Anda di halaman 1dari 20

KONSELOR

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Bimbingan dan Konseling”

Dosen pengampu :
Edy Purnomo

Disusun oleh : Kelompok 2

Azhammiatul Lathifah (201180286)


Ahmad Wahyudi (201180)
Charisudin (201180290)
Ivan (201180)

Kelas : PAI.H

JURUSAN TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2020

1
Kata pengantar

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh


Puji syukur bagi Allah Subhanahuwata’ala dengan rahmat-Nya yang tak
terhingga karena telah memberikan nikmat iman dan islam. Shalawat dan salam
selayaknya kita curahkan kepada Baginda Rasul, Muhammad
Shallallahu’alaihiwasallam yang telah menuntun teladan jalan kebenaran. Berkat
rahmat dan karunia-Nya ini, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul,
“konselor”.
Kami haturkan terima kasih kepada:
1. Dosen pengampu mata kuliah Bimbingan dan Konseling, Edy
purnomo.
2. Teman-teman kelas PAI H yang telah mendukung kami dalam
menyelesaikan makalah ini.

Adapun mengenai isi dari makalah ini pasti banyak hal-hal yang perlu di
perbaiki mengingat kami adalah orang yang sedang belajar. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun sangat diperlukan.
Akhir kata dari kami semoga makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan bermanfaat kepada siapa saja yang membacanya.
Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh

Ponorogo, 12 Februari 2020

Penyusun.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... 1

KATA PENGANTAR........................................................................................ 2

DAFTAR ISI....................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................ 4

B. Rumusan Masalah................................................................................... 5

C. Tujuan..................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Konselor dan Pendidikan konselor.......................................................... 6

B. Kualitas pribadi konselor........................................................................ 8

C. Kompetensi profesional konselor............................................................ 10

D. Perbedaan konselor, psikolog dan psikiater............................................15

BAB III PENUTUP

Kesimpulan......................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Saat ini kita hidup dalam dunia yang kompleks, sibuk, dan terus
berubah. Hal tersebut membuat beberapa masalah, khususnya juga terjadi
dalam dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan masalah-masalah yang
muncul banyak dialami oleh para siswa, misalnya masalah belajar,
masalah pribadi siswa, maupun masalah psikologi siswa. Hal tersebut
membuat beberapa masalah yang dapat menggangu dalam proses
pendidikan.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah
yang timbul, salah satu di antaranya adalah dengan mencari dan
memberikan solusi pada klien itu sendiri atau bisa disebut konseling.
Permasalahan-permasalahan dalam pendidikan tiap sekolah bahkan tiap
anak berbeda-beda, oleh katena itu dibutuhkan solusi yang berbeda pula
sehingga beberapa teori-teori tentang konseling ini bermunculan. Dalam
melakukan konseling tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, maka
dari itu muncul istilah konselor. Konselor ialah seseorang yang memberi
solusi pada masalah-masalah tersebut.
Di dalam suatu Bimbingan Penyuluhan atau Bimbingan
Konseling, tentu sangat dibutuhkannya seorang konselor yang berperan
penting dalam proses konseling tersebut. Karena konselor merupakan
seorang pathner klien dalam membuka diri dan juga sebagai psikonalis.
Tapi konselor pun harus mengerti mengenai teori dalam bimbingan
konseling, hal ini agar konselor mampu untuk mengatasi masalah dengan
cara yang tepat yang sesuai dengan teori konseling.
Maka dalam makalah ini yang akan dibahas adalah mengenai teori
konselor itu sendiri. Diharapkan dengan makalah ini, maka pembaca akan
mampu mengerti, memahami, dan mengaplikasikan apa yang ada dalam
makalah ini.

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Siapakah konselor itu ?
2. Apa saja kualitas pribadi konselor ?
3. Apa kompetensi dari konselor ?
4. Apa perbedaan konselor, psikolog dan psikiater ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui makna konselor.
2. Untuk mengetahui apa saja kualitas pribadi konselor.
3. Untuk mengetahui kompetensi dari konselor.
4. Untuk mengetahui perbedaan dari konselor, psikolog dan
psikiater.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSELOR DAN PENDIDIKAN KONSELOR


1. Konselor
Konselor adalah seseorang yang memiliki keahlian dalam bidang
pelayanan konseling, sebagai tenaga profesional. Lebih lanjut Kartini
menyebutkan bahwa konselor seperti seorang ayah yang baik, penuh
perhatian serta pengertian, dan siap sedia menolong dirinya, atau
sebagai ibu yang ramah dan memberikan ketenangan kepadanya. Hal
yang sama juga disampaikan Yusuf Gunawan bahwa seorang konselor
adalah guru pembimbing yang membantu siswa untuk menjalani
bimbingan tersebut.1
Dari beberapa uraian tentang konselor di atas, maka dapat
dipahami bahwa konselor adalah seorang tenaga profesional yang
memberikan bantuan kepada klien/konseli yang mengalami kesulitan
atau permasalahan yang tidak bisa diatasi sendiri dengan tujuan untuk
memecahkan permasalahan. Konselor dalam konteks ini bertugas
secara profesional yaitu seseorang yang sudah menerima latihan serta
dididik dengan khusus untuk menguasai segala sesuatu yang
berhubungan dengan bimbingan dan konseling baik dalam
pengetahuan, pengalaman, dan pribadinya dalam bimbingan dan
konseling. Hal ini tentunya menjadi prasyarat untuk menjadi konselor
demi tercapainya tujuan pemberian layanan bimbingan.
Konselor sebagai pelaksana bimbingan konseling harus memiliki
kompetensi khusus, hal ini sejalan dengan firman Allah SWT yang
menjelaskan kalangan yang dapat memberikan penerangan, yaitu yang
artinya:

1
Hartono, dkk. Psikologi Konseling Edisi Revisi, (Surabaya: Kencana 2012), hlm.50

6
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka Dialah yang
mendapat petunjuk; dan Barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka
kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat
memberi petunjuk kepadanya”. (QS. Al-Kahfi: 17).
Ayat di atas menegaskan kepada kita bahwa seorang konselor
harus mengacu kepada konsep agama dan tuntunan Ilahi. Berbagai
problematika kehidupan yang dihadapi konseli atau manusia pada
umumnya, sejatinya tidak terjadi kecuali izin Allah SWT, sehingga
konselor sekalipun tidak mampu memberikan solusi dan jalan keluar
dari masalah yang dihadapi oleh konseli/klien kecuali konselor yang
mendapat pertunjuk dan solusi masalah yang Allah ridhai2.

2. Pendidikan Konselor
Konselor adalah tenaga pendidik profesional yang telah
menyelesaikan pendidikan akademik Strata Satu (S-1) program studi
Bimbingan dan Konseling dan Program Pendidikan Profesi dari
perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan kependidikan
yang terakreditasi. Sedangkan bagi individu yang menerima pelayanan
profesi bimbingan dan konseling disebut konseli/klien, dan pelayanan
bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal dan non formal
diselenggarakan oleh konselor. Kualifikasi akademik konselor dalam
satuan pendidikan pada jalur pendidikan adalah:
a. Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan
Konseling; dan
b. Berpendidikan Profesi Konselor (PPK).

Hanya sedikit orang yang mempunyai kemampuan untuk bekerja


secara efektif menjadi konselor, tanpa pernah mengenyam pendidikan
formal di bidang konseling. Tingkat pendidikan yang dibutuhkan
berkaitan langsung dengan intensitas, keahlian dan pekerjaan yang
menjadi fokus yang dipegang seseorang.3
2
Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama,1992), hlm.207
3
Ibid., hal-210

7
B. KUALITAS PRIBADI KONSELOR
Dalam konteks bimbingan dan konseling kualitas pribadi konselor
dalam hal sikap dan perilaku sehari-hari akan menjadi modal utama dan
pertama dalam menjalankan bimbingan dan konseling yang efektif. Hal itu
terjadi karena hanya dengan kualitas pribadi yang tinggilah tujuan
konseling akan tercapai, yang lainnya ditentukan oleh teknik yang
digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya kualitas pribadi
yang harus dimiliki oleh konselor. Cavanagh merekomendasikan 12
kualitas pribadi seorang konselor, yaitu:
1. Pemahaman tentang diri sendiri ; karakteristik yang ditunjukkan
adalah menyadari kebutuhannya, menyadari perasaannya, menyadari
faktor yang membuat kecemasan dalam konseling dan cara yang
dilakukan untuk mengurangi kecemasan, dan menyadari akan
kelebihan dan kekurangan diri.
2. Kompetensi, upaya mendapatkan kualitas secara fisik, intelektual,
emosional, sosial dan kualitas moral yang harus dimiliki oleh
konselor.
3. Keadaan psikologis konselor yang baik, konselor yang memiliki
kesehatan psikologis yang baik memiliki karakteristik, mencapai
kepuasan akan kebutuhannya, proses konseling tidak dipengaruhi oleh
pengalaman masa lalu dan pengalaman pribadi di luar proses konseling
yang tidak memilliki implikasi penting dalam konseling.
4. Dapat dipercaya, konselor dituntut untuk konsisten dalam ucapan dan
perbuatan, memakai ungkapan verbal dan non verbal untuk
menyatakan jaminan kerahasiaan, tidak pernah membuat seseorang
menyesal telah membuka rahasianya.
5. Kejujuran, konseor bersifat terbuka, otentik dan penuh keihklasan.
6. Memiliki kekuatan untuk mengayomi klien, kemampuan untuk
membuat klien merasa aman yang ditunjukkan dalam hal memiliki
batasan yang kebekuan suasana, berbagi pengalaman emosional dan
memungkinkan klien menjadi peduliberalasan dalam berpikir, dapat

8
mengatakan sesuatu yang sulit dan membuat keputusan yang tidak
populer, fleksibel dan menjaga jarak dengan klien (tidak terbawa
emosi klien).
7. Kehangatan, merupakan pada dirinya sendiri.
8. Pendengar yang aktif, ditunjukkan dengan sikap dapat
komunikasi yang sering dilakukan secara non verbal, dengan
tujuan untuk mencairkan berkomunikasi dengan orang di luar
kalangannya sendiri, memberikan perlakukan kepada klien dengan
cara yang dapat memunculkan respons yang berarti, dan berbagi
tanggung jawab secara seimbang dengan klien
9. Kesabaran, sikap sabar ditunjukkan dengan kemampuan konselor
untuk bertoleransi pada keadaan yang ambigu, mampu berdampingan
secara psikologis dengan klien, tidak merasa boros waktu, dan dapat
menunda pertanyaan yang akan disampaikan pada sesi berikutnya.
10. Kepekaan, memiliki sensitivitas terhadap reaksi dirinya sendiri
dalam proses konseling, dapat mengajukan pertanyaan yang
“mengancam” klien secara arif dan peka terhadap hal-hal yang mudah
tersentuh dalam dirinya.
11. Kebebasan, sikap konselor yang mampu membedakan antara
manipulasi dan edukasi serta pemahaman perbedaan nilai kebebasan
dan menghargai perbedaan.
12. Kesadaran menyeluruh, memiliki pandangan secara menyeluruh
dalam hal menyadari dimensi kepribadian dan kompleksitas
keterkaitannya, terbuka terhadap teori-teori perilaku.

Paparan mengenai kualitas pribadi konselor yang sangat ideal di


atas, tidak dapat dipenuhi oleh seorang konselor secara utuh keseluruhan.
Namun, konselor tetap harus berupaya memenuhinya sebanyak mungkin
dengan tetap memiliki ciri pribadi sendiri yang khas (unik). Menjadi
konselor yang baik, yaitu konselor yang efektif, perlu mengenal diri
sendiri, mengenal konseli, memahami maksud dan tujuan konseling, serta
menguasai proses konseling. Membangun hubungan konseling (counseling
relationship) sangat penting dan menentukan dalam melakukan konseling.

9
Seorang konselor tidak dapat membangun hubungan konseling jika
tidak mengenal diri maupun konseli, tidak memahami maksud dan tujuan
konseling serta tidak menguasai proses konseling. Sifat dan karakteristik
konseling sangat menentukan pribadi konselor, idealnya pribadi konselor
dapat mengaktualisasikan diri menjadi pribadi yang bijak dan berorientasi
humanistik, peduli terhadap tuntutan profesi. Dengan kualitas pribadi
yang baik maka tujuan dari konseling diharapkan dapat tercapai, selain itu
didukung oleh kompetensi-kompetensi lainnya seperti kompetensi
akademik, sosial dan profesional.4

C. KOMPETENSI PROFESIONAL KONSELOR


Dalam Permendiknas No. 27 tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor dinyatakan bahwa
kompetensi yang harus dikuasai guru Bimbingan dan Konseling/Konselor
mencakup 4 (empat) ranah kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional5.
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Arti lain dari kompetensi spesifikasi dan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya di
dalam pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan di
lapangan.

1. Kompetensi kepribadian
Kepribadian pada prinsipnya adalah kesatuan atau susunan antara
aspek mental, seperti pikiran, perasaan, dan aspek perilaku yang
merupakan perbuatan nyata, aspek-aspek ini berhubungan satu dengan
lainnya secara fungsional dalam individu sehingga bertingkah laku
secara tetap dan khas.
4
Cavanagh, ME. 1982. The Counseling Experience : A Theoretical and Practical Approach.
Monterey. California : Brooks/Cole Publishing Company. Hal-174-175
5
Permendiknas No. 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor.

10
Adapaun kompetensi kepribadian konselor adalah sebagai berikut:

a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Dalam Permendiknas No. 27 tahun 2008 tentang Beriman dan


bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meliputi:

1). Menampilkan kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan


Yang Maha. Ciri ini hendaknya tampil dalam perilaku keseharian seorang
konselor, dalam memperlakukan klien dan dalam pengambilan keputusan
ketika merancang pendekatan yang akan dipergunakan.

2). Konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran


terhadap pemeluk agama lain.

3). Berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur. Karakteristik ini


memberikan gambaran bahwa konselor dituntut untuk selalu bertindak
dan berperilaku sesuai nilai, norma, dan moral yang berlaku. Ciri ini
hendaknya tercermin pada diri konselor dalam perilaku kesehariannya
maupun dalam segala tindakan konseling.

b. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas


dan kebebasan memilih.
Dalam Permendiknas No. 27 tahun 2008 tentang Menghargai dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan
memilih, meliputi:
1). Mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia
sebagai makhluk (spiritual, bermoral, sosial, individual, dan berpotensi).
Konselor hendaknya memandang klien bukan sebagai makhluk yang dapat
diperlakukan semena-mena sesuai rasa senang konselor (dianggap
mainan). Konselor hendaknya memandang klien sebagai makhluk yang
hidup dalam lingkaran dan suasana moral yang berlaku, sehingga
keputusan konseling tidak hanya didasarkan pada pemikiran rasional
semata-mata. Karakteristik ini juga memiliki makna bahwa seorang
konselor hendaknya memperlakukan klien sebagai individu normal yang
sedang berkembang mencapai tingkat tugas perkembangannya dengan

11
segala kekuatan dan kelemahannya yang hidup dalam suatau lingkungan
masyarakat.
2). Menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada
umumnya dan konseli pada khususnya
3). Peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli
pada khususnya.
4). Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak
asasinya. Karakteristik ini menunjuk pada suatu perlakuan konselor
terhadap klien dengan didasarkan pada anggapan bahwa klien sama
dengan dirinya sendiri sebagai makhluk yang mempunyai harkat dan
martabat mulia. Klien memiliki hak asasi yang harus dihargai dan tidak
boleh diabaikan dalam perlakuan-perlakuan konselor kepadanya.
5). Toleran terhadap permasalahan konseli.
6). Mampu bersikap demokratis. Konselor tidak boleh membeda-bedakan
perlakuan kepada klien. Hendaknya klien diperlakukan sama dan
sederajat, baik dengan konselor maupun dengan klien lainnya6.

2. Kompetensi Sosial
Kompetensi social Merupakan kemapuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Didalam versi lain juga dikatakan bahwa kompetensi guru sosial
merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan
tugas sebagai anggota masyarakat dan warga Negara.
Secara garis besar pengertian dari kompetensi social dapat di
kelompokkan sebagai berikut:
a. Sosial Intelligence
Kompetensi sosial adalah kemampuan seorang guru dan dosen
untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efesien
dengan peserta didik, guru, orang tua, dan masyarakat sekitar.
6
Permendiknas No. 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor.

12
b. Indikator Kompetensi Sosial
1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat
2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame
pendidik,tenaga pendidika, dan orang tua/wali
4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

3. Kompetensi Pedagogik
Kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Sub kompetensi dalam kompetensi Pedagogik adalah :
a. Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi
memahami peserta didik dengan memamfaatkan prinsip-prinsip
perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan
mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan
pendidikan untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi
memahmi landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan
pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan
karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan
materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan
strategi yang dipilih.
c. Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar ( setting)
pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi
merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan
hasil belajar secara berkesinambungan denga berbagai
metode,menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk
menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level), dan

13
memamfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan
kualitas program pembelajaran secara umum.
e. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensinya meliputi memfasilitasi peserta didik untuk
pengembangan berbagai potensi akademik, dan
memfasilitasipeserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi
nonakademik

4. Kompetensi profesional
Standar Nasional Pendidikan,penjelasan pasal28 ayat 3 butir c
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional
adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan.
Sedangkan PP Nomer 74 tahun 2008 menjabarkan bahwa
kompetensi profesional guru merupakan kemapuan guru dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni
dan budaya yang diampu.
Maka dapat disimpulkan bahwa Kompetensi Profesional guru
adalah sejumlah kompetensi yang berhubungan dengan profesi yang
menuntut berbagai keahlian dibidang pendidikan atau keguruan.
Kompetensi Profesional merupakan kemampuan dasar guru dalam
pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, bidang studi
yang dibinanya, sikap yang tepat tentang lingkungan PBM dan
mempunyai ketrampilan dalam teknik mengaja7.

D. PERBEDAAN KONSELOR, PSIKOLOG DAN PSIKIATER


Mengapa sebagian dari masyarakat enggan mengunjungi psikiater
dan Psikolog? Alasan yang paling umum adalah, masih tersisa stigma jika

7
http://unrika.ac.id/2013/12/16/kompetensi-guru-bimbingan-dan-konseling-dan-upaya-
pembinaan/.

14
mengunjungi psikiater dsb. Seolah orang yang ke psikiater atau psikolog
menderita gangguan jiwa berat.
Dalam pengalaman sehari-hari sebagai terapis, masih banyak klien
yang belum paham beda Psikolog, Psikiater dan Konselor. Sebagai
konselor tak jarang klien memanggil saya dokter. Padahal saya bukan
dokter, tapi Konselor. Orang mengira psikiater hanya memberi obat
padahal bukan. Mereka juga punya kemampuan memberikan terapi atau
konsultasi.
Secara umum ketiganya sama-sama memberikan konsultasi atau
bimbingan untuk masalah tertentu. Namun ada perbedaan mendasar dari
ketiganya yang perlu kita pahami yaitu :

1. Psikiater
Seorang psikiater adalah dokter yang sudah mengambil spesialis
kedokteran jiwa. Gelar mereka biasanya ditulis dr. Nama, SpKJ.
Contoh, dokter Andri SpKj yang juga kompasianer, dibelakang
namanya ada SpKj. Singkatan: Spesialis Kedokteran Jiwa.
Setelah lulus sarjana kedokteran (dokter Umum) seseorang yang
hendak menjadi psikiater harus mengambil keahlian bidang psikiatri
sekitar lima tahun. Baru layak menyandang gelar spesialisasi Psikiater.
Psikiater bertugas memberikan konsultasi seputar kesehatan jiwa.
Sebab mereka dilengkapi dengan berbagai kemampuan baik konseling
dan psikoterapi. Mereka belajar keahlian ini (dihitung dari S1) selama
sepuluh tahun, bahkan bisa lebih.
Disamping itu psikiater berhak memberikan (resep) obat kepada
pasien atau klien. Psikolog dan konselor sama sekali tidak berhak
mengeluarkan resep. Psikiater masing-masing juga melengkapi dengan
keahlian khusus sesudah tamat dari spesialisasi, baik di dalam hingga
ke luar negri. Sayangnya jumlah Psikiater di Indonesia masih minim
alias kurang memadai, yakni hanya sekitar 600 Orang. Banyak daerah
kabupaten yang belum memiliki psikiater.

15
2. Psikolog
Psikolog adalah gelar profesi yang diberikan kepada seseorang
yang sudah lulus sarjana Psikologi. Biasanya setelah lulus S1 Psikologi
perlu waktu satu setengah tahun hingga dua tahun menyelesaikan gelar
profesi Psikolog.
Gelar mereka adalah Nama, M.Psi, Psikolog. Namun setelah tahun
setelah tahun 1992, lulusan S1 yang studi selama 4-5 tahun ( Sarjana
Psikologi) melanjutkan ke S2 Program profesi dan baru disebut dengan
Psikolog. Lamanya sekitar 2 tahun.
Seorang psikolog ada yang bekerja atau praktek sebagai psikologi
klinis di rumah sakit. Selain itu ada psikolog dengan spesialisasi
psikologi industri dan organisasi dan psikologi pendidikan. Psikolog
industri dan organisasi biasanya bekerja di bagian Human Resources
and Development (HRD). Sedangkan Psikolog pendidikan
berkecimpung di dunia pendidikan, seperti konselor di sekolah,
Psikolog biasanya menggunakan pendekatan sosial dari permasalahan
kejiwaan.
Mereka mempelajari aspek sosial dari individu tersebut, seperti
keluarga, norma masyarakat dan agama. Dalam menentukan diagnosa
dan penyebab, mereka akan melakukan wawancara dengan klien dan
keluarganya. Kalau psikiater memberikan obat atau medikasi medis,
maka psikolog menggunakan pendekatan konseling intervensi, terapi
tertentu hingga alat tes.
Untuk membantu diagnosa, psikolog terkadang menggunakan
bantuan tes-tes psikologi. Fungsinya untuk membantu psikolog dalam
menentukan diagnosa. Untuk menyembuhkan atau menghilangkan
permasalahan kejiwaan, psikolog menggunakan terapi konseling dan
intervensi. Jenis tes itu antara lain tes IQ, minat, bakat, karir, tes
kepribadian, dll.

3. Konselor

16
Sekolah konselor ada dua. Di dunia pendidikan umum di kenal
dengan jurusan BK, bimbingan Konseling. Sudah ada program
sertifikasi BK dengan lembaga bernama ABKIN, Asosiasi Bimbingan
Konseling Indonesia. Umumnya mereka bekerja sebagai konselor di
sekolah, TK hingga SMU. Banyak sekolah yang baik menyediakan
guru BK bagi siswanya.
Ada juga lulus sebagai konselor dari Sekolah Tinggi Teologi (STT)
keagamaan (yang penulis tahu hanya di lingkungan Kristen). Jurusan
ini dikenal dengan Konseling Pastoral. Di jurusan Master bidang
konseling ini dipelajari teologi, psikologi dan ilmu konseling. Syarat
mengambil jurusan tersebut harus sudah S1 umum atau S1 Teologi.
Lamanya adalah sekitar 2-4tahun.
Lulusan konselor pastoral ini biasa bekerja di lembaga keagamaan
seperti gereja, konselor di sekolah atau yayasan konseling. Pendekatan
konselingnya menggunakan pendekataan keagamaan. Psikolog atau
psikiater biasanya lebih bersifat umum, meski ada juga yang memakai
pendekatan integratif biopsikospiritual.
Di negara kita Sebagian orang masih belum merasa nyaman
bertemu dengan psikiater atau Psikolog (karena stigma negatif
tertentu). Karena itu mereka merasa lebih nyaman bertemu konselor.
Selain konsultasi, Kadang mereka butuh didoakan atau dibacakan kitab
suci. Selain itu biaya konseling di lembaga sosial ini jauh lebih
terjangkau dibandingkan dengan psikolog atau ke dokter (psikiater)

Baik psikiater maupun psikolog memiliki hubungan yang erat dan


saling bekerja sama. Karena masalah kejiwaan manusia tidak disebabkan
oleh satu faktor saja tapi multi faktor yang saling mempengaruhi. Itu
sebabnya mereka biasanya saling memerlukan agar permasalahan klien
bisa diselesaikan secara menyeluruh.

Misalnya gangguan skizofrenia atau depresi merupakan keahlian


psikiater karena keduanya penyebab utamanya adalah faktor biologis dan

17
perlu penanganan biologis. Sedangkan permasalahan sosial seperti
keluarga dibantu proses konseling oleh seorang Psikolog atau Konselor.

Jika Anda pergi ke Psikiater dia akan merujuk Anda ke psikolog


atau konselor jika ia merasa Anda memerlukan bantuan terapi yang
sifatnya jangka panjang. Sebab obat sering hanya untuk jangka waktu
tertentu saja, tetapi konsultasi bisa lebih panjang.

Sebagai konselor harus bekerjasama dengan psikolog dan psikiater.


Jika klien butuh psikotes, konselor merujuk klien ke seorang Psikolog.
Termasuk konsultasi atau intervensi lanjutan dengan keahlian terapi
khusus oleh Psikolog. Jika klien dianggap membutuh obat karena ada
halusinasi, gangguan tidur dsb, biasanya direfer ke seorang Psikiater.
Sebab klien dengan kasus depresi berat tidak bisa dikonseling. Dia harus
minum obat terlebih dahulu. Jika sudah tenang dan bisa berkomunikasi
baik, baru bertemu dengan konselor atau Psikolog8.

BAB III

PENUTUP

8
https://id.scribd.com/doc/257596884/Beda-Psikiater-Konselor-Psikolog.

18
KESIMPULAN

1. Konselor adalah seseorang yang memiliki keahlian dalam bidang


pelayanan konseling, sebagai tenaga profesional. Lebih lanjut Kartini
menyebutkan bahwa konselor seperti seorang ayah yang baik, penuh
perhatian serta pengertian, dan siap sedia menolong dirinya, atau
sebagai ibu yang ramah dan memberikan ketenangan kepadanya. Hal
yang sama juga disampaikan Yusuf Gunawan bahwa seorang konselor
adalah guru pembimbing yang membantu siswa untuk menjalani
bimbingan tersebut
2. Cavanagh merekomendasikan 12 kualitas pribadi seorang konselor,
yaitu, Pemahaman tentang diri sendiri, Kompetensi, Keadaan
psikologis konselor yang baik, Dapat dipercaya, kejujuran, Memiliki
kekuatan untuk mengayomi klien, kehangatan, Pendengar yang
aktif, kesabaran, kepekaan, Kesadaran menyeluruh, dan kebebasan.
3. Dalam Permendiknas No. 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Konselor dinyatakan bahwa kompetensi
yang harus dikuasai guru Bimbingan dan Konseling/Konselor
mencakup 4 (empat) ranah kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional.
4. a) Seorang psikiater adalah dokter yang sudah mengambil spesialis
kedokteran jiwa.
b) Psikolog adalah gelar profesi yang diberikan kepada seseorang yang
sudah lulus sarjana Psikologi.
c) Konselor adalah seseorang yang memiliki keahlian dalam bidang
pelayanan konseling, sebagai tenaga profesional.

DAFTAR PUSTAKA

19
Cavanagh, ME. 1982. The Counseling Experience : A Theoretical and
Practical Approach. Monterey. California : Brooks/Cole
Publishing Company.

Hartono, dkk. Psikologi Konseling Edisi Revisi, (Surabaya: Kencana


2012).

http://unrika.ac.id/2013/12/16/kompetensi-guru-bimbingan-dan-konseling-
dan-upaya-pembinaan/.

https://id.scribd.com/doc/257596884/Beda-Psikiater-Konselor-Psikolog.

Permendiknas No. 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik


dan Kompetensi Konselor.

Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:


PT.Gramedia Pustaka Utama,1992).

20

Anda mungkin juga menyukai