Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BIMBINGAN DAN KONSELING

NAMA:
1. Elwin Dermawan Samosir (1203311039)
2.Frendy (1221111061)
3. John Arios Aritonang (1222111002)
4. Yufema Laia (1223111047)

DOSEN PENGAMPU : Dr. Nuraini, M.S


MATA KULIAH : Dasar-dasar Bimbingan Konseling

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-Nya lah
tugas ini dapat di selesaiakan dengan baik . Penyusunan makalah ini merupakan salah satu
persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Dasar-dasar Bimbingan
Konseling yang diberikan oleh Ibu dosen Dr. Nuraini, M.S

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Bahkan tidak hanya itu, kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
penulis dan pembaca dapat mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kami sadar masih banyak kekurangan didalam penyusunan makalah ini, karena
keterbatasan pengetahuan serta pengalaman kami. Untuk itu kami begitu mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 05 September 2022

Penulis

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
LANDASAN-LANDASAN BIMBINGAN KONSELING................................................................4
1.1 Landasan Filosofis.....................................................................................................................4
1.2 Landasan Religius.....................................................................................................................4
1.3 Landasan Psikologis..................................................................................................................5
1.4 Landasan Sosial Budaya...........................................................................................................6
1.5 Ladasan Ilmiah Dan Teknologis...............................................................................................7
1.6 Landasan Pedagogis..................................................................................................................8
BAB II................................................................................................................................................11
MASALAH........................................................................................................................................11
METODOLGI PENELITIAN..........................................................................................................12
BAB IV...............................................................................................................................................13
PEMBAHASAN.................................................................................................................................13
BAB V.................................................................................................................................................15
KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................16

2
PENDAHULUAN

Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia.
Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan
secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang
didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang
jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam tataran
teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta mampu
memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien).

Agar aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tidak terjebak dalam berbagai bentuk
penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak, khususnya pihak para penerima jasa layanan
(klien) maka pemahaman dan penguasaan tentang landasan bimbingan dan konseling khususnya oleh
para konselor tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi dan menjadi mutlak adanya.

Berbagai kesalahkaprahan dan kasus malpraktek yang terjadi dalam layanan bimbingan dan
konseling selama ini, seperti adanya anggapan bimbingan dan konseling sebagai “polisi sekolah”, atau
berbagai persepsi lainnya yang keliru tentang layanan bimbingan dan konseling, sangat mungkin
memiliki keterkaitan erat dengan tingkat pemahaman dan penguasaan konselor tentang landasan
bimbingan dan konseling. Dengan kata lain, penyelenggaraan bimbingan dan konseling dilakukan
secara asal-asalan, tidak dibangun di atas landasan yang seharusnya.

Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang landasan bimbingan dan
konseling, khususnya bagi para konselor, melalui makalah ini akan dipaparkan tentang beberapa
landasan yang menjadi pijakan dalam setiap gerak langkah bimbingan dan konseling yang dalam hal
ini akan dibahas dua landasan yaitu landasan ilmiah dan teknologi serta landasan pedagogis.

3
BAB I

LANDASAN-LANDASAN BIMBINGAN KONSELING

1.1 Landasan Filosofis


Kata filosofis atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: Philos berarti cinta dan sophos
berarti bijaksana, jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan. Sikun pribadi
mengartikan filsafat sebagai suatu “usaha manusia untuk memperoleh pandangan atau
konsepsi tentang segala yang ada, dan apa makna hidup manusia dialam semesta ini”.
Filsafat mempunyai fungsi dalam kehidupan manusia, yaitu bahwa :
1) Setiap manusia harus mengambil keputusan atau tindakan,
2) Keputusan yang diambil adalah keputusan diri sendiri
3) Dengan berfilsafat dapat mengurangi salah paham dan konflik, dan
4) Untuk menghadapi banyak kesimpangsiuran dan dunia yang selalu berubah.
Dengan berfilsafat seseorang akan memperoleh wawasan atau cakrawala pemikiran
yang luas sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat John J. Pietrofesa et. al. (1980)
mengemukakan pendapat James Cribin tentang prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan
sebagai berikut:
a. Bimbingan hendaknya didasarkan kepada pengakuan akan kemuliaan dan harga diri
individu dan hak-haknya untuk mendapat bantuannya.
b. Bimbingan merupakan proses yang berkeseimbangan
c. Bimbingan harus Respek terhadap hak-hak klien
d. Bimbingan bukan prerogatif kelompok khusus profesi kesehatan mental
e. Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi dirinya
f. Bimbingan merupakan bagian dari pendidikan yang bersifat individualisasi dan sosialisasi

4
1.2 Landasan Religius
Dalam landasan religius BK diperlukan penekanan pada 3 hal pokok:
a. Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah Mahluk tuhan
b. Sikap yang mendorong perkembangan dan peri kehidupan manusia berjalan ke arah
dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama
c. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal
suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-
kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu
Landasan Religius berkenaan dengan :
1. Manusia sebagai Mahluk Tuhan
Manusia adalah Mahluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi
kemanusiaan tersebut tidak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu
adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal
positif.
2. Sikap Keberagamaan
Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari
sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu
sendiri, agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus
diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari
penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.
3. Peranan Agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan
dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan
sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama
sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi :
a. Memelihara fitrah
b. Memelihara jiwa
c. Memelihara akal
d. Memelihara keturunan (John)

5
1.3 Landasan Psikologis

Landasan psikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah laku


individu yang menjadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan
bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau
dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang
psikologi perlu dikuasai, yaitu tentang:
1. Motif dan motivasi
2. Pembawaan dasar dan lingkungan
3. Perkembangan individu
4. Belajar, balikan dan penguatan
5. Kepribadian (Yufema)

1.4 Landasan Sosial Budaya


Kebudayaan akan bimbingan timbul karena terdapat faktor yang menambah rumitnya
keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor tersebut seperti perubahan
kontelasi keuangan, perkembagan pendidikan, dunia-dunia kerja, perkembangan komunikasi
dan lain – lain. Individu sebagai Produk Lingkungan Sosial Budaya, MC Daniel memandang
setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya tuntutan biologisnya, tetapi juga
tuntutan budaya di tempat ia hidup, tuntutan Budaya itu menghendaki agar ia
mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat diterima
dalam budaya tersebut.
Tolbert memandang bahwa organisasi sosial, lembaga keagamaan, kemasyarakatan,
pribadi, dan keluarga, politik dan masyarakat secara menyeluruh memberikan pengaruh yang
kuat terhadap sikap, kesempatan dan pola hidup warganya. Unsur-unsur budaya yang
ditawarkan oleh organisasi dan budaya lembaga-lembaga tersebut mempengaruhi apa yang
dilakukan dan dipikirkan oleh individu, tingkat pendidikan yang ingin dicapainya, tujuan-
tujuan dan jenis-jenis pekerjaan yang dipilihnya, rekreasinya dan kelompok-kelompok yang
dimasukinya. Bimbingan konseling harus mempertimbangkan aspek sosial budaya dalam
pelayanannya agar menghasilkan pelayanan yang lebih efektif.
Bimbingan dan konseling antara budaya menurut Pedersen, dkk ada 5 macam sumber
hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi non verbal, stereotip, kecenderungan
menilai, dan kecemasan Perbedaan dalam latar belakang ras atau etnik, kelas sosial ekonomi
dan pola bahasa menimbulkan masalah dalam hubungan konseling.

Beberapa Hipotesis yang dikemukakan Pedersen dkk (1976) tentang berbagai aspek
konseling budaya antara lain:

6
- Makin besar kesamaan harapan tentang tujuan konseling antara budaya pada diri konselor
dan klien maka konseling akan berhasil
- Makin besar kesamaan permohonan tentang ketergantungan, komunikasi terbuka, maka
makin efektif konseling tersebut
- Makin sederhana harapan yang diinginkan oleh klien maka makin berhasil konseling
tersebut
- Makin bersifat personal, penuh suasana emosional suasana konseling antar budaya makin
memudahkan konselor memahami klien.
- Keefektifan konseling antara budaya tergantung pada kesensitifan konselor terhadap proses
komunikasi
- Keefektifan konseling akan meningkat jika ada latihan khusus serta pemahaman terhadap
permasalahan hidup yang sesuai dengan budaya tersebut.
- Makin klien kurang memahami proses konseling makin perlu konselor /program konseling
antara budaya memberikan pengarahan tentang proses ketrampilan berkomunikasi,
pengambilan keputusan dan transfer.(Frendy)

1.5 Ladasan Ilmiah Dan Teknologis


Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki
dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan kegiatannya,
maupun pengembangan-pengembangan layanan itu secara berkelanjutan.
1.5.1 Keilmuan Bimbingan dan Konseling
Ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan
konseling yang tersusun secara logis dan sistematik. Sebagai layaknya ilmu-ilmu yang lain,
ilmu bimbingan dan konseling mempunyai obyek kajiannya sendiri, metode pengalihan
pengetahuan yang menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika pemaparannya.
Obyek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang diberikan kepada
individu yang mengacu pada ke-4 fungsi pelayanan yakni fungsi pemahaman, pencegahan,
pengentasan dan pemeliharaan/ pengembangan. Dalam menjabarkan tentang bimbingan dan
konseling dapat digunakan berbagai cara/ metode, seperti pengamatan, wawancara, analisis
document (Riwayat hidup, laporan perkembangan), prosedur teks penelitian, buku teks, dan
tulisan-tulisan ilmiah lainnya mengenai obyek kajian bimbingan dan konseling merupakan
wujud dari keilmuan bimbingan dan konseling.
1.5.2 Peran Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat multireferensial, artinya ilmu
dengan rujukan berbagai ilmu yang lain. Misalnya ilmu statistik dan evaluasi memberikan
pemahaman dan teknik - teknik. Pengukuran dan evaluasi karakteristik individu; biologi
memberikan pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu. Hal itu sangat penting
bagi teori dan praktek bimbingan dan konseling.

7
1.5.3 Pengembangan Bimbingan Konseling Melalui Penelitian
Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling boleh jadi dapat
dikembangkan melalui proses pemikiran dan perenungan, namun pengembangan yang lebih
lengkap dan teruji di dalam praktek adalah apabila pemikiran dan perenungan itu
memperhatikan pula hasil-hasil penelitian di lapangan. Melalui penelitian suatu teori dan
praktek bimbingan dan konseling menemukan pembuktian tentang ketepatan/ keefektifan di
lapangan. Layanan bimbingan dan konseling akan semakin berkembang dan maju jika
dilakukan penelitian secara terus menerus terhadap berbagai aspek yang berhubungan dengan
BK.

1.6 Landasan Pedagogis


Bimbingan dan konseling itu identik dengan pendidikan. Artinya ketka seseorang
melakukan praktik bimbingan dan konseling berarti ia sedang mendidik., dan begitupula
sebaliknya. Pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi
sebagai sarana reproduksi sosial ( Budi Santoso, 1992)

 Landasan pedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi,
yaitu:

1.6.1 Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu dan Bimbingan merupakan bentuk
upaya pendidikan

 Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi manusia hanya akan
dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa
pendidikan, bagi manusia yang telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan
dimensi keindividualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya.

Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat (1)
ditegaskan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

8
Tujuan bimbingan dan konseling tidak boleh menyimpang dengan tujuan pendidikan
nasional, yakni yang terdapat dalam Undang-Undang No. 20/2003 juga, disebutkan bahwa :

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia


Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.

Integrasi bimbingan dan konseling dengan pendidikan juga tampak dari dimasukkannya
secara berkesinambungan berbagai program pelayanan bimbingan dan konseling ke dalam
program-program sekolah.

1.6.2  Pendidikan sebagai inti Proses Bimbingan Konseling

Indikator utama yang menandai adanya pendidikan ialah peserta didik yang terlibat di
dalamnya menjalani proses belajar  dan kegiatan bimbingan konseling bersifat normatif.

Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh klien-
kliennya. Kesadaran ini telah tampil sejak pengembangan gerakan Bimbingan dan Konseling
secara meluas di Amerika Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan Bahwa
Bimbingan dan Konseling adalah proses yang berorientasi pada belajar……, belajar untuk
memahami lebih jauh tentang diri sendiri, belajar untuk mengembangkan dan merupakan
secara efektif berbagai pemahaman.. (dalam Belkin, 1975). Lebih jauh, Nugent (1981)
mengemukakan bahwa dalam konseling klien mempelajari ketrampilan dalam pengambilan
keputusan. Pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta sikap-sikap baru . Dengan
belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang baru bagi dirinya; dengan memperoleh
hal-hal baru itulah klien berkembang.

9
1.6.3 Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan Bimbingan tujuan dan konseling

Bimbingan dan konseling mempunyai tujuan khusus ( jangka pendek ) dan tujuan
umum ( jangka panjang ). Mengutip pendapat Crow and Crow, Prayitno dan Erman Amti
menyatakan bahwa tujuan khusus dalam pelayanan bimbingan dan konseling ialah membantu
individu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, sedangkan tujuan umumnya ialah
bimbingan itu sendiri.

Tujuan Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat tujuan-tujuan pendidikan,


juga menunjang proses pendidikan pada umumnya. Hal itu dapat dimengerti karena program-
program bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu,
khususnya yang menyangkut kawasan kematangan pendidikan karier, Kematangan personal
dan emosional, serta kematangan sosial, semuanya untuk peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (Borders dan Drury, 1992).
Hasil-hasil bimbingan dan konseling pada kawasan itu menunjang keberhasilan pendidikan
pada umumnya. (Elwin)

10
BAB II

MASALAH

Problematika utama dalam pelaksanaan BK di dunia pendidikan juga disebabkan


adanya kekeliruan pandangan. Berikut ini beberapa kekeliruan pandangan BK dalam
pendidikan 

2.1 Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk siswa tertentu saja.
2.2 Bimbingan dan konseling hanya sebagai pelengkap kegiatan pendidikan.
2.3 Guru bimbingan dan konseling disekolah adalah “polisi sekolah”. (John&Frendy)

11
BAB III

METODOLGI PENELITIAN

3.1 Penelitian Survei lapangan


Survei ini bertujuan untuk mendapatkan hasil berdasarkan pandangan para
massyarakat sekolah mengenai bk

3.2 Melakukan analisis dan perbandingan beberapa artikel mengenai BK


Analisis dan perbandingan ini bertujuan untuk medapatkan data ayang akurat dan
memiliki jangkauan yang lebih luas

3.3. Melakukan survei jurnal


Survei jurnal dilakukan untuk mendapatkan informasi yang terpercaya dari orang-
orang yang telah pernah atau berpengalaman dalam melakukan penelitian mengenai
BK(Elwin&Yufema)

12
BAB IV

PEMBAHASAN

Masalah-masalah yang melingkupi pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah


begitu beragam sehingga alternative pemecahan masalah tersebut harus sesuai dengan
masalahnya. Menurut pandangan Nurul Muallifah dkk, beberapa tema masalah yang ada
disekolah yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbinga konseling diantaranya adalah:

2.1 Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk siswa tertentu saja.
Bimbingan dan konseling tidak hanya diperuntukan pada siswa
yang bermasalahan atau siswa yang memiliki kelebihan tertentu saja, namun, bimbingan dan
konseling harus melayani seluruh siswa. Setiap siswa berhak dan mendapat kesempatan
pelayanan yang sama,melalui berbagai bentuk pelayanan bimbingan dan konseling yang
tersedia.Masalah utama yang dihadapi BK saat ini adalah timbulnya persepsipersepsi keliru
dari beberapa kalangan akan arti dan hakikat bimbingan dan konseling. Langkah selanjutnya
adalah mengubah persepsi kalangan tersebut agar sesuai hakikat bimbingan dan konsling itu
sendiri. Hal ini tentunnya dengan cara pemberian materi yang lebih baik kepada konselor
agar para konselor benar-benar memahami hakikat dari BK, yang kemudian menindak lanjuti
dengan bersosialisasi kepada masyarakat. (John)

2.2 Bimbingan dan konseling hanya sebagai pelengkap kegiatan pendidikan.


Ada sebagian orang berpendapat bahwa bimbingan dan konseling hanyalah
pelengkap dalam pendidikan sehingga sekolah tidak perlu lagi bersusah payah
menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling. Karena dianggap sudah implicit
dalam pendidikan itu sendiri. Cukup mantapkan saja pengajaran sebgai pelaksana nyata dari
pendidikan. Mereka sama sekali tidak melihat arti penting bimbingan dan konseling di
sekolah. Kendati begitu, bukan berarti BK dan pendidikan harus dipisahkan. Pada hakikatnya
dua unsur ini saling membutuhkan dan saling melengkapi. Bimbingan dan konseling
memiliki derajat dan tujuan yang sama dengan pelayanan pendidikan, yaitu mengantarkan
para siswa untuk memperoleh perkembangan diri yang optimal. Perbedaanya hanya terletak
dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, yang masing-masing memiliki karakteristik tugas,
dan fungsi yang khas dan berbeda.

2.3 Guru bimbingan dan konseling disekolah adalah “polisi sekolah”.


Masih banyak yang beranggapan bahwa bimbingan dan konseling adalah “polisi
sekolah”. Hal ini disebabkan pihak sekolah sering menyerahkan sepenuhnya masalah

13
pelanggaran kedisiplinan dan peraturan sekolah lainnya kepada guru bimbingan konseling.
Bahkan, banyak guru BK yang diberi wewenang sebagai eksekutor bagi siswa yang
bermasalah. Dengan demikian, banyak sekali kita temukan disekolah-sekolah yang
menganggap guru BK sebagai guru yang “killer” (ditakuti). Guru bk bukan untuk ditakuti,
tetapi untuk disegani, dicintai, dan diteladani. Jika kita analogikan dengan dunia hokum,
konselor harus mempu berperan sebagai pengacara, yang bertindak sebagai sahabat
kepercayaan, tempat mencurahkan isi hati dan pikiran. Konselor adalah kawan
pengiring, petunjuk jalan, pemberi informasi, pembangun kekuatan dan Pembina perilaku-
perilaku positif yang dikehendaki sehingga siapapun yang berhubungan dengan bimbingan
konseling akan memperoleh suasana sejuk dan memberik harapan.
Kendati demikian, konselor juga tdak bisa membela/memlindungi siswa yang
memang jelas bermasalah. Konselor hanya boleh menjadi jaminan penangguhan
hukuman/pemaafan baginya. Siswa yang salah, tetaplah salah. Hukuman boleh saja tidak
diberikan, bergantung pada besar kecilnya masalah.(Elwin)

14
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Sebagai sebuah layanan profesional, bimbingan dan konseling harus dibangun di atas
landasan yang kokoh. Landasan bimbingan dan konseling yang kokoh merupakan tumpuan
untuk terciptanya layanan bimbingan dan konseling yang dapat memberikan manfaat bagi
kehidupan. beberapa landasan bimbingan dan konseling, yaitu Landasan filosofis, landasan
religius, landasan psikologi, landasan sosial budaya, landasan ilmiah dan teknologi, serta
landasan pedagogis.

Dari beberapa masalah di bab II dan yang sudah kami bahas di bab IV dapati disimpul
kan masih banyaknya kekeliruan dalam massyarakat dan sekolah mengenai bimbingan
konseling, kekeliruan pandangan serta pemikiran mengenai bimbingan dan konseling ini
yang menjadi akar dari masalah-masalah di atas tanpa disadari bahwa bimbingan konseling
memiliki manfaat yang cukup besar dalam ranah dunia pendidikan, bimbingan konseling iukt
ambil bagian sebagai waadah untuk para siswa sebagai wadah untuk membantu siswa
mengembangkan potensi dalam dirinyamenuju kemandirian, selain itu bimbingan dan
konseling juga berfungsi memberikan pemahaman, pencegahan, pengatasan, serta
pemeliharaan dan pegembangan siswa dan sekolah.

15
5.2 Saran
Untuk mengatasi masalah-masalah diatas dapatdilakukan dengan memberikan fasilitas
yang layak untuk guru bimbingan konseling karena banyak ditemui ruangan BK selalu
terpojok disekolah sehingga tidak menarik perhatian siswa, dan perlu nya sebuah
pembaharuan mengenai guru BK dimana guru BK hanya berfokus pada BK saja bukan
kepada hal-hal di luar BK agar BK dapat berjalan secara efisien disekolah.
Kegiatan yang dapat dihasil kan dari saran diatas adalah melakukan konseling secara
teratur atau terjadwal di setiap kelas dengan rentang waktu tertentu, ini dapat menjadi salah
satu metode pendekatan dari guru BK sehingga guru BK tidak dianggap sebagai atasan
melainkan teman bagi para siswa yang mendampingi bukan mengawasi, dengan demikian
perlahan para siswa akan mulai terbuka dengan guru BK sehingga guru BK dapat melihat
potensi sianak tersebut dan memberikan bimbingan sesuai sengan apa yang menjadi
kegemaran dan keahlian si anak tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Pres, 2005). Tohirin, Bimbingan dan


konseling disekolah dan madrasah berbasis intregasi (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007). Mappiare, Andi, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Surabaya:
Usana Offset Printing, 2008). acadeia.com, pentingnya BK disekolah (2021). Blogspot.com,
kekeliruan dalam massyarakat mengenai BK(2022)

17

Anda mungkin juga menyukai