Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

LANDASAN BIMBINGAN KONSELING

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur


Mata Kuliah ……
Dengan Dosen Pengampu ………….

Disusun Oleh:
…….
PGSD IA

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) MUHAMMADIYAH KUNINGAN
2023
KATA PENGANTAR

Adanya landasan bimbingan dan konseling adalah agar sebuah layanan

professional yang dapat diandalkan dan memberikan manfaat bagi kehidupan di

dunia dapat berdiri tegak. Maka dari itu, layanan bimbingan dan konseling harus

memiliki landasan yang kuat mencakup tiga hal diantaranya: (1) landasan

filosofis, (2) landasan religious, (3) landasan psikologis, dan (4) landasan

pedagogis. Sehubungan dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di

Indonesia, keempat landasan tersebut juga harus didasarkan pada aspek ilmu

pengetahuan dan teknologi, sosial-budaya, dan yuridis-formal. Hal ini

dimaksudkan dalam rangka menghindari berbagai bentuk penyimpangan dalam

praktek layanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, para konselor

diwajibkan untuk memahami dan menguasai landasan-landasan tersebut sehingga

dapat melaksanakan tugas-tugsanya secara profesional.

Penulis berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak,

baik siswa, guru, orangtua, dan para peneliti di kemudian hari. Penulis menyadari

sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu,

saran dan kritik yang membangun dari teman-teman serta dosem pembimbing

mata kuliah …… sangat pernulis harapkan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Permasalahan..................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................2

C. Tujuan Makalah..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Landasan Filosofis.......................................................................................3

B. Landasan Religius.......................................................................................7

C. Landasan Psikologis....................................................................................9

D. Landasan Pedagogis..................................................................................14

BAB III PENUTUP..............................................................................................17

A. Kesimpulan................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Setelah penulis memahami pengertian bimbingan dan konseling yang telah

disampaikan sebelumnya, dalam makalah ini penulis menguraikan berbagai

landasan dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling. Landasan

tersebut meliputi landasan filosofis, religius, psikologis, sosial budaya, pedagogis.

Tujuan utama dari keempat landasan tersebut adalah membantu para konselor

untuk menjalankan tugas-tugasnya secara profesional. Selain itu, hal ini berguna

dalam mencegah dan mengurangi tindak penyelewengan terhadap praktik

pelayanan bimbingan dan konseling di Indonesia.

Penjelasan mengenai landasan filosofis sejatinya membahas tentang

hakikat manusia yang menyangkut empat dimensi kemanusiaan. Selain itu, dalam

landasan filosofis juga dijelaskan berbagai pemikiran tentang evolusi

perkembangan manusia, tinjauan psikologis tentang manusia, dan hakikat tentang

tujuan dan tugas kehidupan manusia. Dalam landasan religius, hal yang

dijabarkan adalah mengenai manusia yang dikaitkan dengan aspek-aspek

keagamaan. Fokus dari landasan religius terletak pada pemuliaan manusia sebagai

mahluk Tuhan.

Selanjutnya uraian landasan psikologis mengemukakan hal utama ang

memiliki pengaruh sangat bersar terhadap pelayanan bimbingan dan konseling,

yakni tingkah laku, motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan,

perkembangan dan tugas-tugas perkembangan, belajar dan penguatan dan

1
2

kepribadian. Selain itu, dalam landasan psikologis juga menguraikan tentang

sosial budaya, hambatan komunikasi, dan penyesuaian diri sebagai dampak dari

adanya perbedaan antar budaya serta pengaruhnya.

Sementara itu, landasan pedagogis membahas secara terperinci bagaimana

hubungan layanan bimbingan dan konseling dengan pendidikan. Di dalamnya

diuraikan alasan mengapa pendidikan dijadikan sebuah inti dalam proses

bimbingan konseling. Selain itu, landasan pedagogis juga menguraikan secara

rinci bagaimana pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan

konseling.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Apa sajakah landasan yang digunakan dalam layanan bimbingan dan

konseling?

2. Bagaimanakan implikasi landasan-landasan tersebut dalam penerapan

layanan bimbingan dan konseling?

C. Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka penulis

memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui landasan-landasan yang digunakan dalam layanan

bimbingan dan konseling.

2. Untuk mengetahui implikasi landasan-landasan tersebut dalam penerapan

layanan bimbingan dan konseling.


3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Filosofis

Bagi para konselor yang melakukan kegiatan bimbingan dan konseling

yang lebih dapat dipertanggungjawabkan secara logis, etis, dan estetis tentang apa

yang manusiawi, maka landasan filosofis merupakan landasan yang dapat

memberikan arah dan pemahaman. Tentu saja, berbagai aliran filsafat yang ada,

mulai dari filsafat klasik hingga filsafat kontemporer dan bahkan filsafat pasca-

modern harus dipertimbangkan untuk menemukan jawaban atas keprihatinan

filosofis tersebut. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Victor

Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph yang dikutip oleh

(Syafaruddin, dkk., 2019) mendeskripsikan hakikat manusia sebagai berikut:

- Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan

ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.

- Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila

dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.

- Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan

dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.

- Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup

berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-

tidaknya mengontrol keburukan.

4
5

- Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji

secara mendalam.

- Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia

terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.

- Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya

sendiri.

- Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk

membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri.

Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa

sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.

- Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana

apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan

berkemampuan untuk melakukan sesuatu.

Setiap usaha bimbingan dan konseling seyogyanya dikehendaki tetap pada

hakikat manusia itu sendiri melalui pengenalan akan hakikat manusia. Sebagai

seorang konselor berinteraksi dengan klien, ia harus mampu melihat dan

memperlakukan orang tersebut sebagai manusia seutuhnya dengan berbagai

dimensi yang dimilikinya.

1. Makna dan Fungsi Prinsip-Prinsip Filosofis Bimbingan Konseling

Akar kata Yunani dari kata filosofis atau filsafat adalah philos, yang

berarti cinta, dan sophos, yang berarti bijaksana; karenanya, filosofis

didefinisikan sebagai cinta kebijaksanaan. Sikun pribadi dalam (Herlina dan

Hidayat 2019) mengartikan filsafat sebagai suatu “usaha manusia untuk


6

memperoleh pandangan atau konsepsi tentang segala yang ada, dan apa

makna hidup manusia dialam semesta ini”.

Lebih lanjut, Filsafat mempunyai fungsi dalam kehidupan manusia,

yaitu bahwa:

a. Setiap orang harus memilih atau melakukan sesuatu.

b. Anda mengendalikan keputusan Anda.

c. Filsafat dapat mengurangi miskomunikasi dan permusuhan, dan

d. Untuk menghadapi banyak ketidakpastian dan lingkungan yang dinamis

Seseorang dapat memperluas batas pemikirannya dan mendapatkan

wawasan dengan berfilsafat, yang akan membantu mereka membuat

keputusan terbaik. Berikut ini adalah bagaimana pendapat James Cribbin

yang dikutip oleh (Lia, 2022) tentang landasan filosofis dalam bimbingan:

a. Hak seseorang atas bantuan dan martabat serta nilai mereka sebagai

pribadi harus menjadi dasar dari setiap konseling.

b. Proses bimbingan itu seimbang.

c. Hak-hak klien harus dihormati oleh pembimbing.

d. Bimbingan bukan prerogatif kelompok khusus profesi kesehatan mental

e. Tujuan bimbingan adalah untuk membantu orang mencapai potensi

penuh mereka.

f. Sifat individualisasi dan sosialisasi merupakan bimbingan dalam

pendidikan

2. Hakikat Manusia

Dibawah ini merupakan pendapat para ahli mengenai hakikat

manusia:
7

a. B.F Skinner dan Watsan yang dikutip oleh (Zuhri, 2020) menyatakan

hakekat manusia sebagai:

- Banyak yang percaya bahwa manusia memiliki kecenderungan

positif dan negatif yang sama.

- Lingkungan sosial budaya pada dasarnya membentuk dan

menentukan bagaimana manusia berkembang.

- Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari

- Kemampuan manusia untuk mengendalikan takdirnya sendiri tidak

ada

b. Dalam bukunya (Sidjabat, 2011), mengutip Satir bahwa manusia pada

hakekatnya positif, Satir sampai pada kesimpulan bahwa manusia selalu

dalam keadaan seoptimal mungkin untuk terjaga dan tetap tanggap.

Agar bimbingan dan konseling lebih efektif, maka harus dilandasi

oleh pemahaman tentang hakikat manusia..

3. Tugas dan Tujuan Kehidupan

Dalam buku (Santosa, 2022), Ia menyebutkan bahwa ciri-ciri hidup

sehat menurut Witner dan Sweeney ditandai dengan 5 kategori, yaitu:

a. Spiritualitas ~ agama sebagai sumber inti dari hidup sehat

b. Pengaturan diri ~ seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya

terdapat ciri-ciri :

1) rasa diri berguna

2) pengendalian diri

3) pandangan realistic

4) spontanitas dan kepekaan emosional


8

5) kemampuan rekayasa intelektual

6) pemecahan masalah

7) kreatif

8) kemampuan berhumor dan

9) kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat.

c. Bekerja ~ untuk memperoleh keuntungan ekonomis, psikologis dan

sosial

d. Persahabatan ~ persahabatan memberikan 3 keutamaan dalam hidup

yaitu

1) dukungan emosional

2) dukungan material

3) dukungan informasi

e. Cinta ~ penelitian Flanagan 1978 dalam (Ibrahim, 2022) menemukan

bahwa tiga pilar penting untuk keseluruhan penciptaan kebahagiaan

manusia adalah suami dan istri, anak, dan sahabat..

Pelayanan bimbingan dan konseling dapat dipengaruhi oleh sifat,

tujuan, dan kewajiban hidup manusia sebagaimana diuraikan di atas..

B. Landasan Religius

Menurut (Husni & Hasyim, 2021), penting untuk digarisbawahi tiga hal

pokok dalam landasan agama bimbingan dan konseling, antara lain sebagai

berikut:

1. Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan

2. Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan

kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama


9

3. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara

optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai

dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan

pemecahan masalah individu

Landasan Religius berkenaan dengan:

1. Manusia sebagai Mahluk Tuhan

Tuhan menciptakan manusia dengan makhluk berkepribadian. Kita

tidak bisa membiarkan kekurangan manusia ini menyebabkan hasil yang tidak

menguntungkan. Menurut (Afnilaswati dkk., 2021), manusia dibekali dengan

potensi dan kecenderungan untuk unggul dan dapat berkembang menjadi

lebih baik. Oleh karena itu, diperlukan adanya pedoman yang akan

mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut ke arah kebaikan..

2. Sikap Keberagamaan

Inti dari sikap beragama adalah agama yang memberikan

keseimbangan antara kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat.

Pandangan keagamaan ini pada awalnya berkaitan dengan agama itu sendiri;

agama harus dipandang sebagai pedoman hidup yang berarti, dan prinsip-

prinsipnya harus dihayati dan diterapkan. Kedua, merespon kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi sebagai upaya tambahan untuk mencapai

keseimbangan antara kehidupan ini dan kehidupan selanjutny.

3. Peranan Agama

Agama dapat berperan baik dalam konseling bila digunakan secara

jujur, tanpa paksaan, dan efektif untuk memperlakukan klien sebagai pribadi
10

yang bebas dan berhak membuat keputusan sendiri. Karena agama adalah

cara hidup, ia memiliki tujuan:

a. Memelihara fitrah

b. Memelihara jiwa

c. Memelihara akal

d. Memelihara keturunan

C. Landasan Psikologis

Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan

wawasan kepada konselor tentang perilaku klien yang menerima pelayanan

(klien). Konselor perlu memiliki pengetahuan dalam studi psikologi berikut untuk

memberikan bimbingan dan konseling:

1. Motif dan Motivasi

Dalam jurnalnya, (Daulay, 2019) berpendapat bahwa motif dan

motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang

berperilaku baik motif primer yaitu alasan berdasarkan kebutuhan primer

yang dimiliki manusia sejak lahir, seperti lapar dan bernafas, serta motif

sekunder yang ditimbulkan melalui hasil belajar, seperti hiburan, memperoleh

informasi atau kemampuan baru, dan hal-hal lain yang sejenis. Selain itu,

motivasi ini dipicu dan didorong oleh sumber internal dan eksternal (motivasi

intrinsik dan ekstrinsik), masing-masing, untuk mengambil bentuk perilaku

instrumental atau tindakan spesifik yang memajukan tujuan..

2. Pembawaan dan Lingkungan

Dalam hal unsur-unsur yang membentuk dan memengaruhi perilaku

seseorang, lingkungan dan warisan memainkan peran penting.. Menurut


11

(Nurhikmaladewi, 2021), Bawaan, yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak

lahir dan merupakan hasil keturunan, yang meliputi aspek psiko-fisik, seperti

struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri

kepribadian tertentu. Bawaan pada dasarnya merupakan potensi yang perlu

dikembangkan dan untuk mengoptimalkan serta mewujudkannya tergantung

pada lingkungan di mana individu itu berada. Sifat dan lingkungan setiap

individu akan berbeda. Ada individu yang memiliki sifat tinggi dan ada pula

yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya, dalam hal kecerdasan, ada yang

sangat tinggi (genius), normal atau bahkan sangat rendah (lemah, sakit hati

atau bodoh).

Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan

dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai,

sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara

optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam lingkungan

yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas

sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang

dengan baik.dan menjadi tersia-siakan.

3. Perkembangan Individu

Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan

berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pra natal)

hingga akhir hayatnya (Aqib, 2020), diantaranya meliputi aspek fisik dan

psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Beberapa

teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan,

diantaranya :
12

a. Teori dari McCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan

kultural dalam perkembangan individu;

b. Teori dari Freud tentang dorongan seksual;

c. Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial;

d. Teori dari Piaget tentang perkembangan kognitif;

e. teori dari Kohlberg tentang perkembangan moral;

f. teori dari Zunker tentang perkembangan karier;

g. Teori dari Buhler tentang perkembangan sosial; dan

h. Teori dari Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan individu

semenjak masa bayi sampai dengan masa dewasa.

Konselor harus mampu melihat arah perkembangan individu ke

depan, serta bagaimana kaitannya dengan faktor keturunan dan lingkungan,

agar dapat menjalankan tugasnya. Hal ini menuntut mereka untuk memiliki

pemahaman menyeluruh tentang berbagai aspek perkembangan orang yang

mereka layani..

4. Belajar

Dalam jurnalnya, (Yeni dkk., 2022) menyatakan bahwa Belajar adalah

salah satu ide psikologi yang paling mendasar. Manusia memperoleh

kecakapan hidup. Seseorang tidak dapat memelihara dan mengembangkan

dirinya sendiri tanpa belajar, dan manusia dapat berbudaya dan meningkatkan

harkat dan martabat kemanusiaannya melalui belajar. Upaya untuk

mempelajari sesuatu yang baru dengan memanfaatkan kemampuan bawaan

seseorang adalah inti dari pembelajaran. Tujuan belajar adalah penguasaan

baru, dan mencapai sesuatu yang baru menunjukkan pertumbuhan


13

kemampuan kognitif, emosional, dan psikomotorik seseorang. Prasyarat

belajar, seperti prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau

hasil belajar sebelumnya, diperlukan untuk terjadinya proses belajar.

Ada beberapa teori belajar yang dapat dijadikan acuan untuk

memahami topik-topik yang terkait dengan pembelajaran, antara lain::

a. Teori Belajar Behaviorisme;

b. Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi; dan

c. Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai berkembang teori belajar

alternatif konstruktivisme.

5. Kepribadian

Para ahli tampaknya masih mencari definisi kepribadian yang

menyatukan dan lengkap. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan

oleh Gordon W. Allport dalam (Deni, 2020) menemukan ada sekitar 50 cara

berbeda untuk mendefinisikan kepribadian. Ia akhirnya menemukan definisi

kepribadian yang dianggap lebih lengkap, berangkat dari investigasi yang

dilakukannya. Dia percaya bahwa kepribadian seseorang adalah organisasi

yang dinamis di dalam dirinya sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan

cara adaptasi lingkungannya yang khusus..

Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri.

Dalam thesisnya, (Rahmawati, 2020) mendefinisikan penyesuaian diri

sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun

mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri,

ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan

antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.”


14

Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu

khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya.

Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya

konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya

yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas

tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.

Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa

teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : Teori Psikoanalisa

dari Sigmund Freud, Teori Analitik dari Carl Gustav Jung, Teori Sosial

Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari

Murray, Teori Medan dari Kurt Lewin, Teori Psikologi Individual dari

Allport, Teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, Teori The

Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, (Daulay, 2019)

mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup :

a. Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku,

konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.

b. Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya

mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.

c. Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau

ambivalen.

d. Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap

rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih,

e. atau putus asa.


15

f. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari

tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko

secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.

g. Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan

interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan

kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling dan dalam

upaya memahami dan mengembangkan perilaku individu yang dilayani

(klien) maka konselor harus dapat memahami dan mengembangkan setiap

motif dan motivasi yang melatarbelakangi perilaku individu yang dilayaninya

(klien). Selain itu, seorang konselor juga harus dapat mengidentifikasi aspek-

aspek potensi bawaan dan menjadikannya sebagai modal untuk memperoleh

kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya. Begitu pula, konselor sedapat

mungkin mampu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi

pengembangan segenap potensi bawaan kliennya.

Terkait dengan upaya pengembangan belajar klien, konselor dituntut

untuk memahami tentang aspek-aspek dalam belajar serta berbagai teori

belajar yang mendasarinya. Berkenaan dengan upaya pengembangan

kepribadian klien, konselor kiranya perlu memahami tentang karakteristik dan

keunikan kepribadian kliennya. Oleh karena itu, agar konselor benar-benar

dapat menguasai landasan psikologis, setidaknya terdapat empat bidang

psikologi yang harus dikuasai dengan baik, yaitu bidang psikologi umum,

psikologi perkembangan, psikologi belajar atau psikologi pendidikan dan

psikologi kepribadian.
16

D. Landasan Pedagogis

Pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang universal dan

berfungsi sebagai sarana reproduksi sosial (Firosad, 2020)

1. Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu: Bimbingan merupakan

bentuk upaya pendidikan.

Humanisasi manusia adalah tujuan pendidikan. Hanya melalui

pendidikan seseorang untuk manusia dapat berkembang menjadi manusia

sesuai dengan harapan budaya. Mereka yang lahir tidak akan mampu

mengembangkan dimensi individu, masyarakat, dan agamanya tanpa

pendidikan.

Sistem pendidikan nasional diatur dalam Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2003, yang mendefinisikan pendidikan sebagai upaya sengaja dan

terencana untuk mewujudkan lingkungan belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, lingkungannya.

bangsa, dan negara.

2. Pendidikan sebagai inti Proses Bimbingan Konseling.

Konseling dan bimbingan membantu proses belajar klien mereka

tumbuh. Sejak meluasnya pertumbuhan gerakan bimbingan dan konseling di

Amerika Serikat, pemahaman ini semakin berkembang. Bimbingan dan

konseling adalah proses yang berorientasi pada pembelajaran, menurut

Gistod, yang menekankan hal ini pada tahun 1953. Belajar menciptakan dan

berhasil berbagi pemahaman adalah bagian dari proses ini. Lebih jauh,

Nugent dalam (Husni & Hasyim, 2021) mengemukakan bahwa Klien


17

memperoleh kemampuan membuat keputusan melalui konseling.

memecahkan masalah, sikap baru, dan perilaku. Pelanggan mempelajari

banyak hal baru yang bermanfaat baginya, dan klien berkembang saat mereka

mempelajari keterampilan baru.

3. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan Bimbingan konseling

Selain memajukan tujuan pendidikan, bimbingan dan konseling juga

memajukan proses pendidikan secara umum. Hal ini masuk akal mengingat

program Bimbingan dan Konseling menangani tugas-tugas yang berkaitan

dengan pengembangan diri bagi peserta didik di jenjang pendidikan dasar

(SD dan SLTP) dan pendidikan menengah, khususnya yang berkaitan dengan

bidang kematangan pendidikan karir, kematangan pribadi dan emosional,

serta kematangan sosial (Husni & Hasyim, 2021). Hasil Bimbingan dan

Konseling di daerah memberikan kontribusi terhadap keberhasilan

persekolahan secara keseluruhan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa landasan-landasan

yang diperlukan untuk layanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:

1. Landasan Filosofis: Meskipun manusia akan selalu menjadi subjek konseling,

namun landasan filosofis menawarkan gagasan tentang hakikat dan tujuan

hidup manusia dari sudut pandang filosofis dalam upaya memahami hakikat

manusia secara utuh.

2. Landasan Religius: Manusia adalah subjek dari layanan bimbingan dan

konseling, serta fakta bahwa manusia pada hakekatnya adalah makhluk

beragama, maka landasan agama menggariskan aspek-aspek agama yang

perlu disikapi dan diterapkan dalam bidang-bidang tersebut.

3. Landasan Psikologis: Dasar psikologis menggambarkan aspek psikologis

individu; aspek-aspek ini berhubungan dengan motivasi, alam, dan

lingkungan, serta pertumbuhan pribadi, pembelajaran, dan pengembangan

kepribadian. Mengingat bahwa klien memiliki psikologi yang unik, konselor

perlu menyadari dasar-dasar psikologisnya.

4. Landasan Pedagogis: Menurut landasan pedagogik, konseling merupakan

komponen pendidikan yang sangat penting dalam upaya memberikan

dukungan motivasi (pemecahan masalah) agar siswa dapat memenuhi tujuan

akademik yang dipersyaratkan.

18
19

DAFTAR PUSTAKA

Afnilaswati, Meldawanti, & Ardimen. (2021). Konsep aplikasi landasan dan


pendekatan religius dalam pelayanan konseling. Jurnal Al-Taujih : Bingkai
Bimbingan Dan Konseling Islami, 7(2), 128–134.
https://doi.org/10.15548/atj.v7i2.3260

Aqib, Z. (2020). Bimbingan dan konseling. In Yrama Widya. Penerbit Yrama


Widya. https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=gUuWEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR1&dq=a.
+Teori+dari+McCandless+tentang+pentingnya+dorongan+biologis+dan+kul
tural+dalam+perkembangan+individu&ots=UksN7ZzNMm&sig=s99ARL4f
7CRvih_FqOjNCglRxNI&redir_esc=y#v=onepage&q=a. Teori dari
McCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam
perkembangan individu&f=false

Daulay, N. (2019). Urgensi landasan psikologi dalam pelaksanaan bimbingan dan


konseling di era globalisasi. Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan Dan Konseling,
9(1), 76–88.
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/al-irsyad/article/view/6738/2970

Deni, F. (2020). Bimbingan dan konseling. CV Brimedia Global.


http://repository.iainbengkulu.ac.id/5129/1/BIMBINGAN DAN
KONSELING_NASKAH BUKU_DENI FEBRINI.pdf

Firosad, A. M. (2020). Profesi konselor berwawasan islami dalam bimbingan dan


konseling. Al-Taujih, 6(1), 10–23.
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/attaujih/article/view/1631/1306

Herlina, U., & Hidayat, A. (2019). Pendekatan Eksistensial dalam Praktik


Bimbingan dan Konseling. Indonesian Journal of Educational Counseling,
3(1), 1–10. https://doi.org/10.30653/001.201931.80

Husni, M., & Hasyim, M. (2021). Landasan bimbingan dan konseling dalam
perspektif islam. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents,
6(1), 104–124.
https://ejournal.stital.ac.id/index.php/alibrah/article/view/126/102

Ibrahim, I. (2022). Konseling emosi berdasarkan vibrasi dhikrullah suatu


pendekatan tafsir akademis. Proceedings Icis 2021, Vol 1, No, 364.
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/icis/article/view/12689/6618

Lia, S. (2022). Gaya kepemimpinan kepala sekolah KBIT Sahabat Alam Pati
perspektif filsafat pendidikan Islam [Institut Agama Islam Negeri Kudus]. In
IAIN Kudus (Issue 8.5.2017).
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/autism-spectrum-disorders

Nurhikmaladewi. (2021). Implementasi layanan bimbingan dan konseling dalam


20

perkembangan perilaku sosial. file:///C:/Users/Vi/Downloads/Tugas Akhir


Bimbingan Belajar Nurhikmaladewi-1.pdf

Rahmawati, W. (2020). Pengaruh konseling kelompok teknik diskusi untuk


meningkatkan penyesuaian diri peserta didik SMA YP UNILA Bandar
Lampung 2019/2020 (Vol. 21, Issue 1) [Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung].
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203

Santosa, H. (2022). Bimbingan dan konseling berparadigma profetik. UAD Press.


https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=nMydEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP5&dq=ciri+hidup+sehat
+menurut+witmer+and+sweeney&ots=blCU_fHFrI&sig=0erckfVQrTwmEx
_3o2yA9Qz_boQ&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

Sidjabat, B. . (2011). Membangun Pribadi Unggul (Suatu Pendekatan Teologis


terhadap Pendidikan Karakter). Andi Offset.
https://books.google.com/books?
hl=en&lr=&id=wBI5EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=pendidikan&ots=J
Qe_owlG12&sig=Cc6eycZKyD_BUGQQY-iqpEfFOCk

Syafaruddin, Syarqawi, A., & Siahaan, D. N. A. (2019). Dasar-dasar bimbingan


dan konseling telaah konsep, teori, dan praktik. In Asrul (Ed.), Perdana
Publishing (Pertama). Perdana Publishing.
http://repository.uinsu.ac.id/5689/1/Buku_dasar-dasar_BK_Prof_Syafar,_dkk
%5B1%5D.pdf

Yeni, A., Wardah, I., Sutarto, S., & Febriansyah, F. (2022). Efektifitas layanan
informasi dengan menggunakan media audio visual dalam meningkatkan
motivasi Dan kemandirian belajar siswa. Al Qalam: Jurnal Ilmiah
Keagamaan Dan Kemasyarakatan, 16(6), 2194.
https://doi.org/10.35931/aq.v16i6.1385

Zuhri, A. M. (2020). Hukuman dalam pendidikankKonsep Abdullah Nasih


’Ulwan dan BF Skinner (Y. Umaya (ed.); Edisi Pert). Ahlimedia Press.
https://books.google.com/books?
hl=en&lr=&id=68P_DwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=source:book+meto
dologi+penelitian+pendidikan&ots=8NyjdhXQ1i&sig=6OHyr-
ScjnyJAO8kw3Lazwb3w7g

Anda mungkin juga menyukai