Anda di halaman 1dari 24

CRITICAL BOOK REPORT

MK.FILSAFAT PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN
MATEMATIKA

SKOR NILAI:

BOOK 1:

MEMAHAMI DASAR-DASAR KONSELING DALAM TEORI DAN PRAKTIK

(Namora Lumongga Lubis, 2011)

Nama : Rizki Aprina Nuranti


NIM : 4192411030
Dosen pengampu : Laurensia, S.Pd, M.Pd
Mata kuliah : Filsafat Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan untuk
memenuhi tugas Critical Book Report pada Mata Kuliah Filsafat Pendidikan.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan laporan ini, semoga bantuannya mendapat balasan
yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Medan, Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 4
B. Tujuan ............................................................................................................................ 4
C. Manfaat .......................................................................................................................... 4
D. Identitas Buku ............................................................................................................. 5
BAB II RINGKASAN ISI BUKU ............................................................................... 6
A. Ringkasan Buku........................................................................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................ 20
A. Pembahasan isi buku ................................................................................................ 20
B. Kelebihan dan Kekurangan buku ......................................................................... 22
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................... 23
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 23
B. Saran ................................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................24

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Bimbingan dan konseling adalah merupakan sebuah proses tolong
menolong antara individu satu dengan individu yang lain untuk memahami diri
mereka sendiri. Di dalam pendidikan bimbingan dan konseling mewakili hasrat
masyarakat untuk membantu individu, sumbangan bimbingan dan konseling
menambah kepahaman tentang informasi pendidikan, vokasional dan social yang
diperlukan untuk membuat pilihan secara berpengetahuam bagi pelajar.Bimbingan
dan konseling ada untuk menolong pelajar memahami berbagai pengalaman diri,
peluang yang ada serta pilihan yang terbuka untuk mereka dengan menolong mereka
mengenal, membuat interpretasi dan bertindak terhadap kekuatan sendiri, dan
bersumber dari diri mereka dan bertujuan untuk mempercepat perkembangan diri
pelajar. Seorang konselor dalam pelayanan bimbingan dan konseling merupakan
pekerjaan profesional, oleh sebab itu praktiknya harus mengikuti asas-asas, dan
landasan-landasan tertentu.

2. TUJUAN PENULISAN CBR


 Memenuhi salah satu tugas wajib mata kuliah Filsafat Pendidikan
 Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca tentang bimbingan dan
konseling
 Meningkatkan kemampuan critical book bagi penulis
 Menguatkan pemahaman tentang bimbingan konseling bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya

3. MANFAAT CBR
Manfaat yang didapat dari Critical Book Report adalah sebagai berikut:
 Membantu pembaca mengetahui gambaran umum tentang bimbingan
konseling menurut penulis buku secara ringkas
 Mengetahui kelebihan dan kekurangan buku yang dikritik
 Mengetahui latar belakang dan alasan buku diterbitkan
 Mengetahui kualitas buku dengan membandingkan buku utama dengan buku
pembanding yang memiliki tema sama.

4
4. IDENTITAS BUKU

BUKU UTAMA
a) Judul : Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan Praktik
b) Pengarang : Dr. Namora Lumongga Lubis, M. Sc
c) Penerbit : Kencana Prenada Media Group
d) Kota terbit : Jakarta
e) Tahun terbit : 2011
f) ISBN : 978-602-8730-68-6

BUKU PEMBANDING
a) Judul : Bimbingan Konseling Pribadi Sosial
b) Edisi : Ke-1, November 2016
c) Pengarang : Diana Ariswanti Triningtyas, S. Pd., M. Psi.
d) Penerbit : CV. AE MEDIA GRAFIKA
e) Kota terbit : Magetan
f) Tahun terbit : 2016
g) ISBN : 978-602-60079-5-7

5
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

BAB 1 PENGANTAR KONSELING

Ditinjau dari akar sejarahnya sendiri, konseling memiliki banyak pengertian dan
rumusan yang berbeda pada setiap teori para tokohnya, hal ini lumrah terjadi, karena
setisp tokoh berasal dari latar belakang yang berebeda. Shertez dan Stone (1974) yang
dikutip dari tulisan Mappiare (2002), mengungkapkan bahwa kebtuhan akan adanya
konseling pada dasarnya timbul dari luar diri individu yang memunculkan pertanyaan
mengenai “ apa yang seharusnya dilakukan individu?” Disinilah konseling mengambil
perannya agar individu dapat menjawab sebanyak mungkin pertanyaan yang
mengganggu pikiran dan tingkah lakunya, sehingga dapat memcahkan masalah sendiri.
Latar belakang kehadiran konseling sebagai penanganan terhadap orang-orang yang
mengalami gangguan psikologis, dimulai sejak tahun 1986 yang dipelopori oleh Lighter
Witmer dengan didirikan sebuah klinik psychological counseling clinicdi University of
Pennysylvania (Latipun,2001).

Semenjak saat itu banyak para ahli yang memunculkan teori dan kegiatan-
kegiatan yang berhubugan dengan konseling itu sendiri.perkembangan dunia konseling
semakin menunjukan eksistensinya pada tahun 1952. America Psychological
Association (APA) membedakannya dari psikologi klinis.Konseling dinilai berbeda
metodenya, memberikan tindakan lanjut terhadap permasalahan-permasalahan yang
dihadapi individu.Penekanannya berbasis ilmiah dan memiliki teori yang menjadi dasar
dalam praktik pelaksanaannya menjadikan konselingsebagai ilmu yang dapat
dipertanggung jawabkan.

Sebelum munculnya konseling di Indonesia sebenarnya masyarakat indosenisa


telah menegathui berbagai sarana untuk memecahkan masalah mereka.Tetapi semua
itu dilakukan secara tradisional.Secara umum mereka memecahkan masalah mereka
dengan meminta bantuan kepada tokoh masyarakat.Perkembangan pola pikir
masyarakat akhirnya perlahan-lahan berubah ketikan konseling telah masuk ke
Indonesia, walaupun hingga saat ini tidak semua masyarakat mengenal dan
menggunakan konseling untuk menyelesaikan masalah mereka.

Konseling adalah cabang keilmuan yang telah berdiri sendiri sejak dapat
pengukuhan dari American Psychologycal Association (APA) pada tahun 1952.
Meskipun demikian, konseling tetap harus menyesuaikan diri dan berdampingan
dengan cabang ilmu lain. Adapun adaptasi konseling dengan ranah keilmuan lain adalah
ilmu pendidikan, ilmu kesehatan, ilmu agama, bidang industri dan ilmu lain.

6
BAB 2 UNSUR-UNSUR KONSELING DAN TUJUANNYA

A. Konselor
Konselor adalah pihak yang membantu klien dalam proses konseling.
Konselor sebagai pihak yang paling memahami dasar dan teknik konseling
secara luas. Konselor juga wajib memiliki karakteristik yang harus dipenuhi
untuk mecapai keberhasilannya dalam proses konseling. Menurut pandangan
Rogers (dikutip dari Lesman, 2205) menyebutkan ada tiga karakteristik utama
yang harus dimiliki oleh seorang konselor, yaitu congruence,unconditional
positive regard,dan empathy. Congruence itu sendiri adalah seorang konselor
terlebih dahulu harus memhami dirinya sendiri. Antara pikiran, perasaan ,dan
pengalaman harus serasi. Yang kedua ada unconditional positive regardyaitu
konselor harus dapat menerima/respek kepada klien walaupun dengan keadaan
yang tifsk diterima oleh lingkungan, dan yang terakhir adalah empathykonselor
dapat memahami orang lain dari sudut kerangka berpikirnya. Selain itu, empati
yang dirasakan harus ditunjukan.

Selain tiga karakteristik yang dikemukakan tersebut, seorang konselor juga


harus memiliki aspek utama dalam penanganan, yaitu keahlihan dan
keterampilan dan dimensi kepribadian yang spontanitas, fleksibilitas,
konsentrasi, keterbukaan, stabilitas emosi, berkeyakinan, komitmen, kemauan
untuk membantu klien dan masih banyak lagi.

Konselor juga memiliki masalah yang harus mereka hadapi, karena konselor
juga manusia biasa mereka kadang merasakan kebosanan.Akbatnya, konselor
menjadi mengambil jarak terhadap klien.Ada juga hostilitas, kadang kaka klien
menunjukan hostilitasnya kepada konselor.Konselor harus dapat menerima ini
sebagai bagian dari perannya sebagai pihak yang membantu klien.

B. Klien
Apabila konselor adalah pihak yang membantu dalam proses konseling,
maka klien bertindak sebaliknya yaitu sebagai pihak yang dibantu.
Karakteristik klien itu sendiri ada berbagai macam yang pertama adalah klien
sukarela.Klien sukarela adalah klien yang datang pada konselor atas
kesadaraan diri sendiri karena memiliki maksud dan tujuan tertentu.Yang
kedua klien terpaksa adalah kebalikan dari klien sukarela, mereka datang
atas dorongan teman/keluarga.Klien enggan adalah klien yang datang pada
konselor bukan untuk dibantu menyelesaikan masalahnya namun hanya
untuk berbincang-bincang dengan konselor.
Selanjutnya ada, klien bermusuhan/ menentang merupakan kelanjutan
dari klien terpaksa yang bermasalah cukup serius.Dan yang terakhir adalah
klien krisis yang merupakan klien yang mendapat musibah seperti
kematianorang-orang terdekat, kebakaran rumah, dan
pemerkosaan.Memenuhi harapan dan kebutuhan klien adalah salah satu
yang penting setelah mengetahui karakteristik klien.Harapan inilah yang

7
menjadi salah satu pendorong mereka dalam mengikuti kegiatan konseling
dan juga ada kebetuhuan yang harus dipenuhi karena ini menjadi alasan
mereka mengikuti konseling tersebut.
Jadi tujuan dari konseling itu sendiri adalah hal apa yang ingin dicapai si
klien yang datang pada konselor, yaitu mengubah penyesuaian perilaku yang
salah, belajar membuat keputusan, mencegah timbulnya masalah.

BAB 3 Menciptakan Konseling yang Kondusif

Keberhasilan proses konseling dalam pelaksanaanya ditentukan oleh banyak


faktor. Ada lima faktor yang memengaruhi konseling, yaitu struktur, inisiatif, tatanan,
(setting) fisik, kualitas klien, dan kualitas konselor. Yang pertama yang akan di bahas
yaitu Struktur, struktur adalah susunan proses konseling yang dilakukan konselor
secara sistematis. Yang kedua ada Inisiatif, inisiatif dipandang sebagai motivasi untuk
berubah.Yang ketiga ada Tananan, tatanan fisik turut membantu terciptanya klien yang
kondusif fsn memungkinkan klien merasa aman, tenang, relaks, dan senang.

Selanjutnya ada Kualitas klien, yaitu karakteristik dan kesiapan klien dalam
menjalani proses konseling. Dan yang terakhir adalah kualitas konselor, konselor
adalah pihak yang paling memahami akan dibawa kemana arah konseling dan
mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan konseling itu sendiri.

Selain dari lima faktor diatas ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi proses
konseling yang dibagi dalam lima kelompok, yaitu faktor-faktor yang berhubugan
dengan gangguan, keadaan klien, kepribadian klien, kehidupan klien, dan konselor dan
proses konseling. Konselor haruslah memiliki hubungan yang harminis, sesuai, cocok
dan saling tarik menarik.Ini dapat dikatakan sebagai rapport, rapport dinyatakan
sebagai kesamaan bukan perbedaan. Hubungan dalam konseling akan berjalan efektif
apabila rapport telah berhasil dibangun. Setelah memiliki hubungan yang baik konselor
juga harus bernegoisasi terhadap klien agar klien dapat bersedia menerima
konsep,rencana, atau program yang diberikan.

Setelah rapport dan negoisasi dibentuk, bukan berarti konseling akan berjalan
baik-baik saja dalam pelaksanannya. Ada permasalahan dalam proses konseling
tersebut contohnya konselor terlalu dalam mengeksplorasi klien, konselor terlalu hati-
hati dalam mengeksplorasi klien, aplikasi teknik yang tidak tepat, hubungan konseling
yang tidak efektif, masalah komunikasi, focus yang kurang terhadap masalah, dan
kelamahan- kelemahan konselor.

BAB 4 LANGKAH-LANGKAH KONSELING

Proses konseling pada dasarnya berjalan sistematis. Ada tahapan-tahapan yang


mesti diallui untuk sampai pada pencapaian konseling yang sukses. Brammer, Abrego

8
dan Shostrom (dikutip dari Lesmana,2005) memberikan langkah-langkah konseling
tersebut sebagai berikut.

A. Langkah Membangun Hubungan


Membangun hubungan dijadikan langkah pertama dalam konseling,
karena klien dan konselor harus saling mengenal dan menjalin kedekatan
emosional sebelum sampai pada pemecahan masalah.Selain itu konselor juga
harus dapat membangun kepercayaan agar klien mau membuka dirinya
terhadap konselor.

B. Langkah Identifikasi dan Penilaian Masalah


Apabila hubungan konseling telah terjalin baik maka langkah selanjutnya
adalah mulai mendiskusikan sasran-sasaran spesifik dan tingkah laku seperti
apa yang menjadi ukuran keberhasilan konseling.

C. Langkah Memfasilitasi Perubahan Konseling


langkah selanjutnya konselor mulai memikirkan alternative pendekatan yang
akan digunakan agar sesuai dengan masalah klien. Harus dipertimbangkan
pula bagaimana konsekuensi dari alternafi-alternafit dan strategi tersebut.

D. Langkah Evaluasi dan Terminasi


langkah ini adalah langkah terakhir dalam proses konseling secara umum.
Evaluasi terhadap hasil konseling akan dilakukan secara keseluruhan. Yang
menjadi ukuran keberhasilan konseling akan tampak pada kemajuan tingkah
laku klien yang berkembang kea rah yang lebih positif.

BAB 5 TEKNIK-TEKNIK KONSELING

Ragam Teknik-Teknik Konseling

1. Melayani
Melayani klien secara priadi merupakan upaya yang dilakukan konselor
dalam memberikan perhatian secara total pada klien
2. Empati
Merupakan upaya komampuan konselor utnuk dapat merasakan dan
menempatkan dirinya di posisi klien.
3. Refleksi
Merupakan upaya konselor memperoleh informasi lebih dalam tentang apa
yang dirasakan oleh klien dengan cara memantulkan kembali perasan,
pikiran, dan pegalaman klien.
4. Eksplorasi
Merupakan suatu keterampilan konselor untuk menggali perasaan,
pengalaman, dan pikiran klien
5. Menangkap Pesan Utama

9
Konselor dapat menangkap dan menyampaikan kembali inti pernyaatan klien
secara lebih sederhana
6. Bertanya Untuk Membuka Percakapan (Open Question)
Pertanyaan-pertanyaan terbuka sangat diperlukan untuk memunculkan
pernyataab-pernyataan baru dari klien.
7. Bertanya Tertutup ( Closed Question)
Bentuk-bentuk pertanyaan yang sering dijawab singkt oleh klien.
8. Dorongan Minimal (Minimal Encouragement)
Merupakan upaya agar klien selalu terlibat dalam pembicaraan dan
membuka dirinya pada konselor.
9. Interpretasi
Dalam Interpretasi, seorang konselor harus menggunakan teori-teori
konseling dan menyesuaikannya dengan permasalahan klien.
10. Mengarahkan (Directing)
Konselor harus memiiki kemampuan ini agar dapat mengajak klien
berpartisipasi penuh dalam proses konseling
11. Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Hasil percakapan antara konselor disimpulkan untuk memberikan gambaran
kilas balik atas hal-hal yang dibicarakan.
12. Memimpin (Leading)
Dalam hal ini konselor diharapk dapat memimpin suatu percakapan agar
tidak menyimpang dari pemasalahan
13. Konfrontasi
Suatu teknik konseling yang menantang klien ntuk melihat adanya
diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dan bahasa badan.
14. Menjernihkan (Clarifying)
Tugas konselor dapat mengkalrifikasi pernyataan dari klien yang kurang
jelas.
15. Memudahkan (Facilitating)
Suatu keterampilan membuka komunikasi agar klien dengan mudah
berbicara pada konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan
pengalamannya secara bebas.
16. Diam
Dalam poses konseling, adaklanya seorang konselor bersifat diam. Alasannya
adalah, untuk menunggu klien dalam hal berpikir.
17. Mengambil inisiatif
Konselor juga harus dapat mengambil inisiatif apabila klien kurang
bersemangat unutk berbicara, sering diam, dan kurang berpartisipasi.
18. Memberi Nasihat
Pemberi nasihat sebaiknya dilakukan jika klien memintanya. Walaupun
demikian, konselor tetap harus mempertimbangkannya.
19. Memberikan Informasi
Dalam hal ini informasi yang diminta klien sama halnya dengan pemberian
nasihat. Jiak konselor tidak dapat memberikan informasi sebaiknya konselor
dengan jujur mengatakan bahwa konselor konselor tidak mengetahui hal itu.
20. Merencanakan
10
Membicarakan kepada klien hal-hal apa yang akan menjadi program atau
aksi nyata dari hasil konseling.
21. Menyimpulkan
Bersamaan dengan berakhirnya sesi konselig, maka sebaiknya konselor
menyimpulkan hasil pembicaraan secara keseluruhan yang menyangkut
tentang pikiran, perasaan klien sebelum dan setelah mengikuti proses
konseling.

BAB 6 ASSESMENT DALAM KONSELING

Menilai dalam proses konseling sama dengan assessment. Melakukan


asessment terhadap maslah merupakan hal yang sangat penting dalam suatu
proses konseling. Kapankah sebenarnya assesment dilakukan? Hal-hal apa
saja yang menjadi tolak ukur assessment? Mengapa harus dilakukan
assessment? Mari kita lihat penjelsan dibawah ini?
A. WAKTU ASSESSMENT
Waktu assessment dalam konseling bersifat fleksibel, artina tidak ada
bata swaktu ang kaku bagi konselor dalam menentukannya.
B. ASPEK-ASPEK ASSESSMENT
Adapun aspek-aspek assessment adalah yang pertama Intake
interview Riwayat Hidup yang terdiri dari data identifikasi, riwayat
pribadi, tatanan kehidupan klien saat ini, riwayat keluarga,
penyampaian masalah oleh klien. Lalu yang kedua Definisi Masalah
yang terdiri dari unsur makalah klien,pola peristiwa, lamanya maslah,
keterampilan klien menangani masalahnya.
C. TUJUAN ASSESSMENT
Menurut Hackney dan Cormier (Lesmana 2005) ada 12 tujuan
assessment yaitu:
1. Melancarkan proses pengumpulan informasi
2. Memungkinkan konselor membuat diagnosis yang tepat
3. Mengembankan rencana tindakan yang efektif
4. Mementukan tepat atau tidaknya klien menjalani rencana tertentu
5. Menederhanakan pencapaian sasaran dan pengukuran kemajuan
6. Meningkatkan wawasan insight mengenai diri klien
7. Mampu menilai lingkungan
8. Meningkatkan proses konseling dan diskuksi yang lebih terfokus
dan relevan
9. Mengindikasikan kemungkinan peristiwa tertentu akan terjadi
10. Meningkatkan minat, kemampuan, dan dimensi kepribadian
11. Menghasilkan pilihan-pilihan
12. Memfasilitasi perencanaan dan pembuatan keputusan.
D. EFEK DARI ASSESSMENT
Hackney dan Cormier (Lesmana, 2005) menyebutkan bahwa ada dua
efek dari
Assesment. Efek positif dari assessment adalah:
11
1. Klien merasa bahwa konselor memahami masalahnya.
2. Menimbulkan perasaan lega pada diri klien
3. Klien merasa memiliki pengharapan
4. Klien termotivasi melakukan perubahan yang diperlukan
Sementara efek negatif yang dapat terjadi adalah:
1. Timbulnya kecemasan dalam diri klien
2. Klien merasa diinterogasi
3. Klien merasa dievaluasi dan bertanya-tanya bagaimana
sebenarnya keadaan dirinya.
BAB 7 SASARAN DAN STRATEGI DALAM KONSELING

A. SASARAN
Sasaran dalam konseling merupakan suatu langkah yang digunakan
konselor dan klien untuk menunjukan arah tindakan dalam konseling. Seorang
konselor tidak dapat menetapkan sasaran seorang diri. Ia harus bekerja sama
dengan klien, karena sasaran konseling ditujukan untuk klien dan harus
disediakan atas dasar kesediaan dari klien. Berikut fungsi dari klien.
1. Fungsi Sasaran
Sasaran sangat bermanfaat bagi kepentingan konselor dan klien. Melalui
sasaran, konselor dapat menetapkan langkah-langkah mengambil tindakan
yang lebih mengerucut (jangkauannya sesuai dengan kebutuhan klien).
Berikut empat fungsi sasaran konseling yaitu ada motivasional, edukasional,
evaluatif, assessment untuk intervensi.
2. Kesulitan penetapan Sasaran
Kesulitan dalam penetpan sasaran pada dasarnya berkaitan dengan
kemampuan klien mengkomunikasikan masalahnya secara efektif. Kesalahan
ini juga berlaku bagi konselor yang tidak dapat menangkap pesan yang
sebenarnya dialami klien.
3. Keterampilan dalam penetapan sasaran
Hackney dan Cormier (Lesmana, 2005) menjelaskan dua keterampilan ini
sebagai berikut:
A. Konfrontasi, merupakan sebagai suatu ajaka kepada klien untuk
memerhatikan dimensi tertentu dari dirinya yang menghambat
perubahan tingkah laku atau sikap yang positif.
B. Respons “Potensi-Kemampuan”
Memberikan respons untuk menunjukkan kemampuan yang di miliki
klien merupakan salah satu bentuk yang dimiliki oleh konselor. Melalui
respons ini, klien belajar mengenal kemampuan/kompetensi yang
dimilikinya.
4. Dampak penetapan Sasaran
Berikut ini adalah dampak penetapan sasaran seperti yang dikemukakan oleh
Lesman (2009):
 Dapat mengurangi kebingungan klien
 Membantu kien dalam memilih apa yang tidak penting dan penting
dalam hidupnya

12
 Klien menjadi lebih nyaman dengan dirinya
 Membuat klien menajdi lebh reaktif.
5. Strategi
Strategi merupakan implementasi dari sasaran. Seorang konselor harus
dapat memilih strategi yan paling memungkinkan untuk dilakukan oleh klien.
BAB 8 TERMINASI DALAM KONSELING

Terminasi adalah istilah yang kerap kali digunakan pada beberapa penulisan
buku-buku konseling istilah ini digunakan sebagai kata ganti dari mengakhiri atau
menghentikan proses konseling. Penyebab terminasi menurut Lesmana (2009) sebgai
berikut yaitu, terminasi oleh konselor: sasaran konseling telah tercapai, konselor
merasa bahwa klien tidak mengalami kemajuan, konselor melihat ahwa klien terlalu
bersikap dependen (bergantung terus pada konselor) dan juga da terminasi oleh klien,
yaitu: klien merasa bahwa dirinya telah sembuh, klien merasa telah berhasil, klien
menolak pengalaman rasa sakit yang terkait dengan konseling, klien merasa bahwa
dirinya tidak mengalami kemajuan.

Jenis terminasi
Secara garis besar ada dua jenis terminasi yang terjadi pada saat proses konseling.
Yaitu, terminasi yang terjai pada saat proses konseling berlangsung dan terminasi yang
berlangsung saat proses konseling selesai. Terminasi tidak dapat terjafi hana karena
sekadarnya. Konselor harus mempertimbangkan perasaan klien. Ada langkah-langkah
yang harus dilakukan oleh konselor dlam melakukan terminasi. Yaitu persiapan verbal,
membuka jalur kemungkinan follow-up, dan pamit secara formal.

Sebagai manusia konselor juga memiliki kelemahan dan keterbatasan. Dalam


hubungan konseling, kita dapat saja menemukan terjadinya fenomena overtreatment
dan undertreatment.

BAB 9 BERBAGAI PENDEKATAN DALAM KONSELING

Dunia konseling memiliki berbagai macam pendekatan yang dapat dijadikan


acuan dasar pada semua praktik konseling. Berikut merupakan fungsi-fungsi teori
dalam konseling yang dikemukakan oleh Brammer, Abrego, dan Shostrom (Lesmana,
2005).

1. Teori membantu menjelaskan apa yang terjadi dalam proses konseling


2. Konselor terbantu dalam membuat prediksi, evaluasi, dan menilai hasil
konseling
3. Teori berguna sebagai kerangka kerja dalam membut observasi ilmiah tentang
konseling
4. Teori dapat membei arti pada observasi yang dilakukan konselor

13
A. Pendekatan Psikoanalisis
Psikoanalisis merupakan teori yang peratama yang muncul dalam
psikologi khususnya yang berhubungan dengan gangguan kepribadian
dan perilaku neurotik. Adapun hal-hal yang perlu dibicrakan mengenai
pendekatan psikoanalisi adalah: bagaimana psioanalisis memandang
dinamika kepribadian manusia, perkembangan kepribadian, kesadaran
dan ketidaksadaran, mekanisme dan pertahanan ego, peran dan fungsi
konselor, dan teknik-teknik terapi yang digunakan psikoanalisis.

1. Dinamika Kepribadian Manusia


Freud memandang kepribadian manuia tersusun atas tiga sistem yang
terpisah fungsinya antar satu sama lain, tetapi saling mempengaruhi. Ketiga
sistem itu dikenal sebagai id, ego, dan superego.
2. Perkembangan Kepribadian
Selain ketiga sistem yang dibicarakan diatas, perkembangan kepribadian
manusia menurut versi Freud juga diengaruhi oleh lima tahun pertama
kehidupan yang dinamakan psikoseksual. Secara berurutan fase
perkembangan tersebut meliputi fase oral, fase anal, fase phalik, fase laten,
dan fase genital.
3. Kesadaran dan Ketidaksadaran
Merupakan konsep terpenting yang dikemukakan Freud. Keduanya sangat
menentukan tingkah laku dan permasalahan yang berhubungan dengan
kepribadian manusia. Freud membagi kesadaran menjadi tiga bagian utama,
yaitu alam sadar, alam prasadar, dan alam bawah sadar.
4. Mekanisme Pertahanan Ego
Merupakan cara yang digunakan individu untuk mengatasi kecemsan yang
diakibatkan karena keinginannya tidak terpenuhi.
5. Tujuan Psikoanalisis
a. Bebas dari impuls
b. Memperkuat realitas atas dasar fungsi ego
c. Mengganti superego sebagai realitas kemanusiaan, bukan sebagai
hukuman standar moral
6. Teknik Terapi dan Psikoanalisis
Dalam hal ini ada lima teknik dasar yang digunakan oleh konselor yaitu
asosiasi bebas, penafsiran, analisis mimpi, analisis resistensi, dan analisis
transferensi
BAB 10 KONSELING KELOMPOK

A. Konseling kelompok
konseling kelompok merupakan pelaksanaan proses konseling yang
dilakukan antara seorang konselor profesional dan beberapa klien
sekaligus dalam kelompok kecil.
B. Klien Dalam Konseling Kelompok
Karakteristik klien yang cocok mengikuti konseling kelompok adalah

14
1. Klien yang merasa bahwa mereka perlu berbagi sesuatu denga orang
lain
2. Klien yang memerlukan dukungan dari teman senasib hingga dapat
saling mengerti
3. Klien yang membutuhkan pengalaman dari orang lain.
C. Konselor Dalam Konseling Kelompok
Tugas konselor dalah melaukan pemeliharaan, pemrosesan, penyaluran,
dan arahan.
D. Tujuan konseling kelompok
1. Membantu individu mencapai perkembangan yang optimal
2. Berperan mendorong munculnya motivasi
3. Klien dapat mengatasi masalahnya lebih cepat
4. Menciptakan dinamika sosial yang berkembang intensif
5. Mengembangkan keterampilan komunikasi dan interaksi sosial yang
bai
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi konseling kelompok
1. Membina harapan
2. Universalitas
3. Pemberian informasi
4. Altruisme
5. Pengulngan korektif keluarga primer
6. Pengembangan teknik sosialisasi
7. Peniruan tingkah laku
8. Belajar menjalin hubungan interpersonal
9. Kohesivitas kelompok
10. Katrsis
11. Faktor-faktor eksistensial.

BAB 11 KONSELING KELUARGA

Konseling keluarga merupakan salah satu aplikasi dari perkembangan


konseling. Konseling keluarag adalah metode yang dirancang dan difokuskan pada
keluarga dalam usaha untuk membantu dalam pemecahan masalah perilaku klien.
Permasalahan dalam keluarga sangat beragam. Dapun masalah-masalah yang sering
kali dihadapi konselor yaitu:1. ketidakmampuan berinteraksi berinteraksi antar-
anggota keluarga dalam menangani masalah, 2. Kurangnya komitmen dalam keluarga, 3.
Ketidakmampuan menjalankan peran dalam keluarga, 4. Kurangnya kestabilan
lingkungan.

Pendekatan dalam konseling keluarga. Konseling keluarga memiliki berbagai


pendekatan dalam praktik konselingnya. Hal ini dapat memudahkan konselor dalam
memhami permasalahan keluarga dan membantu konselor untuk menanganinya.
Tujuan konseling keluarga menurut pendapat para ahli berbeda satu sama lain. Tujun
umum konseling keluarga secara umum adalah 1. Memfasilitasi komunikasi pikiran dan

15
perasan anatr-anggota keluarga, 2. Mengubah gangguan dan ketidakfleksibelan peran
dan kondisi 3. Memberikan pelyanan sebagai model dan pendidikan

BAB 12 MASALAH ETIS DALAM KONSELING

Permasalahan etis aan selalu muncul pada setiap profesi, terlebih kepada profesi
yang berhubungn langsung dengan manusia yaitu konseling. Konselor meiliki beberapa
taggung jawab yang pertama ada menjaga kerahasiaan, konselor bertanggung jawab
menentukan batas-batas kerahasiaan yang mecakup tingkat kerahasiaan yang dapat
dijanjikan. Yang kedua ada memilii kompetensi, kompetensi mengacu pada batas-batas
kewenangan dalam menjalankan tugas-tugas profesional.

Kompetensi profesional disesuaikan dengan bidang-bidag yang dipelajari


konselor secara formal. Selanjutnya ada nilai hidup konselor, yaitu permasalahan etis
yang kerap muncul dalam konseling apabila konselor tidak bijaksana dan bersifat kaku
memegang nilai hidupnya, maka ia akan tampil sebagai konselor yang menalahkan nilai
hidup klien. Dan yang terakhir adalah mengutamakan kebutuhan klien.

Langkah-langkah membuat keputusan etis yang muncul dalam proses konseling


yaitu:

1. Lakukan identifikasi masalah melalui pengumpulan informasi yang didapat


2. Lakukan isu-isu terhadap isu-isu potensial
3. Lihatlah kode etik yang relevan dengan permasalahan klien
4. Pahami hukum dan aturan yang berlaku
5. Carilah referensi lebih dari satu sumber
6. Lakukan brainstorming mengenai berbagai macam tindakan yang dapat
dijalankan
7. Jelaskan pada klien tentang konsekuensi dari tindakan yang diambil
8. Tentukan langkah yang kemungkinanya paling baik dan bisa dilakukan oleh
klien.
BAB 13 ILUSTRASI KASUS DALAM KONSELING

PERKELAHIAN GENG NERO DALAM PERSPEKTIF PSIKOANALISIS


Dalam pandagan psikoanalisis, para remaja putri yang bergabung dalam geng neri
dan melakukan perkelahian itu disebabkan oleh adanya dominasi energi id (nafsu,
libido seksual) pada diri individu-individu tersebut. Dominasi energi id yang terjadi
dalam diri individu disebabkan oleh lemahnya energi ego dan superego, karena pada
dasarnya kemunculan perilaku Freud selalu dilatarbelakangi oleh dialog antara id, ego,
dan superego.
Dalam kasus perkelahian ini, tidak serta merta remaja yang harus disalahkan,
karena masa remaja adalah masa penuh goncangan, masa pencarian identitas, dimana
jika tidak didampingi oleh para pendidik dan orang tua remaja akan mudah terjerumus
pada perilaku-perilaku negatif. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa nilai-nilai yang ada

16
pada diri individu adalah merupakan introjeksi dari nilai-nilai sosial, masyarakat, dan
agama yang diperoleh melalui pendidikan orang tua.
B. TEMPERTANTRUM DALAM PERSPEKTIF CLIENT-CENTERED
Temper tentrum sering terjadi dalam empat tahun pertama usia anak. Temper
tantrum terbentuk secara bertahap dan akhirnya menjadi kebiasaan ketika anak
menyadari bahwa dengan cara seperti itulah keinginannya tercapai. Pandangan client-
centered lebih menekankan aspek sikap daripada teknik konseling itu sendiri. Konselor
dapat menyarankan orang tua untuk melakukan hal-hal berikut ini pada anak yaitu :
1. Hindari pemberian tugas di luar kemampuan anak.
2. Hindari pembatasan yang berlebihan terhadap kebebasan anak.
3. Hindari tuntutan yang berlebihan.
4. Tidak bersikap sewenang-wenang.
5. Tidak terlalu memegang teguh sikap-sikap keras dan kaku dalam mengasuh
dan mendidik anak.
6. Bersikap konsisten atau ajek, namun tetap penuh kasih sayang; keajekan
memungkinkan anak belajar dari pengalaman-pengalamannya. Namun ini tidak berarti
segala sesuatu harus berlangsung rutin tanpa pengecualian.
C. KASUS KEBENCIAN PADA WANITA DALAM PERSPEKTIF GESTALT
Ilustrasi kasus ini, Andi adalah seorang mahasiswa yang mengalami masalah
terhadap perempuan. Ia menganggap semua perempuan itu tidak baik. Hal ini
membuatnya cenderung menjauhi perempuan. Setelah dilakukan sesi konseling, maka
diketahui bahwa sikap Andi dipengaruhi oleh perlakuan yang buruk dari ibunya
sewaktu berusia sekolah dasar. Karena mengalami hal menyakitkan semasa kecilnya,
Andi menyimpan perasaan dendam kepada ibunya yang akhirnya membuatnya tidak
mau menjalin keakraban dengan perempuan.
Melalui terapi Gestalt dapatlah kita ketahui bahwa Andi memiliki urusan yang tidak
selesai di masa lalu atau disebut juga Unfinished Bussiness yang dapat dimanifestasikan
dengan munculnya kemarahan, amukan (rage), kebencian, rasa sakit (pain), cemas
(anxiety), duka cita (grief), rasa bersalah (guild), dan perilaku menunda (abandonment).
Konselor Gestalt akan berusaha untuk membantunya merasakan apa yang terjadi saat
ini. Konselor akan menfasilitasi Andi untuk menunjukkan situasi yang terjadi saat ini. Ia
dibantu untuk menyadari bahwa perilakunya tidak produktif dan kemudian mencari
perilaku-perilaku yang lebih produktif. Dengan demikian, melalui terapi Gestalt
kesadaran adalah menjadi kunci utama untuk memikul tanggung jawab pribadi atas
kehidupannya sendiri tanpa dipengaruhi atau dikendalikan oleh orang-orang yang
berkuasa dalam kehidupannya.
D. KENAKALAN REMAJA DALAM PERSPEKTIF BEHAVIORISTIK
Ilustrasi kasus ini, kenakalan remaja sudah menjadi bagian dari masalah yang
dihadapi oleh dunia pendidikan. Setidaknya kita mengenal ada dua upaya, yaitu upaya
yang bersifat preventif atau pencegahan serta upaya bersifat kuratif atau upaya untuk
menghentikan pelanggaran-pelanggaran tersebut. Perspektif behavioristik dapat pula
digunakan, yaitu melalui teknik penguatan. Penguatan adalah apa saja yang dapat
memperkuat timbulnya respons atau memperkuat terjadinya perubahan tingkah laku

17
sebagai akibat pemberian stimulus oleh guru. Penguatan dapat berupa penguatan
positif (positive reinforcement) dan penguatan negatif (negative reinforcement).
Dikatakan bersifat preventif apabila berbentuk penguatan positif berupa hadiah
atau ganjaran (reward) bagi peserta didik yang melakukan tindakan-tindakan positif.
Tidakan yang kedua adalah tindakan kuratif untuk menghentikan terjadinya
pelanggaran-pelanggaran yang tidak dihendaki. Punishment atau hukuman merupakan
tindakan yang menjadi pilihan dalam upaya ini. Reward dan punishment merupakan
salah satu asas yang digunakan oleh pandangan behavioristik dalam dunia pendidikan.
Pandangan behavioristik ini sangat menekankan pada hasil belajar. Sementara proses
belajar bukan menjadi masalah yang penting menurut pandangan ini.
E. MEMAHAMI LIA DALAM PERSPEKTIF RASIONAL-EMOTIF
Lia (samaran) siswa kelas I SMU favorit Salatiga yang berusaha untuk naik kelas II.
Ia berasal dari keluarga petani yang terbilang cukup secara sosial ekonomi di desa
pendalaman kurang lebih 17 km di luar kota Salatiga. Lia anak yang cerdas dan
melanjutkan sekolah ke SMU favorit berkat bujukan wali kelasnya. Ketika memasuki
masa SMU, bertemu dengan teman-teman kaya dengan pola pergaulan yang berbeda
dari latar belakang Lia. Makin lama ia merasa minder dan malu terhadap dirinya
sendiri.
Menurut pandangan RET (Rasional-emotif Terapi), manusia memiliki kemampuan
inheren untuk berbuat rasional ataupun tidak rasional. Manusia sering kali
menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan dunia apabila tidak segera memperoleh apa
yang diinginkannya. Lia sebetulnya terlahir dengan potensi unggul, ia menjadi
bermasalah karena perilakunya dikendalikan oleh pikiran/perasaan irasional.
Konseling kognitif: untuk menunjukkan bahwa Lia harus membongkar pola pikir
irasionalnya tentang konsep harga diri yang slaah, sikap terhadap sesama teman yang
salah jika ingin lebih bahagia dan sukses. Konselor lebih bergaya mengajar:
memberikan nasihat, konfrontasi langsung dengan peta pikir rasional-irasional, sugesti,
asertif training dengan simulasi diri menerapkan konsep diri yang benar/rasional
dilanjutkan sebagai PR melatih, mengobservasi dan evaluasi diri.
Konseling emotif-evolatif: untuk mengubah sistem nilai Lia dengan menggunakan
teknik penyadaran antara yang benar dan salah seperti pemberian contoh, bermain
peran, dan pelepasan beban. Konseling behavior digunakan untuk mengubah perilaku
yang negatif dengan mengubah akar-akar keyakinan Lia yang irasional/tidak logis
melalui kontrak, reinforcement, sosial modeling, dan relaksasi/meditasi.
F. KASUS PERILAKU MEMBOLOS DALAM PERSPEKTIF REALITAS
Kasus membolos pada pelajar SMP. Pendekatan realitas digunakan untuk membahas
kasus ini. Konsep dasarnya adalah kenyataan yang sebenarnya yang akan dihadapi
tanpa memandang jauh ke masa lalu karena pendekatan ini lebih menekankan pada
masa kini. Pendekatan ini lebih bersifat humanis. Adapun teknik-teknik yang digunakan
adalah :
1. Menggunakan role playing dengan klien.
2. Menggunakan humor yang mendorong suasana yang segar dengan rileks.

18
3. Tidak menjanjikan kepada klien maaf apa pun, karena telah terlebih dahulu
diadakan perjanjian untuk melakukan tingkah laku tertentu yang sesuai dengan
keberadaan klien.
4. Menolong klien untuk merumuskan tingkah laku apa yang akan diperbuatnya.
5. Membuat modal-modal peranan terapis sebagai guru yang lebih bersifat mendidik.
6. Membuat batas-batas yang tegas dari struktur dan situasi terapisnya.
7. Menggunakan terapi kejutan verbal atau ejekan yang pantas untuk
mengonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yang tidak pantas.
8. Ikut terlibat mencari hidup yang lebih efektif.
Melalui terapi realitas ini diharapkan dapat mencapai tujuan konseling yaitu :
1. Membantu Karjono agar mampu mengurus diri sendiri dengan kata lain ia dapat
membuat keputusan yang tepat dari tingkah laku yang dibuatnya untuk mencapai masa
depan yang lebih baik (memandirikan klien).
2. Mendorong Karjono untuk bertanggung jawab serta bersedia memikul segala
resiko. Tanggung jawab yang diberikan pada klien harus sesuai dengan kemampuan
dan keinginannya.
3. Mengembangkan rencana-rencana nyata dalam mencapai tujuan.
4. Tingkah laku yang sukses yang dapat dihubungkan dengan pencapaian
kepribadian yang sukses.
5. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.

19
BAB III
PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN ISI BUKU


a. Pembahasan Bab 1 tentang apa itu konseling
Konseling adalah cabang keilmuan yang telah berdiri sendiri sejak dapat
pengukuhan dari American Psychologycal Association (APA) pada tahun 1952.
Menurut Santoso (2013) bimbingan dan konseling pribadi sosial pada dasarnya
merupakan layanan bimbingan dan konseling yang ditujukan untuk membantu
individu dalam rangka mengembangkan potensi diri.

b. Pembahasan Bab 2 tentang unsur-unsur konseling dan tujuannya


 Konselor : pihak yang membantu klien dalam proses konseling.
 Klien : pihak yang di bantu.

c. Pembahasan Bab 3 tentang konseling yang kondusif


Keberhasilan proses konseling dalam pelaksanaanya ditentukan oleh banyak
faktor. Ada lima faktor yang memengaruhi konseling, yaitu struktur, inisiatif, tatanan,
(setting) fisik, kualitas klien, dan kualitas konselor.

d. Pembahasan Bab 4 tentang langkah-langkah konseling


Langkah-langkah konseling menurut Brammer, Abrego, dan Shostrom
(Lesmana, 2005) sebagai berikut:
 Langkah membangun hubungan
 Langkah identifikasi dan penilaian masalah
 Langkah memfasilitasi perubahan konseling
 Langkah evaluasi dan terminasi

e. Pembahasan Bab 5 tentang teknik konseling


Ragam teknik konseling yang dibahas pada buku utama yaitu dimulai dari melayani
hingga menyimpulkan permasalahan klien tersebut. Buku pembanding
menggunakan teknik yang sama dalam menghadapi klien.

f. Pembahasan Bab 6 tentang penilaian dalam proses konseling


Melakukan penilaian (assessment) terhadap maslah merupakan hal yang
sangat penting dalam suatu proses konseling.

g. Pembahasan Bab 7 tentang sasaran dan target konseling


Seorang konselor tidak dapat menetapkan sasaran seorang diri. Ia harus
bekerja sama dengan klien, karena sasaran konseling ditujukan untuk klien dan
harus disediakan atas dasar kesediaan dari klien. Strategi merupakan implementasi
dari sasaran. Seorang konselor harus dapat memilih strategi yan paling
memungkinkan untuk dilakukan oleh klien.

20
h. Pembahasan Bab 8 tentang proses mengakhiri konseling
Penyebab terminasi menurut Lesmana (2009) sebgai berikut yaitu, terminasi
oleh konselor: sasaran konseling telah tercapai, konselor merasa bahwa klien tidak
mengalami kemajuan, konselor melihat ahwa klien terlalu bersikap dependen
(bergantung terus pada konselor).

i. Pembahasan Bab 9 tentang pendekatan dalam konseling


Pendekatan psikoanalisi adalah: bagaimana psioanalisis memandang dinamika
kepribadian manusia, perkembangan kepribadian, kesadaran dan ketidaksadaran,
mekanisme dan pertahanan ego, peran dan fungsi konselor, dan teknik-teknik terapi
yang digunakan psikoanalisis.

j. Pembahasan Bab 10 tentang konseling kelompok


Konseling kelompok merupakan pelaksanaan proses konseling yang dilakukan
antara seorang konselor profesional dan beberapa klien sekaligus dalam kelompok
kecil.

k. Pembahasan Bab 11 tentang konseling keluarga


Permasalahan dalam keluarga sangat beragam. Dapun masalah-masalah yang
sering kali dihadapi konselor yaitu:1. ketidakmampuan berinteraksi berinteraksi
antar-anggota keluarga dalam menangani masalah, 2. Kurangnya komitmen dalam
keluarga, 3. Ketidakmampuan menjalankan peran dalam keluarga, 4. Kurangnya
kestabilan lingkungan.

l. Pembahasan Bab 12 tentang masalah etis dalam konseling


Permasalahan etis yang kerap muncul dalam konseling apabila konselor tidak
bijaksana dan bersifat kaku memegang nilai hidupnya, maka ia akan tampil sebagai
konselor yang menalahkan nilai hidup klien.

21
B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

KELEBIHAN KEKURANGAN

Dari segi tampilan, pemilihan cover buku Kertas yang digunakan kurang cerah, dan
sudah baik membuat pembaca tidak jenuh kualitsnya juga kurang baik
dalam membaca

Sebagian besar Penggunaan bahasa/kalimat Ada beberapa kata ilmiah yang perlu
yang ringan, sehingga mempermudah menggunakan nalar yang dalam unuk
pemahaman bagi pembaca. dapat memahaminya

Pembahasan pada buku tersebut sangat


terstruktur, sehingga pola pikir pembaca
menjadi terarah dan mudah untuk mengikuti
langkah-langkah yang disampaikan.

Terdapat tabel, gambar dan juga grafik


yang memudahkan pembaca dalam
memahami maksud dari penulis

22
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bimbingan ialah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang
ahli kepada individu-individu, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan
kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu
dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang
berlaku, sedangkan yang dimaksud dengan konseling adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan melalui wawancara oleh seorang ahli (konselor) kepada
individu yang sedang mengalami suatu masalah (klien) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.

B. REKOMENDASI
Saran penulis kepada pembaca semoga kita dapat berkembang secara optimal
apabila mendapat bimbingan dan konseling yang terarah. Selain itu, semoga makalah
ini dapat menjadi bahan bacaan tambahan bagi pembaca untuk mengetahui lebih
banyak tentang bimbingan konseling.

23
DAFTAR PUSTAKA

Namora, Lumongga. (2011). Memahami Dasar-Dasar konseling Dalam Teori Dan Praktik.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Triningtyas, D A. (2016). Bimbingan Konseling Pribadi Sosial. Magetan: CV. Ae Media


Grafika

24

Anda mungkin juga menyukai