Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh : Kelompok 4

Ahmad Ridho Mufadhil (NIM : 2022862088261)


Nur Khalishah (NIM : 2022862088353)
Nordina (NIM : 2022862088346)
Norkhadijah (NIM : 2022862088344)
Nuralianti (NIM : 2022862088352)

Lokal :

B5 Reguler (Semester III)

Dosen Pengampu :

Dra. Hj. Norhayati

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

KUALA KAPUAS

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya kepada kami, memungkinkan kami
menyelesaikan tugas makalah ini dalam rangka memenuhi persyaratan mata kuliah
Bimbingan dan Konseling. Makalah ini kami susun dengan tujuan agar pembaca
dapat memperluas pengetahuan dan meningkatkan pemahaman tentang "Dasar-
dasar Bimbingan dan Konseling." Kami juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua individu dan pihak yang telah memberikan bantuan dalam proses
penyusunan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikannya tepat waktu.
Kami sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun, dengan rendah
hati kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Kami
percaya bahwa kesempurnaan sejati hanya berasal dari Allah SWT. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami dan masyarakat pada umumnya.

Kuala Kapuas, 22 September 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 3

A. Landasan Filosofis ............................................................. 3


B. Landasan Religius .............................................................. 3
C. Landasan Psikologis ........................................................... 4
D. Landasan Sosial Budaya .................................................... 5
E. Landasan Ilmiah Dan Teknologi ........................................ 6
F. Landasan Pedagogis ............................................................ 7

BAB III PENUTUP ............................................................................... 9

A. Kesimpulan ......................................................................... 9
B. Saran .................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membicarakan dasar-dasar dalam bidang bimbingan dan konseling sebenarnya


memiliki kesamaan dengan dasar-dasar yang umumnya diterapkan dalam
pendidikan, seperti dasar-dasar dalam pengembangan kurikulum, pendidikan non
formal, atau pendidikan secara umum. Dalam konteks bimbingan dan konseling, ini
adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, terutama oleh
para konselor yang bertanggung jawab atas pengembangan layanan bimbingan dan
konseling.

Dapat diibaratkan seperti sebuah bangunan yang memerlukan pondasi yang


kuat dan tahan lama agar dapat berdiri kokoh. Jika pondasi bangunan tersebut tidak
kuat, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan runtuh.

Hal serupa berlaku dalam layanan bimbingan dan konseling, di mana kurangnya
pondasi atau dasar yang kokoh dapat mengakibatkan kerusakan pada layanan
tersebut, dengan dampak yang signifikan pada individu yang menerima layanan
(klien).

Secara umum, berdasarkan hasil studi dari berbagai sumber, terdapat enam
aspek utama yang menjadi dasar pengembangan layanan bimbingan dan konseling.
Aspek pertama adalah aspek filosofis, yang mencakup nilai-nilai dan prinsip-
prinsip yang mendasari praktik bimbingan dan konseling. Aspek kedua adalah
aspek religius, yang mengacu pada nilai-nilai agama dan keyakinan yang dapat
memengaruhi pendekatan dalam memberikan layanan. Aspek ketiga adalah aspek
psikologis, yang mencakup pemahaman tentang proses psikologis individu dan
perilaku manusia. Aspek keempat adalah aspek sosial budaya, yang
mempertimbangkan pengaruh budaya dan masyarakat dalam konteks bimbingan
dan konseling. Aspek kelima adalah aspek ilmiah dan teknologis, yang mencakup
penggunaan pengetahuan ilmiah dan teknologi terbaru dalam layanan. Terakhir,
aspek keenam adalah aspek pedagogis, yang mengacu pada metode dan pendekatan
dalam proses pembelajaran klien.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Landasan Filosofis?
2. Apa pengertian dari Landasan Religius?
3. Apa pengertian dari Landasan Psikologis?
4. Apa pengertian dari Landasan Sosial Budaya?
5. Apa pengertian dari Landasan Ilmiah dan Teknologi?
6. Apa pengertian dari Landasan Pedagogis?

C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang Landasan Filosofis.
2. Menjelaskan tentang Landasan Religius.
3. Menjelaskan tentang Landasan Psikologis.
4. Menjelaskan tentang Landasan Sosial Budaya.
5. Menjelaskan tentang Landasan Ilmiah dan Teknologi.
6. Menjelaskan tentang Landasan Pedagogis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. LANDASAN FILOSOFIS

Kata filosofis atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: Philos berarti cinta dan
sophos berarti bijaksana, jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan.
Secara pribadi mengartikan filsafat sebagai suatu “usaha manusia untuk
memperoleh pandangan atau konsepsi tentang segala yang ada, dan apa makna
hidup manusia dialam semesta ini”.1

Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berpikir dan mempergunakan


ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya, manusia juga belajar mengatasi
masalah-masalah yang dihadapinya, semua itu terjadi berkat individu tersebut telah
belajar dari apa yang telah dilihat dan didengarnya.

Selain itu manusia juga disebut makhluk, ditinjau dari Islam pengertian
makhluk ini memberikan pemahaman bahwa ia terikat pada Khaliknya atau
Penciptanya, yaitu keterikatan sebagaimana menjadi dasar penciptaan manusia itu
sendiri. Manusia juga makhluk yang tertinggi dan termulia derajatnya dan paling
indah di antara segenap makhluk ciptaan Sang Pencipta. Maka dari itu manusia
bisa dijadikan pemimpin bagi makhluk lainnya. Apabila manusia memiliki
ketidaksempurnaan dan kelemahan maka akan terjadi pembalikan dari yang
tertinggi derajatnya menjadi yang terendah derajatnya.2

B. LANDASAN RELIGIUS
a. Manusia sebagai Makhluk Allah

Manusia, dalam keyakinan kita, adalah ciptaan Allah yang unik, dilengkapi
dengan berbagai sisi kemanusiaan. Namun, sangat penting untuk tidak
mengabaikan sisi-sisi ini agar tidak mengarah pada dampak negatif. Oleh karena

1
Syamsul Yusuf dan A. Juntika Narihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung:
Remaja Rosdakarnya, 2006), hal. 106.
2
Sutirna, Bimbingan dan Konseling Pendidikan Formal, Nonformal dan Informal. (Yogyakarta:
CV.Andi Offset, 2013), hal. 36-38.

3
itu, perlu adanya bimbingan yang bijaksana untuk mengarahkan sisi-sisi
kemanusiaan ini ke hal-hal yang positif dalam kehidupan.

b. Sikap Keberagamaan

Sikap keberagamaan yang seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat


memiliki peran penting dalam pandangan kita. Pertama, agama harus dilihat
sebagai panduan utama dalam hidup, di mana nilai-nilai agama harus dipahami,
dihayati, dan dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, sikap keberagamaan
juga mencakup pengembangan ilmu pengetahuan sebagai upaya untuk menjaga
keseimbangan antara kehidupan di dunia dan kehidupan akhirat.

c. Peran Agama

Penggunaan unsur-unsur agama harus dilakukan dengan penuh pengertian,


tanpa paksaan, dan dengan menghormati kebebasan serta hak klien untuk membuat
keputusan sendiri. Dalam konteks ini, agama dapat berfungsi secara positif dalam
proses konseling dengan peran sebagai berikut:

1) Memelihara fitrah

2) Memelihara jiwa

3) Memelihara akal

4) Memelihara keturunan

Kita dapat mengidentifikasi beberapa aspek yang terkait dengan agama kita,
yaitu Islam. Ini mencakup keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta
adalah ciptaan Allah, serta bagaimana Islam mengajarkan prinsip-prinsip yang
harus diikuti dalam interaksi sosial dan kehidupan sehari-hari kita.3

C. LANDASAN PSIKOLOGIS

Landasan psikologis dalam bimbingan dan konseling merujuk pada pemahaman


tentang perilaku individu yang menjadi subjek layanan, yaitu klien. Dalam konteks
ini, kita melihat bahwa perilaku klien bisa berkisar dari yang sesuai dengan norma

3
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2004), hal. 135-180.

4
hingga perilaku yang berada di luar batas norma agama. Oleh karena itu, penting
untuk menghubungkan pemahaman ini dengan norma-norma yang sesuai dengan
ajaran Islam. Ketika seorang klien menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan
norma, langkah yang diperlukan adalah memberikan pemahaman mengenai akhlak
yang dianjurkan oleh Allah atau sebaliknya. Tujuannya adalah agar klien dapat
membuat keputusan sendiri dan memahami langkah yang harus diambil untuk masa
depan. Penting untuk diingat bahwa bidang bimbingan dan konseling berkaitan erat
dengan perubahan atau pengembangan perilaku klien yang diperlukan untuk
mengatasi masalah yang dihadapinya.4

Peserta didik, sebagai individu yang dinamis dan selalu berada dalam proses
perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika unik dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Mereka juga sering mengalami perubahan dalam sikap dan perilaku
mereka seiring waktu. Proses perkembangan ini tidak selalu berjalan secara linear
sesuai dengan norma yang diharapkan atau arah yang diinginkan. Sebaliknya,
perkembangan individu bersifat fluktuatif, dan dalam beberapa kasus, bisa
mengalami stagnasi atau bahkan ketidaklanjutan perkembangan. Ini menunjukkan
kompleksitas dalam memahami dan mendukung perkembangan peserta didik dalam
konteks pendidikan.

D. LANDASAN SOSIAL BUDAYA

Kebudayaan dalam konteks bimbingan timbul sebagai respons terhadap


meningkatnya kompleksitas dalam keadaan sosial masyarakat tempat individu
tersebut tinggal. Keadaan tersebut semakin rumit karena berbagai faktor yang
memengaruhinya, seperti perubahan dalam aspek keuangan, perkembangan sistem
pendidikan, dinamika dunia kerja, serta kemajuan dalam teknologi komunikasi, dan
sebagainya.

MC Daniel memandang bahwa setiap individu, sejak saat lahir, memiliki


tanggung jawab untuk memenuhi tuntutan bukan hanya dari segi biologis,
melainkan juga tuntutan budaya yang ada di lingkungannya. Tuntutan budaya ini

4
Ibid., hal. 170

5
mengharuskan individu untuk mengembangkan perilaku yang sesuai dengan
norma-norma yang berlaku dalam budaya tempat mereka tinggal.5

Pendapat Tolbert menekankan bahwa berbagai aspek sosial dan budaya, seperti
organisasi sosial, lembaga keagamaan, kelompok masyarakat, pribadi, keluarga,
politik, dan masyarakat secara keseluruhan, memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap sikap, peluang, dan gaya hidup individu. Faktor-faktor budaya yang
diperkenalkan oleh organisasi dan lembaga-lembaga ini memengaruhi keputusan
dan tindakan individu, termasuk tingkat pendidikan yang mereka harapkan, tujuan
karier, kegiatan rekreasi, dan kelompok sosial yang mereka ikuti.6

Dengan demikian, dalam konteks bimbingan dan konseling, sangat penting


untuk mempertimbangkan aspek sosial dan budaya ini dalam pelayanan. Ini
bertujuan untuk memastikan bahwa layanan yang diberikan dapat lebih efektif
dalam membantu individu mengatasi tantangan dan mencapai tujuan mereka dalam
konteks budaya yang mereka hadapi.

E. LANDASAN ILMIAH DAN TEKNOLOGI

Pelayanan bimbingan dan konseling adalah kegiatan profesional yang


mengandalkan landasan keilmuan yang kokoh. Keilmuan ini mencakup aspek-
aspek teoritis, pelaksanaan praktik, dan pengembangan layanan yang berkelanjutan.

Dalam kajian keilmuan bimbingan dan konseling, terdapat pemahaman yang


terstruktur dan sistematis mengenai bidang ini. Seperti ilmu-ilmu lainnya, ilmu
bimbingan dan konseling memiliki objek kajiannya sendiri, metode-metode yang
digunakan untuk mentransfer pengetahuan, serta kerangka konsep yang digunakan
dalam penyampaiannya. Objek kajian bimbingan dan konseling adalah upaya
pemberian bantuan kepada individu yang melibatkan empat fungsi utama, yaitu
pemahaman, pencegahan, penyelesaian masalah, dan pemeliharaan atau
pengembangan. Dalam menjelaskan konsep-konsep bimbingan dan konseling,
berbagai metode seperti observasi, wawancara, analisis dokumen (seperti riwayat

5
Ibid.
6
Ibid.

6
hidup atau laporan perkembangan), penelitian teks, buku teks, dan literatur ilmiah
lainnya digunakan sebagai wujud dari landasan keilmuan bimbingan dan konseling.

Bimbingan dan konseling adalah bidang ilmu yang bersifat multireferensial,


yang berarti mengambil referensi dari berbagai disiplin ilmu lainnya. Misalnya,
ilmu statistik dan evaluasi memberikan pemahaman serta teknik-teknik pengukuran
dan evaluasi karakteristik individu. Ilmu biologi memberikan wawasan tentang
aspek-aspek kehidupan fisik individu. Kolaborasi antara berbagai ilmu ini penting
dalam pengembangan teori dan praktik bimbingan dan konseling.

Pengembangan teori dan pendekatan dalam bimbingan dan konseling dapat


dimulai dari pemikiran dan refleksi, tetapi menjadi lebih lengkap dan teruji saat
juga memperhitungkan hasil penelitian lapangan. Penelitian memberikan bukti
empiris tentang kecocokan dan efektivitas dalam praktik bimbingan dan konseling.
Oleh karena itu, layanan bimbingan dan konseling akan terus berkembang dan
meningkat jika penelitian yang berkelanjutan dilakukan untuk menggali berbagai
aspek yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling.

F. LANDASAN PEDAGOGIS

Pendidikan merupakan institusi sosial yang universal dan memiliki peran


penting dalam mempertahankan struktur sosial yang ada.7

Pendidikan, pada dasarnya, merupakan usaha untuk mengembangkan individu


secara menyeluruh. Manusia hanya dapat mencapai potensi maksimalnya dan
berperan sesuai dengan tuntutan budaya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan,
individu akan kesulitan dalam mengembangkan aspek individualitas, kemampuan
sosialisasi, moralitas, dan keberagamaannya. Definisi dari Undang-Undang No. 2
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menegaskan bahwa pendidikan
adalah upaya sadar dan terencana untuk menciptakan lingkungan belajar dan proses
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengembangkan potensi mereka,
termasuk aspek spiritual, kendali diri, kepribadian, kecerdasan moral, serta

7
Abu Bakar M. Luddin, Dasar-dasar Konseling: Tinjauan Teori dan Praktek, (Bandung:
Citapustaka Media Peirntis, 2010), hal. 29.

7
keterampilan yang berguna bagi diri mereka sendiri, masyarakat, bangsa, dan
negara.

Selanjutnya, bimbingan dan konseling menjadi inti dalam proses pembelajaran


pendidikan. Bimbingan dan konseling berfungsi untuk mengembangkan proses
belajar yang dijalani oleh klien-kliennya. Proses ini berfokus pada pemahaman diri
yang lebih dalam, pengembangan pemahaman yang efektif, serta pembentukan
berbagai keterampilan baru. Melalui konseling, klien memperoleh keterampilan
dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, perubahan perilaku, tindakan,
dan peningkatan sikap. Ini merupakan bagian integral dalam pertumbuhan dan
perkembangan pribadi individu.

Terakhir, pendidikan lebih lanjut juga menjadi tujuan inti dalam bimbingan dan
konseling. Selain memperkuat tujuan-tujuan pendidikan, bimbingan dan konseling
juga mendukung proses pendidikan secara keseluruhan. Program-program
bimbingan dan konseling mencakup berbagai aspek perkembangan individu,
terutama yang berkaitan dengan kematangan dalam karier, kematangan pribadi dan
emosional, serta kematangan sosial. Semua ini relevan untuk peserta didik di
tingkat pendidikan dasar dan menengah. Hasil dari bimbingan dan konseling di
berbagai bidang ini memberikan kontribusi positif terhadap kesuksesan proses
pendidikan secara keseluruhan. Sebagai bagian integral dari pendidikan, bimbingan
dan konseling memiliki peran yang penting dalam mencapai kesuksesan pendidikan
di sekolah.8

8
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2013), hal. 11.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
➢ Landasan filosofis, dalam landasan ini manusia merupakan makhluk

rasional yang mampu berpikir dan mempergunakan ilmu untuk

meningkatkan perkembangan dirinya, manusia juga belajar mengatasi

masalah-masalah yang dihadapinya, semua itu terjadi berkat individu

tersebut telah belajar dari apa yang telah dilihat dan didengarnya.

➢ Landasan religious, agama harus dilihat sebagai panduan utama dalam

hidup, di mana nilai-nilai agama harus dipahami, dihayati, dan dijalankan

dalam kehidupan sehari-hari. Ini mencakup keyakinan bahwa manusia dan

seluruh alam semesta adalah ciptaan Allah, serta bagaimana Islam

mengajarkan prinsip-prinsip yang harus diikuti dalam interaksi sosial dan

kehidupan sehari-hari kita.

➢ Landasan psikologis, Dalam konteks ini, kita melihat bahwa perilaku klien

bisa berkisar dari yang sesuai dengan norma hingga perilaku yang berada di

luar batas norma agama. Oleh karena itu, penting untuk menghubungkan

pemahaman ini dengan norma-norma yang sesuai dengan ajaran Islam.

➢ Landasan sosial budaya, Kebudayaan dalam konteks bimbingan timbul

sebagai respons terhadap meningkatnya kompleksitas dalam keadaan sosial

masyarakat tempat individu tersebut tinggal. Keadaan tersebut semakin

rumit karena berbagai faktor yang memengaruhinya, seperti perubahan

dalam aspek keuangan, perkembangan sistem pendidikan, dinamika dunia

kerja, serta kemajuan dalam teknologi komunikasi, dan sebagainya. Faktor-

faktor budaya yang diperkenalkan oleh organisasi dan lembaga-lembaga ini

9
memengaruhi keputusan dan tindakan individu, termasuk tingkat

pendidikan yang mereka harapkan, tujuan karier, kegiatan rekreasi, dan

kelompok sosial yang mereka ikuti.

➢ Landasan ilmiah dan teknologi, Pengembangan teori dan pendekatan dalam

bimbingan dan konseling dapat dimulai dari pemikiran dan refleksi, tetapi

menjadi lebih lengkap dan teruji saat juga memperhitungkan hasil penelitian

lapangan. Penelitian memberikan bukti empiris tentang kecocokan dan

efektivitas dalam praktik bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, layanan

bimbingan dan konseling akan terus berkembang dan meningkat jika

penelitian yang berkelanjutan dilakukan untuk menggali berbagai aspek

yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling.

➢ Landasan pedagogis, Pendidikan, pada dasarnya, merupakan usaha untuk

mengembangkan individu secara menyeluruh. Manusia hanya dapat

mencapai potensi maksimalnya dan berperan sesuai dengan tuntutan budaya

melalui pendidikan. Tanpa pendidikan, individu akan kesulitan dalam

mengembangkan aspek individualitas, kemampuan sosialisasi, moralitas,

dan keberagamaannya.

B. Saran

Memahami landasan-landasan dalam bimbingan dan konseling yang kokoh

merupakan bentuk tumpuan untuk terciptanya layanan bimbingan dan konseling

yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan. Dengan adanya makalah ini

diharapkan kepada teman-teman mahasiswa, agar dapat meningkatkan pemahaman

tentang Bimbingan dan Konseling.

10
Dengan keterbatasan pemikiran dan sumber materi yang menjadi acuan dalam

pembuatan makalah ini maka kami harapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dalam penyusunan makalah selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Luddin, Abu Bakar M. (2010). Dasar-dasar Konseling: Tinjauan Teori dan


Praktek. Bandung: Citapustaka Media Peirntis.

Prayitno dan Erman Amti. (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta
: PT Rineka Cipta.

Sutirna. (2013). Bimbingan dan Konseling Pendidikan Formal, Nonformal dan


Informal. Yogyakarta: CV.Andi Offset.

Tohirin. (2013). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis


Integrasi). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Yusuf, Syamsul dan A. Juntika Narihsan. (2006). Landasan Bimbingan dan


Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarnya.

12

Anda mungkin juga menyukai