Anda di halaman 1dari 21

Perkembangan Bimbingan dan Konseling Di Amerika Serikat

Bimbingan dan Konseling sebagai profesi pertama kali lahir di Amerika pada awal abad
XX, yaitu ketika Frank Person membuka klinik di Boston untuk memberi pengarahan kepada
para pemuda untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai. Pada tahun 1950an bidang ini
mengalami perkembangan yang sangat pesat, bukan hanya dalam bidang pekerjaan tetapi
merambah pada bidang-bidang pendidikan. Pada abad ke 20 bimbingan konselor belum ada di
sekolah-sekolah, pada saat itu pekerjaan konselor masih ditangani oleh para guru di sekolah,
yang mana dalam pekerjaan tersebut itu seorang guru memberikan layanan informasi, layanan
bimbingan pribadi, sosial, karir dan akademik.
Gerakan bimbingan konseling di sekolah ini berkembang sebagai dampak dari revolusi
industri, dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk ke sekolah-sekolah negeri. Pada
tahun 1898 Jasse B. Davis seorang konselor sekolah di Detroit memulai memberikan layanan
konseling pendidikan dan pendidikan di SMA. Pada tahun 1907, dia diangkat menjadi kepala
SMA di Grand Rapids, Michigan. Sehingga ia memasukkan program bimbingan di sekolah
tersebut.
Dari segi wilayah geografi, bimbingan dan konseling tidak lagi terbatas hanya di
Amerika, tetapi berkembangan menjalar ke Eropa, Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Australia.
Tahun 1970-1980 bimbingan dan Konseling masuk ke dalam kurikulum Sekolah Menengah di
negeri-negeri yang mengambil sistem pendidikan Barat.
Munculnya Bimbingan dan Konseling di Amerika pada awal abad XX merupakan
tuntunan logis dari dinamika masyarakat Amerika ketika itu. Sebagaimana diketahui bahwa
pandangan hidup masyarakat Amerika dan Barat pada umumnya bersumber dari budayanya yang
sekuler dan liberal. Oleh karena itu filosofi dari Bimbingan Konseling di sana juga tak terlepas
dari faham sekuler dan liberal.
Meskipun konsepsi Bimbingan dan Konseling di Barat dilahirkan oleh para ahli yang tak
diragukan kapasitasnya, tetapi konsep-konsep yang boleh jadi cocok untuk masyarakat Barat
tidak otomatis dapat diterapkan pada masyarakat lain, masyarakat Islam misalnya. Kesulitan
menerapkan prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Barat di lingkungan masyarakat Islam
disebabkan oleh falsafah hidup yang berbeda, antara lain :
1. Jika masyarakat Barat memisahkan Negara dan agama, masyarakat Islam tidak mengenal
pemisahan yang sebenarnya antara agama dan kehidupan, antara masjid dan lapangan
kerja. Bimbingan dan Konseling di masyarakat Islam harus berdiri diatas prinsip
keterpaduan antara agama dan kehidupan duniawi.
2. Masyarakat Barat menganut kebebasan individual (dan kelompok yang sangat liberal,
tercermin pada pergaulan bebas, norma seksual yang sangat longgar asal tidak
mengganggu orang lain, sementara masyarakat muslim sangat menjunjung tinggi kesucian
perkawinan, kehormatan wanita, berbakti kepada orang tua yang sudah renta, dan
mengagungkan nilai - nilai akhlak, iman dan takwa. Masyarakat Islam tidak mengenal
kebebasan individual dalam arti sebebas-bebasnya, karena dibatasi oleh norma-norma
tradisi, agama dan akhlak. Masyarakat muslim masih menjungjung tinggi prinsip-prinsip
berbakti kepada orang tua, sopan santun social dan tradisi keagamaan.
3. Banyak hal-hal yang di Barat tidak dipermasalahkan, tetapi pada masyarakat Islam justru
hal itu diharamkan, misalnya; perjudian, perzinaan, homoseksual, menyakiti orang tua,
kekasih, tukar kunci dan sebagainya.
4. Pendekatan Bimbingan dan Konseling yang dilakukan di Amerika sendiri menunjukan
kegagalan, seperti yang tercermin dalam angka statistik yang dikutip oleh Dr. Abd.
Rahman Isawi dan seruan kecemasan ahli-ahli sosial AS menyangkut masa depan generasi
mendatang.

Layanan bimbingan di Amerika Serikat mulai diberikan oleh Jesse B. Davis pada sekitar
tahun 1898-1907. Beliau bekerja sebagai konselor sekolah menengah di Detroit. Dalam waktu
sepuluh tahun, ia membantu mengatasi masalah-masalah pendidikan, moral, dan jabatan siswa.
Pada tahun 1908, Frank Parsons mendirikan Vocational Bureau untuk membantu para remaja
memilih pekerjaan yang cocok bagi mereka. Tahun 1910, William Healy mendirikan Juvenile
Psychopathic Institut di Chicago. Tahun 1911, Universitas Harvard memberikan kuliah bidang
bimbingan jabatan dengan dosennya Meyer Blomfield. Tahun 1912, Grand Rapids, Michigan
mendirikan lembaga bimbingan dalam sistem sekolahnya.
Tahun 1913 berdiri National Vocational Guidance di Grand Rapids

Perkembangan bimbingan dan konseling di Amerika Serikat sangat pesat pada awal tahun
1950. Hal ini ditandai dengan berdirinya APGA (American Personal and Guidance Association)
pada tahun 1952. Selanjutnya, pada bulan Juli 1983 APGA mengubah namnya menjadi AACD
(American Association for Counseling and Development). Kemudian, satu organisasi lainnya
bergabung pula dengan AACD, yaitu Militery Education (MECA). Dengan demikian, pada saat
ini AACD merupakan organisasi profesional bagi para konselor di Amerika Serikat, dengan 14
divisi (organisasi khusus) yang tergabung di dalmnya. Di samping itu, pada setiap negara bagian
atau wilayah tertentu terdapat semacam cabang dari masing-masing organisasi tersebut. Sebagai
suatu organisasi profesi, AACD ataupun organisasi-organisasi divisinya mengeluarkan jurnal-
jurnal secara berkala. Jurnal-jurnal tersebut di antarnya
1. Journal of Counseling and Development;
2. Journal of College Student Personnel;
3. Counselor Education and Supervision;
4. The Career Development Quarterly.

Adapun tujuan diadakannya program bimbingan di sekolah ini adalah agar siswa mampu:
a. Mengembangkan karakternya yang baik(memiliki nilai moral, ambisi, bekerja keras,
dan kejujuran) sebagai asset yang sangat penting bagi setiap siswa(orang) dalam
rangka merencanakan, mempersiapkan, dan memasuki dunia kerja (bisnis).
b. Mencegah dirinya dari prilaku bermasalah.
c. Menghubungkan minat pekerjaan dengan kurikulum (mata pelajaran)

Dalam waktu yang bersamaan, para ahli yang lainnya juga mengembangkan program yang
sama dalam hal bimbingan, seperti:
a. Eli Weaper, pada tahun 1906 menerbitakan booklet tentang “memilih suatu karir”. Dan
dia berhasil membentuk komite guru pembimbing di setiap sekolah menengah di New
York. Komite ini aktif bekerja untuk membantu para pemuda (remaja) dalam
menemukan kemampuan-kemampuannya dan belajar tentang bagaimana menggunakan
atau mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi seorang
pekerja atau pegawai yang produktif.
b. E.G Williamson, pada akhir tahun 1930 dan awal tahun 1940, ia menulis buku How to
Counsel Students: A Manual of Techniques for Clinical Counselors. Model bimbingan
sekolah yang dikembangkan oleh Williamson ini terkenal dengan nama trait and factor
(directive) guidance. Dalam model ini konselor menggunakan informasi untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalahnya. Khususnya dalam bidang pekerjaan
dan penyesuaian interpersonal. Adapun peranan konselor dalam program ini bersifat
direktif dengan menekankan pada: 1) mengajar ketrampilan, 2) membentuk
(mengubah) sikap dan tingkah laku.
c. Carl R. Roger, ia mengembangkan teori konseling clien-centered, yang tidak terfokus
pada masalah, akan tetapi sangat mementingkan hubungan antara konselor dengan
kliennya. Pendekatan konseling ini merupakan respon terhadap pendekatan konseling
yang direktif bersifat sempit dan terfokus kepada masalah.pendekatan atau teori
konseling Roger ini terangkum dalam dua bukunya, yaitu: Counseling and psycoterapy
(1942) dan Client-Centered Therapy (1951). Pada buku pertama, Roger
memperkenalkan pendekatan konseling nondirektif sebagai alternative layanan selain
pendekatan direktif. Roger berpendapat bahwa klien mempunyai tanggung jawab
dalam memecahkan masalah dan mengembangkan dirinya sendiri. Adapun dalam buku
yang kedua, terjadi perubahan semantic dari konseling nondirektif menjadi konseling
client- centered. Sejak tahun 1960-1970, teori ini menjadi model utama bagi banyak
konselor, baik di sekolah maupun di biro-biro kesehatan mental. Akan tetapi, teori ini
juga dipandang agak kaku untuk diterapkan di sekolah. Karena ketidak puasan ini maka
muncullah evolusi lebih lanjut dalam gerakan bimbingan dan konseling di sekolah.

Undang-Undang Pertahanan Pendidikan Nasional di Amerika


Pada tahun 1950, terjadi peristiwa peluncuran sputnik I Uni Soviet. Yang mana peristiwa ini
sangat membuat warga Amerika Serikat cemas, karena mereka beranggapan bahwa peristiwa ini
merupakan isyarat tentang dominasi Uni Soviet dalam bidang teknologi industry dan bidang
ilmiah lainnya. Dalam merespon protes warga tersebut, maka pada bulan September tahun 1958
kongres menyusun undang-undang, termasuk undang-undang pertahanan pendidikan nasional
(National Defense Education Act.). undang-undang ini memberikan kewenangan kepada
pemerintah untuk memberikan dana bagi pendidikan, seperti untuk pelatihan para konselor SLTP
dan SLTA, dalam mengembangkan program testing, program konseling sekolah, dan progam
bimbingan lainnya.
Pada tahun 1958 bulan September ini merupakan peristiwa penting (land mark) dalam dunia
pendidikan di Amerika, termasuk gerakan bimbingan dan konseling. Departemen pertahanan
pendidikan memberikan keuntungan khusus bagi pembimbingan generasi.
Perkembangan program bimbingan dan konseling di sekolah dipengaruhi juga oleh
munculnya berbagai organisasi professional dalam bidang konseling, seperti:
a. American Counseling Association (ACA),
b. American School Counselor Association (ASCA),
c. Association of Counselor Education and Supervision (ACES). Organisasi organisasi ini
berupaya meningkatkan profesionalitas para konselor, dengan meluncurkan program
akreditasi dan sertifikasi.
Bradley pada tahun 1980, menambah satu tahapan dari tiga tahapan tentang sejarah
bimbingan menurut Stiller, yaitu sebagai berikut :
a. Vocational exploration, yaitu tahapan yang menekankan tentang analsis individual dan
pasaran kerja. Tahapan yang mencoba menjodohkan manusia dengan pekerjaan.
b. Meeting Individual Needs, yaitu tahapan pada periode 40 s.d. 50-an yang menekankan
pada upaya yang membantu individu agar memperoleh kepuasan kebutuhan hidupnya.
Perkembangan bimbingan konseling, pada tahapan ini dipengaruhi oleh pendapat Maslow
dan Ronger, yaitu bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dan
memecahkan masalahnya sendiri.
c. Transisional Professionalism, yaitu tahapan yang memfokuskan perhatiannya kepada
upaya profesionalisasi konselor.
d. Situational Diagnosis, yaitu tahapan yang terjadi pada tahun 1970-an, sebagai periode
perubahan dan inovasi. Pada tahapan ini, ada penekanan yang lebih kepada analisis
lingkungan dalam proses bimbingan, dan gerakan untuk menjauhi cara-cara terapeutik
yang hanya terpusat pada diri individu.

Pada tahun 1980-an juga, Kowits mencatat lima gerakan bimbingan dalam pendidikan.
Pertama, gerakan penyesuaian hidup dengan memperhatikan persiapan vokasional,
keragaman individual, dan kurikulum.
Kedua, gerakan perkembangan anak pada tahun 1920-an yang dipengaruhi oleh
perkembangan teori psikoanalitik, yang menyatakan pentingnya pengalaman masa anak sebagai
dasar perkembangan selanjutnya.
Ketiga, gerakan yang melibatkan konsep guru konselor. Selama periode ini, guru
dipandang sebagai orang yang dapat memfasilitasi pencapaian tujuan bimbingan.
Keempat, gerakan proyek atau program khusus yang menekankan tentang filsafat
aktivisme sosial.
Kelima, gerakan yang menaruh perhatian terhadap redefinisi tujuan bimbingan dan
prinsip-prinsip ilmiah bimbingan.

Daftar Pustaka
Prayitno dan Amti, Erman. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:Rineka Cipta.
Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Winkel, W.S. 2005. Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta:
Gramedia.

Sumber : https://wahidsuharmawan.blogspot.com/2017/02/sekilas-sejarah-perkembangan-bk-
amerika.html

Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Amerika

1. Era Perintisan 1908 – 1913

1908
Frank Parsons mengorganisasikan lembaga kecil dan independen Boston Vocational
Bureau, untuk :
 Memenuhi kebutuhan informasi dan pelatihan bagi anak-anak muda yang ingin mencari
kerja dibidang tertentu
 Melatih para guru di sekolah-sekolah untuk bisa berfungsi sebagai konselor pekerjaan bagi
siswa-siswanya yang akan lulus atau meraih kerja di bidang tertentu
 Guru dilatih menyeleksi siswa-siswanya bagi sekolah kejuruan yang cocok dengan pilihan
kerja siswa, membantu memilihkan bidang pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan
kemampuan belajar siswa atau memberikan nasihat serta membantu pemindahan siswa ke
sekolah yang lebih tepat untuk karirnya nanti.

1909
Frank Parsons menerbitkan buku “Chosing a Vocation” peran konselor dan teknik yang
digunakan dalam pekerjaan. Tiga wilayah utama : Investigasi Pribadi, Investigasi Industri, dan
Investigasi Organisasi dan Bidang Pekerjaan

1913
Eli W. Weaver berhasil membangun komite bimbingan guru di setiap SMA di New York
City. Komite ini bekerja aktif membantu anak-anak muda menemukan kemampuan dan belajar
cara menggunakan talenta mereka untuk memastikan pekerjaan paling tepat di masa depan.

2. Era Perintisan 1908 – 1913

Pertengahan abad XX, dua perkembangan signifikan dalam psikologi mempengaruhi


perkembangan gerakan bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu :

 Pengenalan dan pengembangan tes psikologis standar yang diberikan secara kelompok,

 Gerakan kesehatan mental.

1920-an
 Tahun 1920-an di kalangan pendidik professional, gerakan progersif mebuka terobosan baru
bagi sebuah era pendidikan yang hidup. Gerakan ini dianggap mempengaruhi perkembangan
lebih jauh filsafat berorientasi manusia yang menekakankan:
 Keunikan dan harkat siswa secara individu
 Menekankan pentingnya memfasilitsi lingkungan ruang kelas
 Menyarankan kalau pembelajaran bisa dilakukan dengan banyak cara.
 Sejak tahun 1920-an ini pula program bimbingan yang terorganisasi mulai muncul dengan
frekuensi tinggi di jenjang SMP, lebih intensif lagi di SMA dengan pengangkatan guru BK
yang khusus dipisahkan untuk laki-kai dan siswa perempuan.
 Bimbingan dan konseling di Jenjang SD juga mulai tampak akhir 1920-an dan awal 1930-an
dipicu oleh tulisan-tulisan dan usaha keras William Burnham yang menekankan guru untuk
memajukan kesehatan mental anak yang memang diabaikan pada era itu. Tanggungjawab
mereka adalah :
 Memberikan konseling kepada anak dan orangtuanya,
 Membantu anak mendapatkan pola belajar yang baik dan maksimal
 Menganalisis kondisi belajar siswa seperti hubungannya dengan siswa lain,
orang tua, lingkungan dan guru
 Memberi bantuan dan pemahaman kepada orangtua mengenai putra-putri
mereka dan sikap ang mestinya dilakukan guna membantu guru mencapai
interaksi belajar yang maksimal dengan siswa sehingga siswa dapat mencapai
prestasi tertinggi sesuai kurikulum yang diterapkan.
 Banyak SMA melihat keberhasilan gerakan tahun 1920-an mulai ikut berpartisipasi
menentukan tes standar untuk membantu memberikan bibmingan kepada siswa mengenai
bidang pekeraan yang cocok bagi mereka nantinya. Beberapa dari program ini bahkan
menawarkan bimbingan kerja yang dilengkapi konseing dan praktik, sehingga sejak decade
1930-an, konsep ‘magang’ mulai dikenal untuk pertama kalinya.

a. Era Perang Dunia II 1935 – 1950


 Banyak pihak mulai mengakui manfaat gerakan bimbingan, Asosiasi Guru-guru Negara
Bagian New York menerbitkan laporan tahun 1935 yang mendefinisikan konsep bimbingan
dari gerakan ini sebagai “proses” membantu individu-individu membuat penyesuaian hidup
yang dibutuhkan. Proses ini jelas esensial, sangat diperlukan baik di rumah, sekolah,
komunitas dan di semua fase lain lingkungan hidup individu tersebut.
 Tahun 1930-an dan 1940-an, pendekatan factor untuk sifat untuk konseling mulai popular.
Teori “Direktif” oleh E.G. Williamson (1939 )
 Tahun 1930-an itu juga arah yang memungkinkan untuk memberikan bimbingan di jenjang
SD diajukan oleh gerakan belajar anak yang berpandangan bahwa guru mestinya berperan
menyediakan bimbingan untuk setiap siswa di ruang kelasnya.
 Akhir PD II, gerakan bimbingan mulai menampaki vitalitas dan arah yang baru, dengan
pengaruhnya yang besar sebagai gerakan konseling di sekolah dan masyarakat adalah Carl
Rogers (1902-1987)
 Rogers mengusulkan sebuah teori konseling baru di dua buku terpentingya: Counseling and
Psychoterapy (1942) dan revisinya serta Client-centered Therapy (1951)
 Dalam bukuku pertamanya, Rogers menawarkan konseling non direktif sebagai alternative
untuk metode tradisional yang lebih direktif sifanya. Ia menekankan tanggung jawab klien
untuk memahami problemnya sendiri dan memicu mereka mengembangkan diri. Teori ini
dilabeli “non direktif” (tidak mengarahkan) karena berkebalikan dengan pendekatan
tradisional yang berpusat pada intervensi konselor saat menangani problem siswa.
 Buku yang kedua mengusulkan perubahan semantic dari konseling non direktif menjadi
‘berpusat-klien’, namun yang lebih penting lagi , meletakkan titik berat pada kemungkinan
penghasil-pertumbuhan dalam diri klien.
 Pengaruh menajubkan dari Rogers ini menghasilkan sebuah pentitikberatan pada konseling
sebagai aktivitas primer dan mendasar para konselor sekolah.. Tahun 1940-an Rogers juga
memperkenalkan konseling kelompok.

4. Era Peran Dingin 1950 – 1980


 Tahun 1957, Uni Sovyet menggemparkan dunia karena sukses meluncurkan satelit pertama
manusia, Sputnik 1. Efeknya tak langsung namun signifikan pencapaian ini adalah
meningkatnya gerakan bimbingan dan konseling di Amerika Serikat.
 Legislasi “National Defense Educational Act” tahun 1958 merupakan tonggak penting dalam
pendidikan Amerika, kususnya monument bagi kesuksesan gerakan bimbingan

5. Era Globalisasi 1980 – Sekarang


 Tahun 1981 dibentuk CACREP (Counsil for Accreditation of Counseling and Related
Educational Programs), divisi pengakreditasian ACA. CACREP dibentuk untuk
mengembangkan secara khusus pengimplementasian dan penegakan standar bagi penyiapan
tingkat kelulusan program pendidikan konseling professional.
 Tahun 1982 dibentuk NBCC (National Board for Certified Counselor Ink) untuk :
 menetapkan dan memonitor system sertifikasi nasional
 mengidentifikasi para professional dan komunitas konselor yang memilih dengan
sukarela profesi ini dan memperoleh sertifikasi;
 mempertahankan daftar keanggotaan para konselor tersebut untuk kemudahan
pengaksesan.
 Proses ini memberi pengakuan resmi bagi para konselor yang telah memenuhi standar-
standar NBCC dalam pelatihan, pengalaman dan performa mereka di National Counselor
Examination for Licensure and ertification (NCE). NBCC telah :
 mendirikan Center for Credentializing and Education
 meluncurkan Web Resources for Counseling Students
 mendirikan pusat penjaminan
 menyediakan registrasi nasional untuk para konselor
 mencipatkan NBCC –International, sebuah divisi National Board for Certified
Counselor, Ink dan rekanan-rekanan di luar Amerika.
 konselor sekolah mulai dikembangkan dan ditingkatkan; criteria yang dipergunakan
oleh asosiasi-asosiasi pengakreditasian evaluasi program bimbingan sekolah
diperkuat dan kemajuan mencolok dihasilkan dari pelatihan-pelatihan konselor.
 Tahun 1960-an terbit Statement of Policy for Secondary School Counselors oleh Asosiasi
Konselor Sekolah (1964) yang dikembangkan dan disetujui sebagai pernyataan kebijaakan
resmi American School Counselor Association (ASCA). Upaya untuk menspesifikan peran
dan fungsi konselor sekolah ini melibatkan lebih 6.000 konselor sekolah plus guru,
administrator sekolah dan para pendidik lainnya
 Perkembangan Asosiasi Konselor Amerika : American Personnel and Guidance Association
(APGA), American Association for Counseling and Development (AACD) 1983, American
Counseling Association.

Sejarah Perkembangan BK di Indonesia


Pelayanan konseling dalam sistem pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan
nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada
kurikulum 1994 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan
sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru
diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian
disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir di dalamnya.
Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001.

Fase – fase perkembembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia


1. Perkembangan bimbingan dan konseling sebelum kemerdekaan
Masa ini merupakan masa penjajahan Belanda dan Jepang. Para siswa dididik untuk
mengabdi demi kepentingan penjajah. Dalam situasi seperti ini, upaya bimbingan dikerahkan.
Bangsa Indonesia berusaha untuk memperjuangkan kemajun bangsa Indonesia melalui
pendidikan. Salah satunya adalah Taman Siswa yang dipelopori oleh K.H. Dewantara yang
menanamkan nasionalisme di kalangan para siswanya. Dari sudut pandang bimbingan, hal
tersebut pada hakikatnya adalah dasar bagi pelaksanaan bimbingan.
2. Dekade 40-an
Dalam bidang pendidikan, pada dekade 40-an lebih banyak ditandai dengan perjuangan
merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Melalui pendidikan yang serba darurat
manakala pada saat itu diupayakan secara bertahap memecahkan masalah besar anatara lain
melalui pemberantasan buta huruf. Sesuai dengan jiwa pancasila dan UUD’45. Hal ini pulalaah
yang menjadi fokus utama dalam bimbingan pada saat itu.
3. Dekade 50-an
Bidang pendidikan menghadapi tentangan yang amat besar yaitu memecahkan masalah
kebodohan dan keterbelakangan rakyat Indonesia. Kegiatan bimbingan pada masa dekade ini
lebih banyak tersirat dalam berbagai kegiatan pendidikan dan benar-benar menghadapi tantangan
dalam membantu siswa di sekolah agar dapat berprestasi.
4. Dekade 60-an
Beberapa peristiwa penting dalam pendidikan pada dekade ini : (a) ketetapan MPRS tahun
1966 tentang dasar pendidikan nasional, (b) lahirnya kurikulum SMA gaya baru 1964, (c)
lahirnya kurikulum 1968, dan (d) lahirnya jurusan Bimbingan dan Konseling di IKIP tahun 1963,
membuka Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan yang sekarang dikenal di Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) dengan nama Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB). Keadaan
tersebut memberikan tantangan bagi keperluan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
5. Dekade 70-an
Dalam dekade ini bimbingan diupayakan aktualisasinya melalui penataan legalitas sistem dan
pelaksanaannya. Pembangunan pendidikan terutama diarahkan kepada pemecahan masalah
utama pendidikan yaitu : (a) pemerataan kesempatan belajar, (b) mutu, (c) relevansi, dan (d)
efisiensi. Pada dekade ini, bimbingan dilakukan secara konseptual maupun secara operasional.
Melalui upaya ini semua pihak telah merasakan apa, mengapa, bagaimana, dan dimana
bimbingan dan konseling.
6. Dekade 80-an
Pada dekade ini, bimbingan ini diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama diusahakan
untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang profesional. Dalam dekade 80-an
pembangunan telah memasuki Repelita III, IV, dan V yang ditandai dengan menuju lepas landas.
Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini: (a) penyempurnaan
kurikulum, (b) penyempurnaan seleksi mahasiswa baru, (c) profesionalisasi tenaga pendidikan
dalam berbagai tingkat dan jenis, (d) penataan perguruan tinggi, (e) pelaksnaan wajib belajar, (f)
pembukaan universitas terbuka, dan (g) lahirnya Undang – Undang pendidikan nasional.
Beberapa kecenderungan yang dirasakan pada masa itu adalah kebutuhan akan
profesionalisasi layanan, keterpaduan pengelolaan, sistem pendidikan konselor, legalitas formal,
pemantapan organisasi, pengembangan konsep-konsep bimbingan yang berorientasi Indonesia,
dsb.
7. Bimbingan berdasarkan pancasila
Bimbingan mempunyai peran yang amat penting dan strategis dalam perjalanan bangsa
Indonesia secara keseluruhan. Manusia Indonesia yang dicita-citakan adalah manusia pancasila
dengan ciri-ciri sebagaimana yang terjabar dalam P-4 sebanyak 36 butir bagi bangsa Indonesia,
pancasila merupakan dasar negara, pandangan hidup, kepribadian bangsa dan ideologi nasional.
Sebagai bangsa, pancasila menuntut bangsa Indonesia mampu menunjukkan ciri-ciri
kepribadiannya di tengah-tengah pergaulan dengan bangsa lain. Bimbingan sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari pendidikan dan mempunyai tanggung jawab yang amat besar guna
mewujudkan manusia pancasila karena itu seluruh kegiatan bimbingan di Indonesia tidak lepas
dari pancasila.
Sedangkan berdasarkan penelaahan yang cukup kritis terhadap perjalanan historis gerakan
bimbingan dan konseling di Indonesia, Prayitno (2003) yang dikutip oleh Widyawati Hakiem
pada blognya yang berjudul Sejarah Bimbingan dan Konseling di Amerika dan Indonesia,
mengemukakan bahwa periodesasi perkembangan gerakan bimbingan dan konseling di
Indonesia melalui lima periode yaitu:
a. Wacana dan Pengenalan (sebelum 1960 sampai 1970-an)
Pada periode ini, pembicaraan tentang bimbingan dan konseling telah dimulai,
terutama oleh para pendidik yang telah mempelajari di luar negeri dengan dibukanya juruan
bimbingan dan penyuluhan di UPI Bandung pada tahun 1963. Pembukaan jurusan ini
menandai dimulainya periode kedua yang secara tidak langsung memperkenalkan bimbingan
dan penyuluhan kepada masyarakat, akademik, dan pendidikan. Kesuksesan periode ini
ditandai dengan diluluskannya sejumlah sarjana BP dan semakin dipahami dan dirasakan
kebutuhan akan pelayanan tersebut.
b. Pemasyarakatan (1970 sampai 1990-an)
Pada periode ini diberlakukan kurikulum 1975 untuk sekolah dasar sampai sekolah
menengah tingkat atas dengan mengintregasikan layanan BP untuk siswa. Pada tahun ini
terbentuk organisasi profesi BP dengan nama IPBI (Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia).
Pada periode ketiga ini ditandai dengan berlakunya kurikulum 1984 yang difokuskan pada
bimbingan karier. Pada periode ini muncul beberapa masalah seperti: (a) berkembangnya
pemahaman yang keliru yaitu mengidentikan bimbingan karier (BK) dengan BP sehingga
muncul istilah BP/BK dan (b) kerancuan dalam mengimplementasikan SK Menpa no 26
tahun 1989 terhadap penyelenggaraan bimbingan di sekolah yang menyatakan bahwa semua
guru dapat diserahi tugas melaksanakan pelayanan BP yang mengakibatkan pelayanan BP
menjadi kabur baik pemahaman maupun mengimplementasikannya.
c. Konsolidasi (1990-2000)
Pada periode ini IPBI berusaha keras untuk mengubah kebijakan bahwa pelayanan BP itu
dapat dilaksanakan oleh semua guru yang ditandai dengan :
 Diubahnya secara resmi kata penyuluhan menjadi konseling. Istilah yang dipakai
sekarang adalah bimbingan dan konseling (BK).
 Pelayanan BK di sekolah hanya dilaksanakan oleh guru pembimbing yang secara
khusus ditugasi untuk itu.
 Mulai diselenggarakan penataran (nasional dan daerah) untuk guru-guru
pembimbing.
 Mulai adanya formasi untuk mengangkat menjadi guru pembimbing.
 Dalam bidang pengawasan sekolah dibentuk bidang pengawasan BK.
 Dikembangkannya sejumlah panduan pelayanan BK di sekolah yang lebih
operasional oleh IPBI.
d. Lepas Landas
Semula diharapkan periode konsolidasi akan dapat mencapai hasil-hasil yang
memadai, sehingga pada tahun 2001 profesi BK di Indonesia sudah dapat ditinggal landas.
Namun kenyataannya masih ada permasalahan yang belum terkonsolidasi yang berkenaan
dengan SDM yaitu mengenai untrained, undertrained, dan uncomitted para pelaksana
pelayanan. Namun pada tahun-tahun selanjutnya ada perkembangan menuju era lepas landas
yaitu :
 Penggantian nama organisasi profesi dari IPBI menjadi ABKIN.
 Lahirnya undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang
didalamnya termuat ketentuan bahwa konselor termasuk salah satu tenaga pendidik
(bab I pasal 1 ayat 3).
 Kerja sama pengurus besar ABKIN dengan dikti depdiknas tentang standarisasi
profesi konseling.
 Kerja sama ABKIN dengan direktorat PLP dalam merumuskan kompetensi guru
pembimbing (konselor) SMP sekaligus memberikan pelatihan bagi mereka. Penataan
bimbingan terus dilanjutkan dengan dikeluarkannya SK Menpan No. 84/1993 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam Pasal 3 disebutkan tugas
pokok guru adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program
bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan,
dan tindak.

Daftar Pustaka
Hakiem. Widyowati. 2012. Sejarah Bimbingan dan Konseling di Amerika dan Indonesia.
Diakses di alamat http://widyowatihakiem.blogspot.com/2012/10/sejarah-bimbingan-dan-
konseling-di.html pada tanggal 10 Oktober 2013 pukul 12.34 WIB.
Syafrudin Humam. 2012. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Amerika
dan di Indonesia. Diakses di alamat http://humamsyafrudin.blogspot.com/2012/.19/sejarah-
bimbingan-dan-konseling-di-amerika-indonesia.html pada tanggal 3 Maret 2012 pukul 11:44
WIB.

Sumber : http://bk14054.blogspot.com/2015/07/sejarah-perkembangan-bimbingan-dan.html

A. Sejarah Bimbingan dan Konseling di Amerika


Bimbingan dan Konseling sebagai profesi pertama kali lahir di Amerika pada awal abad
XX, yaitu ketika Frank Person membuka klinik di Boston untuk memberi pengarahan kepada
para pemuda untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai. Pada tahun 1950 an bidang ini
mengalami perkembangan yang sangat pesat, bukan hanya dalam bidang pekerjaan tetapi
merambah pada bidang pendidikan. Dari segi wilayah geografis, bimbingan dan konseling tidak
lagi terbatas hanya di Amerika, tetapi berkembangan menjalar ke Eropa, Asia, Afrika, Amerika
Selatan dan Australia. Tahun 1970-1980 bimbingan dan Konseling masuk ke dalam kurikulum
Sekolah Menengah di negeri-negeri yang mengambil sistem pendidikan Barat. Munculnya
Bimbingan dan Konseling di Amerika pada awal abad XX merupakan tuntunan logis dari
dinamika masyarakat Amerika ketika itu. Sebagaimana diketahui bahwa pandangan hidup
masyarakat Amerika dan Barat pada umumnya bersumber dari budayanya yang sekuler dan
liberal. Oleh karena itu filosofi dari Bimbingan dan Konseling di sana juga tak terlepas dari
faham sekuler dan liberal.
Meskipun konsepsi Bimbingan dan Konseling di Barat dilahirkan oleh para ahli yang tak
diragukan kapasitasnya, tetapi konsep-konsep yang boleh jadi cocok untuk masyarakat Barat
tidak otomatis dapat diterapkan pada masyarakat lain, masyarakat Islam misalnya. Kesulitan
menerapkan prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Barat di lingkungan masyarakat Islam
disebabkan oleh falsafah hidup yang berbeda. Layanan bimbingan di Amerika Serikat mulai
diberikan oleh Jesse B. Davis pada sekitar tahun 1898-1907. Beliau bekerja sebagai konselor
sekolah menengah di Detroit. Dalam waktu sepuluh tahun, ia membantu mengatasi masalah-
masalah pendidikan, moral, dan jabatan siswa. Pada tahun 1908, Frank Parsons mendirikan
Vocational Bureau untuk membantu para remaja memilih pekerjaan yang cocok bagi mereka.
Tahun 1910, William Healy mendirikan Juvenile Psychopathic Institut di Chicago. Tahun
1911, Universitas Harvard memberikan kuliah bidang bimbingan jabatan dengan dosennya
Meyer Blomfield. Tahun 1912, Grand Rapids, Michigan mendirikan lembaga bimbingan dalam
sistem sekolahnya. Perkembangan bimbingan dan konseling di Amerika Serikat sangat pesat
pada awal tahun 1950. Hal ini ditandai dengan berdirinya APGA (American Personal and
Guidance Association) pada tahun 1952. Selanjutnya, pada bulan Juli 1983 APGA mengubah
namanya menjadi AACD (American Association for Counseling and Development). Kemudian,
satu organisasi lainnya bergabung pula dengan AACD, yaitu Militery Education (MECA).
Dengan demikian, pada saat ini AACD merupakan organisasi profesional bagi para konselor di
Amerika Serikat, dengan 14 divisi (organisasi khusus) yang tergabung di dalamnya. Di samping
itu, pada setiap negara bagian atau wilayah tertentu terdapat semacam cabang dari masing-
masing organisasi tersebut.
Sebagai suatu organisasi profesi, AACD ataupun organisasi-organisasi divisinya
mengeluarkan jurnal-jurnal secara berkala. Jurnal-jurnal tersebut di antarnya (1) Journal of
Counseling and Development; (2) Journal of College Student Personnel; (3) Counselor
Education and Supervision; dan (4) The Career Development Quarterly.

B. Bimbingan Dan Konseling di Indonesia


Sejarah lahirnya bimbingan dan konseling di indonesia diawali dari dimasukannya
bimbingan dan konseling (dulunya bimbingan dan penyuluhan) di lingkungan sekolah.
Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil konferensi fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20-24
agustus 1960.
Pada perkembangan berikutnya, yakni pada tahun 1964, IKIP Bandung dan IKIP Malang
mendirikan jurusan Bimbingan dan penyuluhan. Pada tahun 1971, berdiri proyek printis sekolah
pembangunan (PPSP) ) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP
Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado. Melalui proyek ini
Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan
Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan “pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk
Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan. Tahun 1978
diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan di IKIP (setingkat D2
atau D3) untuk mengisi jabatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah yang sampai saat itu
belum ada jatah pengangkatan guru BP dari tamatan S1 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan.
Pengangkatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah mulai diadakan sejak adanya PGSLP
dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan. Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan secara legal
formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menp an/1989 tentang Angka
Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam
Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan
di sekolah. Akan tetapi pelaksanaan di sekolah masih belum jelas seperti pemikiran awal untuk
mendukung misi sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan
mereka.
Sampai tahun 1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas,
parahnya lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahabat dengan BP.
Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak yang bermasalah, kalau orang tua
murid diundang ke sekolah oleh guru BP dibenak orang tua terpikir bahwa anaknya di sekolah
mesti bermasalah atau ada masalah. Hingga lahirnya SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan
Konseling di sekolah. Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK
Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud ini istilah Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi
Bimbingan dan Konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Di sinilah pola
pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah mulai jelas.

Fase – fase perkembembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia

a. Perkembangan bimbingan dan konseling sebelum kemerdekaan


Masa ini merupakan masa penjajahan Belanda dan Jepang, para siswa didiik untuk mengabdi
demi kepentingan penjajah. Dalam situasi seperti ini, upaya bimbingan dikerahkan. Bangsa
Indonesia berusaha untuk memperjuangkan kemajun bangsa Indonesia melalui pendidikan.
Salah satunya adalah taman siswa yang dipelopori oleh K.H. Dewantara yang menanamkan
nasionalisme di kalangan para siswanya. Dari sudut pandang bimbingan, hal tersebut pada
hakikatnya adalah dasar bagi pelaksanaan bimbingan.

b. Dekade 40-an
Dalam bidang pendidikan, pada dekade 40-an lebih banyak ditandai dengan perjuangan
merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Melalui pendidikan yang serba darurat
manakala pada saat itu di upayakan secara bertahap memecahkan masalah besar anatara lain
melalui pemberantasan buta huruf. Sesuai dengan jiwa pancasila dan UUD 45. Hal ini pulalaah
yang menjadi fokus utama dalam bimbingan pada saat itu.

c. Dekade 50-an
Bidang pendidikan menghadapi tentangan yang amat besar yaitu memecahkan masalah
kebodohan dan keterbelakangan rakyat Indonesia. Kegiatan bimbingan pada masa dekade ini
lebih banyak tersirat dalam berbagai kegiatan pendidikan dan benar benar menghadapi tantangan
dalam membantu siswa disekolah agar dapat berprestasi.

d. Dekade 60-an
Ada beberapa peristiwa penting dalam pendidikan pada dekade ini:
 Ketetapan MPRS tahun 1966 tentang dasar pendidikan nasional
 Lahirnya kurikulum SMA gaya Baru 1964
 Lahirnya kurikulum 1968
 Lahirnya jurusan bimbingan dan konseling di IKIP tahun 1963membuka Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan yang sekarang dikenal di Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) dengan nama Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB)
 Keadaan diatas memberikan tantangan bagi keperluan pelayanan bimbinga dan
konseling disekolah.

e. Dekade 70-an
Dalam dekade ini bimbingan di upayakan aktualisasi nya melalui penataan legalitas sistem,
dan pelaksanaannya. Pembangunan pendidikan terutama diarahkan kepada pemecahan masalah
utama pendidikan yaitu :
 Pemerataan kesempatan belajar,
 Mutu, Relevansi, dan Efisiensi.
Pada dekade ini, bimbingan dilakukan secara konseptual, maupun secara operasional. Melalui
upaya ini semua pihak telah merasakan apa, mengapa, bagaimana, dan dimana bimbingan dan
konseling.

f. Dekade 80-an
Pada dekade ini, bimbingan ini diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama diusahakan
untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang professional. Dalam dekade 80-an
pembangunan telah memasuki Repelita III, IV, dan V yang ditandai dengan menuju lepas landas.
Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini:
 Penyempurnaan kurikulum
 Penyempurnaan seleksi mahasiswa baru
 Profesionalisasi tenaga pendidikan dalam berbagai tingkat dan jenis
 Penataan perguruan tinggi
 Pelaksnaan wajib belajar
 Pembukaan universitas terbuka
 Lahirnya Undang – Undang pendidikan nasional
Beberapa kecenderungan yang dirasakan pada masa itu adalah kebutuhan akan
profesionalisasi layanan, keterpaduan pengelolaan, sistem pendidikan konselor, legalitas formal,
pemantapan organisasi, pengmbangan konsep – konsep bimbingan yang berorientasi Indonesia,
dsb.

g. Meyongsong era Lepas landas


Era lepas landas mempunyai makna sebagai tahap pembangunan yang ditandai dengan
kehidupan nasional atas kemampuan dan kekuatan sendiri khususnya dalam aspek ekonomi.
Cirri kehidupan lepas landas ditandai dengan keberadaan dan berkembang atas dasar kekuatan
dan kemampuan sendiri, maka cirri manusia lepas landas adalah manusia yang mandiri secara
utuh dengan tiga kata kunci : mental, disiplin, dan integrasi nasional yang diharapkan terwujud
dalam kemampuannya menghadapi tekanan – tekanan zaman baru yang berdasarkan peradaban
komunikasi informasi.

h. Bimbingan berdasarkan pancasila


Bimbingan mempunyai peran yang amat penting dan strategis dalam perjalanan bangsa
Indonesia secara keseluruhan. Manusia Indonesia yang dicita-citakan adalah manusia pancasila
dengan cirri-ciri sebagaimana yang terjabar dalam P-4 sebanyak 36 butir bagi bangsa Indonesia,
pancasila merupakan dasar Negara, pandangan hidup, kepribadian bangsa dan idiologi nasional.
Sebagai bangsa, pancasila menuntut bangsa Indonesia mampu menunjukkan ciri-ciri
kepribadiannya ditengah-tengah pergaulan dengan bangsa lain. Bimbingan sebagai bagian yang
tak terpisahkan dari pendidikan dan mempunyai tanggung jawab yang amat besar guna
mewujudkan manusia pancasila karena itu seluruh kegiatan bimbingan di Indonesia tidak lepas
dari pancasila

DAFTAR PUSTAKA
Sulistrayani; Jauhar, Muhammad. 2014. Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: Prestasi Pustaka

Wardati; Jauhar, Muhammad. 2011. Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta.
Prestasi Pustaka

Sumber : http://berbagiilmubkstnrmhmdh.blogspot.com/2017/07/sejarah-bk-di-amerika-dan-di-
indonesi.html

Anda mungkin juga menyukai