Anda di halaman 1dari 28

CRITICAL BOOK REVIEW

“Filsafat Pendidikan”

Disusun Oleh :
Gabriel Frandika Tarigan (5233151024)
Ray Rivandi Tarigan (5233151019)
Ricardo Manurung (5233151018)
M.Fattah (5233151017)

Dosen Pengampu:
Drs.Arifin Siregar,M.Pd.

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

FAKULTAS TEKNIK

PRODI PENDIDIKAN TEKNOLOGI

INFORMATIKA DAN KOMPUTER

2023
EXECUTIVE SUMMARY

Buku yang dianalisis berjudul Filsafat pendidikan karya Yusnadi


dan kawan kawan adalah buku yang bagus dan lengkap, di dalam buku
ini memiliki bab yang masing-masing bab memiliki rincian yang
menarik. Filsafat di gambarkan sedemikian rupa agar pembaca dapat
memahami betul apa sebenarnya filsafat itu.Belajar filsafat pada
umumnya menjadikan manusia lebih bijaksana. Bijaksana artinya
memahami pemikiran yang ada dari sisi mana pemikiran itu
disimpulkan. Memahami dan menerima sesuatu yang ada dari sisi mana
keadaan itu ada. Plato merasakan bahwa berpikir dan memikir sesuatu
itu sebagai suatu nikmat yang luar biasa sehingga filsafat diberi
predikat sebagai keinginan yang maha berharga. Oleh karena itu
dengan banyaknya sumber informasi tentang filsafat dapat
memudahkan kita untuk memperoleh ilmu yang akan membawa kita
menjadi bijaksana.
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kita panjatkan atas khadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat, hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Critical Book
Report ini dengan baik. Terimakasih juga saya ucapkan kepada pihak-pihak yang telah
membantu untuk menyelesaikan makalah ini.

Tulisan ini berisi ulasan-ulasan dari buku yang berjudul “FILSAFAT PENDIDIKAN”,
mulai dari identitas buku, isi, keunggulan dan kelemahan serta kesimpulan dan saran dari buku
tersebut.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah FILSAFAT PENDIDIKAN.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingatkan akan kemampuan yang kami miliki. Semoga makalah ini dapat
memberikan pengetahuan lebih luas kepada pembaca.

Medan, 19 OKTOBER 2023


DAFTAR ISI

Executive Summary.................................................................................................................

Kata Pengantar ........................................................................................................................

Daftar Isi .................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Rasionalisasi pentingnya CBR.....................................................................................

1.2. Tujuan.........................................................................................................................

1.3. Manfaat .......................................................................................................................

1.4. identitas buku ..............................................................................................................

BAB II RINGKASAN ISI BUKU

BAB III PEMBAHASAN

2.1. Pembahasan isi buku ..................................................................................................

2.2. kelebihan...................................................................................................................

2.3. kekurangan................................................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ................................................................................................................

3.2. Rekomendasi..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1. Rasionalisasi Pentingnya CBR

Disaat kita membutuhkan sebuah referensi, sebagai sumber bacaan kita seperti buku
dalam mempelajari mata kuliah filsafat pendidikan, sebaiknya kita terlebih dahulu mengkritisi
buku tersebut agar kita mengetahui buku mana yang lebih relevan untuk dijadikan sumber
bacaan. Critical book r eport in i dibuat untuk me mper mudah pe mbaca da la m
me milihreferensi, terkhusus pada pokok bahasa tentang akuntansi syariah.

1.2. Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah filsafat pendidikan.


2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas, menganalisa, dan
membandingkan serta memberi kritik pada buku.
3. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yangdiberikan oleh setiap bab
dari buku pertama dan buku kedua.
4. Memperkuat pemahaman pembaca terhadap pentingnya
filsafat pendidikan.

1.3 Manfaat CBR

1. Sebagai rujukan bagaimana untuk menyempurnakan sebuah buku dan mencari sumber
bacaan yang relevan
2. Membuat mahasiswa lebih terasah dalam mengkritisi sebuah buku.
3. Untuk menambah pengetahuan tentang filsafat pendidikan
1.4. IDENTITAS BUKU

 Identitas Buku 1
1. Judul Buku : Filsafat Pendidikan
2. Edisi : Cetakan pertama
3. Pengarang : Yusnadi, Ibrahim Gultom, Wildansyah Lubis,
Arifin Siregar
4. Penerbit : Halaman Moeka
5. Kota Terbit : Medan
6. Tahun Terbit 2019
7. ISBN : ISBN 978-602-269-343-7

 Identitas Buku 2
1. Judul Buku : Filsafat Pendidikan
2. Pengarang : Drs. Edward Purba,M.Si , Prof. Yusnadi,MS
4. Penata letak : Team Kreatif Unimed Press
5. Perancang Sampul : Drs Gamal Kartono,M.Si
6.Penerbit : Percetakan Unimed
7. Kota Terbit : Medan
8. Tahun Terbit :2017
9 ISBN : 976-602-7938-38-0
BAB II

RINGKASAN BUKU 1
BAB I HAKIKAT MANUSIA DALAM KAJIAN FILSAFAT

Manusia adalah mahluk Tuhan yang paling sempurna, eksistensinya ditentukan secara mutlak
oleh sang Pencipta , tersusun atas kesatuan jiwa, dan raga, serta eksis sebagai individu yang
memasyarakat. Secara sederhana manusia dapat dikatakan sebagai mahluk Tuhan yang unik
yang bermukim di bumi yang memiliki karakteristik tersendiri. Melalui tiga potensi akal fikir,
rasa, dan karsa manusia dapat menemukan nilai – nilai kebenaran, keindahan dan kebaikan
serta berpedoman pada ketiga potensi itu pula, manusia dapat mewujudkan kehidupan secara
saleh dan bijaksana.

Berdasarkan uraian di atas, maka manusia dalam kehidupan sehari – harinya dapat
memainkan beberapa peran berdasarkan hakikat adanya akal fikir, rasa, dan karsa serta nafsu
sebagai berikut :

A. Manusia sebagai mahluk individu (Individual Being)


B. Manusia sebagai mahluk social (Social Being)
C. Manusia sebagai mahluk berbudaya
D. Manusia sebagai mahluk ekonomi (homo economics)
E. Manusia sebagai mahluk terdidik (homo education)
F. Manusia sebagai mahluk berpikir
G. Manusia sebagai mahluk religious

A. Manusia sebagai Mahluk Individu (Individual Being)

Sebagai mahluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang akan berkembang
jika disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat menggali dan
mengopimalkan segala potensi yang ada pada dirinya. Melalui pendidikan pula manusia
dapat mengembangkan ide – ide yang ada dalam pikirannya dan menerapkannya dalam
kehidupan nya sehari – hari yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri.

B. Manusia sebagai Mahluk Sosial (Social Being)

Manusia saling membutuhkan satu sama yang lain dan harus bersosialisasi dengan
orang lain. Untuk itulah dikatakan bahwa manusia sebagai mahluk sosial.

C. Manusia sebagai Mahluk Berbudaya (Homo humanis)

Manusia sebagai mahluk budaya maksudnya adalah manusia mampu menciptakan


dan melaksanakan kebaikan, kebenaran, keadilan, dan tanggung jawab dalam satu sistem
tatanan kemasyarakatan.

D. Manusia sebagai Mahluk Ekonomi (Homo Economicus)


Hidup dan kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai kegiatan yang intinya
adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia seperti, sandang (pakaian), pangan
(makanan), dan papan (tempat tinggal). Dengan terpenuhinya kebutuhan ini, manusia bisa
bertahan hidup dan berkembang. Beberapa aspek terkait dengan aktifitas sehari – hari
manusia untuk bertahan hidup adalah :

E. Manusia sebagai Mahluk Terdidik (Homo Education)

Manusia sebagai mahluk terdidik ialah mahluk Tuhan yang dilahirkan membawa
potensi dapat dididik dan dapat mendidik. Ki Hajar Dewantoro mendefinisikan pendidikan
adalah tuntunan segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka kelak menjadi
manusia dan anggota masyarakat yang dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi – tingginya.

F. Manusia sebagai Mahluk Berpikir

Berpikir adalah proses mental yang melibatkan otak yang menghubung – hubungkan
konsep – konsep untuk mendapatkan suatu kejelasan. Beberapa ahli mengutarakan pendapat
mereka tentang macam – macam berpikir, diantaranya adalah :

Keberadaan akal budi manusia membuat manusia tidak pernah berhenti berfikir.
Keingintahuan manusia selalu dihubung – hubungkan dengan hal – hal lain terlepas dari
benar salahnya kesimpulan yang ia rumuskan. Berpikir merupakan anugrah Tuhan yang tidak
terhingga nilainya, melalui berfikir manusia mampu memecahkan persoalan yang
dihadapinya.

G. Manusia sebagai Mahluk Religius (Homo Religious)

Otak manusia tidak akan mampu memikirkan hal – hal di luar logika manusia dengan
kata lain dalam kehidupannya, manusia tidak bisa meninggalkan unsur Ketuhanan. Manusia
selalu ingin mencari sesuatu yang sempurna, dan yang sempurna tersebut adalah milik Tuhan.
Hal inilah yang merupakan fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk beribadah
kepada Tuhannya. Oleh karena fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan beribadah
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan pendidikan, manusia dapat mengerti bagaimana cara
beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, melalui sebuah pendidikan yang tepat, manusia
akan menjadi makhluk yang dapat mengerti bagaimana seharusnya yang dilakukan sebagai
seorang makhluk Tuhan.
BAB II
HAKIKAT FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Pengertian Filsafat
Secara umum dalam memaknai filsafat dapat ditelusuri secara etimologi dan terminologi.
1. Tinjauan Etimologi
Filsafat berarti sejumlah gagasan yang penuh dengan kebijaksanaan, pengetahuan, dan
hikmah. Secara harafiah filsafat adalah mencintai kebijaksanaan, pengetahuan dan
kebenaran. Orang yang berfilsafat (filsuf) berarti adalah orang pencinta atau mencari
kebenaran yang hakiki atau kebijaksanaan.
2. Tinjauan Terminologi
Pengertian terminologi maksudnya adalah arti yang dikandung oleh istilah filsafat itu
sendiri. Pengertian – pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut memiliki
perbedaan sesuai dengan sudut pandang para ahli tersebut. Berikut beberapa pengertian
filsafat yang dikemukakan oleh ahli
A. Plato
Filsafat adalah suatu ilmu yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang
kebenaran yang sebenarnya
B. Aristoteles
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan)
C. Immanuel Kant
Filsafat adalah suatu ilmu yang menjadi pokok dan pangkal dari segala
pengetahuan yang di dalamnya tercakup empat persoalan yaitu
metafisika,etika,agama,dan antropologi.
D. Johann Gotlich Fickte
Filsafat adalah dasar dari segala ilmu yang membicarakan seluruh bidang dan
seluruh jenis ilmu untuk mencari kebenaran dari seluruh kenyataan
E. N. Driyarkara
Filsafat adalah permenungan yang sedalam – dalamnya tentang sebab – sebab
„ada‟ dan „berbuat‟ permenungan tentang kenyataan (reality) yang sedalam –
dalamnya, sampai ke „mengapa‟ yang penghabisan.
F. Notonogoro
Filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang
mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan tidak berubah, yang disebut hakikat.
G. Al-Kindi
Filsafat adalah pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu dalam batas-batas
kemampuan manusia.
H. Phytagoras
Filosuf ini memberikan pengertian filsafat sebagai the love of wisdom.
I. Ali Mudhofir
Filosuf ini memandang filsafat sebagai suatu sikap, metode, kelompok persoalan,
teori atau sistem pemikiran, sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan
makna istilah, dan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh.

Dengan menyusuri pengertian etimologis dan terminology dapat disimipulkan, filsafat


mengandung arti cinta terhadap kebenaran melalui pemikiran atau penalaran yang bijaksana
dan mendalam.

B. Pengertian Filsafat Pendidikan

Filsafat Pendidikan merupakan bagian dari filsafat umum. Menurut Barnadib,


filsafat pendidikan sebagai ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan dalam lapangan pendidikan.Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan
suatu analisis filosofis terhadap lapangan pendidikan. Dengan mengacu pada pemikiran-
pemikiran yang disampaikan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa filsafat
pendidikan pada dasarnya merupakan kegiatan berpikir kritis, bebas, teliti, radikal dan
sistematis tentang masalah-masalah yang terjadi di dalam dunia pendidikan sehingga
masalah-masalah yang bersifat mendasar dapat ditemukan jalan keluarnya dengan cepat dan
tepat.

C. Filsafat Pendidikan sebagai Sistem

Secara umum terdapat empat sistem filsafat umum. Empat sistem filsafat umum
tersebut adalah realisme, idealisme, experimentalisme, dan eksistensialisme. Realisme dan
idealisme dikenal sebagai filsafat tradisional, sedangkan experimentalisme dan
eksistensialisme dikenal sebagai filsafat modern. Perbedaan mendasar antara filsafat
tradisional dengan filsafat modern adalah terletak pada hubungan antara hasil akhir (tujuan)
dan makna (arti). Berdasarkan filsafat idealisme, pendidikan perlu mendinamisasi dua hal.
Pertama, meningkatkan kesadaran dan keakraban peserta didik terhadap seluruh potensi-
potensi rohaniah yang dimilki oleh dirinya. Kedua, mengembangkan hubungan yang selaras
antara unsur rohania peserta didik dengan lingkungannya.

Realisme memandang dunia materi sebagai sesuatu hal yang nyata. Keseluruhan dari
kenyataan terwujud pada struktur fisik dunia. Realisme dikategorikan kedalam dua
kelompok, yaiutu; (1) realis rasional, dan (2) realis ilmiah dan alamiah

D. Hubungan Filsafat Pendidikan dengan Pendidikan

Filsafat dan pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, baik dilihat
dari proses, jalan, serta tujuannya. Filsafat pendidikan dan pendidikan berhubungan sangat
erat sekali. Filsafat pendidikan mempunyai peranan yang amat penting dalam sistem
pendidikan.
BAB III

KAJIAN FILSAFAT TENTANG ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI

A. Ontologi Ilmu

1. Pengertian Ontologi

Ontologi adalah salah satu kajian filsafat yang paling kuno. Pengertian Ontologi
adalah pengetahuan tentang wujud dan hakekat keberadaan sesuatu atau bisa juga disebut
studi membahas keberadaan, realitas sesuatu yang bersifat konkrit.

2. Aliran Tentang Ontologi

Aliran-aliran ontology adalah aliran Monisme, Dualisme, Materialisme, Idealisme,


Agnotisisme. (1) Monisme adalah aliran yang meyakini bahwa hakikat dari segala sesuatu
yang ada adalah satu saja dan bukan dua. (2)Dualisme ada dua substansi yang keduanya
berdiri sendiri,artinya kelompok ini meyakini sumber asal segala sesuatu terdiri dari dua
hakikat,yaitu materi (jasad) dan rohani (spiritual). (3)Materialisme ini menganggap bahwa
yang ada hanyalah materi dan bahwa segala sesuatu yang lainnya yang kita sebut jiwa atau
roh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. (4)Idealisme, aliran ini
berpandangan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semuanya berasal dari roh.
(5)Agnotisisme, Paham mini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat
benda, baik hakikat materi maupun hakikat rohani.

3. Ontologi Ilmu

Dalam konteks filsafat ilmu, ontologi merupakan ladang yang dikaji atau yang
ditelaah oleh ilmu (science). Objek yang dikaji itu adalan alam semesta yang terdiri dari
benda hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan dan benda mati.

B. EPISTEMOLAGING

1. Pengertian Epistmotologi

Epistemologi sering juga dengan teori penglihatan atau kajian tentang pembuktian
kebenaran dari sebuah pengetahuan atau kepercayaan.

2. Metode Ilmiah

Metode Ilmiah adalah cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun dalam menjawab
aku dmna terus sama siapapun itu . Metode Ilmiah, adalah gambungan dari pendekataan
penulran deduktif dan induktif.

C. AKSIOLOGI ILMU

1. Pengertian Aksiologi
Berasal dari kata axios yang berarti nilai dan bagus ysng bermaksa pengethauan dan
teori. Aksiologi berarti pengethauan, teori yang mempelajari tentang hal ini dari segala
sesuatu yang ada (realitas). Jika ontologi berkaitan dengan objek atau masalah yang dijadi
dan epistemologi bertalitan dengan cara atau metode untuk mendapatkan diperoleh itu.

Ketiga aspek ini menjadi penentu betapa kokohnya sebuah pengetahuan ilmu sebagai sebuah
disipilin ilmu. Oleh karena itu, baik ontology,epistemology maupun aksiologi mempunyai
hubungan yang erat bahkan menjadi satu-kesatuan dalam setiap proyek penelitian.

D. Landasan filsafat pendidikan

Di atas telah dikemukakan bahwa ontologi, epistemologi, dan aksiologi merupakan


aspek yang dikaji dalam filsafat ilmu.

Filsafat pendidikan merupakan pengetahuana filsafat yang menpelajari hakikat


pelaksanaan pendidikan. Filsafat pendidikan berupaya untuk memikirkan permasalahan
pendidikan. Ada beberapa objek kajian filsafat pendidikan , yaitu

1) Hakikat manusia ideal sebagai acuan pokok bagi pengembangan dan penyempurnaan
2) Pendidikan dan nilai-nilai yang dianut sebagai suatu landasan berpikir dan memenuhi
tatasan dalam hidup
3) Tujuan pendidikan sebagai arah/model pendidikan
4) Relasi antara pendidik dan peserta didik sebagai subjek
5) Pemahaman dan pelaksanaan kurikulum dalam pendidikan
6) Metode dan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik
7) Hubungan antara lembaga pendidikan dengan tatanan masyarakat dan organisasi
serta situasi sosial sekitar.
8) Nilai dan pengetahuan sebagai aspek penting dalam pengajaran
9) Kaitan antara pendidikan dengan kelas sosial dan kenaikan taraf hidup masyarakat
10) Aliran-aliran filsafat yang dapat memberikan solusi atas masalah pendidikan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap pengembangan teori maupun praktek
pendidikan harus dilandasi tiga landasan filsafat yaitu landasan ontoloi, epistemology, dan
aksiologi
BAB IV

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Aliran Filsafat Pendidikan Idealisme

Idealisme berpandangan sebuah kenyataan terususun atas gagasan-gagasan (ide) atau


spirit. Aliran Idealisme ternyata tidak terpisahkan dengan alam dan lingkungan sehingga
melahirkan dua macam realita.

1. Aliran Filsafat Pendidikan Realisme. Aliran realisme berpandangan bahwa


hakikat realitas adalah fisik dan roh yang bersifat dualistis yaitu fisik dan
rohani. Aliran ini berlandaskan kepada suatu gagasan yang benar-benar
memberikan pengetahuan kepada kita mengenai sesuatu hal itu sendiri.
Berdasarkan aliran realisme, tujuan pendidikan akan dirumuskan sebagai upaya
pengembangan potensi-potensi yang ada dan dimiliki oleh peserta didik secara
optimal.

2. Aliran Filsafat Perenialisme. Perenialisme menentang pandangan progresivisme


yang menekan perubahan dan suatu yang baru. Perenialisme memandang
bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan
perlu dijadikandasar penyusunan konsep filsafat dan pendidikan zaman
sekarang. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau
proses mengembalikan keadaan sekarang.

3. Essensialisme. Aliran filsafat pendidikan essensialisme adalah suatu aliran filsafat


yang menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama.
Essensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nila-nilai kebudayaan
yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.

4. Eksistensialisme. Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman


individu. Aliran Filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu
yang bertanggung jawab atas kemauannnya yang bebas.

5. Pragmatisme
Aliran ini merupakan alirang yang berpangkal pada filsafat empirisme inggris
yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan manusia adalah apa yang manusia
alami.

6. Progresivisme. Aliran memiliki konsep yang didasari oleh pengetahuan dan


kepercayaan bahwa mansuia memiliki kemampuan yang wajar dan dapat
mengatasi masalah manusia itu.

7. Rekonstruksionisme. Aliran Rekonstruksionisme adalah salah satu aliran


yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan
hidup, kebudayaan yang bercorak modern.

BAB V
PERBANDINGAN PENDIDIKAN BARAT VERSUS INDONESIA DARI
PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Pendidikan Barat
Di atas telah dikemukakakan beberapa pendapat paham atau aliran filsafat pendidika
yang pada umumnya berlaku di dunia Barat terutama Amerika Serikat dan Eropa. Biasanya
paham filsafat pendidikan itu menyoroti beberapa hal :

1. Mengkaji secara filsafat tentang hakikat manusia yang ideal sesuai dengan
filsafat dan budaya yang dianut suatu bangsa.
2. Menentukan bentuk dan menetapkan nilai yang diantu sebagai landasan
berpikir dalam pelaksanaan pendidikan.
3. Merumuskan tujuan pendidikan-pendidikan berbasis pada falsafah
4. Merumuskan bagaimana idealnya hubungan antara guru dan peserta didik
dalam pergaulan pendidikan dan situasi pembelajaran
5. Bagaimana mengembangkan dan membaca kurikulum serta bagaimana pula
menerapkan bagian khusus.

B. Aliran Pokok Pendidikan di indoneasia


Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia itu dimaksudkan adalah Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa dan ruang pendidikan INS Kayu Tanam.

1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa

Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewanntara pada


tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan, selanjutnya mulai
didirikan Taman Indria (Taman kanak-kanak) dan Kursus Guru, selanjutnya Taman
Muda (SD), disusul taman Dewasa merangkap Taman Guru (Mulo-Kweekschool).
Dengan demikian Taman Siswa telah meliputi semua jenjang persekolahan, dari
pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.

Asas dan Tujuan Taman Siswa


1. Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri.
2. Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah

3. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.


4. Bahwa pengajaran harus bertebar luas sampai dapat menjangkau kepada
seluruh rakyat.
5. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya lahir maupun batin
6. Bahwa sesi konseksuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mahluk harus
7. Membelanjai sendiri segala usaha yang di lakukan
8. Bahwa dalam mendidik anak

2. Ruang pendidik INS Kayu Tanam

Ruang pendidik INS (Indoneisan Netherlands) didirikan oleh Muhammad Sjaferi. INS
mulanya dipimpin oleh Bapaknya, kemudian ambil ahli, oleh Moh. Sjafei..

Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam, yaitu :

1. Berpikir logis dan rasional


2. Keaktifan atau kegiatan
3. Pendidikan masyarakat
4. Memperhatikan pembawaan anak
5. Menentang Intelektualisme

Sejak didirikan, tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Taman, yaitu :

1. Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan


2. Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3. Mendidik para pemuda agar berguna masyarakat
4. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab
5. Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan

Memiliki harapan yang sama seperti Taman Siswa, Ruang ISN Kayu Taman juga diharapkan
melakukan penyegaran dan dinamisasi.

BAB VI

FALSAFAH PANCASILA SEBAGAI REFERENSI FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Falsafah Pancasila

1. Pengertian Pancasila

Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia. Konsep dasar ini tertuang dalam
pembukaan UUD 1945. Pancasila adalah falsafah bangsa yang digali-gali dari bumi
Indonesia. Pancasila juga merupakan hasil perenungan jiwa yang dalam dari para pendahulu
kita, terutama para pendiri bangsa. Pancasila sebagai filsafat mendalami hakikat dasar dari
sila-sila Pancasila. Filsafat Pancasila adalah sebagai guide (pedoman) dalam membentuk
pemerintah yang baru dalam rangka mewujudkan kesejahteraan, melindungi segenap
bangsa, melaksanakan ketertiban dunia, perdamaian abadi, dan kecerdasan bangsa.

2. Pancasila dari berbagai Perspektif

Pancasila juga dipandang sebagai jiwa bangsa Indonesia. Pancasila sebagai filsafat
bangsa Indonesia berarti sebagai rujukan dalam bersikap dan bertingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari. Semua bangsa dan Negara di dunia sudah pasti memiliki idiologi
masing-masing yang dijadikan sebagai rujukan dan pedoman berperilaku sekaligus cita-cita
bangsa dan Negara mereka sendiri.

B. Toleransi dari Perspektif Pancasila dan Berbagai Agama

1. Pengertian Toleransi

Pengertian toleransi secara bahasa bermakna sifat atau sikap menenggang dan
menghargai pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan seseorang
atau kelompok yang berbeda atau yang bertentangan dengan pendirian sendiri. Dengan
demikian toleransi juga mengandung makna menghargai paham yang berbeda dari paham
yang dianutnya sendiri.

2. Toleransi dalam Pandangan Pancasila


Seperti yang tercantum dalam sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” penduduk
Indonesia diberi kemerdekaan untuk memeluk agamanya sendiri dan beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya. Mengembangkan sikap hormat, menghormati dan bekerja
sama antar pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.

3. Toleransi dalam Berbagai Agama

Setiap agama resmi di Indonesia, sudah pasti memiliki konsep toleransi menurut
ajarannya masing-masing. Seperti dalam agama islam dalam bertoleransi dengan umat
agama lain mereka di ajarkan untuk berbuat baik dan tidak menjadikan agama sebagai alasan
untuk tidak menjalin hubungan dan bekerjasama. Begitu juga dalam ajaran agama Kristen
mereka di ajarkan untuk mengasihi sesama nya manusia dan berbuat baik kepada semua
orang.

C. Pancasila dan Filsafat Pendidikan

Pancasila sebagai falsafah bangsa dan Negara tentu sangat terkait dengan filsafat
pendidikan yang akan dibangun. Oleh karena bangsa dan Negara Indonesia memiliki falsafah
yang bernama Pancasila, maka Pancasila itulah sebagai landasan dan rujukan dalam
membentuk dan membangun filsafat pendidikannya. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bukan saja domain kognitif dan
psikomotor yang menjadi tujuan berkembangnya potensi peserta didik, melainkan juga
domain afektif yang berkaitan dengan akhlak, moral, dan karakter.

D. Pengertian Karakter
Karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan
seorang individu.

E. Pendidikan Karakter Sebuah Keharusan


Pendidikan karakter merupakan segmen dari revolusi mental yang dilakukan melalui
pendidikan formal, non formal, dan informal. Mengapa persoalan karakter ini perlu dibenahi?
Karena karakter inilah pangkal segala-galanya. Jika manusia berhasil, hanya karakterlah yang
membuat dia berhasil. Pendidikan karakter tentu harus berbasis pada nilai-nilai yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila karena watak dan karakter yang diinginkan oleh tujuan
pendidikan adalah agar menjadi manusia yang pancasilais dan bukan berjiwa komunis, ateis,
dan liberalis.
Ringkasan isi buku II (Pembanding)

BAB I

HAKIKAT FILSAFAT

Bab ini menjelaskan hakikat filsafat. Secara etimologi filsafat adalah berarti cinta
kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Plato (Surajiyo,2008,3-
4) mengatakan filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran
yang asli. Sehingga filsafat itu adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu
yang ada secara mendalam sampai pada hakikatnya dengan menggunakan akal atau pikiran.
Yang dicari pada filsafat adalah hakikat dari suatu gejala atau fenomena secara mendalam.
Dalam berfilsafat harus reflektif, radikal, dan integral. Ciri-ciri pikiran kefilsafatan, yaitu
filsafat merupakan pemikiran umum tentang hal-hal serta proses-proses dalam hubungan
yang umum. Alasan orang berfilsafat karena adanya keheranan, kesangsian, dan kesadaran
akan keterbatasan. Filsafat berperan sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing
keambiguan pada suatu fenomena yang ada. Pendidikan adalah pelaksanaan anthropologi
filsafat, sekaligus mengandung pengertian bahwa pendidikan.
BAB II

PERANAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Bab ini memliki poin penting agar pembaca dapat menjelaskan peranan filsafat pendidikan
dalam praktik pelaksanaan pendidikan dan dapat pula mendeskripsikan substansi filsafat
pendidikan. Filsafat pendidikan terwujud dengan menarik garis linier antara filsafat dan
pendidikan. Filsafat seolah-olah dijabarkan secara langsung ke dalam pendidikan yang berasal
dari satu cabang atau aliran filsafat, misalnya dengan idealism. Idealism adalah hal- hal yang
bersifat kerohanian ataupun yang sejenisnya, maka pendidikan yang tersusun atas ide dan
idealisme, sehingga tujuan dari pendidikan itu adalah mengutamakan perkembangan aspek-
aspek spiritual dan kerohanian pada peserta didik. Selain linier, filsafat pendidikan juga
disusun dengan berpangkal kepada pendekatan tertentu pada pendidikan itu sendiri. Misalkan
berdasarkan suatu defenisi, pendidikan yakni, pendidikan merupakan pemberdayaan
(empowerment) sumberdaya manusia. Maka pendidikan adalah memberikan kebebasan kepada
seseorang untuk mengembangkan dirinya sendiri sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Kekakuan harus ditembus dengan kebebasan, namun tetap bertanggung jawab. Konsep ini
memunculkan pandangan bahwa yang membangun pengetahuan dan pengalaman pada diri
seseorang adalah orang itu sendiri, dengan demikian timbul teori yang memberi kesempatan
pada seseorang untuk membangun pengetahuan dan pengalamannya sendiri.
BAB III

PANDANGAN DAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN ALIRAN FILSAFAT

Bab ini menjelaskan pandangan dan pelaksanaan pendidikan aliran filsafat. Aliran
pertama Idealisme, yaitu salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa
pengetahuan yang tertinggi adalah ide. Idealisme menganggap, bahwa yang kongret adalah
bayang-bayang, yang terdapat dalam akal pikiran manusia yang disebut gagasan atau ide.
Idealisme merupakan suatu aliran yang mengedepankan akal pikiran manusia. Idealisme
mengembangkan pemikiran peserta didik sehingga peserta didik mampu mengembangkan
pikiran dan ide masing-masing.

Prinsip aliran idelisme mendasari semua yang ada dan yang nyata di ala mini hanya
idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuk nya tidak sama dengan alam nyata
seperti yang tampak dan tergambar. Inti nya dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh
dan sukma lebih berharga dan lebih tinggi di banding dengan materi.

Aliran kedua yaitu filsafat pendidikan realisme. Realisme adalah aliran filsafat yang
berkeyakinan bahwa objek indra kita adalah rill atau sungguh-sungguh nyata adanya.
Realisme berkeryakinan bahwa alam semesta hakikat nya berdiri sendiri di luar pikiran
manusia. Penekanan realisme kepada dunia luar yang berdiri sendiri. Realisme menganut
prinsip independesi yang menyatakan bahwa pengetahuan manusia tentang realitas tidak
dapat mengubah sebuah realitas bersifat objektif.

Ketiga, aliran filsafat pendidikan materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme


adalah materi, bukan rohani, bukan spiritual, atau supranatural. Pada fokus nya aliran
materialisme mengutamakan benda dan segala berawal dari benda demikian juga yang nyata
hanya dunia materi.

Keempat, aliran filsafat pendidikan pragmatisme di pandang sebagai filsafat Amerika


asli, yang berpendapat bahwa sumber pengetahuan manusia adalah apa yang manusia alami.
Pragmatisme berasal dari kata “pragma” yang berarti praktik. Hal ini mengandung arti makna
dari segala sesuatu tergantung dari hubungan nya dengan apa yang dapat
dilakukan.pendidikan menurut pandangan pragmatisme bukan merupakan suatu proses
pembentukan.
dari luar melainkan merupakan suatu proses reorganisasi dari pengalaman-pengalaman indivu
yang berarti bahwa setiap manusia selalu belajar dari pengalaman nya.
Kelima, aliran filsafat pendidikan eksistensialisme memfokuskan kepada pengalaman
seseorang atau individu. Eksitensi adalah cara manusia ada di dalam dunia. Cara manusia
berbeda dengan cara benda-benda materi itu berbeda. Jika manusia hidup bersama dengan
manusai lain ada komunikasi dan kerjasama antar manusia, sedangkan benda tidak dapat
berkomunikasi terhadap benda lain nya. Benda-benda materi tidak akan bermakna jika tidak
dengan manusia. Jadi dunia bermakna karena adanya manusia atau mahkluk hidup. Jadi inti
dari eksistensialisme adalah “apa kehidupan manusia?”

Eksistensialisme dengan pendidikan sangat berhubungan erat karena kedua-dua nya


membahas masalah yang sama yaitu manusia,hubungan antar manusia dan hakikat
kepribadian. Pendidikan dan proses pembelajaran harus di awali dengan minat peserta didik
itu sendiri dan tidak ada pemaksaan. Disini guru juga harus menuntun muridnya untuk
menemukan dirinya dan kesadaran akan dunia ini. Guru juga memberikan kebebasan murid
nya untuk memilih dan member pengalaman agar murid itu menemukan makna dari
kehidupan ini.

Keenam, aliran filsafat pendidikan progresivisme menjelaskan bahwa kehidupan


manusia berkembang terus menerus dalam satu arah yang positif. Apa yang di pandang di
masa kini belum tentu benar di masa yang akan dating maka dari itu peserta didik di ajarkan
untuk mempersiap kan diri di masa yang akan dating bukan di persiapkan untuk masa kini
karena permasalahan di masa kini belum tentu sama dengan masalah di masa depan, maka
peserta didik harus di lengkapi strategi untuk menghadapi masalah yang akan datang. Guru
harus berperan sebagai pembimbing agar peserta didik terbantu untuk mempelajari dan
memiliki pengalaman yang penting dalam hidup mereka. Jadi pengalaman belajar merupakan
persiapan untuk menghadapi masalah di masa yang akan datang

Ketujuh, aliran filsafat pendidikan perenialisme adalah aliran yang menekankan


perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme mengemukakan bahwa situasi dunia saat ini
penuh dengan kekacauan dan ketidakpastian, dan ketidak aturan terutama dalam tatanan
kehidupan moral dan intelektual. Ciri utama dari perenialisme bahwa keadaan sekarang
adalah sebagai zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan dan
kesimpangsiuran. Prinsip pendidikan perenialisme adalah manusia itu sama dimana pun dan
kapan pun walaupun dalam lingkungan yang berbeda. Tujuan pendidikan sama dengan tujuan
hidup yaitu yaitu untuk mencapai kebijakan dan untuk memperbaiki diri. Bagi manusia
pemikiran adalah kemampuan yang paling tinggi. Karena itu manusia harus menggunakan
pemikiran nya untuk mengembangkan sesuatu sesuai dengan tujuan nya. Fungsi utama
pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti. Pengetahuan yang
penting bagi peserta didik adalah pengetahuan yang bersifat pendidikan umum bukan
pendidikan yang hanya dibutuhkan jika perlu saja.

Kedelapan, aliran filsafat pendidikan esensialisme merupakan bentuk protes untuk


pendidikan progresivisme. Penganut paham ini berpendapat bahwa ada hal yang esensial dari
pengalaman peserta didik yang perlu di pertahankan. Esensi adalah apa yang membuat
sesuatu menjadi apa adanya. Esensi mengacu pada aspek yang lebih permanen.

Peserta didik harus di latih untuk dapat berkomunikasi dengan jelas. Membaca,
menulis, dan bercakap-cakap merupakan kemampuan yang sangat penting dikembangkan
dalam diri peserta didik menurut penganut aliran ini. Peserta didik dipandang sebagai
manusia yang memiliki kemampuan yang dapat berkembang dengan baik apabila di dominasi
secara aktif dan semangat. Dalam diri peserta didik perlu di tanamkan disiplin, kerja keras
dan rasa hormat. Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang dapat mengembangkan
kemampuan membaca, menulis dan berhitung terutama dikembangkan di pendidikan dasar.
Ini merupakan hal yang esensial dari pengusaan pendidikan umum.

Kesembilan, aliran filsafat pendidikan rekonstruksionisme adalah suatu kelanjutan


yang logis dari cara berpikir progresifisme dalam pendidikan. Tidak cukup jika peserta didik
hanya belajar dari pengalaman di sekolah saja. Sekolah haruslah mengajak peserta didik ke
arah baru yang di inginkan sesuai perkembangan hidup dan kehidupan sebagai konsekuensi
perkembangan ilmu, seni dan teknologi.

Pendidikan rekonstruksionisme terdiri dari lima tesis, yaitu pendidikan untuk


menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya masa kini, demokrasi
sejati merupakan dasar dari kehidupan masyarakat baru, dan anak, sekolah serta pendidikan
diatur oleh kekuatan budaya juga sosial.
BAB IV

FILSAFAT PANCASILA

Bab ini, menjelaskan pandangan filsafat Pancasila tentang manusia, masyarakat,


pendidikan, dan nilai-nilai, dan sistem pendidikan nasional. Hakekat masyarakat telah
dijelaskan bahwa masyarakat, bangsa dan negara Indonesia menuju masyarakat yang aman,
damai, sejahtera, terbuka, adil, dan makmur.

Pandangan filsafat pancasila tentang pendidikan. Pendidikan berlansung di keluarga,


rumah, sekolah, dan masyarakat. Pandangan filsafat pendidikan tentang nilai pembangunan
nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana yang sudah
dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945. Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup
bangsa, dan sumber nilai bagi bangsa indonesia.

Pandangan Filsafat Pendidikan Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan Nasional sebagai


acuan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, UUD 1945 Pasal 31 yang baru sebagai
hasil amandemen Agustus 2002 menjadi:

-Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

-Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional.

-Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari


anggaranpendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah.

BAB V

HAKIKAT PENDIDIKAN

Pada hakikatnya, pendidikan bukan membentuk, bukan menciptakan seperti yang


diinginkan, tetapi menolong, membantu dalam arti luas. Membantu menyadarkan anak
tentang potensi seoptimal mungkin, memberikan pengetahuan dan keterampilan, memberikan
latihan-latihan,memotivai untuk terlibat dalam pengalaman-pengalaman yang berguna,
mengolah materi pelajaran sehingga peserta didik bernafsu untuk menguasainya dan
meningkatkan intensitas proses pembelajaran. Untuk memberi pemahaman akan hakekat dan
pengertian pendidikan, berikut in i sejumlah pendapat yang dikemukakan oleh para ahli
yaitu:
- Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku dalam usaha mendewasakan
seseorang melalui pelatihan dan pengajaran.
- Dalam arti sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk
memperoleh pengetahuan sebagai sebuah proses dan metode-metode tertentu.
- Pendidikan berarti kegiatan yang bersifat kelembagaan.
- Pendidkan adalah usaha yang dilakukan orang dewasa untuk mengalihkan
segala pengetahuan dan pengalaman kepada generasi muda.
- Hakekat pendidikan adalah proses kegiatan mengubah perilaku individu kearah
kedewasaan.

Dengan adanya tujuan pendidikan, peserta didik harus mampu tujuan yang sudah ditetapkan
sesuai dengan kurikulum. Pesesrta didik setelah selesai pembelajaran, maka perumusan
tujuan, spesifik, terukur, dan berubah hasil belajar, perilaku atau reformence peserta didik
yang mencakup aspek sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.
BAB III
PEMBAHASAN

1.1. Pembahasan isi buku

Pengertian filsafat yang disampaikan dan di uraikan dalam buku ini sangatlah efektif.
Pemahaman mengenai hakikat manusia juga sangat jelas di definisikan dalam buku ini.
Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan memiliki eksistensinya tersendiri yang telah
diberikan oleh sang Pencipta. Manusia memiliki pengetahuan yang dapat mencakup
berbagai informasi dan memiliki pandangan yang luas.

Filsafat pendidikan adalah aktifitas pikiran yang teratur yang menyelaraskan, dan
memadukan proses pendidikan.

1.2.Kelebihan dan Kekurangan

Buku Utama

Kelebihan Buku

1. Buku ini memiliki banyak sekali pengertian- pengertian untuk berbagai topic yang di
bicarakan
2. Memberikan penjelasan mengenai satu materi tersebut dengan jelas dan rinci
3. Terdapat banyak tujuan dan fungsi dari setiap materi yang ada per bab nya
4. Bahasa yang digunakan sangat mudah untuk di mengerti
5. Dalam setiap bab dan materi nya pembahasannya di bahas secara mendalam dan di
jelaskan juga secara rinci

Kekurangan Buku

1. Banyak nya salah penulisan kata di dalam buku ini, contohnya ada beberapa kata
yang penulisannya hurufnya double dan ada kata yang penulisannya salah atau
terbalik
2. Materi yang di berikan memang sudah mendalam dan rinci. Namun, untuk kita
mengerti langsung ke inti pembahasannya bisa dikatakan susah karena terlalu bertele-
tele tidak langsung menembak ke point pentingnya saja.
Buku Pembanding

Kelebihan &

Kekurangan

1. Dilihat dari aspek tampilan buku, buku yang saya review ini tidak ada kelebihan yang
signifikan.
2. Kelemahan buku ini terdapat di segi layout dan tata letak, karena tata letak tulisan, baik
bab dan sub bab tidak sistematis. Terlihat pada halaman 101. Selain itu, terlihat pada
halaman 85 pada bagian atas tulisan susunan dan tampilanya tidak rapi. Seharusnya,
hierarki yang ada di halaman 84 di atur sedemikian rupa agar terlihat rapi. Jika seperti itu,
pembaca akan sulit memahami maksud penulis.

Penggunaan font tidak ada masalah, yang jadi masalah adalah terdapat banyak
kesalahan pada penulisan buku ini. Terlihat pada halaman 8 “...tentang kakikat...” tidak ada
bahasa kakikat, setahu saya hakikat. Kemudian terlihat lagi pada halaman 11 “...mnusia
terbuai...” kurangnya huruf „a‟ membuat kata itu tidak bermakna, sehingga kalimat nya pun
tidak jelas. Terlihat juga di halaman 13 “...dalam masa modern ini makin...” nah pada
kalimat ini, sebaiknya setelah kata „ini‟ diberi tanda koma (,) untuk memperjelas makna. Dan
juga dihalaman yang sama, terdapat penggunaan kata yang tidak tepat yaitu “hakekat” yang
benar adalah hakikat.

3. Dilihat dari isi, buku yang saya diriview materinya kurang mendalam jika dibandingkan
dengan utama. Dan juga pada daftar isi, tidak dibuat halaman pada bagian-bagian sub bab,
sehingga hal tersebut tidak memudahkan pembaca.
BAB IV
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa filsafat pendidikan adalah ilmu yang mempelajari proses
kehidupan dan alternatif proses pendidikan dalam pembentukan watak , dimana kedua proses
itu pada hakikatnya adalah satu. Filsafat pendidikan dan pendidikan terdapat suatu hubungan
yang erat sekali dan tidak terpisahkan. Filsafat pendidikan mempunnyai peranan penting
dalam suatu sistem pendidikan, karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar
bagi usaha-usaha perbaikan ,menaingkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya
sistem pendidikan. Filsafat memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan dari filsafat

pendidikan karena Filsafat dijadikan sebagai media untuk menyusun proses pendidikan
,menyelaraaskan dan mengharmoniskan dan menernagkan nilai-nilai dan tujuan yang akan
dicapai.dalam pelaksanaanya filsafat pendidikan.

3.2. SARAN

Sebagai seorang calon pendidik kita harus mampu memahami dan mempelajari mengenai
filsafat. Mengapa? Karena kita akan di hadapkan dengan peserta didik dimana kita sebagai
calon pendidik harus mampu mengetahui bagaimana kita harus memperlakukan, mengajari,
membimbing, megerti soal peserta didik kita dan apa yang harus kita lakukan kepada peserta
didik kita. Kita harus terlebih dahulu mengetahui tentang tujuan pendidikan, bagaimana
hakikat nya dan apa aturannya.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Nur Ukhbayati, 1991, ilmu pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta

Burhanuddin, Nunu, 2018. Filsafat Ilmu. Jakarta: Prenada Media Group. John Wiley &
Sons, Inc.

Barnadib, Imam.1996. Filsafat Pendidikan – Sistem dan Metode. Yogyakarta: Andi Offset.

Purba, Edward, dan Yusnadi.2015. Filsafat Pendidikan. Medan: Unimed Press

Anda mungkin juga menyukai