Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KONSEP DASAR IPA

Fatihah Ummu Azzahro


211005211

A. Karakteristik Kurikulum KTSP


Karakter :Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki empat karakteristik
yakni (1) berorientasi pada disiplin ilmu, (2) berorientasi pada pengembangan individu, (3)
mengakses kepentingan daerah, dan (4) merupakan kurikulum teknologis.
B. Sistem Penilaian Kurikulum KTSP
Secara umum, penilaian adalah proses sistematis pengumpulan informasi (angka, deskripsi
verbal), analisis, dan interpretasi informasi untuk memberikan keputusan terhadap kadar hasil
kerja. Penilaian yang diterapkan dalam KTSP adalah Penilaian Berbasis Kelas (PBK). PBK
memiliki pengertian penilaian sebagai assessment, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh dan mengefektifkan informasi tentang hasil belajar siswa pada tingkat
kelas selama dan setelah kegiatan belajar mengajar. Data/informasi dari PBK merupakan
salah satu bukti yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program
pendidikan.
C. Instrumen Penilaian Kurikulum KTSP
Penilaian dalam KTSP adalah penilaian otentik yaitu penilaian yang secara langsung
bermakna, dalam arti bahwa apa yang dinilai memang demikian yang sesungguhnya terjadi
dan dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari. penilaiannya lebih dominan pada aspek
pengetahuan. Penilaian otentik mengharuskan pembelajaran berpusat pada siswa sebab
pelaku belajar adalah siswa.
D. Sistem Evaluasi Kurikulum KTSP
Sistem Evaluasi dibedakan menjadi dua, yaitu evaluasi yang dilakukan oleh pihak dalam
(guru dan pengelola sekolah) yang selanjutnya disebut evaluasi diri dan evaluasi oleh pihak
luar (badan independen atau badan akreditasi sekolah). Sasaran evaluasi secara garis besar
mencakup masukan (termasuk program), proses, dan hasil.

A. Karakteristik Kurikulum 2013


Adapun kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut ( Kemendikbud,
2013)
1.mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin
tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;
2.sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana
dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan
memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3.mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam
berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4.memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan,
dan keterampilan;
kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam
kompetensi dasar matapelajaran;
5.kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi
dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk
mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
6.kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat
(reinforced) dan memperkaya (enriched) antar matapelajaran dan jenjang pendidikan
(organisasi horizontal dan vertikal).
B. Sistem Penilaian Kurikulum 2013
Standar penilaian dalam kurikulum 2013 adalah berbasis kompetensi, yang dimana pada hal
ini terjadi pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan
berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur semua kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil).
C. Instrumen Penilaian Kurikulum 2013
Beberapa instrumen penilaian yang umum digunakan dalam Kurikulum 2013 meliputi:
1. Tes Tertulis: Tes ini mencakup soal-soal pilihan ganda, esai, dan tugas tertulis lainnya yang
digunakan untuk mengukur pemahaman dan pengetahuan siswa.
2. Portofolio: Siswa dapat diminta untuk mengumpulkan portofolio yang berisi proyek-
proyek, tugas-tugas, dan karya-karya mereka sebagai bagian dari penilaian.
3. Observasi: Guru dapat melakukan observasi terhadap siswa untuk menilai berbagai aspek,
seperti partisipasi dalam kelas, keterampilan sosial, dan kemampuan berpikir kritis.
4. Penilaian Proyek: Siswa mungkin diminta untuk menyelesaikan proyek-proyek berbasis
tugas atau penelitian yang dinilai berdasarkan hasil karya mereka.
5. Ujian Praktik: Untuk mata pelajaran tertentu, ujian praktik dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan.
6. Penilaian Sikap: Selain penilaian akademik, Kurikulum 2013 juga menekankan penilaian
sikap, seperti nilai-nilai moral dan etika.
Instrumen penilaian dalam Kurikulum 2013 dirancang untuk mencakup berbagai aspek
perkembangan siswa, termasuk kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pilihan instrumen
penilaian dapat bervariasi sesuai dengan mata pelajaran dan tingkat pendidikan.
D.Sistem Evaluasi Kurikulum 2013
Berikut adalah beberapa elemen utama dalam sistem evaluasi Kurikulum 2013:
1. Penilaian Formatif: Sistem evaluasi ini menekankan penilaian berkelanjutan yang
berlangsung sepanjang proses pembelajaran. Guru secara rutin mengukur pemahaman siswa
melalui tugas, ujian kecil, dan observasi kelas.
2. Penilaian Sumatif: Evaluasi ini dilakukan pada akhir periode pembelajaran atau semester.
Ini mencakup ujian-ujian besar atau tugas besar yang dirancang untuk mengukur pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran secara keseluruhan.
3. Penilaian Portofolio: Siswa diminta untuk membuat portofolio yang mencerminkan hasil
kerja mereka selama periode pembelajaran. Portofolio ini mencakup berbagai tugas, proyek,
dan karya siswa yang menunjukkan perkembangan mereka.
4. Penilaian Sikap: Selain penilaian akademik, evaluasi Kurikulum 2013 juga
mempertimbangkan aspek sikap dan nilai moral siswa. Ini termasuk penilaian terhadap
perilaku, etika, dan kepatuhan terhadap norma-norma sosial.
5. Penilaian Diri: Siswa juga diberi kesempatan untuk mengevaluasi diri mereka sendiri dan
merencanakan perbaikan dalam pembelajaran mereka.
6. Evaluasi Guru: Evaluasi guru juga merupakan bagian penting dari sistem ini untuk
memastikan kualitas pengajaran yang efektif.
7. Penggunaan Hasil Evaluasi: Hasil evaluasi digunakan untuk memberikan umpan balik
kepada siswa, guru, sekolah, dan pihak-pihak terkait lainnya untuk memahami pencapaian
siswa dan meningkatkan proses pembelajaran.
A. Karakter Kurikulum Darurat
Kurikulum darurat adalah salah satu pilihan yang dapat diambil oleh satuan pendidikan yang
melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, SMK
dengan menyederhanakan kompetensi dasar pada kurikulum 2013. Penyederhanaan ini
dilakukan dengan mengurangi kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran. Dengan
demikian siswa hanya akan fokus pada kompetensi esensial yang merupakan prasyarat untuk
melanjutkan pembelajaran ke tingkat berikutnya. Dampak yang diharapkan dari penerapan
kurikulum darurat ada tiga, yaitu:
1. Tersedianya referensi kurikulum sederhana untuk guru.
2. Berkurangnya beban mengajar guru.
3. Orang tua dapat lebih mudah dalam memberikan pendampingan terhadap anaknya saat
belajar di rumah.
Karakteristik utama dari kurikulum darurat antara lain: kesederhanaan, kejelasan, prioritas,
dan aktivitas. Kurikulum pembelajaran yang sederhana hanya memuat materi yang esensial
dan kompleksitas masuk dalam urutan selanjutnya. Kejelasan maksudnya adalah hasil dari
kurikulum mengandung kejelasan suatu harapan bagi guru dan juga siswa. Prioritas adalah
kurikulum ini menuntut skala prioritas dalam perumusan sehingga menghasilkan
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa yang menyenangkan. Selanjutnya,
karakteristik yang berorientasi pada aktivitas siswa ini tetap membutuhkan kegiatan literasi.
Aspek membaca, berhitung, serta berpikir kritis harus dihubungkan dengan kemampuan
siswa dalam berbicara dan menulis. Hal Ini tidak dapat dipisahkan karena merupakan sebuah
konsep utuh dari literasi yang merupakan bagian dari kecakapan abad ke-21.
B. Sistem Penilaian Kurikulum Darurat
Asesmen non-kognitif ditujukan mengukur aspek psikologis dan kondisi emosional siswa,
seperti kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa, kesenangan siswa selama belajar dari
rumah, serta kondisi keluarga siswa. Asesmen kognitif ditujukan menguji kemampuan dan
capaian pembelajaran siswa. Hasil asesmen digunakan sebagai dasar pemilihan strategi
pembelajaran dan pemberian remedial atau pelajaran tambahan untuk peserta didik yang
paling tertinggal.
C. Instrumen Penilaian Kurikulum Darurat
Berikut adalah beberapa instrumen penilaian yang mungkin digunakan dalam kurikulum
darurat:
1. Penilaian Kesiapan Darurat: Instrumen ini dapat digunakan untuk menilai kesiapan sekolah
atau lembaga pendidikan dalam menghadapi situasi darurat. Ini mencakup evaluasi fasilitas,
peralatan darurat, dan rencana evakuasi.
2. Penilaian Kebutuhan Siswa: Instrumen ini membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan
khusus siswa selama situasi darurat. Ini termasuk pertimbangan untuk siswa dengan
disabilitas, kebutuhan medis khusus, atau kondisi khusus lainnya yang memerlukan perhatian
ekstra.
3. Penilaian Psikososial: Situasi darurat dapat memberikan dampak psikologis dan emosional
yang signifikan pada siswa. Instrumen penilaian psikososial dapat digunakan untuk
mengidentifikasi masalah kesejahteraan mental dan emosional siswa dan menyediakan
dukungan yang sesuai.
4. Penilaian Pembelajaran Jarak Jauh: Jika situasi darurat mengharuskan siswa untuk belajar
dari jarak jauh, instrumen penilaian dapat mencakup pengukuran kemajuan siswa dalam
pembelajaran online atau melalui materi yang disediakan.
5. Penilaian Kinerja Guru: Evaluasi guru dalam situasi darurat tetap penting untuk
memastikan kualitas pembelajaran. Instrumen ini dapat mencakup efektivitas pengajaran dari
jarak jauh atau dalam lingkungan darurat.
6. Penilaian Kepuasan Stakeholder: Untuk mengukur keefektifan respons pendidikan dalam
situasi darurat, instrumen penilaian dapat digunakan untuk mendapatkan umpan balik dari
siswa, orang tua, staf sekolah, dan pihak-pihak terkait lainnya.
7. Penilaian Pemulihan: Setelah situasi darurat mereda, instrumen penilaian dapat digunakan
untuk mengevaluasi dampak jangka panjang pada siswa dan proses pemulihan.
D. Sistem Evaluasi Kurikulum Darurat
Berikut adalah beberapa komponen yang biasanya terdapat dalam sistem evaluasi kurikulum
darurat:
1. Pemantauan Keselamatan: Sebelum segalanya, evaluasi keselamatan harus menjadi
prioritas utama. Sistem ini harus mencakup pemantauan keamanan dan kesehatan siswa,
guru, dan staf sekolah dalam situasi darurat.
2. Evaluasi Kebutuhan:Penilaian awal harus dilakukan untuk menilai kebutuhan pendidikan
dan pelatihan siswa selama krisis. Ini melibatkan identifikasi siswa dengan kebutuhan khusus
atau tantangan tertentu yang perlu diperhatikan.
3.Perencanaan Pembelajaran Darurat:Sistem evaluasi akan mencakup perencanaan
pembelajaran darurat yang sesuai dengan situasi. Ini mungkin melibatkan pengembangan
kurikulum darurat yang fokus pada keterampilan dan pengetahuan yang paling relevan untuk
krisis tersebut.
4.Pemantauan Proses Pembelajaran:Guru dan staf pendidikan harus memantau dan
mengevaluasi bagaimana proses pembelajaran berlangsung. Ini dapat mencakup evaluasi
efektivitas metode pengajaran jarak jauh atau alternatif yang digunakan.
5. Evaluasi Kinerja Guru:Guru tetap perlu dievaluasi dalam situasi darurat. Ini bisa mencakup
evaluasi kinerja mereka dalam mengadaptasi metode pengajaran mereka, dukungan yang
mereka berikan kepada siswa, dan bagaimana mereka mengatasi tantangan yang muncul.
6.Penilaian Siswa:Siswa juga perlu dievaluasi untuk memastikan mereka mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Ini dapat mencakup tes atau penugasan yang relevan
dengan materi yang diajarkan dalam situasi darurat.
7.Pemantauan Kesejahteraan Emosional:Sistem evaluasi juga harus memasukkan elemen
untuk memantau kesejahteraan emosional siswa. Ini dapat mencakup survei atau observasi
untuk mengidentifikasi tanda-tanda tekanan atau masalah psikologis.
8.Evaluasi Respons Pendidikan:Setelah situasi darurat mereda, sistem evaluasi akan
mencakup penilaian terhadap respons pendidikan secara keseluruhan. Hal ini penting untuk
belajar dari pengalaman dan mempersiapkan lebih baik untuk situasi darurat masa depan.

A. Karakteristik Kurikulum Merdeka


1. Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek bertujuan untuk mengembangkan soft skill. Pembelajaran
berbasis proyek yang bisa dijadikan pilihan adalah PjBL (Project Based Learning) dan PBL
(Problem Based Learning). Jika suatu pembelajaran hanya fokus pada hasil akhir tanpa
memperhatikan proses, peserta didik sulit untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam
dirinya. Mengingat, hasil akhir nilai hanyalah angka tertulis di atas kertas.
2. Penguatan Karakter Melalui Profil Pelajar Pancasila
Salah satu perbedaan mendasar antara Kurikulum Merdeka Belajar dengan kurikulum lainnya
terletak pada pengembangan Profil Pelajar Pancasila yang termasuk dalam pembelajaran
kokurikuler. Program ini merupakan bentuk keseriusan pemerintah dalam mewujudkan
karakter bangsa yang berasaskan pada nilai-nilai luhur Pancasila guna menghadapi krisis
akhlak para generasi di zaman ini dan mendatang. Untuk mewujudkannya, pemerintah
mengalokasikan waktu 30% dari total JP reguler per tahun.
3. Fokus pada Materi Esensial Saja
Mungkin bukan rahasia umum lagi jika sebagian pelajar di Indonesia masih kesulitan untuk
mengimplementasikan konsep dasar Matematika di dalam kehidupan sehari-hari serta
bagaimana memahami suatu teks bacaan sederhana. Padahal, keduanya merupakan dasar
pembelajaran yang harus dikuasai oleh setiap individu. Itulah mengapa, pada Kurikulum
Merdeka Belajar ini peserta didik tidak dibebankan dengan kompetensi atau mata pelajaran
yang tidak disukainya. Artinya, peserta didik hanya diminta untuk memilih materi yang
esensial dan sesuai dengan minat serta bakatnya. Materi esensial yang harus dikuasai adalah
materi literasi (bagaimana memahami suatu bacaan sederhana) dan numerasi (bagaimana
memahami atau mengolah suatu informasi dalam bentuk angka atau persamaan matematis).
Kebijakan semacam ini juga memudahkan guru dalam mempersiapkan perangkat ajar yang
lebih menarik bagi peserta didik.
4. Guru Diberi Fleksibilitas untuk Melakukan Pembelajaran Terdiferensiasi
Salah satu kelebihan Kurikulum Merdeka Belajar adalah peserta didik tidak dituntut untuk
mendapatkan nilai yang memuaskan. Namun, mereka dituntut untuk berproses dan
memahami makna belajar yang sesuai dengan minat serta bakatnya. Untuk itu, guru harus
bisa menghargai setiap pencapaian dan proses belajar peserta didiknya tanpa berorientasi
pada hasil akhir berupa nilai. Meskipun secara idealnya proses dan hasil adalah dua hal yang
saling berkaitan.
5. Tersedia Perangkat Ajar yang Beragam
Selama pembelajaran berlangsung, guru bisa menentukan perangkat ajar yang sesuai dengan
karakter dan kompetensi peserta didiknya. Itu artinya, Bapak/Ibu harus memiliki lebih dari
satu perangkat ajar. Namun tidak perlu khawatir karena Kemendikbudristek telah
memfasilitasi hal itu dengan membuka platform aplikasi yang berisi beragam perangkat ajar
digital. Melalui pratform itu, guru juga bisa membagikan perangkat ajar yang telah disusun
kepada guru-guru lain. Dengan adanya program digitalisasi semacam ini, diharapkan tidak
ada guru yang masih kebingungan dalam mencari atau membuat perangkat ajar.
B. Sistem Penilaian Kurikulum Merdeka
1. Asesmen Sumatif
Penilaian berupa data kualitatif yang dilaksanakan secara periodik setiap selesai satu atau
lebih tujuan pembelajaran, hasil asesmen sumatif digunakan untuk pelaporan hasil belajar
(rapor). Hasil penilaian sumatif siswa terdapat 4 kualitas, yaitu: 1) perlu bimbingan, 2) cukup,
3) baik, dan 4) sangat baik.Pendidik juga dapat menentukan angka kuantitatif pada setiap
kualitas yang ada. Contohnya untuk kriteria perlu bimbingan antara 0-60, kategori cukup
antara 61-70, kriteria baik antara 71-80, dan sangat baik antara 81-100.

2. Penilaian formatif
Kegiatan penilaian ini mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran sudah dicapai oleh
peserta didik. Penilaian ini dilakukkan pada awal pembelajaran dan saat pembelajaran
berlangsung .Hasil dari asesmen formatif digunakan untuk pertimbangan deskripsi Capaian
Kompetensi dalam rapor.
C. Instrumen Penilaian Kurikulum Merdeka
kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah peserta didik telah mencapai tujuan
pembelajaran dapat dikembangkan pendidik dengan menggunakan beberapa pendekatan, di
antaranya:
(1) menggunakan deskripsi dengan menggunakan daftar ceklis sehingga apabila peserta didik
tidak mencapai kriteria tersebut maka dianggap belum mencapai tujuan pembelajaran,
(2) menggunakan rubrik yang dapat mengidentifikasi sejauh mana peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran,
(3) menggunakan rating skala atau interval nilai, atau pendekatan lainnya sesuai dengan
kebutuhan dan kesiapan pendidik dalam mengembangkannya. Berikut adalah penjelasan
pendekatan yang dimaksud dalam menentukan ketercapaian suatu tujuan pembejaran.
D. Sistem Evaluasi Kurikulum Merdeka
Evaluasi Pembelajaran Kurikulum Merdeka harus dilakukan dengan sudut pandang yang
berbeda dari Evaluasi Pembelajaran pada umumnya. Evaluasi Pembelajaran Kurikulum
Merdeka harus dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendorong siswa untuk aktif belajar, berpikir kritis, dan kreatif serta mempertimbangkan
konteks lokal. Evaluasi juga tidak hanya dilakukan dengan tes tertulis, tetapi juga melalui
tugas-tugas proyek, observasi guru, dan refleksi diri siswa.

Anda mungkin juga menyukai