Anda di halaman 1dari 27

CRITICAL BOOK REPORT

Filsafat Pendidikan (2015) Filsafat Pendidikan(2019)


Penulis :
Dr. H. Amka, M.Si.
Muhammad Anwar

Nama : Yumna Afra


NIM : 2222132002
Dosen Pengampu : Dody Felix P Ambarita, S.Pd., M.Hum
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga critical
book report ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Saya berharap semoga Critical Book Report ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya,
saya yakin masih banyak kekurangan dalam critical book report ini. Oleh karena itu saya
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
cbr ini.

Medan, 23 September 2022

(Yumna Afra/2222132002)

2
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................4
1.2. Tujuan Penulisan CBR....................................................................................................4
1.3. Rumusan Masalah ..........................................................................................................4
1.4. Manfaat Penulisan CBR..................................................................................................4
1.5. Identitas Buku..................................................................................................................5

BAB II RINGKASAN ISI BUKU


2.1. Filsafat Pendidikan..........................................................................................................6
2.2. Filsafat Pendidikan........................................................................................................17

BAB III KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN


3.1. Keunggulan....................................................................................................................24
3.2. Kelemahan.....................................................................................................................24

BAB IV IMPLIKASI
4.1. Implikasi terhadap Teori/Konsep..................................................................................25
4.2. Implikasi terhadap pembangunan di Indonesia.............................................................25
4.3. Implikasi terhadap analisis mahasiswa..........................................................................25

BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan....................................................................................................................26
5.2. Saran..............................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Critical book adakah hasil kritik/bandingan tentang suatu topik materi yang pada
umumnya di perkuliahan terhadap buku yang berbeda. Penulisan critical book ini pada
dasarnya adalah membandingkan 1 buku karangan seorang penulis dengan 1 buku yang akan
di jadikan referensi yang ditulis oleh penulis lain. Setiap buku yang dibuat oleh penulis pasti
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelayakan suatu buku dapat kita
ketahui jika kita melakukan resensi terhadap buku itu dengan perbandingan terhadap buku
lainnya. Maka dari itu kita membutuhkan generasi-generasi muda yang melakukan seleksi
terhadap isi buku agar ilmu-ilmu yang dipublikasikan benar-benar berkualitas dan mudah
dimengerti oleh generasi penerus bangsa ini.

1.2 Tujuan Penulisan Critical Book Report

Dengan banyaknya buku-buku yang beredaran di kehidupan kita ini, dan dengan
kekurangan dan kelebihan buku-buku yang berkualitas sekarang ini, Kami para mahasiswa
membuat Critical Book Report untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan kelayakn
buku yang telah diterbitkan atau dipublikasikan masyarakat, dan bisa meningkatkan
kesadaran akan pentingnya membaca buku karena buku adalah jendela dunia. Buku adalah
sumber ilmu kita. Critical Book Report ini juga adalah untuk memenuhi tuntutan tugas mata
kuliah Filsafat Pendidikan sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
yang sedang dilaksanakan.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam Critical Book Report ini adalah :


1. Apakah kelebihan dan kekurangan yang dimiliki kedua buku?
2. Diantara buku 1 dan buku 2, yang manakah yang lebih baik untuk dijadikan
referensi pembelajaran?
1.4 Manfaat Penulisan Critical Book Report

a. Untuk menanamkan kebiasaan membaca yang sudah luntur


b. Menambah literasi
c. Mengetahui isi buku secara keseluruhan
d. Menambah pemahaman mengenai pembelajaran filsafat pendidikan.

4
1.5 Identitas buku

A. Buku Utama.
a. Judul buku : Filsafat Pendidikan
b. Penulis : Muhammad Anwar
c. Penerbit : KENCANA
d. Kota terbit : Jakarta
e. Tahun terbit : 2015
f. ISBN : 978-602-1186-52-7

B. Buku Pembanding I.
a. Judul Buku : Filsafat Pendidikan
b. Pengarang : Dr. H. Amka, M.Si.
c. Penerbit : Nizamia Learning Center
d. Kota Terbit : Sidoarjo
e. Tahun Terbit : 2019
f. ISBN : 978-623-7169-27-7

5
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

2.1 Filsafat Pendidikan

A. Ringkasan Buku Utama

BAB I

Pengertian dan Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan dan Kehidupan Manusia

A. Pengertian Filsafat

Filsafat dalam arti pertama adalah jalan yang ditempuh untuk memecahkan masalah.
Sedangkan, pada pengertian ke dua, merupakan kesimpulan yang diperoleh dari hasil
pemecahan atau pembahasan masalah. Manusia, dalam hidup dan kehidupannya tidak pernah
sepi dan terus melekat dengan masalah, baik sebagai individu dalam keluarga, masyarakat,
dan negara maupun dalam masalah ekonomi, politik, sosial, pendidikan, dan lain sebagainya

Hampir dapat dikatakan bahwa Filsafat sebagai Filsafat negara menjadi asas Filsafat
pendidikan suatu masyarakat, bangsa, dan negara dalam rangka pembentukan dan pembinaan
manusia menjadi warga negara yang baik. Apakah Filsafat itu? Filsafat dari segi bahasa, pada
hakikatnya adalah menggunakan rasio (berpikir). tetapi, tidak semua proses berpikir disebut
Filsafat. Manusia yang berpikir, dapat diketahui dalam kehidupan sehari-hari.

B. Kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia

1. Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan


Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, dan asal atau pokok.
Karena, filsafat pada awalnya merupakan satu-satunya usaha manusia di bidang kerohanian
untuk mencapai kebenaran pengetahuan. Tetapi, manusia tidak pernah merasa puas dengan
meninjau sesuatu dari sudut yang umum, melainkan juga ingin memperhatikan hal-hal yang
khusus. Kemudian, timbullah penyelidikan mengenai hal-hal khusus yang sebelumnya masuk
dalam lingkungan filsafat.

2. Kedudukan Filsafat dalam Kehidupan Manusia


Kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia adalah sebagai berikut:

6
1. Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang
kenyataan yang diberikan oleh filsafat.
2. Filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia. Pedoman itu mengenai sesuatu yang
terdapat di sekitar manusia sendiri, seperti kedudukan dalam hubungannya dengan yang lain.
Kita juga mengetahui bahwa alat-alat kewajiban manusia meliputi akal, rasa, dan kehendak.
Dengan akal, filsafat memberikan pedoman hidup untuk berpikir guna memperoleh
pengetahuan. Dengan rasa dan kehendak, maka filsafat memberikan pedoman tentang
kesusilaan mengenai baik dan buruk

BAB 2
Pengertian Pendidikan dan Filsafat Pendidikan Serta Peranannya

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN
Pendidikan dapat diartikan sebagai hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar
pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat), yang berfungsi sebagai
filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya. Sekaligus
menunjukkan cara, bagaimana warga negara bangsanya berpikir dan berperilaku secara turun
temurun, hingga kepada generasi berikutnya
Di dalam upaya pendidikan, senantiasa dilakukan perbandingan filsafat pendidikan atau
sejarah pendidikan bangsa-bangsa yang memengaruhi pandangan hidup suatu bangsa.
Sehingga, konsep pendidikan dapat berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
perkembangan kebudayaan manusia. Dengan kata lain, konsep pendidikan tidak dapat lepas
dari praktik pendidikan yang harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan pada waktu
itu, hingga sekarang.

B. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN


Berdasarkan uraian para ahli tentang filsafat pendidikan yang sesuai dengan kenyataan
(semangat dan mempunyai kepentingan terapan dan bimbingan dalam bidang pendidikan),
maka filsafat pendidikan merupakan terapan ilmu filsafat terhadap problem pendidikan. Atau,
filsafat yang diterapkan dalam suatu usaha pemikiran (analisis filosois) mengenai masalah
pendidikan. Jadi, filsafat pendidikan sebagai ilmu yang hakikatnya merupakan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan dalam dunia pendidikan.

C. PERANAN FILSAFAT PENDIDIKAN

7
Dalam upaya memajukan kehidupan suatu bangsa dan negara, sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan, maka di dalamnya terjadi proses pendidikan atau proses
belajar yang akan memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang atau
si terdidik ke arah kedewasaan dan kematangan. Proses tersebut akan membawa pengaruh
terhadap perkembangan jiwa seorang anak didik atau peserta didik, dan/atau subjek didik ke
arah yang lebih dinamis, baik terhadap bakat atau pengalaman, moral, intelektual maupun
fisik (jasmani) menuju kedewasaan dan kematangan.
Adapun perbandingan pengaruh dan beberapa ide filsafat dalam pendidikan dapat diketahui
melalui sejarah pendidikan, antara lain tersimpul dalam pandangan-pandangan berikut ini:

1. Aliran Empirisme
Kata empirisme berasal dan kata empiri yang berarti pengalaman. Tokoh aliran ini adalah
John Locke (1632-1704), seorang filosofi bangsa Inggris. Menurut teori empirisme, pendidik
dapat berbuat sekehendak hati dalam pembentukan pribadi anak didik untuk menjadi apa
saja yang sesuai yang di inginkannya. Pendidik dapat berbuat sekehendak hatinya, seperti
pemahat patung kayu, atau patung batu, dan/atau bahan lainnya, menurut kesukaan pemahat
tersebut. Oleh karena itu, aliran ini bersifat optimis terhadap hasil pendidikan

2. Nativisme dan Naturalisme


a. Nativisme
Aliran ini adalah penganut salah satu ajaran ilsafat idealisme. Tokohnya Arthur
Shopenhauer (1788-1860), yang berpandangan bahwa faktor pembawaan yang bersifat kodrat
dan kelahiran, tidak mendapatkan pengaruh dari alam sekitar atau pendidikan sekalipun, dan
itulah yang disebut kepribadian manusia. Potensi-potensi dan faktor pembawaan yang
bersifat kodrati sebagai pribadi seseorang, bukan hasil pendidikan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan menurut aliran ini tidak
mempunyai kekuatan sama sekali. Apa yang patut dihargai dan pendidikan atau manfaat yang
diberikan oleh pendidikan, tidak lebih dari sekadarvmemoles permukaan peradaban dan
tingkah laku sosial.
b. Naturalisme
Pandangan aliran ini hampir sama dengan nativisme, karena pandangan ini sering
mengemukakan teori yang ganjil tentang kemungkinan manusia dapat di didik. Tokohnya
adalah Jean Jacques Rousseau (1712-1778), seorang filsuf bangsa Prancis, yang

8
mengemukakan pendapat dalam bukunya yang berjudul Emile, bahwa semua dalam keadaan
baik pada waktu datang dari tangan Sang Pencipta, tetapi semua menjadi buruk di tangan
manusia. Dari pendapat Rosseau tersebut, dapat diketahui bahwa semua manusia yang baru
lahir mempunyai pembawaan yang baik, namun pembawaan yang baik menjadi rusak oleh
tangan manusia sendiri.

3. Teori Konvergensi
Tampaknya, teori atau aliran konvergensi ini ingin mengompromikan dua macam
aliran yang ekstrem, yaitu aliran empirisme dan aliran nativisme. Tokoh aliran ini lalah
William Stern (1871–1938, seorang ahli pendidikan bangsa Jerman)
Jadi, dari pandangan teori konvergensi tadi dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Pendidikan itu serba mungkin diberikan kepada anak didik.
b. Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan kepada anak untuk
mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah pembawaan yang buruk.
c. Hasil pendidikan tergantung kepada pembawaan dan lingkungan.

BAB 3
Masalah Pokok Filsafat dan Pendidikan

Dalam tinjauan dari segi sistematik ini filsafat berhadapan dengan tiga problem utama, yaitu
sebagai berikut:
1. Realitas Mengenai kenyataan, yang selanjutnya menjurus kepada masalah kebenaran.
Kebenaran akan timbul, bila orang telah dapat menarik kesimpulan bahwa pengetahuan yang
telah dimiliki ini telah nyata. Realitas atau kenyataan ini dipelajari oleh metaisika.
2. Pengetahuan Berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan, seperti apa hak pengetahuan, cara
manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan itu, dan jenis-jenis pengetahuan.
Pengetahuan dipelajari oleh epistemologi.
3. Nilai Dipelajari oleh cabang ilsafat yang disebut aksiologi. Pertanyaan yang dicari jawabnya,
antara lain nilai-nilai yang bagaimanakah yang dikehendaki oleh manusia dan yang dapat
digunakan sebagai dasar hidupnya.

BAB 4
Proses Hidup Sebagai Dasar Filsafat Pendidikan

9
A. PENDAHULUAN
Filsafat pendidikan mempelajari proses kehidupan dan alternatif proses pendidikan
dalam pembentukan watak, di mana kedua proses itu pada hakikatnya adalah satu. Proses
pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan
manusia.

B. PROSES PENDIDIKAN BERSAMA PERKEMBANGAN PROSES KEHIDUPAN


Pengertian pendidikan, sebagaimana yang telah kita bahas, berarti usaha manusia
dewasa secara sadar dalam membimbing, melatih, mengajar, dan menanamkan nilai-nilai dan
pandangan hidup kepada manusia yang belum dewasa. Tujuannya, agar menjadi manusia
dewasa, bertanggung jawab, dan mampu berdiri sendiri (mandiri) sesuai dengan sifat,
hakikat, dan ciri-ciri kemanusiaannya. Jadi, pendidikan merupakan suatu aktivitas manusia
terhadap manusia dan untuk manusia, atau yang berhubungan dengan hidup dan kehidupan
manusia dengan segala problematikanya.

C. PROSES HIDUP MANUSIA DAN FILSAFAT PENDIDIKAN


Sudah merupakan suatu kenyataan dalam proses kehidupan manusia, bahwa mereka
harus melaksanakan tugas-tugas hidup yang dilaksanakan dan ditunaikan dengan baik dan
sempurna.
Aliran-aliran filsafat pendidikan yang lahir kemudian, seperti progresivisme, essentialisme,
eksistensiahsme, eksperimentalisme, perenniallisme, rekonstruksionisme, dan lainlain, masih
berlandaskan kepada filsafat idealisme dan realisme tadi. Hampir semua aliran filsafat ini
membicarakan masalah pendidikan. Teori untuk pelaksanaan pendidikan, sesuai dengan
paham dan pandangan yang mereka anut untuk membentuk dan membina, serta
mengembangkan akal pikiran anak didik menuju kemajuan dan kebahagiaan mereka di
kemudian hari.

BAB 5
Tujuan Hidup dan Tujuan Pendidikan

A. MANUSIA DAN TUJUAN HIDUPNYA


Dengan akal manusia dapat menghubungkan sebab dan akibat, dapat menghubungkan
masa lalu dan masa yang akan datang, dapat mengerti lambang-lambang dan bahasa. Dengan
akal budi, manusia mempunyai cita-cita dan tujuan hidup. Karena, akal manusia melahirkan

10
kebudayaan, mengubah benda-benda alam menjadi benda budaya sesuai dengan kehendak
dan kebutuhan hidupnya. Karena akal, manusia menjadi bermoral dan menciptakan norma-
norma hidup bermasyarakat. Manusia dengan akalnya dapat berimajinasi, sehingga menjadi
makhluk yang mempunyai daya cipta yang tinggi.

1. Tujuan Hidup Bangsa Indonesia


Cita-cita kemerdekaan yaitu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Sedangkan potret manusia Indonesia yang dicita-citakan, dan menjadi tujuan hidup bangsa
terkandung dalam jiwa Pancasila. Yaitu, manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan manusia yang menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, serta mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, itulah
antara

2. Tujuan Hidup Manusia Menurut Pandangan Islam


Setiap manusia Muslim perlu menyadari tujuan hidup, kemudian berusaha untuk
menyesuaikan segala aktivitas dan langkah-langkah dalam kehidupannya sehari-hari, dengan
tujuan hidup yang sesuai dengan tuntutan agama. Orang yang tidak memahami dan
menyadari tujuan hidupnya, seperti seorang nahkoda kapal yang kehilangan petunjuk arah
dalam berlayar di tengah lautan lepas. Dikemudikannya kapal di tengah lautan lepas yang tak
tentu arah, lama kelamaan bahan bakar habis dan kapal pun karam ke dasar laut yang amat
dalam.
Maka tujuan hidup manusia dan orang-orang yang beriman ialah beribadah atau
mengabdi kepada Allah. Sehingga, menjadi orang yang taat dan mengabdi kepada Allah
Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta Alam Semesta ini. Dalam sebuah ayat lain Allah
berirman, yang artinya: “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah kepada
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus.”
(QS. Al-Bayyinah: 5)
Manusia paripurna yang dicita-citakan menurut ajaran Islam adalah manusia yang sehat
jasmani dan rohani, seimbang antara pemakaian akal dan perasaan, antara pengisian
kepentingan individu dengan kepentingan sosial, dan antara pengisian kehidupan di dunia

11
dengan kehidupan akhirat. Kehidupan di dunia hanyalah merupakan jembatan emas yang
akan menyampaikan manusia ke perkampungan.
Akhirat, di mana seluruh manusia akan hidup kekal di sana. Bagi setiap Muslim tidak
boleh melupakan salah satu dari aspek-aspek yang seharusnya selalu seimbang. Sebagai
Muslim tidak dibenarkan kalau hidup hanya mengejar kepentingan akhirat dengan melupakan
hak dan kewajiban hidup di dunia. Atau sebaliknya, hanya mengutamakan urusan keduniaan
belaka dengan mengenyampingkan kehidupan akhirat.
terjadi.

BAB 6
Fungsi Pendidikan dalam Kehidupan Manusia Sebagai Makhluk Biologis

Dalam pengertian yang lebih luas ini, hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah
proses hidup dan kehidupan yang berjalan bersama, tidak terpisah satu sama lain karena
berlangsung di dalam dan oleh proses masyarakat, sehingga sekurang-kurangnya tiap pribadi
manusia terlibat dengan pengaruh pendidikan. Jadi pendidikan meliputi seluruh umat
manusia, sepanjang sejarah adanya manusia dan sepanjang hidup manusia.
Jika diteliti lebih lanjut, aktivitas mendidik tentu ada materi ada yang di didikkan, yang
disebut sebagai ilmu pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan, berupa materi tadi mengandung
nilai didik.. Di dalam tiap-tiap materi (ilmu pengetahuan) yang diajarkan, senantiasa
terkandung nilai formal, materiel, dan nilai praktis.
Nilai formal ialah nilai membentuk dan membina kepribadian nilai materiel adalah
pengalaman, pengetahuan, atau penguasaan atas ilmu itu sendiri. Dan, nilai praktis ialah yang
berhubungan dengan nilai guna atau aspek praktis dari pengetahuan bahwa proses mendidik
berbeda.

BAB 7
Demokrasi Pendidikan

Demokrasi pendidikan dalam pengertian luas patut selalu dianalisis sehingga memberikan
manfaat dalam praktik kehidupan dan pendidikan yang mengandung tiga hal, yaitu:
(1) Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia,
(2) Setiap manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat, dan
(3) Rela berbakti untuk kepentingan atau kesejahteraan bersama.

12
1. Rasa Hormat Terhadap Harkat Sesama Manusia
pada prinsip ini dianggap sebagai pilar pertama untuk menjamin persaudaraan dan hak
manusia dengan tidak memandang jenis kelamin, umur, warna kulit, agama, dan bangsa.

2. Setiap Manusia Memiliki Perubahan ke Arah Pemikiran yang Sehat Dari


prinsip inilah, timbul pandangan bahwa manusia itu harus di didik, karena dengan pendidikan
itu manusia akan berubah dan berkembang ke arah yang lebih sehat, baik, dan sempurna.
Karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan anak atau peserta didik untuk berpikir dan memecahkan persoalan-persoalannya
sendiri secara teratur, sistematis, dan komprehensif serta kritis.

3. Rela Berbakti Untuk Kepentingan dan Kesejahteraan Bersama


Demokrasi di sini tidak berarti setiap orang dibatasi oleh kepentingan individu-individu
lain. Dengan kata lain, seseorang menjadi bebas karena orang lain menghormati
kepentingannya. Karena itu, seharusnya tidak ada seseorang yang karena kebebasannya
berbuat sesuka hatinya sehingga merusak kebebasan orang lain dan/atau kebebasan dirinya
sendiri. Dengan adanya norma-norma atau aturan serta tata nilai yang terdapat di masyarakat
itulah, yang membatasi dan mengendalikan kebebasan setiap orang.

PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI DALAM PENDIDIKAN


1. Hak asasi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan.
2. Kesempatan yang sama bagi warga negara untuk memperoleh pendidikan.
3. Hak dan kesempatan atas dasar kemampuan mereka.

Dari prinsip-prinsip tersebut di atas, dapat dipahami bahwa ide dan nilai demokrasi
pendidikan itu sangat banyak dipengaruhi oleh alam pikiran, sifat, dan jenis masyarakat di
mana mereka berada. Karena dalam kenyataannya, pengembangan demokrasi pendidikan itu
akan banyak dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan dan penghidupan masyarakat.

PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI DALAM PANDANGAN ISLAM


Acuan pemahaman demokrasi dan demokrasi pendidikan dalam pandangan ajaran Islam
rumusannya terdapat dalam beberapa sumber di bawah ini: 1. Al-Qur’an. Firman Allah SWT
dalam Al-Qur’an Surah Asy-Syuura ayat 38 dan Surah Yunus ayat 3: “... Sedang urusan

13
mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka mereka.” (QS. Asy Syuura: 38)
“manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih.” (QS. Yunus [19]: 3)
Dari contoh ayat-ayat Al-Qur’an di atas dapat dipahami adanya prinsip musyawarah dan
persatuan dan kesatuan umat sebagai salah satu sendi atau pilar demokrasi. Di samping itu,
pilar yang lain seperti tolong-menolong, rasa kebersamaan, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, pendidikan harus disebarluaskan ke segenap lapisan masyarakat secara
adil dan merata, sesuai dengan disparitas yang ada atau sesuai kondisi jumlah penduduk yang
harus dilayani. Untuk dapat memberikan pelayanan yang memadai dan cukup, diperlukan
sarana penunjang. Misalnya, tersedianya tenaga pendidik atau pembina yang mampu dan
terampil untuk mewujudkan tujuan sumber daya manusia yang berkualitas dan menghasilkan
warga negara yang mampu mengembangkan dirinya serta masyarakat sekitarnya ke arah
terciptanya kesejahteraan lahir dan batin, dunia dan akhirat.

D. DEMOKRASI PENDIDIKAN DI INDONESIA


Sebenarnya, bangsa Indonesia telah menganut dan mengembangkan asas demokrasi dalam
pendidikan sejak diproklamasikannya kemerdekaan hingga masa pembangunan dan era
reformasi sekarang ini. Hal itu dapat dilihat pada apa yang terdapat dalam halhal sebagai
berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31:
a. Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
b. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang
diatur dengan undang-undang.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional
3. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 4:
a. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.
b. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka
dan multimakna.
c. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik yang berlangsung sepanjang hayat.
d. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran

14
BAB 8
Aliran-aliran Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan memberikan jawaban terhadap problem yang menantang manusia,


yaitu jawaban atas ketidaktahuan tentang sesuatu. Bentuk dan wujud reaksi, kreasi,
pemahaman, gagasan-gagasan mengenai prinsip, dan citacita pendidikan tersimpul dalam
pokok ajaran aliran filsafat pendidikan. Karena telah banyaknya aliran filsafat pendidikan
yang tumbuh dan berkembang, maka jika kita mengamati secara mendalam ada perbedaan
dan segi teori dan praktik, yaitu berbeda dalam cara dan dasar pandangannya mengenai
pendidikan.

ALIRAN PROGRESIVISME
Aliran Progresivisme ini merupakan salah satu aliran ilsafat pendidikan yang berkembang
pesat pada permulaan abad ke XX dan sangat berpengaruh dalam pembaruan pendidikan.
Perkembangan tersebut terutama didorong terutama oleh aliran naturalisme dan
eksperimentalisme, instrumentalisme, evironmentalisme, dan pragmatism. sehingga
progresivisme sering disebut sebagai salah satu dari aliran tadi.
Progresivisme dalam pandangannya, selalu berhubungan dengan pengertian he liberal
road to cultural yakni liberal bersifal leksibel (lentur dan tidak kaku), toleran dan bersikap
terbuka, serta ingin mengetahui dan menyelidiki demi pengembangan pengalaman.

ALIRAN ESENSIALISME
Aliran filsafat pendidikan Esensialisme dapat ditelusuri dari aliran ilsafat yang
menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama, karena kebudayaan lama
telah banyak melakukan kebaikan untuk manusia. Kebudayaan lama telah ada semenjak
peradaban umat manusia dahulu, terutama semenjak zaman Renaissance mulai tumbuh dan
berkembang dengan megahnya. Kebudayaan lama melakukan usaha untuk menghidupkan
kembali ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan kesenian zaman Yunani dan Romawi kuno.
atau posisi Esensialisme merupakan perpaduan antara ide-ide ilsafat idealisme dan
realisme. Aliran tersebut akan tampak lebih mantap dan kaya dengan ide-ide, jika hanya
mengambil salah satu dari aliran sepihak. Pertemuan dua aliran itu bersifat eklektik, yakni
keduanya sebagai pendukung, tidak melebur menjadi satu atau tidak melepaskan identitas dan
ciri masing-masing aliran.

15
ALIRAN PERENNIALISME
Perennialisme berasal dan kata perennial diartikan sebagai continuing throughout the whole
year atau lasting for a very long time abadi atau kekal dan dapat berarti pula tiada akhir. Dengan
demikian, esensi kepercayaan filsafat Perennial ialah berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma
yang bersifat abadi.
Aliran ini mengambil analogi realitas sosial budaya manusia, seperti realitas sepohon bunga
yang terus menerus mekar dari musim ke musim, datang dan pergi, berubah warna secara tetap
sepanjang masa, dengan gejala yang terus ada dan sama. Jika gejala dari musim ke musim itu
dihubungkan satu dengan yang lainnya seolaholah merupakan benang dengan corak warna yang khas,
dan terus menerus sama.
Sikap yang dilakukan aliran ini, untuk kembali ke masa lampau bukanlah suatu sikap
nostalgia, sikap mengenang, dan membanggakan masa yang penuh kesuksesan, tetapi untuk membina
kembali keyakinan yang teguh kepada nilai-nilai asasi masa silam yang diperlukan untuk kehidupan
abad cybernetic ini.

2.2 Filsafat Pendidikan


16
B. Ringaksan Buku Pembanding

BAB 1
Sejarah Lahirnya Filsafat Pendidikan

Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan tentang


pengertian pendidikan yaitu: tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun
maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu,
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan ( the mother of sciences ) yang mampu
menjawab segala pertanyaan dan permasalahaan. Mulai dari masalah-masalah yang
berhubungan dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala problematika dan
kehidupanya.
Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak sadar akan hal tersebut. Kita
semua mempunyai ide-ide tentang benda-benda, tentang sejarah, arti kehidupan, mati, Tuhan,
benar atau salah, keindahan atau kejelekan dan sebagainya.
1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi tersebut menunjukkan arti sebagai informal;
2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan sikap yang
sangat kita junjung tinggi. Ini adalah arti yang formal;
3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan;
4) Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan
konsep;
5) Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung yang mendapat
perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.

BAB II

17
Sistematika Filsafat Pendidikan
A. Ontologi Filsafat Pendidikan
Ontologi adalah bagian filsafat yang paling umum, atau merupakan bagian dari
metafisika, dan metafisika merupakan salah satu bab dari filsafat. Obyek telaah ontologi
adalah yang ada tidak terikat pada satu perwujudan tertentu, ontologi membahas tentang yang
ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi
segala realitas

B. Epistemologi Filsafat Pendidikan


Terjadi perdebatan filosofis yang sengit di sekitar pengetahuan manusia, yang
menduduki pusat permasalahan di dalam filsafat, terutama filsafat modern. Pengetahuan
manusia adalah titik tolak kemajuan filsafat, untuk membina filsafat yang kukuh tentang
semesta (universe) dan dunia. Maka sumber-sumber pemikiran manusia, kriteria-kriteria, dan
nilai-nilainya tidak ditetapkan, tidaklah mungkin melakukan studi apa pun, bagaimanapun
bentuknya. Salah satu perdebatan besar itu adalah diskusi yang mempersoalkan sumber-
sumber dan asal-usul pengetahuan dengan meneliti, mempelajari dan mencoba
mengungkapkan prinsip-prinsip primer kekuatan struktur pikiran yang dianugerahkan kepada
manusia.

C. Aksiologi Filsafat Pendidikan


Sampailah pembahasan kita kepada sebuah pertanyaan: Apakah kegunaan ilmu itu bagi
kita? Tak dapat dipungkiri bahwa ilmu telah banyak mengubah dunia dalam memberantas
berbagai termasuk penyakit kelaparan, kemiskinan dan berbagai wajah kehidupan yang duka.
Namun apakah hal itu selalu demikian: ilmu selalu merupakan berkat dan penyelamat bagi
manusia. Seperti mempelajari atom kita bisa memanfaatkan wujud tersebut sebagai sumber
energy bagi keselamatan manusia, tetapi dipihak lain hal ini bisa juga berakibat sebaliknya,
yakni membawa manusia kepada penciptaan bom atom yang menimbulkan malapetaka.

BAB III
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Progresivisme
Dalam pandangan Progresivisme, manusia harus selalu maju (progress) bertindak
konstruktif, inovatif, reformatif, aktif dan dinamis. Sebab manusia mempunyai naluri selalu

18
menginginkan perubahan-perubahan. Menurut Imam Barnadib, Progresivisme menghendaki
pendidikan yang progresif (maju), semua itu dilakukan oleh pendidikan agar manusia dapat
mengalami kemajuan (Progress), sehingga orang akan bertindak dengan intelegensinya sesuai
dengan tuntutan dan lingkungan.

B. Konstruktivisme
Salah satu tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor konstruktivisme adalah Jean Piaget.
Dia adalah seorang psikolog kelahiran Nauchatel Swiss pada tanggal 9 agustus 1896 di
Swiss. Ayahnya, Athur Piaget, adalah seorang Profesor sastra abad pertengahan. Tahun 1918
Jean Piaget mengambil program Doktor dalam bidang ilmu pengetahuan alam di Universitas
Neuchatel. Pada tahun 1921 Jean Piaget menjadi guru besar dalam Psikologi dan Filsafat
Ilmu. Tahun 1955 mendirikan International Center of Genetic Epistimology, yaitu studi
tentang bagaimana seorang anak memperoleh dan memodifikasi ide-ide abstrak seperti ruang,
waktu, gaya dan lainnya. Teori ini yang sangat dikenal dengan teori perkembangan mental.
Selama hidupnya Jean Piaget telah menulis lebih dari 60 buku dan ratusan artikel. Piaget
meninggal di Janewa Swiss pada tanggal 16September 1980.

C. Humanistik
Aliran humanistik muncul pada pertengahan abad 20 sebagai reaksi teori psikodinamika
dan behavioristik. Teori psikodinamika yang dipelopori oleh Sigmund Freud yang berupaya
menjelakan hakekat dan perkembangan tingkah laku kepribadian. Model psikodinamika yang
di ajukan Freud disebut dengan Teori Psikoanalisis (analytic theory). Menurut teori ini
tingkah laku manusia merupakan hasil tenaga yang beroperasi di dalam pikiran yang sering
tanpa disadari oleh individu.

BAB IV
PERANAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Konsep Ilmu Pendidikan


Lenzen meninjau ilmu dari segi morfologis atau bentuk substansinya, sebagai
pengetahuan sistematis yang dihasilkan dari kegiatan kritis yang tertuju pada penemuan.
Ditinjau dari substansi atau isinya, ilmu pendidikan merupakan sebuah sistem pengetahuan
tentang pendidikan yang diperoleh melalui riset. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa
organisasi isi ilmu pendidikan, sebagai sebuah sistem konsep terbentuk dari unsur-unsur yang

19
berupa konsep tentang variabel-variabel pendidikan dan bagian-bagian yang berupa skema
konseptual tentang komponen pendidikan.

B. Peranan dalam Perencanaan Program Pendidikan


Filsafat termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau
paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat
pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-
gejalakependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam
suatu masyarakat tertentu.

C. Penerapan Filsafat Pendidikan di Sekolah


Sesuai yang tercantum dalam UU RI No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem
Pendidikan Nasional,yaitu yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Usaha di sini berarti kegiatan atau perbuatan dengan
mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud.

BAB V
AKSIOLOGI FILSAFAT DAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

A. Aksiologis Sebagai Cabang Filsafat


Nilai-nilai kebenaran, keindahan, kebaikan, dan religius adalah nilai-nilai keluhuran
hidup manusia. Nilai-nilai keluhuran hidup manusia dibahas oleh cabang filsafat yang disebut
aksiologi. Aksiologi membahas tentang nilai secara teoretis yang mendasar dan filsafati, yaitu
membahas nilai sampai pada hakikatnya. Karena aksiologi membahas tentang nilai secara
filsafati, maka juga disebut philosophy of value (filsafat nilai). Aksiologi adalah cabang
Filsafat yang menganalisis tentang hakikat nilai yang meliputi nilai-nilai kebenaran,
keindahan, kebaikan, dan religius.

B. Landasan Aksiologis Sistem Pendidikan Nasional

20
Nilai sesungguhnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan. Para ahli
kebudayaan berpandangan bahwa membahas tentang kebudayaan harus didasarkan pada
petunjuk keyakinan tentang nilai-nilai kejiwaan, yaitu baik-buruk, benar-salah, indah-jelek,
dan suci-dosa. Nilai sebagai hasil konsep ukuran yang diyakini seseorang atau kelompok
masyarakat merupakan bagian dari kebudayaan. Konsep ukuran tersebut tidaklah bebas dari
penilaian. Konsep ukuran nilai sekaligus juga merupakan objek bernilai yang potensial untuk
dinilai. Hal ini membawa konsekuensi bahwa penilaian seseorang pada dasarnya merupakan
penilaian yang bersifat sementara. Suatu ketika seseorang dapat memutuskan hasil penilaian
atas dasar konsep ukuran yang telah diyakininya, namun hasil penilaian itu akan berubah
seiring dengan berubah atau berkembangnya konsep ukuran yang diyakininya.

C. Refleksi Kritis Sistem Pendidikan Nasional


Landasan aksiologis sistem pendidikan nasional bermanfaat untuk menganalisis tentang
penerapan teori-teori pendidikan yang terkait dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan
nasional dirumuskan terutama dalam hubungannya dengan nilai-nilai keluhuran hidup.
Landasan aksiologis sistem pendidikan nasional Indonesia adalah nilai-nilai Pancasila.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 3 berisi ketentuan bahwa sistem pendidikan nasional adalah
keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional. Ketentuan ini menempatkan tujuan pendidikan nasional menjadi
penting, yaitu sebagai pertimbangan utama untuk merumuskan komponen-komponen
pendidikan yang lain terutama untuk mengevaluasi secara lebih baik mengenai tawaran-
tawaran teori-teori yang merupakan solusi bagi persoalan-persoalan utama pendidikan.

BAB VI
FILSAFAT PENDIDIKAN DALAM PROGRAM PENDIDIKAN KARAKTER

A. Filsafat Fungsi Pikiran


Pada hakikatnya manusia harus memilih antara baik dan buruk, salah dan benar, suka
dan tidak suka. Melalui pendidikan manusia dapat memilih yang sesuai dengan fitrah dirinya
yaitu benar atau kebenaran, bukan sekedar baik dan suka. Baik dan suka subjektifitas
perasaan, tetapi kebenaran adalah keberadaan pikiran dan kesadaran universal dan dapat
diterima oleh semua orang. Karena pada hakikatnya kebenaran hanya ada satu, dan tidak ada
dua kebenaran.

21
Filsafat pendidikan merupakan proses membangun kekuatan pikiran sesuai dengan
fungsi nilai. Pikiran merupakan rahmat dan anugerah yang tidak terpana nilainya. Dengan
pikiran manusia dapat berkomunikasi ke luar dan menafsirkan berbagai hal, meminba
pengetahuan dan pengalaman. Pikiran telah membuat manusia berkembang sedemikian rupa,
menciptakan berbagai alat dan sarana untuk memenuhi kebutuhan, menggali sumber alam,
menyusun masyarakat berbangsa dan bernegara, membangun budaya dan peradaban.

B. Definisi Pendidikan Berkarakter


Pendidikan karakter merupakan gabungan dari dua kata, yaitu pendidikan dan karakter.
Kita ketahui bahwa pengertian pendidikan begitu banyak versi yang menyebutkan. Salah
satunya adalah Ki Hadjar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa yang pertama tahun 1930
mengatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak;
dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan
kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan
dunianya.

C. Landasan Filsafat Tentang Pendidikan Karakter


Setiap paradigma pendidikan tidak bisa lepas dari akar filosofisnya. Sebab pendidikan
sebagai ilmu merupakan cabang dari filsafat dalam aplikasinya. Dalam filsafat pendidikan
terdapat beberapa aliran yang saling merekonstruksi masing-masing paradigma pendidikan
tersebut. Berangkat dari aliran-aliran filsafat tersebut kemudian membentuk paradigma yang
berbeda-beda. Paradigma yang dimaksud di sini adalah sebagai salah satu perspektif filosofis
dalam membaca persoalan mengenai pendidikan. Dalam filsafat kontemporer terdapat jenis
aliran filsafat diantaranya aliran progresivisme, esensialisme, perenialisme, eksistensialisme,
dan rekonstruksialisme.

D. Pandangan Filsafat Pancasila dalam Pendidikan Karakter


Pembangunan karakter bangsa bertujuan untuk membina dan mengembangkan karakter
warga negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha
Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karakter bangsa adalah kualitas perilaku
kolektif kebangsaan yang khas baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa,

22
dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa,
serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.

E. Peran Filsafat Pendidikan dalam Membangun Manusia Berkarakter


Seperti yang kita tahu bahwa, filsafat bukanlah ilmu positif seperti fisika, kimia, biologi,
tetapi filsafat adalah ilmu kritis yang otonom di luar ilmu-ilmu positif. Kelompok mencoba
mengangkat unsur pembentukan manusia.
Unsur lain yang menurut kelompok dapat membantu membentuk karakter manusia
sehingga manusia dapat hidup secara lebih baik, lebih bijaksana adalah agama. Dengan kata
lain, agama mengandung nilai-nilai universal yang pada hakikatnya mengajarkan yang baik
bagi penganutnya.

F. Peran Guru Filsafat dalam Pendidikan Karakter di Sekolah


Jika pendidikan karakter diselenggarakan di sekolah maka guru akan menjadi pioner dan
sekaligus koordinator program tersebut. Hal itu karena guru yang memang secara khusus
memiliki tugas untuk membantu siswa mengembangkan kepedulian sosial dan masalah-
masalah kesehatan mental, dengan demikian guru harus sangat akrab dengan program
pendidikan karakter.
Guru harus mampu melibatkan semua pemangku kepentingan (siswa, guru bidang studi,
orang tua, kepala sekolah) di dalam mensukseskan pelaksanaan programnya. Mulai dari
program pelayanan dasar yang berupa rancangan kurikulum bimbingan yang berisi materi
tentang pendidikan karakter, seperti kerja sama, keberagaman, kejujuran, menangani
kecemasan, membantu orang lain, persahabatan, cara belajar, menejemen konflik,
pencegahan penggunaan narkotika, dan sebagainya. Program perencanaan individual berupa
kemampuan untuk membuat pilihan, pembuatan keputusan, dan seterusnya. Program
pelayanan responsif yang antara lain berupa kegiatan konseling individu.

BAB III
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN

23
3.1. Keunggulan
Buku utama : Filsafat Pendidikan (2015)
Buku I yang teridiri dari 8 bab ini memiliki berbagai keunggulan. Secara sistematik
penulisan, buku ini sudah baik dan bab-babnya dibagi secara terperinci juga pembahasannya
jelas. Dari bab satu hingga bab terakhir membahas pembahasan yang menuju pada Filsafat
dalam Pendidikan . untuk itu buku ini sudah saling terkait antar bab. Isinya juga jelas
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Istilah-istilah asing dijelaskan melalui
pendeskripsian yang diberikan oleh pengarang.
Buku pembanding : Filsafat pendidikan (2019)
Buku pembanding terdiri dari 6 bab ini memiliki berbagai keunggulan. Pembahasan
yang singkat dan lebih mudah dipahami. Tidak menggunakan terlalu banyak kata sehingga
pembaca tidak akan bosan bila membaca buku ini. Dan langsung ke inti pembicaraan yang
memudahkan pembaca untuk memahami tentang materi lebih dalam.

3.2. Kelemahan
Buku utama : Filsafat Pendidikan (2015)
Dari segi keterkaitan bab, buku ini memiliki kelemahan yaitu pembahasannya yang tidak
banyak. Meskipun buku ini memiliki keterkaitan buku secara umum yang sudah baik, tetapi
buku ini kurang memberikan contoh dalam penerapan.
Buku pembanding : Filsafat pendidikan (2019)
Kelemahan buku ini, walaupun langsung ke inti materi tetapi masih ada yang kurang
dalam materinya. Sehinggga membingungkan pembaca jika ingin mengetahui filsafat lebih
dalam.

BAB IV
IMPLIKASI

24
4.1 Implikasi terhadap Teori/Konsep
Membaca buku yang berkaitan dengan materi pembelajaran tentunya sangat
diperlukan. Hal ini karena membaca membawa banyak dampak positif dari segala sisi
kehidupan. Salah satunya yaitu Implikasi terhadap Teori/Konsep.
Dengan membaca buku, dapat menambah ilmu pengetahuan, dan juga membuka
pikiran menjadi jauh lebih luas. Tak jarang dengan membaca buku dapat mendatangkan ide-
ide baru yang cemerlang.

4.2. Implikasi terhadap pembangunan di Indonesia


Dengan membaca buku kemudian membuka pikiran menjadi luas dan mendatangkan
ide-ide cemerlang, tentunya dapat berimplikasi terhadap pembangunan di Indonesia. maka
dapat dengan mudah membaca buku-buku Filsafat Pendidikan. Yang mana seluruh dunia
tahu bahwa Filsafat Pendidikan merupakan salah satu Negara dengan peradaban yang baik di
dunia. Jerman banyak menghasilkan filosofis dalam segala bidang ilmu pengetahuan.
Dengan begitu, membaca buku-buku Jerman dapat memperluas pengetahuan sehingga
pemuda-pemudi penerus bangsa dapat menemukan ide-ide baru yang nantinya akan sangat
berguna dalam pembangunan Indonesia menuju Negara Maju.

4.3 Implikasi terhadap analisis mahasiswa


Dengan adanya Critical Journal Book ini, dapat mengasah analisi mahasiswa sehingga
mahasiswa dapat mengasah skill dan ketelitian. Tentunya dapat ditrapkan dalam dunia
pekerjaan nantinya.

BAB V
PENUTUP

25
5.1 Kesimpulan
Dari penjabaran kekurangan dan kelebihan buku yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa membaca 2 buku sangat efektif dan membuat pembaca lebih
mudah dalam memahami materi pembelajaran bahasa Jerman. Ada baiknya kedua buku
tersebut digunakan berdampingan atau secara bersamaan sebagai bahan pembelajaran karena
ketiga buku tersebut saling melengkapi satu sama lain.

5.2 Saran
Dengan membaca kedua buku yang telah di bahas di Cbr ini, dapat memperkaya
pengetahuan akan belajar bahasa Jerman. Sehingga sudah semestinya mahasiswa
mananamkan kebiasaan membaca yang tidak akan merugikan malah akan membawa hal-hal
positif bagi diri sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

26
Al-Abrasy, Muhammad Athiyah. 1974. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam
(terjemahan H. Bustami A. Ghani dan Djohar Bahri). Jakarta: Bulan Bintang.
Abdullah, A. S. (t.t.). Educational Theory a Quranic Outlook. Makkah AlMukarramah:
Umm al-Qurra University.

27

Anda mungkin juga menyukai