Skor Nilai :
JUDUL BUKU :
NIM : 2212132001
Puji Tuhan, terima kasih saya ucapkan atas bantuan Tuhan yang telah
mempermudah dalam pembuatan laporan Critical Book Report (CBR) ini,hingga akhirnya
terselesaikan tepat waktu.Tak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Anada Leo
Virganta yang telah membimbing dan mendukung dalam penyelesaian tugas saya ini.
Laporan critical book ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Pendidikan.Saya sangat berharap kiranya critical book ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
mengetahui isi buku beserta kelebihan dan kekurangan dari buku tersebut.Saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam critical book ini terdapat kekurangan dan jauh darikata sempurna.Oleh
sebab itu,saya berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan critical book selanjutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
• Meningkatkan minat bagi para pembaca yang ingin mengetahui buku ini.
• Dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam membuat laporan yang baik dan
benar.
• Dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dari teori dan aplikasi dari hasil
gagasan sehingga dapat menjadi inspirasi baru bagi para mahasiswa.
• Dapat berpikir Logis dan Kritis terhadap suatu masalah dari kedua buku tersebut.
• Dan dapat mengenal bagaimana cara membandingkan 2 buku yang berbeda dengan
setiap bab yang berjudul sama.
1
D.Identitas dari kedua buku yang di review
BUKU UTAMA
1. Judul : FILSAFAT PENDIDIKAN
2. Pengarang : Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd.
3. Penerbit : Valia Pustaka Jogjakarta
4. Kota terbit : JOGJAKARTA
5. Tahun terbit : 2016
6. ISBN : 978-602-71540-8-7
BUKU PEMBANDING
1. Judul : Filsafat Pendidikan
2. Pengarang : Dr. H. Amka, M.Si.
3. Penerbit : Nizamia Learning center
4. Kota terbit : Sidoarjo
5. Tahun terbit : 2019
6. ISBN : 978-623-7169-27-7
2
BAB II
Filsafat adalah hasil akar seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran
dengan sedalam – dalamnya.
1. Idealisme, aliran ini memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan
fisik. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif
2. Realisme, membagi bahwa hakekat realitas terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani.
3. Materialisme, aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Memiliki dua
variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
4. Pragmatisme, merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak dapat bersifat mutlak
(absolut) tetapi relatif tergantung kepada kemampuan manusia.
5. Eksistensialisme, memfokuskan kepada pengalaman individu.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah – masalah
pendidikan.
3
Bab II Dasar – Dasar Pengetahuan (Penalaran dan Logika)
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang
berupa pengetahuan.Kemampuan menalar ini menyebabkan manusia mampu
mengembangkan pengetahuan. Dengan adanya pengetahuan, maka manusia bisa mengetahui
yang benar dan yang salah, baik dan buruk, serta indah dan jelek.
1. Ilmu teoritis
Deskriptif (ideografis)
Nomotetis (eksplanatif)
2. Ilmu terapan
Normatif, yaitu ilmu – ilmu logika, hukum, dll.
Positif (pragmatis)
4
Bab III Hakikat Manusia dan Hakikat Pendidikan
Sifat hakikat manusia dapat diartikan sebagai ciri – ciri karakteristik yang dapat
membedakan manusia dengan hewan secara prinsipil. Sifat hakikat manusia menurut paham
eksistensialisme (Umar Tirtaraharja dan Lasula, 2000)
Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang kita sebut sesuatu
sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran, fisika, matematika,
dan lain sebagainya, umat manusia lebih dulu memikirkan dengan bertanya tentang berbagai
hakikat apa yang mereka lihat. Kemudian jawaban mereka itulah yang nanti akan kita sebut
sebagai sebuah jawaban filsafati.
5
B. Bagaimana Filsafat Pendidikan sebelum Abad 20?
Filsafat Yunani lebih maju dan berkembang pada masa Aristoteles. Bahkan Aristoteles
tidak hanya ahli filsafat, melainkan juga sebagai ilmuwan.
Filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam
bidang pendidikan
Sejak filsafat ikut menentukan kebijakan-kebijakan dalam pendidikan sampai akhir abad 19,
paling kurang ada 3 tonggak utama yang dapat dikenali, yaitu Tonggak Pertama, Aristoteles,
Tonggak kedua, Francis Bacon,Tonggak ketiga, perkembangan abad 19
6
BAB V ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI
1. Pengertian Ontologi
Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani, yaitu Ontos: being, dan Logos: Logic. Jadi,
ontologi adalah the teori tentang keberadaan sebagai keberadaan Ontologi merupakan ‘ilmu
pengetahuan’ yang paling universal dan paling menyeluruh.
Secara sederhana obyek kajian ilmu ada dalam jangkauan pengalaman manusia.Obyek kajian
ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia.
1. Pengertian Epistemologi
Secara garis besar definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji
dan membahas tentang batasan, dasar dan pondasi, alat, tolak ukur, keabsahan, validitas, dan
kebenaran ilmu, makrifat, dan pengetahuan manusia.
2. Metode Epistemologi
metode ilmu ini adalah menggunakan akal dan rasio, karena untuk menjelaskan pokok-
pokok bahasannya memerlukan analisa akal.
3. Aliran Epistemologi
Empirisme
Realisme
Idealisme
Positivisme
Pragmatisme
7
C. Apa itu Aksiologi?
Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya "Filsafat Ilmu," mendefinisikan aksiologi dalam dua
tahap. Tahap pertama, ilmu yang otonom terbebas dari segenap nilai yang bersifat dogmatik
(bebas nilai) sehingga dengan leluasa ilmu dapat mengembangkan dirinya (fungsi
internal).Tahap kedua, ilmu juga bertujuan memanipulasi faktor-faktor yang terkait dalam
gejala tersebut untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi.
1. Etika
Etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan perbuatan manusia dari sudut baik dan
tidak baik yang berlaku
Para filsuf utilitarian, memandang bahwa suatu tindakan itu dapat dinilai etis atau tidak etis
berdasarkan seberapa besar tindakan itu mendatangkan suatu kemanfaatan alamiah.
Istilah etika obyektif untuk menunjuk setiap kalimat etika yang dikemukakan secara bebas
tidak ada muatan suatu kepentingan apapun dari orang yang mengemukakannya (Edwards,
1972: 70).
Setiap komunikasi insani, hampir dapat dipastikan merupakan komunikasi antar budaya.
Kritisime etika dalam konteks ini ditujukan pada segi-segi moral dari segala sesuatu yang
terjadi dan terdapat di dalam teks dan dampak yang mungkin timbul dari teks itu.
2. Estetika
Estetika berbicara tentang indah atau tidaknya sesuatu. Tujuannya adalah untuk menemukan
ukuran yang berlaku umum tentang apa yang Indah dan tidak indah. Nilai atas sesuatu yang
disebut indah atau tidak indah.
8
a). Teori Estetika Formal
Teori ini menyatakan bahwa keindahan luar bangunan menyangkut persoalan bentuk dan
warna.
Teori ini menyebutkan bahwa keindahan tidak selalu terjelma dari bentuknya tetapi dari
maksud dan tujuan atau ekspresinya.
masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk menerjemahkan konsep di luar
menjadi “Islami”. Maarif mendefinisikan masyarakat madani sebagai sebuah masyarakat
yang terbuka, egaliter, dan toleran atas landasan nilai-nilai etik-moral transendental yang
bersumber dari wahyu Allah (Maarif, 2004: 84).
Ada beberapa ciri-ciri utama dalam civil society, diantaranya adalah sebagai berikut
- demokratisasi
- toleransi
- pluralisme
- keadilan sosial
- partisipasi sosial
- supermasi hukum
9
D. Bagaimana Konsep Masyarakat Madani?
Konsep masyarakat madani yang menjadi perbincangan dewasa ini pada dasarnya memang
mengacu pada konsep civil. Salah satu ide penting yang melekat dalam konsep civil society
adalah keinginan memperbaiki kualitas hubungan antara masyarakat dengan institusi sosial
Islam memiliki landasan kuat untuk melahirkan masyarakat yang beradab serta komitmen
pada kontrak sosial dan norma yang telah disepakati bersama. Masyarakat ideal, dalah
masyarakat dengan tatanan sosial yang baik, berasas pada prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara hak dan kewajiban individu dengan hak dan kewajiban sosial.
Selain ikut membangun dan memberdayakan masyarakat, masyarakat madani juga ikut
mengontrol kebijakan-kebijakan negara. Dalam pelaksanaannya, mereka bisa memberikan
saran dan kritik terhadap negara. Saran dan kritik itu akan obyektif, jika ia tetap independen.
Setiap warga negara berada dalam posisi yang sama, memiliki kesempatan yang sama, bebas
menentukan arah hidupnya, tidak merasa tertekan oleh dominasi negara, adanya kesadaran
hukum, toleran, dan memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara.