baginya.
6.         Psychoanalysis Method
Metode psikoanalisis juga terkenal dalam konseling  yang mula-mula diciptakan oleh
Sigmund  Freud, metode ini berpangkal pada pandangan bahwa semua manusia itu jika
pikiran dan perasaannya tertekan oleh kesadaran dan perasaan atau motif-motif  tertekan
tersebut tetap masih aktif  mempengaruhi segala tingkah lakunya meskipun mengendap
ke dalam tidak sadaran (Das es) yang disebutnya “verdrogen komplexen”.
       Dari Das es inilah Freud mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian manusia.
Setiap manusia di dalam perkembangan kepribadiannya senantiasa dipengaruhi oleh unsur-
unsur Das es (lapisan ketidaksadaran) dan Das es (lapisan sadar) serta Das Heber Ich (lapisan
atas kasadaran ) atau dalam bahasa Inggris disebut masing-masing “ the id ego dan the  super
ego”
       Kepribadian manusia menurut teori ini sangat dipengaruhi oleh faktor pengalaman masa
kanak-kanak kemudian berlanjut sampai masa dewasa, (Samsul Munir Amin, 2010:72-74).

B.     Teknik-Teknik Bimbingan Konseling Islam.


Konseling merupakan suatu aktifitas yang hidup dan mengharapkan akan lahirnya perubahan-
perubahan dan perbaikan-perbaikan yang sangat didambakan oleh konselor dan klien. Untuk
mencapai tujuan yang mulia itu maka sangat diperlukan adanya beberapa teknik  yang
memadai. Apabila tidak didukung dengan teknik-teknik itu, maka tujuan utama konseling
tidak akan dapat tercapai dengan baik kedua pihak, konselor maupun klien.
Rasulallah SAW  bersabda:

‫لم عن ابى‬II‫مس‬ ‫(رواه‬. ‫ان‬II‫عف اإليم‬II‫ك أض‬II‫ه وذل‬II‫تطع فبقلب‬II‫إن لم يس‬II‫من راى منكم منكرا فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه ف‬
)‫سعيد الخد رى‬
               “siapa saja diantara kalian telah mengetahui kemungkaran/penyimpangan, maka ia harus
mengubahnya dengan menggunakan tangannya, maka jika tidak mampu, ia harus
mengubahnya dengan lidahnya, maka jika tidak mampu ia harus merubahnya dengan
menggunakan qalbunya, dan itu adalah selemah-lemah iman’’. (HR. Muslim dari Abu  Said
Al-Khuduri R.A)
            Hadits ini mengandung pesan-pesan yang sangat luas dan memberikan perjalanan tentang
teknik dalam melakukan konseling dan terapi secara luas; dan teknik itu ada dua macam,
yaitu:
            Pertama: teknik yang bersifat lahir.
Teknik yang bersifat lahir ini menggunakan alat yang dapat dilihat, didengar atau dirasakan
oleh klien, yaitu dengan menggunakan tangan dan lisan. Dalam penggunaan tangan
tersirat  beberapa makna antara lain:
a)      dengan menggunakan kekuatan,  power dan otoritas:
)‫(هود‬. ‫ولقد ارسلنا موسى با يا تنا وسلطا ن مبين‬
         Artinya: “dan sesunggunya kami telah mengutus musa dengan ayat-ayat
kami dan kekuatam yang nyata”. ( Hud, 11:96 )

b)      keinginan, kesungguhan dan usaha yang keras. 


)  : ‫ (التو به‬.‫فى سبيل هللا بأموالهم وأنفسهم أعظم درجة عند هللا‬ ‫وهجا روا‬ ‫الذين امنوا‬
                           “orang-orang yang telah beriman, berhijrah dan sungguh-sungguh berjuang di jalan
Allah dengan harta benda dan siapa mereka adalah lebih agung derajatnya di sisi Allah”.
(At-Taubah, 9:20)
Rasulallah .SAW  bersabda:
‫ وما تقرب الى عبده بشيء‬,‫ من عادى لى وليا فقد اذنته با الحرب‬:‫إن هللا تعالى قال‬
‫ وما يزال عبده يتقرب الى باالنو افيل حتى احبه فاذ‬,‫احب الى مما افترضت عليه‬
‫يسمع به وبصر الذي يبصره به ويده التى يبطش بها ورجله‬  ‫احببته كنت سمعه الذى‬
‫( رواه البخا رى‬. ‫ولئن استعا ن نى ألعيذنه‬, ‫التى يمشى بها ولئن سألنى ألعطينه‬
) ‫عن ابى هريرة‬
                      “Sesunggunya Allah Ta’ala telah berfirman: “siapa saja yang telah memusuhi kekasihKu
maka Aku menyatakan perang kepadanya. Dan tidak mendekat diri seorang hambaKu
dengan sesuatu yang lebih Aku senangi dari menjalankan kewajibannya; dan hambaKu itu
senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan melakukan ibadah-ibadah sunnat sehingga
aku mencintainya. Maka  apabila Aku telah mencintainya Aku telah menjadi pendengarnya
yang ia akan mendengar dengannya. Menjadi penglihatannya   yang ia akan melihat
dengannya, menjadi tangannya yang ia akan berbuat dengannya, menjadi kakinya yang ia
akan berjalan dengannya, dan jika ia meminta kepadaKu niscaya Aku akan memberinya,
dan jika ia memohon perlindunganKu pasti Aku akan melindunginya’’. (HR. Bukhori dari
Hurairah RA.)
                   Seorang hamba yang memiliki kesungguhan perjuangan dan upaya yang tidak kenal putus
asa, niscaya ia akan memperoleh qudrat iradat Allah SWT. Yang akan eksis dalam
pendengaran, penglihatan tangan dan kaki serta pembelaan pertolongan dan perlindungan.
                   Salah satu diantara anugerah yang agung itu adalah “tangan Allah akan eksis dalam tangan
hambanya” yang shalih dan bertauhid kepadanya secara aplikasi, nyata yang trasendental.
Dan dengan tangan itulah konselor dapat berupaya dan menyentuh klien, dan hasilnya adalah
memberikan rasa yang nyaman dan kesembuhan atas izinnya.
c)      Sentuhan Tangan
Terhadap klien yang mengalami stress atau ketegangan dapat diberikan sedikit pijatan atau
tekanan pada urat dan otot yang tegang sehingga akan dapat mengendorkan urat dan otot-
otot, khususnya pada bagian kepala, leher dan pundak. Teknik ini disamping dapat
meringankan secara fisik tetapi dapat juga  memberikan sugesti dan keyakinan awal, bahwa
semua permasalahan yang dihadapi akan dapat terselesaikan.  
Hadits penyembuhan melalui tangan:
I‫م وجعا يجده فى جسده منذ‬.‫عن عثما ن بن ابى العا ص انه شكا إلى رسول هللا ص‬
‫ ضع يدك على الذى تألم من جسدك بسم‬: ‫ أسلم فقال له رسول هللا صل هللا عليه وسلم‬ 
)‫هللا ثالثا وقل سبع مرات أعوذو با هللا وقدر ته من شر ما أجد وأحا ذر( رواه مسلم‬ 
                         “Dari Utsman bin Abil ‘Ash ra. Bahwasnnya ia pernah mengadukan penderitaannya
kepada Rasulullah saw, karena ia telah menemukan suatu penyakit ditubuhnya sejak ia
masuk Islam. Lalu Rasulullah saw, bersabda kepadanya : ‘letakkanlah tanganmu pada
tubuhmu yang merasa sakit, lalu ucapkanlah bismillah sebanyak tiga kali dan ucapkanlah
(berdo’alah)dengan kalimat’ aku berlindung kepada Allah dari kejahatan yang aku temui
dan yang aku waspadai.”( HR. Muslim)  
                   Teknik ini sering penulis lakukan pada klien yang sedang mengalami stres dan kegelisahan.
Sebelum proses konseling tentang bagaimama cara mengatasi stres dan kegelisahan itu,
penulis melakukan pemijatan dan sentuhan pada leher, kepala dan pundaknya. Dan itu selalu
penulis lakukan sebelum aktitifitas konseling berlangsung.
                   Penggunaan teknik konseling dan terapi yang lain secara lahir adalah dengan menggunakan
lisan. Makna penggunakan lisan dalam hadits dalam hadits ini memiliki makna yang
konstektual, yaitu:
                 1) nasehat, wejangan, himbauan dan ajakan yang baik dan benar.
Sabda Rasullah SAW:
  ) ‫( متفق عليه‬.‫إتقو ا النا ر ولو بشق تمرة فمن لم يجد فبكلمة طيبة‬
                             “peliharalah dirimu dari api neraka walau hanya sedekah, separuh dari biji kurma,
lalu siapa saja yang tidak dapat sedekah itu, maka dengan kata-kata yang
baik.”(HR.Bukhori dan Muslim dari Ady bin  Hatim RA)
Dalam konseling konselor lebih banyak menggunakan lisan, yaitu berupa pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab oleh klien dengan baik, jujur dan benar.   Agar konselor bisa
mendapatkan  jawaban-jawaban dan pertanyaan-pertanyaan yang jujur dan terbuka dari klien,
maka kalimat-kalimat yang dilontarkan konselor harus berupa kata-kata yang mudah
dipahami, sopan dan tidak menyinggung atau melukai hati dan perasaan klien.
                         2) membaca do’a atau berdo’a dengan menggunakan lisan. 
Untuk memantapkan klien, maka do’a yang diucapkan oleh konselor sangat penting
dan  dapat didengar oleh klien agar ia dapat turut serta mengaminkan, agar Allah berkenan
mengabulkan do’a itu. Teknik ini dapat dilakukan konselor pada konseling yang bersifat
kelompok dan sangat besar manfaatnya, baik bagi konselor lebih-lebih klien. Karena do’a itu
optimisme akan senantiasa muncul pada jiwa klien.
3)        sesuatu yang dekat dengan lisan, yakni dengan air liur atau hembusan (tiupan).
‫كان إذا استكى يقر أ على نفسه با لمعو ذات وينفث فلما اشتد وجعه كنت عليه‬
) ‫ (رواه مسلم عن عا ئشة‬.‫وامسح عنه بيده رجا ء بر كتها‬
                             “Apabila Rasulullah SAW.  menderita sakit, beliau membaca surat Al-Falaq dan An-
Nas   untuk menyembuhkan dirinya dan ia membaca sambil meniupkan. Maka tatkala
sakitnya sangat keras, maka saya  yang membacanya lalu usapkan dengan tangan beliau
demi mengharapkan berkahnya.’’ (HR. Muslim dari  Aisyah RA.)  
                        Teknik itupun sering penulis lakukan ketika klien merasa belum mantap selama proses
konseling. Ia meminta agar penulis membaca beberapa ayat atau surat yang  memiliki potensi
atau jalan agar Allah segera berkenan menyembuhkan melalui doa yang dibaca.
            Kedua : Teknik yang bersifat batin
            Yaitu yang hanya dilakukan dalam hati dengan do’a dan harapan, namun tidak ada usaha dan
upaya yang keras secara konkrit, seperti dengan menggunakan potensi tangan dan lisan. Oleh
karena itulah Rasulullah SAW. mengatakan bahwa melakukan perbaikan dan perubahan
dalam hati saja merupakan selemah-lemah keimanan.
            Teknik konseling yang ideal adalah dengan kekuatan, keinginan dan usaha yang keras
serta bersungguh-sungguh dan diwujudkan dengan nyata melalui perbuatan-
perbuatan, baik dengan menggunakan fungsi tangan dan lisan maupun sikap-sikap
yang lain.
            W.S. Winkel dalam tulisannya "Bimbingan dan Koseling di Institusi Pendidikan” membagi
teknik konseling kepada kedua bagian:
a)  konseling yang bersifat verbal.
b)  konseling yang bersifat non verbal
Subandi, mengajukan beberapa metode dan teknik terapi yang ia bagi dalam beberapa fase,
yaitu: pertama,  tahap takhilli, yakni bertujuan mengobati dan membersihkan diri dari segala
kotoran, penyakit dan dosa yang menyebabkan berbagai kegelisahan. Teknik yang dapat
digunakan dalam tahap ini adalah:
1.      Teknik pengendalian diri
2. Teknik pengembangan kontrol diri melalui puasa dan teknik paradok   (kebalikan);
2.      Teknik pembersihan diri melaui teknik dzikrullah, teknik puasa dan teknik membaca Al-
quran:
Kedua, tahap tahalli, yaitu tahap pengembangan untuk menumbuhkan sifat-sifat yang baik,
terpuji dan berbagai sifat yang harus diisikan pada klien yang telah dibersihkan pada tahap
takhilli.
Teknik yang dapat diterapkan pada tahap ini adalah:1) teknik teladan rasul; 2) teknik
internalisasi asmaul husna; 3) teknik pengembangan hablum minannas (hubungan sesama
manusia).
Ketiga,  tahap tajalli, yaitu tahap peningkatan hubungan dengan Allah sehingga ibadah
bukan hanya bersifat ritual, tetapi dalam tahap ini harus berbobot spiritual. Lebih dari itu
tahap ini adalah bagaimana memunculkan sifat-sifat ilahiyah dalam batas-batas kemanusiaan.

Demikianlah psikoterapi berwawasan Islam yang memperlihatkan bagaimana orientasi dan


bobot dari psikoterapi yang hanya sekedar bersifat psikologis humanistik, bergeser ke
arah psikologi-teo-humanistik  sehingga bobot dan nilainya berbeda, (Isep Zainal Arifin,
2009:54-55).
BAB III

PENUTUP
Bimbingan dan konseling adalah bentuk pelayanan pada siswa atau peserta didik baik itu
secara perorangan maupun kelompok dengan tujuan membantu permasalahan dalam belajar,
atau mengembangkan pribadi secara optimal dan mandiri dalam hal belajar dan berbagai jenis
kegiatan pendukung lainnya sesuaid engan norma yang berlaku. Bimbingan konseling
merupakan upaya yang dilakukan oleh guru atau pembimbing secara proaktif dan sistematik.
Pembimbing memfasilitasi siswa untuk mencapai tingkat perkembangan yang optimal,
membentuk perilaku efektif terhadap lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat
individu dalam lingkungannya. Perubahan perilaku pada individu merupakan hasil interaksi
dirinya dengan lingkungan sekitarnya dimana pada lingkungan yang sehat juga akan
membentuk karakter yang baik dan sebaliknya. Bimbingan dan konseling memberikan arahan
pada siswa dan memegang tanggung jawab terhadap perkembangan lingkungan sebagai
bahan interaksi siswa yang dinamis  dalam proses perkembangan diri, dan perbaikan perilaku.

Dalam pendidikan, konselor sekolah sebagai individu yang tidak diharapkan bertindak
sebagai hakim atau penilai. Konselor berbeda dengan guru, pengurus sekolah dan orang tua
dalam tugasnya di sekolah. Konselor tidak bertanggung  jawab seperti guru untuk
memastikan bahwa pelajar mencapai dalam bidang akademik. Oleh karena itu konselor
mampu untuk mengadakan hubungan yang harmonis sehingga tercapai pertumbuhan dan
perkembangan pelajar.

Seorang konselor untuk dapat berhubungan dengan kliennya harus memiliki sikap sebagai
berikut:

a. Kemampuan berempati

b. Kemampuan menerima klien

c. Kemampuan untuk menghargai klien

d. Kemampuan memperhatikan

e. Kemampuan membina keakraban

 
DAFTAR PUSTAKA
https://dosenpsikologi.com/sejarah-bimbingan-konseling
https://luluksafiyah.wordpress.com/2016/02/22/makalah-bimbingan-dan-konseling-
pengertian-tujuan-asas-landasan/
https://bk.unnes.ac.id/opini-para-ahli-tentang-bk/
https://www.kompasiana.com/chairu/7-sikap-yang-harus-dimiliki-
konselor_56d3c0dbc322bd1b0bef02f8
http://amarsuteja.blogspot.com/2014/07/metode-dan-teknik-bimbingan-konseling.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai