PRODI S1 PENMAS-FIP
ILMPU PENDIDIKAN
NIM : 1213171026
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Critical Book Report ini dalam keadaan baik.
Selanjutnya penulis juga berterimakasih kepada Bapak Ibnu Hajar dan Ibu Nanda Setiawati
sebagai Dosen Pengampu pada Mata Kuliah “ILMU PENDIDIKAN ” yang telah memberikan
penulis kesempatan untuk membuat kritik buku ini.
Dalam laporan ini akan disajikan hasil ringkasan dari buku yang penulis analisis dan telah
di kritisi, sehingga terdapat uraian tentang kekurangan dan kelebihan yang ada pada buku yang
di kritis. Untuk itulah penulis membuat ringkasan buku ini, kiranya dapat bermanfaat bagi
setiap pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, baik
dalam segi pemaparan maupun dalam teknik pengetikan. Maka dari itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pihak pembaca demi perbaikan makalah ini. Akhirnya
saya ucapkan terimakasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
D. Identitas Buku yang di Review
a. Buku Utama
5
BAB II
Secara etimologi, hakikat adalah kebenaran atau yang sebe narnya, asal segala sesuatu. Bisa
juga hakikat itu merupaan intisari dari segala hal atau yang menjadi ruh sesuatu. Manusia adalah
makhluk unik ciptaan Allah lainnya tidak memilikinya. Manusia sempurna karena memiliki dua
hal besar yang pokok yaitu pertama Akal dan kedua Hati. Pertama dengan akal manusia bisa
berpikir tentang diri, lingkungan dan alam seki tarnya untuk kemajuan dan eksistensi manusia.
1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat meng gerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.
3. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai (tuntas) selama hidupnya.
5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, mem bantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
Hakikat manusia pada dasarnya adalah sebagai makhluk yang memiliki kesadaran susila
(etika) dalam arti ia dapat mema hami norma-norma sosial dan mampu berbuat sesuai dengan
norma dan kaidah etika yang diyakininya. Sedangkan makna este tis yaitu pemahaman tentang
6
hakikat manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa keindahan (sense of beauty) dan rasa
estetika (sense of estetics).
C. Dimensi-dimensi Kemanusiaan
1. Dimensi keindividualan
2. Dimensi kesosialan
3. Dimensi kesusilaan
4. Dimensi keberagamaan
5. Dimensi kesejarahan
1. Pentingnya hakekat anak sebagai manusia, dimana anak merupakan salah satu
unsur/komponen system pendidikan dan urusan utama pendidikan adalah manusia
2. Hakekat anak sebagai manusia, dimana anak manusia ketika lahir dibekali bermacam-
macam potensi, anak adalah calon manusia yang dapat tumbuh & berkembang dan
Dalam mengembangkan dirinya ia membutuhkan lingkungan hidup berkelompok.
7
2. Pengarahan dari orang-orang bertanggung jawab
Konsep berasal dari bahasa latin conceptum artinya sesuatu yang dipahami. Menurut istilah
Konsep merupakan sesuatu yang memiliki komponen, unsur, ciri - ciri yang dapat diberi nama
atau simbol. Konsep juga bisa disebut ide yang mewakili suatu bentuk hanya dapat dimengerti
oleh akal pikiran. Menurut Aristoteles dalam bukunya yang berjudul “ The Classical Theory of
Concept ” menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan
pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia
Menurut bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya
awalan “pe” dan akhiran “an”,mengandung arti “perbuatan”. Secara etimologi pendidikan
berasal dari bahasa Yunani kuno “paidagogeo” kemudian menjadi “peadagogie”. Kata
“peadagogie” ini terdiri dari kata “pais” artinya anak, dan “again” diterjemahkan membimbing,
jadi “peadagogie” yaitu bimbingan dari orang dewasa yang diberikan kepada anak.
Yang dimaksud dengan dasar disini adalah sesuatu yang menjadi kekuatan bagi tetap
tegaknya suatu bangunan atau lain nya,seperti pada rumah atau gedung maka pondasilah yang
men jadi dasarnya. Begitu pula dengan halnya pendidikan, dasar yang dimaksud adalah dasar
pelaksanaanya,yang mempunyai peran penting untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan
pendidi kan di sekolah-sekolah atau di lembaga-lembaga pendidikan lainnya.
8
Tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pa da subjek didik setelah mengalami
proses pendidikan baik tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan
ma syarakat dari alam sekitarnya dimanapun individu itu hidup.
Pendidikan sebagai sebuah aktivitas tidak lepas dari fungsi. Fungsi utama pendidikan
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, kepribadian serta peradaban yang
bermarta bat dalam hidup dan kehidupan atau dengan kata lain pendidikan berfungsi
memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang benar sesuai dengan norma yang dijadikan
landasannya
Tanggung jawab pendidikan diselenggarakan dengan kewa jiban mendidik. Secara umum
pendidik ialah membantu anak didik didalam perkembangan dari daya-dayanya didalam
peneta pan nilai-nilai. Bantuan atau bimbingan itu dilakukan dalam per gaulan antara pendidik
dan anak didik dalam situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga
(keluarga), sekolah, maupun masyarakat.
9
masyarakat ini telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari
asuhan keluarga dan berada diluar dari pendidikan sekolah.
Ilmu pendidikan atau paedagogie adalah teori pendidikan perenungan tentang pendidikan
dalam arti luas. Ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai
permasala han yang timbul dalam praktik. Ilmu pengetahuan memiliki syarat pokok yaitu
memiliki obyek sendiri, metode penyelidikan, sistematika, dan tujuan sendiri. Ilmu pengetahuan
memiliki 3 syarat pokok yang harus dipenuhi yaitu suatu ilmu pengetahuan harus mempunyai
obyek tertentu (khususnya obyek formal), harus menggunakan metode metode tertentu yang
sesuai, dan harus menggunakan sistematika tertentu.
1. Tentang Objek
Obyek ilmu pengetahuan itu ada dua yaitu material dan formal, Obyek material itu adalah
materinya atau bendanya yang dikenai pendidikan yaitu para peserta didik dan warga belajar.
Se dangkan obyek yang kedua yaitu obyek formal adalah usaha yang dilakukan untuk mendidik
dan menbentuk anak menjadi manusia yang beradab. Dalam artian manusia yang berpendidikan,
berbu daya, berakhlaq, sopan dan berbudi pekerti.
2. Tentang Metode
Suatu ilmu pengetahuan harus mempergunakan metode metode yang ilmiah begitu pun ilmu
pendidikan. Metode-metode yang banyak digunakan dalam ilmu pendidikan diantaranya:
a. Metode observasi yaitu metode pengumpulan data dengan mengamati sesuatu secara
langsung. Contoh : kita mengamati bagaimana pertumbuhan kacang hijau hingga menjadi
ke cambah.
b. Metode angket yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan
tertulis untuk dijawab secara tertulis pula. Contoh : kita memberikan angket berisi
pertanyaan mengenai pergaulan bebas kepada beberapa sekolah.
10
c. Metode eksperiment yaitu suatu percobaan ilmu pengeta huan dan teknologi agar
menghasilkan suatu produk yang aman untuk digunakan oleh masyarakat. Contoh :
sekelom pok siswa sedang melakukan percobaan membuat shampoo dari kulit pisang
sebagai tugas akhir dan persyaratan kelulu san.
d. Metode testing yaitu teknik untuk menguji suatu perangkat secara lengkap. Contoh :
siswa SMK melakukan software testing yang terfokus pada black-box dari hasil yang
mereka buat.
3. Tentang Sistematika
Dengan menggolongkan berbagai masalah dalam ilmu pengetahuan, ini menun jukkan
bahwa penyusunan ilmu pendidikan itu telah sistematika. Dengan demikian ilmu pendidikan
telah memenuhi sis tematika dalam proses berpikirnya dijiwai oleh suatu cita (ideal) yang
menyeluruh dan menyatukan sehingga saling bersangkut paut, serasi dan merupakan suatu
kesatuan
Kedudukan ilmu pendidikan itu berada ditengah-tengah ilmu yang lain dalam
penyelenggaraan atau pelaksanaannya. Kedudukan ilmu pendidikan dalam penyelenggaraannya
antara lain membimbing seseorang untuk dapat mewujudkan impiannya agar dia memjadi
manusia yang ideal. Dalam artian manusia yang tau akan harkat atau usaha un tuk menaikkan
kedudukan dan martabatnya. Dan mendidik agar manusia dapat mencapai kebahagiaan dalam
hidup di dunia seperti interaksi sosialnya dalam bermasyarakat ataupun di akhirat kelak.
Maka sifat pertama dari ilmu pendidikan adalah bersifat te oritis sebagai perenungan dalam
pelaksanaan pendidikan itu sendiri dengan menyelidiki menata secara sistematis akan fungsi dan
tugas ilmu pendidikan serta teori pendidikan secara khusus. Teori-teori, pedoman-pedoman, dan
prinsip-prinsip itu dibuat, diciptakan tidak hanya untuk diketahui melainkan dilaksanakan dalam
praktek pendidikan.
11
Oleh karena itu sifat yang kedua bersifat praktis sebab ditu jukan kepada praktik dan
perbuatan-perbuatan yang mempenga ruhi peserta didiknya, serta memahami dan mendalami
dalam tindakan (proses) pendidikan. Dan pengarahan yang perlu ada didalam usaha pendidikan
Sifat yang ketiga normatif, didasarkan pada pemilihan antara yang baik dan tidak baik untuk
anak didik dan manusia pada umumnya sama halnya dengan penanaman nilai-nilai luhur yang
dijunjung tinggi dalam pandangan manusia, norma-norma kemanusiaan kepada peserta didik
Obyek ilmu pendidikan menurut Langevelt dan Driyakara adalah fenomena pendidikan, yaitu
gejala yang tampak, dihayati, dirasakan, diekspresikan atau mengekspresikan diri dalam
ke hidupan sehari- hari. Dalam pendidikan banyak segi dan pihak yang turut serta langsung
ataupun tidak langsung. Dan perlu kalian ketahui bahwa obyek ilmu pendidikan itu tidak
hanyalah peserta didik. Adapun obyek-obyek dari ilmu pendidikan itu adalah: Peserta didik,
Pendidik, Materi pendidikan,Metodologi pembelajaran, Evaluasi pendidikan/pembelajaran, Alat-
alat pendidikan, Lingkungan sekitar dan Dasar/tujuan Pendidikan.
Adapun ilmu-ilmu bantu dalam ilmu pendidikan adalah, yaitu sebagai berikut
a. Ilmu-Ilmu Biologi : embryologi yaitu bidang ilmu yang mem pelajari bagaimana sel
tunggal membelah dan berubah selama perkembangan untuk membentuk organisme
multiseluler, fiologi, anatomi berhubungan dengan struktur dan organisasi dari makhluk
hidup, pathologi merupakan diagnosis penyakit melalui pemeriksaan organ, jaringan,
cairan tubuh, dan seluruh (autopsi).
b. Ilmu-Ilmu Jiwa : ilmu jiwa umum, ilmu jiwa perkembangan, ilmu jiwa social, ilmu jiwa
pendidikan.
c. Ilmu-Ilmu Sosial : sosiologi yaitu ilmu pengetahuan tentang masyarakat, ekonomi,
hukum, anthropologi yaitu ilmu tentang manusia.
12
BAB IV. FAKTOR-FAKTOR ATAU KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN
A. Faktor Tujuan
Bagaimanapun segala sesuatu atau usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan
mempunyai arti apa-apa. Dengan demikian, tujuan merupakan faktor yang sangat menentukan,
cita-cita atau tujuan yang ingin dicapai harus dinyatakan dengan jelas, sehingga semua pelaksana
dan sasaran pendidikan memahami atau mengetahui suatu proses kegiatan seperti pendidikan,
jika tidak mempunyai tujuan yang jelas untuk dicapai maka prosesnya akan mengabur.
a. Sebagai arah pendidikan, Dalam hal ini arah tujuan akan menunjukan jalan yang harus
ditempuh dari situasi sekarang ke situasi berikutnya. Untuk meninjau tujuan sebagai arah
tersebut, tidak ditekankan pada persoalan kejurusan dalam garis yang telah memberi arah
pada usaha tersebut, tetapi ditekankan kepada masalah garis manakah yang harus kita ambil
dalam melaksanakan usaha tersebut, atau manakah yang harus ditempuh dalam keadaan
“sekarang dan disini".
b. Tujuan sebagai titik akhir
c. Tujuan sebagai titik tangkal mencapai tujuan lain
d. Memberi nilai pada usaha yang di lakukan
13
c. Tujuan tak lengkap Adalah tujuan yang hanya mencakup salah satu dari aspek
kepribadian, misal tujuan khusus pembentukan kecerdasan saja tanpa memperhatikan
yang lainnya.
d. Tujuan sementara Tingakatan demi tingkatan yang di upayakan untuk menuju tujuan
akhir itulah yang di maksud dengan tujuan sementara, misal anak menyelesaikan
pelajaran di jenjang pendidikan dasar merupakan tujuan sementara untuk selanjutnya
meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi seperti SMU dan perguruan tinggi.
e. Tujuan insidentil Merupakan yujuan yang bersifat sesaat karena adanya situasi yang
terjadi secara kebetulan, misal seorang ayah memanggil anaknya dengan tujuan anak
mencapai kepatuhan.
f. Tujuan intermedier Disebut tujuan perantara , yakni tujuan yang dilihat sebagai alat dan
harus dicapai lebih dahulu demi kelancaran pendidikan selanjutnya. Misalnya, anak dapat
membaca dan menulis demi kelancaran mengikuti pelajaran di sekolah.
B. Faktor Pendidik
Pendidik ialah orang yang memikul pertanggung jawaban untuk mendidik. Dwi Nugroho
Hidayanto mengemukakan bahwa pengertian pendidik meliputi, Orang dewasa, Orang tua,
Guru, Pemimpin masyarakat, Pemimpin agama.
Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok
orang yang menjalankan kegiatan pendidikan, anak didik memiliki beberpa karakteristik
diantaranya :
1.) Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik
2.) Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya.
3.) Sebagai manusia memiliki sifat-sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara terpadu,
menyangkut seperti kebutuhan biologis, rohani, sosial, inteligensi, emosi, kemampuan
berbicara, perbedaan individual dan sebagainya.
14
D. Factor Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya
suatu tujuan pendidikan yang tertentu
E. Faktor Lingkungan
Pendidikan formal sangat terstruktur dan tersusun atas unit unit hierarkhis, baik
kelasmaupun jenjang, sedangkan pendidikan non formal tidak. Dengan demikian telah
menjelaskan bahwa pen didikan pada jalur non-formal dan informal belum ditan gani seperti
halnya dengan pendidikan formal. Sehingga akibatnya maka organisasi dan administrasi
pendidikan di masyrakat kurang tertib disbandingkan dengan hal yang sama pada sekolah.
Begitu pula dengan fasilitas dan sarana belajarnya tidak selengkap pada sekolah. Juga
den gan proses belajarnya, meskipun pengawasan tetap dila kukan oleh pihak pemerintah yang
terkait dengan lem baga-lembaga pendidikan itu. Hal ini bisa dimaklumi se bab tujuan
pendidikan di masyarakat sebagian besar me nekankan pemberian bekal agar warga bisa belajar
hidup mandiri.
15
2. Bentuk-bentuk Lembaga Pendidikan Formal, Informal, dan Non-Formal
Bentuk- bentuk lembaga pendidikan formal, dijelaskan da lam UU No.20 Tahun 2003
pasal 14 yang menyatakan bahwa jalur pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, yang mencangkup pendidikan umum, kejuruan,
akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khu sus. Di mana pendidikan khusus adalah
pendidikan untuk anak anak luar biasa, dan pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang
banyak diwarnai oleh keagamaan.Sementara pendidikan akademik dan professional/vokasi
diselenggarakan di perguruan tinggi.
Satuan pendidikan non formal diperluas menjadi enam yaitu sebagai berikut;
a. Lembaga kursus
b. Lembaga pelatihan
c. Kelompok belajar
d. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM )
e. Majelis Talim
f. Satuan pendidikan sejenis
16
BAB VI. ALIRAN-ALIRAN DALAM PENDIDIKAN
A. Landasan Pendidikan
1. Pengertian Landasan Pendidikan
Landasan, istilah landasan mengandung arti sebagai alas, dasar atau tumpuan. Istilah
landasan dikenal pula sebagai fun dasi. Mengacu pada pengertian tersebut, dapat dipahami
bahwa landasan adalah alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik tolak
dari suatu hal ; atau suatu fndasi tempat berdirinya suatu hal.
Pendidikan yang diselenggarakan dengan suatu landasan yang kokoh, maka prakteknya
akan mantap, artinya jelas dan tepat tujuannya, tepat pilihan isi kurikulumnya, efisien dan efektif
cara-cara pendidikan yang dipilihnya, dan seterusnya. Dengan demikian landasan yang kokoh
setidaknya kesalahan-kesalahan konseptual yang dapat merugikan akan dapat dihindarkan
sehingga praktek pendidikan diharapkan sesuai dengan fungsi dan sifatnya, serta dapat
dipertanggung jawabkan.
B. Aliran-aliran Pendidikan
17
a. Aliran Nativisme
Aliran Nativisme berasal dari kata “natus” (lahir), “nativis” (pembawaan) yang ajarannya
memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa sesuatu kekuatan yang disebut
potensi (dasar). Aliran Nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor
yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu semata-mata dimungkinkan dan
ditentukan oleh dasar turunan.
b. Aliran Empirisme
c. Aliran Naturalisme
Aliran Naturalisme pada dasarnya hampir sama dengan na tivisme, namun airan
Naturalisme meyakini adanya adanya pem bawaan dan mileu (lingkungan). Namun demikian
ada dua pan danganbesar mengenai hal ini. Pertama disampaikan J.J Rousseu yang berpendapat
bahwa pada dasarnya manusia baik, namun jika ada yang jahat itu karena terpengaruh oleh
lingkungan kedua disampaikan oleh Mensius yang berpendapat bahwa pada dasrnya manusia itu
jahat. Ia menjadi manusia yang baik karena bergaul dengan lingkungannya.
d. Aliran Konvergensi
Gagasan Stern mengenai konvergensi ini didasri pada dua teori sebelumnya, yakni
nativisme dan empirisme. Oleh karena tu, dapat dikatakan bahwa konvergensi merupakan
gabungan antara kedua teori tersebut.
18
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan buku yang sudah saya review yang berjudul ilmu pendidikan, yang menjadi
fokus kajian krisis tentang ilmu pendidikan adalah hakikat manusia dan kebutuhannya akan
pendidikan serta perkembangan anak, konsep pendidikan, konsep ilmu pendidikan, factor-faktor
atau komponen-komponen pendidikan, lembaga pendidikan, pusat pendidikan, serta pengaruh
timbal balik antara sekolah dan masyarakat, aliran-aliran dalam pendidikan, persyaratan pendidik
dan kewibawaan dalam pendidikan, konsep pendidikan seumur hidup, dan lain sebagainya.
Seluruh materi tersebut di atas dikaji dan ditelaah secara kritis, baik pada ranah teoritis,
normatif, sosi ologis, dan praksis sehingga menghasilkan sebuah konstruk IV pemikiran
pendidikan yang integratif dan visioner.
Maka setelah mereview isi buku Ilmu Pendidikan, Dapat dibuat kesimpulan dan juga
kelebihan dan kekurangan yang ada pada buku tersebut.
19
B. Kekurangan Isi Buku
1. Menurut saya buku ini kurangnya terletak pada bahasa nya kurang bagus, karena sering
terdapat kalimat yang berulang-ulang.
2. Jika pembaca adalah orang tua yang belum memiliki banyak ilmu parenting, , beberapa
kalimat akan susah dipahami karena sebagian dilengkapi dengan kalimat-kalimat rumit.
3. Tidak dilengkapi pendapat para ahli mengenai pengertian antropologi sosial, sehingga
teori yang disampaikan kurang memadai.
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Yang menjadi fokus kajian krisis tentang ilmu pendidikan adalah hakikat manusia dan
kebutuhannya akan pendidikan serta perkembangan anak, konsep pendidikan, konsep ilmu
pendidikan, factor-faktor atau komponen-komponen pendidikan, lembaga pendidikan, pusat
pendidikan, serta pengaruh timbal balik antara sekolah dan masyarakat, aliran-aliran dalam
pendidikan, persyaratan pendidik dan kewibawaan dalam pendidikan, konsep pendidikan seumur
hidup, dan lain sebagainya.
Seluruh materi tersebut di atas dikaji dan ditelaah secara kritis, baik pada ranah teoritis,
normatif, sosi ologis, dan praksis sehingga menghasilkan sebuah konstruk IV pemikiran
pendidikan yang integratif dan visioner.
B. Saran
Setelah melakukan penulisan review buku ini, penulis menyarankan kepada pembaca agar
kepada generasi mudah dapat mengetahui Konsep Ilmu pendidikan, selain itu untuk menghindari
ethnosentrisme yang sempit karena dengan mempelajari ilmu pendidikani kita mampu
memahami berbagai pengertian da pengetahuan mengenai ilmu pendidikan.
Berdasarkan isi buku utama, saran saya dalam penulisan isi buku selain harus terperinci
penulis juga harus memperhatikan karakteristik buku supaya para pembaca tertarik untuk
membaca buku. Selain itu kepada pembaca juga dapat memahami isi buku.
21
DAFTAR PUSTAKA
Mohammad Yahya, S.Ag. M.Pd, 2020. Ilmu Pendidikan. IAIN Jember Press. JEMBER. Cetakan
ke-01. 202 halaman.
22