Anda di halaman 1dari 24

CRITICAL BOOK REVIEW

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DisusunOleh:

T. AFRIAN
5193530005

DosenPengampu :Nelly Armayanti, S.P., M.S.P.

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


PRODI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat
dankarunia-Nya sehinggga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini untuk
memenuhitugas Critical Book Review pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
dalam bentuk maupunisinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca.Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah ilmu
pengetahuan danpengalaman bagi para pembacanya, sehingga saya dapat memperbaiki
bentuk maupun isimakalah ini sehingga kedepanmya dapat menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah sedikit pengetahuan serta wawasan pembaca mengenai pengantar ilmu sosial.

Medan, 29 April 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................1
BAB I..................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR..................................................................................................3
1.2 Tujuan Penulisan CBR..............................................................................................................3
1.3 Manfaat Penulisan CBR...........................................................................................................3
1.4 Identitas Buku Pertama...........................................................................................................3
BAB II.................................................................................................................................................5
RINGKASAN ISI BUKU........................................................................................................................5
2.1 Ringkasan Isi Buku Pertama.....................................................................................................5
2.2 Ringkasan Isi Buku Kedua......................................................................................................11
4.1 Kesimpulan............................................................................................................................22
4.2 Saran.....................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................23

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR
Rasionalisasi pentingnya CBR sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk
kita baca dan pahami. Terkadang kita memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati kita.
Misalnnya dari segi analisis bahasa, pembahasan tentang kepemimpinan, oleh karena itu,
penulis membuat critical book report ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih
referensi, terkhusus pada pokok bahasan tentang Pendidikan Kewarganegaraan mengenai
karbohidrat.

1.2 Tujuan Penulisan CBR


1. Untuk penyelesaian tugas
2. Untuk menambah wawasan serta referensi baru
3. Untuk meningkatkan daya berfikir
4. Untuk menguatkan daya ingat

1.3 Manfaat Penulisan CBR


1. Dapat menambah informasi serta pengetahuan
2. Dapat melatih diri dalam mengkritisi buku
3. Dapat menambah kosa kata baru

1.4 Identitas Buku Pertama


1. Judul : Penelitian Hukum
2. Edisi : Revisi
3. Pengarang : Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki, S.H., M.H., LLM.
4. Penerbit : PRENADAMEDIA GROUP
5. Kota terbit : Jakarta
6. Tahun terbut : 2016
7. ISSBN : 978-602-7985-16-2

Identitas Buku Kedua


1. Judul : PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN
2. Edisi :-
3. Pengarang : TIM REDAKSI
4. Penerbit : CV ARFINO RAYA

3
5. Kota terbit : BANDUNG
6. Tahun terbit : 2015
7. ISBN : 978-602-0939-41-4

4
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
2.1 Ringkasan Isi Buku Pertama
A. BAB 1

Profesional memerlukan tiga hal, yaitu pengetahuan (knowledge), keterampilan


(skill), dan etika (ethics). Dilihat dari segi etimologisnya, kata ilmu yang dalam bahasa Ingriss
disebut science sesungguhnya berasal dari kata Latin scientia yang artinya “pengetahuan”
(knowledge) yang dalam bahasa Yunani disebut episteme. Dengan berpegang kepada tiga hal
tersebut, profesional bersikap independen. Independensi inilah yang membedakan antara
profesional dengan baik tukang, karyawan, maupun birokrat.

Fungsi penelitian adalah untuk mendapatkan kebenaran. Kebenaran dalam hal ini
bkan kebenaran secara religius dan metafisis, melainkan dari segi epistemologis, artinya
kebenaranharus dilihat dari epistemologis. Dari segi epistemologis, terdapat berbagai sudut
pandang mengenai kebenaran. Dalam hal iniah diperlukan teori-teori kebenaran.

Teori kebenaran kohorensi adalah salah satu dari dua teori kebenaran tradisional.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa yang terdahulu adalah teori kebenaran
korespondensi. Fungsi penelitian, menurut teori kebenaran pragmatis, adalah menemukan
sesuatu yang efektif dan bermanfaat dalam menemukan gagasan. Dalam hal demikian, sama
halnya dengan teori kebenaran korespondensi, masalah-masalah nilai atau sesuatu yang tidak
memberikan manfaat secara lahiriah tidaklah menjadi kajian dari teori kebenaran ini.

Suatu hal yang merupakan pembeda antara ilmu hukum dan ilmu-ilmu sosial adlaah
ilmu hukum bukan termasuk ke dalam bilangan ilmu perilaku. Ilmu hukum tidak bersifat
deskritif tetapi perspektif. Objek ilmu hukum adalah koherensi antara norma hukum dan
prinsip hukum, antara aturan hukum dan norma hukum, serta koherensi antara tingkah laku
bukan perilaku individu dengan norma hukum.

Pada tahun 1970-an UNESCO, salah satu lembaga PBB membdekan ilmu menjadi
ilmu-ilmu alamiah, ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Merupakan tugas ilmu hukum untuk
membahas huum dari semua aspek. Baik ilmu sosial maupun humaniora memandang hukum
dari sudut pandang keilmuannya sendiri. Oleh karena itu tidaklah tepat mengklasifikasi ilmu
hukm ke dalam ilmu sosial maupun humaniora.

5
B. BAB 2

Menerapkan hukum terhadap suatu situasi tertentu memerlukan keahlian dalam


analisis hukum. Karena seorang lawyer harus mampu menganalisis suatua yang faktual da
menerapkan dokrin-dokrin hukum yang telah terbentuk. Negara adalah entitas politik.
Sebagai suatu entitas politik, negara berkewajiban untuk menyejahterakan rakyatnya. Akan
tetapi negara tidak boleh melakukan bisnis karen bisnis merupakan wilayah hukum privat.
Yang membedakan penelitian hukum dengan penelitian dalam ilmu-ilmu deskriptif adalah
tujun penelitian hukum, yakni memberikan perspektif mengenai apa yang seyogianya
dilakukan, bukan membuktikan kebenaran hipotesis. Preskrip itu harus timbul dari hasil
telaah yang dilakukan.

Sebagai suatu ilmu terapan, ilmu hukum dipelajari untuk praktik hukum. Akan tetapi
yang dinamakn praktik hukum tidak selalu berkonotasi dengan adanya sengketa. Dari hasil
telaah tersebut dapat dibuat opini atau pendapat hukum yang dikemukakan oleh ahli hukum
merupakan preskrip. Begitu juga tuntutan jaksa, petitum atau eksepsi dalam pokok perkara di
dalam litigasi berisi preskripsi.

Tidak dapat diingkari bahwa di dalam menerapkan satu ilmu tertentu terdapat suatu
strategi tertentu atau cra tertentu yang memungkinkan penerapan lebih berhasil. Teori dan
prinsip keilmuan tetap dipegang, hanya dalam menerapkannya diperlukan keluwesan dan
taktik tertentu. Dengan demikian, tetap tidak dapat diterima bahwa praktik harus mengikuti
teori.

Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu hukum yang timbul.
Oleh karena itulah, penelitian hukum merupakan suatu penelitian di dalam kerangka know-
know di alam hukum. Hasil yang dicapai adalah untuk memberikan preskripsi mengenai apa
yang seyogiannya atas isu yang diajukan. Menginagat penelitian hukum merupakan suatu
kegiatan dalam kerangka know-know, isu hukum hanya dapat diintefikasi oleh ahli hukum
dan tidak mungkin oleh ahli lain.

Penelitian bagi ilmu pengetahuan alam maupun sosial biasanya dilakukan untuk
memperoleh suatu kebenaran (truth) ilmiah. Kebenaran tersebut merupakan suatu konklusi
dari proses logico-hypothetico verificative. Seorang yang melakukan penelitian dibidang
keilmuannya. Kemudian ia menunjukkan ia membangun suatu prinsip dasar keilmuwannya.

6
Suatu bentuk penelitian lainnya yang juga dikembangkan di dal ilmu-ilmu perilaku adalah
grounded research. Berbeda dengan penelitian sosial lainnya, grounded research tidak
berpangkal dari teori dan hipotesis tetapi, menggunakan data sebagai sumber teori.

C. BAB 3

Isu hukum mempunyai posisi yang sentral di dlam penelitian hukum sebgaimana
kedudukan masalh di dalam penelitian lainnya, karena isu hukum itulah yang harus
dipecahkan didalam penelitian hukum sebagaimana permasalahan yang harus dijawab di
dalam penelitian bukan hukum. Di dalam praktik hukum, kegagalan para pihak dalam
membangun arguentasi untuk memecahkan isu hukum yang menjadi objek perkara
mempunya implikasi ditolaknya gugatan atau dakwaan tidak terbukti oleh hakim atau bahkan
sebaliknya yang mestinya gugatan harus ditolak malah dikabulkan, atau dakwaan yang
mestinya ditolak tetapi dinyatakan terbuti secara sah yang mestinya tidak terbukti tetapi
dinyatakan terbukti secara sah.

Isu hukum dalam ruang lingkup dogmatik hukum timbul apabila: (1) para pihak yang
berpekara atau yang terlibat dalam perdebatan mengemukakan penafsiran yang berbeda atau
bahkan saling bertentangan terhadap teks peraturan karena ketidakjelasan peraturan itu
sendiri: (2) terjadi kekosongan hukum; (3) terdapat perbedaan penafsiran atas fakta. Tidak
dapat disangkal bahwa isi hukum dalam ruang lingkup dogmatik hukum lebih memberat
kepada aspek praktis ilmu hukum. Isu-isu hukum ini tidak mugkin tanpa adanya kegiatan
interpretasi karena dalam ketentuan undang-undang yang diacu di dalam contoh-contoh
tersebut terlibat masalah pengertian hukum. Kegiatan interpretasi seperti itu tidak mungkin
tidak menggunakan metode hermeneutik. Dalam hal menyangkut kehidupan manusia,
hermeneutik menghadirkan kembali pemeikiran Arisototeles mengenai model teleogis.

Penelitian hukum yang berkaitan degan isu mengenai isu asas hukum berada dalam
tataran filsafat hukum. Untuk dapat memahami isu yang berkaitan dengan asas hukum. Asas-
asas hukum juga dapat mengalami perubahan. Akan tetapi mengingat asas hukum merupakan
sesuatu yang bersifat abstrak, perubahan asas hukum sangatlah lambat dibandingkan dengan
perubahan peraturan hukum.

Penelitian hukum dilakukan untuk memecahkan isu hukum yang diajukan. Hasil yang
hendak dicapai adalah memberikan pereskrip mengenai apa yang di seyogiannya. Apabila

7
contoh-contoh permasalahan dalam penelitian sosiolegal di atas hendak dijadikan hukum,
esensi permasalahannya diubah.

Untuk dapat menyebabkan isu itu tidak diperlukan data. Yang diperlukan adalah
pemahaman yang mendalam yang mendalam mengenai undang-undang yang ditelaah
tersebut, yaitu UU tentang Perimbangan Keungan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah.

D. BAB 4

Pendekatan undang-undang (statute approach) dilakukan dengan menelaah semua


undang-undang dan regulsi yang berangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.
Bagi penelitian untuk kegiatan praktis, pendekatan undang-unang ini akan membuka
kesempatan bagi penelitian untuk memepelajari adalah konsistensi dan kesesuaian antara
suatu undang-undang dengan undang-undang lainnya atau antara undang-undang Dasar atau
antara regulsi dan Undang-undang.

Asas peraturan perundang-undangan yang baru lebih mencerminkan kebutuhan dan


situasi yang sedang berlangsung. Akan tetapi dapat pula dibayankan sebaliknya, yaitu
peraturan perundang-undagan yang baru tidak memuat ketentuan yang dibutuhkan untuk
situasi yang sedang dihadapi. Ketentuan yang dibutuhkan untuk seuatuyang dihadapi. Oleh
karen adalam perundan-undangan peneliti bukan saja melihat kedalam bentuk peraturan
perundang-perundangan, melainkan juga menelaah materi muatannya perlu kiranya peneliti
mempelajari dasar ontologis lahirnya undang-undang, landasan filosofi undang-undang, dan
ratio legis dai ketentuan undang-undang.

Undang-undang harus mencerminkan gagasn yang dibelakangnya, yaitu keadilan.


Undang-undang bukan sekedar produk tawar menawar politik. Akan tetapi untuk membahsa
ratio legis perlu juga diketahui interpresi atau penafsiran. Hal itu disebabkan tidak semua teks
undang-undang jelas. Interpresi menerutkan kata-kata dalam undang-undang beranjak dari
makna kata-kata yang tertuang di dalam undang-undang. Sebagaimana contoh yang telah
dikemukakan bahwa kata advokat di alam UU advokat walaupun pengunaanya salah
sebenrnya makna yang dikandung di dalamnya adalah bahwa jangan sampai terjadi mereka
yang tidak mempunyai izin melakukan layanan jas hukum menjalankan praktik hukum yang
bukan tiadk mungkin akan menjadi calo perkara di pengadilan.

Pendekatan kasus yang perlu dipahami oleh peneliti adalah ratio decidendi, yaitu
alasan-alasan hukum yang digunakan oleh hakim untuk sampai kepada putusannya. Untuk

8
memhami fakta material perlu diperhatikan tingkat abstraksi rumusan fakta yang diajukan.
Sebagaimana di dalam pelajaran logika, semakin umum urusan, semakin tinggi daya
abstraksinya sebaliknya, semakin sempit rumusan, semakin rendah daya abstraksinya.

E. BAB 5

Sumber-seumber penelitian yang berupa bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan


hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif,
artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan dan
putusan-putusan hakim. Adapun bahan-bahan sekunder berupa semua publiksi tengang likasi
tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan
komentar-komentar atas pengutusan pengadilan.

Mengingat Indonesia bekas jajahan Belanda, sebagaimana Eropa kontinental lainnya


dan berkas jajahannya, Indonesia merupakan penganut civil law system. Tidak seperti
Amerika Serikat dan negara-negara penganut common law lainnya, bahan-bahan hukum
primer yang terutama bukannlah putusan peradilan atau yurisprudensi, emlainkan peraturan
perundang-undangan. Sesuatu yang menyulitksn bsgi peneliti hukum dalam menggunakan
peraturan perundang-undangan sebagai bahan hukum primer adalah masih adanya beberapa
produk perundang-undagan Hindia Belanda dengan berbagai macam penamaan, misalnya
reglement, ordonnantie, regeling, dan verordening.

Sebenarnya yang jadi ukuran bukan kualifikasi penulis, melainkan karya tulisannya.
Akan tetapi diluar itu yang pertama kali diperhatikan adalah apakah tulisan itu tulisan hukum
(treatise). Suatu ciri khas bahwa suatu tulisan itu merupakan tulisan sesuai dengan
keahliannya, atau kalau tulisan itu tentang ilmu hukum secara umum, penulisannya akan
sebagai gejala sosial. Oleh karea itulah yang juga perlu dipelari.

Hukum internasional lazimnya diartikan sebagai hukum internasional publik yang


mengatur hubungan antar negara atau antara negara dengan organisasi internsional. Dilihat
dari segi historis, sebnernya hukum internasional timbul karean adanya kebutuhan akan
mempertahankan perdamaian dan aturan-aturan perang.

9
Mengenai kebiasaan-kebiasaaan internasiona dapat ditemukan di dalam putusan-
putusan penegadilan domestik tentang perkara-perkara yang berdimensi internasional. Yang
berikutnya adalah jaran ahli-ahli hukum yang mempunya kualifiaski tinggi. Kriteria ahli
hukum mana yang mempunyai kualifikasi tinggi sama sulitnya dengan kriteria tentang
civilized nations. Akan tetapi untuk mengatsi kesulitan itu disarankan kalau peneliti merujuk
kepada pandangan-pandangan para penulis yang sering dikutip oleh pengadilan-pengadilan
yang mengadili kemudian menjumpai adanya perbeedaan sengketa internasional.

F. BAB 6

Dalam melakukan penelitian hukum, dilakukan langkah-lahkan; (1) mengidentifikasi


fakta hukum dan mengeleminasi hal-hal yang hendak dipecahkan; (2) pengumpulan bahan-
bahan hukum dan sekiranya dipandang mempuny relevansi juga bahan-bahan nonhukum; (3)
melakukan telaah atas isu hukum yang diajukan berdasarkan bahan-bahan yang telah
dikumpulkan; (4) menarik kesimpulan dalam bentuk arguentasi yang menjawab isu hukum;
(5) memberikan preskreip berdasarkan argumentasi yang telah dibangun di dalam
kesimpulan. Langkah-langkah ini sesuai dengan kaarkter ilmu hukum sebagai ilmu yang
bersifat persfektif dan terapan.

Penelitian hukum untuk kegiatan praktik hukum ini akan menghasilkan arugementsi
hukum ini akan menghasilkan argumentasi hukum. Argumentasi hukum ini oleh ahli hukum
dituangkan ke dalam Legal Memorandum (LM) yang dibuat untuk sesama ahli hukum
dituangkan di dalam Legal Opinion (LO) dengan bahasa yang lebih dimengerti oleh klien.

Berbeda dengan penelitian hukum untuk keperluan praktik hukum, penelitian untuk
keperluan akademis digunakan untuk menyususn karya akademis. Posisi peneliti selaku
praktisi melakukan penelitian guna menopang argumentasi masing-masing. Kuasa penggugat
melakukan penelitian dalam rangka memperkuat penelitian dalam rangka memperkuat dalil-
dalil gugatannya.

Memberikan pereskrip mengenai apa yang seharusnya merupakan esesnsial dari


penelitian hukum, karena untuk hal itulah dilakukan penelitian tersebut dilakukan. Baik itu
keperluan praktik hukum maupaun untuk penulisan akademis, preskrepsi yang diberikan
menetukan nilai penelitian tersebut. Berpegang kepada preskripsi yang diberikan di dalm
kegitan penelitian hukum harus dapat dan mungkin untuk diterapkan. Dengan demikian,
prekrispsi yang diberikan bukan merupaka sesuatu yang sudah pernah ada. Oleh karena itulah

10
yang dihasilkan oleh penelitian hukum sekalipun bukan asasa hukum yang baru atau teiri
baru, paling tidak argumentasi baru. Bertolak dari argumentsai baru itulah diberikan
preskripsi sehingga preskripsi tersebut bukan merupakan suatu fantasi atau angan-nagan
kosong.

2.2 Ringkasan Isi Buku Kedua


A. PANCASILA SEBAGAI DASAR FILSAFAT NEGARA INDONESIA

Istilah pancasila awalnya terdapat dalam teks kepustakaan Buddha di India. Ajaran
Buddha bersumber pada kitab succi Tri Pitaka, yang terdiri atas tiga macam buku besar
yatitu sutha pitaka, abhidama pitaka, dan vinaya pitaka. Secara historis proses perumusan
pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama, dr. Radjiman Wedyoningrat,
mengajukan suatu masalah pembahasan tentang rumusan dasar negara indonesia yang akan
dibentuk. Sidang tersebut dihadiri oleh tiga pembicara , yaitu muhammad yamin, soepomo,
dan soekarno. Pada tanggal 1 juni 1945, Ir. Soekarno berpidato secara lisan mengenai
gagasan calon rumusan dasar negara indonesia. Kemudian didalam pidatonya itu,
diusulkan istilah dasar negara oleh soekarno dengan nama pancasila yang artinya lima
dasar. Pada tanggal 17 Agustus 1945 indonesia memproklamasikan kemerdekaan nya.
Kemudian keesokan harinya , tanggal 18 Agustus 1945, disahkan undang – undang dasar
1945 yang didalamnya memuat isi rumusan lima prinsip sebagai satu dasar negara yang
diberi nama pancasila. Pada tanggal 22 Juni 1945 sembilan tokoh nasional yang juga tokoh
Dokurizsu Zyumbi Toosakay mengadakan pertemuan untuk membahas pidato serta usulan
mengenai dasar negara yang telah dikemukakan dalam sidang BPUPKI sebagai badan
penyelidik.

Rumusan pancasila sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 inilah yang secara
konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara republik indonesia yang disahkan oleh
PPKI yang mewakili seluruh rakyat indonesia. Namun dalam sejarah ketatatanegaraan
indonesia, dalam upaya bangsa indonesia mempertahankan proklamasi serta eksistensi
negara dan bangsa indonesia.

B. PANCASILA DALAM SEJARAH PERJUANGAN BANGSA

11
Dasar – dasar pembentukan nasionalisme modern dirintis oleh para pejuang kemerdekaan
bangsa, antara lain para tokoh perjuangan kebangkitan nasionalis pada tahun 1908,
kemudian dicetuskan pada sumpah pemuda tahun 1928.

Akhirnya, titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa indonesia dalam mendirikan negara
tercapai dengan diproklamasikan kemerdekaan indonesia pada tanggal 17

Agustus 1945.

Sebelum sidang BPUPKI kedua dimulai, terjadi penambahan enam anggota baru Badan
Penyelidik, yaitu Abdul Fatah Hasan, Asikin Natanegara, Soerjo Hamidjojo, Muhammad
Noor, Besari, dan Abdul Kaffar. Selain itu Ir. Soekarno yang merupakan ketua panitia
kecil melaporkan hasil pertemuan yang dilakukan sejak Juni yang telah lalu. Dalam
laporan itu, pada 22 Juni 1945, Ir.Soekarno mengadakan

pertemuan antara panitia kecil dan anggota badan penyelidik. Anggota yang hadir didalam
pertemuan itu berjumlah 38 orang, yaitu anggota yang bertempat tinggal

di jakarta dan anggota penyelidik yang merangkap menjadi anggota Tituoo Sangi In diluar
jakarta

Pertemuan ini diadakan di gedung kantor besar jawa hooko kai (kantor tempat bung karno
sebagai sekertaris jendral hooko kai). Mereka membentuk panitia kecil terdiri atas
sembilan orang atau panitia sembilan yang beranggotakan ir.soekarno, wachid hasyim,
mr.nuh yamin, mr. A.a maramis, drs. Muh hatta, mr. Achmd soebardjo, kiai abdul kahar
muzakar, abikoenso tjokrosoejoso, dan H. agus salim.

C. PANCASILA MERUPAKAN SISTEM FILSAFAT

12
Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa yunani, yaitu phileim yang artinya cinta dan
sophos yang artinya hikmah, kebijaksanaan, atau toisdom. Jadi secara harfiah istilah
filsafat mengandung makna cinta kebijaksanaan. Namun demikian, jika kita membahas
filsafat dalam hubungannya dengan lingkup bahasannya maka mencangkup banyak
bidang bahasan antara lain tentang manusia, alam, pengetahuan, etika, dan logika.

Kesatuan sila – sila pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan dasar
ontologis, dasar epistomologis, serta dasar aksiologis dari sila – sila pancasila.
Sebagaimana dijelaskan bahwa kesatuan sila – sila pancasila adalah bersifat hierarkis dan
mempunyai bentuk piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan hirarki sila –
sila pancasila dakam urutan – urutan luas. Oleh karena kududukan kodrat manusia sebagai
makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan inilah, secara hierarkis sila
pertama ketuhanan yang maha esa mendasari dan menjiwai keempat sila pancasila lainnya.

Sila pertama ketuhanan yang maha esa mendasari dan menjiwai sila kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Hal tersebut berdasarkan hakikat bahwa pendukung pokok negara adalah manusia.

Sila ketiga persatuan pancasila indonesia didasari dan dijiwai oleh silla lainnya. Hakikat
persatuan didasari dan dijiwai oleh sila ketuhanan dan kemanusiaan, bhawa manusia
sebagai makhluk tuhan yang maha esa, yang pertama harus direlasasikan adalah
mewujudkan suatu persatuan dalam suatu persekutuan hidup yang disebut negara. Dengan
demikian, pada hakikatnya yang bersatu adalah manusia sebagai makhluk tuhan yang maha
esa. Oleh karena itu, persatuan merupakan akibat adanya manusia sebagai makhluk tuhan
yang maha esa.

Sila keempat adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Makna pokok sila keempat adalah kerakyatan yaitu
kesesuainnya dengan hakikat rakyat. Dengan demikian hakikat rakyat merupakan akibat
bersatunya manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa dakam suatu wilayah negara
tertentu. Secara ontologis, adanya rakyat adalah ditentukan dan sebagai aibat adanya
manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa yang menyatukan diri dalam suatu wilayah
negara tertentu.

13
D. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN
BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA

Istilah paradigma pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan, terutama
dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secara terminologis tokoh yang
mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah thomas S. Khun.

Secara filosofi, hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional


mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita
harus mendasarkan pada hakikat nilai sila – sila pancasila. Oleh karena itu, negara dalam
rangka mewujudkan tujuannya melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuan
seluruh warganya harus dikembalikan pada dasar – dasar hakikat manusia monopularitas.

Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu realisasi praktis untuk mencapai tujuan
bangsa. Adapun pembangunan dirinci dalam berbagai macam bidang antara lain
poleksusbud hankam. Dalam bidang kenegaraan penjabaran pembangunan dituangkan
dalam GBHN yang dirinci dalam bidang – bidang operasional serta target pencapainnya.

Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada tuntutan hak dasar kemanusiaan yang
didalam istilah ilmu hukum dan kenegaraan disebut hak asasi manusia. Hal ini sebagai hak
atas martabat kemanusiaan sehingga sistem politik negara harus mendasarkan pada
kekuasaan yang bersumber pada penjelmaan hakikat manusia sebagai individu makhluk
sosial yang terjelma sebagai rakyat.

Ketika gelombang gerakan reformasi melanda indonesia maka seluruh aturan main dalam
wacana politik mengalami keruntuhan, terutama praktik – praktik elit, politik yang
dihinggapi penyakit KNNI. Bangsa indonesia yang ingin mengadakan suatu perubahan,
yaitu merasa kembali kehidupan berbangsa dan bernengara demi terwujudnya masyarakat
madani yang sejahtera, masyarakat yang bermartabat kemanusiaan yang menghargai hak –
hak asasi manusia, masyarakat yang demokratis yang bermoral religius, serta masyarakat
yang bermoral kemanusiaan yang beradab.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara indonesia, sebagai pandangan hidup bangsa
indonesia dalam perjalanan sejarah. Namun demikian, tampaknya pancasila tidak
diletakkan dalam kedudukan dan fungsi yang sebenarnya. Sebagai konsekuensinya, setiap
14
warga negara yang tidak mendukung kebijaksanaan tersebut dianggap bertentangan dengan
pancasila. Asas kekeluargaan sebagaimana terkandung dalam pancasila disalahgunakan
menjadi praktik nepotisme, sehingga merajela kolusi dan korupsi.

15
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan Isi Buku

A. Pembahasan Isi Buku Pertama


a. Pembahasan Bab 1 tentang Metode Penelitian dan Pencarian Kebenaran

Dalam buku utama : Penelitian Hukum

Fungsi penelitian adalah mendapatkan kebenaran. Akan tetapi quid est


veritas (apakah kebenaran itu?) tanya Pontius Pilatus ketika melepas Yesus
Kristusbdari pemidanaan, karena ia tidak menjumpai kesalahan tas orang yang
dihadapkan kepadanya (Mahmud, 2016).

Dalam Buku pembanding : Filsafat dan Teori Hukum

Fungsi penelitian, menurut teori kebenaran pragmatis, adalah mnemukan


sesuatu yang efektif dan bermanfaat dalam menuangkan gagasan. Dalam hal
demikian, sama halnya dengan teori kebenaran korespondensi, masalah-masalah
nilai atau sesuatu yang tidak memberikan manfaat secara lahiriah tidaklah emenjadi
kajian dari teori kebenaran ini (Rasjidi, 2010).

Dalam buku pembanding : Hukum, Hak Asasi Manusia dan Demokrasi

Fungsi penelitian dalam rangka mencari kebenaran kohorensi adalah


mendapatkan sesuatu yang secara aksiologis merupakan nilai atau ketetapan/aturan
sebagai referensi untuk ditelaah (Arientandi, 2013).

b. Pembahasan Bab 2 tentang Karakteristik Penelitian Hukum

Dalam buku Utama : Penelitian Hukum

Penelitian hukum dengan penelitian dalam ilmu-ilmu deskriptif adalah


tujuan penelitian hukum, yakni memberikan preskripsi menegnai apa yang
seyogiannya dilakukan, bukan membuktikan kebenaran hipotesis (Mahmud, 2016).

Dalam buku pembanding : Filsafat dan Teori-Teori Hukum

16
Filsafat hukum berusaha membuat “dunia etis yang menjadi latar belakang
yang tidak dapat diraba oleh pancaindra” dari hukum . Filsafat ukum menjadi suatu
ilmu normatif, sepertinya dengan ilmu politik hukum (Rasjidi, 2013).

Dalam buku pembanding : Hukum, Hak Asasi Manusia dan Demokrasi

Hukum mempunyai segi dan bentuk yang sangat banyak, sehingga tidak
mungkin keseluruhan segi dan bentuk hukum itu tercakup di dalam satu definisi.
Hukum merupakan istilah yang ambiguous, yang tidap-tiap orang bisa
mengartikannya secara berbeda-beda. Kesulitan yang mendasar adalah karena
hukum telah diartikan secra berbeda oleh orang-orang yang berbeda, terlebih lagi
dalam ruang dan waktu yang berbeda (Ariestandy, 2013).

c. Pembahasan Bab 3 tentang Isu Hukum

Dalam buku Utama : Penelitian Hukum

Isu hukum mempunyai posisi yang sentral di dalam penelitian hukum


sebagaimana kedudukan masalah di dalam penelitian lainnya, karena isu huum
itulah yan harus dipecahkan di dalam peenlitian hukum sebagaimana permasalahan
yang harus dijawab di dalam penelitian bukan hukum (Mahmud, 2016).

Dalam buku pembanding : Filsafat dan Teori-Teori Hukum

Mengingat hukum merupakan aturan, bagi mereka yang mempelajari


hukum, mereka hasrus memaparkan apa itu sebenarnya realistis. Di dalam interaksi
sosial mereka berhubungan satu terhadap lainnya dalam bingkai yang sarat dengan
norma. Dengan demikian, hubungan manusia didalam interkasi sosial tidak lepas
nilai sebagaimana dituntut oleh ilmu-ilmu lamiah dan ilmu-ilmu sosial (Rasjidi,
2013).

Dalam buku pembanding : Hukum, Hak Asasi Manusia dan Demokrasi

Hukum itu bukanlah merupakan tujuan tetapi sarana atau alat untuk
mencapai tujuan yang sifatnya non-yuridis dan berkembang karena rangsangan dari
luar huum, faktor di luar hukum itulah yang membuat hukum itu dinamis. Hukum
sebagai kumpulan peraturan atau kaedah mempunya isi yang bersifat umum dan

17
normatif, umumnya karena berlaku bagi setiap orang yang normatif karena
menentukan apa yang seyognya dilakukan(Ariesntandy, 2013).

d. Pembahasan Bab 4 tentang Pendekatan dalam Penelitian Hukum


Dalam buku Utama : Penelitian Hukum

Asas peraturan perundang-undangan berikutnya adalah lex posterior derogat


legi priori, yang artinya peraturan perundang-undangan yang terkemudian
menyisihkan peraturan perundang-undangan yang terdahulu. Asas ini berkaitan
dengan dua peraturan perundang-undagan yang mengatur masalah yang
sama( Mahmud, 2016).

Dalam buku pembanding : Filsafat dan Teori-Teori Hukum

Dalam penerapannya, hukum memerlukan suatu kekuasaan untuk


mendukungnya. Ciri utama inilah yang membedakan antara hukum di satu pihak
dengan norma-norma sosial lainnya dan norma agama. Kekuasaan itu dipeukan
oleh karenanya hukum bersifat memaksa. Tanpa adanya kekuasaaan, pelaksanaan
hukum di masyarakat akan mengalami habatan-hambatan. Semakin tertib dan
teratur suatu masyarakat, makin berkurang diperlukan dukungan kekuasaan
(Rasjidi, 2010).

Dalam buku pembanding : Hukum, Hak Asasi Manusia dan Demokrasi

Asas hukum dibagi menjadi dua yaitu, yakni asas hukum umum dan asas
hukum khusus. Asas hukum umum adalah asas hukum yang berhubungan dengan
seluruh bidang hukum, seperti asas restitution in integrum, asas lex posteriori
derogat legi periori, asas bahwa apa yang dianggap demikian sampai diputus (lain)
oleh pengadilan. Sedangkan asas hukum khusus berfungsi dalam bidang yang lebih
sempit seperti dalam bidang hukum perdata, pidana, dan sebagainya, yang sering
merupakan penjabaran dari asas hukum umum, seperti asas pacta sunt servanda
asas konsensualisme, asas praduga tak bersalah(Arietandi, 2013).

e. Pembahasan Bab 5 tentang Sumber-Sumber Penelitian Hukum


Dalam buku utama : Penelitian Hukum
Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber-sumber
penelitian yang berupa bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum
18
sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan yang bersifat autoritatif,
artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-
undangan dan putusan-putusan hakim. Adapun bahan-bahan sekunder berupa
semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen
resmi( Mahmud, 2016).
Dalam buku pembanding : Hukum, Hak Asasi Manusia dan Demokrasi

Sumber-sumber hukum, ada baiknya terlebih dahulu memahami bahwa ada


tiga dasar kekuatan berlakunya hukum (peraturan perundang-undangan) yaitu
kekuatan berlaku yuridis, sosiologis, dan filosofi. Ketiganya merupakan syarat
ketentuan berlaku suatu peraturan perundang-undangan yang diharapkan memberi
dampak positif bagi pencapaian efektivitas hukum itu sendiri (Ariesdandy, 2013).

f. Pembahasan Bab 6 tentang Langkah-Langkah Penelitian Hukum


Dalam buku utama : Penelitian Hukum

Dalam melakukan penelitian hukum, dilakukan langkah-lahkan; (1)


mengidentifikasi fakta hukum dan mengeleminasi hal-hal yang hendak dipecahkan;
(2) pengumpulan bahan-bahan hukum dan sekiranya dipandang mempuny relevansi
juga bahan-bahan nonhukum; (3) melakukan telaah atas isu hukum yang diajukan
berdasarkan bahan-bahan yang telah dikumpulkan; (4) menarik kesimpulan dalam
bentuk arguentasi yang menjawab isu hukum; (5) memberikan preskreip berdasarkan
argumentasi yang telah dibangun di dalam kesimpulan. Langkah-langkah ini sesuai
dengan kaarkter ilmu hukum sebagai ilmu yang bersifat persfektif dan terapan
(Mahmud, 2016).

Dalam buku pembanding : Filsafat dan Teori-Teori hukum

Sebelumnya aliran ini telah berkembang suatau pemikiran dalam ilmu hukum
dikenal sebagai Legisme. Pemikiran hukum ini berkembang semenjak akad
pertengahan dan telah bnayak berpengaruh di berbagai negara, tidak terkecuali
Indonesia( Rasjidi, 2010).

Dalam buku pembanding : Hukum, Hak Asasi Manusia dan Demokrasi

Hukum terdapat dalam hidup bermasyarakat denga pewujudan peraturan yang


mengatur manusia dalam berhubungan satu sama lainnya. Keberadaan hukum dalam
19
masyarakat, tidak hanya diartikan sebagai sarana mengatur manusia dalam
berhubungan atau berinteraksi agar menjadi tertib, akan tetapi dapat juga dijadikan
sarana yang mampu mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat (Ariestandi, 2013).

B. Pembahasan Isi Buku Kedua


Menurut UUD RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bab 1
pasal 1 (1) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara
Dalam hal ini, tentu saja diperlukan adanya pendidikan kewarganegaraan yakni
dimana harus adanya pendidik profesional yang ada diperguruan tinggi
sebagaimana adanya mata kuliah umum di suatu instansi perguruan tinggi.
Dan menurut saya, pendidikan kewarganegaraan adalah proses untuk membina
pengetahuan, potensi, bakat, karakter yang lebih baik. Pendidikan kewarganegaraan
membuat manusia menjadi mandiri untuk mengikuti perubahan zaman. Pendidikan
kewarganegaraan adalah bekal untuk individu agar dapat bertahan hidup.

3.2 Kelebihan dan Kekurangan Buku

A. Kelebihan dan Kekurangan Buku Pertama

1. Dilihat dari aspek tampilan buku (face value), buku yang direview adalah buku
penelitain Hukum lebih menarik covernya dibandingan dengan buku
pembanding lainnya yaitu buku Filsafat dan Teori Hukum juga Hukum dan Hak
Asasi Manusia, karena pada cover buku terdapat gambar yang mebuat visul dari
tampilan buku menarik sehingga pembaca akan lebih tertarik pada buku utama
tersebut.
2. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font
adalah pada buku ketiga buku memiliki tata letak, tata tulis serta penggunaanya
font sudah sangat baik, dan dapat dibaca secara jelas.
3. Dari aspek isi buku, dari ketiga jenis buku penyampaian materi dan pemahaman
sudah sangat baik dimana buku Filsafat dan Teori-Teori Hukum dilengkapan
dengan pendapat para ahli dan percakapan atau dialog para ahli dan seperti ada
pengetahuan tambahan disetiap lampiran di bawahnya. Pada buku Penelitian
Hukum penyamapaian materi dan isi dipaparkan dengan jelas dan juga

20
memeiliki pendukung di ttulisan paling bawah, akan tetapi tidak ada bahan
pendukung seperti gambar, grafik, tabel dan lain sebagainya, yang membuat
pembaca akan cepat bosan. Pada Buku Hukum, Hak Asasi Manusia dan
Demokrasi sangat bagus isin dan pemaparan materi hanya saja sama seperti
pada buu utama dimana tidak adanya bahan pedukung seperti tabel,
gambar,grafik dan lain-lain.
4. Dari aspek tata bahasa yang digunakan pada setiap buku memiliki tata bahasa
yang baik akan tetapi terdapat kata-kata yang sulit dimengerti dan tidak adanya
kamus atau glosarium di dalam buku mungkin akan menyulitkan para pembaca
yang tidak mengerti tentang kata tersebut.

B. Kelebihan dan Kekurangan Buku Kedua

Buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ( pengarang : Dr. Asep Sulaiman, M.


Pd.)

Menurut saya kelebihan isi dari buku ini yaitu mampu mengupas atau menjelaskan
materinya secara singkat, mengenai pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, dan serta
dalam pendeskripsian bab nya juga baik.

Sedangkan kekurangan isi buku ini menurut saya yaitu agak susah dipahami beberapa
maksud dari kalimat bukunya dan penulisan huruf ada yang kurang jelas Buku Pendidikan
Kewarganegaraan (RISTEDIKTI).

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada buku ini menyajikan penelitian hukum dalam bentuk, fungsi, dan karakteristik
yang berbedadari penelitian sosial lainnya seperti definisi, nilai penting, dan karakteristik,
khususnya antara lain: fokus penelitian; pendekatan yang ada dan dapat digunakan; serta
berbagai sumber penelitian baik primer maupun sekunder plus penelitian dala bidang
hukum internasional. Lebih dari itu dijelaskan pula bagaimana melaksanakan penelitian
dalam langkah demi langkah, mulai dari pengedintifikasi fakta dan pengumpulan bahan
hukum, telaah atas isu hukum yang diajukan, penarikan kesimpulan, hingga pemberian
preskrip.

4.2 Saran
Sebaiknya dalam buku utama lebih dilengkapi dengan bahan pendukung berupa
gambar, tabel atau grafik dimana bahan tersebut dapat dijadikan sebagai media kreatifitas
yang dapat menambah daya tarik buku ini. Karena suatu kreatifitas dapat menciptakan
daya tarik. Dan saya merekomendasikan untuk menggunakan Buku Peneletian Hukum jika
ingin melakukan penelitian, begitu juga buku yang lain dapat juga dijadikan sebagai
penuntun sesuai dengan materi yang dibutuhkan.

22
DAFTAR PUSTAKA
Ariestandi I., .2013). Hukum Hak Asasi Manusia dan Demokrasi, Yogyakarta:
Graha Ilmu

Mahmud P., .2016. Penelitian Hukum, Surabaya, PRENAMEDIA GROUP: Jakarta

Rasjidi L.,.(2010. Filsafat dan Teori Hukum,PT Citra Aditya Bakti: Bandung

Sulaiman Asep.2015.pendidikan pancasila dan kewarganegaraan.Bandung:


CV Arfino Raya

23

Anda mungkin juga menyukai