Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. PROFESI KEPENDIDKAN


PRODI S1 PEND. TEKNOLOGI
INFORMATIKA DAN
KOMPUTER

Skor Niliai:

PROFESI KEPENDIDIKAN

( Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd, 2016)

NAMA MHASISWA : NUR APNA PRATAMA


NIM :5191151001
DOSEN PENGAMPU :
MATA KULIAH : PROFESI KEPENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMATIKA

DAN KOMPUTER

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

Bulan MARET 2020


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karuania-Nya kepada saya,karena penulis masih dapat menyelesaikan tugas
“CRITICAL BOOK REVIEW” tepat pada waktunya. Tugas ini dibuat untuk
memenuhi syarat memperoleh nilai tugas pada mata kuliah “PROFESI
KEPENDIDIKAN”. Penulis juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan pengerjaan tugas ini.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian


tugas ini, namun penulis menyadari bahwa Critical Book Review ini belum
sempurna, baik dari segi isi, tulisan maupun kualitasnya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan
kedepannya.

Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada
dalam Critical Book Review ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang
bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2020

Penyusun

NUR APNA PRATAMA


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................1

A. RASIONALISASI CBR ..............................................1


B. TUJUAN PENULISAN CBR.......................................1
C. MANFAAT PENULISAN CBR..................................1
D. IDENTITAS BUKU.....................................................2

BAB II RINGKASAN ISI BUKU .........................................3

A. BAB VII........................................................................3

B. BAB III PEMBAHASAN ......................................................6


A. KELEBIHAN...............................................................6
B. KEKURANGAN..........................................................6

BAB IV PENUTUPAN ..........................................................7

A. KESIMPULAN ...........................................................7
B. SARAN........................................................................7

DAFTAR PUSTAKA .............................................................8

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 RASIONALISASI PENTINGNYA CBR


Melakukan Critical Book Review pada suatu buku dengan membandingkan
nya dengan buku lain sangat penting untuk dilakukan, dari kegiatan ini lah
kita dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu buku. Dari mengkritik
inilah kita jadi mendapatkan informasi yang kompeten dengan cara
menggabungkan informasi dari buku yang lain.
Oleh karena itu, penulis membuat Critical Book Review ini untuk
mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi.Selain itu, salah satu
faktor yang melatarbelakangi penulis mereview buku ini adalah agar kita
bisa berpikir kritis dan mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sebuah buku.

1.2. Tujuan

Adapun Tujuan Penulisan Dari Makalah Ini Adalah :

1. Untuk memenuhi salah satu tugas CBR Profesi Kependidikan

2. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari buku tersebut

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kesesuaian materi dari buku?

2. Apa Kekurangan dan Kelebihan dari buku?

1.4 Manfaat

1.Sebagai bahan evaluasi bagi penulis untuk memperbaiki penulisan buku kedepannya

2.Sebagai bahan pertimbangan pembaca dalam memilih buku

1
IDENTITAS BUKU

Judul : Dasar-Dasar Bimbingan & Konseling


Edisi : Edition 2013
Pengarang : Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc.Ed. dan Drs. Erman Amti
Penerbit : PT. RINEKA CIPTA
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2013
ISBN : 978-979-518-830-8

2
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

A PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Pengertian Bimbingan Konseling

1. Definisi Bimbingan

Dalam mendefinisikan istilah bimbingan, para ahli bidang bimbingan konseling


memberikan pengertian yang berbeda-beda. Meskipun demikian, pengertian yang mereka
sajikan memiliki satu kesamaan arti bahwa bimbingan merupakan suatu proses pemberian
bantuan. Menurut Motensen dan Schmuller(1976 : 94), bahwa bimbingan dapat diartikan
sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan yang membantumenyediakan kesempatan –
kesempatan pribadi dan layanan staf ahli dengan cara mana setiap individu dapat
mengembangkan kemampuan – kemampuan dan kesanggupannya sepenuh – penuhnyasesuai
dengan ide – ide demokrasi. Hal senada juga dikemukakan oleh Jones, Staffire dan Stewart
(1970 : 95) bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat
pilihan – pilihan dan penyesuaian – penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan
atas prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan
hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak org lain. Kemampuan membuat pilihan seperti
itu tidak diturunkan (diwariskan), tetapi harus dikembangkan.

Sementara Chiskolm, dalam McDaniel (1959 : 94), mendefinisikan bahwa bimbingan


membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.
Crow dan Crow (1960 : 94), mengungkapkan bahwa bimbingan adalah bantuan yang
diberikan oleh seseorang, laki – laki atau perempuan, yang memiliki kepribadaian yang
memadai dan terlatih dengan baik kepada individu setiap usai untuk membantunya mengatur
kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat
keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri.

2. Definisi Konseling

Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antarab dua
orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus
yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk
memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan
yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk
kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana
memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.
Tolbert (1959 : 101).

3
Jones (1951 : 100) menyebutkan bahwa konseling adalah kegiatan diaman semua
fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk
diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam
pemecahan masalh itu. Konselor tidak memecahkan masalh untuk klien. Konseling harus
ditunjukkan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah –
masalahnya sendiri tanpa bantuan.
PENGERTIAN BIMBINGAN KONSELING
Pendapat di atas dapat dirumuskan dengan singkat bahwa Bimbingan Konseling
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling (face to face)
oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli
serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga
individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai
perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik
untuk mencapai kesejahteraan hidup.

B. LANDASAN BIMBINGAN KONSELING


1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan
pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan
konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.Victor
Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, 1983 telah mendeskripsikan
tentang hakikat manusia sebagai berikut :
 Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu
untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
 Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia
berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
 Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri
khususnya melalui pendidikan.
 Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti
upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya
mengontrol keburukan.
 Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara
mendalam.

4
 Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia
terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
 Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
 Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat
pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini
memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu
adan akan menjadi apa manusia itu.
 Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun,
manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk
melakukan sesuatu.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan
konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri.
Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan
memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.
2. Landasan religious
Dalam layanan bimbingan dan konseling ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu :
 manusia sebagai makhluk Tuhan;
 sikap yang mendorong perkembangan dari perikehidupan manusia berjalan ke arah
dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama; dan
 upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana
dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta
kemasyarakatan yang sesuai dengan dan meneguhkan kehidupan beragama untuk
membantu perkembangan dan pemecahan masalah.

3. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi
konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan
bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah
 Motif dan Motivasi
 Pembawaan dan Lingkungan
 Perkembangan Individu
 Belajar.
 Kepribadian

4. Landasan Sosial-Budaya

5
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman
kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang
mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan
produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan
dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya
yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat
mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya.
Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-
beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan
kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak
“dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada
akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu
yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.Dalam proses konseling akan
terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor
dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003)
mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi
sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu :
 perbedaan bahasa;
 komunikasi non-verbal;
 stereotipe;
 kecenderungan menilai; dan
 kecemasan.
Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi
dapat menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna
yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Stereotipe cenderung
menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif
(social prejudice) yang biasanya tidak tepat.Penilaian terhadap orang lain disamping dapat
menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif.
Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-
unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yanmg berlebihan dalam kaitannya dengan suasana
antar budaya dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali
apa, dimana dan kapan harus berbuat sesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor
dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu
diantisipasi.Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya

6
(2006) mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa
bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan
berbudaya plural seperti Indonesia.Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan
semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan
konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata
mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik.

5. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)


Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki
dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang
bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai
metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau
analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-
tulisan ilmiah lainnya.Sejak awal dicetuskannya gerakan bimbingan, layanan bimbingan dan
konseling telah menekankan pentingnya logika, pemikiran, pertimbangan dan pengolahan
lingkungan secara ilmiah (McDaniel , 1956 : 178).Bimbingan dan konseling merupakan ilmu
yang bersifat “multireferensial”. Beberapa disiplin ilmu lain telah memberikan sumbangan
bagi perkembangan teori dan praktek bimbingan dan konseling, seperti : psikologi, ilmu
pendidikan, statistik, evaluasi, biologi, filsafat, sosiologi, antroplogi, ilmu ekonomi,
manajemen, ilmu hukum dan agama. Beberapa konsep dari disiplin ilmu tersebut telah
diadopsi untuk kepentingan pengembangan bimbingan dan konseling, baik dalam
pengembangan teori maupun prakteknya.
Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling selain dihasilkan
melalui pemikiran kritis para ahli, juga dihasilkan melalui berbagai bentuk penelitian.Sejalan
dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer, sejak
tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan dan
konseling.Menurut Gausel (1984 : 179) bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa
komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling pendidikan.

6. Landasan paedagogis
Dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu:
 pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah
satu bentuk kegiatan pendidikan;
 pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling; dan
 pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan konseling.

7
C. FUNGSI DAN PRINSIP – PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING
FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING
1.Fungsi Pemahaman,
Fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman
terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya
secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2.Fungsi Pencegahan
Ada suatu slogan yang berkembang dalam bidang kesehatan, yaitu “ mencegah lebih
baik mengobati”. Slogan ini relevan dengan bidang bimbingan dan konseling yang sangat
mendambakan sebaiknya individu tidak mengalami sesuatu masalah.
Upaya pencegahan memang telah disebut org sejak puluhan tahun yang lalu.
Pencegahan diterima sebagai sesuatu yang baik dan perlu dilaksanakan. Tetapi hal itu
kebanyakan baru disebut – disebut saja, perwujudannya yang bersifat operasional konkret
belum banyak terlihat.
3.Fungsi Pengentasan
Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan
bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli
dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya :
bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan
bebas (free sex).
4.Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan,
Fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi
lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif,
yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya
secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan
melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya
membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat
digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat
(brain storming), home room, dan karyawisata.

PRINSIP – PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING


1.Prinsip – prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan

8
Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu – individu, baik secara
perorangan maupun kelompok. Maing – masing individu adalah unik. Secara lebih khusus
lagi, yang menjadi sasaran pelayanan pada umumnya adalah sikap dan tingkah lakunya.
Sebagaimana telah disinggung terlebih dahulu, sikap dan tingkah laku individu amat
berpengaruh oleh aspek – aspek kepribadian dan kondisi diri sendiri,serta kondisi
lingkungannya.
2.Prinsip – prinsip berkenaan dengan masalah individu.
Masalah – masalah yang timbul seribu satu macam dan sangat bervaraiasi, baik dalam
jenis dan intitasnya. Secara ideal pelayan bimbingan dan konseling ingin membantu semua
individu dengan berbagai masalahnya itu. Namun, sesuai dengan keterbatasan yang ada pada
dirinya sendiri, pelayanan bimbingan dan konseling hanya mampu menangani masalah klien
secara terbatas.
3. Prinsip – prinsip berkenaan dengan program pelayanan.
Pelayanan “insidental” diberikan pada klien – klien yang secara langsung (tidak
terprogram atau terjadwal) kepada konselor untuk meminta bantuan. Konselor memberikan
pelayanan kepada mereka secara langsung pula sesuai dengan permasalahan klien pada waktu
mereka datang. Konselor memang tidak menyediakan program khusus untuk mereka.
4. Prinsip – prinsip berkenaan dengan pelaksaan layanan.
Pelaksaan pelayanan bimbingan dan konseling (baik yang bersifat “insidental”
maupun terprogram) dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan. Tujuan selanjutnya
akan diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam
bidangnya, yaitu konselor profesional.
5. Prinsip – prinsip bimbingan dan konseling di sekolah.
Disekolah bimbingan layanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik mengingat sekolah merupakan lahan yang secara potensial sangat
subur, sekolah memiliki kondisi dasar yang justru menuntut adanya pelayanan ini pada kadar
yang tinggi. Para siswa yang sedang dalam tahap perkembangan yang “meranjak”
memerlukan segala jenis layanan bimbingan dan konseling dalam segenap fungsi.

9
BAB IV
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

KELEBIHAN

 buku BK dilengkapi rangkuman yang disajikan walaupun rumit dalam penjelasan isi
buku itu
 buku Dasar BK terdapat tugas tugas setiap bab karnasangat penting
 mengkaji pembahasan pembahasan yang dipaparkan setiap bab nya
 Membantu para membaca untuk mengkaji lebih dalam pembahasan pembahasan
setiap bab tersebut

KELEMAHAN

 penulisan penulisan masih banyak yang belum diperhatikan oleh penulis dalam
bentuk pengejaan huruf
 beberapa pembahasan menggunakan kalimat bertele tele tentu sangat mengganggu
bagi si pembaca nya
 tidak memahami isi buku tersebut karna tidak terdapat pelayanan bimbingan
konseling dalam kelompok tersebut
 menggunakan buku HVS
 tulisan tidak terang dan tidak nampak sama sekali sebab bukunya seperti kertas
fotocopy
 buku sangat tebal dan rumit dalam penjelasan isi kalimat buku itu sehingga kurang
paham isi dalam teks buku tersebut
 Sampul buku kurang menarik hanya saja terdapat gambar buku dan tidak sesuai
dengan judul dalam pelayanan bimbingan konseling dalam kelompok dan masyarakat

10
BAB IV
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Didalam buku Kepemimpinan ini memuat informasi yang amat luas. Pembaca
dapat memahami buku dengan baik karena menggunakan bahasa yang mudah dipahami
serta penjelasan materi yang singkat dan tidak memusingkan. Cocok dibaca bagi orang
awam untuk memulai belajar mengenai psikologi anak dan perkembangannya. Dalam
setiap bab juga dijelaskan bagaimana perkembangan tiap aspek dalam individu. Tetapi
ukuran tulisa yang terlalu kecil dan rapat membuat pembaca merasa cepat bosan.
Terlepas dari itu semua buku ini bagus dan memberikan banyak ilmu.

B. Saran
Kelemahan buku terdapat pada ukuran tulisan dan cara penulisan yang kurang menarik
dan memiliki sedikit desain yang kurang mencolok .Lalu terlalu rapatnya pengetikan dalam
buku sehingga terkadang pembaca bingung mana yang dia baca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno dan Amti, Erman. 2013. Dasar – Dasar Bimbingan & Konseling .
Jakarta. PT. Rineka Cipta

12

Anda mungkin juga menyukai