Nim : 1192020255
Kelas : PAI 4F
Mata Kuliah : Bimbingan Konseling
RESUME I
RESUME II
Pada akhir ke-19-an, spesialis psikiatri telah mendapat tempat berdampingan dengan
spesialis pengobatan lain. Dengan makin stabilnya posisi psikiatri dalam
penanganan gangguan psikologis atau yang lebih dikenal dengan sakit mental,
muncullah psikiatri sebagai spesialisasi baru. Spesialisasi baru ini dipelopori oleh
Van Ellenberger Renterghem dan Van Eeden.
Berikut ini akan dibahas mengenai perkembangan usaha bimbingan dalam pendidikan
di Indonesia.
1. Sebelum Kemerdekaan
Masa sebelum kemerdekaan yaitu pada masa penjajahan Belanda dan Jepang,
kehidupan rakyat Indonesia berada dalam cengkeraman penjajah (Pendidikan
diselenggarakan untuk kepentingan penjajah). Para siswa dididik untuk mengabdi
untuk kepentingan penjajah.
Dalam bidang pendidikan, pada dekade ini lebih banyak ditandai dengan perjuangan
merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Tetapi yang lebih mendalam
adalah mendidik bangsa Indonesia agar memahami dirinya sebagai bangsa yang
merdeka sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945. Hal ini pulalah yang menjadi
fokus utama dalam bimbingan pada saat itu.
Kegiatan bimbingan pada masa dekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai
kegiatan pendidikan.
Dalam dekade ini lahir Orde Baru tahun 1966, yang kemudian meluruskan dan
menegakkan serta ini sudah mulai mantap dalam merintis ke arah terwujudnya suatu
sistem pendidikan nasional.
Setelah melalui penataan dalam dekade 70-an, maka dalam dekade 80-an ini
bimbingan diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama diusahakan untuk
menuju kepada perwujudan bimbingan yang profesional. Dengan demikian, maka
upaya-upaya dalam dekade 80-an lebih mengarah kepada profesionalisasi yang lebih
mantap.
RESUME III
Landasan pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) berarti alas dan tumpuan.
Kata alas berhubungan dengan fisik, seperti landasan pesawat terbang, sedangkan kata
tumpuan berhubungan dengan hukum, prinsip, konsep, teori seperti Undang – Undang
Dasar 1945.
Bimbingan dan konseling memiliki dua aspek yaitu bimbingan dan konseling.
Bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan
secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga
dia sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan
dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umunya.
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan
pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan
bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis
maupun estetis.
2. Landasan Yuridis
Landasan yuridis ialah ketentuan hukum yang menjadi dasar hukum bagi pembuatan
suatu peraturan. Landasan yuridis dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Landasan yuridis dari segi formal, yakni landasan yuridis yang memberi
kewenangan (bevoegdheid) bagi instansi tertentu untuk membuat peraturan tertentu,
misalnya Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 menjadi landasan yuridis dari segi formil bagi
Presiden untuk membuat RUU
b. Landasan yuridis dari segi materiil, yaitu landasan yuridis untuk mengatur hal-
hal tertentu, misalnya Pasal 18 UUD 1945 menjadi landasan yuridis dari segi
materiil untuk membuat UU organik mengenai pemerintahan daerah
3. Landasan Psikologin
4. Landasan Pedagogi
Pedagogi merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu pendidikan anak.
Jadi pedagogi mencoba menjelaskan tentang seluk beluk pendidikan anak, pedagogi
merupakan teori pendidikan anak. Pedagogi sebagai ilmu sangat dibutuhkan oleh
guru, khususnya guru taman kanak-kanak dan guru sekolah dasar karena mereka
akan berhadapan dengan anak yang belum dewasa.
6. Landasan Religius
Landasan religius bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin menetapkan klien
sebagai makhluk tuhan dengan segenap kemuliaannya menjadi fokus sentral upaya
bimbingan dan konseling.
RESUME IV
A. Teknik Bimbingan
Dalam melakukan bimbingan, seseorang perlu menggunakan teknik yang tepat untuk
mencapai tujuan yang sesuai. Secara umum teknik bimbingan ini terbagi menjadi dua,
yaitu :
1. Bimbingan kelompok
Menurut Tohirin, definisi bimbingan kelompok adalah suatu cara memberikan
bantuan kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok. Tujuan layanan
bimbingan kelompok adalah untuk melatih siswa mengembangkan kemampuan
bersosalisasi, dan mewujudkan tingkah laku yang lebih efektif serta meningkatkan
kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal.
Bimbingan kelompok ini memiliki beberapa macam bentuk seperti berikut :
a. Program home room : dilakukan diluar jam sekolah dengan cara
menciptakan kondisi seperti di rumah agar menimbulkan kondisi yang
menyenangkan.
b. Karyawisata : dilaksanakan dengan mengadakan peninjauan pada suatu
objek yang berkaitan dengan pelajaran.
c. Diskusi kelompok : merupakan cara dimana siswa diberikan kesempatan
untuk bisa memecahkan masalah dengan cara bersama-sama.
d. Kegiatan kelompok : dalam kegiatan ini setiap individu dapat belajar
untuk berpartisipasi secara kelompok dalam suatu kesempatan yang ada.
2. Bimbingan individual
Bimbingan individual ini adalah proses belajar melalui hubungan khusus pribadi
dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang klien.
a. Konseling langsung (directive counseling) : dalam teknik ini konselor
berperan penting dengan berusaha memberi pengarahan yang sesuai, dan
klien hanya tinggal menerima saran dari konselor tersebut.
b. Konseling tidak langsung (non directive counseling) : teknik ini
merupakan kebalikan dari konseling langsung dimana klien menjadi
pusat dari tindakan-tindakan dan proses teknik ini.
c. Konseling electic (eclectictic counseling) : teknik ini merupakan
gabungan anatara konseling langsung dan tidak langsung, konselor
menampung pembicara dan penyaluran semua perasaan kekesalan di
samping konselor juga memberikan pengarahan dalam mencari dan
menemukan pemecahan persoalannya.
B. Teknik-Teknik Melakukan Konseling
1. Teknik umum
a. Teknik rapport : teknik ini merupakan suatu kondisi untuk saling
memahami dan mengenal tujuan bersama.
b. Teknik structuring : proses penetapan batasan oleh konselor tentang
hakikat, batas-batas dan tujuan proses konseling pada umumnya dan
hubungan tertentu pada khususnya.
c. Teknik eksplorasi : keterampilan yang dimiliki oleh konselor untuk
menggali perasaan, pengalaman serta pikiran seorang klien.
d. Teknik paraphrasing : merupakan upaya yang dilakukan konselor untuk
menarik pesan utama dari klien, karena bahasa yang digunakan oleh
klien kadang berbelit-belit jadi di upayakan dalam teknik ini supaya
konselor bisa menyampaikannya dengan bahasa yang mudah dimengerti.
e. Teknik bertanya : pada teknik ini ada dua macam yaitu teknik bertanya
terbuka dan tertutup.
f. Teknik mengarahkan : karena dalam konseling diperlukan suatu
pasrtisipasi antara klien dan konselor. Oleh karena itu konselor harus
mampu memberi arahan kepada klien.
g. Teknik menyimpulkan sementara : agar pembicaraan dalam konseling
maju secara bertahap dan arah pembicaraan semakin jelas, maka setiap
period waktu tertentu konselor bersama klien perlu menyimpulkan
pembicaraan.
h. Teknik konfrontasi : menantang klien untuk melihat adanya inkonsisensi
(tidak konsisten) antar perkataan dengan perbuatan, ide awal dengan ide
berikutnya, sedih dengan kepedihan.
2. Teknik khusus
a. Latihan asertif : digunakan untuk melatih klien yang mengalami
kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau
benar.
b. Desensitisasi sistematis : memfokukskan bantuan untuk menenangkan
klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk
rileks.
c. Pembentukan perilaku model : digunakan untuk membentuk Perilaku
baru pada klien, dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk.
C. Pendekatan dalam Bimbingan dan Konseling
Dalam bimbingan dan konseling ada empat pendekatan yang dapat dirumuskan
dan sering dipakai yaitu :
1. Pendekatan remidi
Pendekatan remidi meruapakn pendekatan bimbingan yang diarahkan kepada
individu yang mengalami kelemahan atau kekurangan.
2. Pendekatan krisis
Pendekatan krisis disebut juga pendekatan kuratif merupakan upaya bimbingan
yang diarahkan kepada individu yang mengalami masalah. Tujuan pendekatan ini
adalah mengatasi masalah-masalah yang dialamai.
3. Pendekatan preventif
Pendekatan preventif yaitu pendekatan bimbingan konseling dalam usaha
bimbingan yang ditujukan kepada siswa atau sekelompok siswa yang belum
bermasalah agar siswa tersebut dapat terhindar dari kesulitan-kesulitan yang
mungkin akan mereka hadapi.
4. Pendekatan developmental
Pendekatan ini merupakan usaha bimbingan konseling yang ditujukan kepada
seorang siswa yang memiliki kemampuan/kelebihan, agar kemampuan/kelebihan itu
dapat dapat direalisasikan serta ditingkatkan. Bimbingan ini dimaksudkan untuk
mengembangkan potensi yang ada pada siswa.
RESUME V
B. Layanan Responsif
Layanan responsif adalah layanan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendekpeserta
didik, atau masalah-masalah yang dialami peserta didik/konseli yang bersumberdari
lingkungan kehidupan pribadi, sosial, belajar, dan karir. Layanan terdiri ataskonseling
individual, konseling kelompok, konsultasi, konferensi kasus, referal dan advokasi.
C. Strategi Layanan Perencanaan Individual
Layanan Perencanaan individual adalah layanan bantuan yang diberikan kepada semua
siswa agar mampu membuat dan melaksanakan perencanaan masa depannya,
berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahan dirinya.
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada peserta didik agar mampu
merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan
berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman
akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya.
Dalam komponen ini siswa mengevaluasi tujuan edukasional, okupasional dan tujuan
personal mereka. Konselor membantu siswa membuat pilihan dari sekolah ke sekolah,
sekolah ke pekerjaan maupun sekolah ke pendidikan tinggi atau karir setelah mereka
lulus dari suatu sekolah.
Sedangkan isi dari layanan ini meliputi bidang pendidikan, bidang karir, dan bidang
sosial pribadi. Menurut Gysbers (2006), strategi dalam layanan perencanaan individual,
meliputi :
a. Individual appraisal
b. Individual advisement
c. Transition planning
d. Follow up
D. Dukungan system
Dukungan sistem adalah komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja,
infra struktur (Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan
kemampuan professional professional konselor/ guru pembimbing secara
berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada peserta didik
atau memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta didik.
RESUME VII
Teori-Teori Konseling
Teori yang baik adalah teori yang memiliki sifat jelas, komprehensif, parsimious
atau dapat menjelaskan data secara sederhana dan jelas, serta dapat menghasilkan
penelitian yang bermanfaat. Lahirnya suatu teori mempunyai kaitan dasar pribadi,
sosiologis, dan filosofis. Berikut ini adalah teori – teori dalam Bimbingan Konseling
:
A. TEORI PSIKOANALISA
Pengertian Teori Psikoanalisa
Teori Psikoanalisa merupakan teori kepribadian yang paling komprehensif yang
mengemukakan tentang tiga pokok pembahasan yaitu struktur kepribadian,
dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.(Alwisol,2004,p.15).
Psikoanalisis sering juga disebut dengan Psikologi Dalam, karena pendekatan ini
berpendapat bahwa segala tingkah laku manusia bersumber pada dorongan yang
terletak jauh di dalam ketidaksadaran.
Tujuan Teori Psikoanalisa
Tujuan utama konseling dalam pola pikir Psikoanalisa adalah membuat
kesadaran (conscious) hal – hal yang tidak disadari (unconscious) konseli.
Sedangkan tujuan khususnya adalah membentuk kembali struktur kepribadian
individu melalui pengungkapan hal – hal yang tidak disadari.
C. TEORI BEHAVIORAL
Pengertian Behavioral
Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan, manusia pada dasarnya
tidak memiliki bakat apa- apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus
yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya.
Konsep Dasar Behavioral
Teori behavioral didasari oleh pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia
yaitu pendekatan yang sistematik dan terstruktur dalam konseling. Konseling
behavioral dikenal juga dengan modifikasi perilaku yang dapat diartikan sebagai
tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku.
Tujuan Konseling Behavioral
Secara umum tujuan konseling behavioral adalah :
1. Menciptakan kondisi baru pembelajar
2. Menghapus tingkah laku non adaktif untuk digantikan perilaku yang
adaptif
3. Meningkatkan personality choice
D. TEORI CLIENT-CENTERED
Pengertian Teori Berpusat pada klien ( Client-Centered)
Client-Centered Therapy sering juga sering disebut psikoterapi non directive
yaitu suatu meode perwatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara
konselor dengan klien, agar tercapai gambaran yang serasi antara ideal self (diri
klien yang ideal) dengan acual self (diri klien sesuai kenyataan yang
sebenarnya).
Konsep Dasar
Teori person-centered dibangun atas dua hipotesis dasar, yaitu :
1. Setiap orang memiliki kapasitas untuk memahami keadaan yang
menyebabkan ketidakbahagiaan dan mengatur kembali kehidupannya
menjadi lebih baik
2. Kemampuan seseorang untuk menghadapi keadaan ini dapat terjadi dan
ditingkatkan jika konselor menciptakan kehangatan, penerimaan, dan
dapat memahami relasi (proses konseling) yang sedang dibangun.
Tujuan Konseling
Konseling person centered bertujuan membantu konseli menemukan konsep
dirinya yang lebih positif lewat komunikasi konseling, di mana konselor
mendudukkan konseli sebagai orang yang berharga, orang yang penting, dan
orang yang memiliki potensi positif dengan penerimaan tanpa syarat, yaitu
menerima konseli apa adanya.
RESUME VIII
RESUME X
A. Pengertian Konselor
Dalam segala profesi pasti terdapat beberapa persyarat yang harus dipenuhi
begitu pula dengan profesi konselor terdapat beberapa persyarat yang harus dipenuhi
saat seseorang ingin menjadi seorang konselor. Persyaratan konselor menurut beberapa
ahli sebagi berikut :
Menurut Winkel:
Syarat menjadi konselor adalah mempunyai sikap menerima , sikap ingin memahami ,
sikap bertindak dan berkata jujur , memilki kepekaan , kemampuan komunikasi yang
tepat , kesehatan mental dan jasmani yang layak , serta mentaati kode etik jabatan
konselor.
Konselor bertugas atau berkewajiban sebagai helper bagi konseli. Helper adalah
keadaan dimana konselor menolong konseli dengan tindakan, seperti memberikan clu
kepada konseli dengan tepat, memberikan gambaran perubahan tingkah laku,
memberikan nasihat atau saran apabila dibutuhkan, membina konseli berkembang,
menenagkan konsel yang bermasalah dengan pihak lain, membantu konseli menegosiasi
dengan tindakannya, memberikan support terhadapat perkembangan tingkah laku ke
arah yang lebih baik serta melakukan pengawasan dari pelaksaan pengambilan
keputusan konseli terhadap keputusannya. (Dainow dan Bailey, 1990).
1. menghormati hak dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dan
membangun hubungan yang serta dengan orang tua demi perkembangan siswa.
2. memberi tahu orang tua tentang peran konselor dengan asas kerahasiaan yang
dijaga secara utuh.
3. menyediakan dan menyampaikan untuk orang tua berbagai informasi yang
berguna untuk kepentingan perkembangan siswa.
4. menyampaikan informasi (tentang siswa dan orang tua) hanya pada pihak yang
memerlukan tanpa merugikan siswa dan orang tuanya.
5. menyampaikan informasi (tentang siswa dan orang tua) hanya kepada pihak-
pihak yang berhak mengetahui informasi tersebut tanpa merugikan siswa dan
orang tuanya.
RESUME XI
1. Pelayanan Dasar
Layanan dasar adalah layanan bantuan kepada semua peserta didik melalui kegiatan-
kegiatan yang diselenggarakan untuk membantu para peserta didik mencapai
kompetensi dan keterampilan dasar yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga diharapkan dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan secara efektif
dan sehat. Layanan ini dilaksanakan melalui kegiatan di dalam kelas (klasikal),
kelompok-kelompok kecil, dan kerjasama antara konselor dan guru dalam
pengembangan kompetensi tertentu yang diperlukan oleh peserta didik dalam
kehidupannya.Strategi pelaksanaan layanan dasar bimbingan dan konseling di
sekolah atau madrasah meliputi :
Bimbingan Klasikal.
Pelayanan Orientasi
Pelayanan Informasi
Bimbingan Kelompok
Pelayanan Pengumpulan Data :
2. Pelayanan Responsif
Layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada peserta didik yang
memerlukan pertolongan segera. Dalam hal ini konseli mungkin berinisiatif
mendatangi konselor untuk memanfaatkan bantuan profesional yang diperlukannya
dari konselor karena mengalami masalah atau kesulitan tertentu karena adanya
rujukan dari guru, orangtua atau profesional lain. Layanan ini dilaksanakan melalui :
Konseling Individual
Referal
Kolaborasi
Konsultasi
Bimbingan Teman Sebaya
Konferensi Kasus
Kunjungan Rumah
D. Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
(TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi setiap lembaga pendidikan formal
(TK, SD, SMP, SMA, sampai dengan PT) mempunyai tujuan pendidikan yang
disebut dengan tujuan institusional. Tujuan sekolah merupakan tujuan intermedier
bagi tercapainya tujuan pendidikan yang lebih tinggi. Untuk mencapai tujuan ini,
maka setiap sekolah (SD sampai PT) haruslah menyelenggarakan berbagai kegiatan.
Selain kegiatan, masih ada aspek lain yaitu bimbingan sikap dan kesejahteraan yang
belum dapat tercapai secara maksimal. Untuk memberikan perhatian terhadap aspek
ini maka salah satu caranya adalah memberikan bimbingan kepada siswa. Dengan
layanan ini diharapkan kesulitan siswa, baik kesulitan belajar, kesulitan emosional,
maupun kesulitan yang lain dapat teratasi dengan baik.
RESUME XII
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu Evaluation. Dalam buku
“Essentials of Educational Evaluation”, Edwind Wand dan Gerald W. Brown,
mengatakan bahwa : “Evaluation rafer to the act or prosses to determining the value of
something”. Jadi menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu
proses untuk menentukan nilai dari pada sesuatu. Sesuai dengan pendapat tersebut maka
evaluasi pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dapat diartikan sebagai suatu tindakan
atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling di sekolah yang diharapkan oleh Departemen Pendidikan.
Evaluasi ini dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan informasi (data)
untuk mengetahui efektivitas (keterlaksanaan dan ketercapaian) kegiatan-kegiatan yang
telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan. Pengertian lain dari evaluasi ini
adalah suatu usaha mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan
dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan sikap dan perilaku, atau
tugas-tugas perkembangan para siswa melalui program kegiatan yang telah
dilaksanakan.
Jadi, singkatnya evaluasi adalah serangkaian aktifitas yang dimaksud untuk menentukan
seberapa jauh tujuan-tujuan yang telah dicapai, sedangkan evaluasi program bimbingan
adalah mencakup usaha menilai efisiensi dan efektifitas pelayanan dan bimbingan
sendiri demi peningkatan mutu pembimbingan.
Unsur-unsur dalam program bimbingan dan konseling yaitu:
1. Kebutuhan siswa
2. Jumlah siswa
3. Bidang bimbingan
4. Jenis pelayanan
5. Kegiatan pendukung
6. Volume kegiatan
7. Frekuensi layanan
8. Lama kegiatan
9. Waktu kegiatan
10. Kegiatan khusus
B. Hakikat yang di evaluasi program layanan bimbingan konseling yaitu:
1. Pekerjaan menilai dengan menggunakan patokan atau kiteria standar apakah
sebuah rencana kegiatan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan konseling
berhasil atau tidak sampai patoakan atau standar yang ideal dari program
bimbingan dan konseling harus memenuhi syarat:
Disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
Jenis jumlah siswa yang dibimbing dan pembagian tugas koinselor terhadap
siswa.
Semua bidang bimbingan masuk dalam program.
Semua jenis di program dengan satuan layanan yang jelas.
Terencana kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
Jenis volume kegiatan.
Frekuensi kegiatan.
Lama kegiatan.
Waktu kegiatan.
Kegiatan khusus.
2. Evaluasi atau menilai program bimbingan dan konseling juga menyangkut fisik
yaitu wadah tempat program itu dijalankan seperti ruang dan sarana yang
digunakan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
evaluasi program pelaksanaan bimbingan dan konseling itu merupakan suatu
proses yang dilakukan secara berkala dan terus menerus dalam rangka
mengetahui, menguji, menelah sampai sejauh mana pelaksanaan program
bimbingan dan konseling yang dilaksanakan tersebut memberikan kontribusi
yang maksimal bagi klien atau program bimbingandan konseling itu sendiri.
C. Prinsip-prinsip dalam Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
Menurut Khusnuridlo, untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka kegiatan
evaluasi harus bertitik dari prinsip-prinsip umum sebagai berikut:
Komprehensif
Evaluasi harus mencakup bidang sasaran yang luas atau menyeluruh, baik aspek
personalnya, materinya, maupun aspek operasionalnya.
Komparatif
Dalam prinsip ini menyatakan bahwa dalam mengadakan kegiatan evaluasi harus
dilaksanakan secara bersama-sama atau bekerjasama dengan semua orang.
Sebagai contoh dalam mengevaluasi keberhasilan pendidik dalam proses
mengajar, harus bekerjasama antara pengawas pengawas, kepala sekolah, guru itu
sendiri dan dengan peserta didik. Dengan mengkolaborasikan semua pihak
diharapkan dapat mencapai keobyektifan dalam mengevaluasi.
Continue (Terus-menerus)
Evaluasi hendaknya secara berkala atau terus-menerus selama proses pelaksanaan
program. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil yang telah dicapai, tetapi
sejak pembuatan rencana sampai dengan tahap laporan.
Obyektif
Sebagai contoh, apabila seorang guru itu berhasil dalam mengajar, maka
katakanlah bahwa guru ini sukses dan sebaliknya apabila jika guru itu kurang
berhasil dalam mengajar, maka katakanlah bahwa guru itu kurang berhasil dalam
mengajar. Untuk mencapai keobyektifan dalam mengevaluasi perlu adanya data
dan fakta. Dari data dan fakta ini dapat diproses untuk kemudian diambil atau
kesimpulan.
D. Tujuan Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
1. Untuk mengetahui jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling apa sudah ada
atau belum diberikan kepada siswa di sekolah.
2. Untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi layanan yang diberikan itu pada
fungsinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan semua individu dan diluar
sekolah.
3. Untuk mengetahui bagaimana sumbangan program bimbingan terhadap program
secara keseluruhan di sekolah yang bersangkutan.
4. Untuk mengetahui apakah teknik-teknik atau program yang digunakan berjalan
secaara efektif dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan.
5. Untuk mengetahui aspek-aspek lain apakah yang perlu dimasukan kedalam
program bimbingan untuk perbaikan layanan yang diberikan.
6. Untuk membantu kepala sekolah, guru-guru termasuk bimbingan atau konselor
dalam memperbaiki tata kerja mereka dalam memahami dan memenuhi
kebutuhan tiap-tiap siswa.
7. Untuk menegetahui dalam bagian-bagian manakah dari program bimbingan
yang perlu diadakan perbaikan-perbaikan.
8. Untuk mendorong semua personal bimbingan agar berkerja lebih giat dalam
mengembangkan program bimbingan.
9. Menunjukan sampai sejauh manakah sumber-sumber masyarakat telah
digunakan atau di ikutsertakan dalam program bimbingan untuk tujuan- tujuan
pengembangan serta perbaikan program dan pelayanan bimbingan.
E. Teknik Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
1. Kegiatan peenyelenggaraan bimbingan dan konseling disekolah meliputi banyak
aspek baik yang menyangkut SDM maupun instrumen pendukung kegiatan
lainnya, yaitu sebagai berikut:
2. Lingkugan bimbingan, sarana yang ada dan situasi daerah.
3. Program kegiatan bimbingan.
4. Personal atau ketenagan.
5. Fasilitas teknik dan fisik.
6. Pengelolaan dan administrasi bimbingan.
7. Pembiayaan.
8. Partisipasi personal.
9. Proses kegiatan.
Bila aspek proses kegiatan yang hendak dievaluasi dengan kiteria bagian 1 (lingkungan
bimbibgan, sarana yang ada dan situasi daerah) instrument teknik yang harus digunakan
adalah:
1. Check list.
2. Observasi kegiataan.
3. Tes situasi.
4. Wawancara.
5. Angket.
RESUME XIII