Anda di halaman 1dari 23

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. PENDIDIKAN PANCASILA


PRODI S1 PGSD - FIP

SKOR NILAI:

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

NAMA MAHASISWA : ZUANI JESICA PASARIBU

NIM : 1192411014

DOSEN PENGEMPU : SURYA DHARMA, S.Pd., M.Pd.

MATA KULIAH : PENDIDIKAN PANCASILA

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan peulisan ini tentang
“Critical Book Report”.
Harapan saya semoga penulisan ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi penulisan ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Penulisan ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki masih sangat kurang. oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan penulisan ini.

Pematangsiantar, 28 Maret 2021

Zuani Jesica Pasaribu

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................I
Daftar Isi........................................................................................................II
Bab I Pendahuluan..........................................................................................1
A. Alasan Memilih Buku.........................................................................1
B. Tujuan Penulisan................................................................................1
C. Manfaat Penulisan..............................................................................1
D. Identitas Isi Buku................................................................................2
Bab II Isi.........................................................................................................3
A. Buku Utama .......................................................................................3
B. Buku Pembanding.............................................................................12
Bab III Pembahasan......................................................................................18
Bab IV Penutup.............................................................................................19
A. Kesimpulan.......................................................................................19
B. Saran.................................................................................................19
Daftar Pustaka...............................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. ALASAN PEMILIHAN BUKU

Pada critical book report ini saya menggunakan Buku Pendidikan Pancasila. Buku ini
merupakan pedoman bagi mahasiswa untuk dapat pengetahuan tentang mengajari apa saja
materi-materi yang dapat di ajarkan kepada siswa-siswi disekolah dan mengetahui apa saja
teori yang akan di terapkan di sekolah . Dalam ini mencakup penjelasan yang sangat rinci dan
jelas untuk menjadi panduan atau pedoman guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran
sesuai tempat. Alasan memilih buku pendidikan pancasila yaitu karna buku ini lebih mudah di
pahami isinya dan materinya juga lebih mudah untuk di kritik dibanding buku yang lain.

B. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dalam penulisan critical book report ini adalah:

1. Untuk mengetahui tentang deskripsi isi buku pendidikan pancasila.

2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan buku pendidikan pancasila.

3. Untuk bisa si penulis membandingkan buku pendidikan pancasila dengan buku lain yang
berkaitan.

C. MANFAAT PENULISAN

1. Penulis dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang buku pendidikan pancasila.
2. Penulis dapat melatih kemampuan untuk menulis dalam pembuatan makalah dan membuat
karya-karya tulis.
3. Penulis dapat melatih kemampuan membandingkan isi buku satu dengan buku yang lain.

1
MANFAAT PEMBACA

A. Dapat dijadikan sebagai sumber bacaan dalam memperdalam tentang buku pendidikan
pancasila.
B. Dapat memahami buku pendidikan pancasila menjadi lebih cepat dan mudah.
C. Si pembaca dapat mengetahui buku mana yang lebih pas dan mudah di pahami.

D. IDENTITAS ISI BUKU

Adapun identitas dari buku yang saya review, yaitu :

BUKU UTAMA :

1. Judul : Pendidikan Pancasila


2. Edisi :-
3. Pengarang : Drs. Halking, M.Si., dkk.
4. Penerbit : UNIMED PRESS
5. Kota Terbit : Medan
6. Tahun Terbit : 2020
7. ISBN :-

BUKU PEMBANDING :

1. Judul : Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi


2. Edisi :-
3. Pengarang : Intan Ahmat, dkk.
4. Penerbit : RISTEKDIKTI
5. Kota Terbit : Jakarta
6. Tahun Terbit : 2016
7. ISBN : 978-602-6470-01-0

2
BAB II

ISI

A. BUKU UTAMA
BAB 4 Pancasila Sebagai Ideologi Negara
A. Pengertian dan Pentingnya Pancasila Sebagai Ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata “idea" dan "logos". Idea berarti gagasan, konsep, pengertian dasar,
ide-ide dasar, cita-cita. Kata idea berasal dari bahasa Yunani, eidcs yang berarti bentuk atau idein
yang berarti melihat. Idea dapat diartikan sebagai cita-cita, yaitu cita-cita yang bersifat tetap dan
akan dicapai dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, cita-cita ini pada hakikatnya merupakan
dasar, pandangan, atau paham yang diyakini kebenarannya. Sedangkan logos berarti ilmu. Secara
harfiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide (the science of ideas), atau ajaran tentang
pengertian-pengertian dasar (Kaelan, 2010: 23). Istilah "ideologi" pertama kali dilontarkan oleh
seorang filsuf Perancis, Antoine Destutt de Tracy pada tahun 1796 sewaktu Revolusi Perancis
tengah menggelora (Christenson, et al., 1975: 3). Tracy menggunakan istilah ideoiogi guna
menyebut suatu studi tentang asal mula, hakikat, dan perkembangan ide-ide manusia, atau yang
sudah dikenal sebagai "Science of Ideas". Gagasan ini diharapkan dapat membawa perubahan
institusional dalam masyarakat Perancis. Namun, Napoleon mencemoohnya sebagai suatu khayalan
yang tidak mem:liki nilai praktis. Pemikiran Tracy ini sebenanya mirip dengan impian Leibnitz
yang disebut one great system truth (Pranarka, 1987).
Berdasarkan penjelasan di atas, ideologi mula-mula berarti: (1) ilmu tentang (terjadinya) cita-cita,
gagasan atau buah pikiran'; (2) kemudian diubah oleh Marxisme yang berarti pandangan hidup yang
dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik
atau sosial; (3) dalam sosiologi tentang ilmu-ilmu, ideologi biasanya diartikan sebagai pra-
pepnilaian dari kesadaran yang timbul karena pengaruh lingkungan hidup, ideologi mencerminkan
latar belakang sosial seseorang dank arena itu ikut mewarnai pandangan bahkan objektivitas ilmu
pengertahuan sesorang yang bersangkutan; (4) orang menganut ideologi tertentu sebagai pandangan
yang lebih sesuai dengan keinganinan daripada dengan kenyataan; dan (5) ideologi adalah sistem
dasar seseorang tentang nilai-nilai dan tujuan-tujuan serta sarana-sarana pokok untuk mencapainya
(Heuken, dkk., 1983: 122).
Menurut Sudono, dkk. (2008: 538) ideologi berarti: (1) sekumpulan konsep bersistem; (2) cara
berpikir seseorang atau suatu golongan manusia, dan (3) paham, teori, dan tujuan yg berpadu
merupakan satu program sosial politik. Sedangkan menurut Moeliono, dkk. (1998: 319-400) yang
hampir sama dengan pengertian di atas, yang menjelaskan bahwa ideologi berarti: (1) kumpulan
konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk
kelangsungan hidup; (2) cara berpikir seseorang atau suatu golongan; (3) paham, teori, dan tujuan
yang berpadu merupakan satu program sosial politik.
Dalam memahami ideologi dan ideologi politik tidaklah cukup hanya melihat dari sosok
pengertiannya, atau hanya berangkat dar definisi-definisi yang telah dikemukakan oleh para
ahlinya. Oleh karena itu, meskipun secara elementer akan dipaparkan beberapa karakteristik
ideologi sehingga upaya memahami makna suatu ideologi dapat dilakukan lebih mudah. Makna

3
suatu ideologi dapat ditemukan dari karakteristiknya. Menurut Soegito, dkk (2003: 100-103)
beberapa karakteristik suatu ideologi, antara lain:
1. Ideologi seringkali muncul dan berkembang dalam situasi krisis
Situasi krisis, di mana cara pandang, cara berpikir dan cara bertindak yang sebelumnya
dianggap umum dan wajar dalam suatu masyarakat telah dianggap sebagai suatu yang sudah
tidak dapat diterima lagi. Keadaan semacam ini biasanya akan mendorong munculnya suatu
ideologi. Jika manusia, kelompok, ataupun masyarakat mulai merasakan bahwa berbagai
kebutunan dan tujuan hidupnya tidak dapat direalisasikan, maka kesalahan pertama seringkali
ditimpakan kepada ideologi yang ada atau sedang dikembangkan. Biasanya ideologi yang ada
dianggap tidak mampu lagi berbuat, baik dalam menjelaskan eksistennya atau justifikasi
terhadap situasi yang sedang terjadi, ataupun dalam melaksanakan aturan main yang
dicanangkan sebelumnya.
2. Ideologi merupakan pola pemikiran yang sistematis
Ideologi pada dasarnya merupakan ide atau gagasan yang dilemparkan atau ditawarkan ke
tengah-tengah arena perpolitikan. Oleh karena itu, ideologi harus disusun secara sistematis agar
dapat diterima oleh warga masyarakat secara rasional. Sebagai ide yang hendak mengatur tertib
hubungan masyarakat, maka ideologi biasanya menyajıkan penjelasan dan visi mengenai
kehidupan yang hendak diwujudkan. Di samping itu, ideologi sering menamapakkan sifat "self.
contained" dan "self-sufficient". Ini mengandung pengertian bahwa ideologi Fasional Sebagai
ide yang hendak mengatur tertib hubungan masyarakat, maka yang memuat aturan-aturan
perubahan dan pembaharuan. Meskipun ideologi dikatakan sebagai suatu pola pemikiran yang
sistematis, namun tidak jarang merupakan suatu pola pemikiran yang terintegrasi antara
beberapa premis dasar dikatakan bahwa ideologi merupakan konsep yang abstrak.
3. Ideologi mempunyai ruang lingkup jangkauan yang luas, namun beragam
Dilihat dari dimensi horisontal, ideologi mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, mulai dari
penjelasan-penjelasan yang parsial sifatnya sampai padal gagasan-gagasan atau panangan-
pandangan yang komperehensif (misalnya weltanschauung). Sebenarnya, sifat serba mencakup
dari suatu ideologi sangat tergantung pada ruang lingkup kekuasaan yang dapat dicakupnya.
Ideologi- ideologi yang totaliter dapat dikatakan lebih komprehensif dibandingkan dengan
ideologi-ideologi yang demokratis karena senantiasa mendambakan kekuasaan mutlak untuk
mengatur semua aspek kehidupan. Dengan demikian, ideologi dapat memberikan gambaran
tentang masyarakat bangsa yang akan direalisasikan dengan berbagai pola perilakunya.
4. Ideologi mencakup beberapa strata pemikiran dan panutan
Dilihat dari dimensi vertikal, ideologi mencakup beberapa strata pemikiran dan panutan, mulai
dari konsep yang kompleks dan sophisticated sampai dengan slogan-slogan atau simbol-simbol
sederhana yang mengekspresikan gagasan- ragasan tertentu sesuai dengan tingkat pemahaman
dan perkembangan masyarakatıya. berangkat dari tataran pemikiran semacam ini, dapat
dikatakan bahwaideologi berada pada keragaman landasan vang akhirnya akan membuahan
berbagai pemahaman dan penerimaan dari para pengikutnya ketertarikan seseorang pada suatu
ideologi bisa didasarkan pada rangsangan intelektual, emosional, atau yang paling sering adalah
kepentingan pribadi.

4
B. Fungsi Ideologi
Dalam teori-teori Marxis dan Marxian, ideologi menunjuk pada setiap rangkaian ide dan nilai yang
memiiki fungsi sosial yaitu memperkuat tatanan ekonomi tertentu, dan yang dijelaskan oleh fakta
itu sendiri, bukan oleh kebenaran atau kebaikan yang dikandungnya. Fungsi ideologi adalah untuk
mentralkan status quo, dan untuk menampilkan kondisi-kondisi sosial yang berlaku saat itu sebagai
ciri yang tak dapat hilang dari sifat manusia. Ideologi memberikan dukungan untuk kekuasaan
kelas, dengan membujuk kelas-kelas yang tertindas untuk menerima gambaran realitas yang
menjadikan keadaan subordinasi mereka sebagai hal yang 'alami'. Karena, ideologi memiliki tiga
fungsi utama: mengesahkan, memistikkan, dan menentramkan (Scruton, 2013: 436). Namun,
sekedar untuk diketahui bahwa ideologi juga mungkin digunakan untuk maksud-maksud lain,
seperti dikemukakan oleh Rodee dan kawan-kawan (2006:105) dalam buku Introduction to Political
Science, antara lain, bahwa dcologi memberi legitimasi (dasar hukum atau keabsahan) bagi
pemerintahuntuk eijalankan fungsinya. Sehubungan dengan ini, suatu ideologi dapat digunakan oleh
pemerintah untuk membenarkan tindakan-tindakannya. Sebagai alasan mempertahankan kelas serta
rezim yang memerintah.
Selanjutnya dijelaskan Sogito, dkk. (2003: 103-105) bahwa ideologi juga bisa memainkan
fungsinya dalam mengatur hubungan antara manusia dan masyarakat. Setiap kehidupan masyarakat
pasti mengharapkan setiap anggotanya dapat terlibat dan tercakup di dalamnya. Untuk itu, ideologi
dapat membantu anggota masyarakat dalam upaya melibatkan ciri dalam berbagai sektor kehidupan
di samping fungsinya yang sangat umum, ideologi juga memiliki fungsi yang khusus sifatnya,
seperti:
1. Ideologi berfungsi melengkapi struktur kognitif manusia
Sebagai sistem panutan, ideologi pada dasarnya merupakan formulasi ide atau gagasan melalui
mana manusia dapat menerima, memahami, dan sekaligus menginterpretasikan hakikat
kehidupan ini. Realitas kehidupan yang sangat kompleks dapat dibuat lebih jelas, lebih
memenuhi harapan, dan lebih berarti oleh sebuah ideologi. Orientasi kognitif dari suatu ideologi
dapat membantu untuk menghindarkan diri dari sikap ambiguitas, sekaligus memberikan
kepastian dan rasa aman dalam mengarungi kehidupannya. Jika manusia melihat ada kekuasaan
atau kekuatan yang sulit diprediksikan, maka ideologilah ide satu-satunya tempat berlindung.
2. Ideologi berfungsi sebagai panduan
Sebagai suatu panduan, ideologi mencanangkan seperangkat patokan tentang bagaimana
manusia seharusnya bertingkah laku, di samping tujuan dan cara mencanai tujuan itu. Seiring
dengan fungsinya, ideologi menyajikan saluran- saluran yang dapat dipakai untuk mewujudkan
ambisi pribadi atau kelompok, hak dan kewajiban, dan parameter yang menyangkut harapan
pribadi dan anggota masyarakat. Ideologi juga dapat memberikan batasan tentang kekuasaan,
tujuan, dan organisasi yang berkaitan dengan masalah-masalah politik. Dengan demikian fungsi
ideologi bagi suatu negara bukan sekedar sebagai standar pertimbangan dalam memilih berbagai
alternatif,melainkan menyertakan "a sense of self- justification", cara-cara mengevaluasi
tingkah laku para anggotanya, dan memberikan kerangka landasan bagi legitimasi politik
(kekuasaan).
3. Ideologi berfungsi sebagai lensa. melalui mana seseorang dapat melihat dunianya; sebagai
cermin, melalui mana seseorang dapat melihat dirinya: dan sebagai jendela, melalui mana orang
lain bisa melihat diri kita.
5
Ideologi merupakan salah satu alat bagi seseorang atau bangsa untuk mengenal dan melihat
dirinya sendiri, dan mengharapkan orang lain untuk bisa melihat dan menginterpretasikan
tindakanna yang didasarkan atas ideologinya. Dengan demikian, ideologi merupakan potret diri
pribadi, kelompok atau masyarakat yang sangat impresio-nistis. Ideologi dapat memberikan
gambaran tentang manusia dan masyarakat yang diharapkan. Inilah fungsi penting ideologi bagi
suatu bangsa dan negara.
4. Ideologi berfungsi sebagai kekuatan pengendali konflik, sekaligus fungsi integratif
Dalam level personal, ideologi dapat membantu setiap individu dalam mengatasi konflik yang
terjadi dalam dirinya sendiri ataupun dalam hubungannya dengan orang lain. Di sisi lain,
ideologi dapat mengikat kebersamaan dengan cara mengintegrasikan berbagai aspek kehidupan
individu. Dalam kehidupan masyarakat, ideologi juga dapat berfungsi membatasi terjadinya
konflik. Guna menjaga kontiunitas dan usaha-usaha bersama, suatu masyarakt tidak saja
memerlukan pengendalian konflik, tetapi juga memerlukan adanya integrasi.
Dengan demikian fungsi-fungsi ideologi dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Etika bagi pelaksanaan kekuasaan/kewenangan negara.
2. Dasar bagi persatuan dan kesatuan bangsa.
3. Asas yang harus ditaati dan dipatuhi dalam pelaksanaan pemerintahan serta hubungan-hubungan
antara yang memerintah dengan (rakyat) yang diperintah. (Jika terdapat penyimpangan dalam
hal ini, maka ideologi dapat digunakan sebagai dasar untuk meluruskan penyimpangan itu).
4. Penegasan bagi fungsi negara yang diemban oleh pemerintah
5. Pedoman bagi pilihan kebijakan dan kegiatan politik.

C. Macam-Macam Ideologi
Suatu ideologi pada suatu bangsa pada hakikatya memiliki ciri khas serta karakteristik masing-
masing sesuai dengan sifat dan ciri khas bangsa itu sendiri. Namun demikian dapat juga terjadi
bahwa ideologi pada suatu bangsa, datang dari luar dan dipaksakan keberlakuannya pada bangsa
tersebut sehingga tidak mencerminkan kepribadian dan karakteristik bangsa tersebut. Ideologi
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia berkembang melalui suatu proses yang
cukup panjang. Pada awalnya secara kausalitas bersumber dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia yaitu dalam adat-istiadat, serta dalam agama-agama bangsa Indonesia sebagai pandangan
hidup bangsa. Oleh karena itu nilai-nilai Pancasila berasal dari nilai-nilai pandangan hidup bangsa
telah diyakini kebenarannya kemudian diangkat oleh bangsa Indonesia sebagai dasar filsafat Negara
dan kemudian menjadi ideologi bangsa dan Negara.
Berikut ini pengertian dan ajaran dari ideologi selain ideologi pancasila :
1. Ideologi Fasisme
Menurut Prof. Dr. William Eberstein (Sukarna, 1981:38) fasisme ialah pengorganisasian
pemerintah dan masyarakat secara totaliter oleh kediktatoran suatu partai, yang berwatak atau
bercorak nasionalis, rasialis, militeristik, dan imperialis. Selanjutnya Prof. Dr. William Eberstein
(Sukarna, 1981:38) mengemukakan unsur-unsur ajaran fasisme sebagai berikut :
a. Tidak mempercayai pikiran
b. Menyanggah persamaan dasar manusia
c. Etika tingkah laku didasarkan atas kebohongan dan kekerasan

6
d. Pemetintah dilakukan oleh golongan elit
e. Totalitarianisme
f. Rasialisme dan imperalisme
g. Oposisi terhadap hukum dna keterlibatan internasional
Setiap ornaginasi internasional dari pada bangsa-bangsa demokrasi menghendaki adanya
pemerintahan yang dilakukan dengan persetujuan dari pada yang diperintah. Sedangkan dalam
fasisme menghendaki adanya pemerintah dengan kekerasan, oleh karena itu setiap lembaga
internasional yang mengatur hubungan internasional antara bangsa dan menegakkan hukum dan
ketertiban internasional akan merupakan gangguan bagi fasisme.

2. Ideologi Komunis
Yang dimaksud ideologi komunis ialah sistim politik sosial ekonomi dan kebudayaan berdasarkan
ajaran Marxisme-Leninisme. Sumber pokok doktriu Komunis adalah Manifesto Komunis yang
tertulis oleh Karl Marx dan F. Engels. Ajaran Lenin merupakan penerapan operasional dan
penambahan terhadap ajaran- ajaran Marx dan Engels. Dengan demikian Marxisme-Leninisme
merupakan sumber pokok teoritis bagi pelaksanaan tujuan negara dan partai komunis dı dunia.
Ajaran-ajaran Stalin, Mao Tse-tung, dan Tito adalah pelaksanaan ajaran- ajaran Marxisme-
Leninisme dan mempunyai pengaruh yang besar pula. (Herqutanto Sosronegoro, dkk., 1984, hal.
90).
Dalam mewujudkan masyarakat komunis, menurut Sosronegoro (1984) ieunakan beberapa prinsip
pelaksanaan yang merupakan ciri-ci i pokok yaitu:
a. Sistem totaliter.
 Semua bidang kegiatan manusia seperti politik, ekonomi, sosial, agama, kebudayaan, dan
pendidikan di dominasi oleh negara.
 Sistem komunis menolak konsep Kristen, Yahudi, Islam, dan agama- agama lain bahwa
manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan agama dinilai tidak ilmiah dan Tuhan
sebenarnya tidak ada.
 Semua masalah dan bentuk penyelesai annya disederhanakan dan dipersempit sesuai dengan
prinsip tunggal yaitu kelas.
 Sistem komunis merupakan sistem pemerintahan kediktatoran proletariat demokratis karena
mayoritas rakyat (proletariat) berpartisipasi secara aktif dalam politik atau memperoleh
kebebasan.
b. Sistem pemerintahan kediktatoran satu partai.
 Sistem komunis hanya mengenal satu partai yaitu Partai Komunis.
 Sistem komunis tidak mengenal adanya kelompok-kelompok kecuali satu kelompok yang
mendukung pemerintah.
 Propaganda dan kekerasan digunakan untuk mencapai tujuan.
 Mass media dikuasai oleh pemerintah.
 Sistem pemerintahan komunis adalah kediktatoran satu partai, yaitu semua organ
pemerintahan (eksekutif, administratif, legislatif dan yudikatif) berfungsi untuk kepentingan
pemerintah yang telah dirumuskan oleh Partai Komunis.
c. Sistem ekonomi negara.

7
 Kegiatan ekonomi ditentukan dan dikuasai oleh negara. Negara menghapus hak-hak
perseorangan atas alat-alat produksi dan ekonomi pasar.
 Ekonomi komunis adalah ekonomi pemerintah yang bersifat totaliter dan putusan-putusan
ekonomi dibuat oleh negara.
 Semua harta kekayaan (tanah, kekayaan minerai, air, hutan, pabrik tambang, transportasi,
bank, komunikasi, perusahaan pertanian. rumah-rumah kediaman dan lain sebagainya)
merupakan milik negara.
 Semua penduduk (kota dan desa) harus bekerja untuk Negara atas perintah negara atau
Partai Komunis.
 Warga negara/individu merupakan alat untuk mencapai tujuan negara.
d. Sistem sentralisme demokratis.
 Negara yang demokratis adalah negara yang mencampuri masalah- masalah ekonomi dan
sosial supaya menguntungkan rakyat.
 Formulasi Lenin tentang konsep sentralisme demokratis menyatakan bahwa pemimpin-
pemimpin dipilih oleh rakyat. Snatu usaha menentang keputusan-keputusan pemimpin
dipandang sebagai pengkhianatan.
 Brezhnev menamakan sentralisme demokratis sebagai pendapat bebas dalam memutuskan
persoalan-persoalan dan disiplin besi setelah keputusan diambil.

3. Ideologi Liberal
Secara etimologis liberal berasal dari kata liber bahasa Latin yang berarti free. Selanjutnya liberal
berarti tidak dibatasi atau tidak terikat oleh ajaran-ajaran yang telah ada dalam filsafat politik atau
agama atau bebas dalam pendapat. Liberalisme menurut Huszar and Stevenson (dalam Sukarna,
1981: 59) bersumber dalam politik kepada teori John Locke (1632-1704) yang mengemukakan
bahwa manusia itu diberi oleh alam hak-hak tertentu. Hak-hak ini harus dijamin oleh suatu
konstitusi dan dilindungi oleh Pemerintah. Pemerintah harus memakai sistim perwakilan jadi harus
demokratis. Mengingat bilamana rakyat tidak ikut serta dalam pemerintahan atau turut serta dalam
kekuasaan politik, maka mungkin membawa kepada suatu kediktatoran atau tirani atau dalam
bentuk yang lain.
Pokok-pokok ideologi liberal menurut Sukarna (1981: 60-68) adalah:
a. Percaya terhadap Tuhan sebagai pencipta.
b. Percaya terhadap persamaan dasar semua manusia.
c. Memperlakukan pemikiran orang lain secara sama,
d. Pemerintahan dilakukan dengan persetujuan yang diperintah.
e. Pemerintahan berlandaskan hukum.
f. Mementingkan individu.
g. Negara adalah alat.
h. Menolak dogmatisme.
Jadi bisa dikatakan bahwa Iiberalisme adalah suatu ideologi atau ajarantentang negara, ekonomi dan
masyarakat yang mengharapkan kemajuan di bidang budaya, hukum, ekonomi dan tata
kemasyarakatan atas dasar kebebasan individu yang dapat mengembangkan bakat dan
kemampuannya sebebas mungkin. Neo-liberalisme yang timbul setelah perang Dunia I berpegang

8
pada persaingan bebas di bidang politik ekonomi dengan syarat memperhatikan/ membantu negara-
negara lemah/berkembang. Dibandingkan dengan ideologi Pancasila, apabila ideolegi liberalisme
lebih menekankan kepada kepentingan individu dan persaingan bebas, sedang ideologi Pancasila
mengutamakan kebersamaan, kekeluargaan dan kegotong-royongan. Demokrasi liberal lebih
bersifat formalistis, demokrasi Pancasila mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat.
(Modul MPK Terintegrasi, 2004: 118).

4. Ideologi Islam
Ideologi adalah suatu sistem polítik, sosial, ekonomi dan kebudayaan berdasarkan kepada hasil
pemikiran manusia sendiri, maka dapat dikatakan bahwa Islam itu bukan ideologi karena agama
Islam berdasarkan Al Qur'an yakni wahyu Allah SWT. Hanya dapat dikatakan bahwa dalam Islam
terkandung adanya unsur- unsur untuk dijadikan bahan dalam ideologi. Pokok-pokok ideologi
dalam Islam menurut Sukarna (1981: 115-141) adalah:
a. Percaya kepada hanya satu Tuhan.
b. Persatuan dan kesatuan.
c. Musyawarah dan mufakat
d. Memegang persamaan dasar manusia
e. Etika tingkah laku didasarkan atas kerja sama
f. Memegang/ menegakkan keadilan.

5. Ideologi Pancasila
Sebagai ideologi negara. Sebagai ideologi negara berarti bahwa Pancasila merupakan gagasan
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup sekaligus juga dasar yang berkenaan dengan
kehidupan negara. Sebagaimana setiap ideologi memiliki konsep mengenai wujud masyarakat yang
df cita-citakan, begitu juga dengan ideologi Pancasila. Masyarakat yang di cita- Citakan dalam
ideologi Pancasila ialah masyarakat yang dijiwai dan iencerminkan nilai-nilai dasar yang
terkandung dalam pancasila, yaitu masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta
bertoleransi menjunjung tiggi nilai-nilai kemanusiaan, masyarakat yang bersatu daiam suasana
perbedaan, berkedaulatan rakyat dengan mengutamakan musyawarah, serta masyarakat yang
berkeadilan sosial. Hal itu berarti bahwa pancasila bukan hanya sesuatu yang bersifat setatis
melandasi berdirinya negara Indonesia, akan tetapi pancasila juga membawakan gambaran
mengenai wujud masyarakat terteentu yang diinginkan serta prinsip-prinsip dasar yang harus
diperjuangkan untuk mewujudkanya. Pancasila sebagai ideologi negara membawakan nilai-nilai
tertentuyang digali dari realitas sosio budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu maka ideologi
pancasila membawakan kekhasan tertentu yang membedakannya dengan ideologi lain. Kekhasan
itu adalah keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa, yang membawa konsekuensi keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian juga penghargaan akan harkat dan maitabat
kemanusiaan, yang diwujudkan dengan penghargaan terhadap hak azasi manusia dengan
memperhatikan prinsip keseimbangan antara hak dan kewajiban. Kekhususan yang lain adalah
bahwa ideologi Pancasila menjunjung tinggi persatuan bangsa itu diatas kepentingan pribadi,
kelompok, atau golongan. Berikutnya dalah kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang
didasarkan pada prinsip demokrasi dengan penentuan keputusan bersama yang diupayakan sejauh

9
mungkin melalui inusyawarah untuk mencapai kata mufakat. Satu hal lagi yaitu keinginan untuk
mewujudkan keadilan dalam kehidupan bersama seluruh masyarakat Indonesia. Kalau setiap
ideologi mendasarkan diri pada sistem filsafat tertentu yang berisi pandangan mengenai apa dan
siapa manusia, kebebasan pribadi serta keselarasan hidup bermasyarakat; ideologi Pancasila
mendasarkan diri pada sistem pemikiran filsafat Pancasila, yang didalamnya juga mengandung
pemikiran mendasar mengenai hal tersebut.

D. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Paham Ideologi Besar Lainnya di Duni


IDEOLOGI LIBERALISME KOMUNISME SOSIALISME PANCASILA
ASPEK
Politih Hukum  Demokrasi liberal  Demokrasi  Demokrasi untuk  Demokrasi
 Hukum untuk rakyat kolektivitas pancasila
melindungi  Berkuasa  Diutamakan  Hukum untuk
mutlak satu kebersamaan menjunjung
individu
parpol  Masyarakat sama tinggi keadilan
 Dalam politik  Hukum untuk dengan negara dan
mementingkan melanggengkan keberadaban
individu komunis individu dan
masyarakat
Ekonomi  Peran negara  Peran negara  Peran negara ada  Peran negara
kecil dominan untuk pemerataan ada untuk tidak
 Swasta  Demi  Keadilan terjadi
mendomnasi kolektivitas distributif yang monopoli, dll.
 Kapitalisme berarti demi diutamakan Yang
 Monopolisme negara merugikan
 Persaingan bebas  Monopoli rakyat
negara
Agama  Agama urusan  Agama candu  agama harus  bebas memilih
pribadi masyarakat mendorong salah satu
 Bebas beragama  Agama harus berkembangnya agama
 Bebas memilih dijauhkan dari kebersamaan  agama harus
 Bebas tidak masyarakat menjiwai dalam
beragama  atheis kehidupan
bermasyarakat
berbangsa dan
bernegara
Pandangan  individu lebih  individu tidak  masyarakat lebih  individu diakui
terhadap penting dari pada penting penting dari pada keberadaannya
individu dan masyarakat  masyarakat individu  masyarakat
masyarakat  masyarakat tidak penting diakui
diabdikan bagi  kolektivitas keberadaannya
individu yang dibentuk  hubungan
negara lebih individu dan
penting masyarakat
dilandasi 3S
(selaras, serasi,
dan seimbang)

10
Ciri khas  penghargaan atas  atheisme  Kebersamaan  Keselarasan,
HAM  dogmatis  Akomodasi keseimbangan,
 demokrasi  optoriter  Jalan tengah dan keserasian
 negara hukum  ingkar HAM dalam setiap
 menolak hukum  Reaksi terhadap aspek
 menolak liberalisme dan kehidupan.
dogmatis kapitalisme
 reaksi terhadap
absolutism

E. Pentingnya Ideologi Pancasila di Tengah Ideologi-Ideologi Lainnya


Dalam menjawab tantangan yang timbul sebagai akibat terjadinya hubungan manusia dengan
sesamanya, manusia dengan masyarakat, dan manusia dengan alam sekitar, tumbuh aturan-aturan
atau nilai-nilai yang diyakini akan kebenarannya, dan lambat laun nilai-nilai tersebut berkembang
menjadi nilai-nilai yang dihayati dan diamalkan. Dalam perkembangan selanjutnya, nilai-nilai
tersebut digunakan sebagai tolok ukur atau norma dalam kehidupan. Dengan demikian nilai-nilai ini
berkembang menjadi cita-cita hukum guna mengatur kehidupan masyarakat di segala aspek, seperti
aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, keamanan, dan sebagainya. Apabila seperangkat nilai yang
terkandung dalam Pancasila sebagai pandangan hidup yang telah disusun secara sistematik dan
diterapkan sebagai dasar kehidupan seluruh komponen masyarakat atau bangsa, maka akan
terciptalah ideologi masyarakat atau ideologi bangsa negara Indonesia yang kuat dari rongrongan,
ancaman, dan serangan musuh ideologi negara lain. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
negara. Termasuk dalam hal ini adalah mempertahankan ideologi Pancasila. Upaya-upaya itu dapat
dilakukar antara lain, sebagai berikut: o Menumbuhkan kesadaran untuk melaksanakan nilai-nilai
luhur Pancasila o Melaksanakan ideologi Pancasila secara konsisten o Menempatkan Pancasila
sebagai sumber hukum dalam pembuatan peraturan perundangan nasional o Menempatkan
Pancasila sebagai moral dan kepribadian bangsa Indonesia Penerapan nilai-nilai Pancasila
diarahkan berjalan secara manusiawi dan alamiah, serta tidak melalui proses indoktrinasi Penerapan
nilai-nilai Pancasila didasarkan pada pentingnya nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi era
giobalisasi dan permasalahan bangsa, sehingga muncul kesadaran untuk merealisasikan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-han. Nilai-nilai Pancasila dapat dipertahankan melalui
pendidikan politik dengan mencipatakan Suasana yang menunjang, struktur pendidikan politik, dan
melalui berbagai jalur pendidikan politik (Halking, 2014. 62-75).
Sedangkan struktur pendidikan politik dilihat dari konteks bahan pendidikan politik yang harus
diajarkan, menurut Inpres No. 12 Tahun 1982 tentang pendidikan politik bagi generasi muda,
struktur bahan-bahan pendidikan politik meliputi :
1. Penanaman kesadaran berideologi, berbangsa, dan bernegara
2. Kehidupan dan kerukunan hidup beragama
3. Motivasi berprestasi
4. Pengalaman kesamaan hak dna kewajiban, keadilan sosial, dan penghormatan atas harkat dan
martabat manusia

11
5. Pengembangan kemampuan politik dan kemampuan pribadi untuk mewujudkan kebutuhan dan
keinginan ikut serta dalam politik
6. Disiplin pribadi, sosial, dan nasional
7. Kepercayaan kepada pemerintah
8. Kepercayaan kepada pembangunan yang berkesinambungan

B. BUKU PEMBANDING
BAB 4 Mengapa Pancasila Menjadi Ideologi Negara
A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara
1. Konsep Pancasila sebagai Ideologi Negara
Istilah ideologi berasal dari kata idea, yang artinya gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita; dan
logos yang berarti ilmu. Ideologi secara etimologis, artinya ilmu tentang ide- ide (the science of
ideas), atau ajaran tentang pengertian dasar (Kaelan, 2013:60-61).Untuk lebih memperdalam
pemahaman, berikut ini beberapa corak ideologi :
1. Seperangkat prinsip dasar sosial politik yang menjadi pegangan kehidupan sosial politik yang
diinkorporasikan dalam dokumen resmi negara.
2. Suatu pandangan hidup yang merupakan cara menafsirkan realitas serta mengutamakan nilai
tertentu yang memengaruhi kehidupan sosial, politik, budaya.
3. Suatu model atau paradigma tentang perubahan sosial yang tidak dinyatakan sebagai
ideologi, tetapi berfungsi sebagai ideologi, misalnya ideologi pembangunan.
4. Berbagai aliran pemikiran yang menonjolkan nilai tertentu yang menjadi pedoman gerakan
suatu kelompok (Sastrapratedja, 2001: 45-46).

Untuk mengetahui posisi ideologi Pancasila di antara ideologi besar dunia, maka Anda perlu
mengenal beberapa jenis ideologi dunia sebagai berikut :
a. Marxisme-Leninisme; suatu paham yang meletakkan ideologi dalam perspektif evolusi
sejarah yang didasarkan pada dua prinsip; pertama, penentu akhir dari perubahan sosial adalah
perubahan dari cara produksi; kedua, proses perubahan sosial bersifat dialektis.
b. Liberalisme; suatu paham yang meletakkan ideologi dalam perspektif kebebasan individual,
artinya lebih mengutamakan hak-hak individu.
c. Sosialisme; suatu paham yang meletakkan ideologi dalam perspektifkepentingan
masyarakat, artinya negara wajib menyejahterakan seluruh masyarakat atau yang dikenal
dengan kosep welfare state.
d. Kapitalisme; suatu paham yang memberi kebebasan kepada setiapindividu untuk
menguasai sistem pereknomian dengan kemampuan modal yang ia miliki (Sastrapratedja,
2001: 50 – 69).

2. Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara


Setelah Anda menelusuri berbagai pengertian, unsur, dan jenis-jenis ideologi, maka terlihat bahwa
Pancasila sebagai ideologi negara menghadapi berbagai bentuk tantangan. Dengan demikian,
12
kebudayaan global terbentuk dari pertemuan beragam kepentingan yang mendekatkan masyarakat
dunia. Sastrapratedja menengarai beberapa karakteristik kebudayaan global sebagai berikut:
a. Berbagai bangsa dan kebudayaan menjadi lebih terbuka terhadap pengaruh timbal balik.
b. Pengakuan akan identitas dan keanekaragaman masyarakat dalamberbagai kelompok dengan
pluralisme etnis dan religius.
c. Masyarakat yang memiliki ideologi dan sistem nilai yang berbeda bekerjasama dan bersaing
sehingga tidak ada satu pun ideologi yang dominan.
d. Kebudayaan global merupakan sesuatu yang khas secara utuh, tetapitetap bersifat plural dan
heterogen.
e. Nilai-nilai hak asasi manusia (HAM), kebebasan, demokrasi menjadi nilai- nilai yang dihayati
bersama, tetapi dengan interpretasi yang berbeda-beda (Sastrapratedja, 2001: 26-27).

B. Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Ideologi Negara


1. Warga Negara Memahami dan Melaksanakan Pancasila sebagaiIdeologi Negara
Sebagai warga negara, Anda perlu memahami kedudukan Pancasila sebagai ideologi negara karena
ideologi Pancasila menghadapi tantangan dari berbagai ideologi dunia dalam kebudayaan global.
Pada bagian ini, perlu diidentifikasikan unsur-unsur yang memengaruhi ideologi Pancasila sebagai
berikut:
a. Unsur ateisme yang terdapat dalam ideologi Marxisme atau komunisme bertentangan dengan
sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Unsur individualisme dalam liberalisme tidak sesuai dengan prinsip nilai gotong royong dalam
sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
c. Kapitalisme yang memberikan kebebasan individu untuk menguasai sistem perekonomian
negara tidak sesuai dengan prinsip ekonomi kerakyatan.

2. Penyelenggara Negara Memahami dan Melaksanakan Pancasila sebagai Ideologi Negara


Magnis Suseno menegaskan bahwa pelaksanakan ideologi Pancasila bagi penyelenggara negara
merupakan suatu orientasi kehidupan konstitusional. Artinya, ideologi Pancasila dijabarkan ke
dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Ada beberapa unsur penting dalam kedudukan
Pancasila sebagai orientasi kehidupan konstitusional:
a. Kesediaan untuk saling menghargai dalam kekhasan masing-masing, artinya adanya
kesepakatan untuk bersama-sama membangun negara Indonesia, tanpa diskriminasi sehingga
ideologi Pancasila menutup pintu untuk semua ideologi eksklusif yang mau menyeragamkan
masyarakat menurut gagasannya sendiri. Oleh karena itu, pluralisme adalah nilai dasar
Pancasila untuk mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini berarti bahwa Pancasila harus
diletakkan sebagai ideologi yang terbuka.
b. Aktualisasi lima sila Pancasila, artinya sila-sila dilaksanakan dalam kehidupan bernegara
sebagai berikut:
 Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dirumuskan untuk menjamin tidak adanya diskriminasi
atas dasar agama sehingga negara harus menjamin kebebasan beragama dan pluralisme
ekspresi keagamaan.

13
 Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menjadi operasional dalamjaminan pelaksanaan
hak-hak asasi manusia karena hal itu merupakan tolok ukur keberadaban serta solidaritas
suatu bangsa terhadap setiap warga negara.
 Sila Persatuan Indonesia menegaskan bahwa rasa cinta pada bangsa Indonesia tidak
dilakukan dengan menutup diri dan menolak mereka yang di luar Indonesia, tetapi dengan
membangun hubungan timbal balik atas dasar kesamaan kedudukan dan tekad untuk
menjalin kerjasama yang menjamin kesejahteraan dan martabat bangsa Indonesia.
 Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawarata
Perwakilan berarti komitmen terhadap demokrasi yang wajib disukseskan.
 Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia berarti pengentasan kemiskinan dan
diskriminasi terhadap minoritas dan kelompok- kelompok lemah perlu dihapus dari bumi
Indonesia (Magnis Suseno, 2011: 118-121).

C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Ideologi Negara
1. Sumber historis Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pada bagian ini, akan ditelusuri kedudukan Pancasila sebagai ideologi oleh para penyelenggara
negara yang berkuasa sepanjang sejarah negara Indonesia:
a. Pancasila sebagai ideologi negara dalam masa pemerintahan Presiden Soekarno
Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, Pancasila ditegaskan sebagai pemersatu bangsa.
Penegasan ini dikumandangkan oleh Soekarno dalam berbagai pidato politiknya dalam kurun
waktu 1945--1960. Namun seiring dengan perjalanan waktu, pada kurun waktu 1960--1965,
Soekarno lebih mementingkan konsep Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme)
sebagai landasan politik bagi bangsa Indonesia.
b. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto

Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, Pancasila dijadikan sebagai asas tunggal bagi
Organisasi Politik dan Organisasi Kemasyarakatan. Periode ini diawali dengan keluarnya TAP
MPR No. II/1978 tentang pemasyarakatan nilai- nilai Pancasila. TAP MPR ini menjadi landasan
bagi dilaksanakannya penataran P-4 bagi semua lapisan masyarakat. Akibat dari cara-cara
rezim dalam memasyarakatkan Pancasila memberi kesan bahwa tafsir ideologi Pancasila
adalah produk rezim Orde Baru (mono tafsir ideologi) yang berkuasa pada waktu itu.

c. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Habibie

Presiden Habibie menggantikan Presiden Soeharto yang mundur pada 21 Mei 1998, atas
desakan berbagai pihak Habibie menghapus penataran P-4. Pada masa sekarang ini, resonansi
Pancasila kurang bergema karena pemerintahan Habibie lebih disibukkan masalah politis, baik
dalam negeri maupun luar negeri.

d. Pancasila sebagai Ideologi dalam masa pemerintahan PresidenAbdurrahman Wahid

Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid muncul wacana tentang penghapusan
TAP NO.XXV/MPRS/1966 tentang pelarangan PKI dan penyebarluasan ajaran komunisme. Di

14
masa ini, yang lebih dominan adalah kebebasan berpendapat sehingga perhatian terhadap
ideologi Pancasila cenderung melemah.

e. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Megawati

Pada masa ini, Pancasila sebagai ideologi semakin kehilangan formalitasnya dengan
disahkannya Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 yang tidak mencantumkan
pendidikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib dari tingkat Sekolah Dasar sampai perguruan
tinggi.

f. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden SBY

Pemerintahan SBY yang berlangsung dalam dua periode dapat dikatakan juga tidak terlalu
memperhatikan pentingnya Pancasila sebagai ideologi negara. Hal ini dapat dilihat dari belum
adanya upaya untuk membentuk suatu lembaga yang berwenang untuk menjaga dan
mengawal Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara sebagaimana diamanatkan oleh
Keppres No. 27 tahun 1999. Suasana politik lebih banyak ditandai dengan pertarungan politik
untuk memperebutkan kekuasaan atau meraih suara sebanyak- banyaknya dalam pemilu.
Mendekati akhir masa jabatannya, Presiden SBY menandatangani Undang-Undang RI No. 12
tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang mencantumkan mata kuliah Pancasila sebagai mata
kuliah wajib pada pasal 35 ayat (3).

2. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Ideologi Negara


Pada bagian ini, akan dilihat Pancasila sebagai ideologi negara berakar dalam kehidupan
masyarakat. Unsur-unsur sosiologis yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara meliputi
hal-hal sebagai berikut :
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat ditemukan dalam kehidupan beragama masyarakat
Indonesia dalam berbagai bentuk kepercayaan dan keyakinan terhadap adanya kekuatan gaib.
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dapat ditemukan dalam hal saling menghargai dan
menghormati hak-hak orang lain, tidak bersikap sewenang-wenang.
c. Sila Persatuan Indonesia dapat ditemukan dalam bentuk solidaritas, rasa setia kawan, rasa cinta
tanah air yang berwujud pada mencintai produk dalam negeri.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalamPermusyawaratan
/Perwakilan dapat ditemukan dalam bentuk menghargai pendapat orang lain, semangat
musyawarah dalam mengambil keputusan.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia tercermin dalam sikap suka menolong,
menjalankan gaya hidup sederhana, tidak menyolok atau berlebihan.

3. Sumber Politis Pancasila sebagai Ideologi Negara


Unsur-unsur politis yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara meliputi hal-hal sebagai
berikut :
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa diwujudkan dalam bentuk semangat toleransi antarumat
beragama.

15
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab diwujudkan penghargaanterhadap pelaksanaan Hak
Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.
c. Sila Persatuan Indonesia diwujudkan dalam mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
daripada kepentingan kelompok atau golongan, termasuk partai.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalamPermusyawaratan
/Perwakilan diwujudkan dalam mendahulukan pengambilan keputusan berdasarkan
musyawarah daripada voting.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia diwujudkan dalam bentuk tidak
menyalahgunakan kekuasaan (abuse of power) untuk memperkaya diri atau kelompok karena
penyalahgunaan kekuasaan itulah yang menjadi faktor pemicu terjadinya korupsi.

D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Ideologi


Negara
1. Argumen tentang Dinamika Pancasila sebagai IdeologiNegara
Pada masa era reformasi, Pancasila sebagai ideologi negara mengalami pasang surut dengan
ditandai beberapa hal, seperti: enggannya para penyelenggara negara mewacanakan tentang
Pancasila, bahkan berujung pada hilangnya Pancasila dari kurikulum nasional, meskipun pada
akhirnya timbul kesadaran penyelenggara negara tentang pentingnya pendidikan Pancasila di
perguruan tinggi.

2. Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila sebagai Ideologi Negara


Pada bagian ini, akan ditemukan berbagai tantangan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara.
Unsur-unsur yang memengaruhi tantangan terhadap Pancasila sebagai ideologi negarameliputi
faktor eksternal dan internal. Adapun faktor eksternal meliputi hal-hal berikut:
a. Pertarungan ideologis antara negara-negara super power antara Amerika Serikat dan Uni Soviet
antara 1945 sampai 1990 yang berakhir dengan bubarnya negara Soviet sehingga Amerika
menjadi satu-satunya negara super power.
b. Menguatnya isu kebudayaan global yang ditandai dengan masuknya berbagai ideologi asing
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena keterbukaan informasi.
c. Meningkatnya kebutuhan dunia sebagai akibat pertambahan penduduk dan kemajuan teknologi
sehingga terjadi eksploitasi terhadap sumber daya alam secara masif. Dampak konkritnya
adalah kerusakan lingkungan, seperti banjir, kebakaran hutan.

Adapun faktor internal meliputi hal-hal sebagai berikut:


a. Pergantian rezim yang berkuasa melahirkan kebijakan politik yang berorientasi pada
kepentingan kelompok atau partai sehingga ideologi Pancasila sering terabaikan.
b. Penyalahgunaan kekuasaan(korupsi) mengakibatkan rendahnya kepercayaan masyarakat
terhadap rezim yang berkuasa sehingga kepercayaan terhadap ideologi menurun drastis.

E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai IdeologiNegara

1. Hakikat Pancasila sebagai Ideologi Negara

16
Pada bagian ini, akan di pahami hakikat Pancasila sebagai ideologi negara memiliki tiga dimensi
sebagai berikut:
a. Dimensi realitas; mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam dirinya
bersumber dari nilai-nilai real yang hidup dalam masyarakatnya
b. Dimensi idealitas; mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

c. Dimensi fleksibilitas; mengandung relevansi atau kekuatan yang merangsang masyarakat untuk
mengembangkan pemikiran-pemikiran baru tentang nilai-nilai dasar yang terkandung di
dalamnya (Alfian, 1991:192 – 195).

2. Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara


Beberapa peran konkret Pancasila sebagai ideologi meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Ideologi negara sebagai penuntun warga negara, artinya setiap perilaku warga negara harus
didasarkan pada preskripsi moral. Contohnya, kasus narkoba yang merebak di kalangan
generasi muda menunjukkan bahwa preskripsi moral ideologis belum disadari kehadirannya.
b. Ideologi negara sebagai penolakan terhadap nilai-nilai yang tidak sesuai dengan sila-sila
Pancasila. Contohnya: kasus terorisme yang terjadi dalam bentuk pemaksaan kehendak melalui
kekerasan.

17
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 KELEBIHAN DAN KELEMAHAN


- Kelebihan :
1. Buku pertama banyak memberikan penjelasan yang lengkap
2. Buku pertama juga memberikan contoh materi pengajaran dengan di barengi dengan
rumus-rumus.
3. Buku utama dan buku pembanding sama-sama mudah dipahami.
4. Buku pembanding juga memiliki bahasan yang cukup lengkap sama dengan buku utama
5. Buku pembading juga memiliki gambaran tentang contoh tabel, diagram, dll.
6. Buku pembanding juga memiliki banyak soal-soal dan latihan-latihan agar guru memiliki
pedoman apa saja yang bisa di jadikan latihan kepada anak didiknya
7. Buku Pembanding juga terlihat bagus dari sisi Rangkuman, karena dalam buku ini
dilampirkam juga rangkuman dari setiap bab. Hal itu membuat pembaca yang
menggunakan buku ini dapat membaca rangkuman atau kesimpulan dari tiap bab yang
dibaca.

- Kelemahan :
1. Buku pertama tidak memiliki ringkasan di akhir pembahasan.
2. Buku pertama juga belum memiliki ISBN.
3. Buku utama tidak di lengkapi dengan rangkuman materi tiap bab
4. Buku pembanding materinya lebih singkat.
5. buku pembanding susah ditemukan atau diperjual belikan sebagai bahan ajar ataupun buku
pegangan Mahasiswa, karena kebanyakan buku yang ada di kalangan Mahasiswa biasanya
dari diktat yang diberi oleh Dosen per tiap mata kuliah.

18
BAB IV
PENUTUP

a. KESIMPULAN

Dibahas tentang kedudukan Pancasila sebagai ideologi negara. Pokok bahasan ini mengkaji
Pengertian dan Sejarah Ideologi, Pancasila dan Ideologi Dunia, Pancasila dan Agama.
Bahasan ini sangat penting karena ideologi merupakan seperangkat sistem yang diyakini setiap
warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Secara keseluruhan, buku pendidikan pancasila ini dapat digunakan dan dijadikan sebagai
pedoman atau acuan mahasiswa dalam pelaksanaan pembelajaran, karena buku ini sudah
dilengkapi dengan penjelasan-penjelasan serta pengertian-pengertian yang lumayan lengkap.

b. SARAN

Saya menyarankan buku ini agar dibaca oleh para pendidik dan calon pendidik agar dapat
melaksanakan pembelajaran yang menarik dan mudah sesuai dengan acuan yang sudah ada
baik bagaimana cara mengajar profesional maupun dengan mengetahui perlindungan serta
perkembangan mengajarnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ahmat, Intan, dkk. 2016. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: RISTEKDIKTI.

Halking. 2020. Pendidikan Pancasila. Medan: UNIMED PRESS.

20

Anda mungkin juga menyukai