NIM : 1191111043
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga saya masih diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat
menyelesaikan critical book review ini dengan judul “Psikologi Konseling”. Critical book
review ini saya buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran, semoga critical book review ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
bagi para pembaca.
Dalam penulisan critical book review ini, saya tentu saja tidak dapat
menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terimakasih kepada:
Saya menyadari bahwa critical book review ini masih jauh dari kata sempurna karena
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya dengan segala kerendahan hati meminta
maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan ke depannya.
Akhir kata saya mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam
critical book review yang berbentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi
para pembaca.
Medan, 10 September 2019
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
Latar Belakang.....................................................................................................................
Tujuan Penulisan CBR........................................................................................................
Manfaat CBR.......................................................................................................................
Identitas Buku......................................................................................................................
BAB IV PENUTUP............................................................................................
Kesimpulan..........................................................................................................................
Saran....................................................................................................................................
Daftar Pustaka...................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Manfaat
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
Untuk menambah pengetahuan para pembaca
Memudahkan pembaca dalam memahami isi dari buku
Menambah wawasan penulis
Melatih penulis berpikir kritis
1
E. Identitas buku Pembanding 1:
1. Judul Buku : Dasar-Dasar Bimbingan Konseling
2. Pengarang : Tim Penyusun Unimed
3. Penerbit : Fakultas BK
4. Tahun Terbit : 2019
5. Kota Terbit : Medan
6. Tebal Buku : 123
7. ISBN :-
2
BAB II
RINGKASAN BUKU
3
1. Konseling Sebagai Suatu Pengalaman Baru
Konseling merupakan suatu hubungan yang bersifat membantu, yaitu interasksi
antara konselor dan konseli merupakan suatu kondisi yang membuat konseli terbantu
dalam mencapai perubahan yang lebih baik. Disamping itu dikatakan juga bahwa pada
hakekatnya konseling itu bersifat psikologis.
Dari hakekatnya sebagai hubungan yang bersifat membantu dan sebagai proses
psikologis, konseling memberikan pengalaman belajar yang baru kepada konseli.
Sekurang-kurangnya ada enam macama pengalaman baru yang dapat diperoleh oleh
klien dalam proses konseling, yaitu:
(1) Menghadapi konflik-konflik internal ada beberapa yang dilihat dalam menghadapi
konflik internal yaitu: Penilaian negatif terhadap diri sendiri, Keharusan Psikologi,
Konflik kebutuhan-kebutuhan.
(2) Menghadapi realitas ada cara untuk mengahadapi realitas antara lain: menghindar,
generalisasi Berlebihan, Menyalahkan
(3) Mengembangkan tilikan
(4) Memulai suatu hubungan baru
(5) Meningkatkan kebebasan psikologis
(6) Memperbaiki konsepsi-konsepsi yang keliru
4
2. Klien dalam Konseling
Konsep ”Psikological Strength” atau ”Daya Psikologis”
Orang yang masuk ke dalam konseling pada dasarnya karena mengalami kekurangan
psychological strength atau daya psikologis, yaitu suatu kekuatan yang diperlukan
untuk menghadapi berbagai tantangan dalam keseluruhan hidupnya termasuk
menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya.
Konsep daya psikologis mempunyai tiga dimensi yaitu: need fulfillment (pemenuhan
kebutuhan), intrapersonal competencies (kompetensi intrapribadi), dan interpersonal
competencies (kompetensi antarpribadi).
Pemenuhan Kebutuhan
Makin banyak dicapai kebutuhan psikologis, orang akan makin kuat secara
psikologis seperti halnya orang yang cukup gizi akan makin kuat fisiknya. Ada
beberapa macam kebutuhan yang terkait dengan konseling yaitu sebagai berikut:
(1) Memberi dan menerima ksaih sayang
(2) Kebebasan
(3) Memiliki kesenangan
(4) Menerima Stimulasi (rangsangan)
(5) Perasaan mencapai prestasi
(6) Memiliki harapan
(7) Memiliki ketenangan
(8) Memiliki tujuan hidup secara nyata
Kompetensi Inta-Pribadi
Kekuatan psikologis, sangat ditentukan oleh seberapa jauh orang mengenal dan
berhubungan dengan diri pribadi. Hubungan intra-pribadi berkenaan dengan tiga
kompetensi yang saling berkaitan yaitu: Pengetahuan diri, Pengarahan diri, dan harga
diri
5
Kompetensi Antar-Pribadi
Kompetensi antar pribadi merupakan kecakapan yang dipelakari yang memungknkan
orang berhubungan dengan orang lain dengan cara-cara saling memenuhi.
Dengan demikian tujuan konselin adalah membantu kien dalam mengenal
permasalahan yang berkaitan dengan cara-cara berhubungan dengan orang kain, dan
belajar menemukan cara-cara baru yang dapat lebih memenuhi kebutuhan. Berikut ini
dikemukakan beberapa kompetensi yang berkaitan dengan kurangnya kompetensi atar
pribadi:
(1) Kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain
(2) Ketegasan diri (assertivenes)
(3) Menjadi nyaman dengan diri sendiri dan orang lain
(4) Menjadi diri yang bebas
(5) Harapan yang realistik terhadap diri sendiri dan orang lain
(6) Perlindungan diri dalam situasi antar pribadi
3. Konselor dalam Konseling
Konselor dan peneliti sependapat bahwa kepribadian seorang konselor merupakan
faktor yang paling penting dalam konseling. Kepribadian konselor merupakan titik
tumpu yang berfungsi sebagai penyeimbang antara pengetahuan mengenai dinamika
perilakunya dan keterampilan terapeutik.
Kualitas Konselor
Karakteristik kualitas kepribadian konselor yang terkait dengan keefektifan
konseling.
(1) Pengetahuan mengenai diri sendiri (self-knowledge)
(2) Kompetensi (Competence)
(3) Kesehatan psikologis yang baik
(4) Dapat dipercaya (Trustworthness)
(5) Kejujuran (Honest)
(6) Kekuatan atau daya (Strength)
(7) Kehangatan (Warmth)
(8) Pendengaran yang aktif (Active Responsiveness)
(9) Kesabaran
6
(10) Kepekaan (Sensitivity)
(11) Kebebasan
4. Kognisi dalam Konseling
Kognisi merupakan bagian intelek yang merujuk pada penerimaan, penafsiran,
pemikiran, pengingat, pernghayalan atau penciptaan, pengambilan keputusan, dan
penalaran.
Karena kognisi merupakan faktor penting dan mempunyai pengaruh terhadap
perilaku, maka konselor akan terbantu apabila memahami kognisi dan dinamika
dasarnya.
Asumsi-asumsi yang Salah
Asumsi kognitif (hipotesis, keyakinan, konstruk dibuat oleh orang untuk
mengendalikan dan membuat kesan mengenai hidupnya. Asumsi kognitif dapat benar
atau salah dan dapat sesuai atau bertentangan
Prosesn pembelajaran yang menyebabkan asumsi salah diperoleh melalui lima cara
yaitu:
a. Melalui pengalaman langsung
b. Kejadian seolah-olah mengalami sendiri
c. Pengakaran langsung
d. Logika simbolik
e. Miskontruksi hubungan sebab akibat
Selain itu asumsi salah dapat ditimbulkan oleh kesalahan dalam berfikir.
a. Generalisasi berlebihan
b. Konsep semua atau tidak sama sekali
c. Pernyataan mutlak
d. Ketidak-akuratan semantik
e. Akurasi waktu
7
Menyyembunyikan Asumsi, Menghilangkan asumsi, melibatkan konselor, serta
membutkikan asumsi salah.
Kata emosi berasal dari bahasa latin ”EMOVERE”: yang artinya ”bergerak ke luar”.
Emosi dasar sangat diperlukan oleh individu untuk memperoleh kelestarian hidup
karena emosi berkontribusi terhadap kestabilan seluruh kehidupannya.
Karena emosi menimbulkan gerakan dan arahan, maka konselor perlu memberikan
label yang tepat terhadap gejala emosi kliennya. Permasalahan emosi yang sering
dijumpai dalam konseling adalah empat emosi dasar yaitu: sakit hati, takut, marah, dan
rasa bersalah.
6. Motivasi dalam konseling
Memahami motivasi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi para konselor
dalam proses konseling. Motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan untuk
mewujudkan prilaku tertentu yang terarah kepada suatu tujuan tertentu. Beberapa
prinsip Motivasi yang dapat dijadikan acuan
1. Prinsip kompetisi
2. Prinsip pemacu
3. Prinsip ganjaran dan hukuman
4. Kejelasan dan kedekatan tujuan
5. Pemahaman hasil
6. Pengembangan minat
7. Lingkungan yang kondusif
8
pemindahan informasi antara dua orang manusia atau lebih dengan menggubakan
simbol-simbol bersama.
9
Keterampilan konfrontasi digunakan untuk memberikan respon terhadap pesan
seseorang yang mengandung pesan ganda yang tidak sesuai atau saling bertentangan
satu dengan lainnya.
10
(4) Teknik-teknik Interpretasi
a. Refleksi perasaan
b. Klarifikasi
c. Refleksi
(5) Penggunaan Nasihat, Informasi dan Tes
Nasihat merupakan bentuk psikoterapi dan konseling yang paling tua, dan tujuannya
untuk mengalihkan sikap dan prilaku klien. Salah satu ktitikan terhadap penggunaan
nasihat, bahwa dalam pemberian nasihat tanggung jawab pemecahan masalah
dipindahkan ke tangan konselor dan membatasi konseli untuk mengubah sendiri sikap
penilaian diri yang fundamental
Ada tiga fungsi oengunaan tes dalam konsleing yaitu sebagai alat diagnostik,
menemukan minat dan nilai, dan membuat prediksi tingkah laku.
11
10. Model-model Konseling
Tiga contoh model konseling yang berbasis pada terori dan pendekatan tertentu.
(1) Rancangan Klasifikasi Diagnostik Ekologi (RKDE)
Secara ringkas RKDE dapat dikatakan sebagai alat yang digunakan oleh konselor
untuk memperluan konseptualisasi masalah yang dihadapi klien baik individual
maupun antar-pribadi dengan memasukkan unsur lingkungan dan interaksi individu
dengan lingkungan ke dalam proses signostik, sehingga dapat dilakukan diagnosis
lebih cermat dan dapat dikembangkan langkah-langkah intervensi secara lebih
terarah dan sistematis.
(2) Eklektik Sistematis
Pendekatan Eklektik Sistematis berasumsi bahwa penilaian klinis, intervensi dan
evaluasi merupakan lingkaran proses yang berkesinambungan. Asumsi lainnya
dalah bahwa proses konseling dikembangkan berdasarkan masalah-masalah dan
kaitannya dengan unsur-unsur sistem lingkungan baik internal maupun eksternal
(3) Penggunaan Silogisme dalam Terapi Rasional-Emotif
RET dapat ditingkatkan dengan memperbaiki pemahaman hubungan antara
kejadian, keyakinan, dan emosi. Pemahaman baru ini melibatkan keterpaduan
konsep dasar logika ke dalam praktek RET, terutama silogisme praktis.
12
11. ”Wellness” : Konsep Kesehatan Mental dalam Konseling
Bab ini merupakan saduran bebas dari tuliasan J Melvin Witmer dan Thomas J.
Sweeney, ”A Holostic Model for Wellness and Prevention Over Life Span”, dalam
jurnal of Counseling and Developmenr, vol 71, number 2 November/December 1992.
Dalam perkembangan mutakhir ini para pakar telah menggunakan istilah ”wellness”
untuk menggambarkan suatu keadaan sehat secara lebih konprehensif. Istilah ini
mempunyai makna yang luas mencakup ”mental helath” sekaligus ”mental hygiene”
dan dikembangkan secara holistik untuk mendeskripsikan konsep keutuhan internal dan
eksternal dari kepribadian yang sehat.
Spiritualitas, merupakan tugas hidup pertama dan yang paling inti dan sentral
dalam kebulatam ”wellness”. Tugas hidup yang kedua adalah regulasi diri. Tugas
hidup ketiga adalah pekerjaan. Tugas hidup yang keempat adalah persahabatan.
Selanjutnya ”wellness” dikembangkan dengan tugs hidup yang kelima yaitu ”cinta”.
13
BAB III PEMBAHASAN
Keunggulan Buku
Buku Utama karangan Muh surya. Penggunaan kalimat dalam buku ini disesuaikan
dengan kemampuan pembacanya misalnya mahasiswa. Mahasiswa dengan mudah
memahami isi buku karena bahasanya standard dan sesuai untuk mahasiswa. Kemudian
buku ini lebih fokus kedalam psikologi anak hanya sedikit membahas tentang
bimbingan. Kemudian Buku pembanding 1 Karangan tim penyusun UNIMED.
Buku ini tefokus membahas tentang bimbingan konseling yang didalamnya terdapat
banyak kajian mulai dari arahan sampai kepada cara ngelolaan kegiatan tersebut. Buku
ini sangat baik untuk mahasiswa/i dalam menambah referensinya
Kemudian Buku pembanding 2 karangan Drs. Ridwan, M.Pd. isi yang disampaikan
dapat dimengerti dengan mudah terkhusus yang ingin menjadi guru atau yang sudah
menjadi guru bk ini cocok untuk menambah referensi bk di lingkungan sekolah
kemudian penulisannya sudah sistematis dan teratur. Hanya terdapat beberapa kesalahan
dalam penulisan kalimat.
Kelemahan Buku
Buku Utama karangan Muh surya. Buku ini tidak memiliki bab jadi agak sulit kalau
hanya dengan nomor saja, kemudian cover buku ini kurang menarik. Buku ini juga tidak
meletakan latihan soal. Buku pembanding 1 Karangan tim penyusun UNIMED.
Dari segi cover kurang menarik hanya melatarbelakangi sampul biru saja. Kemudian
buku ini di akhir bab nya tidak meletakan rangkuman, kemudian ada beberapa
kesalahan dalam penulisan kata. Dan ada beberapa bab yang font nya kekecilan seperti
di bab iii paling bawah. Itu menurut saya kecil fontnya. Kemudian Buku pembanding
2 karangan Drs. Ridwan, M.Pd. buku ini tidak memiliki rangkuman di setiap akhir
babnya dan tidak memiliki latihan soal kemudian buku ini hanya sedikit membahas
tentang bimbingan konseling di lingkungan sekolah.
14
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Bimbingan konseling merupakan pemberi arah atau tujuan kepada seseorang untuk
menjadi lebih mengerti tentang suatu keadaan atau menghindari dari perbuatan yang
tidak semestinya yang akan menimbulkan efek negatif kepada diri sendiri maupun
orang disekitarnya maka dari itu di perlukan bimbingan serta konseling untuk
mengarahkannya mulai dari proses-proses sampai kepada titik yang telah ditentukan
atau disepakati bersama. Maka Setiap buku utama, pembanding 1, dan pembanding 2
memiliki kekurangan serta kelebihan masing-masing. Dengan tujuan yang sama yaitu
memberi bimbingan konseling kepada setiap anak maupun orang dewasa.
Saran
Semoga dengan adanya bimbingan dan konseling ini dapat merubah manusia yang
lebih baik dan dapat mengatasi setiap permasalahan individu maupun kelompok.
15
Daftar Pustaka
Surya, Mohammad. 2003. Psikologi Konseling. Bandung. Pustaka Bani Quraisy
16