GURU PEMBIMBING
SUSI HERLINA, M.Pd
DISUSUN OLEH :
ANDA RAHAYU
DEVI MONIKA
FITRA HAYATI
NOVA JUNITA
MARDIYAH
POSMA RATNA WATI
RIKA ROZANA
SELVIA SERA
SRI PUTRI ALMIN
SILVI MAIDAYANTI
TUTI ELVITA
WIDYA
YUNI HUSNIYATI
YUNI ZARITA
KATA PENGANTAR
Tiada keberhasilan yang diperoleh penulis tanpa adanya bimbingan dari pihak
lain. Karena itu, pada kesempatan kali ini izinkan penulis menyampaikan
penghargaan dan rasa terima kasih kepada:
1. Ibu Susi Herlinda MPd., selaku dosen mata kuliah Bimbingan dan Konseling
Namun dengan keterbatasan penulis, maka penulisan makalah ini amat jauh dari
kesempurnaan serta mutu yang diharapkan, meskipun semua itu telah penulis
upayakan secara maksimal. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca
selalu penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
semua pihak yang membacanya.
Pekanbaru, ....................
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………..1
1.2 Tujuan Penulisan…………………………………………...………1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Bimbingan Menurut Teori …………………………...…...3
2.2 Bentuk – bentuk layanan dan bimbingan pada AUD…..………….10
2.3 Evaluasi Bimbingan Konseling…………………...…..………...…16
2.4 Karakter Guru Sebagai Pembimbing Kelompok…………………..17
1.1 Latar Belakang
Bimbingan dan konseling sudah cukup lama dipahami sebagai bagian integral
dari pendidikan modern. Walaupun sebagai suatu konsep bimbingan dan konseling
baru dikenal pada tahun 60-an, namun sebagai suatu fungsi atau kegiatan pendidikan,
bimbingan sudah dilaksanakan dalam praktik pendidikan sehari-hari sejak munculnya
gerakan Pendidikan nasional yang dipelopori Ki Hajar Dewantara.
Bimbingan dan konseling perlu diberikan kepada siswa Sekolah Dasar karena
sebagai individu yang telah berkembang, siswa tidak bisa luput dari tekanan dari
dalam diri dan tuntutan dari lingkungannya. Dalam upaya mencapai tugas-tugas
perkembanganya, siswa tidak cukup diberi pengajaran saja, tetapi juga perlu
mendapat bantuan yang bersifat individual untuk dapat mengambangkan seluruh
potensi yang dimiliki secara optimal.
1.2 Tujuan Penulisan
Setelah selesai perkuliahan ini, diharapkan mahasiswa dapat :
a. Menjelaskan Konsep bimbingan menurut teori
b. Menjelaskan Bentuk – bentuk layanan dan bimbingan pada AUD
c. Menjelaskan Evaluasi bimbingan konseling
d. Menjelaskan Karakter guru sebagai pembimbing kelompok
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan
B. PengertianKonseling
Secara umum bimbingan dan konseling mempunyai tujuan yang sama dengan
tujuan pendidikan, yaitu tercapainya perkembangan kepribadian yang optimal dan
harmonis di antara unsure-unsurnya yang meliputi fisik,mental, emosional, social, dan
moral, bahkan spiritual (religious). Apabila kebribadian telah berkembang
secaraoptimal dan harmonis maka peserta didik dapat dikatakan telah dewasa. Tujuan
pendidikan adalah kedewasaan, sedangkan tujuan bimbingan adalah kemandirian.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan bimbingan dan konseling adalah
untuk mengembangkan potensi pada individu seoptimal mungkin, sesuai dengan
kemampuan agar bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan
sekolah, keluarga maupun lingkungan masyaraka.
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip di sini ialah hal-hal yang didapat dijadikan
pegangan di dalam proses bimbingan dan penyluhan. Terdapat beberapa prinsip dasar
yang dipandang sebagai pondasi atau landasan bag layanan bimbingan. Prinsip-
prinsip ini berasal dari konsep- konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi
dasar bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah maupun di
luar sekolah.
Menurut Elfi Mu’awanah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar dapat
melaksanakan pelayanan bimbingan dengan sebaik-baiknya, yaitu prinsip-prinsip
sebagai berikut:
Sesuai dengan uraian sebelumnya bahwa bimbingan dan konseling bertujuan agar
peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya dan mampu merencanakan
masa depannya. Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai
pemberi layanan kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat
berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri. Oleh
karena itu pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang
hendak dipenuhi melalui kegiatan bimbingan dan konseling.
F. Jenis-jenis Informasi
Pada dasarnya jenis dan jumlah informasi tidak terbatas. Namun, khusunya dalam
rangka pelayanan bimbingan dan konseling, hanya akan dibicarakan tiga jenis
informasi, yaitu (a) informasi pendidikan, (b) informasi pekerjaan, (c) informasi sosial
budaya.
1. Informasi pendidikan
Dalam bidang pendidikan banyak individu yang berstatus siswa atau calon siswa
yang dihadapkan pada kemungkinan timbulnya masalah atau kesulitan. Diantara
masalah atau kesulitan tersebut berhubungan dengan (a) pemilihan program studi,
(b) pemilihan sekolah fakultas dan jurusannya, (c) penyesuaian diri dengan
program studi, (d) penyesuaian diri dengan suasana belajar, dan (e) putus sekolah.
2. Informasi jabatan
Saat-saat transisi dari dunia pendidikan kedunia kerja sering merupakan masa
yang sangat sulit bagi banyak orang muda. Kesulitan itu terletak tidak saja dalam
mendapatkan jenis pekerjaan yang cocok, tetapi juga dalam penyesuaian diri
dengan suasana kerja yang baru dimasuki dan pengembangan diri selanjutnya.
Hal ini dapat dilakukan melalui penyajian informasi sosialbudaya yang meliputi,
macam-macam suku bangsa, adat istiadat, agama dan kepercayaan, bahasa,
potensi-potensi daerah dan kekhususan masyarakat atau daerah tertentu.
Stres dalam belajar merupakan salah satu respon stres yang terjadi di lingkungan
sekolah. Untuk mengetahui definisi mengenai stres dalam belajar, terlebih dahulu
akan dikaji mengenai pengertian stres itu sendiri. Stres menurut Peter Tyer (1993: 1)
adalah perasaan tidak enak yang disebabkan oleh persoalan-persoalan di luar kendali
kita. Batasan ini hanya menyinggung dua pandangan umum tentang stres yang hampir
universal, yaitu bahwa stres itu tidak menyenangkan dan hal itu terjadi pada diri kita,
serta kita sendiri hampir tak dapat melakukan apapun terhadapnya. mengungkapkan
bahwa stres adalah suatu kondisi atau perasaan yang dialami ketika seseorang
menganggap bahwa “tuntutan-tuntutan melebihi sumber daya sosial dan personal
yang mampu dikerahkan seseorang.
Sedangkan Sarafino (Bart Smet, 1994: 112) mendefinisikan stres sebagai suatu
kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang
menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan
sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.
d) Respon Emosional
e) Respon Fisiologis
f) Respon Kognitif
g) Respon Behavioral
Pada dasarnya dampak stres dalam belajar tidak jauh beda dengan dampak stres.
Untuk mengetahui dampak stres dalam belajar pada siswa terlebih dahulu akan dikaji
mengenai dampak stres. Dampak stres berbagai macam bentuknya. Stres dapat
berdampak pada tubuh seseorang maupun psikologis seseorang.
Stres juga berpengaruh pada kesehatan tubuh seseorang. Menurut Bob Losyk
(2007: 15) stres berdampak pada kesehatan fisik seseorang. Dampak yang diakibatkan
stres diantaranya adalah: penyakit jantung, stroke akibat tekanan darah naik, otot-otot
menegang yang kemudian menyebabkan rasa sakit, otot menjadi lemah dan letih,
menimbulkan sakit kepala, sakit punggung dan rasa sakit di berbagai bagian tubuh,
asam lambung meningkat menjadikan perut mual dan luka pada lambung, atau
mungkin diare, sistem kekebalan tubuh goyah dan menyebabkan tubuh menjadi
rentan terhadap penyakit, asma akibat stres, kanker, depresi ditandai dengan perasaan
tak bersemangat atau sedih terus-menerus, dan penyakit psikosomatik yaitu penyakit
dimana tubuh secara langsung terpengaruh oleh proses-proses pemikiran-pemikiran
negatif yang akan mengurangi kemampuan seseorang untuk menangkal penyakit, dan
akhirnya berhasil mencapai kedudukan yang kuat di dalam tubuh seseorang. dampak
stres dalam belajar adalah:
Awalnya ditandai dengan beberapa keluhan sepeti mengeluh sakit perut atau
demam menjelang ujian. Bagi remaja yang sedang sakit, dan juga mengalami
stres nantinya akan memperparah kondisi sakitnya. Stres berkepanjangan yang
tidak ditangani hingga dewasa dapat memicu penyakit-penyakit seperti tekanan
darah tinggi, kolesterol, dan serangan jantung.
b) Respon Pikiran
Stres dalam waktu jangka panjang juga akan mempengaruhi mental remaja.
Remaja menderita kelelahan mental dan patah semangat, serta mengalami
masalah-masalah perilaku dan psikologis. Ada yang menderita depresi dan
kecemasan. Salah satu dampak psikologis lain dari stres adalah fobia. Remaja
yang terus tertekan dalam suatu hal akan mengembangkan rasa takut terhadap hal
tersebut. contohnya adalah fobia terhadap ujian. Remaja yang selalu ditekan untuk
mendapatkan nilai tinggi dalam ujian merasa ketakutan saat akan ujian, bahkan
terkadang pergi ke sekolah saja sudah cukup menimbulkan emosi negatif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa stres dalam belajar berdampak pada kesehatan
tubuh dan juga psikologis siswa. Dampak kesehatan tubuh dapat dilihat dari
menurunnya daya tahan tubuh yang dapat menimbulkan siswa rentan terhadap
penyakit, dan dampak secara psikologis yaitu akibat pikiran-pikiran negatif yang
ada pada siswa yang menyebabkan kehilangan kepercayaan diri dan kecemasan
pada diri siswa.
Pada dasarnya strategi dalam menangani stres belajar tidak jauh berbeda dengan
strategi dalam menangani stres pada umumnya. Untuk mengetahui bagaimana strategi
dalam menangani stres belajar, sebelumnya akan dikaji terlebih dahulu mengenai
bagaimana strategi yang sebaiknya dilakukan dalam menangani stres.
D. Sistem Dukungan
Bidang pendidikan mendapatkan perhatian yang cukup besar, baik itu dari
pemerintah Kementerian Pendidikan Republik Indonesia sebagai tingkatan tertinggi
dalam struktur kependidikan di Indonesia maupun kelompok masyarakat terkecil
yaitu keluarga sebagai tingkatan terendah penanggungjawaban pendidikan putra putri
Indonesia. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah, lembaga- lembaga, organisasi-
organisasi, masyarakat dan berbagai pihak untuk mewujudkan pendidikan yang sesuai
dengan harapan bersama dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Perguruan
Tinggi. Khususnya dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bimbingan
perkembangan Anak Usia Dini (AUD) sangat diperlukan.
Terdapat beberapa ruang lingkup yang terdapat pada bimbingan konseling anak
usia dini yaitu bimbingan pribadi sosial, bimbingan belajar, bimbingan karir, berikut
akan penulis jelaskan secara singkat.
b. Bimbingan Belajar
Bimbingan ini merupakan bimbingan yang diarahkan untuk membantu para anak
didik khususnya di PAUD dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
serta mencapai tujuan dan tugas pengembangan pendidikan melalui kegiatan bermain
sambil belajar yang mencakup pengembangan kemampuan dasar dan pembentukan
perilaku anak.
c. Bimbingan Karir
Bimbingan karier merupakan salah satu aspek dari bimbingan dan konseling. Tidak
tepat apabila menganggap bahwa bimbingan karier itu merupakan satu-satunya
bimbingan yang perlu ditangani. Hal tersebut perlu ditekankan untuk menghindari
kesalahpahaman yang mungkin timbul
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling pada anak usia dini, terdapat
beberapa pelayanan yang dilakukan konselor di sekolah PAUD diantaranya adalah:
Layanan pengumpulan data ini juga merupakan layanan yang pertama yang
dilakukan guru dalam bimbingan, layanan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan
berbagai data yang berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian dan kehidupan anak
pada usia dini.
Layanan pengumpulan data ini dapat dilakukan guru ketika anak mulai belajar di
paud. Ada beberapa alat dalam pengumpulan data yaitu:
a. Pengamatan (observasi)
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pegumpulan data permasalahan anak dengan cara
melakukan percakapan langsung baik dengan anak maupun dengan orang tua. Dengan
wawancara, guru dapat menggali lebih jauh mengenai kondisi obyektif anak. Teknik
wawancara terbagi atas dua, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tak
berstruktur.
c. Angket
Angket (kuisioner) merupakan alat pengumpulan data berupa daftar pertanyaan
yang akan disampaikan kepada orang tua untuk mendapatkan secara umum tentang
anak dan hal-hal yang berkaitan dengan anak.
Dalam menyusun angket ini guru dapat mengikuti beberapa petunjuk sebagai berikut:
dimengerti.
- Tidak menggunakan kata yang negatif dan menyinggung perasaan orang yang
ingin ditanyai.
D. Sosiometri
e. Catatan Anekdot
Catatan anekdot dapat digunakan guru dalam memahami anak, khususnya dalam
kemampuan sosialnya. Catatan anek dot adalah cerita lucu karena menarik dan
mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan
kejadian yang sebenarnya
2. Layanan Informasi
Tujuan layanan
informasi adalah membantu peserta didik dan orang tua agar dapat mengambil
keputusan secara tepat tentang sesuatu dalam bidang pribadi sosial, belajar, bermain,
berdasarkan informasi yang diperoleh.Layanan ini berfungsi untuk pencegahan dan
pemahaman. Adapun jenis layanan informasi adalah:
- Informasi pendidikan
- Informasi sosial
- Informasi keagamaan
- Informasi hukum
keputusan.
Layanan ini dapat bersifat pribadi maupun kelompok. Dalam layanan konseling
perseorangan merupakan layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang
konselor terhadap seoran klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien.
Sedangkan secara kelompok melalui layanan bimbingan kelompok.
Diagnosis
Prognosis
Treatment, dan
Layanan penempatan yaitu layanan yang membantu peserta didik dan orang tua
dalam memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat baik didalam kelas
maupun di rumah, baik dalam kelompok belajar, maupun kelompok bermain, serta
kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakat anak.
Pelaksanaan layanan bimbingan konseling pada anak usia dini tidak mengunakan
waktu dan ruang tersendiri seperti pelaksanaan layanan bimbingan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Nuansa bermain menjadi bagian dari pelaksanaan
bimbingan anak usia dini karena dunia anak adalah dunia bermain.
1. Esensi bimbingan dan konseling anak usia dini. Pelaksanaan bimbingan
juga diarahkan untuk membantu orang tua anak supaya memiliki pemahaman
dan motivasi untuk turut mengembangkan kemampuan anak karena kedekatan
anak usia dini terhadap orang tua relative masih tinggi.
Masa anak-anak sering disebut sebagai masa “Golden Age” atau masa
keemasan karena pada masa ini anak akan sangat peka untuk mendapatkan
rangsangan-rangsangan yang membantu proses perkembangannya.
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pada anak usia dini pada
dasarnya berangkat dari pemahaman tentang perkembangan anak bahwa setiap
anak memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda.
Bentuk layanan bimbingan dan konseling anak usia dini merujuk pada
jumlah anak pada saat guru atau pendamping melakukan bimbingan. Bentuk
layanan bimbingan dapat dilakukan secara individual atau kelompok
disesuaikan dengan situasi dan kondisi anak-anak
.
5. Setting layanan bimbingan dan konseling anak usia dini.
Pelaksanaan program bimbingan dan konseling anak usia dini dibagi dua bahasan,
yaitu:
Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang berorientasi kepada semua anak.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang berorientasi kepada masalah yang
dihadapi anak.
Menurut Suharsimi Arikunto secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa inggris
yaitu evoluation, yang berasal dari kata value. Kemudian dalam bahasa Arab evaluasi
yang disebutkan dengan al- Taqwim, dan dalam bahasa indonesia berarti penilaian.
Worthen dan Sanders dalam Anderson dalam Suharsimi mengatakan evaluasi adalah
kegiatan yang mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu
tersebut, juga termasuk informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu
program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai
tujuan yang sudah ditentukan. Evaluasi dapat pula diartikan sebagai proses
pengumpulan informasi (data) untuk mengetahui efektivitas kegiatan-kegiatan yang
telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan. Pengertian lain evaluasi
adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala,
berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan
sikap dan prilaku atau tugas-tugas perkembangan para siswa melalui program
kegiatan yang telah dilaksanakan.
Dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada evaluasi program bimbingan
dan konseling. Hal ini dilakukan agar mengetahui sejauh mana program yang
dirancang bisa berjalan sesuai dengan dilakukan dan mengetahui sejauh mana
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaannya
Di era otonomi daerah saat ini kebutuhan akan adanya tenaga guru pembimbing di
TK/RA, sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Kejuruan,
khususnya di Sekolah Menengah Atas (SMA), semakin mendesak. Hal ini dapat
dilihat dari kenyataan yang ada di lapangan, semakin Banyak siswa atau anak
didiknya yang membutuhkan bimbingan dan konseling. Banyak siswa atau anak didik
merasa bingung dengan perannya dalam pergaulan, dalam belajar, dan dalam
penyesuaian diri. Kebingungan yang dialami oleh para siswa atau anak didik tidak
lepas dari tugas perkembangannya sebagai seorang remaja yang harus
dilaksanakannya. Atas dasar itu sekolah perlu menyelenggarakan pelayanan
bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh guru-guru pembimbing yang
profesional dalam bidangnya.
Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah adalah memberikan
pelayanan kepada para siswa atau anak didik agar mereka menjadi siswa atau anak
didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Melalui bidang pendidikan, guru
mempengaruhi aspek kehidupan, baik sosial, budaya maupun ekonomi.
Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa peran guru baik sebagai pengajar
maupun sebagai pembimbing pada hakekatnya saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Dengan kata lain, kedua peran tersebut harus dilaksanakan secara
berkesinambungan dan sekaligus merupakan keterpaduan. Dari fakta-fakta di atas,
jelas bahwa “karakter guru” sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar
siswa di tingkat pendidikan dasar dan menengah. Karena karakter guru sangat
berpengaruh terhadap rasa suka atau tidak suka terhadap pelajaran yang diampunya.
Padahal rasa suka sangat diperlukan untuk modal awal keberhasilan dalam belajar.
Kondisi ideal yang diharapkan adalah seorang guru pembimbing memiliki ciri –
ciri kepribadian yang sesuai dengan harapan siswa atau anak didiknya. Harapan –
harapan tersebut antara lain guru pembimbing hendaknya memiliki kepribadian yang
menarik, ramah, akrab dan bisa memahami siswa atau anak didiknya.
Selain itu, apabila guru pembimbing tidak mampu menunjukan sikap, sifat dan
kemampuan seperti yang diharapkan siswa atau anak didiknya dalam memberikan
layanan bimbingan, maka siswa atau anak didik akan mengalami kesulitan untuk
membuka diri dalam menerima layanan dan dapat pula menimbulkan pandangan yang
negatif dalam diri siswa atau anak didik tentang guru pembimbing. Dengan demikian
pelayanan bimbingan tidak dapat terlaksana seperti yang diharapkan dan di
rencanakan.
Mengacu paparan di atas, jadi kita sebagai calon guru pembimbing tertariki
dengan ciri – ciri kepribadian guru pembimbing yang diinginkan oleh siswa atau anak
didiknya. Dengan harapan guru pembimbing mengetahui kepribadian seperti apa yang
diinginkan siswa atau anak didik dan berusaha untuk memiliki kepribadian yang ideal
sehingga kelak menjadi lebih siap menjalankan tugas sebagai guru pembimbing
BAB III
PENUTUP
3. 1 KESIMPULAN
3.2 SARAN