Anda di halaman 1dari 11

LANDASAN BIMBINGAN KONSELING

Dosen Pengampu : Drs. Joko Sarjono, MSI

Disusun Oleh :

1. Alfian Hidayatulloh (211005219)

2. Fatihah Ummu Azzahro (211005211)

FAKULTAS TARBIYAH

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

INSTITUT ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM SURAKARTA

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan
inayah-Nya kami dapat menyelasaikan penyusunan makalah yang berjudul “Landasan
Bimbingan dan Konseling”. Makalah ini di susun dengan maksud untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Dalam Penulisan makalah ini penulis
merasa masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita maupun masyarakat.

Sukoharjo,11 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Landasan Filosofis......................................................................... 3
B. Landasan Historis ......................................................................... 5
C. Lamdasan Religius ....................................................................... 6
D. Landasan Psikologis ..................................................................... 7
E. Landasan Sosial Budaya ............................................................... 8
F.. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ................................. 9
G. Landasan Pedagogis ..................................................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 13
B. Daftar Pustaka .............................................................................. 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakikatnya merupakan faktor-
faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku
pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat
sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi
yang kuat dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang
kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula,
dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau
landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan
dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang
dilayaninya.

B. Perumusan Masalah
1. Apa saja landasan yang digunakan dalam bimbingan dan konseling?
2. Bagaimanakah implikasi landasan-landasan tersebut dalam bimbingan dan
konseling?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman atau
pengetahuan tentang landasan-landasan apa saja yang digunakan dalam bimbingan
dan konseling dan implikasinya terhadap penerapan BK itu sendiri.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan dalam Bimbingan dan Konseling


1. Landasan Filosofis
Kata filosofis atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: Philos berarti cinta dan
sophos berarti bijaksana, jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan.
Filsafat mempunyai fungsi dalam kehidupan manusia, yaitu bahwa :
a. Setiap manusia harus mengambil keputusan atau tindakan,
b. Keputusan yang diambil adalah keputusan diri sendiri
c. Dengan berfilsafat dapat mengurangi salah paham dan konflik, dan
d. Untuk menghadapi banyak kesimpangsiuran dan dunia yang selalu
berubah.
Para penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson
&Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat
manusia sebagai berikut :
· Manusia adalah makhluk rasional
· Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri
khususnya melalui pendidikan.
· Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk
· Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual
· Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya
· Manusia adalah unik
· Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-
pilihan yang menyangkut perilaku kehidupannya sendiri.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling
diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor
dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya
sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.

2. Landasan Historis
a. Sekilas tentang sejarah bimbingan dan konseling
Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia melalui
sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu dapat ditelusuri dari masyarakat
yunani kuno. Mereka menekankan upaya-upaya untuk mengembangkan dan menguatkan
individu melalui pendidikan. Plato dipandang sebagan koselor Yunani Kuno karena dia telah
menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah pemahaman psikologis individu seperti
menyangkut aspek isu-isu moral, pendidikan, hubungan dalam masyarakat dan teologis.

b. Perkembangan layanan bimbingan di Indonesia

5
Layanan BK di industri Indonesia telah mulai dibicarakan sejak tahun 1962. ditandai
dengan adanya perubahan sistem pendidikan di SMA yakni dengan adanya program
penjurusan, program penjurusan merupakan respon akan kebutuhan untuk menyalurkan siswa
kejurusan yang tepat bagi dirinya secara perorangan. Puncak dari usaha ini didirikan jurusan
Bimbingan dan penyuluhan di Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Negeri, salah satu yang
membuka jurusan tersebut adalah IKIP Bandung (sekrang berganti nama Universitas
Pendidikan Indonesia). Dengan adanya gagasan sekolah pembangunan pada tahun
1970/1971, peranan bimbingan kembali mendapat perhatian. Gagasan sekolah pembangunan
ini dituangkan dalam program sekolah menengah pembangunan persiapan, yang berupa
proyek percobaan dan peralihan dari sistem persekolahan Cuma menjadi sekolah
pembangunan.
Sistem sekolah pembangunan tersebut dilaksanakan melalui proyek pembaharuan
pendidikan yang dinamai PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) yang diujicobakan
di 8 IKIP. Badan pengembangan pendidikan berhasil menyusun 2 naskah penting yakni
dengan pola dasar rencana-rencana pembangunan program Bimbingan dan penyuluhan
melalui proyek-proyek perintis sekolah pembangunan dan pedoman operasional pelayanan
bimbingan pada PPSP.
Secara resmi BK di programkan disekolah sejak diberlakukan kurikulum 1975, tahun
1975 berdiri ikatan petugas bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang.
Penyempurnaan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir di
dalamnya. Selanjutnya UU No. 0/1989 tentang Sisdiknas membuat mantap posisi bimbingan
dan konseling yang kian diperkuat dengan PP No. 20 Bab X Pasal 25/1990 dan PP No. 29
Bab X Pal 27/1990 yang menyatakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan
kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan
merencanakan masa depan.
Perkembangan BK di Indonesia semakin mantap dengan berubahnya 1 PBI menjadi
ABKIN (Asuransi Bimbingan dan Konseling Indonesia) tapa tahun 2001.

3. Landasan Religius
Dalam landasan religius BK diperlukan penekanan pada 3 hal pokok:
a. Keyakinan bahwa mnusia dan seluruh alam adalah mahluk Tuhan
b. Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan
sesuai dengan kaidah-kaidah agama
c. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan
perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk
membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu

Landasan Religius berkenaan dengan :


a. Manusia sebagai Mahluk Tuhan
Manusia adalah mahluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan.

b. Sikap Keberagamaan
Menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagaman.
Sikap keberagaman tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus

6
dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi dan
diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang
kehidupan dunia dan akhirat.
c. Peranan Agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan
tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan
sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama
sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi :
a. Memelihara fitrah
b. Memelihara jiwa
c. Memelihara akal
d. Memelihara keturunan

4. Landasan Psikologis
Landasan psikologis dalam BK memberikan pemahaman tentang tingkah laku
individu yang menjadi sasaran (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan
bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau
dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi
perlu dikuasai, yaitu tentang:
1. Motif dan motivasi
2. Pembawaan dasar dan lingkungan
3. Perkembangan individu
4. Belajar
5. Kepribadian

5. Landasan Sosial Budaya


Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman
kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang
mempengaruhi terhadap perilaku individu. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-
budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya.
Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien,
yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda.
Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang
mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a)
perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan
(e) kecemasan. Agar komunikasi sosial antara konselor dengan klien dapat terjalin harmonis,
maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi.
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya (2006)
mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan
konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural
seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat
bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling

7
hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu
mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik.

6. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)


Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki
dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang
bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai
metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, yang dituangkan
dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat “multireferensial”. Beberapa disiplin
ilmu lain telah memberikan sumbangan bagi perkembangan teori dan praktek bimbingan dan
konseling, seperti : psikologi, ilmu pendidikan, statistik, evaluasi, biologi, filsafat, sosiologi,
antroplogi, ilmu ekonomi, manajemen, ilmu hukum dan agama. Beberapa konsep dari
disiplin ilmu tersebut telah diadopsi untuk kepentingan pengembangan bimbingan dan
konseling, baik dalam pengembangan teori maupun prakteknya. Pengembangan teori dan
pendekatan bimbingan dan konseling selain dihasilkan melalui pemikiran kritis para ahli,
juga dihasilkan melalui berbagai bentuk penelitian.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer,
sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan dan
konseling. Menurut Gausel (Prayitno, 2003) bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa
komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling pendidikan. Moh. Surya
(2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer interaksi
antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui
hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya)
melalui internet, dalam bentuk “cyber counseling”. Dikemukakan pula, bahwa perkembangan
dalam bidang teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam
penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.
Dengan adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, maka peran konselor didalamnya
mencakup pula sebagai ilmuwan sebagaimana dikemukakan oleh McDaniel (Prayitno, 2003)
bahwa konselor adalah seorang ilmuwan. Sebagai ilmuwan, konselor harus mampu
mengembangkan pengetahuan dan teori tentang bimbingan dan konseling, baik berdasarkan
hasil pemikiran kritisnya maupun melalui berbagai bentuk kegiatan penelitian.

7. Landasan Pedagogis
Bimbingan dan konseling identik dengan pendidikan. Artinya, ketika seseorang
melakukan praktik bimbingan dan konseling berarti ia sedang mendidik, dan begitu pula
sebaliknya. Pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi
sebagai sarana reproduksi sosial ( Budi Santoso, 1992)
Landasan pedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu:
a. Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu
Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang
telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan dimensi ke individualannya,
kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya.

8
b. Pendidikan sebagai inti proses bimbingan konseling.
Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh klien-kliennya.
Kesadaran ini telah tampil sejak pengembangan gerakan Bimbingan dan Konseling secara
meluas di Amerika Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan Bahwa Bimbingan
dan Konseling adalah proses yang berorientasi pada belajar. Belajar untuk memahami lebih
jauh tentang diri sendiri, belajar untuk mengembangkan dan merupakan secara efektif
berbagai pemahaman.. Lebih jauh, Nugent (1981) mengemukakan bahwa dalam konseling
klien mempelajari ketrampilan dalam pengambilan keputusan. Pemecahan masalah, tingkah
laku, tindakan, serta sikap-sikap baru . Dengan belajar itulah klien memperoleh berbagai hal
yang baru bagi dirinya dan dengan memperoleh hal-hal baru itu juga seorang klien akan
semakin berkembang.

c. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling


Tujuan Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat tujuan-tujuan pendidikan, juga
menunjang proses pendidikan pada umumnya. Hal itu dapat dimengerti karena program-
program bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu,
khususnya yang menyangkut kawasan kematangan pendidikan karier, Kematangan personal
dan emosional, serta kematangan sosial, semuanya untuk peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (Borders dan Drury, 1992).

9
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :


Sebagai sebuah layanan profesional, bimbingan dan konseling harus dibangun di atas
landasan yang kokoh. Karena landasan bimbingan dan konseling yang kokoh merupakan
tumpuan untuk terciptanya layanan bimbingan dan konseling yang dapat memberikan
manfaat bagi kehidupan.
Landasan bimbingan dan konseling meliputi : (a) landasan filosofis, (b) landasan histori; (c)
landasan religius; (d) landasan psikologis; (e) landasan sosial budaya; (f) ilmu pengetahuan
dan teknologi dan (g) landasan pedagogis. Landasan filosofis berkenaan dengan upaya
memahami hakikat manusia, dikaitkan dengan proses layanan bimbingan dan konseling.
Landasan religius berkenaan dengan manusia sebagai mahluk Tuhan, sikap keberagamaan,
peranan agama.
Landasan psikologis berhubungan dengan pemahaman tentang perilaku individu yang
menjadi sasaran layanan bimbingan dan konseling, meliputi : (a) motif dan motivasi; (b)
pembawaan dan lingkungan; (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (d) kepribadian.
Landasan sosial budaya berkenaan dengan aspek sosial-budaya sebagai faktor yang
mempengaruhi terhadap perilaku individu, yang perlu dipertimbangakan dalam layanan
bimbingan dan konseling, termasuk di dalamnya mempertimbangkan tentang keragaman
budaya.
Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi berkaitan dengan layanan bimbingan dan
konseling sebagai kegiatan ilimiah, yang harus senantiasa mengikuti laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Landasan Pedagogis berkaitan dengan
pendidikan. Artinya, ketika seseorang melakukan praktik bimbingan dan konseling berarti ia
sedang mendidik.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/landasan-bimbingan-dan-konseling/
http://www.scribd.com/doc/57115880/Landasan-Pedagogis-Dalam-Bk

11

Anda mungkin juga menyukai