Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KELOMPOK 4

BIMBINGAN DAN KONSELING

GURU PEMBIMBING
SUSI HERLINA, M.Pd

DISUSUN OLEH :
ANDA RAHAYU
DEVI MONIKA
FITRA HAYATI
NOVA JUNITA
MARDIYAH
POSMA RATNA WATI
RIKA ROZANA
SELVIA SERA
SRI PUTRI ALMIN
SILVI MAIDAYANTI
TUTI ELVITA
WIDYA
YUNI HUSNIYATI
YUNI ZARITA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


AISYIYAH RIAU
JUNI, 2023

KATA PENGANTAR

          Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah  penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,


yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Bimbingan dan Konseling”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan penerang dan ilmu pengetahuan
kepada umatnya.

            Tiada keberhasilan yang diperoleh penulis tanpa adanya bimbingan dari pihak
lain. Karena itu, pada kesempatan kali ini izinkan penulis menyampaikan
penghargaan dan rasa terima kasih kepada:

1.      Ibu Susi Herlinda MPd., selaku dosen mata kuliah Bimbingan dan Konseling

2.      Teman-teman yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini.

Namun dengan keterbatasan penulis, maka penulisan makalah ini amat jauh dari
kesempurnaan serta mutu yang diharapkan, meskipun semua itu telah penulis
upayakan secara maksimal. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca
selalu penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
semua pihak yang membacanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pekanbaru, ....................

                                                           

                

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii       
                                                                            
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang……………………………………………………..1
1.2  Tujuan Penulisan…………………………………………...………1

BAB II PEMBAHASAN
2.1  Konsep Bimbingan Menurut Teori …………………………...…...3
2.2  Bentuk – bentuk layanan dan bimbingan pada AUD…..………….10
2.3  Evaluasi Bimbingan Konseling…………………...…..………...…16
2.4 Karakter Guru Sebagai Pembimbing Kelompok…………………..17

BAB III PENUTUP


3.1  Kesimpulan………………………………………………………...21
3.2  Saran…………………………………………………….………....21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Bimbingan dan konseling sudah cukup lama dipahami sebagai bagian integral
dari pendidikan modern. Walaupun sebagai suatu konsep bimbingan dan konseling
baru dikenal pada tahun 60-an, namun sebagai suatu fungsi atau kegiatan pendidikan,
bimbingan sudah dilaksanakan dalam praktik pendidikan sehari-hari sejak munculnya
gerakan Pendidikan nasional yang dipelopori Ki Hajar Dewantara.

Latar belakang perlunya bimbingan dan konseling di sekolah karena adanya:


kesadaran akan perlunya sistem pengajaran dan pelayanan kependidikan yang
berpusat pada kebutuhan dan karakteristik anak, kesadaran akan perlunya penerapan
konsep demokrasi dalam pendidikan, kesadaran akan permasalahan individu dalam
kehidupan masyarakat yang selalu berubah dan berkembang, kesadaran akan
persoalan yang akan dihadapi dalam kehidupan mereka.

Bimbingan dan konseling perlu diberikan kepada siswa Sekolah Dasar karena
sebagai individu yang telah berkembang, siswa tidak bisa luput dari tekanan dari
dalam diri dan tuntutan dari lingkungannya. Dalam upaya mencapai tugas-tugas
perkembanganya, siswa tidak cukup diberi pengajaran saja, tetapi juga perlu
mendapat bantuan yang bersifat individual untuk dapat mengambangkan seluruh
potensi yang dimiliki secara optimal.

1.2   Tujuan Penulisan
Setelah selesai perkuliahan ini, diharapkan mahasiswa dapat :
a. Menjelaskan Konsep bimbingan menurut teori
b. Menjelaskan Bentuk – bentuk layanan dan bimbingan pada AUD
c. Menjelaskan Evaluasi bimbingan konseling
d. Menjelaskan Karakter guru sebagai pembimbing kelompok
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 KONSEP BIMBINGAN MENURUT TEORI

Bimbingan dan Konseling memiliki pengertian yang berbeda dan mengandung


makna yang saling berkaian antara satu dengan yang lainnya. Pengertian Bimbingan
dan Konseling tersebut akan diuraikan dari masing- masing arti, namun tidak dapat
dijelaskan dengan pengertian yang satu. Pengertian bimbingan, berasal dari kata
guidance dan konseling yang dahulunya disebut atau dikenal dengan penyuluhan,
berasal dari kata counseling.

A. Pengertian Bimbingan

Secara etimologi bimbingan merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris,


yakni “guidance”. Secara harfiah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti:

1. Mengarahkan (to direct),

2. Memandu (to pilot),

3. Mengelola (to manage),

4. Menyetir (to steer).

Yang mempunyai arti “menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun


membantu” sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan
sebagai suatu bantuan atau tuntutan.

B. PengertianKonseling

Adapun pengertian konseling dari segi terminology, menurut James F. Adams,


konseling adalah: “suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang
seorang (counselor) membantu yang lain (counselee), supaya ia dapat lebih baik
memhami dirinya dalam hubungan masalah-masalah hidup yang dihadapinya pada
waktu itu dan yang akan datang.

Di samping itu istilah bimbingan selalu dirangkaikan dengan istilah konseling.


Hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling itu merupakan suatu kegiatan
yang integral (utuh atau melengkapi). Konseling merupakan salah satu teknik dalam
pelayanan bimbingan diantara beberapa teknik lainnya. Bimbingan itu lebih luas dan
konseling merupakan alat yang paling penting dari usaha pelayanan bimbingan.
C. TujuanBimbingandanKonseling

Proses Bimbingan dan Konseling di sekolah dapat berhasil apabila mempunyai


tujuan yang jelas yang akan dicapainya.Bimbingan dan konseling bertujuan untuk
membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya yang
meliputi aspek pribadi-sosial belajar (akademik) dan karir.

Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah dapat di kelompokkan menjadi tiga,


yaitu: tujuan umum, tujuan khusus, dan tujuan akhir.

Secara umum bimbingan dan konseling mempunyai tujuan yang sama dengan
tujuan pendidikan, yaitu tercapainya perkembangan kepribadian yang optimal dan
harmonis di antara unsure-unsurnya yang meliputi fisik,mental, emosional, social, dan
moral, bahkan spiritual (religious). Apabila kebribadian telah berkembang
secaraoptimal dan harmonis maka peserta didik dapat dikatakan telah dewasa. Tujuan
pendidikan adalah kedewasaan, sedangkan tujuan bimbingan adalah kemandirian.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan bimbingan dan konseling adalah
untuk mengembangkan potensi pada individu seoptimal mungkin, sesuai dengan
kemampuan agar bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan
sekolah, keluarga maupun lingkungan masyaraka.

D. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling

Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip di sini ialah hal-hal yang didapat dijadikan
pegangan di dalam proses bimbingan dan penyluhan. Terdapat beberapa prinsip dasar
yang dipandang sebagai pondasi atau landasan bag layanan bimbingan. Prinsip-
prinsip ini berasal dari konsep- konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi
dasar bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah maupun di
luar sekolah.

Menurut Elfi Mu’awanah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar dapat
melaksanakan pelayanan bimbingan dengan sebaik-baiknya, yaitu prinsip-prinsip
sebagai berikut:

a) Hendaknya dalam memberikan layanan bimbingan individu (siswa) dianggap


sebagai individu yang berkemampuan, termasuk kemampuan untuk
memecahkan masalahnya.

b) Siswa adalah individu yang berharga, sehingga tetap dihormati, mereka


(siswa) tidak boleh diremehkan, direndahkan martabatnya, baik oleh sikap
perbuatan, maupun kata-kata konselor. Konselor hendaknya menunjukkan
sikap hormat kepada klien, menunjukkan perhatian agar klien tumbuh rasa
percata terhadap konselor. Perasaan pada proses bimbingan sangat diperlukan
sekali.

Dengan memahami prinsip di atas, seorang pembimbing dapat membina sikap


positif dalam memberikan layanan kepada siswa. Karena dengan keberhasilan layanan
yang diberikan seorang pembimbing, maka akan terbentuk karakter rasa percaya diri
peserta didik terhadap mengemukakan masalahnya yang sedang dihadapi tidak
menaruh perasaan ragu-ragu, curiga, takut, dan sebagainya.

E. Fungsi Bimbingan Konseling

Sesuai dengan uraian sebelumnya bahwa bimbingan dan konseling bertujuan agar
peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya dan mampu merencanakan
masa depannya. Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai
pemberi layanan kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat
berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri. Oleh
karena itu pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang
hendak dipenuhi melalui kegiatan bimbingan dan konseling.

F. Jenis-jenis Informasi

Pada dasarnya jenis dan jumlah informasi tidak terbatas. Namun, khusunya dalam
rangka pelayanan bimbingan dan konseling, hanya akan dibicarakan tiga jenis
informasi, yaitu (a) informasi pendidikan, (b) informasi pekerjaan, (c) informasi sosial
budaya.

1. Informasi pendidikan

Dalam bidang pendidikan banyak individu yang berstatus siswa atau calon siswa
yang dihadapkan pada kemungkinan timbulnya masalah atau kesulitan. Diantara
masalah atau kesulitan tersebut berhubungan dengan (a) pemilihan program studi,
(b) pemilihan sekolah fakultas dan jurusannya, (c) penyesuaian diri dengan
program studi, (d) penyesuaian diri dengan suasana belajar, dan (e) putus sekolah.

2. Informasi jabatan
Saat-saat transisi dari dunia pendidikan kedunia kerja sering merupakan masa
yang sangat sulit bagi banyak orang muda. Kesulitan itu terletak tidak saja dalam
mendapatkan jenis pekerjaan yang cocok, tetapi juga dalam penyesuaian diri
dengan suasana kerja yang baru dimasuki dan pengembangan diri selanjutnya.

3. Informasi sosial budaya

Hal ini dapat dilakukan melalui penyajian informasi sosialbudaya yang meliputi,
macam-macam suku bangsa, adat istiadat, agama dan kepercayaan, bahasa,
potensi-potensi daerah dan kekhususan masyarakat atau daerah tertentu.

G. Tinjauan tentang Stres dalam Belajar

1. Pengertian Stres dalam Belajar

Stres dalam belajar merupakan salah satu respon stres yang terjadi di lingkungan
sekolah. Untuk mengetahui definisi mengenai stres dalam belajar, terlebih dahulu
akan dikaji mengenai pengertian stres itu sendiri. Stres menurut Peter Tyer (1993: 1)
adalah perasaan tidak enak yang disebabkan oleh persoalan-persoalan di luar kendali
kita. Batasan ini hanya menyinggung dua pandangan umum tentang stres yang hampir
universal, yaitu bahwa stres itu tidak menyenangkan dan hal itu terjadi pada diri kita,
serta kita sendiri hampir tak dapat melakukan apapun terhadapnya. mengungkapkan
bahwa stres adalah suatu kondisi atau perasaan yang dialami ketika seseorang
menganggap bahwa “tuntutan-tuntutan melebihi sumber daya sosial dan personal
yang mampu dikerahkan seseorang.

Sedangkan Sarafino (Bart Smet, 1994: 112) mendefinisikan stres sebagai suatu
kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang
menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan
sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa stres


adalah bentuk sikap atau respon seseorang yang terjadi di dalam proses penyesuaian
antara individu dengan lingkungannya, danterjadi akibat ketidakseimbangan antara
tuntutan yang dirasakan dengan kemampuan yang dirasakan untuk menemukan
tuntutan tersebut yang menimbulkan dampak tidak mengenakkan bagi kehidupan fisik
dan mental seseorang.

2. Sumber Stres dalam Belajar


Sumber-sumber stres pada umumnya meliputi 2 sumber yaitu sumber- sumber
stres internal dan sumber-sumber stres eksternal. Berikut akan dijelaskan beberapa
sumber stres ditinjau dari para ahli.

a) Sumber Stres dalam Belajar dari Internal

b) Sumber Stres dalam Belajar dari Eksternal

c) Respon Stres dalam Belajar

d) Respon Emosional

e) Respon Fisiologis

f) Respon Kognitif

g) Respon Behavioral

H. Dampak Stres dalam Belajar

Pada dasarnya dampak stres dalam belajar tidak jauh beda dengan dampak stres.
Untuk mengetahui dampak stres dalam belajar pada siswa terlebih dahulu akan dikaji
mengenai dampak stres. Dampak stres berbagai macam bentuknya. Stres dapat
berdampak pada tubuh seseorang maupun psikologis seseorang.

Stres juga berpengaruh pada kesehatan tubuh seseorang. Menurut Bob Losyk
(2007: 15) stres berdampak pada kesehatan fisik seseorang. Dampak yang diakibatkan
stres diantaranya adalah: penyakit jantung, stroke akibat tekanan darah naik, otot-otot
menegang yang kemudian menyebabkan rasa sakit, otot menjadi lemah dan letih,
menimbulkan sakit kepala, sakit punggung dan rasa sakit di berbagai bagian tubuh,
asam lambung meningkat menjadikan perut mual dan luka pada lambung, atau
mungkin diare, sistem kekebalan tubuh goyah dan menyebabkan tubuh menjadi
rentan terhadap penyakit, asma akibat stres, kanker, depresi ditandai dengan perasaan
tak bersemangat atau sedih terus-menerus, dan penyakit psikosomatik yaitu penyakit
dimana tubuh secara langsung terpengaruh oleh proses-proses pemikiran-pemikiran
negatif yang akan mengurangi kemampuan seseorang untuk menangkal penyakit, dan
akhirnya berhasil mencapai kedudukan yang kuat di dalam tubuh seseorang. dampak
stres dalam belajar adalah:

a) Menurunnya Daya Tahan Tubuh

Awalnya ditandai dengan beberapa keluhan sepeti mengeluh sakit perut atau
demam menjelang ujian. Bagi remaja yang sedang sakit, dan juga mengalami
stres nantinya akan memperparah kondisi sakitnya. Stres berkepanjangan yang
tidak ditangani hingga dewasa dapat memicu penyakit-penyakit seperti tekanan
darah tinggi, kolesterol, dan serangan jantung.

b) Respon Pikiran

Stres dalam waktu jangka panjang juga akan mempengaruhi mental remaja.
Remaja menderita kelelahan mental dan patah semangat, serta mengalami
masalah-masalah perilaku dan psikologis. Ada yang menderita depresi dan
kecemasan. Salah satu dampak psikologis lain dari stres adalah fobia. Remaja
yang terus tertekan dalam suatu hal akan mengembangkan rasa takut terhadap hal
tersebut. contohnya adalah fobia terhadap ujian. Remaja yang selalu ditekan untuk
mendapatkan nilai tinggi dalam ujian merasa ketakutan saat akan ujian, bahkan
terkadang pergi ke sekolah saja sudah cukup menimbulkan emosi negatif.

Jadi dapat disimpulkan bahwa stres dalam belajar berdampak pada kesehatan
tubuh dan juga psikologis siswa. Dampak kesehatan tubuh dapat dilihat dari
menurunnya daya tahan tubuh yang dapat menimbulkan siswa rentan terhadap
penyakit, dan dampak secara psikologis yaitu akibat pikiran-pikiran negatif yang
ada pada siswa yang menyebabkan kehilangan kepercayaan diri dan kecemasan
pada diri siswa.

I. Strategi Menangani Stres dalam Belajar

Pada dasarnya strategi dalam menangani stres belajar tidak jauh berbeda dengan
strategi dalam menangani stres pada umumnya. Untuk mengetahui bagaimana strategi
dalam menangani stres belajar, sebelumnya akan dikaji terlebih dahulu mengenai
bagaimana strategi yang sebaiknya dilakukan dalam menangani stres.

A. Menghilangkan Stres, Mekanisme Pertahanan, dan Penanganan yang Berfokus


pada Masalah

B. Strategi Penanganan Stres dengan Mendekat dan Menghindar

C. Berfikir Positif dan Self Efficacy

D. Sistem Dukungan

E. Berbagai Strategi Penanganan Stres


2.2 BENTUK – BENTUK LAYANAN DAN BIMBINGAN PADA PAUD

Bidang pendidikan mendapatkan perhatian yang cukup besar, baik itu dari
pemerintah Kementerian Pendidikan Republik Indonesia sebagai tingkatan tertinggi
dalam struktur kependidikan di Indonesia maupun kelompok masyarakat terkecil
yaitu keluarga sebagai tingkatan terendah penanggungjawaban pendidikan putra putri
Indonesia. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah, lembaga- lembaga, organisasi-
organisasi, masyarakat dan berbagai pihak untuk mewujudkan pendidikan yang sesuai
dengan harapan bersama dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Perguruan
Tinggi. Khususnya dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bimbingan
perkembangan Anak Usia Dini (AUD) sangat diperlukan.

Asumsi dasar yang melandasi bahwa PAUD memerlukan bimbingan dan


konseling adalah kesetaraan PAUD sekarang ini dengan pendidikan dasar dan
menengah. Jika di lingkungan pendidikan dasar dan menengah bimbingan konseling
sangat dibutuhkan, otomatis PAUD juga membutuhkannya. Selain keahlian dan
pengalaman pendidik, faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kecintaan yang tulus
pada anak, berminat pada perkembangan mereka, bersedia mengembangkan potensi
yang dimiliki pada anak, hangat dalam bersikap dan bersedia bermain dengan anak.

1. Ruang Lingkup Bimbingan untuk AUD

Terdapat beberapa ruang lingkup yang terdapat pada bimbingan konseling anak
usia dini yaitu bimbingan pribadi sosial, bimbingan belajar, bimbingan karir, berikut
akan penulis jelaskan secara singkat.

a. Bimbingan Pribadi sosial

Bimbingan ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan


pribadi sosial anak dalam mewujudkan pribadi yang mampu menyesuaikan diri dan
bersosialisasi dengan lingkungan secara baik. Bimbingan ini dapat membantu anak
dalam memecahkan masalah-masalah yang bersifat pribadi sosial.

b. Bimbingan Belajar

Bimbingan ini merupakan bimbingan yang diarahkan untuk membantu para anak
didik khususnya di PAUD dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
serta mencapai tujuan dan tugas pengembangan pendidikan melalui kegiatan bermain
sambil belajar yang mencakup pengembangan kemampuan dasar dan pembentukan
perilaku anak.

c. Bimbingan Karir
Bimbingan karier merupakan salah satu aspek dari bimbingan dan konseling. Tidak
tepat apabila menganggap bahwa bimbingan karier itu merupakan satu-satunya
bimbingan yang perlu ditangani. Hal tersebut perlu ditekankan untuk menghindari
kesalahpahaman yang mungkin timbul

2. Pelayanan Bimbingan Konseling pada AUD

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling pada anak usia dini, terdapat
beberapa pelayanan yang dilakukan konselor di sekolah PAUD diantaranya adalah:

1. Layanan Pengumpulan Data.

Layanan pengumpulan data merupakan salah satu komponen dalam program


bimbingan, yang sekaligus menjadi salah satu layanan bimbingan. Komponen ini
mencakup semua usaha untuk memperoleh data tentang individu, menganalisis dan
menafsirkan data, serta menyimpan data itu.

Layanan pengumpulan data ini juga merupakan layanan yang pertama yang
dilakukan guru dalam bimbingan, layanan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan
berbagai data yang berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian dan kehidupan anak
pada usia dini.

Layanan pengumpulan data ini dapat dilakukan guru ketika anak mulai belajar di
paud. Ada beberapa alat dalam pengumpulan data yaitu:

a. Pengamatan (observasi)

Pengamatan (observasi) adalah suatu teknik yang dilakukan guru untuk


mendapatkan berbagai informasi atau data tentang perkembangan dan permasalahan
anak, melalui pengamatan, guru dapat mengetahui bagaimana perubahan yang terjadi
pada anak dalam waktu tertentu. Observasi dilakukan dengan cara mengamati
berbagai perilaku atau perubahan yang terjadi yang ditunjukkan oleh anak selama
kurun waktu tertentu

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pegumpulan data permasalahan anak dengan cara
melakukan percakapan langsung baik dengan anak maupun dengan orang tua. Dengan
wawancara, guru dapat menggali lebih jauh mengenai kondisi obyektif anak. Teknik
wawancara terbagi atas dua, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tak
berstruktur.

c. Angket
Angket (kuisioner) merupakan alat pengumpulan data berupa daftar pertanyaan
yang akan disampaikan kepada orang tua untuk mendapatkan secara umum tentang
anak dan hal-hal yang berkaitan dengan anak.

Dalam menyusun angket ini guru dapat mengikuti beberapa petunjuk sebagai berikut:

- Menggunakan kalimat yang sederhana tetapi jelas dan mudah untuk

dimengerti.

- Tidak menggunakan kata yang negatif dan menyinggung perasaan orang yang

ingin ditanyai.

- Pertanyaan tidak bersifat memaksa responden untuk menjawab.

D. Sosiometri

Untuk mengetahui bagaimana keberadaan sosial anak diantara teman-temannya,


apakah anak disenangi, atau kurang disenangi oleh teman-temannya, disinilah guru
dapat melakukan teknik pengumpulan data melalui sosiometri.

e. Catatan Anekdot

Catatan anekdot dapat digunakan guru dalam memahami anak, khususnya dalam
kemampuan sosialnya. Catatan anek dot adalah cerita lucu karena menarik dan
mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan berdasarkan
kejadian yang sebenarnya

2. Layanan Informasi

Layanan ini merupakan layanan yang memungkinkan diberikan baik kepada


peserta didik dan orang tua agar dapat menerima dan memahami berbagai informasi.

Tujuan layanan

informasi adalah membantu peserta didik dan orang tua agar dapat mengambil
keputusan secara tepat tentang sesuatu dalam bidang pribadi sosial, belajar, bermain,
berdasarkan informasi yang diperoleh.Layanan ini berfungsi untuk pencegahan dan
pemahaman. Adapun jenis layanan informasi adalah:

- Informasi pendidikan

- Informasi sosial

- Informasi media pendidikan


- Informasi kesehatan

- Informasi keagamaan

- Informasi hukum

Diperlukan informasi bagi individu semakin penting mengingat kegunaan


informasi sebagai acuan untuk bersikap dan bertingkah laku sehari- hari,
sebapertimbangan bagi arah pengembangan diri, dan sebagai dasar pengambilan

keputusan.

3. Layanan Konseling Perorangan dan Kelompok

Layanan ini dapat bersifat pribadi maupun kelompok. Dalam layanan konseling
perseorangan merupakan layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang
konselor terhadap seoran klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien.
Sedangkan secara kelompok melalui layanan bimbingan kelompok.

 Diagnosis

 Prognosis

 Treatment, dan

 Evaluasi tindak lanjut

4. Layanan Penempatan dan Penyaluran

Layanan penempatan yaitu layanan yang membantu peserta didik dan orang tua
dalam memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat baik didalam kelas
maupun di rumah, baik dalam kelompok belajar, maupun kelompok bermain, serta
kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakat anak.

Layanan evaluasi dan tindak lanjut

Merupakan layanan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penanganan yang telah


dilakukan guru atau pendamping terhadap anak usia dini. Layanan Tindak Lanjut
Layanan ini merupakan layanan yang diberikan pada anak didik berdasarkan hasil
evaluasi yang dilakukan oleh guru. Layanan tindak lanjut ini disesuaikan dengan
permasalahan atau anak yang tidak mempunyai masalah.

Bila anak mengalami masalah maka sebaiknya direkomendasikan kepada psikiater


untuk penanganan selanjutnya, sedangkan anak yang tidak mempunyai masalah bisa
meneruskan bimbingan dan konselingnya secara berkelanjutan. Tindak lanjut ini
sangat penting untuk memperbaharui dan menilai profesionalisme seorang konselor.

5. Prinsip dasar bimbingan dan konseling anak usia dini

Pelaksanaan layanan bimbingan konseling pada anak usia dini tidak mengunakan
waktu dan ruang tersendiri seperti pelaksanaan layanan bimbingan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Nuansa bermain menjadi bagian dari pelaksanaan
bimbingan anak usia dini karena dunia anak adalah dunia bermain.
1. Esensi bimbingan dan konseling anak usia dini. Pelaksanaan bimbingan
juga diarahkan untuk membantu orang tua anak supaya memiliki pemahaman
dan motivasi untuk turut mengembangkan kemampuan anak karena kedekatan
anak usia dini terhadap orang tua relative masih tinggi.

2. Orientasi bimbingan dan konseling anak usia dini.

Masa anak-anak sering disebut sebagai masa “Golden Age” atau masa
keemasan karena pada masa ini anak akan sangat peka untuk mendapatkan
rangsangan-rangsangan yang membantu proses perkembangannya.

3. Konsep yang mendasari pelaksanaan bimbingan dan konseling anak usia


dini. 

Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pada anak usia dini pada
dasarnya berangkat dari pemahaman tentang perkembangan anak bahwa setiap
anak memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda.

4. Bentuk layanan bimbingan dan konseling anak usia dini.

Bentuk layanan bimbingan dan konseling anak usia dini merujuk pada
jumlah anak pada saat guru atau pendamping melakukan bimbingan. Bentuk
layanan bimbingan dapat dilakukan secara individual atau kelompok
disesuaikan dengan situasi dan kondisi anak-anak
.
5. Setting layanan bimbingan dan konseling anak usia dini.

Pelaksanaan bimbingan dan konseling anak usia dini dapat menggunakan


setting individual, kelompok dan klasikal. Setting ini digunakan sesuai dengan
kebutuhan layanan bimbingan.
6. Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini

Pelaksanaan program bimbingan dan konseling anak usia dini dibagi dua bahasan,
yaitu:
 Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang berorientasi kepada semua anak.
 Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang berorientasi kepada masalah yang
dihadapi anak.

2.3 EVALUASI BIMBINGAN KONSELING

a. Pengertian Evaluasi Bimbingan Konseling

Menurut Suharsimi Arikunto secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa inggris
yaitu evoluation, yang berasal dari kata value. Kemudian dalam bahasa Arab evaluasi
yang disebutkan dengan al- Taqwim, dan dalam bahasa indonesia berarti penilaian.
Worthen dan Sanders dalam Anderson dalam Suharsimi mengatakan evaluasi adalah
kegiatan yang mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu
tersebut, juga termasuk informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu
program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai
tujuan yang sudah ditentukan. Evaluasi dapat pula diartikan sebagai proses
pengumpulan informasi (data) untuk mengetahui efektivitas kegiatan-kegiatan yang
telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan. Pengertian lain evaluasi
adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala,
berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan
sikap dan prilaku atau tugas-tugas perkembangan para siswa melalui program
kegiatan yang telah dilaksanakan.

b. Jenis-jenis Evaluasi Bimbingan Konseling

Evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling


terdiri dari beberapa jenis yaitu :

I. Evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui keberhasilan dankelemahan


atau ketidakberhasilan suatu program yang dibuat dengan cermat, akuratyang
sesuai dengan standar atau kriteria dari objek yang dievaluasi.
II. Evaluasi proses adalah penilaian terhadap pelaksanaan program untuk
memberikan umpan balik dari objek yang telah dievaluasi.
III. Evaluasi hasil adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui perolehan klien
setelah mengikuti layanan bimbingan dan konseling.

Dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada evaluasi program bimbingan
dan konseling. Hal ini dilakukan agar mengetahui sejauh mana program yang
dirancang bisa berjalan sesuai dengan dilakukan dan mengetahui sejauh mana
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaannya

c. Fungsi Evaluasi Bimbingan Konseling

 Memberikan umpan balik (feed back) kepada guru pembimbing untuk


memperbaiki atau mengembangkan program bimbingan dan konseling.
 Memberikan informasi kepada pimpinan sekolah, guru mata pelajaran dan
orang tua siswa tentang perkembangan siswa agar secara bersinergi atau
berkolaborasi meningkatkan kualitas implementasi program bimbingan
konseling di sekolah.

2. 4 KARAKTER GURU SEBAGAI PEMBIMBING

Guru sebagai tenaga pendidik memiliki karakteristik kepribadian yang sangat


berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan diri siswa atau anak didiknya.
Kepribadian yang baik dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik
terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok
yang patut “digugu”(ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap
dan perilakunya). Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan
belajar anak didik. Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah (2000) menegaskan
bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan
pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih
kecil seperti di TK/RA (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami
kegoncangan jiwa (tingkat menengah).

Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam


menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan
psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta merupakan kemampuan
berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi
tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan
berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan terhadap
ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan.

Di era otonomi daerah saat ini kebutuhan akan adanya tenaga guru pembimbing di
TK/RA, sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Kejuruan,
khususnya di Sekolah Menengah Atas (SMA), semakin mendesak. Hal ini dapat
dilihat dari kenyataan yang ada di lapangan, semakin Banyak siswa atau anak
didiknya yang membutuhkan bimbingan dan konseling. Banyak siswa atau anak didik
merasa bingung dengan perannya dalam pergaulan, dalam belajar, dan dalam
penyesuaian diri. Kebingungan yang dialami oleh para siswa atau anak didik tidak
lepas dari tugas perkembangannya sebagai seorang remaja yang harus
dilaksanakannya. Atas dasar itu sekolah perlu menyelenggarakan pelayanan
bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh guru-guru pembimbing yang
profesional dalam bidangnya.

Profesi guru dewasa ini berkembang sesuai dengan fungsinya, membina,


mendidik dan membimbing untuk mencapai tujuan pendidikan.Lebih-lebih dalam
sistem sekolah sekarang ini, masalah pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan
tenaga pengajar perlu mendapat perhatian yang serius. Bagaimanapun baiknya
kurikulum, administrasi, dan sarana prasarana pendidikan, kalau tidak diimbangi
dengan peningkatan kualitas guru-guru,tidak akan membawa hasil yang diharapkan.
Oleh karena itu, peningkatan mutu tenaga-tenaga pengajar untuk membina siswa
adalah unsur yang penting bagi pembaruan dunia pendidikan.

Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah adalah memberikan
pelayanan kepada para siswa atau anak didik agar mereka menjadi siswa atau anak
didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Melalui bidang pendidikan, guru
mempengaruhi aspek kehidupan, baik sosial, budaya maupun ekonomi.

Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang


bertugas sebagai pendidik. Guru memegang berbagai jenis peranan yang mau tidak
mau harus dilaksanakannya sebagai guru. Yang dimaksud sebagai peran adalah pola
tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas semua petugas dari pekerjaan atau
jabatan tertentu. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak
melalui interaksi belajar mengajar.

Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar


mengajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar disamping
menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain : guru harus mampu
menciptakan situasi kondisi belajar yang sebaik-baiknya.

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai


pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri
secara maksimum terhadap sekolah, keluarga serta masyarakat.

Dalam keseluruhan proses pendidikan guru merupakan faktor utama. Dalam


tugasnya sebagai pendidik, guru memegang berbagai jenis peran yang mau tidak mau
harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut
pola tingkah laku tertentu pula.

 Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing, seorang guru harus :


Mengumpulkan data tentang siswa atau anak didiknya,mengamati tingkah
laku siswa atau anak didik dalam situasi sehari-hari,
 Mengenal para siswa atau anak didik yang memerlukan bantuan khusus,
 Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orangtua siswa baik secara
individu maupun secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian
tentang pendidikan anak, bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga
lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa, membuat catatan
pribadi siswa atau anak didiknya serta menyiapkannya dengan baik,
 Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu, bekerja sama dengan
petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa
atau anak didik.
 Menyusun program bimbingan sekolah bersamasama dengan petugas
bimbingan lainnya, meneliti kemajuan siswa baik di sekolah maupun di luar
sekolah

Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa peran guru baik sebagai pengajar
maupun sebagai pembimbing pada hakekatnya saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Dengan kata lain, kedua peran tersebut harus dilaksanakan secara
berkesinambungan dan sekaligus merupakan keterpaduan. Dari fakta-fakta di atas,
jelas bahwa “karakter guru” sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar
siswa di tingkat pendidikan dasar dan menengah. Karena karakter guru sangat
berpengaruh terhadap rasa suka atau tidak suka terhadap pelajaran yang diampunya.
Padahal rasa suka sangat diperlukan untuk modal awal keberhasilan dalam belajar.

Seorang guru pembimbing di sebut profesional dalam melaksanakan tugas –


tugasnya bila ia antara lain memiliki ciri – ciri kepribadian tertentu yang
menunjangnya menyelesaikan tugas–tugasnya sebagai seorang guru pembimbing.
Oleh karena itu perlu kiranya diketahui ciri – ciri kepribadian yang diharapkan ada
pada seorang guru pembimbing.

Kondisi ideal yang diharapkan adalah seorang guru pembimbing memiliki ciri –
ciri kepribadian yang sesuai dengan harapan siswa atau anak didiknya. Harapan –
harapan tersebut antara lain guru pembimbing hendaknya memiliki kepribadian yang
menarik, ramah, akrab dan bisa memahami siswa atau anak didiknya.

Dengan demikian pelayanan bimbingan yang di berikan baik secara klasikal


maupun individual di harapkan dapat mencapai tujuan. Pelayanan bimbingan akan
lebih efektif apabila ada kesesuaian antara keinginan siswa mengenai pribadi guru
pembimbing dan ciri–ciri kepribadian guru pembimbing yang ada. Dengan kata lain
jika keinginan siswa atau anak didik mengenai ciri–ciri kepribadian tersebut tidak ada
maka pelayanan bimbingan tidak akan efektif.

Selain itu, apabila guru pembimbing tidak mampu menunjukan sikap, sifat dan
kemampuan seperti yang diharapkan siswa atau anak didiknya dalam memberikan
layanan bimbingan, maka siswa atau anak didik akan mengalami kesulitan untuk
membuka diri dalam menerima layanan dan dapat pula menimbulkan pandangan yang
negatif dalam diri siswa atau anak didik tentang guru pembimbing. Dengan demikian
pelayanan bimbingan tidak dapat terlaksana seperti yang diharapkan dan di
rencanakan.

Mengacu paparan di atas, jadi kita sebagai calon guru pembimbing tertariki
dengan ciri – ciri kepribadian guru pembimbing yang diinginkan oleh siswa atau anak
didiknya. Dengan harapan guru pembimbing mengetahui kepribadian seperti apa yang
diinginkan siswa atau anak didik dan berusaha untuk memiliki kepribadian yang ideal
sehingga kelak menjadi lebih siap menjalankan tugas sebagai guru pembimbing
BAB III

PENUTUP

3. 1 KESIMPULAN

Bimbingan dan konseling diartikan sebagai proses mengadakan, mengatur, dan


memanfaatkan berbagai sumber daya yang dianggap penting guna mencapai suatu
tujuan layanan bimbingan dan konseling. Pelaksanaan dan Pengarahan Program
Bimbingan Konseling ada 2 program yaitu Prorgam tahunan sebagai program
sekolah dan program kegiatan layanan bagi setiap Guru Pembimbing.
Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling merupakan upaya menilai
efisiensi dan efektivtas pelyanan bimbingan dan koseling di sekolah.

3.2 SARAN

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat mewujudkan suatu kemampuan


yang dapat berkembang secara optimal apabila mendapat bimbingan dan konseling
yang terarah.

Anda mungkin juga menyukai