Anda di halaman 1dari 36

Nama : Y Zaki Mubarok

Nim : 1192020255
Kelas : PAI 4F
Mata Kuliah : Bimbingan Konseling

RESUME I

Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

Bimbingan secara bahasa adalah Mengarahkan atau memandu, konseling secara


bahasa yaitu menyampaikan. Bimbingan menurut Sofyan W. Willis, upaya bantuan
yang diberikan seseorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap
individu yang membutuhkannya agar individu tersebut berkembang potensinya secara
optimal.
Menurut Bernard dan Fullmer (1969) Kegiatan yang bertujuan meningkatkan
realisasi pribadi setiap individu. Konseling menurut James F. Adams, suatu pertalian
timbal balik antara dua org individu yang dimana seseorang membantu orang lain
supaya ia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungan masalah-masalah hidup
yang dihadapinya pada waktu itu dan yang akan datang.
Menurut Bimo Walgio, Konseling atau penyuluhan adalah bantuan yang
diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan
wawancara, dengan cara yang sesuai dengan keadaan individu untuk mencapai
kehidupannya.
Definisi Bimbingan dan Konseling menurut PERMENDIKBUD NO.111 Tahun
2014, Yaitu upaya sistematis, objektif, logis dan berkelanjutan serta terprogram yang
dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi
peserta didik/konseli untuk mencapai kemandirian dalam wujud kemampuan
memahami, menerima, mengarahkan, mengambil keputusan dan merealisasikan diri
secara bertanggung jawab sehingga mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dalam
kehidupannya. Bimbingan dan konseling adalah Upaya atau layanan yang diberikan
oleh konselor pada konseli agar mencapai kemandirian dan berkmbang secara optimal
dalam bidang pribadi, sosial, akademik dan karir sehingga mampu mengatasi segala
permasalahan kehidupan.
Bimbingan Konseling dalam Pendidikan Agama Islam, Segala upaya dan proses
pemberian bantuan terutama yang berupa nasihat keagamaan kepada siswa baik yang
sedang bermasalah maupun yang tidak sedang bermasalah untuk mencapai keberhasilan
pendidikannya.
Tujuan Bimbingan dan Konseling, Membantu peserta didik / konseli agar dapat
mencapai kematangan dan kemandirian dalam kehidupannya serta menjalankan tugas-
tugas perkembangannya yang mencakup aspek pribadi, sosial, akademik dan karir
secara utuh dan optimal.
Prinsip Bimbingan dan Konseling :
a. Guidance for All
b. Bimbingan dan Konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu
yang unik dan dinamis
c. Bimbingan dan Konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek
perkembangan individu
d. Bimbingan dan Konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan
individual yang menjadi orientasi pokok pelayanan.

RESUME II

Sejarah Bimbingan Konseling

A. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling Secara Umum

Menurut Bimo Walgito(1989:12) dalam Anas Salahudin bahwa, bimbingan dan


penyuluhan, yang kemudian saat ini lebih dikenal sebagai bimbingan dan konseling,
merupakan suatu ilmu yang baru bila dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain pada
umumnya. Bila kita telusuri, bimbingan dan penyuluhan itu mulai timbul sekitar akhir
abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 di Amerika. Tahap-tahap terciptanya bimbingan
konseling di Amerika yaitu sebagai berikut:
1. Era Tahun 1900-1909 (Era Perintisan)

Jesse B. Davis adalah orang pertama yang mengembangkan program bimbingan


yang sistematis di sekolah-sekolah. Pada tahun 1907, sebagai pejabat yang
bertanggung jawab pada the Grand Rapids (Michigan) school system, ia
menyarankan agar guru kelas yang mengajar English Composition untuk mengajar
bimbingan satu kali seminggu yang bertujuan untuk mengembangkan karakter dan
mencegah terjadinya masalah. Sementara itu, Frank Parsons di Boston melakukan
hal yang hampir sama dengan Davis. Ia memfokuskan pada program pengembangan
dan pencegahan. Ia dikenal karena mendirikan Boston’s Vocational Bureau pada
tahun 1908

2. Era Tahun 1910-1970

Pada era ini konseling mulai diinstitusionalisasikan dengan didirikannya the


National Vocational Guidance Association (NVGA) pada tahun 1913. Selain itu,
pemerintah Amerika Serikat mulai memanfaatkan pelayanan bimbingan untuk
membantu veteran perang. Istilah bimbingan (guidance) ini kemudian menjadi label
populer bagi gerakan konseling di sekolah-sekolah selama hampir 50 tahunan.
Program bimbingan yang terorganisasikan mulai muncul dengan frekuensi tinggi di
jenjang SMP sejak 1920-an, dan lebih intensif lagi di jenjang SMA dengan
pengangkatan guru BK yang khusus dipisahkan 7 untuk siswa laki-laki dan siswa
perempuan

3. Era Tahun 1980-an

Dekade ini profesi konseling sudah mulai berkembang dengan munculnya


standarisasi training dan sertifikasi. Pada tahun 1981 dibentuk the Council for
Accreditation of Counseling and Related Educational Program (CACREP).
CACREP berfungsi untuk melakukan standarisasi pada program pendidikan
kondeling di tingkat master dan doktor pada bidang konseling sekolah, konseling
komunitas, konseling kesehatan mental, konseling perkawinan dan keluarga, dan
konseling di Perguruan Tinggi.

4. Era Tahun 1990-an

Pada akhir ke-19-an, spesialis psikiatri telah mendapat tempat berdampingan dengan
spesialis pengobatan lain. Dengan makin stabilnya posisi psikiatri dalam
penanganan gangguan psikologis atau yang lebih dikenal dengan sakit mental,
muncullah psikiatri sebagai spesialisasi baru. Spesialisasi baru ini dipelopori oleh
Van Ellenberger Renterghem dan Van Eeden.

B. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Pertumbuhan dan Perkembangan Bimbingan


Konseling

Berikut ini faktor-faktor yang mempelopori perkembangan bimbingan konseling, yaitu:

1. Perhatian dari pemerintah terhadap penduduk imigran yang datang ke Amerika


Serikat di kawasan Eropa, dimana mereka membutuhkan pekerjaan yang layak.
2. Pandangan Kristen bahwa dunia merupakan tempat pertempuran antara kekuatan
baik dan buruk.
3. Pengaruh disiplin mental yang pada awalnya dikembangkan dari perlakuan
manusiawi kepada orang-orang dengan gangguan jiwa dan berada di Rumah
Sakit.
4. Gerakan pemeriksaan psikologis semakin mengembangkan sayapnya dalam
membuat instrumen-instrumen untuk menguji kepribadian seseorang dan juga
sebagai tes seleksi karyawan di berbagai perusahaan.
5. Pemerintahan federal mengangkat beberapa konselor untuk memberikan
bimbingan karier, pendidikan karier, dan penanggulangan kenakalan remaja,
antisipasi obat bius, dan lain sebagainya.
6. Pengaruh terapi penyakit non directif atau clinet centered therapy/ terapi
berfokus pada klien yang dikembangkan oleh Carl Rogers.
C. Pertumbuhan dan Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia

Berikut ini akan dibahas mengenai perkembangan usaha bimbingan dalam pendidikan
di Indonesia.

1. Sebelum Kemerdekaan

Masa sebelum kemerdekaan yaitu pada masa penjajahan Belanda dan Jepang,
kehidupan rakyat Indonesia berada dalam cengkeraman penjajah (Pendidikan
diselenggarakan untuk kepentingan penjajah). Para siswa dididik untuk mengabdi
untuk kepentingan penjajah.

2. Dekade 40-an (Perjuangan)

Dalam bidang pendidikan, pada dekade ini lebih banyak ditandai dengan perjuangan
merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Tetapi yang lebih mendalam
adalah mendidik bangsa Indonesia agar memahami dirinya sebagai bangsa yang
merdeka sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945. Hal ini pulalah yang menjadi
fokus utama dalam bimbingan pada saat itu.

3. Dekade 50-an (Perjuangan)

Kegiatan bimbingan pada masa dekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai
kegiatan pendidikan.

4. Dekade 60-an (Perintisan)

Dalam dekade ini lahir Orde Baru tahun 1966, yang kemudian meluruskan dan
menegakkan serta ini sudah mulai mantap dalam merintis ke arah terwujudnya suatu
sistem pendidikan nasional.

5. Dekade 70-an (Penataan)


Pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan salah satu penunjang
pembangunan nasional. Keadaan tersebut memberikan tantangan dan peluang besar
untuk upaya penataan bimbingan baik dalam aspek konseptual maupun operasional.

6. Dekade 80-an (Pemantapan)

Setelah melalui penataan dalam dekade 70-an, maka dalam dekade 80-an ini
bimbingan diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama diusahakan untuk
menuju kepada perwujudan bimbingan yang profesional. Dengan demikian, maka
upaya-upaya dalam dekade 80-an lebih mengarah kepada profesionalisasi yang lebih
mantap.

RESUME III

Landasan Bimbingan Konseling

Landasan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) berarti alas dan tumpuan.
Kata alas berhubungan dengan fisik, seperti landasan pesawat terbang, sedangkan kata
tumpuan berhubungan dengan hukum, prinsip, konsep, teori seperti Undang – Undang
Dasar 1945.

Bimbingan dan konseling memiliki dua aspek yaitu bimbingan dan konseling.
Bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan
secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga
dia sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan
dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umunya.

Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-masing landasan bimbingan


dan konseling tersebut, diantaranya :

1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan
pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan
bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis
maupun estetis.

2. Landasan Yuridis

Landasan yuridis ialah ketentuan hukum yang menjadi dasar hukum bagi pembuatan
suatu peraturan. Landasan yuridis dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Landasan yuridis dari segi formal, yakni landasan yuridis yang memberi
kewenangan (bevoegdheid) bagi instansi tertentu untuk membuat peraturan tertentu,
misalnya Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 menjadi landasan yuridis dari segi formil bagi
Presiden untuk membuat RUU

b. Landasan yuridis dari segi materiil, yaitu landasan yuridis untuk mengatur hal-
hal tertentu, misalnya Pasal 18 UUD 1945 menjadi landasan yuridis dari segi
materiil untuk membuat UU organik mengenai pemerintahan daerah

3. Landasan Psikologin

Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi


konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Secara luas
untuk bisa hidup bahagia, manusia memerlukan keadaan mental psikologis yang
baik (selaras, seimbang). Psikologis sendiri merupakan ilmu tentang kejiwaan yang
tercermin dalam sikap dan perilaku suatu individu.

4. Landasan Pedagogi

Pedagogi merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu pendidikan anak.
Jadi pedagogi mencoba menjelaskan tentang seluk beluk pendidikan anak, pedagogi
merupakan teori pendidikan anak. Pedagogi sebagai ilmu sangat dibutuhkan oleh
guru, khususnya guru taman kanak-kanak dan guru sekolah dasar karena mereka
akan berhadapan dengan anak yang belum dewasa.

5. Landasan Sosial Budaya

Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman


kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor
yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya
merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup.

6. Landasan Religius

Landasan religius bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin menetapkan klien
sebagai makhluk tuhan dengan segenap kemuliaannya menjadi fokus sentral upaya
bimbingan dan konseling.

RESUME IV

Teknik dan Pendekatan Dalam Bimbingan dan Konseling

A. Teknik Bimbingan
Dalam melakukan bimbingan, seseorang perlu menggunakan teknik yang tepat untuk
mencapai tujuan yang sesuai. Secara umum teknik bimbingan ini terbagi menjadi dua,
yaitu :
1. Bimbingan kelompok
Menurut Tohirin, definisi bimbingan kelompok adalah suatu cara memberikan
bantuan kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok. Tujuan layanan
bimbingan kelompok adalah untuk melatih siswa mengembangkan kemampuan
bersosalisasi, dan mewujudkan tingkah laku yang lebih efektif serta meningkatkan
kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal.
Bimbingan kelompok ini memiliki beberapa macam bentuk seperti berikut :
a. Program home room : dilakukan diluar jam sekolah dengan cara
menciptakan kondisi seperti di rumah agar menimbulkan kondisi yang
menyenangkan.
b. Karyawisata : dilaksanakan dengan mengadakan peninjauan pada suatu
objek yang berkaitan dengan pelajaran.
c. Diskusi kelompok : merupakan cara dimana siswa diberikan kesempatan
untuk bisa memecahkan masalah dengan cara bersama-sama.
d. Kegiatan kelompok : dalam kegiatan ini setiap individu dapat belajar
untuk berpartisipasi secara kelompok dalam suatu kesempatan yang ada.
2. Bimbingan individual
Bimbingan individual ini adalah proses belajar melalui hubungan khusus pribadi
dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang klien.
a. Konseling langsung (directive counseling) : dalam teknik ini konselor
berperan penting dengan berusaha memberi pengarahan yang sesuai, dan
klien hanya tinggal menerima saran dari konselor tersebut.
b. Konseling tidak langsung (non directive counseling) : teknik ini
merupakan kebalikan dari konseling langsung dimana klien menjadi
pusat dari tindakan-tindakan dan proses teknik ini.
c. Konseling electic (eclectictic counseling) : teknik ini merupakan
gabungan anatara konseling langsung dan tidak langsung, konselor
menampung pembicara dan penyaluran semua perasaan kekesalan di
samping konselor juga memberikan pengarahan dalam mencari dan
menemukan pemecahan persoalannya.
B. Teknik-Teknik Melakukan Konseling
1. Teknik umum
a. Teknik rapport : teknik ini merupakan suatu kondisi untuk saling
memahami dan mengenal tujuan bersama.
b. Teknik structuring : proses penetapan batasan oleh konselor tentang
hakikat, batas-batas dan tujuan proses konseling pada umumnya dan
hubungan tertentu pada khususnya.
c. Teknik eksplorasi : keterampilan yang dimiliki oleh konselor untuk
menggali perasaan, pengalaman serta pikiran seorang klien.
d. Teknik paraphrasing : merupakan upaya yang dilakukan konselor untuk
menarik pesan utama dari klien, karena bahasa yang digunakan oleh
klien kadang berbelit-belit jadi di upayakan dalam teknik ini supaya
konselor bisa menyampaikannya dengan bahasa yang mudah dimengerti.
e. Teknik bertanya : pada teknik ini ada dua macam yaitu teknik bertanya
terbuka dan tertutup.
f. Teknik mengarahkan : karena dalam konseling diperlukan suatu
pasrtisipasi antara klien dan konselor. Oleh karena itu konselor harus
mampu memberi arahan kepada klien.
g. Teknik menyimpulkan sementara : agar pembicaraan dalam konseling
maju secara bertahap dan arah pembicaraan semakin jelas, maka setiap
period waktu tertentu konselor bersama klien perlu menyimpulkan
pembicaraan.
h. Teknik konfrontasi : menantang klien untuk melihat adanya inkonsisensi
(tidak konsisten) antar perkataan dengan perbuatan, ide awal dengan ide
berikutnya, sedih dengan kepedihan.
2. Teknik khusus
a. Latihan asertif : digunakan untuk melatih klien yang mengalami
kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau
benar.
b. Desensitisasi sistematis : memfokukskan bantuan untuk menenangkan
klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk
rileks.
c. Pembentukan perilaku model : digunakan untuk membentuk Perilaku
baru pada klien, dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk.
C. Pendekatan dalam Bimbingan dan Konseling
Dalam bimbingan dan konseling ada empat pendekatan yang dapat dirumuskan
dan sering dipakai yaitu :
1. Pendekatan remidi
Pendekatan remidi meruapakn pendekatan bimbingan yang diarahkan kepada
individu yang mengalami kelemahan atau kekurangan.
2. Pendekatan krisis
Pendekatan krisis disebut juga pendekatan kuratif merupakan upaya bimbingan
yang diarahkan kepada individu yang mengalami masalah. Tujuan pendekatan ini
adalah mengatasi masalah-masalah yang dialamai.
3. Pendekatan preventif
Pendekatan preventif yaitu pendekatan bimbingan konseling dalam usaha
bimbingan yang ditujukan kepada siswa atau sekelompok siswa yang belum
bermasalah agar siswa tersebut dapat terhindar dari kesulitan-kesulitan yang
mungkin akan mereka hadapi.
4. Pendekatan developmental
Pendekatan ini merupakan usaha bimbingan konseling yang ditujukan kepada
seorang siswa yang memiliki kemampuan/kelebihan, agar kemampuan/kelebihan itu
dapat dapat direalisasikan serta ditingkatkan. Bimbingan ini dimaksudkan untuk
mengembangkan potensi yang ada pada siswa.
RESUME V

Jenis dan Ragam Bimbingan Konseling


A. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
Jenis layanan bimbingan dan konseling adalah: layanan orientasi, layanan
informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan bimbingan belajar, layanan
bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok. Beberapa jenis layanan bimbingan
dan konseling tersebut dijelaskan dalam urian berikut.
a. Layanan Orientasi.
Yang dimaksud dengan layanan orientasi ini adalah pemberian informasi kepada
para siswa tentang lingkungan sekolah yang baru para peserta didik kenali. Para
peserta didik perlu mengetahui tentang program pelajaran di sekolah, lingkungan
dan fasilitas atau sarana/prasarana sekolah, peraturan-peraturan maupun organisasi.
b. Layanan Informasi.
Layanan informasi adalah pemberian informasi pada siswa dan pihak-pihak lain
yang berkaitan dengan kepentingan dan kesuksesan belajar peserta didik di sekolah.
c. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Bagi siswa penting untuk memperoleh kelompok belajar yang cocok, jurusan yang
tepat, dan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan bakat dan minat siswa.
d. Layanan Bimbingan Belajar
Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam
belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi. Sering
kegagalanitu terjadi disebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang
memadai.5
Layanan bimbingan belajar dilaksanakan melalui tahap-tahap :
1. Pengenalan Siswa yang Mengalami Masalah Belajar
Masalah belajar memiliki bentuk yang banyak ragamnya, yang pada umumnya
dapat digolongkan atas :
a) Keterlambatan Akademik.
b) Ketercepatan dalam belajar.
c) Sangat lambat dalam belajar.
d) Kurang motivasi dalam belajar.
e) Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar.
2. Upaya Membantu Siswa yang Mengalami Masalah Belajar
Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah :
a) Pengajaran Perbaikan
b) Kegiatan Pengayaan
c) Peningkatan Motivasi Belajar.
d) Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik
e. Layanan Konseling Perseorangan
Layanan konseling perseorang adalah bantuan yang diberikan secara individual pada
siswa yang menhadapi persoalan dan perlu bantuan.
f. Layanan Konseling Kelompok
Layanan semacam ini dimaksudkan untuk memungkinkan perkembangan peserta
didik atas dasar hasil dalam suasana kelompok. Dalam suasana demikian terdapat
saling berbagi satu sama lain, sehingga terdapat saling asah, asih, dan asuh diantara
peserta didik.
B. Ragam Bimbingan dan Konseling
1. Bimbingan Pribadi – Sosial
Bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan
batinnya sendiri dan mengatasi pergumulan- pergumulan dalam hatinya sendiri
dalam mengatur dirinya sendiri dibidang kerohanian, perawatan jasmani,
pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta
bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama diberbagai
lingkungan (pergaulan sosial).
2. Bimbingan Belajar (Akademik)
Bimbingan akademik adalah bimbingan yang diarahkan untukmembantu para
individu dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah akademik.
Adapun yang termasuk masalah-masalah akademik, yaitu pengenalan
kurikulum, pemilihan jurusan atau konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas-
tugas latihan, pencarian serta penggunaan sumber belajar, perencanaan
pendidikan lanjutan, dan lain sebagainnya.
3. Bimbingan Karir
Dalam bidang bimbingan karir, membantu peserta didik merencanakan dan
mengembangkan masa depan karir.
RESUME VI

A. Strategi Bimbingan dan Konseling


Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk
melakukan kegiatan atau tindakan dalam proses pencapaian tujuan. Strategi ini
mencakup tujuan kegiatan, subjek kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana
penunjang pelaksanaan kegiatan. Adapun strategi yang diterapkan dalam layanan
bimbingan dan konseling disebut dengan istilah strategi layanan bimbingan dan
konseling, yang terdiri dari layanan konseling individu, konsultasi, konseling kelompok,
bimbingan kelompok, dan pengajaran remedial.

B. Layanan Responsif
Layanan responsif adalah layanan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendekpeserta
didik, atau masalah-masalah yang dialami peserta didik/konseli yang bersumberdari
lingkungan kehidupan pribadi, sosial, belajar, dan karir. Layanan terdiri ataskonseling
individual, konseling kelompok, konsultasi, konferensi kasus, referal dan advokasi.
C. Strategi Layanan Perencanaan Individual
Layanan Perencanaan individual adalah layanan bantuan yang diberikan kepada semua
siswa agar mampu membuat dan melaksanakan perencanaan masa depannya,
berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahan dirinya.
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada peserta didik agar mampu
merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan
berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman
akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya.
Dalam komponen ini siswa mengevaluasi tujuan edukasional, okupasional dan tujuan
personal mereka. Konselor membantu siswa membuat pilihan dari sekolah ke sekolah,
sekolah ke pekerjaan maupun sekolah ke pendidikan tinggi atau karir setelah mereka
lulus dari suatu sekolah.
Sedangkan isi dari layanan ini meliputi bidang pendidikan, bidang karir, dan bidang
sosial pribadi. Menurut Gysbers (2006), strategi dalam layanan perencanaan individual,
meliputi :
a. Individual appraisal
b. Individual advisement
c. Transition planning
d. Follow up

D. Dukungan system
Dukungan sistem adalah komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja,
infra struktur (Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan
kemampuan professional professional konselor/ guru pembimbing secara
berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada peserta didik
atau memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta didik.
RESUME VII

Teori-Teori Konseling
Teori yang baik adalah teori yang memiliki sifat jelas, komprehensif, parsimious
atau dapat menjelaskan data secara sederhana dan jelas, serta dapat menghasilkan
penelitian yang bermanfaat. Lahirnya suatu teori mempunyai kaitan dasar pribadi,
sosiologis, dan filosofis. Berikut ini adalah teori – teori dalam Bimbingan Konseling
:
A. TEORI PSIKOANALISA
 Pengertian Teori Psikoanalisa
Teori Psikoanalisa merupakan teori kepribadian yang paling komprehensif yang
mengemukakan tentang tiga pokok pembahasan yaitu struktur kepribadian,
dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.(Alwisol,2004,p.15).
Psikoanalisis sering juga disebut dengan Psikologi Dalam, karena pendekatan ini
berpendapat bahwa segala tingkah laku manusia bersumber pada dorongan yang
terletak jauh di dalam ketidaksadaran.
 Tujuan Teori Psikoanalisa
Tujuan utama konseling dalam pola pikir Psikoanalisa adalah membuat
kesadaran (conscious) hal – hal yang tidak disadari (unconscious) konseli.
Sedangkan tujuan khususnya adalah membentuk kembali struktur kepribadian
individu melalui pengungkapan hal – hal yang tidak disadari.

B. TEORI PSIKOLOGI INDIVIDUAL


 Psikologi Individual sebagai Aliran Psikologi
Manusia, menurut Adler, merupakan makhluk yang saling tergantung secara
sosial. Perasaan bersatu dengan orang lain ada sejak manusia dilahirkan dan
menjadi syarat utama kesehatan jiwanya. Berdasarkan paradigma tersebut
kemudian Adler mengembangkan teorinya yang secara ringkas disajikan pada
uraian berikut.
1. Individualitas sebagai pokok persoalan
2. Kesadaran dan Ketidak Sadaran
3. Dua Dorongan Pokok
Dalam diri setiap individu terdapat dua dorongan pokok, yang mendorong
serta melatar belakangi segala perilakunya, yaitu :
a) Dorongan kemasyarakatan, yang mendorong manusia bertindak untuk
kepentingan orang lain.
b) Dorongan keakuan, yang mendorong manusia bertindak untuk
kepentingan diri sendiri.
4. Perjuangan ke Arah Superior
5. Gaya Hidup (Style of Life)
6. Minat Sosial (Social Interest)
7. Kekuatan Kreatif Self
8. Konstelasi Keluarga
9. Posisi Tidur dan Kepribadian
10. Kompleks Inferioritas dan Neurosis
 Psikologi Individual sebagai Teknik Terapi
Adapun ciri-ciri psikoterapi Adler adalah sebagai berikut (Alwisol, 2005 : 106-
109; Boeree, 2005 : 171-172).
1. Prinsip Psikoterapi
Prinsip yang dipegang Adler dalam melakukan psikoterapi adalah sebagai
berikut :
a. Terapis hendaknya tidak bersikap otoriter terhadap pasiennya.
b. Terapis hendaknya secara perlahan-lahan membawa pasiennya ke arah
pemahaman akan gaya hidup pasien yang sebenarnya dan hal ini
dilakukan bukan dengan paksaan.
c. Terapis harus memberikan dorongan kepada pasien akan kesadaran
sosial dan memberi kekuatan padanya untuk menjalani kehidupan
sosial.
2. Tujuan Psikoterapi
Tujuan utama psikoterapi Adler adalah meningkatkan keberanian,
mengurangi perasaan inferior, dan mendorong berkembangnya minat sosial
pasien.
3. Teknik-teknik Terapi
Seperti halnya Freud dan Jung, dalam melakukan psikoterapi, Adler juga
menggali masa lalu dan melakukan analisis terhadap mimpi pasien untuk
memperoleh pemahaman yang mendalam tentang kepribadian pasien
(Alwisol, 2005: 108-109).
a) Menggali masa lalu (early recollection)
b) Analisis mimpi

C. TEORI BEHAVIORAL
 Pengertian Behavioral
Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan, manusia pada dasarnya
tidak memiliki bakat apa- apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus
yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya.
 Konsep Dasar Behavioral
Teori behavioral didasari oleh pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia
yaitu pendekatan yang sistematik dan terstruktur dalam konseling. Konseling
behavioral dikenal juga dengan modifikasi perilaku yang dapat diartikan sebagai
tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku.
 Tujuan Konseling Behavioral
Secara umum tujuan konseling behavioral adalah :
1. Menciptakan kondisi baru pembelajar
2. Menghapus tingkah laku non adaktif untuk digantikan perilaku yang
adaptif
3. Meningkatkan personality choice

D. TEORI CLIENT-CENTERED
 Pengertian Teori Berpusat pada klien ( Client-Centered)
Client-Centered Therapy sering juga sering disebut psikoterapi non directive
yaitu suatu meode perwatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara
konselor dengan klien, agar tercapai gambaran yang serasi antara ideal self (diri
klien yang ideal) dengan acual self (diri klien sesuai kenyataan yang
sebenarnya).
 Konsep Dasar
Teori person-centered dibangun atas dua hipotesis dasar, yaitu :
1. Setiap orang memiliki kapasitas untuk memahami keadaan yang
menyebabkan ketidakbahagiaan dan mengatur kembali kehidupannya
menjadi lebih baik
2. Kemampuan seseorang untuk menghadapi keadaan ini dapat terjadi dan
ditingkatkan jika konselor menciptakan kehangatan, penerimaan, dan
dapat memahami relasi (proses konseling) yang sedang dibangun.
 Tujuan Konseling
Konseling person centered bertujuan membantu konseli menemukan konsep
dirinya yang lebih positif lewat komunikasi konseling, di mana konselor
mendudukkan konseli sebagai orang yang berharga, orang yang penting, dan
orang yang memiliki potensi positif dengan penerimaan tanpa syarat, yaitu
menerima konseli apa adanya.
RESUME VIII

Jenis-Jenis Permasalahan Peserta Didik


Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada
yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang
mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan.Dalam dunia
pendidikan, kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana peserta didik tidak
dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun
gangguan dalam belajar.
Sedangkan masalah belajar adalah suatu keadaan yang tidak diharapkan
oleh kita sebagai penyimpangan kecil dalam belajar yang kita alami.
Ada dua faktor yang menjadi penyebab masalah belajar yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.
 Faktor internal yaitu yang berasal dari dalam diri peserta didik meliputi
kurangnya motivasi dalam belajar, kurangnya minat dalam belajar,
intelegensi, bakat serta kesehatan mental.
 Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar peserta didik meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat atau
sosial.
Adapun cirri cirri masalah dapat di kemukakan sebagai berikut :
1. Masalah muncul karena adanya kesenjangan antara harapan (das sollen)
dan kenyataan (das sein)
2. Semakin besar kesenjanagan, maka masalah semakin berat
3. Tiap kesenjangan yang terjadi dapat menimbulkan persepsi yang berbeda
– beda
4. Masalah muncul sebagai perilaku yang tidak dikehendaki oleh indidvidu
itu sendiri maupun oleh lingkungan
5. Masalah timbul akibat dari prose belajar yang keliru
6. Masalah memerlukan berbagai pertanyaan dasar (basic question) yang
perlu di jawab
7. Masalah dapat bersifat individual maupun kelompok
Adapun macam – macam masalah lain yang dihadapi oleh siswa, yaitu :
1. Kesuitan dalam Memahami Diri sendiri
2. Kesulitan memahami lingkungan
3. Kesulitan dalam menyalurkan bakat dan minat
4. Kesulitan dalam memecahkan masalah
5. Masalah emosi
6. Masalah penyesuaian diri
Faktor – faktor Penyebab Munculnya Masalah
1. Segi diri sendiri (Individu)
2. Segi Lingkungan (diluar diri sendiri)
RESUME IX

Peranan Guru Dalam Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling

1. Pengertian Peran Guru dalam Bimbingan Konseling


Peran guru bimbingan dan konseling terdiri dari kata peran dan guru bimbingan
dan konseling. Pengertian Peran secara etimologi sesuatu yang menjadi bagian atau
yang memegang pimpinan, terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa (Kamus
umum Bahasa Indonesia, 1987: 735).
2. Guru Sebagai Tokoh Kunci Dalam Bimbingan
Guru adalah tokoh kunci dalam kegiatan – kegiatan bimbingan yang sebenarnya
di dalam kelas, guru selalu berada dalam hubungan yang erat dengan murid, ia banyak
mempunyai kesempatan untuk mempelajari murid, mengawasi tingkah laku dan
kegiatannya, dan apabila ia teliti serta manaruh perhatian ia akan mengetahui sifat-sifat
murid, kebutuhannya, minatnya, masalah-masalahnya, dan titik-titik kelemahan serta
kekuatannya. Oemar Hamalik (1990 : 52-71) menyatakan bahwa dalam sistem dan
proses pendidikan mana pun, guru tetap memegang peranan penting. Peranan guru yang
begitu besar dapat di tinjau dalam arti luas. Dalam arti luas, guru mengemban peranan-
peranan sebagai ukuran kognitif, sebagai agen moral, politik, inovator, dan kooperatif.
a. Guru sebagai ukuran kognitif
Guru harus memenuhui ukuran kemampuan yang di perlukan untuk
melaksanakan tugasnya agar siswa dapat mencapai ukuran pendidikan yang
tinggi.
b. Guru sebagai agen moral dan politik
Guru bertindak sebagai agen moral masyarakat karena fungsinya mendidik
masyarakat agar melek huruf, pandai berhitung, dan memiliki berbagai
keterampilan kognitif lainnya
c. Guru sebagai innovator
Guru bertanggung jawab menyebarkan gagasan-gagasan baru terhadap siswa,
melalui proses pengajaran dalam kelas.
d. Guru memegang peranan kooperatif
Dalam melaksanakan tugasnya, guru tidak mungkin bekerja sendiri dan
mengembangkan kemampuannya secara individual. Karna itu, para guru harus
bekerja sama baik bekerja sama dengan sesama guru, pekerjaan-pekerjaan
sosial, lembaga-lembaga kemasyarakatan maupun dengan persatuan orang tua
murid (Salahidin, 2010)
3. Bentuk - Bentuk Bimbingan Guru Terhadap Siswa
Peran guru bimbingan dan konselor adalah suatu peran yang inhern dan
disandang seseorang yang berfungsi sebagai konselor dan peran juga dikatakan
sebagai apa yang diharapkan dari posisi yang dijalani oleh seorang konselor. peran
guru bimbingan dan konselor adalah membantu peserta didik dalam menyelesaikan
atau mengatasi masalah siswa (peserta didik) dari berbagai bidang masalah yang
muncul dan terjadi pada peserta didik tersebut sehingga siswa (peserta didik) dapat
mengatasi masalahnya sendiri.
Tugas guru bimbingan dan konseling pada umumnya yaitu membantu siswa dalam:
a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu
siswa dalam memahami, menilai bakat dan minat.
b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu siswa
dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan
sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu
siswa dalam mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan
di sekolah/madrasah secara mandiri.
d. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu siswa dalam
memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan
karir.
e. Pengembangan kehidupan beragama, yaitu bidang pelayanan yang membantu
siswa dalam bimbingan rohaninya sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan
masing- masing (Nasional), 2009)
Bentuk-bentuk pelaksanaan bimbingan adalah :
a. Identifikasi masalah
b. Diagnosis
c. Prognosis
d. Pemberian Bantuan
e. Evaluasi Dan Tindak Lanjut

RESUME X

Peranan Konselor Dalam Bimbingan dan Konseling

A. Pengertian Konselor

Menurut Hartono dan Boy Soedarmadji “Konselor merupakan tenaga


profesional yang memberikan pelayanan dalam bidang konseling”. Menurut Winkel
“Konselor sekolah adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh pendidikan
khusus diperguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan
Bimbingan dan Konseling”. Maka dapat kita simpulkan bahwasanya konselor adalah
tenaga profesional yang bertugasdan bertanggung jawab memberikan layanan
bimbingan dankonseling kepada peserta didik di satuan pendidikan

B. Syarat – Syarat Konselor

Dalam segala profesi pasti terdapat beberapa persyarat yang harus dipenuhi
begitu pula dengan profesi konselor terdapat beberapa persyarat yang harus dipenuhi
saat seseorang ingin menjadi seorang konselor. Persyaratan konselor menurut beberapa
ahli sebagi berikut :

Menurut Winkel:
Syarat menjadi konselor adalah mempunyai sikap menerima , sikap ingin memahami ,
sikap bertindak dan berkata jujur , memilki kepekaan , kemampuan komunikasi yang
tepat , kesehatan mental dan jasmani yang layak , serta mentaati kode etik jabatan
konselor.

C. Kewajiban dan Tanggung Jawab Konselor

Konselor bertugas atau berkewajiban sebagai helper bagi konseli. Helper adalah
keadaan dimana konselor menolong konseli dengan tindakan, seperti memberikan clu
kepada konseli dengan tepat, memberikan gambaran perubahan tingkah laku,
memberikan nasihat atau saran apabila dibutuhkan, membina konseli berkembang,
menenagkan konsel yang bermasalah dengan pihak lain, membantu konseli menegosiasi
dengan tindakannya, memberikan support terhadapat perkembangan tingkah laku ke
arah yang lebih baik serta melakukan pengawasan dari pelaksaan pengambilan
keputusan konseli terhadap keputusannya. (Dainow dan Bailey, 1990).

Tanggung jawab konselor kepada siswa, yaitu bahwa konselor:

1. memperhatikan kebutuhan siswa dan mendorong pertumbuhan dan


perkembangan yang optimal bagi setiap siswa.
2. menjaga kerahasiaan data tentang siswa
3. menyelenggarakan pengungkapan data dan memberi tahu siswa tentang hasil
kegiatan.
4. menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling.
5. melakukan referal kasus dan memberi tahu siswa tentang tujuan, aturan atau
prosedur dan teknik layanan bimbingan dan konseling.

Tanggung jawab kepada orang tua yaitu bahwa konselor:

1. menghormati hak dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dan
membangun hubungan yang serta dengan orang tua demi perkembangan siswa.
2. memberi tahu orang tua tentang peran konselor dengan asas kerahasiaan yang
dijaga secara utuh.
3. menyediakan dan menyampaikan untuk orang tua berbagai informasi yang
berguna untuk kepentingan perkembangan siswa.
4. menyampaikan informasi (tentang siswa dan orang tua) hanya pada pihak yang
memerlukan tanpa merugikan siswa dan orang tuanya.
5. menyampaikan informasi (tentang siswa dan orang tua) hanya kepada pihak-
pihak yang berhak mengetahui informasi tersebut tanpa merugikan siswa dan
orang tuanya.

RESUME XI

Program Bimbingan Disekolah

A. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Pengertian Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah ialah sejumlah
kegiatan bimbingan dan konseling yang direncanakan oleh sekolah, dan dilaksanakan
dalam jangka waktu tertentu. Adapun fungsi husus bimbingan dan konseling, yakni
hususnya di sekolah, menurut H.M. Umar dkk., dalam Salahudin (2010: 129) adalah
sebagai berikut :

 Menolong anak dalam kesulitan belajarnya


 Berusaha memberikan pelajaran yang sesuai denga minat dan kecakapan anak-
anak
 Memberi nasihat kepada anak yang akan berhenti dari sekolahnya
 Memberi petunjuk kepada anak-anak yang melanjutkan belajarnya dan
sebagainya, Semua itu termasuk usaha-usaha mendidik yang sudah seharusnya
dilakukan guru terhadap siswa- siswanya. Dalam arti khusus, bimbingan
mencakup semua teknik penasihatan (conseling) dan semua informasi yang
dapat menolong individu untuk menolong dirinya sendiri.
B. Tujuan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseli agar dapat


mencapai tugas-tugas perkembangannya. Menurut Dewa Ketut Sukardi dan Desak
Made Sumiati (2005:3) tujuan program bimbingan dan konseling disekolah terdiri dari :
(1) Tujuan umum, dan (2) Tujuan Khusus.

1. Tujuan umum program bimbingan


 Agar siswa dapat mengembangkan pengertian dan pemahaman diri dalam
kemajuannya disekolah.
 Agar siswa dapat mengembangkan pengetahuan tetang dunia kerja,
kesempatan kerja serta rasa tanggung jawabdalam memilih suatu kesempatan
kerja tertentu.
 Agar siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk memilih dan
mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan informasi tentang
kesempatan yang secara tepat dan bertanggung jawab.
 Agar siswa dapat mewujudkan penghargaan terhadap kepentingan dan harga
diri orang lain.
2. Tujuan khusus program bimbingan
 Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam
memahami dirinya sendiri.
 Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam
memahami lingkungannya.
 Agar siswa memiliki kemampuan dalam mengatasi kesulitan dalam
mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
 Agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengastasi dan menyalurkan
potensi-potensi yang dimilikinya dalam pendidikan dan lapangan kerja
secara tepat.
C. Komponen (Struktur) Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Layanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah diklasifikasikan ke dalam


empat komponen layanan, ialah sebagai berikut :

1. Pelayanan Dasar

Layanan dasar adalah layanan bantuan kepada semua peserta didik melalui kegiatan-
kegiatan yang diselenggarakan untuk membantu para peserta didik mencapai
kompetensi dan keterampilan dasar yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga diharapkan dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan secara efektif
dan sehat. Layanan ini dilaksanakan melalui kegiatan di dalam kelas (klasikal),
kelompok-kelompok kecil, dan kerjasama antara konselor dan guru dalam
pengembangan kompetensi tertentu yang diperlukan oleh peserta didik dalam
kehidupannya.Strategi pelaksanaan layanan dasar bimbingan dan konseling di
sekolah atau madrasah meliputi :

 Bimbingan Klasikal.
 Pelayanan Orientasi
 Pelayanan Informasi
 Bimbingan Kelompok
 Pelayanan Pengumpulan Data :
2. Pelayanan Responsif
Layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada peserta didik yang
memerlukan pertolongan segera. Dalam hal ini konseli mungkin berinisiatif
mendatangi konselor untuk memanfaatkan bantuan profesional yang diperlukannya
dari konselor karena mengalami masalah atau kesulitan tertentu karena adanya
rujukan dari guru, orangtua atau profesional lain. Layanan ini dilaksanakan melalui :

 Konseling Individual
 Referal
 Kolaborasi
 Konsultasi
 Bimbingan Teman Sebaya
 Konferensi Kasus
 Kunjungan Rumah
D. Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah

(TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi setiap lembaga pendidikan formal
(TK, SD, SMP, SMA, sampai dengan PT) mempunyai tujuan pendidikan yang
disebut dengan tujuan institusional. Tujuan sekolah merupakan tujuan intermedier
bagi tercapainya tujuan pendidikan yang lebih tinggi. Untuk mencapai tujuan ini,
maka setiap sekolah (SD sampai PT) haruslah menyelenggarakan berbagai kegiatan.
Selain kegiatan, masih ada aspek lain yaitu bimbingan sikap dan kesejahteraan yang
belum dapat tercapai secara maksimal. Untuk memberikan perhatian terhadap aspek
ini maka salah satu caranya adalah memberikan bimbingan kepada siswa. Dengan
layanan ini diharapkan kesulitan siswa, baik kesulitan belajar, kesulitan emosional,
maupun kesulitan yang lain dapat teratasi dengan baik.

RESUME XII

Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling


A. Pengertian Hakikat Evaluasi Bimbingan dan Konseling

Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu Evaluation. Dalam buku
“Essentials of Educational Evaluation”, Edwind Wand dan Gerald W. Brown,
mengatakan bahwa : “Evaluation rafer to the act or prosses to determining the value of
something”. Jadi menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu
proses untuk menentukan nilai dari pada sesuatu. Sesuai dengan pendapat tersebut maka
evaluasi pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dapat diartikan sebagai suatu tindakan
atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling di sekolah yang diharapkan oleh Departemen Pendidikan.

Evaluasi ini dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan informasi (data)
untuk mengetahui efektivitas (keterlaksanaan dan ketercapaian) kegiatan-kegiatan yang
telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan. Pengertian lain dari evaluasi ini
adalah suatu usaha mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan
dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan sikap dan perilaku, atau
tugas-tugas perkembangan para siswa melalui program kegiatan yang telah
dilaksanakan.

Evaluasi terhadap kegiatan Bimbingan dan Konseling, mengandung tiga aspek


penilaian, yaitu:

1. Penilaian terhadap program Bimbingan dan Konseling.


2. Penilaian terhadap proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.
3. Penilaian terhadap hasil (product) dari pelaksanaan kegiatan pelayanan
Bimbingan dan Konseling.

Jadi, singkatnya evaluasi adalah serangkaian aktifitas yang dimaksud untuk menentukan
seberapa jauh tujuan-tujuan yang telah dicapai, sedangkan evaluasi program bimbingan
adalah mencakup usaha menilai efisiensi dan efektifitas pelayanan dan bimbingan
sendiri demi peningkatan mutu pembimbingan.
Unsur-unsur dalam program bimbingan dan konseling yaitu:

1. Kebutuhan siswa
2. Jumlah siswa
3. Bidang bimbingan
4. Jenis pelayanan
5. Kegiatan pendukung
6. Volume kegiatan
7. Frekuensi layanan
8. Lama kegiatan
9. Waktu kegiatan
10. Kegiatan khusus
B. Hakikat yang di evaluasi program layanan bimbingan konseling yaitu:
1. Pekerjaan menilai dengan menggunakan patokan atau kiteria standar apakah
sebuah rencana kegiatan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan konseling
berhasil atau tidak sampai patoakan atau standar yang ideal dari program
bimbingan dan konseling harus memenuhi syarat:
 Disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
 Jenis jumlah siswa yang dibimbing dan pembagian tugas koinselor terhadap
siswa.
 Semua bidang bimbingan masuk dalam program.
 Semua jenis di program dengan satuan layanan yang jelas.
 Terencana kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
 Jenis volume kegiatan.
 Frekuensi kegiatan.
 Lama kegiatan.
 Waktu kegiatan.
 Kegiatan khusus.
2. Evaluasi atau menilai program bimbingan dan konseling juga menyangkut fisik
yaitu wadah tempat program itu dijalankan seperti ruang dan sarana yang
digunakan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
evaluasi program pelaksanaan bimbingan dan konseling itu merupakan suatu
proses yang dilakukan secara berkala dan terus menerus dalam rangka
mengetahui, menguji, menelah sampai sejauh mana pelaksanaan program
bimbingan dan konseling yang dilaksanakan tersebut memberikan kontribusi
yang maksimal bagi klien atau program bimbingandan konseling itu sendiri.
C. Prinsip-prinsip dalam Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

Menurut Khusnuridlo, untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka kegiatan
evaluasi harus bertitik dari prinsip-prinsip umum sebagai berikut:

 Komprehensif
Evaluasi harus mencakup bidang sasaran yang luas atau menyeluruh, baik aspek
personalnya, materinya, maupun aspek operasionalnya.
 Komparatif
Dalam prinsip ini menyatakan bahwa dalam mengadakan kegiatan evaluasi harus
dilaksanakan secara bersama-sama atau bekerjasama dengan semua orang.
Sebagai contoh dalam mengevaluasi keberhasilan pendidik dalam proses
mengajar, harus bekerjasama antara pengawas pengawas, kepala sekolah, guru itu
sendiri dan dengan peserta didik. Dengan mengkolaborasikan semua pihak
diharapkan dapat mencapai keobyektifan dalam mengevaluasi.
 Continue (Terus-menerus)
Evaluasi hendaknya secara berkala atau terus-menerus selama proses pelaksanaan
program. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil yang telah dicapai, tetapi
sejak pembuatan rencana sampai dengan tahap laporan.
 Obyektif
Sebagai contoh, apabila seorang guru itu berhasil dalam mengajar, maka
katakanlah bahwa guru ini sukses dan sebaliknya apabila jika guru itu kurang
berhasil dalam mengajar, maka katakanlah bahwa guru itu kurang berhasil dalam
mengajar. Untuk mencapai keobyektifan dalam mengevaluasi perlu adanya data
dan fakta. Dari data dan fakta ini dapat diproses untuk kemudian diambil atau
kesimpulan.
D. Tujuan Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

Secara umum penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan


konseling bertujuan untuk mengetahui kemajuan evaluasi pelaksanaan program
bimbingan dan konseling atau subjek yang memanfaatkan pelayanan dari bimbingan
dan konseling. Untuk mengetahui tingkat efesiensi dan efektifitas strategi pelaksanaan
program bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.
Secara khusus penyelenggaraan evaluasi layanan bimbingan konseling bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling apa sudah ada
atau belum diberikan kepada siswa di sekolah.
2. Untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi layanan yang diberikan itu pada
fungsinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan semua individu dan diluar
sekolah.
3. Untuk mengetahui bagaimana sumbangan program bimbingan terhadap program
secara keseluruhan di sekolah yang bersangkutan.
4. Untuk mengetahui apakah teknik-teknik atau program yang digunakan berjalan
secaara efektif dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan.
5. Untuk mengetahui aspek-aspek lain apakah yang perlu dimasukan kedalam
program bimbingan untuk perbaikan layanan yang diberikan.
6. Untuk membantu kepala sekolah, guru-guru termasuk bimbingan atau konselor
dalam memperbaiki tata kerja mereka dalam memahami dan memenuhi
kebutuhan tiap-tiap siswa.
7. Untuk menegetahui dalam bagian-bagian manakah dari program bimbingan
yang perlu diadakan perbaikan-perbaikan.
8. Untuk mendorong semua personal bimbingan agar berkerja lebih giat dalam
mengembangkan program bimbingan.
9. Menunjukan sampai sejauh manakah sumber-sumber masyarakat telah
digunakan atau di ikutsertakan dalam program bimbingan untuk tujuan- tujuan
pengembangan serta perbaikan program dan pelayanan bimbingan.
E. Teknik Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
1. Kegiatan peenyelenggaraan bimbingan dan konseling disekolah meliputi banyak
aspek baik yang menyangkut SDM maupun instrumen pendukung kegiatan
lainnya, yaitu sebagai berikut:
2. Lingkugan bimbingan, sarana yang ada dan situasi daerah.
3. Program kegiatan bimbingan.
4. Personal atau ketenagan.
5. Fasilitas teknik dan fisik.
6. Pengelolaan dan administrasi bimbingan.
7. Pembiayaan.
8. Partisipasi personal.
9. Proses kegiatan.

Bila aspek proses kegiatan yang hendak dievaluasi dengan kiteria bagian 1 (lingkungan
bimbibgan, sarana yang ada dan situasi daerah) instrument teknik yang harus digunakan
adalah:

1. Check list.
2. Observasi kegiataan.
3. Tes situasi.
4. Wawancara.
5. Angket.

RESUME XIII

A. Pengertian Problematika Bimbingan dan Konseling


Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu "problematic"
yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema
berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan permasalahan. Adapun
Bimbingan dan Konseling (BK) adalah proses bantuan atau pertolongan yang
diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan
tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki
kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu
memecahkan masalahnya sendiri.
Jadi, problematika Bimbingan dan Konseling dapat diartikan sebagai masalah
yang dihadapi dalam proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh
pembimbing kepada individu yang dibimbing.
B. Macam-macam Problematika Bimbingan dan Konseling
Macam-macam problematika bimbingan dan konseling menurut Rahdzi adalah
sebagai berikut:
a. Problematika Eksternal (Masyarakat)
Problematika dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di masyarakat pada
dasarnya disebabkan adanya pandangan keliru dari masyarakat. Pandangan
tersebut diantara nya sebagai berikut:
1. Layanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja

2. Bimbingan dan konseling hanya untuk orang yang bermasalah saja

3. Keberhasilan layanan bimbingan dan konseling bergantung pada sarana


dan prasarana
4. Konselor harus aktif, sedangkan klien harus/boleh pasif

5. Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera


terlihat
b. Problematika Internal (Konselor)
Masalah yang timbul dari luar sebenarnya berasal dari diri konselor itu sendiri.
Pandangan para konselor yang salah tentang BK menyebabkan mereka salah
langkah dalam memberikan pelayanan BK. Beberapa pandangan menurut para
konselor adalah sebagai berikut:
1. Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan
dokter dan psikiater
2. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien
3. Bimbingan dan konseling mampu bekerja sendiri
4. Bimbingan dan konseling dianggap sebagai proses pemberian nasihat
semata.
c. Problematika Dalam Dunia Pendidikan
Problematika utama dalam pelaksanaan BK di dunia pendidikan juga
disebabkan adanya kekeliruan pandangan. Berikut ini beberapa kekeliruan
pandangan BK dalam pendidikan
1. Bimbingan dan konseling hanya sebagai pelengkap kegiatan pendidikan.
2. Guru bimbingan dan konseling disekolah adalah “polisi sekolah”.
3. Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk siswa tertentu saja.
Masalah utama yang dihadapi BK saat ini adalah timbulnya persepsipersepsi
keliru dari beberapa kalangan akan arti dan hakikat bimbingan dan konseling.
Langkah selanjutnya adalah mengubah persepsi kalangan tersebut agar sesuai
hakikat bimbingan dan konsling itu sendiri. Hal ini tentunnya dengan cara
pemberian materi yang lebih baik kepada konselor agar para konselor benar- benar
memahami hakikat dari BK, yang kemudian menindak lanjuti dengan bersosialisasi
kepada masyarakat.
Jika pandangan masyarakat tentang BK sudah berubah, tentunya pelaksanaan
BK akan semakin mudah., bahkan menjadi salah satu kebutuhan
C. Alternatif Pemecahan Problematika Bimbingan
Masalah-masalah yang melingkupi pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah begitu beragam sehingga alternative pemecahan masalah tersebut harus
sesuai dengan masalahnya. Menurut pandangan Nurul Muallifah dkk, beberapa tema
masalah yang ada disekolah yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbinga konseling
diantaranya adalah:
1. Konselor Di Sekolah Dianggap Sebagai Polisi Sekolah
Petugas bimbingan dan konseling bukanlah pengawas atau pun polisi
sekolah yang selalu mencurigai dan menangkap siapa saja yang bersalah.
Petugas bimbingan dan konseling adalah kawan pengiring, petunjuk jalan,
pembangun kekuatan, dan Pembina tingkah laku positif yang dikehendaki.
Petugas bimbingan dan konseling hendaknya menjadi si tawar si dingin bagi
siapa pun yang datang kepadanya.
Dengan pandangan, sikap, penampilan dan ketrampilan konselor,siswa
atau siapapun yang berhubungan dengan konselor, akan memperoleh suasana
sejuk dan memperoleh harapan.
2. Bimbingan Dan Konseling Dianggap Semata-Mata Sebagai Proses Pemberian
Nasehat.
Konselor harus melakukan upaya-upaya tindak lanjut serta
menyinkronasikan upaya yang satu dan upaya lainnya sehingga keseluruhan
upaya itu menjadi suatu rangkaian yang terpadu dan berkesinambungan.
3. Bimbingan Dan Konseling Dibatasi Hanya Pada Menangani Masalah Yang
Bersifat Incidental.
Pada hakikatnya, pelayanan BK menjangkau dimensi waktu yang lebih
luas, yaitu masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Oleh karena itu, konselor
sebaiknya tidak hanya menunggu klien datang dan mengungkapkan
masalahnya. Konselor harus terus memasyarakatkan dan membangun suasana
bimbingan dan konseling, serta mampu melihat hal-hali tertentu yang perlu
diolah, ditanggulangi, diarahkan, dibangkitkan, dan secara umum diperhatikan
demi perkembangan segenap individu.
4. Bimbingan Dan Konseling Dibatasi Hanya Untuk Klien-Klien Tertentu Saja
Bimbingan dan konseling tidak mengenal penggolongan siswa-siswa,
sehingga golongan siswa tertentu memperoleh pelayanan yang lebih dari
golongan yang lainnya. Semua siswa mendapat hak dan kesempatan yang sama
untuk mendapatkan pelayanan dan bimbingan konseling. Kapan, bagaimana, dan
dimana pelayanan itu diberikan, pertimbangannya semata- mata didasarkan atas
sifat dan jenis masalah yang dihadapi serat ciri-ciri pribadi siswa yang
bersangkutan.
5. Bimbingan Dan Konseling Melayani “Orang Sakit” Dan “Kurang Normal”.
Jika klien ternyata mengalami kondisi yang abnormal, apalagi kalau
sudah bersifat seperti sakit jiwa, maka klien tersebut sudah sepantasnya
mendapat pelayanan bantuan dari psikiater. Akan tetapi masalahnya adalah
kebanyakan dari para konselor terlalu cepat menyimpulkan atau menyangka
klien tersebut mengalami gangguan kejiwaan, sehingga tanpa pertimbangan
matang menghentikan pelayanan-bimbingan dan konseling dan menyarankan
kepada klien tersebut untuk menemui psikiater. Hal ini tentu saja keliru dan
bahkan berbahaya. Dalam hal ini akan mengakibatkan seorang klien akan
menganggap seorang konselor sebenarnya tidak ahli dalam melayani dan enggan
untuk mempercayainya.
6. Bimbingan Dan Konseling Berpusat Pada Keluhan Pertama Saja .
Konselor tidak boleh terpukau oleh keluhan atau masalah yang
disampaikan klien pertama kali. Konselor harus mampu menyelami sedalam-
dalamnya masalah klien yang sebenarnya. Dari beberapa contoh pemikiran
alternative pemecahan masalah- masalah dalam pelaksanaan bimbingan
konseling pada intinya, masalah harus segera diaatasi, karena kemungkinan
setiap hal yang negative akan terus berkembang pada tingkat negative yang lebih
berat lagi. Oleh karena itu, agar bimbingan dan konseling senantiasa efektif dan
berkembang lebih baik, ketiga unsur yang ada dalam konseling tersebut harus
ditinjau ulang, baik secara teori ataupun praktik.

Anda mungkin juga menyukai