1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga critical
book report ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Saya berharap semoga Critical Book Report ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya,
saya yakin masih banyak kekurangan dalam critical book report ini. Oleh karena itu saya
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
cbr ini.
(Yumna Afra/2222132002)
2
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................4
1.2. Tujuan Penulisan CBR....................................................................................................4
1.3. Rumusan Masalah ..........................................................................................................4
1.4. Manfaat Penulisan CBR..................................................................................................4
1.5. Identitas Buku..................................................................................................................5
BAB IV IMPLIKASI
4.1. Implikasi terhadap Teori/Konsep..................................................................................25
4.2. Implikasi terhadap pembangunan di Indonesia.............................................................25
4.3. Implikasi terhadap analisis mahasiswa..........................................................................25
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan....................................................................................................................26
5.2. Saran..............................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................27
3
BAB I
PENDAHULUAN
Critical book adakah hasil kritik/bandingan tentang suatu topik materi yang pada
umumnya di perkuliahan terhadap buku yang berbeda. Penulisan critical book ini pada
dasarnya adalah membandingkan 1 buku karangan seorang penulis dengan 1 buku yang akan
di jadikan referensi yang ditulis oleh penulis lain. Setiap buku yang dibuat oleh penulis pasti
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelayakan suatu buku dapat kita
ketahui jika kita melakukan resensi terhadap buku itu dengan perbandingan terhadap buku
lainnya. Maka dari itu kita membutuhkan generasi-generasi muda yang melakukan seleksi
terhadap isi buku agar ilmu-ilmu yang dipublikasikan benar-benar berkualitas dan mudah
dimengerti oleh generasi penerus bangsa ini.
Dengan banyaknya buku-buku yang beredaran di kehidupan kita ini, dan dengan
kekurangan dan kelebihan buku-buku yang berkualitas sekarang ini, Kami para mahasiswa
membuat Critical Book Report untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan kelayakn
buku yang telah diterbitkan atau dipublikasikan masyarakat, dan bisa meningkatkan
kesadaran akan pentingnya membaca buku karena buku adalah jendela dunia. Buku adalah
sumber ilmu kita. Critical Book Report ini juga adalah untuk memenuhi tuntutan tugas mata
kuliah Filsafat Pendidikan sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
yang sedang dilaksanakan.
4
1.5 Identitas buku
A. Buku Utama.
a. Judul buku : Filsafat Pendidikan
b. Penulis : Muhammad Anwar
c. Penerbit : KENCANA
d. Kota terbit : Jakarta
e. Tahun terbit : 2015
f. ISBN : 978-602-1186-52-7
B. Buku Pembanding I.
a. Judul Buku : Filsafat Pendidikan
b. Pengarang : Dr. H. Amka, M.Si.
c. Penerbit : Nizamia Learning Center
d. Kota Terbit : Sidoarjo
e. Tahun Terbit : 2019
f. ISBN : 978-623-7169-27-7
5
BAB II
BAB I
Pengertian dan Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan dan Kehidupan Manusia
A. Pengertian Filsafat
Filsafat dalam arti pertama adalah jalan yang ditempuh untuk memecahkan masalah.
Sedangkan, pada pengertian ke dua, merupakan kesimpulan yang diperoleh dari hasil
pemecahan atau pembahasan masalah. Manusia, dalam hidup dan kehidupannya tidak pernah
sepi dan terus melekat dengan masalah, baik sebagai individu dalam keluarga, masyarakat,
dan negara maupun dalam masalah ekonomi, politik, sosial, pendidikan, dan lain sebagainya
Hampir dapat dikatakan bahwa Filsafat sebagai Filsafat negara menjadi asas Filsafat
pendidikan suatu masyarakat, bangsa, dan negara dalam rangka pembentukan dan pembinaan
manusia menjadi warga negara yang baik. Apakah Filsafat itu? Filsafat dari segi bahasa, pada
hakikatnya adalah menggunakan rasio (berpikir). tetapi, tidak semua proses berpikir disebut
Filsafat. Manusia yang berpikir, dapat diketahui dalam kehidupan sehari-hari.
6
1. Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang
kenyataan yang diberikan oleh filsafat.
2. Filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia. Pedoman itu mengenai sesuatu yang
terdapat di sekitar manusia sendiri, seperti kedudukan dalam hubungannya dengan yang lain.
Kita juga mengetahui bahwa alat-alat kewajiban manusia meliputi akal, rasa, dan kehendak.
Dengan akal, filsafat memberikan pedoman hidup untuk berpikir guna memperoleh
pengetahuan. Dengan rasa dan kehendak, maka filsafat memberikan pedoman tentang
kesusilaan mengenai baik dan buruk
BAB 2
Pengertian Pendidikan dan Filsafat Pendidikan Serta Peranannya
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN
Pendidikan dapat diartikan sebagai hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar
pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat), yang berfungsi sebagai
filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya. Sekaligus
menunjukkan cara, bagaimana warga negara bangsanya berpikir dan berperilaku secara turun
temurun, hingga kepada generasi berikutnya
Di dalam upaya pendidikan, senantiasa dilakukan perbandingan filsafat pendidikan atau
sejarah pendidikan bangsa-bangsa yang memengaruhi pandangan hidup suatu bangsa.
Sehingga, konsep pendidikan dapat berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
perkembangan kebudayaan manusia. Dengan kata lain, konsep pendidikan tidak dapat lepas
dari praktik pendidikan yang harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan pada waktu
itu, hingga sekarang.
7
Dalam upaya memajukan kehidupan suatu bangsa dan negara, sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan, maka di dalamnya terjadi proses pendidikan atau proses
belajar yang akan memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang atau
si terdidik ke arah kedewasaan dan kematangan. Proses tersebut akan membawa pengaruh
terhadap perkembangan jiwa seorang anak didik atau peserta didik, dan/atau subjek didik ke
arah yang lebih dinamis, baik terhadap bakat atau pengalaman, moral, intelektual maupun
fisik (jasmani) menuju kedewasaan dan kematangan.
Adapun perbandingan pengaruh dan beberapa ide filsafat dalam pendidikan dapat diketahui
melalui sejarah pendidikan, antara lain tersimpul dalam pandangan-pandangan berikut ini:
1. Aliran Empirisme
Kata empirisme berasal dan kata empiri yang berarti pengalaman. Tokoh aliran ini adalah
John Locke (1632-1704), seorang filosofi bangsa Inggris. Menurut teori empirisme, pendidik
dapat berbuat sekehendak hati dalam pembentukan pribadi anak didik untuk menjadi apa
saja yang sesuai yang di inginkannya. Pendidik dapat berbuat sekehendak hatinya, seperti
pemahat patung kayu, atau patung batu, dan/atau bahan lainnya, menurut kesukaan pemahat
tersebut. Oleh karena itu, aliran ini bersifat optimis terhadap hasil pendidikan
8
mengemukakan pendapat dalam bukunya yang berjudul Emile, bahwa semua dalam keadaan
baik pada waktu datang dari tangan Sang Pencipta, tetapi semua menjadi buruk di tangan
manusia. Dari pendapat Rosseau tersebut, dapat diketahui bahwa semua manusia yang baru
lahir mempunyai pembawaan yang baik, namun pembawaan yang baik menjadi rusak oleh
tangan manusia sendiri.
3. Teori Konvergensi
Tampaknya, teori atau aliran konvergensi ini ingin mengompromikan dua macam
aliran yang ekstrem, yaitu aliran empirisme dan aliran nativisme. Tokoh aliran ini lalah
William Stern (1871–1938, seorang ahli pendidikan bangsa Jerman)
Jadi, dari pandangan teori konvergensi tadi dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Pendidikan itu serba mungkin diberikan kepada anak didik.
b. Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan kepada anak untuk
mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah pembawaan yang buruk.
c. Hasil pendidikan tergantung kepada pembawaan dan lingkungan.
BAB 3
Masalah Pokok Filsafat dan Pendidikan
Dalam tinjauan dari segi sistematik ini filsafat berhadapan dengan tiga problem utama, yaitu
sebagai berikut:
1. Realitas Mengenai kenyataan, yang selanjutnya menjurus kepada masalah kebenaran.
Kebenaran akan timbul, bila orang telah dapat menarik kesimpulan bahwa pengetahuan yang
telah dimiliki ini telah nyata. Realitas atau kenyataan ini dipelajari oleh metaisika.
2. Pengetahuan Berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan, seperti apa hak pengetahuan, cara
manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan itu, dan jenis-jenis pengetahuan.
Pengetahuan dipelajari oleh epistemologi.
3. Nilai Dipelajari oleh cabang ilsafat yang disebut aksiologi. Pertanyaan yang dicari jawabnya,
antara lain nilai-nilai yang bagaimanakah yang dikehendaki oleh manusia dan yang dapat
digunakan sebagai dasar hidupnya.
BAB 4
Proses Hidup Sebagai Dasar Filsafat Pendidikan
9
A. PENDAHULUAN
Filsafat pendidikan mempelajari proses kehidupan dan alternatif proses pendidikan
dalam pembentukan watak, di mana kedua proses itu pada hakikatnya adalah satu. Proses
pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan
manusia.
BAB 5
Tujuan Hidup dan Tujuan Pendidikan
10
kebudayaan, mengubah benda-benda alam menjadi benda budaya sesuai dengan kehendak
dan kebutuhan hidupnya. Karena akal, manusia menjadi bermoral dan menciptakan norma-
norma hidup bermasyarakat. Manusia dengan akalnya dapat berimajinasi, sehingga menjadi
makhluk yang mempunyai daya cipta yang tinggi.
11
dengan kehidupan akhirat. Kehidupan di dunia hanyalah merupakan jembatan emas yang
akan menyampaikan manusia ke perkampungan.
Akhirat, di mana seluruh manusia akan hidup kekal di sana. Bagi setiap Muslim tidak
boleh melupakan salah satu dari aspek-aspek yang seharusnya selalu seimbang. Sebagai
Muslim tidak dibenarkan kalau hidup hanya mengejar kepentingan akhirat dengan melupakan
hak dan kewajiban hidup di dunia. Atau sebaliknya, hanya mengutamakan urusan keduniaan
belaka dengan mengenyampingkan kehidupan akhirat.
terjadi.
BAB 6
Fungsi Pendidikan dalam Kehidupan Manusia Sebagai Makhluk Biologis
Dalam pengertian yang lebih luas ini, hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah
proses hidup dan kehidupan yang berjalan bersama, tidak terpisah satu sama lain karena
berlangsung di dalam dan oleh proses masyarakat, sehingga sekurang-kurangnya tiap pribadi
manusia terlibat dengan pengaruh pendidikan. Jadi pendidikan meliputi seluruh umat
manusia, sepanjang sejarah adanya manusia dan sepanjang hidup manusia.
Jika diteliti lebih lanjut, aktivitas mendidik tentu ada materi ada yang di didikkan, yang
disebut sebagai ilmu pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan, berupa materi tadi mengandung
nilai didik.. Di dalam tiap-tiap materi (ilmu pengetahuan) yang diajarkan, senantiasa
terkandung nilai formal, materiel, dan nilai praktis.
Nilai formal ialah nilai membentuk dan membina kepribadian nilai materiel adalah
pengalaman, pengetahuan, atau penguasaan atas ilmu itu sendiri. Dan, nilai praktis ialah yang
berhubungan dengan nilai guna atau aspek praktis dari pengetahuan bahwa proses mendidik
berbeda.
BAB 7
Demokrasi Pendidikan
Demokrasi pendidikan dalam pengertian luas patut selalu dianalisis sehingga memberikan
manfaat dalam praktik kehidupan dan pendidikan yang mengandung tiga hal, yaitu:
(1) Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia,
(2) Setiap manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat, dan
(3) Rela berbakti untuk kepentingan atau kesejahteraan bersama.
12
1. Rasa Hormat Terhadap Harkat Sesama Manusia
pada prinsip ini dianggap sebagai pilar pertama untuk menjamin persaudaraan dan hak
manusia dengan tidak memandang jenis kelamin, umur, warna kulit, agama, dan bangsa.
Dari prinsip-prinsip tersebut di atas, dapat dipahami bahwa ide dan nilai demokrasi
pendidikan itu sangat banyak dipengaruhi oleh alam pikiran, sifat, dan jenis masyarakat di
mana mereka berada. Karena dalam kenyataannya, pengembangan demokrasi pendidikan itu
akan banyak dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan dan penghidupan masyarakat.
13
mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka mereka.” (QS. Asy Syuura: 38)
“manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih.” (QS. Yunus [19]: 3)
Dari contoh ayat-ayat Al-Qur’an di atas dapat dipahami adanya prinsip musyawarah dan
persatuan dan kesatuan umat sebagai salah satu sendi atau pilar demokrasi. Di samping itu,
pilar yang lain seperti tolong-menolong, rasa kebersamaan, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, pendidikan harus disebarluaskan ke segenap lapisan masyarakat secara
adil dan merata, sesuai dengan disparitas yang ada atau sesuai kondisi jumlah penduduk yang
harus dilayani. Untuk dapat memberikan pelayanan yang memadai dan cukup, diperlukan
sarana penunjang. Misalnya, tersedianya tenaga pendidik atau pembina yang mampu dan
terampil untuk mewujudkan tujuan sumber daya manusia yang berkualitas dan menghasilkan
warga negara yang mampu mengembangkan dirinya serta masyarakat sekitarnya ke arah
terciptanya kesejahteraan lahir dan batin, dunia dan akhirat.
14
BAB 8
Aliran-aliran Filsafat Pendidikan
ALIRAN PROGRESIVISME
Aliran Progresivisme ini merupakan salah satu aliran ilsafat pendidikan yang berkembang
pesat pada permulaan abad ke XX dan sangat berpengaruh dalam pembaruan pendidikan.
Perkembangan tersebut terutama didorong terutama oleh aliran naturalisme dan
eksperimentalisme, instrumentalisme, evironmentalisme, dan pragmatism. sehingga
progresivisme sering disebut sebagai salah satu dari aliran tadi.
Progresivisme dalam pandangannya, selalu berhubungan dengan pengertian he liberal
road to cultural yakni liberal bersifal leksibel (lentur dan tidak kaku), toleran dan bersikap
terbuka, serta ingin mengetahui dan menyelidiki demi pengembangan pengalaman.
ALIRAN ESENSIALISME
Aliran filsafat pendidikan Esensialisme dapat ditelusuri dari aliran ilsafat yang
menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama, karena kebudayaan lama
telah banyak melakukan kebaikan untuk manusia. Kebudayaan lama telah ada semenjak
peradaban umat manusia dahulu, terutama semenjak zaman Renaissance mulai tumbuh dan
berkembang dengan megahnya. Kebudayaan lama melakukan usaha untuk menghidupkan
kembali ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan kesenian zaman Yunani dan Romawi kuno.
atau posisi Esensialisme merupakan perpaduan antara ide-ide ilsafat idealisme dan
realisme. Aliran tersebut akan tampak lebih mantap dan kaya dengan ide-ide, jika hanya
mengambil salah satu dari aliran sepihak. Pertemuan dua aliran itu bersifat eklektik, yakni
keduanya sebagai pendukung, tidak melebur menjadi satu atau tidak melepaskan identitas dan
ciri masing-masing aliran.
15
ALIRAN PERENNIALISME
Perennialisme berasal dan kata perennial diartikan sebagai continuing throughout the whole
year atau lasting for a very long time abadi atau kekal dan dapat berarti pula tiada akhir. Dengan
demikian, esensi kepercayaan filsafat Perennial ialah berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma
yang bersifat abadi.
Aliran ini mengambil analogi realitas sosial budaya manusia, seperti realitas sepohon bunga
yang terus menerus mekar dari musim ke musim, datang dan pergi, berubah warna secara tetap
sepanjang masa, dengan gejala yang terus ada dan sama. Jika gejala dari musim ke musim itu
dihubungkan satu dengan yang lainnya seolaholah merupakan benang dengan corak warna yang khas,
dan terus menerus sama.
Sikap yang dilakukan aliran ini, untuk kembali ke masa lampau bukanlah suatu sikap
nostalgia, sikap mengenang, dan membanggakan masa yang penuh kesuksesan, tetapi untuk membina
kembali keyakinan yang teguh kepada nilai-nilai asasi masa silam yang diperlukan untuk kehidupan
abad cybernetic ini.
BAB 1
Sejarah Lahirnya Filsafat Pendidikan
BAB II
17
Sistematika Filsafat Pendidikan
A. Ontologi Filsafat Pendidikan
Ontologi adalah bagian filsafat yang paling umum, atau merupakan bagian dari
metafisika, dan metafisika merupakan salah satu bab dari filsafat. Obyek telaah ontologi
adalah yang ada tidak terikat pada satu perwujudan tertentu, ontologi membahas tentang yang
ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi
segala realitas
BAB III
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Progresivisme
Dalam pandangan Progresivisme, manusia harus selalu maju (progress) bertindak
konstruktif, inovatif, reformatif, aktif dan dinamis. Sebab manusia mempunyai naluri selalu
18
menginginkan perubahan-perubahan. Menurut Imam Barnadib, Progresivisme menghendaki
pendidikan yang progresif (maju), semua itu dilakukan oleh pendidikan agar manusia dapat
mengalami kemajuan (Progress), sehingga orang akan bertindak dengan intelegensinya sesuai
dengan tuntutan dan lingkungan.
B. Konstruktivisme
Salah satu tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor konstruktivisme adalah Jean Piaget.
Dia adalah seorang psikolog kelahiran Nauchatel Swiss pada tanggal 9 agustus 1896 di
Swiss. Ayahnya, Athur Piaget, adalah seorang Profesor sastra abad pertengahan. Tahun 1918
Jean Piaget mengambil program Doktor dalam bidang ilmu pengetahuan alam di Universitas
Neuchatel. Pada tahun 1921 Jean Piaget menjadi guru besar dalam Psikologi dan Filsafat
Ilmu. Tahun 1955 mendirikan International Center of Genetic Epistimology, yaitu studi
tentang bagaimana seorang anak memperoleh dan memodifikasi ide-ide abstrak seperti ruang,
waktu, gaya dan lainnya. Teori ini yang sangat dikenal dengan teori perkembangan mental.
Selama hidupnya Jean Piaget telah menulis lebih dari 60 buku dan ratusan artikel. Piaget
meninggal di Janewa Swiss pada tanggal 16September 1980.
C. Humanistik
Aliran humanistik muncul pada pertengahan abad 20 sebagai reaksi teori psikodinamika
dan behavioristik. Teori psikodinamika yang dipelopori oleh Sigmund Freud yang berupaya
menjelakan hakekat dan perkembangan tingkah laku kepribadian. Model psikodinamika yang
di ajukan Freud disebut dengan Teori Psikoanalisis (analytic theory). Menurut teori ini
tingkah laku manusia merupakan hasil tenaga yang beroperasi di dalam pikiran yang sering
tanpa disadari oleh individu.
BAB IV
PERANAN FILSAFAT PENDIDIKAN
19
berupa konsep tentang variabel-variabel pendidikan dan bagian-bagian yang berupa skema
konseptual tentang komponen pendidikan.
BAB V
AKSIOLOGI FILSAFAT DAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
20
Nilai sesungguhnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan. Para ahli
kebudayaan berpandangan bahwa membahas tentang kebudayaan harus didasarkan pada
petunjuk keyakinan tentang nilai-nilai kejiwaan, yaitu baik-buruk, benar-salah, indah-jelek,
dan suci-dosa. Nilai sebagai hasil konsep ukuran yang diyakini seseorang atau kelompok
masyarakat merupakan bagian dari kebudayaan. Konsep ukuran tersebut tidaklah bebas dari
penilaian. Konsep ukuran nilai sekaligus juga merupakan objek bernilai yang potensial untuk
dinilai. Hal ini membawa konsekuensi bahwa penilaian seseorang pada dasarnya merupakan
penilaian yang bersifat sementara. Suatu ketika seseorang dapat memutuskan hasil penilaian
atas dasar konsep ukuran yang telah diyakininya, namun hasil penilaian itu akan berubah
seiring dengan berubah atau berkembangnya konsep ukuran yang diyakininya.
BAB VI
FILSAFAT PENDIDIKAN DALAM PROGRAM PENDIDIKAN KARAKTER
21
Filsafat pendidikan merupakan proses membangun kekuatan pikiran sesuai dengan
fungsi nilai. Pikiran merupakan rahmat dan anugerah yang tidak terpana nilainya. Dengan
pikiran manusia dapat berkomunikasi ke luar dan menafsirkan berbagai hal, meminba
pengetahuan dan pengalaman. Pikiran telah membuat manusia berkembang sedemikian rupa,
menciptakan berbagai alat dan sarana untuk memenuhi kebutuhan, menggali sumber alam,
menyusun masyarakat berbangsa dan bernegara, membangun budaya dan peradaban.
22
dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa,
serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.
BAB III
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
23
3.1. Keunggulan
Buku utama : Filsafat Pendidikan (2015)
Buku I yang teridiri dari 8 bab ini memiliki berbagai keunggulan. Secara sistematik
penulisan, buku ini sudah baik dan bab-babnya dibagi secara terperinci juga pembahasannya
jelas. Dari bab satu hingga bab terakhir membahas pembahasan yang menuju pada Filsafat
dalam Pendidikan . untuk itu buku ini sudah saling terkait antar bab. Isinya juga jelas
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Istilah-istilah asing dijelaskan melalui
pendeskripsian yang diberikan oleh pengarang.
Buku pembanding : Filsafat pendidikan (2019)
Buku pembanding terdiri dari 6 bab ini memiliki berbagai keunggulan. Pembahasan
yang singkat dan lebih mudah dipahami. Tidak menggunakan terlalu banyak kata sehingga
pembaca tidak akan bosan bila membaca buku ini. Dan langsung ke inti pembicaraan yang
memudahkan pembaca untuk memahami tentang materi lebih dalam.
3.2. Kelemahan
Buku utama : Filsafat Pendidikan (2015)
Dari segi keterkaitan bab, buku ini memiliki kelemahan yaitu pembahasannya yang tidak
banyak. Meskipun buku ini memiliki keterkaitan buku secara umum yang sudah baik, tetapi
buku ini kurang memberikan contoh dalam penerapan.
Buku pembanding : Filsafat pendidikan (2019)
Kelemahan buku ini, walaupun langsung ke inti materi tetapi masih ada yang kurang
dalam materinya. Sehinggga membingungkan pembaca jika ingin mengetahui filsafat lebih
dalam.
BAB IV
IMPLIKASI
24
4.1 Implikasi terhadap Teori/Konsep
Membaca buku yang berkaitan dengan materi pembelajaran tentunya sangat
diperlukan. Hal ini karena membaca membawa banyak dampak positif dari segala sisi
kehidupan. Salah satunya yaitu Implikasi terhadap Teori/Konsep.
Dengan membaca buku, dapat menambah ilmu pengetahuan, dan juga membuka
pikiran menjadi jauh lebih luas. Tak jarang dengan membaca buku dapat mendatangkan ide-
ide baru yang cemerlang.
BAB V
PENUTUP
25
5.1 Kesimpulan
Dari penjabaran kekurangan dan kelebihan buku yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa membaca 2 buku sangat efektif dan membuat pembaca lebih
mudah dalam memahami materi pembelajaran bahasa Jerman. Ada baiknya kedua buku
tersebut digunakan berdampingan atau secara bersamaan sebagai bahan pembelajaran karena
ketiga buku tersebut saling melengkapi satu sama lain.
5.2 Saran
Dengan membaca kedua buku yang telah di bahas di Cbr ini, dapat memperkaya
pengetahuan akan belajar bahasa Jerman. Sehingga sudah semestinya mahasiswa
mananamkan kebiasaan membaca yang tidak akan merugikan malah akan membawa hal-hal
positif bagi diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
26
Al-Abrasy, Muhammad Athiyah. 1974. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam
(terjemahan H. Bustami A. Ghani dan Djohar Bahri). Jakarta: Bulan Bintang.
Abdullah, A. S. (t.t.). Educational Theory a Quranic Outlook. Makkah AlMukarramah:
Umm al-Qurra University.
27