Anda di halaman 1dari 19

CRITICAL BOOK REVIEW

FILSAFAT PENDIDIKAN

DISUSUN

OLEH:

NAMA MAHASISWA : BERLIN BERUTU


NIM :
DOSEN PENGAMPU : YUSRA NASUTION, S.Pd., M.Pd
MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur, kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Critical Book Review ini dengan baik dan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan. Saya juga berterimakasih kepada Ibu Yusra
Nasution, S.Pd., M.Pd yang telah memberikan tugas Critical Book Review ini kepada saya.

Saya sangat berharap Critical Book Review ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Critical Book
Review ini terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga Critical Book Review sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun
orang lain. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan Critical Book
Review ini di waktu yang akan datang.

Medan, 07 September 2023

BERLIN BERUTU

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR ................................................................................................. 4
B. Tujuan penulisan CBR ............................................................................................................. 4
C. Manfaat CBR ............................................................................................................................ 4
D. Identitas Buku ........................................................................................................................... 5
Buku I............................................................................................................................................. 5
Buku II ........................................................................................................................................... 6
BAB II .................................................................................................................................................... 7
ISI BUKU............................................................................................................................................... 7
BUKU I .............................................................................................................................................. 7
BUKU II ........................................................................................................................................... 13
BAB III................................................................................................................................................. 17
PEMBAHASAN/ANALISIS .............................................................................................................. 17
A. Kelebihan Dan Kekurangan Buku I...................................................................................... 17
B. Kelebihan Dan Kekurangan Buku II .................................................................................... 17
BAB IV ................................................................................................................................................. 18
PENUTUP............................................................................................................................................ 18
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 18
B. Saran ........................................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam
meringkas dan menganalisis sebuah buku, mengenal dan memberi nilai serta
mengkritik sebuah karya tulis yang yang dianalisis.

B. Tujuan penulisan CBR


 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan dan pembelajaran.
 Untuk menambah pengetahuan tentang kurikulum dan pembelajaran dan
pengembangan kurikulum.

C. Manfaat CBR
 Mengulas isi sebuah buku
 Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku
 Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh
setiap bab dari buku pertama dan buku kedua
 Membandingkan isi buku pertama dan buku kedua

4
D. Identitas Buku
Buku I

Judul : Filsafat Pendidikan


Penulis : Yusnadi, Ibrahim Gultom, Wildansyah Lubis, Arifin Siregar
Penerbit : Halaman Moeka
Kota terbit : Bogor
Tahun terbit : 2019
ISBN : 978-602-269-343-7
Tebal buku : 20 x 29 cm

5
Buku II

Judul : Filsafat Pendidikan


Penulis : Prof. Dr. H. Jalaludin, Prof. Dr. Abdullah Idi, M.Ed
Penerbit : Rajawali Pers
Kota terbit : Jakarta
Tahun terbit : 2019
ISBN : 978-979-769-372-5
Tebal buku : 130 halaman

6
BAB II
ISI BUKU

BUKU I

Bab I
HAKIKAT MANUSIA DALAM KAJIAN FILSAFAT

Manusia adalah Makhluk Tuhan yang paling sempurna, eksistensinya


ditentukan secara mutlak oleh sang pencipta, tersusun atas kesatuan jiwa dan raga serta
eksistensi sebagai individu yang memasyarakat. Dengan demikian keunikan yang ada
pada manusia dapat dikatakan bahwa sebagai makluh hidup yang berfikir, memiliki
jiwa, raga, rasa dan karsa manusia senantiasa dihadapkan dengan dunia nyata yang
mempunyai ciri ciri sebagai berikut.
1. Manusia memiliki pengetahuan yang dapat mencakup berbagai macam informasi
dan memiliki pandangan yang luas.
2. Pengetahuaan manusia dari sisi eksternal menuju sisi realitas dan tak terbatas.
3. Manusia dapat mengetahui sejarah asal mulanya dan manusia dapat menyusun apa
yang akan menjadi masa depannya.
4. Manusia memiliki sifat idealis dengan cita cita dan pemikirannya.

Bab II
HAKIKAT FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Pengertian Filsafat
Secara umum dalam memaknai filsafat dapat ditelusuri secara etimologi dan
terminologi
1. Tinjauan Etimologi
Secara etimologis, filsafat dalam bahasa indonesia di ambil dari bahasa
yunani, philoshopia dan philoshophos. Philo artinya cinta, sedangkan shopia
atau shopos artinya kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah.
2. Tinjauan Terminologi
Secara terminologi sudah banyak dikemukakan oleh alih-alih dalam bidang
filsafat tentang pengertian filsafat. Pengertian Terminologi maksudnya adalah arti yang
7
dikandung oleh filsafat itu sendiri. Menurut plato, arti filsafat adalah suatu ilmu yang
mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang sebenarnya. Sedangkan
menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan).

B. Pengertian Filsafat Pendidikan


Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua
aspek kepribadian manusia yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap, dan
keterampilannya. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan pada
dasarnya bertujuan untuk menyiapkan individu dalam keseimbangan, kesatuan
harmonis, dan dinamis guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan
merupakan bagian dari filsafat umum. Ditinjau dari sisi kajiannya, menurut Barnabid
(1982) filsafat pendidikan sebagai ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari
pernyataan-pernyataan dalam lapangan pendidikan.

Bab III
KAJIAN FILSAFAT TENTANG ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI

A. ONTOLOGI ILMU
Ontologi adalah salah satu kajian filsafat yang paling kuno .Banyak filosof yang
membahas tentang ontologi ini seperti Plato,Aristoteles dan lainnya. Namun yang
pertama sekali melemparkan pandangan filsafat mengenai ontologi adalah Thales-
seorang filosof berkebangsaan Yunani. Istilah ontologi terdiri dari dua suku kata yakni
ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu atau
pengetahuan.Dengan demikian pengertian ontologi adalah pengertian tentang wujud
dan hakekat keberadaan sesuatu atau bisa juga disebut studi yang membahas
keberadaan, realitas sesuatu yang bersifat konkrit.

B. EPISTEMOLOGI ILMU
Istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata
episteme (Pengetahuan) dan logos (ilmu,teori). Epistemologi sering juga disebut teori
pengetahuan atau kajian tentang pembuktian kebenaran dari sebuah pengetahuan atau
kepercayaan.

8
BAB IV
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Aliran Filsafat Pendidikan Realisme


Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan roh
yang bersifat dualistis yaitu fisik dan rohani, dalam pendidikan ada subjek yang
mengetahui tentang manusia dan alam.

B. Aliran Filsafat Pendidikan Perenialisme


Perenialisme merupakan satu aliran dalam pendidikan yang lahir ada abad ke20.
Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekan perubahan dan suatu
yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan
,ketidakpastian , terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosikultural.

C. Aliran Filsafat Pendidikan Essensialisme


Aliran filsafat pendidikan esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang
menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama. Essensialisme adalah
pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal
peradaban umat manusia , ada sejak awal peradaban umat manusia , yang muncul yang
muncul pada zaman renaissance pada zaman renaissance dengan ciri-ciri utama yang
berbeda dengan progresifisme.

D. Aliran Filsafat Pendidikan Eksistensialisme


Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Eksistensi
adalah cara manusia ada di dunia. Cara berada manusia berbeda dengan cara beradanya
benda benda materi.

E. Aliran Filsafat Pendidikan Pragmatisme


Filsafat ini dipandang sebagai filsafat Amerika asli, pada hal kenyataan yang
sebenarnya adalah berpangkat pada filsafat empirisme inggris, yang berpendapat
bahwa sumber pengetahuan manusia adalah apa yang manusia alami. Tokoh yang
terkenal dalam filsafat ini adalah Charles Sandre Pierce ( 1839-1914 ), William James

9
( 1842-1910 ) dan Jhon Dewey ( 1859-1952 ).Pragmatisme berasal dari kata “pragma”
yang berarti praktik atau aku berbuat. Hal inj mengandung arti bahwa makna dari segala
sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang dapat dilakukan.

F. Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme


Progresivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan
kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan
dapat menghadapi masalah yang menekan atau mengecam adanya manusia itu sendiri.

G. Aliran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme


Rekonstruksionisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara
berfikir progresifisme dalam pendidikan.

BAB V
PERBANDINGAN PENDIDIKAN BARAT VERSUS INDONESIA DARI
PRESPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Pendidikan Barat
Di atas telah ditemukan beberapa paham atau aliran filsafat pendidikan yang pada
umumnya berlaku di dunia barat terutama Amerika serikat dan Eropa. Paham-paham
tersebut ialah paham idealisme, realisme, perenialisme, essensialisme, eksistensialisme,
pragmatisme dan rekonstruksionisme. Biasanya paham filsafat pendidikan menyoroti
beberapa hal ;
1. Mengkaji secara filsafat tentang hakikat manusia yang ideal sesuai dengan
filsafat dan budaya yang dianut suatu bangsa.
2. Menentukan bentuk dan menetapkan nilai yang dianut sebagai landasan
berfikir dalam pelaksanaan pendidikan.
3. Merumuskan tujuan pemdidikan berbasis pada falsafah dan nilai pancasila.
4. Merumuskan bagaimana idealnya hubungan antara guru dan pesert dan
peserta didik dalam pergaulan pendidikan dan situasi pembelajaran.

10
5. Bagaimana mengembangkan dan membina kurikulum serta bagaimana pula
menerapkan kurikulum tersebut.
Untuk mengkaji objek yang disoroti dalam filsafat pendidikan bisa saja kita
mengadopsi dari beberapa paham atau aliran filsafat yang sudah ada ( filsafat barat )
selama tidak bertentangan dengan nilai dan budaya serta falsafah yang kita anut.

B. Aliran Pendidikan Indonesia


Dua “aliran” pokok pendidikan di indonesia itu dimaksudkan adalah perguruan
kebangsaan Taman siswa dan ruang pendidikan pendidikan ISN Kayu Tanam. Kedua
aliran ini dipandang sebagai suatu tonggak pemikiran tentang pendidikan di indonesia.
Namun perlu dikemukakan bahwa prakarsa dan upaya di bidang pendidikan tidak
terbatas hanya oleh taman siswa dan ISN itu saja.

BAB VI
FALSAFAH PANACASILA SEBAGAI REFERENSI FILSAFAT
PENDIDIKAN

Falsafah Pancasila
Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia. Konsep dasar ini tertuang
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia tahun
1945. Pancasila adalah falsafah bangsa yang digali dari bumi Indonesia. Ia lahir melalui
proses yang panjang dan sebagai cita-cita bersama seluruh bangsa Indonesia. Pancasila
juga merupakan hasil perenungan jiwa yang dalam dari para pendahulu kita terutama
para pendiri bangsa Indonesia (founding father). Demikian juga Pancasila sebagai
suatu sistem filsafat, memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis
tersendiri yang membedakannya dengan sistem filsafat bangsa lain.

11
BAB VII
PERMASALAHAN PENDIDIKAN DARI PERSPEKTIF FILSAFAT
PENDIDIKAN

Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan. Masalah


pendidikan adalah harapan-harapan yang telah ditetapkan tidak dapat terwujud
sebagaimana mestinya, tentunya banyak faktor yang mempengaruhi ketidaktercapaian
harapan yang dimaksud. Bisa disebabkan oleh karena manajemen yang kurang baik,
dapat juga dari implementasi yang dilaksanakan tidak sesuai dengan kondisi lapangan,
atau juga masalah yang terjadi pada personil yang berkompeten, baik di tingkat pusat
maupun di tingkat Pendidikan, dan masih banyak hal lain yang dapat
mempengaruhinya.
1. Masalah manajemen pendidikan
A. Filosofi tujuan pendidikan
B. Rekrutmen calon guru
C. Pendidikan dan tenaga kependidikan yang belum professional
D. Paradigma peserta didik yang sertificate oriented
E. Manajemen sekolah

2. Masalah implementasi dalam dunia Pendidikan


A. Mahalnya biaya pendidikan
B. Rendahnya pemerataan pendidikan
C. Relevansi pendidikan
D. Elitisme
E. Komite sekolah
F. Kurangnya fasilitas pendidikan
G. Meningkatnya angka putus sekolah
H. Kesejahteraan guru

12
BUKU II

BAB I
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT HIDUP BANGSA

Pancasila adalah :
1. Jiwa seluruh rakyat Indonesia
2. Kepribadian bangsa Indonesia
3. Pandangan bangsa Indonesia
4. Dasar negara Indonesia
5. Tujuan hidup bangsa Indonesia
6. Kebudayaan yang mengajarkan bahwa hidup manusia akan mencapai puncak

Kebahagiaan jika dapat dikembangkan keselarasan dan keseimbangan, baik dalam


hidup manusia secara pribadi, sebagai makhluk sosial dalam hubungan masyarakat,
alam dan Tuhannya mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah. Pancasila
harus dipahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehingga mempunyai nilai
dan arti bagi kehidupan bangsa Pancasila yang dimaksud: Yang dirumuskan dalam
Pembukaan UUD 1945 terdiri dari 5 sila, penjabarannya sebanyak 36 butir yang saling
berhubungan menjadi satu kesatuan.
Sangatlah wajar kalu Pancasila dikatakan sebagai filsafat hiup bangsa karena
menurut Muhammad Noor Syam (1983: 346), nilai-nilai dasar dalam sosio budaya
Indonesia hidup dan berkembang sejak awal peradabannya, yang meliputi:
1. Kesadaran ketuhanan dan kesadaran keagamaan secara sederhana
2. Kesadaran kekeluargaan, di mana cinta dan keluarga sebagai dasar dan kodrat
terbentuknya masyarakat dan sinambungnya generasi.
3. Kesadaran musyaawarah mufakat dalam menetapkan kehendak bersama.
4. Kesadaran gotong royong, tolong-menolong.
5. Kesadaran tenggang rasa, atau tepo seliro, sebagai semangat kekeluargaan dan
kebersamaan, hormat demi keutuhan, kerukunan dan kekeluargaan dalam
kebersamaan.

Itulah yang termaktub dalam Pancasila dengan 36 butir-butirnya. Dengan begitu,


pada dasarnya masyarakat Indonesia telah melaksanakan Pancasila, walaupun sifatnya

13
masih merupakan kebudayaan. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut
sudah beradab lamanya mengakar pada kehidupan bangsa Indonesia, karena itu
Pancasila dijadikan sebagai falsafah hidup bangsa.

BAB II
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT PENDIDIKAN NASIONAL

Pendidikan di Indonesia berkembang secara dinamis dari zaman kemerdekaan


17 Agustus 1945 dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan politik, sosial, ekonomi dan
kebudayaan. Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 2: pendidikan diusahakan dan
diselenggarakan oleh pemerintah sebagai satu sistem pengajaran nasional à hal ini
dimaksudkan agar pendidikan dapat menjamin perkembangan dan kelangsungan
kehidupan bangsa. Sejarah yang menyatakan bahwa Pancasila sebagai asas pendidikan
nasional:
Menurut Aristoteles, tujuan pendidikan sama dengan tujuan didirikannya suatu
negara (Rapar, 1988:40) begitu juga Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 ingin menciptakan manusia pancasila Tahun 1959 pemerintah mengeluarkan
kebijaksanaan agar arah pendidikan tidak menuju pembentukan manusia liberal yang
dianggap sangat bertentangan dengan jiwa dan semangat bangsa Indonesia
(Depdikbud,1993). Atas instruksi menteri Pengajaran dan Budaya (PM) Prof.Dr.
Priyono yang dikenal dengan nama “Sapta Usaha Tama dan Pancawardhana” yang
isinya antara lain bahwa Pancasila merupakan asas pendidikan nasional (Supardo,
1960:431).
Jika pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti ideologi bangsa
yang dianut, karenanya sistem pendidikan nasional Indonesia dijiwai, didasari dan
mencerminkan identitas Pancasila. Sementara cita dan karsa bangsa kita, tujuan
nasional dan hasrat luhur rakyat Indonesia, tersimpul dalam pembukaan UUD 1945
sebagai perwujudan jiwa dan nilai Pancasila. Cita dan karsa itu dilembagakan dalam
sistem pendidikan nasional yang bertumpu dan dijiwai oleh suatu keyakinan, dan
pandangan hidup Pancasila. Inilah alasan mengapa filsafat pendidikan Pancasila
merupakan tuntutan nasional, sedangkan filsafat pendidikan Pancasila adalah subsistem
dari sistem negara Pancasila. Dengan kata lain, sistem negara Pancasila wajar tercermin
dan dilaksanakan di dalam berbagai subsistem kehidupan bangsa dan masyarakat.

14
Dengan demikian, jelaslah tidak mungkin Sistem Pendidikan Nasional dijiwai
dan didasari oleh sistem filsafat pendidikan yang selain Pancasila. Hal ini tercermin
dalam tujuan Pendidikan Nasional yang termuat dalam UU No. 2 Tahun 1989 dan UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni: pendidikan nasional
bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani, kepribadian
yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan.

BAB III
HUBUNGAN PANCASILA DENGAN SISTEM PENDIDIKAN
DITINJAU DARI FILSAFAT

Pancasila adalah dasar negara Indonesia di mana fungsi utamanya sebagi


pandangan hidup dan kepribadian bangsa (Dardodiharjo, 1988: 17). Memegang fungsi
dalam hidup dan kehidupan bangsa dan negara Indonesia, Pancasila tidak saja sebagai
dasar negara RI, tapi juga alat pemersatu bangsa, kepribadian bangsa, pandangan hidup
bangsa, sumber ilmu pengetahuan di Indonesia (Azis, 1984: 70). Sehingga dapat kita
ketahui bahwa Pancasila merupakan dasar negara yang membedakannya dengan
bangsa yang lain.
Filsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari
kebenaran sesuatu. Sementara filsafat pendidikan adalah pemikiran yang mendalam
tentang kependidikan. Bila kita hubungkan fungsi Pancasila dengan sistem pendidikan
ditinjau dari filsafat pendidikan, maka dapat kita jabarkan bahwa Pancasila adalah
pandangan hidup bangsa yang menjiwai sila-silanya dalam kehidupan sehari-hari. Dan
untuk menerapkan sila-sila Pancasila, diperlukan pemikiran yang sungguh-sungguh
mengenai bagaimana nilai-nilai Pancasila itu dapat dilaksanakan. Dalam hal ini,
tentunya pendidikanlah yang berperan utama.

15
BAB IV
FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA DITINJAU DARI ONTOLOGI,
EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI

A. Ontologi
Ontologi adalah bagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang ada.
Menurut Muhammad Noor Syam (1984: 24), ontologi kadang-kadang disamakan
dengan metafisika, sebelum manusia menyelidiki yang lain, manusia berusaha mengerti
hakikat sesuatu. Manusia dalam interaksinya dengan semesta raya, melahirkan
pertanyaan-pertanyaan filosofis seperti apakah sesungguhnya realita yang ada itu. Jadi,
ontologi adalah cabang dari filsafat yang persoalan pokoknya apakah kenyataan atau
realita itu. Rumusan-rumusan tersebut identik dengan membicarakan tentang hakikat
ada. Hakikat ada dapat berarti segala sesuatu yang ada, menunujuk kepada hal umum
(abstrak umum universal). (Sutrisno, 1984:82). Dalam kenyataanya, Pancasila dapat
dilihat dari penghayatan dan pengamalan kehidupan sehari-hari.

B. Epistemologi
Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan (adanya) benda-benda.
Epistemologi yang diartikan sebagai filsafat yang menyelidiki sumber, syarat, proses
terjadinya ilmu pengetahuan, batas validitas dan hakikat ilmu pengetahuan. Dengan
filsafat, kita dapat menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai demi peningkatan
ketenangan dan kesejahteraan hidup, pergaulan dan berwarga negara. Untuk itu, bangsa
Indonesia telah menemukan filsafat Pancasila.

C. Aksiologi
Aksiologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki aspek nilai (value). Nilai
tidak akan timbul karena manusia mempunyai bahasa yang digunakan dalam pergaulan
sehari-hari. Jadi, masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai. Dikatakan mempunyai
nilai, apabila berguna, benar (logis), bermoral dan etis. Dengan demikian, dapat pula
dibedakan nilai materiil dan spiritual. Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar
negara memiliki nilai-nilai: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
Keadilan. Nilai ideal, materiil, spiritual dan nilai positif dan juga nilai logis, estetika,
etis, sosial dan religius. Dengan demikian Pancasila syarat akan nilai.

16
BAB III
PEMBAHASAN/ANALISIS

A. Kelebihan Dan Kekurangan Buku I

Kelebihan
1. Paduan cover buku ini menarik, memungkinkan memikat minat pembaca.
2. Paduan cover buku ini menarik, memungkinkan memikat minat pembaca.
3. Buku ini menggunakan bahasa yang mudah di pahami dan mengerti.
4. Dengan penyajian kalimat yang baik, pembaca dapat dengan mudah memahaminya.

Kekurangan
1. Terdapat beberapa penulisan yang salah dalam pengetikannya atau berlebih huruf
dalam pengetikannya.
2. Terkadang ada istilah asing yang tidak di cetak miring atau di cetak tebal.
3. Ada beberapa penjelasan yang kurang diperjelas oleh penulis.

B. Kelebihan Dan Kekurangan Buku II

Kelebihan
1. Ditulis oleh para ahli langsung.
2. Bahasa dan kalimat yang digunakan mudah dimengerti.
3. Berpatokan pada para ahli.
4. Informasi yang di kandung sangat bermanfaat.

Kekurangan
1. Terlalu sederhana dalam penjelasannya.
2. Untuk contoh yang diberikan kurang begitu jelas.
3. Informasi yang dikandung terbatas.
4. Banyak kata- kata asing yang tidak dicetak miring dan ditebalkan.

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat pendidikan merupakan ilmu filsafat yang mempelajari hakikat
pelaksanan dan pendidikan. Bahan yang dipelajari meliputi tujuan, latar belakang, cara,
hasil, dan hakikat pendidikan. Metode yang dilakukan adalah dengan menganalisis
secara kritis struktur dan manfaat pendidikan. Filsafat pendidikan berupaya untuk
memikirkan permasalahan pendidikan. Salah satu yang dikritisi secara konkret adalah
relasi antara pendidik dan peserta didik dalam pembelajran. Salah satu yang sering
dibicarakan dewasa ini adalah pendidikan yang menyentuh aspek pengalaman.
Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu Pendidikan adalah sebagai
bagian fondasi-fondasi pendidikan dan filsafat pendidikan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam suatu sistem pendidikan, karena filsafat merupakan pemberi arah
dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan
kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.

B. Saran
Menurut saya, Informasi adalah hal yang sangat penting. Informasi merupakan
hal yang di incar oleh para pembaca. Sehingga informasi yang dimuat di buku haruslah
informasi yang jelas dan padat, ada kekurangan yang penulis temukan dalam penyajian
informasi dari dua buku tersebut, harapan kedepannya semoga informasi yang dibuat
dapat lebih jelas dan padat dari sebelumnya, sehingga para pembaca lebih antusias
dalam membacanya, dan untuk kata kata asing, semoga dapat ditulis dengan huruf
bercetak miring atau bercetak tebal dan ditambah dengan kata-kata dalam kurung
sebagai arti dari kata-kata asing tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Jalaludin.H, A. (2019). Filsafat Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.


Yusnadi, d. (2019). Filsafat Pendidikan. Bogor: Halaman Moeka.

19

Anda mungkin juga menyukai