Bimbingan dan Konseling sebagai profesi pertama kali lahir di Amerika pada awal abad
XX, yaitu ketika Frank Person membuka klinik di Boston untuk memberi pengarahan kepada
para pemuda untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai. Pada tahun 1950an bidang ini
mengalami perkembangan yang sangat pesat, bukan hanya dalam bidang pekerjaan tetapi
merambah pada bidang-bidang pendidikan. Pada abad ke 20 bimbingan konselor belum ada di
sekolah-sekolah, pada saat itu pekerjaan konselor masih ditangani oleh para guru di sekolah,
yang mana dalam pekerjaan tersebut itu seorang guru memberikan layanan informasi, layanan
bimbingan pribadi, sosial, karir dan akademik.
Gerakan bimbingan konseling di sekolah ini berkembang sebagai dampak dari revolusi
industri, dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk ke sekolah-sekolah negeri. Pada
tahun 1898 Jasse B. Davis seorang konselor sekolah di Detroit memulai memberikan layanan
konseling pendidikan dan pendidikan di SMA. Pada tahun 1907, dia diangkat menjadi kepala
SMA di Grand Rapids, Michigan. Sehingga ia memasukkan program bimbingan di sekolah
tersebut.
Dari segi wilayah geografi, bimbingan dan konseling tidak lagi terbatas hanya di
Amerika, tetapi berkembangan menjalar ke Eropa, Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Australia.
Tahun 1970-1980 bimbingan dan Konseling masuk ke dalam kurikulum Sekolah Menengah di
negeri-negeri yang mengambil sistem pendidikan Barat.
Munculnya Bimbingan dan Konseling di Amerika pada awal abad XX merupakan
tuntunan logis dari dinamika masyarakat Amerika ketika itu. Sebagaimana diketahui bahwa
pandangan hidup masyarakat Amerika dan Barat pada umumnya bersumber dari budayanya yang
sekuler dan liberal. Oleh karena itu filosofi dari Bimbingan Konseling di sana juga tak terlepas
dari faham sekuler dan liberal.
Meskipun konsepsi Bimbingan dan Konseling di Barat dilahirkan oleh para ahli yang tak
diragukan kapasitasnya, tetapi konsep-konsep yang boleh jadi cocok untuk masyarakat Barat
tidak otomatis dapat diterapkan pada masyarakat lain, masyarakat Islam misalnya. Kesulitan
menerapkan prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Barat di lingkungan masyarakat Islam
disebabkan oleh falsafah hidup yang berbeda, antara lain :
1. Jika masyarakat Barat memisahkan Negara dan agama, masyarakat Islam tidak mengenal
pemisahan yang sebenarnya antara agama dan kehidupan, antara masjid dan lapangan
kerja. Bimbingan dan Konseling di masyarakat Islam harus berdiri diatas prinsip
keterpaduan antara agama dan kehidupan duniawi.
2. Masyarakat Barat menganut kebebasan individual (dan kelompok yang sangat liberal,
tercermin pada pergaulan bebas, norma seksual yang sangat longgar asal tidak
mengganggu orang lain, sementara masyarakat muslim sangat menjunjung tinggi kesucian
perkawinan, kehormatan wanita, berbakti kepada orang tua yang sudah renta, dan
mengagungkan nilai - nilai akhlak, iman dan takwa. Masyarakat Islam tidak mengenal
kebebasan individual dalam arti sebebas-bebasnya, karena dibatasi oleh norma-norma
tradisi, agama dan akhlak. Masyarakat muslim masih menjungjung tinggi prinsip-prinsip
berbakti kepada orang tua, sopan santun social dan tradisi keagamaan.
3. Banyak hal-hal yang di Barat tidak dipermasalahkan, tetapi pada masyarakat Islam justru
hal itu diharamkan, misalnya; perjudian, perzinaan, homoseksual, menyakiti orang tua,
kekasih, tukar kunci dan sebagainya.
4. Pendekatan Bimbingan dan Konseling yang dilakukan di Amerika sendiri menunjukan
kegagalan, seperti yang tercermin dalam angka statistik yang dikutip oleh Dr. Abd.
Rahman Isawi dan seruan kecemasan ahli-ahli sosial AS menyangkut masa depan generasi
mendatang.
Layanan bimbingan di Amerika Serikat mulai diberikan oleh Jesse B. Davis pada sekitar
tahun 1898-1907. Beliau bekerja sebagai konselor sekolah menengah di Detroit. Dalam waktu
sepuluh tahun, ia membantu mengatasi masalah-masalah pendidikan, moral, dan jabatan siswa.
Pada tahun 1908, Frank Parsons mendirikan Vocational Bureau untuk membantu para remaja
memilih pekerjaan yang cocok bagi mereka. Tahun 1910, William Healy mendirikan Juvenile
Psychopathic Institut di Chicago. Tahun 1911, Universitas Harvard memberikan kuliah bidang
bimbingan jabatan dengan dosennya Meyer Blomfield. Tahun 1912, Grand Rapids, Michigan
mendirikan lembaga bimbingan dalam sistem sekolahnya.
Tahun 1913 berdiri National Vocational Guidance di Grand Rapids
Perkembangan bimbingan dan konseling di Amerika Serikat sangat pesat pada awal tahun
1950. Hal ini ditandai dengan berdirinya APGA (American Personal and Guidance Association)
pada tahun 1952. Selanjutnya, pada bulan Juli 1983 APGA mengubah namnya menjadi AACD
(American Association for Counseling and Development). Kemudian, satu organisasi lainnya
bergabung pula dengan AACD, yaitu Militery Education (MECA). Dengan demikian, pada saat
ini AACD merupakan organisasi profesional bagi para konselor di Amerika Serikat, dengan 14
divisi (organisasi khusus) yang tergabung di dalmnya. Di samping itu, pada setiap negara bagian
atau wilayah tertentu terdapat semacam cabang dari masing-masing organisasi tersebut. Sebagai
suatu organisasi profesi, AACD ataupun organisasi-organisasi divisinya mengeluarkan jurnal-
jurnal secara berkala. Jurnal-jurnal tersebut di antarnya
1. Journal of Counseling and Development;
2. Journal of College Student Personnel;
3. Counselor Education and Supervision;
4. The Career Development Quarterly.
Adapun tujuan diadakannya program bimbingan di sekolah ini adalah agar siswa mampu:
a. Mengembangkan karakternya yang baik(memiliki nilai moral, ambisi, bekerja keras,
dan kejujuran) sebagai asset yang sangat penting bagi setiap siswa(orang) dalam
rangka merencanakan, mempersiapkan, dan memasuki dunia kerja (bisnis).
b. Mencegah dirinya dari prilaku bermasalah.
c. Menghubungkan minat pekerjaan dengan kurikulum (mata pelajaran)
Dalam waktu yang bersamaan, para ahli yang lainnya juga mengembangkan program yang
sama dalam hal bimbingan, seperti:
a. Eli Weaper, pada tahun 1906 menerbitakan booklet tentang “memilih suatu karir”. Dan
dia berhasil membentuk komite guru pembimbing di setiap sekolah menengah di New
York. Komite ini aktif bekerja untuk membantu para pemuda (remaja) dalam
menemukan kemampuan-kemampuannya dan belajar tentang bagaimana menggunakan
atau mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi seorang
pekerja atau pegawai yang produktif.
b. E.G Williamson, pada akhir tahun 1930 dan awal tahun 1940, ia menulis buku How to
Counsel Students: A Manual of Techniques for Clinical Counselors. Model bimbingan
sekolah yang dikembangkan oleh Williamson ini terkenal dengan nama trait and factor
(directive) guidance. Dalam model ini konselor menggunakan informasi untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalahnya. Khususnya dalam bidang pekerjaan
dan penyesuaian interpersonal. Adapun peranan konselor dalam program ini bersifat
direktif dengan menekankan pada: 1) mengajar ketrampilan, 2) membentuk
(mengubah) sikap dan tingkah laku.
c. Carl R. Roger, ia mengembangkan teori konseling clien-centered, yang tidak terfokus
pada masalah, akan tetapi sangat mementingkan hubungan antara konselor dengan
kliennya. Pendekatan konseling ini merupakan respon terhadap pendekatan konseling
yang direktif bersifat sempit dan terfokus kepada masalah.pendekatan atau teori
konseling Roger ini terangkum dalam dua bukunya, yaitu: Counseling and psycoterapy
(1942) dan Client-Centered Therapy (1951). Pada buku pertama, Roger
memperkenalkan pendekatan konseling nondirektif sebagai alternative layanan selain
pendekatan direktif. Roger berpendapat bahwa klien mempunyai tanggung jawab
dalam memecahkan masalah dan mengembangkan dirinya sendiri. Adapun dalam buku
yang kedua, terjadi perubahan semantic dari konseling nondirektif menjadi konseling
client- centered. Sejak tahun 1960-1970, teori ini menjadi model utama bagi banyak
konselor, baik di sekolah maupun di biro-biro kesehatan mental. Akan tetapi, teori ini
juga dipandang agak kaku untuk diterapkan di sekolah. Karena ketidak puasan ini maka
muncullah evolusi lebih lanjut dalam gerakan bimbingan dan konseling di sekolah.
Pada tahun 1980-an juga, Kowits mencatat lima gerakan bimbingan dalam pendidikan.
Pertama, gerakan penyesuaian hidup dengan memperhatikan persiapan vokasional,
keragaman individual, dan kurikulum.
Kedua, gerakan perkembangan anak pada tahun 1920-an yang dipengaruhi oleh
perkembangan teori psikoanalitik, yang menyatakan pentingnya pengalaman masa anak sebagai
dasar perkembangan selanjutnya.
Ketiga, gerakan yang melibatkan konsep guru konselor. Selama periode ini, guru
dipandang sebagai orang yang dapat memfasilitasi pencapaian tujuan bimbingan.
Keempat, gerakan proyek atau program khusus yang menekankan tentang filsafat
aktivisme sosial.
Kelima, gerakan yang menaruh perhatian terhadap redefinisi tujuan bimbingan dan
prinsip-prinsip ilmiah bimbingan.
Daftar Pustaka
Prayitno dan Amti, Erman. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:Rineka Cipta.
Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Winkel, W.S. 2005. Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta:
Gramedia.
Sumber : https://wahidsuharmawan.blogspot.com/2017/02/sekilas-sejarah-perkembangan-bk-
amerika.html
1908
Frank Parsons mengorganisasikan lembaga kecil dan independen Boston Vocational
Bureau, untuk :
Memenuhi kebutuhan informasi dan pelatihan bagi anak-anak muda yang ingin mencari
kerja dibidang tertentu
Melatih para guru di sekolah-sekolah untuk bisa berfungsi sebagai konselor pekerjaan bagi
siswa-siswanya yang akan lulus atau meraih kerja di bidang tertentu
Guru dilatih menyeleksi siswa-siswanya bagi sekolah kejuruan yang cocok dengan pilihan
kerja siswa, membantu memilihkan bidang pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan
kemampuan belajar siswa atau memberikan nasihat serta membantu pemindahan siswa ke
sekolah yang lebih tepat untuk karirnya nanti.
1909
Frank Parsons menerbitkan buku “Chosing a Vocation” peran konselor dan teknik yang
digunakan dalam pekerjaan. Tiga wilayah utama : Investigasi Pribadi, Investigasi Industri, dan
Investigasi Organisasi dan Bidang Pekerjaan
1913
Eli W. Weaver berhasil membangun komite bimbingan guru di setiap SMA di New York
City. Komite ini bekerja aktif membantu anak-anak muda menemukan kemampuan dan belajar
cara menggunakan talenta mereka untuk memastikan pekerjaan paling tepat di masa depan.
Pengenalan dan pengembangan tes psikologis standar yang diberikan secara kelompok,
1920-an
Tahun 1920-an di kalangan pendidik professional, gerakan progersif mebuka terobosan baru
bagi sebuah era pendidikan yang hidup. Gerakan ini dianggap mempengaruhi perkembangan
lebih jauh filsafat berorientasi manusia yang menekakankan:
Keunikan dan harkat siswa secara individu
Menekankan pentingnya memfasilitsi lingkungan ruang kelas
Menyarankan kalau pembelajaran bisa dilakukan dengan banyak cara.
Sejak tahun 1920-an ini pula program bimbingan yang terorganisasi mulai muncul dengan
frekuensi tinggi di jenjang SMP, lebih intensif lagi di SMA dengan pengangkatan guru BK
yang khusus dipisahkan untuk laki-kai dan siswa perempuan.
Bimbingan dan konseling di Jenjang SD juga mulai tampak akhir 1920-an dan awal 1930-an
dipicu oleh tulisan-tulisan dan usaha keras William Burnham yang menekankan guru untuk
memajukan kesehatan mental anak yang memang diabaikan pada era itu. Tanggungjawab
mereka adalah :
Memberikan konseling kepada anak dan orangtuanya,
Membantu anak mendapatkan pola belajar yang baik dan maksimal
Menganalisis kondisi belajar siswa seperti hubungannya dengan siswa lain,
orang tua, lingkungan dan guru
Memberi bantuan dan pemahaman kepada orangtua mengenai putra-putri
mereka dan sikap ang mestinya dilakukan guna membantu guru mencapai
interaksi belajar yang maksimal dengan siswa sehingga siswa dapat mencapai
prestasi tertinggi sesuai kurikulum yang diterapkan.
Banyak SMA melihat keberhasilan gerakan tahun 1920-an mulai ikut berpartisipasi
menentukan tes standar untuk membantu memberikan bibmingan kepada siswa mengenai
bidang pekeraan yang cocok bagi mereka nantinya. Beberapa dari program ini bahkan
menawarkan bimbingan kerja yang dilengkapi konseing dan praktik, sehingga sejak decade
1930-an, konsep ‘magang’ mulai dikenal untuk pertama kalinya.
Daftar Pustaka
Hakiem. Widyowati. 2012. Sejarah Bimbingan dan Konseling di Amerika dan Indonesia.
Diakses di alamat http://widyowatihakiem.blogspot.com/2012/10/sejarah-bimbingan-dan-
konseling-di.html pada tanggal 10 Oktober 2013 pukul 12.34 WIB.
Syafrudin Humam. 2012. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Amerika
dan di Indonesia. Diakses di alamat http://humamsyafrudin.blogspot.com/2012/.19/sejarah-
bimbingan-dan-konseling-di-amerika-indonesia.html pada tanggal 3 Maret 2012 pukul 11:44
WIB.
Sumber : http://bk14054.blogspot.com/2015/07/sejarah-perkembangan-bimbingan-dan.html
b. Dekade 40-an
Dalam bidang pendidikan, pada dekade 40-an lebih banyak ditandai dengan perjuangan
merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Melalui pendidikan yang serba darurat
manakala pada saat itu di upayakan secara bertahap memecahkan masalah besar anatara lain
melalui pemberantasan buta huruf. Sesuai dengan jiwa pancasila dan UUD 45. Hal ini pulalaah
yang menjadi fokus utama dalam bimbingan pada saat itu.
c. Dekade 50-an
Bidang pendidikan menghadapi tentangan yang amat besar yaitu memecahkan masalah
kebodohan dan keterbelakangan rakyat Indonesia. Kegiatan bimbingan pada masa dekade ini
lebih banyak tersirat dalam berbagai kegiatan pendidikan dan benar benar menghadapi tantangan
dalam membantu siswa disekolah agar dapat berprestasi.
d. Dekade 60-an
Ada beberapa peristiwa penting dalam pendidikan pada dekade ini:
Ketetapan MPRS tahun 1966 tentang dasar pendidikan nasional
Lahirnya kurikulum SMA gaya Baru 1964
Lahirnya kurikulum 1968
Lahirnya jurusan bimbingan dan konseling di IKIP tahun 1963membuka Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan yang sekarang dikenal di Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) dengan nama Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB)
Keadaan diatas memberikan tantangan bagi keperluan pelayanan bimbinga dan
konseling disekolah.
e. Dekade 70-an
Dalam dekade ini bimbingan di upayakan aktualisasi nya melalui penataan legalitas sistem,
dan pelaksanaannya. Pembangunan pendidikan terutama diarahkan kepada pemecahan masalah
utama pendidikan yaitu :
Pemerataan kesempatan belajar,
Mutu, Relevansi, dan Efisiensi.
Pada dekade ini, bimbingan dilakukan secara konseptual, maupun secara operasional. Melalui
upaya ini semua pihak telah merasakan apa, mengapa, bagaimana, dan dimana bimbingan dan
konseling.
f. Dekade 80-an
Pada dekade ini, bimbingan ini diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama diusahakan
untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang professional. Dalam dekade 80-an
pembangunan telah memasuki Repelita III, IV, dan V yang ditandai dengan menuju lepas landas.
Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini:
Penyempurnaan kurikulum
Penyempurnaan seleksi mahasiswa baru
Profesionalisasi tenaga pendidikan dalam berbagai tingkat dan jenis
Penataan perguruan tinggi
Pelaksnaan wajib belajar
Pembukaan universitas terbuka
Lahirnya Undang – Undang pendidikan nasional
Beberapa kecenderungan yang dirasakan pada masa itu adalah kebutuhan akan
profesionalisasi layanan, keterpaduan pengelolaan, sistem pendidikan konselor, legalitas formal,
pemantapan organisasi, pengmbangan konsep – konsep bimbingan yang berorientasi Indonesia,
dsb.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistrayani; Jauhar, Muhammad. 2014. Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: Prestasi Pustaka
Wardati; Jauhar, Muhammad. 2011. Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta.
Prestasi Pustaka
Sumber : http://berbagiilmubkstnrmhmdh.blogspot.com/2017/07/sejarah-bk-di-amerika-dan-di-
indonesi.html