Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

A. Jawaban Soal UTS


1) a. Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan Menurut Para Ahli
Menurut Rochman Natawidjaja (1987: 31), Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu
proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan
supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup
mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan
keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya.
Dengan demikian, dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya.
Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai
makhluk sosial.
Menurut Moh. Surya (1988: 12), Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan
yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai
kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat
perkembangan, yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29/90, Bimbingan merupakan
bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal
lingkungan, dan merencanakan masa depan. (Depdikbud, 1994).1
Sukardi (1985:11), konseling sebagai terjemahan dari “Counseling” merupakan
bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai teknik. Layanan konseling
adalah jantung hati layanan bimbingan secara keseluruhan.2

Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan Menurut Penulis


Bimbingan dan konseling keduanya sama-sama merupakan bantuan pada individu
dalam memahami dirinya dan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, baik
keluarga, di sekolah, maupun masyarakat.

b. Fungsi Pokok Bimbingan dan Penyuluhan


Bimbingan dan konseling memiliki fungsi sebagai berikut :
 Pencegahan (Preventif)

1
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hlm. 36-37
2
Ibid, hlm. 37

2
Layanan bimbingan dapat berfungsi pencegahan artinya merupakan usaha pencegahan
terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi pencegahan ini layanan yang diberikan
berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat
menghambat perkembangannya.
 Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman yang dimaksud yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan
keperluan pengembangan siswa. Pemahaman ini mencakup, yaitu :
 Pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru, dan
guru pembimbing.
 Pemahaman tentang lingkungan siswa (termasuk di dalamnya lingkungan keluarga
dan sekolah) terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru, dan guru pembimbing.
 Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk di dalamnya informasi
pendidikan, jabatan/pekerjaan dan/atau karier, dan informasi budaya/nilai-nilai),
terutama oleh siswa.

 Fungsi Perbaikan
Walaupun fungsi pencegahan dan pemahaman telah dilakukan, namun mungkin saja
siswa masih menghadapi masalah-masalah tertentu. Di sinilah fungsi perbaikan itu
berperan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
terpecahkannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami siswa.

 Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan


Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat
membantu para siswa dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya
secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang
positif dijaga agar tetap baik dan mantap.3

c. Hubungan Bimbingan dan Penyuluhan Menurut Pendapat Para Ahli


Mengenai hubungan bimbingan dan penyuluhan ini ada tiga pendapat :
 Menurut Blum dan Balinsky, kedua pengertian istilah tersebut adalah identik (sama)
antara bimbingan dan penyuluhan tidak terdapat perbedaan yang fundamental
(mendasar).

3
Ibid, hlm. 42-43

3
 Menurut H.M. Umar dan Sartono (1998: 17), Bimbingan dan penyuluhan merupakan
dua pengertian yang berbeda, baik dasar-dasarnya maupun cara kerjanya, setidak-
tidaknya merupakan kegiatan yang sejajar. Karena penyuluhan lebih identik dengan
psikoterapi yaitu usaha untuk menolong individu yang mengalami kesukaran dan
gangguan yang serius sedangkan bimbingan dianggap identik dengan pendidikan.
 Pandangan lain bahwa, Bimbingan dan penyuluhan merupakan kegiatan yang integral
(bersamaan) antara yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Oleh karena
itu kata bimbingan selalu berdampingan dengan penyuluhan.4

Hubungan Bimbingan dan Penyuluhan Menurut Penulis


Jadi, bimbingan dan penyuluhan mempunyai hubungan yang sangat erat,
penyuluhan merupakan satu jenis teknik pelayanan bimbingan antara pelayanan-pelayanan
lainnya dan merupakan keseluruhan inti dari pelayanan dalam bimbingan. Sebab
penyuluhan itu adalah bagian dari bimbingan.

2) Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Penyuluhan


Di amerika awal sejarah bimbingan dimulai pada permulaan abad ke-20 dengan
didirikannya suatu “Vocational Bureau” tahun 1908 oleh Frank Parsons, yang untuk
selanjutnya dikenal dengan nama “The Father of Guidance” yang menekankan pentingnya
setiap individu diberikan pertolongan agar mereka dapat mengenal atau memahami
berbagai kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya dengan tujuan agar dapat
dipergunakan secara inteligen dalam memilih pekerjaan yang tepat bagi dirinya.
Arthur E. Traxler dan Robert D.North (1986), menyebutkan beberapa kejadian
penting yang mewarnai sejarah bimbingan di antaranya :
 Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Timbul suatu gerakan kemanusiaan, yang
menitikberatkan pada kesejahteraan manusia dan kondisi sosialnya. Gerakan ini
membantu Vocational Bureau Parsons dalam bidang keuangan agar dapat menolong
anak-anak muda yang tidak dapat bekerja dengan baik.
 Agama. Para rohaniwan berpandangan bahwa dunia adalah di mana terdapat
pertentangan yang secara terus menerus antara baik dan buruk. Karena itu bantuan
sekolah untuk menyiapkan anak muda agar siap dan mampu hidup yang lebih baik
sangat diperlukan bantuan dari sekolah. Dengan adanya gerakan atau aliran ini
mendorong tumbuhnya gerakan bimbingan di sekolah.

4
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 16-17

4
 Aliran kesehatan mental (mental hygiene). Timbul dengan tujuan perlakuan yang
manusiawi terhadap penderita penyakit jiwa dan perhatian terhadap berbagai gejala,
tingkat penyakit jiwa, pengobatan, dan cara pencegahannya. Karena adanya suatu
kesadaran bahwa penyakit ini bisa diobati apabila ditemukan pada tingkat yang lebih
dini. Gerakan ini mendorong para pendidik untuk lebih peka terhadap masalah-masalah
gangguan kejiwaan, rasa tidak aman, dan kehilangan identitas di antara anak-anak
muda.
 Perubahan dalam masyarakat. Akibat dari Perang Dunia I dan II, pengangguran,
depresi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, wajib belajar, dan lain-
lainnya, mendorong beribu-ribu anak untuk masuk sekolah, tanpa mengetahui untuk
apa mereka bersekolah. Perubahan masyarakat semacam ini mendorong para pendidik
untuk memperbaiki setiap anak sesuai dengan kebutuhannya agar mereka dapat
menyelesaikan pendidikannya dengan berhasil.
 Gerakan mengenal siswa sebagai individu. Gerakan ini erat sekali kaitannya dengan
gerakan tes dan pengukuran. Bimbingan diadakan sekolah disebabkan tugas sekolah
untuk mengenal atau memahami siswa-siswanya secara individual. Karena sulitnya
untuk mengenal atau memahami siswa secara individual atau pribadi maka
diciptakanlah berbagai teknik dan instrumen di antaranya tes psikologis dan
pengukuran.

Sedangkan Schmidt (1993), mengemukakan perkembangan bimbingan dan


konseling di amerika serikat sebagai berikut :
Profesi bimbingan dan konseling masuk ke sekolah-sekolah amerika pada awal abad
ke-20. Sampai dengan waktu itu, para guru kelas menyajikan bantuan yang dibutuhkan
siswa dalam bidang pendidikan, sosial, pribadi, atau karier. Terhambatnya profesi
bimbingan dan konseling masuk ke sekolah-sekolah amerika karena sekolah sangat
selektif menerima para siswa. Sesungguhnya, sekolah yang paling awal menerima
bimbingan dan konseling adalah sekolah-sekolah ekslusif, pemilihannya hanya para siswa
yang memiliki status ekonomi yang paling mampu.5
Menurut Bimo Walgito (1989: 12), bimbingan dan penyuluhan, yang kemudian saat
ini lebih dikenal sebagai bimbingan dan konseling, merupakan suatu ilmu yang baru bila
dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain pada umumnya. Bila kita telusuri, bimbingan dan
penyuluhan itu mulai timbul sekitar permulaan abad ke-20. Gerakan ini mula-mula timbul

5
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hlm. 2-3

5
di amerika, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Frank Parsons, Jesse B. Davis, Eli
Wever, John Brewer, dan sebagainya.6
Istilah bimbingan dan penyuluhan, merupakan terjemahan dari istilah guidance and
counseling. Dr. Tohari Musnawar (1985), menyebutkan bahwa menurut Akhmad Sudrajat,
riwayat penggunaan istilah penyuluhan sebagai terjemahan counseling, sudah dimulai
sejak tahun 1953. Pencetusnya adalah Tatang Mahmud, M.A., seorang pejabat di
Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Pada tahun tersebut, ia menyebarkan suatu
edaran untuk meminta persetujuan kepada beberapa orang yang dipandang ahli, untuk
menerjemahkan istilah “guidance and counseling” dengan kata bimbingan dan
penyuluhan. Pada waktu itu, tidak ada yang menolaknya.
Sejak saat itu, populerlah istilah bimbingan dan penyuluhan sebagai terjemah istilah
guidance and counseling. Akan tetapi, dalam perkembangan bahasa Indonesia
selanjutnya, pada tahun 1970 sebagai awal dari masa pembangunan Orde Baru, istilah
penyuluhan yang merupakan terjemahan dari kata counseling dan mempunyai konotasi
psychological-counseling, banyak pula dipakai dalam bidang-bidang lain, seperti
penyuluhan pertanian, penyuluhan KB, penyuluhan gizi, penyuluhan hukum, penyuluhan
agama, dan sebagainya.7

3) a. Asas-asas Dasar Bimbingan dan Penyuluhan


Dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya
selalu mengacu pada asas-asas bimbingan dan konseling dan diterapkan sesuai dengan
asas-asas bimbingan dan konseling. Asas-asas ini dapat diterapkan sebagai berikut :
 Asas Kerahasiaan
Secara khusus usaha layanan bimbingan adalah melayani individu-individu yang
bermasalah. Masih banyak orang yang beranggapan bahwa mengalami masalah
merupakan suatu aib yang harus ditutup-tutupi sehingga tidak seorang pun (selain diri
sendiri) boleh tahu akan adanya masalah itu. Keadaan seperti ini sangat menghambat
pemanfaatan layanan bimbingan oleh masyarakat (khususnya siswa di sekolah). Jika
bimbingan ini di sekolah dimanfaatkan secara penuh, masyarakat sekolah perlu
mengetahui bahwa layanan bimbingan harus menerapkan asas-asas kerahasiaan secara
penuh. Dalam hal ini masalah yang dihadapi oleh seorang siswa tidak akan
diberitahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan. Segala sesuatu yang
disampaikan oleh siswa kepada konselor misalnya akan dijaga kerahasiaannya.
6
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 27
7
Ibid, hlm. 37

6
 Asas Kesukarelaan
Jika asas kerahasiaan memang benar-benar telah tertanam pada diri (calon)
terbimbing/siswa atau klien, sangat dapat diharapkan bahwa mereka yang mengalami
masalah akan dengan sukarela membawa masalahnya itu kepada pembimbing untuk
meminta bimbingan. Bagaimana halnya dengan klien kiriman, apakah dalam hal ini
asas kesukarelaan dilanggar?Dalam hal ini pembimbing berkewajiban
mengembangkan sikap sukarela pada diri klien itu sehingga klien itu mampu
menghilangkan rasa keterpaksaannya saat memberikan data dirinya kepada
pembimbing. Kesukarelaan tidak hanya dituntut pada diri (calon) terbimbing/siswa
atau klien saja, tetapi hendaknya berkembang pada diri penyelenggara. Para
penyelenggara bimbingan hendaknya mampu menghilangkan rasa bahwa tugas ke-BK-
annya itu merupakan suatu yang memaksa diri mereka. Lebih disukai lagi apabila para
petugas itu merasa terpanggil untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling.
 Asas Keterbukaan
Bimbingan konseling yang efisien hanya berlangsung dalam suasana keterbukaan. Baik
yang dibimbing/dikonsel maupun pembimbing/konselor bersifat terbuka. Keterbukaan
ini bukan hanya sekedar berarti “bersedia menerima saran-saran dari luar” tetapi dan
hal ini lebih penting masing-masing yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk
kepentingan pemecahan masalah yang dimaksud. Dalam konseling misalnya, klien
diharapkan dapat berbicara sejujur mungkin dan terbuka tentang dirinya sendiri.
Dengan keterbukaan ini penelaahan masalah serta pengkajian berbagai kekuatan dan
kelemahan klien menjadi mungkin.
 Asas Kekinian
Masalah klien yang langsung ditanggulangi melalui upaya bimbingan dan konseling
ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan kini (sekarang), bukan masalah yang
sudah lampau, dan juga masalah yang mungkin akan dialami di masa mendatang. Bila
ada hal-hal tertentu yang menyangkut masa lampau, dan/atau masa yang akan datang
perlu dibahas dalam upaya bimbingan dan konseling yang sedang diselenggarakan,
pembahasan hal itu hanyalah merupakan latar belakang/latar depan dari masalah yang
akan dihadapi sekarang sehingga masalah yang dihadapi itu teratasi.
 Asas Kemandirian
Seperti dikemukakan terdahulu kemandirian merupakan tujuan dari usaha layanan
bimbingan dan konseling. Dalam memberikan layanan para petugas hendaklah selalu

7
berusaha menghidupkan kemandirian pada diri orang yang dibimbing, jangan
hendaknya orang yang dibimbing itu menjadi tergantung pada orang lain, khususnya
para pembimbing/konselor.
 Asas Kegiatan
Usaha layanan bimbingan dan konseling akan memberikan buah yang tidak berarti,
bila individu yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan
bimbingan. Hasil-hasil usaha bimbingan tidak tercipta dengan sendirinya tetapi harus
diraih oleh individu yang bersangkutan. Para pemberi layanan bimbingan dan
konseling hendaknya menimbulkan suasana individu yang dibimbing itu mampu
menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud.
 Asas Kedinamisan
Upaya layanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri
individu yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.
Perubahan tidaklah sekadar mengulang-ulang hal-hal lama yang bersifat monoton,
melainkan perubahan yang selalu menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang lebih
maju.
 Asas Keterpaduan
Layanan bimbingan dan konseling memadukan berbagai aspek individu yang
dibimbing, sebagaimana diketahui individu yang dibimbing itu memiliki berbagai segi
kalau keadaannya tidak saling serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah. Di
samping keterpaduan pada diri individu yang dibimbing, juga diperhatikan keterpaduan
isi dan proses layanan yang diberikan. Hendaknya, jangan aspek layanan yang satu
tidak serasi atau bahkan bertentangan dengan aspek layanan yang lain.
 Asas Kenormatifan
Sebagaimana dikemukakan terdahulu, usaha layanan bimbingan dan konseling tidak
boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma
agama, norma adat, norma hukum/negara, norma ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari.
Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan
bimbingan dan konseling. Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-norma yang
ada. Demikian pula prosedur, teknik, dan peralatan yang dipakai tidak menyimpang
dari norma-norma yang dimaksudkan.
 Asas Keahlian

8
Usaha layanan bimbingan dan konseling secara teratur, sistematik, dan dengan
mempergunakan teknik serta alat yang memadai. Untuk itu para konselor perlu
mendapat latihan secukupnya, sehingga dengan itu akan dapat dicapai keberhasilan
usaha pemberian layanan.
 Asas Alih Tangan
Asas ini mengisyaratkan bahwa bila seorang petugas bimbingan dan konseling sudah
mengarahkan segenap kemampuannya untuk membantu klien belum dapat terbantu
sebagaimana yang diharapkan, maka petugas itu mengalihtangankan klien tersebut,
kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli.
 Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka
hubungan keseluruhan antara pembimbing dan yang dibimbing. Lebih-lebih di
lingkungan sekolah , asas ini makin dirasakan manfaatnya, dan bahkan perlu
dilengkapi dengan “ing ngarsa sungtulada, ing madya mangun karsa”. Asas ini
menuntut agar layanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan adanya pada
waktu siswa mengalami masalah dan menghadap pembimbing saja, namun di luar
hubungan kerja kepembimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan
manfaatnya.8
b. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Penyuluhan
Prinsip bimbingan dan konseling menguraikan pokok-pokok dasar pemikiran yang
dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan main yang harus diikuti dalam
pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan dapat juga dijadikan sebagai seperangkat
landasan praktis atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, prinsip yang digunakan bersumber dari
kajian filosofis hasil dari penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia,
perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya, pengertian,
tujuan, fungsi, dan proses penelenggaraan bimbingan dan konseling.
Ada beberapa prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling, diantaranya sebagai
berikut :
 Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat membantu
dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

8
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hlm. 46-51

9
 Bimbingan bertitik tolak (berfokus) pada individu yang dibimbing.
 Bimbingan diarahkan kepada individu dan tiap individu memiliki karakteristik
tersendiri.
 Masalah yang dapat diselesaikan oleh tim pembimbing di lingkungan lembaga
hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang menyelesaikannya.
 Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang
akan dibimbing.
 Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan
masyarakat.
 Program bimbingan di lingkungan lembaga pendidikan tertentu harus sesuai dengan
program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan.
 Hendaknya pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh orang yang memiliki
keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja sama dan menggunakan sumber-
sumber yang relevan yang berada di dalam ataupun di luar lembaga penyelenggara
pendidikan.
 Program bimbingan dievaluasi untuk mengetahui hasil dan pelaksanaan program.9
c. Kode Etik Bimbingan
Kode etik merupakan etika profesi yang harus dipegang kuat oleh setiap konselor.
Kode etik juga merupakan moralitas para konselor dalam menjalankan profesinya.
Landasan kode etik konselor adalah pancasila, mengingat bahwa profesi konseling
merupakan usaha layanan terhadap sesama manusia dalam rangka ikut membina warga
negara yang bertanggung jawab. Tuntutan profesi, mengacu kepada kebutuhan dan
kebahagiaan klien sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Rumusan kode etik bimbingan dan konseling sebagai berikut :
 Konselor harus memiliki nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam bidang
profesi konseling, serta pengakuan atas kewenangannya.
 Untuk bekerja sebagai konselor, diperlukan pengakuan, keahlian, kewenangan oleh
organisasi profesi atas dasar wewenang yang diberikan kepadanya oleh pemerintah.10
4) a. Metode yang Dapat Dipergunakan untuk Mengumpulkan Data
Dalam menguraikan metode mendapatkan data untuk bimbingan dan konseling,
H.M. Umar dan Sartono (1998: 113-145) secara panjang lebar mengungkapkan metode

9
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 43-44
10
Ibid, hlm. 48-49

10
yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam rangka merealisasikan bimbingan
dan konseling, khususnya di sekolah.
Menurut H.M. Umar dan Sartono, pengumpulan data ini sangat penting dalam
penyelidikan-penyelidikan pada umumnya maupun dalam bimbingan dan konseling. Hal
ini karena konseling baru dapat diberikan dengan baik kalau data sekitar individu yang
akan dibimbing telah diketahui.
Oleh karena itu, pada bagian ini, ada beberapa metode yang dapat dipergunakan
untuk memperoleh data diantaranya yaitu :
 Observasi
 Questionnaire
 Interview (Wawancara)
 Sosiometri
 Tes
 Case Studi (Studi kasus)

b. Teknik dan Proses Langkah-langkah Pelaksanaan Dalam Menangani Seorang


Murid
Guru pembimbing mulai mengumpulkan keterangan mengenai diri murid tersebut,
yaitu mengenai alamat, tanggal lahir, orang tuanya, pekerjaan orang tuanya, dan lain-lain.
Mulailah guru pembimbing menetapkan bahwa murid tersebut perlu dibantu secara
khusus.
Dalam memberikan bimbingan, terdapat langkah-langkah sebagai berikut :
 Langkah identifikasi anak
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal anak beserta gejala-gejala yang tampak.
Dalam langkah ini, pembimbing mencatat anak-anak yang perlu mendapat bimbingan
dan memilih anak yang perlu mendapat bimbingan lebih dahulu. Misalnya, murid yang
menunjukan gejala kelainan dengan murid-murid yang lain. Ia perlu mendapat bantuan
lebih dulu dari pada murid-murid yang lain.
 Langkah diagnosis
Langkah diagnosis, yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi anak
beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini, kegiatan yang dilakukan ialah
mengumpulkan data dengan mengadakan studi terhadap anak, menggunakan berbagai
studi terhadap anak, menggunakan berbagai teknik pengumpulan data. Setelah data
terkumpul, ditetapkan masalah yang dihadapi serta latar belakangnya.

11
 Langkah prognosis
Langkah prognosis, yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan yang akan
dilaksanakan untuk membimbing anak. Langkah prognosis ini ditetapkan berdasarkan
kesimpulan dalam langkah diagnosis, yaitu setelah ditetapkan masalahnya dan latar
belakangnya. Langkah prognosis ini, ditetapkan bersama setelah mempertimbangkan
berbagai kemungkinan dan berbagai faktor.
 Langkah terapi
Langkah terapi, yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini
merupakan pelaksanaan yang ditetapkan dalam langkah prognosis. Pelaksanaan ini
tentu memakan banyak waktu, proses yang kontinu, dan sistematis, serta memerlukan
pengamatan yang cermat.
 Langkah evaluasi dan follow-up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah terapi yang
telah dilakukan dan telah mencapai hasilnya. Dalam langkah follow-up atau tindak
lanjut, dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.

5) a. Tujuannya
Bimbingan dan konseling sangat diperlukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
belajar siswa, sehingga siswa dapat memperoleh prestasi yang baik. Dengan perolehan
prestasi yang baik maka tujuan pendidikan nasional akan tercapai, dan juga dapat berguna
bagi kehidupan sehari-hari yang bahagia dengan ilmu-ilmu yang dimilikinya.
b. Tekniknya
1. Bimbingan Kelompok (Group Guidance)
Beberapa bentuk khusus cara bimbingan kelompok ini ialah sebagai berikut :
 Home room program
Home room program, yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan
agar guru mengenal murid-muridnya lebih baik sehingga dapat membantunya secara
efisien. Dalam program home room ini, hendaknya diciptakan suatu situasi yang
bebas dan menyenangkan sehingga siswa dapat mengutarakan perasaannya seperti
di rumah.
 Karyawisata
Di samping berfungsi sebagai kegiatan rekreasi atau sebagai metode mengajar,
karyawisata dapat berfungsi sebagai salah satu cara dalam bimbingan kelompok.

12
Dengan karyawisata, siswa meninjau objek-objek menarik dan mereka mendapat
informasi yang lebih baik dari objek itu.
 Diskusi kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara yang memberi kesempatan kepada siswa
untuk memecahkan masalah bersama-sama.
 Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok merupakan cara yang baik dalam bimbingan karena individu
mendapat kesempatan untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya.
 Organisasi siswa
Organisasi siswa, baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah,
merupakan salah satu cara dalam bimbingan kelompok. Melalui organisasi, banyak
masalah yang sifatnya individual maupun kelompok dapat diselesaikan.
2. Konseling Individual (Individual Konseling)
Konseling merupakan salah satu cara pemberian bantuan secara perseorangan dan
secara langsung. Pemberian bantuan dilaksanakan secara face to face relationship
(hubungan langsung muka ke muka, atau hubungan empat mata), antara konselor dan
anak (kasus). Biasanya, masalah-masalah yang dipecahkan melalui teknik atau cara ini
ialah masalah-masalah yang sifatnya pribadi.11
c. Prosedurnya
Untuk dapat memberikan bimbingan, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Jenis kesulitan yang dialami siswa
Teknik bimbingan yang akan diberikan, harus sesuai dengan kesulitan yang dialami
siswa. Timbulnya jenis-jenis kesulitan sangat erat hubungannya dengan: sifat atau
karakteristik tiap-tiap mata pelajaran, kemampuan masing-masing pribadi siswa, dan
kondisi lingkungan sekitar siswa.
2. Mengelompokan siswa yang mengalami jenis kesulitan yang sama.
Kita perlu mengelompokan siswa-siswa yang mengalami kesulitan yang sama atau
sejenis. Tujuannya tidak lain adalah agar kita dapat merencanakan bimbingannya dengan
secermat mungkin dan seefisien mungkin.
3. Fasilitas yang tersedia

11
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 96-98

13
Jika alat dan fasilitas yang tersedia tidak memungkinkan untuk suatu jenis
bimbingan tertentu, maka tidak ada hasilnya. Sebelum teknik tertentu digunakan,
sebaiknya difikir baik-baik fasilitas yang tersedia.
4. Teknik-teknik Bimbingan yang Dikuasai
Kerja bimbingan seharusnya dalam batas jangkauan kemampuan termasuk dalam
menggunakan teknik-teknik bimbingan.

14

Anda mungkin juga menyukai