Anda di halaman 1dari 13

CRITICAL BOOK REPORT

NAMA MAHASISWa : verti aswindra


NPM : A1C019019
CRITICAL BOOK REPORT : FILSAFAT PENDIDIKAN
Dosen pengarang : dr. Muhammad kristiawan, m.pd

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah,
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Critical Book Report
untuk memenuhi tugas mata kuliah “Filsafat Pendidikan”. Saya mengucapakan
terima kasih kepada Dosen pengampu “Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd” yang
telah memberikan tugas dan pedoman untuk menyelesaikan tugas Critical Book
Report ini. Saya memohon maaf kepada para pembaca jika terdapat berbagai
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan Critical Book Report ini. Oleh karena
itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun. Saya berharap
semoga Critical Book Report ini bisa bermaanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.

Bengkulu, 4 Oktober 2019

Verti Aswindra
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 2
A. Identitas Buku ................................................................................ 2
B. Ringkasan Isi Buku ......................................................................... 2
BAB III Kelebihan dan Kelemahan Buku ................................................ 8
A. Kelebihan Buku............................................................................... 8
B. Kelemahan Buku ............................................................................. 8
BAB IV PENUTUP ............................................................................... 9
A. Kesimpulan .................................................................................... 9
B. Saran............................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 10
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat pendidikan merupakan ilmu filsafat yang digunakan dalam hal
pendidikan. Filsafat yang di anut oleh suatu individu atau kelompok akan
memberikan pengaruh dari tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Buku Filsafat
Pendidikan yang ditulis oleh Dr. Muhammad Kristiawa, M.Pd merupakan salah
satu buku yang membahasnya. Maka untuk mengujinya, saya yang
berpedoman pada buku ini, saya menulis critical book ini sebagai hasil
membaca dan menganalisa buku tersebut. Tulisan ini diharapkan menjadi
sumber pengetahuan bagi kita semua.

B. Rumusan Masalah
1. Mengulas isi buku
2. Mencari dan mengetahui informasi dalam buku
3. Kelebihan dan kelemahan buku

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan Critical Book Report ini adalah untuk mengetahui
kelebihan dan kelemahan buku serta untuk menambah pengetahuan tentang
filsafat pendidikan. Dan pada dasarya, tujuan penulisan ini bukanlah untuk
menghina atau merendahkan penulis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Identitas Buku

Informasi Bibliografi Buku

Judul : Filsafat Pendidikan; The Choice Is Yours


Penulis : Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd
Penerbit : Penerbit Valia Pustaka
Kota Terbit : Jogjakarta
Tahun Terbit : 2016
Urutan cetakan : Cetakan Ke-I
Dimensi Buku : 14,5 x 20,5 cm
Tebal Buku : 273 Halaman
ISBN : 978-602-71540-8-7

B. Ringkasan Isi Buku

BAB I. Mengenal Filsafat dan Filsafat Pendidikan

Istilah “filsafat” dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari segi simentik dan
segi praktis. Dilihat dari segi semantik, kata filsafat berasal dari bahasa arab
‘falsafah’, yang berasal dari bahasa Yunani, ‘philosophia’, yang berarti ‘philos’=
cinta, suka (loving), dan ’sophia’ = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi
‘philosophia’ berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran.
Sedangkan ditinjau dari pengertian praktisnya, filsafat artinya ‘alam pikiran’ atau
‘alam berpikir’. Jadi, dapat dikatakan bahwa filsafat merupakan hasil akal pikiran
manusia yang memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Seperti
yang kita ketahui bahwa filsafat merupakan alat yang dijadikan landasan atau
dasar untuk mencapai tujuan. Jika dikaitkan dengan pendidikan, filsafat berfungsi
sebagai perangkat yang membimbing untuk mencapai tujuan pendidikan. Filsafat
yang dianut oleh suatu negara akan mewarnai tujuan pendidikan di negara
tersebut sehingga sangat mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Jadi, dapat dipahami bahwa filsafat pendidikan merupakan filsafat yang
digunakan dalam hal pendidikan.
Beberapa ciri yang termasuk persoalan filsafat sebagai berikut: a) bersifat
sangat umum, artinya persoalan kefilsafatan tidak bersangkutan dengan objek-
objek khusus. b) tidak menyangkut fakta, persoalan filsafat bersifat spekulatif.
Artinya, persoalan tersebut tidak dapat dilihat langsung dengan mata sehingga
bukan merupakan pertanyaan yang bersifat faktual. c) bersangkutan dengan
nilai-nilai (values), artinya persoalan kefilsafatan berkaitan dengan nilai-nilai
moral, estetis, agama dan sosial. d) bersifat kritis, merupakan menganalisis
secara kritis terhadap konsep dan arti yang biasanya langsung diterima oleh
suatu ilmu tanpa pemeriksaan sacara kritis. e) bersifat sinoptik, persoalan ini
mencakup struktur kenyataan secara menyeluruh. f) bersifat implikatif, artinya
jawaban dari persoalan filsafat mengandung akibat-akibat lebih jauh
memunculkan persoalan baru yang saling berkaitan. Berfikir secara kefilsafatan
sudah pasti berfikir secara menyeluruh dan sistematis. Mengapa demikian?
Karena berfikir merupakan kegiatan menghubungkan pengetahuan/mengelola
informasi yang diterima. Menurut Lousis O. Kattsoff (Kristiawan, 2016:45)
menyebutkan cabang filsafat adalah logika, metodologi, metafisika, epistemologi,
filsafat biologi, filsafat psikologi, filsafat antropologi, filsafat sosial, etika, estetika
dan filsafat agama.

BAB II. Dasar-Dasar Pengetahuan (Penalaran dan Logika)

Penalaran merupakan proses berpikir dalam rangka menarik kesimpulan


yang menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan ‘berpikir’ dan
bukan hanya dengan ‘perasaan’. Kemampuan menalar inilah yang menjadi
kekuatan manusia sehingga mampu mengembangkan pengetahuan dan
membedakan manusia dari binatang. Penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu, di
antaranya adanya suatu pola berpikir secara luas yang dapat disebut logika dan
adanya sifat analistik dalam proses berpikir. Tidak semua proses berpikir itu
berdasarkan penalaran yang bersifat logis dan analitis. Ada juga proses berpikir
yang tidak berdasarkan penalaran disebut perasaan dan intuisi. Perasaan
merupakan penarikan kesimpulan yang tidak didasarkan penalaran. Intuisi
merupakan suatu kegiatan berpikir non analitis yang tidak berdasarkan pola
tertentu.
Pada penalaran, terdapat prinsip dasar yang merupakan dasar atas
semua penalaran, prinsip penalaran yang dimaksud adalah: 1) prinsip identitas,
menyatakan bahwa suatu hal adalah sama dengan halnya sendiri yang menuntut
sifat yang konsisten; 2) prinsip non-kontradiksi, menyatakan bahwa sesuatu tidak
mungkin merupakan hal tertentu dan bukan hal tertentu dalam suatu keadaan;
3) prinsip eksklusi tertii/excluded middle, menyatakan bahwa sesuatu jika
dinyatakan sebagai hal tertentu atau bukan hal tertentu maka tidak ada
kemungkinan ketiga hal tersebut merupakan jalan tengah.
Istilah logika terbentuk dari kata logikos yang berasal dari kata benda
(logos) yang berarti sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (pikiran),
kata, percakapan atau ungkapan lewat bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut
dengan logike episteme yang artinya ilmu logika, namun sekarang lazim disebut
logika saja. Logika dapat dikatakan dasar dari semua penalaran yang didasarkan
pada hubungan antara pernyataan. Dalam ilmu pengetahuan, terdapat dua objek
yang dijadikan sebagai syarat suatu ilmu pengetahuan. Dua objek yang
dimaksud ialah objek material dan objek formal. Objek material ialah suatu
materi atau bidang atau lapangan penyelidikan ilmu pengetahuan. Sedangkan
objek formal adalah bagaimana objek material tersebut dapat dipandang. Jadi,
bisa dikatakan bahwa objek material logika ialah manusia, sedangkan objek
formal adalah kegiatan akal budi untuk melakukan penalaran yang tepat, lurus
dan teratur yang terlihat melalui ungkapan pikiran yang diwujudkan melalui
bahasa.
Menurut Aristoteles (384-322), ilmu pengetahuan terbagi menjadi tiga
kelompok, yakni: a) filsafat spekulatif/teoretes, bersifat objektif dan bertujuan
mengetahui pengetahuan itu sendiri. b) filsafat praktis, memberi pedoman bagi
tingkah laku manusia yang terdiri atas etika dan politik. c) filsafat produktif,
membimbing untuk menjadi produktif melalui keterampilan khusus yang terdiri
atas sastra, retorika dan estetika. Sementara menurut Auguste Comre (1798-
1857), ilmu pengetahuan terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu ilmu
pengetahuan positif dan filsafat.
Sedangkan pada masa kini, ilmu pengetahuan terbagi menjadi tiga
kelompok, yakni: a) Ilmu Pengetahuan Abstrak (The Abstract Sciences), terdiri
atas metafisika, logika dan matematika. b) Ilmu Pengetahuan Alam (The Natural
Sciences), terdiri atas fisika, kimia, biologi, geologi, dan lain-lain. c) Ilmu
Pengetahuan Humanis (The human Sciences), terdiri atas psikologi, sosiologi,
antropologi. Kemudian, dilihat dari fungsi dan tujuannya, ilmu pengetahuan
terbagi menjadi ilmu teoretis dan ilmu terapasen. Pada ilmu teoretis, terdapat
deskritif/ideografis dan nomotetis/eksplsanatif. Sedangkan dalam ilmu terapan
terdapat ilmu normative dan ilmu positif/pragmatis.

BAB III. Hakikat Manusia dan Hakikat Pendidikan

Hakikat manusia secara terminologis adalah realitas atau eksistensi itu


sendiri dan kenyataan eksistensi yang sebenarnya, bukan secara semu, temporer
atau kondisi labil. Hakikat manusia yang ditinjau dari sifat-sifat hakiki yang
menjadi karakteristik manusia yang membedakan antara manusia dari makhluk
lainnya sehingga dapat dilaksanakan strategi yang tepat dalam pendidikan.
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari untuk
menumbuhkembangkan segala potensi yang terdapat dalam dirinya. Wadah yang
dapat dijadikan sebagai tempat pengembangan potensi tersebut adalah
pendidikan, sehingga manusia merupakan sasaran dalam pendidikan.
Berbagai pandangan tentang hakikat manusia telah mempengaruhi
proses pendidikan dan pembelajaran yang berfungi sebagai dasar pemikiran bagi
tenaga didik untuk memilih pendekatan/strategi yang sesuai dalam
pembelajaran. Yang dimaksud dengan pandangan tersebut ialah pandangan
Humanistik dan pandangan Behavioristik. Pandangan Humanistik ialah
pandangan yang menekankan adanya kebebasan personal yang dalam hal ini
merupakan siswa sebagai seorang pribadi yang memiliki kemampuan sehingga
peran guru disini hanya sebagai fasilitator atau partisipan dalam proses
pembelajara. Sedangkan pandangan Behavioristik merupakan pandangan yang
didasarkan pada prinsip bahwa perilaku manusia ditentukan oleh keinginannya
dan bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan.

BAB IV. Filsafat Pendidikan Sebelum Abad 20

Filsafat pendidikan sebelum abad 20 dimulai dari perkembangan filsafat


umum dan perkembangan filsafat pendidikan. Periode perkembangan filsafat
umum terbagi menjadi empat, yaitu filsafat Yunani, filsafat Hindu, filsafat Islam,
filsafat Eropa/modern. Kemudian berlanjut dalam perkembangan filsafat
pendidikan dimana filsafat pendidikan ini sendiri merupakan pelaksanaan
pandangan dan kaidah falsafah dalam pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan
aplikasi dari filsafat preskriptif, spekulatif dan analitik.
Pemikiran permulaan filsafat ini berkembang dalam tingkat humanisme
relativistik, humanisme literer dan humanisme ilmiah. Sejak filsafat ikut
menentukan kebijakan terkait masalah pendidikan sebelum abad 20, terdapat
tiga tonggak yang secara umum teridiri dari pemikiran Aristoteles sebagai
tonggak pertama, pemikiran Francis sebagai tonggak kedua, dan pemikiran John
Stuart Mill beserta empat temannya sebagai tonggak ketiga. Sebelum abad ke
20, ada 3 mazhab yang dapat ditelusuri dalam filsafat pendidikan. 3 mazhab
tersebut ialah mazhab idealisme, materialisme dan realisme. Kemudian ada
beberapa mazhab yang tumbuh pada akhir abad 19 dan berkembang pada abad
20, di antaranya eksistensialisme, pragmatisme, progressivisme,esensialisme,
perenialisme, dan rekonstruksionisme.

BAB V. Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi

Ontologi ialah ilmu yang membahas pengetahuan tentang yang ada,


sepanjang sesuatu itu ada. Dalam berbagai pemahaman ontologi, terdapat
beberapa pandangan pokok pemikiran, di antaranya 1) monoisme yang
menganggap bahwa hakikat yng berasal dari kenyataan adalah satu saja dan
terbagi menjadi dua aliran, yakni aliran materialism dan idealisme; 2) dualisme
yang berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal
sumbernya; 3) pluralisme, paham ini beranggapan bahwa segenap macam
bentuk apapun itu semuanya nyata; 4) nihilisme, membagi realitas menjadi tiga
proporsi. Pertama, realitas itu sebenarnya tidak nyata. Kedua, bila sesuatu itu
ada, maka tidak dapat diketahui. Ketiga, walaupun realitas itu dapat diketahui,
namun tidak akan dapat diberitahukan kepada orang lain; 5) agnotitisme, paham
ini mengingkari kesanggupan seseorang untuk mengetahui hakikat benda, baik
rohani maupun materi.
Hollingdale mengungkapkan bahwa epistemologi merupakan bagian dari
filsafat pengetahuan yang membahas tentang asal usul pengetahuan dan alat
untuk mengtahuinya. Untuk menguraikan sumber kajian epistemologi dan
perubahan yang terjadi sepanjang sejarah, perlu adanya metode analisa sejarah.
Metode tersebut antara lain: metode induktif, metode deduktif, metode
positivisme, metode kontemplatif dan metode dialektis
Aksiologi adalah teori nilai tentang kegunaan pengetahuan yang
diperoleh. Menurut Juju S. Suriasumantri, aksiologi terbagi menjadi dua tahap.
Tahap pertama, ilmu yang otonom bersifat dogmatik dimana terbebas dari
segenap nilai sehingga dengan leluasa dapat mengembangkan dirinya. Tahap
kedua, ilmu bertujuan memanipulasi faktor yang terkait dalam gejala tersebut
untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi.

BAB VI. Masyarakat Madani

Masyarakat madani diperkenalkan pertama kali oleh Anwar Ibrahim yang


pada saat itu merupakan Menteri Keuangan dan Timbalan Perdana Menteri
Malaysia. Munculnya konsep masyarakat madani ini menunjukkan intelektual
muslim Melayu yang mampu menginterpretasikan ajaran Islam dalam kehidupan
modern, seperti mengawinkan ajaran Islam dengan konsep civil society yang
lahir di Barat pada abad 18. Makna “masyarakat sipil” adalah terjemahan dari
civil society yang lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat.
Cicero adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata “societies civilis”
dalam filsafat politiknya.
Ciri-ciri utama masyarakat madani antara lain, 1) kemandirian yang cukup
tinggi dari dalam diri individu dan kelompok; 2) ruang publis yang bebas sebagai
wahana untuk keterlibatan politik secara aktif yang berkaitan dengan
kepentingan publik; 3) adanya kemapuan membatasi kuasa negara agar tidak
terjadi intervensionis. Selain itu, terdapat juga beberapa karakteristik masyarakat
madani, di antaranya ruang publik yang bebas, demokratisasi, toleransi,
pluralisme, keadilan social dan sumpermasi hokum.

BAB VII. Bahaya Filsafat

Tahun 1648 merupakan tahun munculnya sekularisme. Menurut al-


Nabhani (1953), inti dari paham sekularisme adalah pemisahan agama dari
kehidupan. Nasiwan(2003) mengungkapkan sekularisme di bidang politik ditandai
dengan 3 hal, yaitu: 1) pemisahan pemerintahan dari ideologi keagamaan dan
struktur eklesiatik; 2) ekspansi pemerintah untuk mengambil fungsi pengaturan
dalam bidang social dan ekonomi yang semula ditangani oleh struktur
keagamaan; 3) penilaian atas kultur politik menekankan pada alasan serta tujuan
keduniaan yang tidak transenden. Sekularisme tanpa disadari mendorong
munculnya liberalisme dalam berpikir di segala bidang yang tentunya dapat
memberikan pengaruh tidak hanya dalam hal akidah namun juga dalam hal
pengaturan kehidupan, di antaranya dalam bidang pemerintahan, bidang
ekonomi, bidang sosiologi dan bidang pengalam agama. Selain itu, sekularisme
juga ikut memperngaruhi di bidang akademik. Perkembangan sekularisme di
Barat ternyata tidak hanya berhenti di tanah kelahirannya saja, namun terus
berkembang dan tersebasluas ke seantero dunia, termasuk di dunia Islam.

BAB VIII. Aliran-Aliran Filsafat

Aliran nativisme yang dipelopori oleh Arthur Schopenhauer yang


berpandangan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh faktor bawaan
sejak lahir. Faktor perkembangan manusia dalam teori nativisme antara lain,
faktor genetik, faktor kemampuan anak dan faktor pertumbuhan anak. Adapun
tujuan dari teori ini ialah diharapkan mampu memunculkan bakat yang dimiliki,
mendorong manusia untuk berkompetensi, mendorong manusia dalam
menentukan pilihan, mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dalam
dirinya serta untuk mendorong manusia untuk dapat mengenali bakat dan minat
yang dimiliki. Aliran empirisme menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal
dari pengalaman manusia dan menolak anggapan bahwa manusia telah
membawa fitrah pengetahuan dalam diri ketika dilahirkan. Tokoh yang
membangun aliran ini ialah Francis Bacon dan Thomas Hobbes, namun
mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan David
Hume.
Aliran idealisme berpandangan bahwa nilai adalah tetap dan tidak
berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara
fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Aliran Realisme
berpendapat bahwa hakekat realitas terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani
yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu subyek yang menyadari dan mengetahui
di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realitas di luar manusia yang
dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Aliran materialisme berpandangan
bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural.
Aliran materialisme ini mengabaikan adanya spiritual.
Aliran pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun,
sebenarnya berawal pada filsafat empirisme Inggris yang berpendapat bahwa
manusia dapat mengetahui apa yang ia alami. Aliran pragmatisme adalah aliran
filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang
membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau
hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran eksistensialisme memfokuskan
pada pegalaman individu dan secara umum aliran ini menekankan pilihan kreatif,
subyektifias pengalaman manusia dan tindakan konkrit dari keberadaan manusia
atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia.
Aliran perenealisme dalam dunia pendidikan berpandangan bahwa
pendidikan sebagai proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti
dalam kebudayaan ideal harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya
pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Aliran Esensialisme
berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur
dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Aliran progresivisme berpendapat
bahwa nilai berkembang terus karena adanya pengalaman baru antara individu
dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan. Aliran rekonstruksionisme
adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan
membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Aliran positivisme merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu
alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar. Aliran rasionalisme
adalah doktrin filsafat yang mengungkapkan bahwa kebenaran haruslah
ditentukan melalui pembuktian, logika dan analisis yang berdasarkan fakta. Aliran
naturalisme mengungkapkan bahwa dimensi utama dan pertama dalam aliran ini
adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam. Adapun
selain aliran-aliran tersebut, masih banyak lagi aliran-aliran dalam filsafat
pendidikan, seperti aliran komunisme, aliran sosialisme, aliran kapitalisme, aliran
postmodernisme, aliran individualisme, aliran konstruktivisme, aliran humanisme,
aliran neoliberalisme, aliran nihilisme, aliran konvergensi, serta beberapa aliran
lain.
BAB III
Kelebihan dan Kelemahan Buku

A. Kelebihan Buku
1. Di lihat dari tampilan buku, gambar dan warna pada cover buku telah
memberikan kesan dan menggambarkan bahwa buku tersebut
memang merupakan buku filsafat.
2. Kalimat tanya pada setiap sub bab membuat daya tarik tersendiri
sehingga dapat menambah minat baca bagi para pembaca.
3. Dalam isi buku, penulis mencantumkan pendapat para ahli beserta
nama buku, tahun terbit dan halamannya sehingga gagasan tersebut
sudah pasti terpercaya.
4. Isi buku ditulis secara lengkap dan terperinci dimana pada setiap bab
maupun sub bab nya menjelaskan materi secara luas dan mudah
dipahami.
5. Terlihat sangat banyak sumber pada daftar pustaka sehingga buku
filsafat pendidikan ini merupakan materi yang sesuai dan berdasarkan
pendapat para ahli.

B. Kelemahan Buku
1. Terdapat beberapa istilah yang jarang digunakan dan kata-kata yang
sulit di mengerti.
2. Terdapat pengulangan kalimat pada halaman sebelumnya yang
terkadang bisa membuat para pembaca membaca bosan.
3. Pada beberapa kata, masih terdapat beberapa kekeliruan penulisan
yang tak sesuai KBBI seperti kata “pikir” ditulis “fikir”.
4. Tidak adanya kesimpulan dalam buku membuat para pembaca harus
benar-benar fokus dalam membaca agar dapat memahami materi
yang di baca.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat pendidikan merupakan ilmu filsafat yang digunakan dalam hal
pendidikan. Filsafat yang di anut oleh suatu individu atau kelompok akan
memberikan pengaruh dari tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Pada buku
filsafat pendidikan karya Dr. Muhammad Kristiawan, M.Pd, materi isi buku
sudah dijelaskan secara rinci dan lengkap setiap bab nya meskipun ada
beberapa hal yang masih perlu perbaikan.

B. Saran
Melalui analisis dan review buku filsafat pendidikan ini, pembaca bisa
menambah pengetahuan dan wawasan dari buku tersebut. Materi yang
terdapat dalam buku tersebut sangat memberikan manfaat bagi para
pembaca. Critical book report ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat saya harapkan agar critical book report ini
bisa menjadi lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
Kristiawan, M. (2016).Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Valia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai